2 1. Pendahuluan Kendala pembelajaran sering ditemui di lingkungan pendidikan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara oleh guru dan siswa di SMA N 1 Karanggede pada mata pelajaran TIK, masih terdapat kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang ditemui saat proses pembelajaran pada penelitian ini adalah proses pembelajaran di sekolah yang kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK dibawah batas nilai KKM yaitu 75. Akibat lain yaitu siswa kurang aktif didalam kelas karena hanya guru yang berperan pada metode konvensional. Faktor-faktor yang menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik, yaitu model belajar yang diterapkan adalah model konvensional, sumber belajar yang digunakan kurang lengkap dan siswa kurang menguasai tes tertulis apabila tidak menggunakan komputer secara langsung. Berdasarkan permasalahan yang ada maka guru dan siswa harus memanfaatkan fasilitas yang terdapat di sekolah. Adanya internet disekolah maka siswa dituntut untuk menggunakannya secara optimal dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan aplikasi search engine sebagai salah satu sumber belajar. Pengggunaan search engine pada penelitian ini bertujuan untuk memperluas dan melengkapi informasi tentang materi pelajaran yang dibutuhkan siswa agar proses pembelajaran menjadi menarik dan bermakna. Selain memanfaatkan fasilitas yang ada, perlu dilakukan perubahan model belajar untuk meningkatkan hasil belajar pelajaran TIK kelas X. Model konvensional berakibat proses belajar kurang menarik maka perlu dilakukan perubahan model belajar yang membuat proses belajar menjadi menarik dan bermakna. Model belajar tersebut adalah make a match. Penggunaan model belajar yang sebelumnya digunakan yaitu model konvensional, pada pelaksanaannya terdiri dari teori dan praktik, hasil yang diperoleh yaitu nilai TIK kurang dari batas KKM serta siswa kurang menguasai tes tertulis apabila tidak menggunakan komputer secara langsung. Konsep dasar yang dicapai dengan menggunakan model belajar make a match pada pelaksanaannya juga terdiri dari teori dan praktik, namun hasil yang diperoleh yaitu meningkatnya hasil belajar siswa serta menjadikan proses belajar bermakna sehingga apabila siswa melaksakan tes tertulis tanpa menggunakan komputer bisa mengerjakan dan hasil yang diperoleh diatas KKM. Proses belajar yang kurang menarik serta sumber belajar yang digunakan kurang lengkap dan model belajar yang diterapkan adalah model konvensional di SMA N 1 Karanggede, faktor tersebut menyebabkan hasil belajar siswa dibawah KKM. Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dilakukan penelitian tentang “Penerapan Model Belajar Make A Match Dengan Memanfaatkan Aplikasi Search Engine Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran TIK Di SMA Negeri 1 Karanggede”. Menurut wawancara terhadap siswa dan beberapa warga sekitar, SMA N 1 Karanggede menjadi sekolah unggulan di daerah Karanggede. Teknologi yang disediakan lebih baik dibanding sekolah-sekolah di sekitar Karanggede.
18
Embed
Penerapan Model Belajar Make A Match dengan Memanfaatkan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
2
1. Pendahuluan
Kendala pembelajaran sering ditemui di lingkungan pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara oleh guru dan siswa di SMA N 1
Karanggede pada mata pelajaran TIK, masih terdapat kendala yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang ditemui saat proses
pembelajaran pada penelitian ini adalah proses pembelajaran di sekolah yang
kurang menarik yang menyebabkan rendahnya nilai TIK dibawah batas nilai
KKM yaitu 75. Akibat lain yaitu siswa kurang aktif didalam kelas karena
hanya guru yang berperan pada metode konvensional. Faktor-faktor yang
menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik, yaitu model belajar yang
diterapkan adalah model konvensional, sumber belajar yang digunakan kurang
lengkap dan siswa kurang menguasai tes tertulis apabila tidak menggunakan
komputer secara langsung.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka guru dan siswa harus
memanfaatkan fasilitas yang terdapat di sekolah. Adanya internet disekolah
maka siswa dituntut untuk menggunakannya secara optimal dalam
pembelajaran yakni dengan menggunakan aplikasi search engine sebagai salah
satu sumber belajar. Pengggunaan search engine pada penelitian ini bertujuan
untuk memperluas dan melengkapi informasi tentang materi pelajaran yang
dibutuhkan siswa agar proses pembelajaran menjadi menarik dan bermakna.
Selain memanfaatkan fasilitas yang ada, perlu dilakukan perubahan model
belajar untuk meningkatkan hasil belajar pelajaran TIK kelas X. Model
konvensional berakibat proses belajar kurang menarik maka perlu dilakukan
perubahan model belajar yang membuat proses belajar menjadi menarik dan
bermakna. Model belajar tersebut adalah make a match. Penggunaan model
belajar yang sebelumnya digunakan yaitu model konvensional, pada
pelaksanaannya terdiri dari teori dan praktik, hasil yang diperoleh yaitu nilai
TIK kurang dari batas KKM serta siswa kurang menguasai tes tertulis apabila
tidak menggunakan komputer secara langsung. Konsep dasar yang dicapai
dengan menggunakan model belajar make a match pada pelaksanaannya juga
terdiri dari teori dan praktik, namun hasil yang diperoleh yaitu meningkatnya
hasil belajar siswa serta menjadikan proses belajar bermakna sehingga apabila
siswa melaksakan tes tertulis tanpa menggunakan komputer bisa mengerjakan
dan hasil yang diperoleh diatas KKM.
Proses belajar yang kurang menarik serta sumber belajar yang digunakan
kurang lengkap dan model belajar yang diterapkan adalah model konvensional
di SMA N 1 Karanggede, faktor tersebut menyebabkan hasil belajar siswa
dibawah KKM. Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dilakukan
penelitian tentang “Penerapan Model Belajar Make A Match Dengan
Memanfaatkan Aplikasi Search Engine Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Dalam Mata Pelajaran TIK Di SMA Negeri 1 Karanggede”.
Menurut wawancara terhadap siswa dan beberapa warga sekitar, SMA N 1
Karanggede menjadi sekolah unggulan di daerah Karanggede. Teknologi yang
disediakan lebih baik dibanding sekolah-sekolah di sekitar Karanggede.
3
Terdapat LCD proyektor dan kabel LAN (di meja guru) pada setiap ruang
kelas, jaringan internet di lab komputer dan lab IPA.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwi Prasetia Ningrum tentang
“Keefektifan Model Make A Match Dalam Belajar Pemahaman Pantun Pada
Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri 2 Karangjati Kabupaten Bajarnegara”.
Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen, menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa materi pemahaman pantun yang
belajarnya menerapkan model make a match dan yang proses belajarnya
menerapkan model konvensional. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai
posttest materi pemahaman pantun di kelas eksperimen yang lebih tinggi dari
pada kelas kontrol. Selain itu model belajar make a match berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa materi pemahaman pantun daripada model belajar
konvensional. Hal ini terbukti dari hasil posttest siswa di kelas eksperimen
yang seluruh siswanya mencapai KKM dan kelas control terdapat 5 anak yang
tidak mencapai KKM. [1]
Penelitian lain juga dilakukan oleh Umi Makromah yang berjudul
“penerapan strategi belajar kooperatif make a match untuk meningkarkan hasil
belajar pendidikan agama islam kompetensi dasar menyebutkan tugas
malaikat siswa kelas IV SDN 2 Karangmalang kangkung Kendal 2010/2011”.
Metode penelitian yang digunakan yaitu PTK - classroom Action research.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan siklus 1 dengan rata-rata nilai 62, siklus 2 dengan rata-rata nilai
68 dan siklus 3 dengan rata-rata 70. [2]
Selain penelitian yang dilakukan oleh Dwi dan Umi, penelitian lain juga
dilakukan oleh Henny Ambarwati yang berjudul “penerapan model belajar
make a match dalam upaya meningkatkan hasil belajar sejarah siswa SMA
Kristen Satya Wacana Salatiga semester gasal tahun ajaran 2011/2012”.
Metode yang digunakan dalam penelitian Henny adalah PTK dengan 2 siklus.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada pokok
bahasan tradisi sejarah pada masa aksara mengalami peningkatan. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan rata-rata klasikal pada pra siklus 77,4 (tanpa model
belajar make a match) menjadi 77,5 (siklus 1) dan 95,09 (siklus 2) setelah
menggunakan model belajar make a match. Selain meningkatkan pemahaman
siswa, hasil dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan aktifitas dalam
proses belajar mengajar terjadi interaksi yang positif dari hasil observasi
terjadi hasil peningkatan aktifitas belajar siswa, pada siklus 1 kriteria baik
sekali hanya 3,43 menjadi 4 pada siklus 2. [3]
Penelitian-penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan dalam
melaksanakan penelitian ini. Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan,
terdapat persamaan pada penelitian ini yaitu penerapan model belajar make a
match. Namun terdapat perbedaan yaitu (1) Penelitian yang dilakukan oleh
4
Umi Makromah meneliti hasil belajar Agama, Dwi Prasetia Ningrum meneliti
efektivitas Belajar Pemahaman Pantun dan Henny meneliti hasil belajar
Sejarah, sedangkan penelitian ini meneliti hasil belajar TIK, (2) Penelitian
yang dilakukan oleh kedua sumber diatas tidak menggunakan aplikasi search
engine untuk belajar, sedangkan penelitian ini memanfaatkan aplikasi search
engine untuk belajar.
Model belajar make a match. Menurut Miftahul Huda, model belajar ini
merupakan belajar dengan cara siswa mencari pasangan sambil mempelajari
suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan [4].
Model ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Adapun kelebihan model ini yaitu dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa
(baik secara kognitif maupun fisik), karena ada unsur permainan model ini
menyenangkan, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari, dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa, efektif
sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi, efektif
melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar). Kekurangan
dari model ini adalah jika tidak dirancang dengan baik maka banyak waktu
terbuang, jika tidak mengarahkan siswa dengan baik saat presentasi banyak
siswa yang kurang memperhatikan) [5].
Hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang
diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan
pengajaran tertentu [6]. Kegiatan belajar dapat berlangsung dimana-mana,
misalnya dilingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari
maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja. Secara garis besar ada
dua kategori alat penilaian hasil belajar, yaitu tes dan nontes [7]. Pengertian
hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pengalaman-
pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-
kemampuan tertentu.
Mata pelajaran TIK. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai salah satu
lembaga pendidikan menengah perlu membekali siswa dan lulusannya
dengan keterampilan yang memadai termasuk kompetensi TIK. Menurut
kurikulum Tahun 2004 tentang Standar Kompetensi Mata Pelajaran TIK
SMA dan MA, tujuan khusus mempelajari TIK adalah menyadarkan siswa
akan potensi perkembangan TIK yang terus berubah, sehingga siswa
termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari TIK sebagai dasar untuk
belajar sepanjang hayat. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa
beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri. Mengembangkan
kompetensi siswa dalam penggunaan TIK untuk mendukung kegiatan belajar,
bekerja, dan berbagai aktifitas dalam aspek kehidupan sehari-hari.
Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, sehingga proses belajar dapat lebih optimal, dan terampil dalam
berkomunikasi, mengorganisasi informasi, belajar, dan bekerjasama,
5
mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif
dan bertanggungjawab dalam penggunaan TIK untuk belajar, bekerja, dan
pemecahan masalah [8]. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
kurikulum Depdiknas (2007) dalam Naskah Akademik Kajian Kebijakan
Kurikulum Mata Pelajaran TIK menyatakan bahwa visi mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Visi dari mata pelajaran TIK yaitu
agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat TIK secara tepat dan
optimal. Fungsi lain dari mata pelajaran TIK, yaitu untuk mendapatkan dan
memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya
sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif,
mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi
dengan perkembangan baru di lingkungannya. Melalui mata pelajaran TIK
diharapkan siswa dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang
mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk
teknologi informasi dan komunikasi. Siswa menggunakan perangkat TIK
untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi
secara efisien dan efektif. Menggunakan Teknologi Informasi dan
Komunikasi, siswa akan dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari
berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan TIK
akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri. Siswa
dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana
penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal,
termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang. [9]
Aplikasi search engine. Menurut Sutikno, menyatakan bahwa search
engine adalah suatu fasilitas diinternet yang digunakan untuk mencari
informasi diinternet dengan mengetikkan kata kuncinya. Informasi yang
dicari diinternet dapat berupa berita, tutorial ilmu pengetahuan, teknologi,
soal-soal dan lain-lain. Untuk menggunakan fasilitas search engine ini maka
harus menggunakan website yang menyediakan fasilitas ini. Contoh website
yang menyediakan fasilitas search engine yaitu www.google.com,