PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/2016) Oleh Yuli Syartika FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
62
Embed
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.unila.ac.id/22899/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis ... Lampiran B.3 Pedoman
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUALUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1
Natar Tahun Pelajaran 2015/2016)
Oleh
Yuli Syartika
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUALUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar
T.P. 2015/2016)
Oleh
YULI SYARTIKA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran
matematis dan self-confidence siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Desain
penelitian yang digunakan adalah pretest posttest control group design. Populasi
adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/2016
yang terdistribusi dalam 13 kelas. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII H dan
VII I yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh
melalui tes kemampuan penalaran matematis dan skala self-confidence.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa, namun tidak dapat
meningkatkan self-confidence siswa.
Kata kunci: pembelajaran kontekstual, penalaran matematis, self-confidence
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUALUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1
Natar Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
YULI SYARTIKA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yuli Syartika yang biasa dipanggil Yuli
atau Tika dilahirkan di Natar, Kabupaten Lampung Selatan,
Lampung pada tanggal 08 Juni 1993. Penulis merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak M.Yunus dan Siti
Sarah, S.Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Tutwuri Handayani
Negara Ratu Natar Lampung Selatan pada tahun 2000. Lalu penulis melanjutkan
Sekolah Dasar di SD Negeri 7 Merak Batin Natar Lampung Selatan dan lulus
pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 1 Natar dan lulus pada tahun 2008. Setelah itu, melanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 1 Natar dan lulus pada tahun 2011.
Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika. Pada tahun 2015,
penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapang (PPL) di SMP Pembangunan
1 Pekon Padang Raya, Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat dan
mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon
Padang Raya, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat.
Motto“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamumengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”
(QS. Ibrahim : 7)
“Don’t feel failure, in great attempts it is glorious even tofail”
“To make something special, you just have to believe It isspecial”
Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha SempurnaSholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah
Rasululloh Muhammad SAW.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkankarya sederhana ini untuk orang-orang yang selalu berharga
dalam hidupku.
Ayah (M. Yunus) dan Ibuku tercinta (Siti Sarah, S. Pd.), yang telahmembesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, semangat,
dan selalu mendoakan, serta selalu ada dikala ku sedih dansenang dengan pengorbanan yang tulus ikhlas
demi kebahagiaan dan keberhasilanku.
Kakakku (Yudi Ardiyansyah S.Pd dan Sri Suryani S.ST)Adikku (Yurizal Septian)
Kekasihku (Engga Aditia Putra S.H)yang telah memberikan dukungan dan semangatnya padaku
seluruh keluarga besar yang terus memberikandukungan dan doanya padaku, terima kasih.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran
Semua Sahabat terbaikku yang begitu tulus menyayangiku dengansegala kekuranganku, dari kalian aku belajar memahami arti ukhuwah.
dan
Almamater Universitas Lampung tercinta.
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi
uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Self Confidence Siswa
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar T.P. 2015/2016) adalah salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Ayah (M.Yunus) dan Ibu (Siti Sarah, S.Pd) orangtuaku tercinta, atas perhatian
dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini yang tidak pernah lelah
untuk selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik dalam hidupku.
2. Bapak (Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S) atas perhatian ,bimbingan dan
motivasi yang telah diberikan selama ini yang tidak pernah lelah untuk selalu
mendukung dan mendoakan serta memberi semangat yang terbaik dalam
perkuliahanku.
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan ketua
program studi Pendidikan Matematika yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk membimbing, ilmu yang berharga, memberikan perhatian,
memotivasi, saran dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama
penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan
pemikiran, petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis demi terselesaikannya
skripsi ini.
5. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
kritik dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya.
7. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah mem-
berikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
10. Bapak Drs. H. L. Maulana, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Natar beserta
Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama
penelitian.
11. Ibu Yulistin, S.Pd. M.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu
dalam penelitian.
12. Siswa/siswi kelas VII SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2015/2016, atas
perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
13. Kakak-Kakakku (Yudi Ardiansyah, S.Pd, dan Sri Suryani S.ST), Adikku
Lampiran C.1 Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Uji Coba ............................ 183
Lampiran C.2 Perhitungan Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ............... 185
Lampiran C.3 Data Perhitungan Indeks Gain Kemampuan PenalaranMatematis Kelas Eksperimen.................................................... 188
Lampiran C.4 Data Perhitungan Indeks Gain Kemampuan PenalaranMatematis Kelas Kontrol .......................................................... 190
Lampiran C.5 Analisis Statistik Deskriptif Skor Awal KemampuanPenalaran Matematis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .... 191
Lampiran C.6 Analisis Statistik Deskriptif Skor Akhir KemampuanPenalaran Matematis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .... 192
Lampiran C.7 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Penalaran MatematisKelas Eksperimen...................................................................... 193
Lampiran C.8 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Penalaran MatematisKelas Kontrol ............................................................................ 194
Lampiran C.9 Uji Non Parametrik Kemampuan Penalaran Matematis AntaraKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................................... 195
Lampiran C.10 Analisis Statistik Deskriptif Indeks Gain KemampuanPenalaran Matematis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .... 197
Lampiran C.11 Uji Normalitas Indeks Gain Kemampuan Penalaran MatematisKelas Eksperimen..................................................................... 198
Lampiran C.12 Uji Normalitas Indeks Gain Kemampuan Penalaran MatematisKelas Kontrol ........................................................................... 199
Lampiran C.13 Uji Non Parametik Varians Indeks Gain Penalaran MatematisKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....................................... 200
Lampiran C.14 Pencapaian Indikator Kemampuan Awal Penalaran MatematisSiswa ......................................................................................... 202
Lampiran C.15 Pencapaian Indikator Kemampuan Akhir Penalaran MatematisSiswa .........................................................................................212
Lampiran C.17 Data Skor Skala Self Confidence .............................................. 226
Lampiran C.18 Analisis Statistik Deskriptif Skor Awal Self Confidence KelasKontrol dan Kelas Eksperimen ................................................. 242
Lampiran C.19 Uji Normalitas Skor Awal Self Confidence Kelas Eksperimen 243
Lampiran C.20 Uji Normalitas Skor Awal Self Confidence Kelas Kontrol....... 244
Lampiran C.21 Uji Non Parametik Awal Self Confidence Kelas Eksperimen danKelas Kontrol ......................................................................... 245
Lampiran C.22 Analisis Statistik Deskriptif Skor Akhir Self Confidence KelasKontrol dan Kelas Eksperimen ................................................. 246
Lampiran C.23 Data Perhitungan Indeks Gain Self Confidence KelasEksperimen................................................................................ 247
Lampiran C.24 Data Perhitungan Indeks Gain Self Confidence KelasKontrol ...................................................................................... 248
Lampiran C.25 Analisis Statistik Deskriptif Indeks Gain Self ConfidenceKelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ....................................... 249
Lampiran C.26 Uji Normalitas Indeks Gain Self Confidence KelasEksperimen................................................................................ 250
Lampiran C.27 Uji Normalitas Indeks Gain Self Confidence Kelas Kontrol..... 251
Lampiran C.28 Uji Non Parametrik Indeks Gain Self Confidence antara KelasEksperimen dan Kelas Kontrol ................................................ 252
Lampiran C.29 Pencapaian Indikator Self Confidence Awal Siswa .................. 253
Lampiran C.32 Pencapaian Indikator Self Confidence Akhir Siswa.................. 265
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, karena pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Demikian pentingnya pendidikan,
maka pemerintah pun membuat aturan tentang hak dan kewajiban warganya
memperoleh pendidikan. Hal tersebut diatur dalam UUD 1945 pasal 31 yang
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut maka di sekolah-
sekolah diadakan suatu proses pembelajaran pada berbagai bidang studi, salah
satunya adalah pembelajaran matematika.
Tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (Depdiknas, 2006) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika
2
bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan untuk memahami konsep
matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, salah satu
aspek yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan penalaran matematis.
Suriassumantri, (2001: 42) menyatakan bahwa kemampuan penalaran matematis
siswa merupakan suatu aktifitas berpikir siswa dalam pengambilan suatu simpulan
yang berupa pengetahuan. Pendapat ini mengisyaratkan pentingnya kemampuan
penalaran matematis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya
karena kemampuan dalam bernalar memberikan arahan yang tepat dalam berpikir
dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang
lainnya sehingga lebih akurat. Pada proses pembelajaran, siswa yang memiliki
keterampilan penalaran akan mempunyai pertanyaan pada diri sendiri dalam
setiap menghadapi segala persoalan untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya.
.
Pada kenyataannya tujuan pembelajaran matematika di Indonesia belum tercapai
dengan baik karena kemampuan matematis siswa Indonesia masih tergolong
rendah. Hal ini terlihat pada hasil survei The Trend International Mathematics
and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011, Indonesia berada di urutan ke-38
dengan skor 386 dari 42 negara. Skor ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007
(Napitupulu, 2012). Demikian pula pada hasil survey Programme for
International Student Assesment (PISA) tahun 2013, Indonesia hanya menduduki
3
rangking 64 dari 65 peserta (OECD, 2013). Hasil TIMSS dan PISA yang rendah
tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor penyebabnya
adalah siswa Indonesia pada umumnya belum mampu menyelesaikan soal-soal
dengan karakteristik seperti pada soal-soal pada TIMMS dan PISA yang
substansinya konstekstual, menuntut penalaran, kreativitas dan argumentasi dalam
penyelesaiannya (Wardhani dkk, 2011: 1). Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan penalaran matematis siswa masih rendah.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa adalah
mayoritas pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan
pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional dalam hal ini adalah
pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher center) dan siswa kurang
terlibat aktif dalam pembelajaran. Langkah-langkah pembelajarannya adalah guru
menjelaskan materi pelajaran dan memberikan contoh soal kemudian memberikan
latihan soal yang proses penyelesaiannya mirip dengan contoh soal. Jadi, siswa
hanya terbiasa menerima pelajaran dari guru dan hanya bisa menyelesaikan soal-
soal rutin saja sehingga kemampuan dan potensi siswa kurang tereksplor dengan
baik. Khususnya kemampuan penalaran matematis. Selain itu, pembelajaran
konvensional masih didominasi oleh guru dengan metode ceramah dan
menuliskan di papan tulis latihan soal untuk siswa yang merupakan warisan turun
menurun dan dianggap paling baik (Iwan Zahar, 2009: 4). Siswa hanya pasif
mendengar karena tidak ada instruksi untuk melakukan suatu kegiatan selain
mencatat materi dan contoh soal yang dituliskan guru. Akibatnya siswa tidak akan
belajar matematika sesuai dengan kebutuhannya. Mereka juga tidak mempunyai
kesempatan untuk belajar matematika yang berarti (Fauzan Ahmad, 2002:27). Ini
4
menyebabkan kepercayaan diri siswa rendah karena salahsatu indikator
kepercayaan diri adalah rasional dan realistis. Terbukti dari hasil TIMSS juga
menunjukkan bahwa self-confidence siswa di Indonesia masih rendah yaitu
dibawah 30% (TIMSS, 2007:181).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan self-
confidence siswa adalah dengan melakukan inovasi model pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran yang dipilih harus dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menginterpretasikan suatu permasalahan ke dalam bentuk matematika
dengan baik dan dapat meningkatkan self-confidence terhadap matematika. Salah
satu alternatifnya adalah model pembelajaran kontekstual atau disebut juga
dengan Contextual Teaching Learning (CTL). Dengan menerapkan pendekatan
kontekstual, kemampuan penalaran matematis siswa akan lebih mudah
dikembangkan karena dengan model pembelajaran ini siswa langsung dibawa
memahami suatu persoalan dengan mengaitkannya dengan dunia nyata.
Menurut Trianto (2009:107) pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa
secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata
lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang
masuk akal dan bermanfaat. Sehingga, belajar dengan mempelajari suatu pokok
bahasan dengan langsung mengaitkan dengan situasi nyata akan membantu siswa
lebih mudah bernalar dari materi pembelajaran dan pembelajaran bisa berlangsung
lebih bermakna. Dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
guru diharuskan mampu membimbing dan mengarahkan siswa untuk mampu
5
mengaitkan pembelajaran dengan konteks nyata. Dengan demikian kemampuan
penalaran matematis siswa akan lebih meningkat.
Pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual,menjelaskan bahwa mengajar
bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghapal
sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan
tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari
kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajari (Rusman, 2010:
189). Peran guru dalam pembelajaran kontekstual tidak langsung memberikan
rumus atau penjelasan rinci mengenai suatu pokok bahasan yang dipelajari
malainkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Guru hanya mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi
siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher
centered. Hal ini sejalan dengan Trianto (2009:104) yang menyatakan bahwa
fungsi dan peranan guru hanya sebagai mediator, siswa lebih proaktif untuk
merumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan fokus kajian secara
kontekstual bukan tekstual. Kemudian Brown (Sardiman, 2011:144) juga
mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain, menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pembelajaran
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Setelah mengetahui beberapa pemaparan tentang penalaran matematis dan self-
confidence siswa, ternyata kemampuan penalaran matematis dan self-confidence
siswa yang masih rendah terjadi juga di SMP Negeri 1 Natar. Hal ini berdasarkan
wawancara dan pengisian angket oleh guru dan siswa, diperoleh informasi bahwa
6
siswa sering mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal cerita atau soal yang
berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan siswa hanya
mendengar dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan yang dikemukakan oleh
guru. Fakta ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa menginterpretasikan suatu
permasalahan ke dalam model matematika yaitu berupa gambar maupun simbol
matematika masih rendah. Selain itu, mayoritas alasan siswa ketika kesulitan
mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan adalah soalnya rumit, sulit
dipahami dan kurang yakin dengan jawaban mereka, padahal siswa belum
mencoba untuk mengerjakan tetapi siswa sudah menyerah. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan eksperimen menggunakan model pembelajaran
Kontekstual untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan self-
confidence siswa.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :“Apakah
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis
dan self confidence siswa?”.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar
dengan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada peningkatan
kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar secara konvensional?”.
7
2. Apakah peningkatan self confidence siswa yang belajar dengan model
pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada peningkatan self confidence
siswa yang belajar secara konvensional?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan ini penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis
dan self confidence siswa. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan peningkatan kemampuan penalaran matematis dan self
confidence siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran
kontekstual dengan siswa yang belajar matematika menggunakan pembelajaran
konvensional.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
pendidikan matematika berkaitan dengan model Pembelajaran Kontekstual dan
pembelajaran konvensional serta hubungannya dengan peningkatan
kemampuan penalaran matematis dan self confidence siswa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi saran untuk praktisi pendidikan dalam memilih
model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis
8
dan self confidence siswa serta menjadi sarana mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan matematika.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain:
1. Pembelajaran Kontekstual adalah pembelajaran yang menghubungkan antara
materi pelajaran yang diajarkan dengan dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya. Komponen utama Pendekatan Kontekstual yang digunakan
dalam penelitian ini adalah konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat
belajar, pemodelan, dan refleksi.
2. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan
oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran yang dimaksud
yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian
tugas (teacher center).
3. Kemampuan penalaran matematis adalah kemampuan untuk berpikir
mengenai permasalahan-permasalahan matematis secara logis untuk
memperoleh suatu penyelesaian dan menjelaskan atau memberikan alasan
atas penyelesaian dari suatu permasalahan yang dalam penelitian ini pada
materi himpunan.
4. Self confidence adalah kemampuan diri sendiri dalam menyelesaikan tugas
dan memilih cara penyelesaian yang baik dan efektif serta kepercayaan diri
atas kemampuan yang dimiliki siswa dalam mengambil keputusan.
s
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Penalaran Matematis
Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical
reasoning. Brodie (2010:7) menyatakan bahwa, “Mathematical reasoning is
reasoning about and with the object of mathematics.” Pernyataan tersebut dapat
diartikan bahwa penalaran matematis adalah penalaran mengenai dan dengan
objek matematika. Selain itu, Shadiq (2004:2) menjelaskan penalaran (jalan
pikiran atau reasoning) sebagai: “Proses berpikir yang berusaha menghubung-
hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu
kesimpulan”.
Penalaran sering pula diartikan cara berpikir yang merupakan penjelasan dalam
upaya memperlihatkan hubungan antara dua hal atau lebih yang diakui
kebenarannya dengan langkah-langkah tertentu yang berakhir dengan suatu
kesimpulan hasil (Kurniawati, 2006). Penalaran merupakan tahapan berpikir
matematik tingkat tinggi, mencakup kapasitas untuk berpikir secara logis dan
sistematis, serta “Kemampuan bernalar memungkinkan peserta didik untuk dapat
memecahkan permasalahan dalam kehidupannya, di dalam dan di luar sekolah”
(Yaniawati, 2010).
10
Penalaran matematika adalah salah satu proses berpikir yang dilakukan dengan
cara menarik suatu kesimpulan (Nurahman, 2011). Penalaran matematika
merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui dan mengerjakan
permasalahan matematika. Secara umum, terdapat dua model penalaran
matematika, yakni penalaran induktif dan penalaran deduktif. Menurut Suherman
(2001), matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses pengerjaan
matematik harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif.
Menurut Matlin (2009), penalaran deduktif berarti membuat beberapa kesimpulan
logis berdasarkan informasi yang diberikan.
Penalaran matematika yang mencakup kemampuan untuk berpikir secara logis dan
sistematis merupakan ranah kognitif matematik yang paling tinggi. Wardani (Nailil,
2011:12) menyatakan bahwa indikator-indikator kemampuan penalaran matematika
siswa adalah:
1. Mengajukan dugaan
2. Melakukan manipulasi matematika
3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberi alasan terhadap kebenaran solusi
4. Menarik kesimpulan dari suatu pernyataan
5. Memeriksa kesahihan suatu argumen
6. Menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Sedangkan menurut Romadhina (2007:29), indikator penalaran matematis adalah:
1. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan
diagram.
2. Mengajukan dugaan
11
3. Melakukan manipulasi matematika
4. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap
beberapa solusi
5. Menarik kesimpulan dari pernyataan
6. Memeriksa kesahihan suatu argumen
7. Menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Jadi, kemampuan penalaran matematis adalah kemampuan untuk berpikir atau
pemahaman mengenai permasalahan matematis secara logis untuk memperoleh
penyelesaian, memilah yang penting dan tidak penting dalam menyelesaikan
sebuah permasalahan, dan menjelaskan atau memberikan alasan atas penyelesaian
dari suatu permasalahan. Berdasarkan uraian di atas indikator (aspek) kemampuan
penalaran matematis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kemampuan menyajikan pernyataan matematika melalui lisan, tulisan,
gambar, sketsa atau diagram
2. Kemampuan mengajukan dugaan
3. Kemampuan melakukan manipulasi matematika
4. Kemampuan memberikan alasan terhadap beberapa solusi
5. Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen
6. Kemampuan menarik kesimpulan atau melakukan generalisasi
2. Self Confidence
Kepercayaan diri (self confidence) adalah unsur penting dalam meraih kesuksesan.
Molloy (2010:138) menjelaskan bahwa kepercayaan diri adalah merasa mampu,
12
nyaman dan puas dengan diri sendiri, dan pada akhirnya tanpa perlu persetujuan
dari orang lain. Sedangkan kepercayaan diri menurut Nur Ghufron dan Rini
(2011:35) adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai
karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat kemampuan diri, optimis, objektif,
bertanggung jawab, rasional dan realistis.
Menurut Preston (2007:14), aspek-aspek pembangun kepercayaan diri adalah self-
Dalam Russefendi (1998: 398), langkah-langkah pengujiannya adalah:
Pertama, skor-skor pada kedua kelompok sampel harus diurutkan dalam
peringkat.Selanjutnya, menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney U, rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut.
= + ( + 1)2 −= + ( + 1)2 −
Keterangan:
na =jumlah sampel kelas eksperimen
nb = jumlah sampel kelas kontrol
= Rangking unsur a
= Rangking unsur b
Statistik U yang digunakan adalah U yang nilainya lebih kecil.Jika nilai Uhitung≥Utabel, maka hipotesis nol diterima dan jika Uhitung <Utabel, maka hipotesis nol
ditolak.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan SPSS versi 17.0.untuk
melakukan uji Mann-Whitney U dengan kriteria uji adalah jika nilai probabilitas
(Sig.) lebih besar dari = 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2005:
146). Jika hipotesis nol ditolak maka perlu dianalisis lanjutan untuk mengetahui
apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan
38
penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Adapun
analisis lanjutan tersebut melihat data sampel mana yang rata-ratanya lebih
tinggi.
63
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis
siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Natar, namun tidak dapat meningkatkan
selfconfidence siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada
peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional, sedangkan tidak terjadi peningkatan self confidence,
baik siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual maupun siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu:
1. Kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis,
disarankan untuk menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam
pembelajaran matematika.
2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang aspek psikologis
siswa khususnya self confidence terhadap model pembelajaran berbasis
masalah disarankan melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Brodie, Karin. 2010. Teaching Mathematical Reasoning in Secondary SchoolClassroom. New York: Springer.
Daryanto.2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning),Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Fauzan, Ahmad. (2002). Self confidence pembelajaran matematika inkuiriterbimbing. Article. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Pendidikan Matematika UNY. http//www.uny.ac.id diakses tanggal 12Januari 2016
Iwan, Zahar. (2009). Upaya meningkatkan self confidence siswa dalampembelajaran matematika melalui model inkuiri terbimbing. Pendidikankarakter http//www.uny.ac.id diakses tanggal 12 Januari 2016
Jumadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya. Makalahdisampaikan pada Workshop Sosialisasi dan Implementasi Kurikulum 2004Madrayah Aliyah DIY, Jateng, Kalsel di FMIPA UNY Th 2003
Jurdak, M. (2009). Toward Equity in Quality in Mathematics Education. NewYork: Springer Science+Business Media, LI.C.
Komalasari, Kokom.2010. Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi.Bandung: Refika Aditama.
Kunandar (2007).Guru Profesional Implementasi Pendidikan (KTSP) dan Suksesdalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Jakarta Pers.
Kurniawati, Lia. 2006. “Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalahuntuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran MatematikaSiswa SMP”. Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan MatematikaVol. 1 No. 1. Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity Project.
Lauster,P., 1978, The Personality Test, London: Pan Books
Matlin, Margaret W. (2009). Cognitive Psychology Seventh Edition InternationalStudent Version. Printed In Asia: John Wiley & Sons, Inc.
Molloy, A. (2010). Coach Your Self Mimpi Tercapai, Target Terpenuhi.(TerjemahanRetnadi Nur’aini dari ASPIRATIONS: 8 Easy Steps to CoachYourself to Succes). Jakarta: Raih Asa Sukses.
Mundilarto. 2005. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Sains. Makalahdisampaikan pada PPM Terpadu di SMPN 2 Mlati Sleman Yogyakarta padatanggal 20 Agustus 2005.
Nailil, Faroh. 2011. Pengaruh Kemampuan Penalaran dan KomunikasiMatematika Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita MateriPokok Himpunan Pada Peserta Didik Semester 2 Kelas VII MTs NU NurulHuda Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Semarang: IAINWalisongo
Napitupulu, Ester L. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun.Harian Kompas. 14 Desember 2012. [online]. Diakses dihttp://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434 pada tanggal 12Januari 2016
Natawidjaja, R. 1987. Pendekatan pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok. CV.Diponegoro, Bandung.
Nurahman, Iman.. (2011). “Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-AcceleratedInstruction (TAI) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran danKomunikasi Matematika Siswa SMP”. Pasundan Journal of MathematicsEducation Jurnal. 1, (1), 96-130.
Nur Ghufron & Rini R.S. (2011). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-RuzzMedia.
Nurhadi.2003. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/ CTL)dan penerapannya dalam KBK. Malang : Penerbit Universitas NegeriMalang.
Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila.
Preston, D.L. (2007). 365 Steps to Self-Confidence. UK: How To Books Ltd.
Romadhina, Dian. 2007. Pengaruh Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Ko-munikasi Matematik terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHf1de/c0fe599f.dir/doc.pdf, diakses tanggal 28 november 2015
Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIPBandung Press.
Rusman. 2010. Peran Guru dalam Pembelajaran Kontekstual dan Life Skill.Yogyakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan danPenjaminan Mutu Pendidikan.
Sardiman. 2011. Tugas dan Peran Guru. Bandung: IKIP Bandung Press.
Shadiq, Fajar.(2004). Penalaran, Pemecahan masalah dan Komunikasi DalamPembelajaran matematika. Makalah disajikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar tanggal 10 s.d. 23 Oktober2004.
Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja GrafindoPersada: Jakarta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.
Suherman, Erman. 2003. Common Text Book : Strategi Pembelajaran MatematikaKontemporer. Bandung: JICA FMIPA UPI.
Sukirwan. (2008). Kegiatan Pembelajaran Eksploratif untuk MeningkatkanKemampuan Penalaran dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis.Bandung: UPI. Tidak diterbitkan.
Trianto. (2009). Pendekatan Kontekstual dan Life Skill. Yogyakarta: BadanPengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan MutuPendidikan.
Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 13.0 Analisis Data Statistik.Yogyakarta: Andi Offset.
TIMMS. 2007. Article Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Pendidikan Matematika. UNY. http//www.uny.ac.id diakses tanggal 12Januari 2016
Wardhani, Sri. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP:Belajar dari PISA danTIMSS. Yogyakarta: Badan Pengembangan SumberDaya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Yaniawati, R. Poppy. (2010). e-learning Alternatif Pembelajaran Kontemporer.Bandung: Arfino Raya.