RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E Penerapan Multiprotocol Label Switching (MPLS) untuk Mengatasi Permasalahan pada Best-effort Service 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya perkembangan internet saat ini, jumlah user dan aplikasi yang tergabung dalam jaringan IP juga semakin besar. Dengan munculnya berbagai aplikasi baru seperti voice, video, dan web menyebabkan kebutuhan akan aplikasi multimedia dan perbaikan kualitas layanan internet mengalami peningkatan. Best-effort service yang ditawarkan oleh jaringan bertujuan untuk mewujudkan kualitas layanan internet yang lebih baik. Kualitas layanan yang baik tersebut dapat dibuktikan dengan berjalannya aplikasi-aplikasi baru tersebut secara optimal. Namun faktanya, best-effort service ini justru menyebabkan peningkatan kualitas layanan internet tidak dapat diwujudkan dengan baik. Best-effort service memberikan perlakuan forwarding yang sama bagi semua paket- paketnya. Hal ini mungkin tidak akan menjadi masalah, kecuali bagi jaringan yang memiliki bandwidth dan buffer space terbatas. Jaringan dengan keterbatasan bandwidth dan buffer space akan dihadapkan pada kendala berupa linking dan routing yang memakan waktu lama sebagai imbas adanya beban yang signifikan pada backbone. Ketidakmampuan untuk menghadapi kendala tersebut akan menyebabkan tidak terwujudnya peningkatan kualitas layanan internet. Permasalahan ini berimbas pada aspek reliability dan security jaringan yang merupakan komponen penting dalam backbone skala besar. 1.2 Tujuan Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk memberikan pemahaman melalui pembahasan kualitas layanan internet ( Quality of Services/QoS) beserta komponen- komponen dan cara kerjanya, pembahasan definisi, komponen, dan cara kerja Multiprotocol Label Switching (MPLS) serta pengaruh antara keduanya.
21
Embed
Penerapan Multilevel Protocol Label Switching (MPLS) untuk Mengatasi Permasalahan Best Effort Service
Mengatasi permasalahan-permasalahan dalam mewujudkan Best Effort Service dengan menerapkan Multilevel Protocol Label Switching (MPLS).
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RIDLO SAYYIDINA AULIYA
105060800111013
JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E
Penerapan Multiprotocol Label Switching (MPLS) untuk
Mengatasi Permasalahan pada Best-effort Service
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan pesatnya perkembangan internet saat ini, jumlah user dan aplikasi yang
tergabung dalam jaringan IP juga semakin besar. Dengan munculnya berbagai aplikasi
baru seperti voice, video, dan web menyebabkan kebutuhan akan aplikasi multimedia dan
perbaikan kualitas layanan internet mengalami peningkatan.
Best-effort service yang ditawarkan oleh jaringan bertujuan untuk mewujudkan
kualitas layanan internet yang lebih baik. Kualitas layanan yang baik tersebut dapat
dibuktikan dengan berjalannya aplikasi-aplikasi baru tersebut secara optimal. Namun
faktanya, best-effort service ini justru menyebabkan peningkatan kualitas layanan internet
tidak dapat diwujudkan dengan baik.
Best-effort service memberikan perlakuan forwarding yang sama bagi semua paket-
paketnya. Hal ini mungkin tidak akan menjadi masalah, kecuali bagi jaringan yang
memiliki bandwidth dan buffer space terbatas. Jaringan dengan keterbatasan bandwidth
dan buffer space akan dihadapkan pada kendala berupa linking dan routing yang memakan
waktu lama sebagai imbas adanya beban yang signifikan pada backbone.
Ketidakmampuan untuk menghadapi kendala tersebut akan menyebabkan tidak
terwujudnya peningkatan kualitas layanan internet. Permasalahan ini berimbas pada aspek
reliability dan security jaringan yang merupakan komponen penting dalam backbone skala
besar.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk memberikan pemahaman melalui
pembahasan kualitas layanan internet (Quality of Services/QoS) beserta komponen-
komponen dan cara kerjanya, pembahasan definisi, komponen, dan cara kerja
Multiprotocol Label Switching (MPLS) serta pengaruh antara keduanya.
RIDLO SAYYIDINA AULIYA
105060800111013
JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E
1.3 Batasan Masalah
Tulisan ini berisi pembahasan mengenai definisi IP Network, aspek-aspek kualitas
layanan internet, serta karakteristik, cara kerja, teknologi, dan manfaat MPLS, serta
implementasi MPLS dalam usaha peningkatan kualitas layanan internet.
2. Kajian Teori
2.1 IP Network
Internet Protocol (IP) merupakan salah satu protokol yang menjadi bagian dari
network layer pada OSI Model. IP Network merupakan jaringan yang di dalamnya terdapat
komunikasi berbasis IP.
IP memiliki beberapa fungsi diantaranya berperan dalam proses transmisi data. IP
menggunakan metode dan struktur pengalamatan guna menunjang fungsinya tersebut.
Metode yang digunakan IP ini dikenal dengan encapsulation dan diterapkan dari layer
teratas hingga layer terbawah.
Suatu datagram IP merupakan paket data yang berbentuk blok-blok. Dalam paket data
tersebut terdapat data yang telah dilengkapi dengan header dan informasi alamat.
2.1.1 Routing IP
Setiap datagram IP ditransmisikan secara terpisah. Paket-paket data tersebut
akan ditransmisikan dari source menuju alamat yang dimaksud dan telah diisikan pada
header.
Mekanisme tersebut hanya berlaku pada datagram yang letaknya berada dalam
jaringan lokal. Apabila paket berada di jaringan luar, maka digunakan mekanisme
routing. Device yang digunakan yakni router.
Algoritma yang digunakan pada routing bertujuan untuk mencari jalur
terpendek dan tercepat untuk proses transmisi data. Routing dilakukan dengan
pertukaran informasi yang terjadi antara protokol penghitungan jalur terbaik dengan
menggunakan hop.
RIDLO SAYYIDINA AULIYA
105060800111013
JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E
2.2 Quality of Service (QoS)
Quality of Service (QoS) dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu jaringan untuk
menyediakan layanan yang baik dengan penyediaan bandwidth dalam jumlah yang tepat
serta mengatasi delay dan jitter[5].
QoS juga dapat didefinisikan dari segi networking dan segi application development.
Definisi QoS dari segi networking mengacu pada kemampuan QoS untuk memberikan
layanan kepada traffic jaringan dengan kelas yang berbeda, sesuai dengan tujuan akhir dari
QoS yakni memberikan network service yang lebih baik dan terencana dengan dedicated
bandwidth, jitter, dan latency yang terkontrol dan meningkatkan karakteristik loss.
QoS dibuat dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepada user dalam
mendapatkan performansi terbaik dari jaringan. Penyediaan performansi terbaik tersebut
dapat dibuktikan oleh QoS melalui pemenuhan layanan dengan kebutuhan yang berbeda,
dengan berbagai jenis aplikasi, namun dengan infrastruktur yang sama, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
QoS memiliki 3 tingkatan layanan yang biasanya diterapkan, antara lain best-effort
service, integrated service, dan differentiated service[5].
1. Best-Effort Service
Best-effort service merupakan tingkatan layanan yang terfokus pada upaya untuk
membuat paket sampai di tujuan yang diinginkan. Meskipun begitu, best-effort service
tidak dapat memberikan jaminan paket sampai di tujuan karena sebuah aplikasi dapat
mengirimkan data dengan berbagai jenis beban kapan saja tanpa harus meminta izin
terlebih dulu pada jaringan.
Tidak semua jenis jaringan dan aplikasi cocok menerapkan best-effort service. FTP
dan HTTP adalah jenis aplikasi yang dapat menerapkan best-effort service tanpa
masalah. Jaringan dengan bandwidth terbatas dan aplikasi yang rentan terhadap
network delay tidak cocok digunakan dengan best-effort service.
2. Integrated Service
Integrated service merupakan tingkatan layanan yang terfokus pada penyediaan
jaminan layanan dalam penyediaan aplikasi melalui negosiasi parameter secara end to
end.
RIDLO SAYYIDINA AULIYA
105060800111013
JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E
Pada tingkatan layanan ini, aplikasi yang akan beroperasi akan meminta tingkat
layanan yang sesuai dan dibutuhkan. Setelah itu, aplikasi meminta penyediaan
resource aplikasi. Permintaan penyediaan resource ini menggunakan Reservation
Protocol (RSVP) agar dapat melakukan transmisi data. Selain itu penyediaan resource
ini tergantung pada mekanisme QoS dan dimulai sejak aplikasi ditransmisikan di awal.
Prosedur transmisi didahului dengan pemberian tanda pada aplikasi bahwa jaringan
yang akan digunakan memiliki kapasitas beban yang lebih sehingga mampu
menampung aplikasi tersebut. Selain itu, aplikasi akan menerima tanda bahwa jaringan
mampu menyediakan QoS yang diminta secara end to end.
Admission control merupakan suatu prosedur yang dilakukan oleh jaringan dalam
usaha pencegahan terjadinya overload pada jaringan. Hal ini dilakukan untuk
menanggapi perihal sebelumnya, jika jaringan tidak mampu menyediakan QoS yang
diminta maka aplikasi tidak akan menerima tanda yang mengizinkannya memulai
proses transmisi.
Permasalahan pada tingkatan layanan ini adalah scalability. Mekanisme yang
dilakukan harus dikenali oleh setiap node di network. Pengenalan mekanisme
dilakukan dengan refresh yang dilakukan secara berkala dan penambahan protokol
RSVP untuk setiap aliran traffic.
Selain scalability, permasalahan lain yang dihadapi adalah bertambahnya jumlah
informasi seiring dengam bertambahnya aliran pada traffic. Pertambahan informasi ini
menyebabkan ukuran paket yang juga akan bertambah besar sehingga waktu
prosesnya juga semakin lama di router sedangkan kebutuhan router sangat tinggi dan
RSVP harus dimiliki oleh setiap router.
Integrated service sesuai jika diterapkan untuk komunikasi audio dan video namun
tidak tepat untuk aplikasi yang memiliki banyak aliran dengan karakteristik paket yang
cenderung kecil.
3. Differentiated Service
Differentiated service merupakan tingkatan layanan yang bekerja berdasarkan
penandaan pada paket. Differentiated service bertujuan mengatasi permasalahan
scalability pada Integrated service dengan menyediakan diferensiasi layanan dan
RIDLO SAYYIDINA AULIYA
105060800111013
JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E
menyediakan set perangkat klasifikasi dan mekanisme antrian terhadap protokol atau
aplikasi dengan prioritas berbeda pada jaringan yang berbeda. Proses diferensiasi ini
dilakukan dengan pembagian traffic ke dalam kelas-kelas tertentu.
Pada proses diferensiasi dilakukan identifikasi dengan memasang kode
Differentiated Service Code Point (DSCP). Setelah memasang kode tersebut pada
paket IP, differentiated service mengganti IP Type of Service (TOS) dengan DS byte.
Tujuan penggantian ini adalah sebagai proses pengklasifikasian paket sehingga dapat
diakses tanpa protokol pensinyalan tambahan.
Differentiated service bergantung pada kemampuan edge router. Fungsi edge
router memungkinkan pemberian klasfikasi dari paket berbeda untuk melewati
jaringan, mekanisme sederhana pada sisi core dan mekanisme yang lebih kompleks
pada sisi edge dengan membagi layanan ke dalam kelas-kelas yang diberikan
kebijakan sesuai dengan permintaan pengguna.
Differentiated Service tersusun dari beberapa komponen antara lain traffic
conditioning dan perhop behaviors.
QoS dapat dilihat dari tingkat kecepatan dan keandalan dalam mengelola penyampaian
data dalam suatu informasi dengan jenis beban yang beragam. [5]Terdapat beberapa
parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kecepatan dan keandalan suatu layanan