Top Banner
PENERAPAN METODESIX SIGMADALAM MENGANALISIS KINERJA PELAYANAN DOSEN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI JURUSAN TEKNIK MESIN UNJ EMIRIO ALVY REZKY 5315107507 Skripsi Ini Ditulis Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2016
116

PENERAPAN METODESIX SIGMADALAM MENGANALISIS ...repository.unj.ac.id/602/1/Proposal Skripsi six sigma.pdfmengajar, (2) Memberikan usulan perbaikan kinerja pelayanan dalam upaya meningkatkan

Jan 27, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PENERAPAN METODESIX SIGMADALAM MENGANALISIS KINERJA

    PELAYANAN DOSEN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI

    JURUSAN TEKNIK MESIN UNJ

    EMIRIO ALVY REZKY

    5315107507

    Skripsi Ini Ditulis Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

    Di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    2016

  • i

    LEMBAR PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    1. Karya tulis skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

    mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Negeri Jakarta

    maupun diperguruan tinggi lain.

    2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri

    dengan arahan dosen pembimbing.

    3. Dalam karya tulis ini terdapat karya atau pendapat yang yang telah tertulis

    atau dipublikasikan orang lain kecuali tertulis dengan jelas dicantumkan

    sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

    dicantumkan dalam daftar pustaka.

    4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

    hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

    maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

    yang telah diperoleh karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan

    norma yang berlaku di Universitas Negeri Jakarta.

    Jakarta, Januari 2016

    Emirio Alvy Rezky

    5315107507

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    SKRIPSI DENGAN JUDUL

    PENERAPAN METODE SIX SIGMA DALAM MENGANLISIS KINERJA

    PELAYANAN DOSEN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI

    JURUSAN TEKNIK MESIN UNJ

    TELAH DISUSUN OLEH:

    Nama Tanda Tangan Tanggal

    1. Aam Aminingsih Jumhur, ST., MT. ......................... ............... NIP. 197110162008122001

    (Pembimbing I)

    2. Ahmad Kholil, ST., MT. ......................... ............... NIP. 197908312005011001

    (Pembimbing II)

    Dewan Penguji :

    3. Drs. Adi Tri Tyassmadi, M.Pd. ......................... ............... NIP. 196105211986021001

    (Ketua)

    4. Pratomo Setyadi, ST., MT. ......................... ............... NIP. 198102222006041001

    (Sekretaris)

    5. Lukman Arhami, S.Pd., MT. ......................... ............... NIP. 197901032005011003

    (Dosen Ahli)

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi

    Pendidikan Teknik Mesin UNJ

    Ahmad Kholil, ST., MT.

    NIP. 197908312005011001

    Tanggal Ujian : 26 Januari 2016

    Tanggal Lulus : 26 Januari 2016

  • iii

    ABSTRAK Emirio Alvy Rezky, Penerapan Metode Six Sigma Dalam Menganalisis Kinerja

    Pelayanan Dosen Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Teknik Mesin UNJ.

    (2016)

    Jakarta: Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta.

    Dosen selalu berusaha memberikan kinerja yang terbaik dalam

    memuaskan mahasiswanya.Akan tetapi pada kenyataannya, masih terdapat

    ketidakpuasan mahasiswa terhadap kinerja yang diberikan dosen. Tujuan

    Penelitian(1) Mengukur level sigma kinerja pelayanan dosen dalam proses belajar

    mengajar, (2) Memberikan usulan perbaikan kinerja pelayanan dalam upaya

    meningkatkan kualitas kinerja pelayanan dosen.Analisa data menggunakan

    metode six sigma melalui tahap define, measure, analyze,dan improvement. hasil

    penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor penyebab ketidakpuasan mahasiswa

    terhadap kinerja pelayanan dosen yaitu dosen memenuhi jumlah tatap muka

    minimal 14 minggu dalam satu semester, dosen selalu membantu dan

    mengarahkan dalam meminta perbaikan nilai, dosen datang tepat waktu pada saat

    jam perkuliahan, proses pembelajaran yang diberikan dosen dapat dicontoh/ditiru

    mahasiswa, dosen menginformasikan kepada mahasiswa apabila perkuliahan

    ditunda/tidak berjalan sesuai jadwal, dosen memberikan koreksi, umpan balik dan

    nilai pada latihan/tugas yang dikerjakan mahasiswa, dosen menginformasikan

    hasil ujian secara jelas dan transfaran. Berdasarkan Defect Per Milion

    Opportunities (DPMO) dosen selalu membantu dan mengarahkan dalam meminta

    perbaikan nilai mempunyai nilai DPMO tertinggi. Nilai DPMO yang paling tinggi

    menunjukan bahwa prioritas perbaikan perlu ditunjukan pada dosen selalu

    membantu dan mengarahkan dalam meminta perbaikan nilai.Namun terdapat

    beberapa kelemahan atau keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan tidak

    melakukan atau menggunakan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

    Kata kunci: Pengukuran Kinerja, Metode Six Sigma, Kepuasan Mahasiswa,

    Standar Pelayanan Minimum (SPM)

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-

    Nya. Sholawat serta salam penulis panjatkan kehadirat Nabi besar Muhammad

    SAW atas risalah dan suri tauladannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Six SigmaDalam Menganalisis

    Kinerja Pelayanan Dosen Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan

    Teknik Mesin UNJ”.

    Proses pembuatan skripsi ini tidak akan mungkin dapat

    terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai

    pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan

    penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

    1. Bapak Drs. Riyadi, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

    Negeri Jakarta.

    2. Bapak Ahmad Kholil, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Teknik Mesin UNJ dan pembimbing II yang telah memberikan ide, saran,

    dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

    3. Ibu Aam Amaningsih Jumhur, ST. MT, selaku dosen pembimbing I yang

    telah memberikan ide, saran, motivasi dan tak pernah bosan untuk

    membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

    4. Bapak Drs. Sugeng Priyanto, M.Sc selaku Pembimbing Akademik

    5. Kedua orang tua penulis, Bapak Tajudin Abdullah dan Ibu Siti Rocmani

    yang telah mendidik dan selalu memberikan dukungan baik berupa moril

    maupun materil.

    6. Rekan-rekanmahasiswa angkatan 2010 yang selalu memberikan semangat

    satu sama lain dalam mengerjakan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

    sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

    membangun guna memperbaiki segala kesalahan dan kekurangan skripsi ini.

    Jakarta, Januari 2016

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    LEMBARPERNYATAAN ...........................................................................i

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii

    ABSTRAK ...................................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

    DAFTAR ISI..................................................................................................v

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

    1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 3

    1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................... 4

    1.4 Perumusan Masalah .......................................................................... 5

    1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

    1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................6

    BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 7

    2.1.Landasan Teori................................................................................... 7

    2.1.1. Pengertian Pendidikan ............................................................. 7

    2.1.2. Tujuan Pendidikan ................................................................... 13

  • vi

    2.1.3. Manajemen Pendidikan ............................................................ 17

    2.1.4. Proses Belajar Mengajar .......................................................... 18

    2.1.5. Kepuasan Pelanggan ................................................................ 28

    2.1.6. Harapan Pelanggan .................................................................. 29

    2.1.7. Fokus Proses Dan Perbaikan .................................................... 30

    2.1.8. Pengertian Kinerja ................................................................... 31

    2.1.9. Pengukuran Kinerja ................................................................. 37

    2.1.10. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja ................................ 39

    2.1.11. Metode Six Sigma .................................................................. 41

    2.1.12. Analisis Pareto ....................................................................... 51

    2.1.13. Diagram Sebab Akibat ........................................................... 52

    2.2.Kerangka Pemikiran........................................................................... 54

    2.3.Hipotesis ............................................................................................ 55

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 56

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 56

    3.2 Metode Penelitian .............................................................................. 56

    3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 57

    3.4 Instrumen Penelitan .......................................................................... 57

    3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 58

    3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................ 58

    BAB IVHASIL PENELITIAN ...................................................................... 64

    4.1 Deskripsi Penelitan ........................................................................... 64

    4.2 Data Hasil Penelitan ........................................................................... 65

  • vii

    4.2.1.TahapDefine .............................................................................. 65

    4.2.2.TahapMeasure........................................................................... 66

    4.2.3.TahapAnalyze ............................................................................ 72

    4.2.4.TahapImprove ........................................................................... 78

    4.3 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 79

    BAB V PENUTUP .......................................................................................... 81

    5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 81

    5.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 81

    5.3 Saran ................................................................................................. 82

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83

    LAMPIRAN .................................................................................................... 85

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Definisi Manajemen Pendidikan Menurut Para Ahli ....................17

    Tabel 2.2 Konversi Sigma Yang Disederhanakan .........................................41

    Tabel 4.1 Koefisien Reliabilitas .....................................................................68

    Tabel 4.2 Kapabilitas Proses ........................................................................70

    Tabel 4.3 Rencana Tindakan Dengan Metode 5W-H....................................76

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1 Diagram Pareto ............................................................................71

    Gambar 4.2 Diagram Sebab Akibat ................................................................72

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner Instrumen Penelitian Kepuasan ..................................86

    Lampiran 2 Tabel r ..........................................................................................88

    Lampiran 3 Nilai Rata-Rata Tingkat Kepuasan ..............................................89

    Lampiran 4 Nilai Rata-Rata Tingkat Harapan ................................................90

    Lampiran 5 Uji Validitas .................................................................................91

    Lampiran 6 Penentuan Atribut Pertanyaan .....................................................92

    Lampiran 7 Koefisien Validitas Berdasarkan Tiap Atribut.............................93

    Lampiran 8 Kepuasan, Harapan, dan Gap Tiap Atribut .................................94

    Lampiran 9 Pengukuran Baseline Kinerja Pada Tingkat Outcome

    Berdasarkan Atribut .......................................................................... 95

    Lampiran 10 SOP Evaluasi Perkuliahan ....................................................... 96

    Lampiran 11 Diagram Alir Proses Evaluasi Perkuliahan............................... 98

    Lampiran 12 SOP Ujian Remedial ................................................................ 99

    Lampiran 13Diagram Alir ProsesUjian Remedial ........................................ 101

    Lampiran 14 SOP Komplain Nilai .................................................................102

    Lampiran 15 Diagram Alir Proses Komplain Nilai .......................................104

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Pada saat ini masyarakat mulai melihat bahwa pendidikan sebagai

    salah satu investasi jangka panjang yang menguntungkan.Hal ini didorong

    oleh pesatnya kemajuan dibidang teknologi dan informasi.Untuk merespon

    kebutuhan masyarakat inilah muncul lembaga-lembaga pendidikan yang

    menawarkan jasanya dalam berbagai jenjang pendidikan yang bertujuan untuk

    menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya

    wadah yang dapat dipandang sebagai alat untuk membangun SDM yang

    bermutu tinggi adalah pendidikan.Kualitas pendidikan yang baik merupakan

    salah satu faktor dalam meningkatkan kemajuan suatu Negara yaitu dengan

    menciptakan regenerasi yang lebih berkompeten dalam membangun dan

    mensejahterakan Negaranya.Oleh karena itu, banyak lembaga-lembaga

    pendidikan yang bertujuan menciptakan SDM yang berkualitas dan

    berwawasan tinggi.

    Universitas Negeri Jakarta adalah salah satu lembaga pendidikan

    Universitas Negeri yang berkomitmen untuk melahirkan alumni dan

    alumnusnya yang berkualitas dengan kebijakan mutu yang bertekad untuk

    menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam membangun masyarakat

    Indonesia yang maju, demokratis, sejahtera, dan siap terap seperti yang tertera

    di motto Universitas Negeri Jakarta yaitu Building Future Leadersyang berarti

  • 2

    mempersiapkan pemimpin masa depan. Dengan hal tersebutlah yang membuat

    Universitas Negeri Jakarta ingin terus memberikan sarana dan prasarana yang

    dapat membantu dan mempermudah mahasiswa dalam melakukan setiap

    kegiatan yang dilakukannya untuk menjadikan lulusan yang berkualitas.

    Universitas Negeri Jakarta khususnya pada Jurusan Teknik Mesin

    memberikan para pengajar yang berwawasan tinggi dalam bidangnya masing-

    masing yang dapat memberikan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang

    dibutuhkan untuk menjadi seorang guru maupun menjadi seorang tenaga

    pekerja. Proses pembelajaran yang diberikan dosen sangat membantu

    mahasiswa menjadi regenerasi yang berkualitas dan dengan bantuan dan

    bimbingannya mahasiswa dapat lebih terarah dan termotivasi dalam

    menjalankan proses jenjang pendidikan yang dihadapinya.

    Akan tetapi semua tidak selalu berjalan dengan lancar,pasti ada

    masalah yang dihadapi dosen dalam menghadapi mahasiswa dan masalah

    yang dihadapi mahasiswa. Tidak semua pemikiran dapat sama atau sesuai,

    pasti ada yang membuat berbeda dan kurang menerimanya. Contohnya pada

    kinerja dosen, ada yang bisa menerima kinerjanya tersebut dan ada pula yang

    kurang menerima kinerjanya.Semua itu wajar adanya karena seorang manusia

    tidak ada yang sempurna, namun bila adanya saling kerjasama atau hubungan

    yang baik alangkah lebih baik untuk mempemudah pekerjaan masing-masing

    yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang diingikan.

  • 3

    Oleh karena itu, saya ingin mencoba mencari tahu apakah

    mahasiswa puas dengan kinerja yang diberikan dosen atau sebaliknya yang

    bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan mahasiswa atau konsumen

    yang sudah diberikan. Cara yang dilakukan dalam melakukan pengukuran yaitu

    adalah dengan cara menggunakan Metode Six Sigma.Seperti yang sudah kita

    ketahui Metode SixSigmasendiri bertujuan untuk mengidentifikasi,

    menganalisis, dan mengeliminasi sumber variasi dalam proses.Dalam tingkatan

    Six Sigma kita dapat mengetahui kualitas kinerja atau pelayanan yang telah

    diberikan dosen kepada mahasiswa salah satunya dapat menggunakan metode

    Define, Measure, Analyze, Improvement, Control(DMAIC) dari Six Sigma

    sebagai Problem Solving dalam melakukan perbaikan secara terus menerus dan

    terus meningkatkan level sigma. Maka dengan alasan ini saya tertarik untuk

    mengadakan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul :“Penerapan Metode

    Six SigmaDalam Menganalisis Kinerja Pelayanan Dosen Dalam Proses

    Belajar Mengajar Di Jurusan Teknik Mesin UNJ”.

    1.2 Indentifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka

    dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

    1. Strategi apakah yang dilakukan dosen dalam memberikan kepuasan kinerja

    kepada mahasiswanya?

    2. Permasalahan apakah yang sering terjadi antara dosen dengan mahasiswa?

  • 4

    3. Bagaimana kinerja yang diberikan dosen pada saat proses perkuliahan

    berlangsung?

    4. Apakah adanya respon yang baik pada saat mahasiswa mengalami masalah

    dalam perkuliahan?

    1.3 Pembatasan Masalah

    Agar penelitian ini lebih fokus dan pembahasannya tidak semakin

    meluas mengingat keterbatasan penulis mengenai hal materi, waktu, dana, dan

    tenaga maka penulis melakukan pembatasan masalah:

    1. Penelitian ini hanya dilakukan untuk meneliti kinerja dosen di Jurusan

    Teknik Mesin Gedung B.

    2. Penelitian ini tidak memilih satu dosen melainkan semua dosen di Jurusan

    Teknik Mesin Gedung B.

    3. Hasil data yang didapat dari jawaban kuesioner hanya diisi oleh

    mahasiswa di Jurusan Teknik Mesin Gedung B angkatan 2011 sampai

    2014.

    4. Tahapan pada Metode Six Sigma ini hanya pada tahap Improve tidak ke

    tahap selanjutnya yaitu tahap Control.

  • 5

    1.4 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan

    masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat

    dirumuskan sebagai berikut:“Apakah penerapan Metode Six Sigmadapat

    meningkatkan kinerjapelayanan dosen dalam Proses Belajar Mengajardi

    Jurusan Teknik Mesin UNJ?”

    1.5 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan pada masalah-masalah yang sudah dirumuskan

    sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

    1. Mengukurtingkat level sigmaterhadap kinerja pelayanan yang diberikan

    dosen.

    2. Memberikan usulan perbaikan kinerjaatau pelayanan dalam upaya

    meningkatkan kualitas kinerja pelayanan dosen (peningkatan level

    sigma).

  • 6

    1.6 Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada BAB ini akan disajikan penjelasan dan pembahasan tentang masalah-

    masalah yang ada didalam penelitian yang sedang dibahas atau dilakukan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Pada BAB ini akan disajikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan

    penelitian yang sedang dibahas.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Pada BAB ini akan disajikan secara sederhana langkah-langkah penelitian

    yang akan dilakukan agar penelitian lebih terarah dan berjalan dengan baik.

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    Pada BAB ini akan disajikan data yang sudah diolah, dianalisis atau informasi

    hasil dari penelitian yang sudah dilakukan.

    BAB V PENUTUP

    Pada BAB ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang sudah

    dilakukan.

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1.Landasan Teori

    2.1.1. PengertianPendidikan

    Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh

    berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

    kehidupan suatu masyarakat ke arah yang lebih baik.Bagi masyarakat yang

    kurang maju atau tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan

    dibidang pendidikan merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya

    manusia yang diharapkan berdampak positif bagi peningkatan berbagai

    aspek kehidupan lainnya. Pembangunan pendidikan digunakan sebagai

    wahana proses transisi yang disengaja atau terencana agar berbagai segi

    kehidupan sistem sosial yang terkenanya dapat meningkat atau menjadi

    lebih baik.1 Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan

    perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial

    dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.2

    Mendidik atau mengajar merupakan perbuatan teramat penting

    dan bermartabat tinggi untuk membawa anak manusia pada tingkat

    1Iskandar Agung, Strategi Penerapan Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan (ESD) Di Sekolah

    (Jakarta: Bee Media Indonesia, 2012), hal 37

    2Uyoh Sadulloh, PengantarFilsafat Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), hal 55

  • 8

    manusiawi dan peradaban; khususnya pada zaman modern dengan segala

    kompleksitasnya.Tanpa pendidikan anak tidak dapat mencapai martabat

    kemanusiaan, tidak bisa menjadi pribadi utuh; juga tidak bisa menjadi

    insan sosial dan abdi Tuhan Yang Maha Esa yang saleh.Sebab anak

    manusia itu dilahirkan dalam keadaan serba kurang lengkap, dengan naluri

    dan fungsi-fungsi jasmani-rokhani yang belum berkembang.

    A. Macam-Macam Definisi

    Di dalam membicarakan pengantar pendidikan yang bersifat

    umum ini, langkah pertama yang harus kita perhatikan ialah

    memperjelas pengertian tentang istilah pendidikan.

    Masalah definisi yang jelas dari suatu terminologi ini merupakan

    Conditio Sine Quanon agar suatu pembahasan atau uraian menjadi

    jelas dan sistematis. Jadi definisi ini merupakan langkah pertama dari

    cara berpikir yang gamblang; Definition Is The First Step Of Chear

    Thingking. Tanpa definisi yang jelas suatu pembicaraan akan menjadi

    simpang siur dan tidak tentu ujung pangkalnya, untuk mendapatkan

    pengertian yang jelas tentang pengertian pendidikan, akan

    dikemukakan beberapa pendapat sebagai berikut:

    1). Prof. Drs. S. Brodjonegoro 1dalam usaha menerangkan

    pengertian pendidikan, mengadakan analisa terhadap istilah-

    istilah yang mengandung arti mendidik:

  • 9

    a. Pedagogik atau teori pendidikan berasal dari perkataan Pais

    yang berarti anak dan Agogos yang berarti penuntun. Pada

    Jaman Yunani Kuno, seorang yang pergi kesekolah diantar

    oleh seorang yang disebut Gogos. Ia mengantar si anak,

    membawakan alat-alatnya dan setelah sekolah ditutup, gogos

    membawa anak pulang kerumah. Dalam lingkungan keluarga

    gogos diberi tugas pula mengamat-amati si anak. Maka oleh

    karena itu pedagogik berarti: Ilmu menuntun anak.

    b. Opvoeding (bahasa Belanda) pada permulaannya berarti

    “Membesarkan” dengan makanan, jadi membesarkan anak

    dalam arti jasmaniah. Akan tetapi lambat laun “Tindakan

    Membesarkan” ini dikenakan juga pada pertumbuhan rokhani

    anak, jadi pertumbuhan pikiran, perasaan dan kemauan anak

    dan pula pertumbuhan wataknya.Dalam arti yang luas,

    Opvoeding berarti tindakan untuk membesankan anak dalam

    arti Geestelyk (kebatinan, Jawa).

    c. Panggualwentah (bahasa Jawa) berarti mengolah, jadi

    mengobah kejiwaannya ialah mematangkan perasaanpikiran

    kemauan dan watak sang anak (mengenai pemberian

    pengetahuan dipergunakan istilah Onderwijs ataupengajaran).

    d. Dalam bahasa Romawi (termasuk bahasa Inggris) adaistilah

    “Educare” mengeluarkan dan menuntun.Istilah ini

  • 10

    menunjukkan tindakan untuk merealisasikan“Innerijk

    Aanleg” atau potensi anak, yang dibawa waktudilahirkan di

    dunia. Jadi educareberarti ”membangunkan”kekuatan

    terpendam atau mengaktiveer kekuatan potensiil yang

    dimiliki anak.

    e. Erzichung (perkataan Jerman) hampir sama artinya dengan

    educare, jadi mengeluarkan dan menuntun.Setelah

    menjelaskan kelima istilah tersebut diatas selanjutnya S.

    Brodjonegoro merumuskan pengertian pendidikan sebagai

    berikut: ”Pendidikan/mendidik adalah tuntunan kepada

    manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat

    memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan secara singkat:

    Pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan mulai lahir

    sampai tercapainyakedewasaan, dalam arti jasmaniah dan Fokhaniah.

    2). Ki Hadjar Dewantoro mengemukakan pengertian pendidikan

    sebagai berikut:”Menurut pengertian umum, berdasarkan apa

    yang kita saksikan dalam semua macam pendidikan, maka

    teranglah bahwa yang dinamakan pendidikan yaitu tuntutan di

    dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya

    pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada

    pada anak-anak itu, agarmereka sebagai manusia dan sebagai

  • 11

    anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan

    kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

    Didalam tulisan lainKi Hadjar Dewantoro merumuskan

    pengertian pendidikan yang walaupun redaksinya agak berbeda tapi

    mempunyai hakekat yang sama dengan pengertian tersebut di atas,

    yaitu “pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan

    budi pekerti” (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-

    anak. Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan

    hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan

    alamnya dan masyarakatnya.

    3). Drs. D. Marimba seorang penulis filsafat pendidikan Islam,

    menjelaskan pengertian sebagai berikut:“Pendidikan adalah

    bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap

    perkembangan jasmani dan rokhani si pendidik menuju

    terbentuknya kepribadian yang utama”.

    Jadi dalam pendidikan terdapat unsur-unsur:

    a. Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau

    pertolongan) dan dilakukan secara sadar.

    b. Ada pendidik atau bimbingan atau penolong.

    c. Ada yang dididik atau si terdidik.

    d. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.

    e. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.

  • 12

    4). Berdasarkan pendapat M. J. Langeveld, Prof. Idrak Jassin M.A.

    mengemukakan:“Mendidik adalah memberi pertolongan secara

    sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa)

    dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan dalam arti

    dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala

    tindakannya menurut pilihannya sendiri”.

    5). Selanjutnya seorang ahli filsafat pendidikan yang bernama F.H.

    Phenix berpendapat:”Education Is The Process Wherby Persons

    Intentionally Guide The Development Of Persons” dari definisi ini

    dikemukakan unsur sebagai berikut;“A Human Interprise; A

    Process; Development; By Persons; Intentional”.

    6). Menulis filsafat pendidikan yang lain yang bernama Kil. Patrick

    mengemukakan bahwa :”By Education We Mean The Comulative

    Effect Of All The Successine Learning Experiences One

    Undergoes".

    7). John Deway seorang ahli pendidik bangsa Amerika

    mendefinisikan pendidikan sebagai berikut :"Etymologically, The

    Word Education Means Just A Process Of Leading Or Bringing

    Up. When We Have The Outcome Of The Process In Mind, We

    Speak Of Education As Shaping, Forming, Molding Activity That

    A Shaping Into The Standard Form Of Social Activity”.

  • 13

    8). Crow and Crow di dalam bukunya “Introduction To Education”

    mengemukakan sebagai berikut :”The Term Education May He

    Interpreted To Connote The Process Through Which Experience

    Or Informatie Is Gained, Or It May Be Used To Indicate The

    Result Of Such Training Or The Product Of The Learning

    Process. Using Either Connotation Of The Term, Education

    Implies Experiences, Insight And Adjusment On The Part Of The

    Learher As He Is Stimulated Toward Growth And Development”.

    9). Dari Dictionary Of Education, tertulis bahwa:”Education Is The

    Social Process By Which People Are Subjected To The Influence

    Of A Selected And Countrolled Environment (Especially That Of

    The Scholl) So That TheyMay Obtain Social Conpetences And

    Development”.3

    Dari pendapat-pendapat ahliyang telah disampaikan diatas,

    dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses bimbingan

    dalam mencerdaskan bangsa.

    2.1.2. Tujuan Pendidikan

    Karena pendidikan merupakan bimbingan terhadap

    perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka masalah

    pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan.

    3 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1985), hal 1

  • 14

    1. Pengertian Tujuan Pendidikan

    a. Tujuan Pendidikan Sebagai Arah Pendidikan

    Tujuan itu menenjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan

    arah tadi menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi

    sekarang kesituasi berikutnya. Dalam meninjau tujuan sebagai arah

    ini, tidak ditekankan pada masalah kejurusan mana garis yang telah

    memberi arah pada usaha tersebut, tetapi ditekankan pada soal garis

    manakah yang harus kita ambil dalam melaksanakan usaha

    tersebut, atau garis manakah yang harus ditempuh dalam keadaan

    “sekarang” dan “disini” misalnya guru yang bertujuan membentuk

    anak didiknya menjadi manusia yang cerdas, maka arah dari

    usahanya ialah menciptakan situasi belajar yang dapat

    mengembangkan kecerdasan.

    b. Tujuan Sebagai Titik Akhir

    Tujuan di samping dapat dipandang dari segi titik

    tolaknya, juga dapat dipandang dari segi titik akhir yang akan

    dicapainya, disini perhatian pada hal yang akan dicapai atau dituju

    yang terletak pada jangkauan masa datang, dan bukan pada situasi

    sekarang atau pada jalan yang harus diambil dalam situasi tadi.

    Misalnya seorang Pendidik yang bertujuan agar anak

    didiknya menjadi manusia susila, maka tekanannyadi sini ialah

  • 15

    gambaran tentang pribadi susila yang menjadi idam-idamannya

    tadi.

    c. Hubungan Antara Dasar Dan Tujuan Pendidikan

    Untuk lebih memahami tujuan pcndidikan akan ditinjau

    hubungan antara dasar dan tujuan pendidikan. Jika tujuan

    merupakan titik akhir dari usaha makadasar ini merupakan titik

    tolaknya dalam arti bahwadasar tadi merupakan fondamen yang

    menjadi alas permulaan setiap usaha.Sehingga antara dasar dan

    tujuan terbentanglah garis yang menunjukkan arah bergeraknya

    usaha tersebut, serta dasar dan tujuanpendidikan merupakan satu

    kesatuan yang tak terpisahkan.Misalnya dasar dan tujuan

    pendidikan kita dasarnya ialah Pancasila dan tujuannya ialah

    terbentuknya manusia Pancasilais sejati.Jadi dasar pendidikan kita

    bertitik tolak pada pandangan hidup kita yaitu Pancasila dan

    bertitik akhir pada tujuan yaitu terbentuknya pribadi Pancasilais

    sejati. Antara dasar dan tujuan tersebut terbentanglah garis yang

    menunjukan usaha-usaha dalam pendidikan kita, misal: usaha

    menyusun kurikulum yang baik, memilih metode yang tepat,

    mendirikan persekolahan atau lembaga pendidikan yang dapat

    memenuhi kebutuhan, membentuk kader-kader pendidik yang baik

    dan lain-lain.

  • 16

    2. Dasar/Tujuan Psikologis, Sosial Dan Filosofis Dari Pendidikan

    Dalam memahami dasar dan tujuan pendidikan, kita dapat

    memandang dari segi psychologis yaitu berdasarkan pada keadaan atau

    sifat-sifat kejiwaan individu, dalam hal ini padagogik mendapat banyak

    membantu psikologis, juga kita dapat memandang dari segi sosial yaitu

    berdasarkan keadaan masyarakat, disini sosiologi banyak membantu

    paedagogiek, sedangkan tujuan yang berdasarkan hakekat segala

    menghasilkan dasar dan tujuan pendidikan yang bersifat filosofis, disini

    filsafat memberikan sumbangan besar kepada paedagogiek.

    a. Dasar/Tujuan Sosial

    Semua usaha pendidikan harus didasarkan pada kenyataan

    yang terdapat di dalam masyarakat (realitet sosial) dan bertujuan

    untuk mewujudkan realitet tadi.Misalnya didalam masyarakat yang

    sedang membangun maka usaha pembangunan sebagai realitet

    sosial ini haruskita jadikan dasar pendidikan, sedangkantujuan

    pendidikan ialah pembentukan kader-kader pembangun.Demikian

    pula dalam masyarakat pertanian, peternakan, perindustrian dan

    lain-lain.

    b. Dasar/Tujuan Psikologis

    Pendidikan harus berdasarkan pada kenyataan yang

    terdapat pada individu, meskipun dasar sosial menuntutagar

    pendidikan mengintegrasikan diri dengan masyarakat tetapi hal ini

  • 17

    tidak berrarti bahwa pendidikan boleh mengabaikan atau

    mengorbankan sifat-sifat individual ini.Beberapa contoh tentang

    sifat-sifat individual yang perlu diperhatikan dan dapat dijadikan

    titik tolak dalam usaha.4

    2.1.3. Manajemen Pendidikan

    Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan

    dari studi dan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan.Sehingga

    diharapkan melalui kegiatan manajemen pendidikan tersebut, tujuan

    pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

    Tabel2.1 Definisi Manajemen Pendidikan Menurut Para Ahli:

    PAKAR PENGERTIAN

    Tony Bush (1986-2003) Manajemen pendidikan adalah bidang studi dan

    praktik terkait dengan operasi organisasi pendidikan.

    Made Pidarta (1988;4) Aktivitas memadukan sumber pendidikan agar

    terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan

    yang telah ditentukan sebelumnya.

    H.A.R Tilaar (2006) Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan yang

    mengimplikasikan adanya perencanaan atau rencana

    pendidikan serta kegiatan implementasinya.

    Hasbullah (2006) Manajemen pendidikan adalah merupakan suatu

    proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan

    pendidikan dimulai dari perencanaan, diikuti oleh

    pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan

    pemantauan dan penilaian tentang usaha sekolah untuk

    mencapai tujuannya, oleh karena itu manajemen

    pendidikan juga merupakan usaha untuk melakukan

    pengelolaan sistem pendidikan.

    4 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1985), hal 41

  • 18

    Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan

    Douglas merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan

    sebagai berikut:

    1. Memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan

    mekanisme kerja.

    2. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.

    3. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya dengan

    sifat-sifat dan kemampuannya.

    4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia.

    5. Relativitas nilai-nilai.5

    2.1.4. Proses Belajar Mengajar

    1. Proses Belajar Mengajar

    Walaupun masalah belajar-mengajar itu sudah ada sejak

    manusia lahir di dunia ini, tetapi selalu saja menarik untuk

    dipersoalkan. Sebab proses belajar-mengajar itu berkembang terus,

    seperti juga masyarakat berkembang pula. Maka wajarlah bila setiap

    saat, ada peninjauan untuk membahas bagaimana perkembangan

    proses belajar-mengajar itu. Dengan mengetahui perkembangan proses

    belajar-mengajar itu para Guru dan Dosen akan beruntung karena

    dapat ikut menerapkan kepada murid maupun mahasiswa. Dan

    5Muhamad Rohman, Sofan Amri, Manajemen Pendidikan: Analisis dan Solusi Terhadap Kinerja

    Manajemen Kelas Strategi PengajaranYang Efektif (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2012), hal 4

  • 19

    memang dengan perkembangan tekbologi modern, semua bisa

    berubah, termasuk proses belajar-mengajar. Tetapi teknologi modern

    itu dapat membantu para Pengajar melaksanakan tugasnya.

    Namun bagaimanapun pesatnya sarana pengajaran, para Guru

    dan Dosen masih diperlukan juga. Mereka harus selalu “siap” karena

    apapun yang terjadi dalam masalah pengajaran, kembalinya kepada

    para Pengajar juga. Dan selama masih ada proses belajar-mengajar,

    yang berarti masih ada Pelajar dan Pengajar, peranan sang Pengajar itu

    masih tetap penting pula.6

    2. Frofil Seorang Pengajar

    Guru adalah pendidik porfesional dengan tugas utama mendidik,

    mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

    mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

    pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

    Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus

    yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (1) memiliki

    bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen

    untuk meningkatkan mutu pendidikan, kimanan, ketakwaan, dan

    akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang

    pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang

    diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab

    6A. Ahmadi, Pendidikan Dari Masa Ke Masa (Bandung: Armico, 1987), hal 107

  • 20

    atas pelaksanaan tugas profesionalan; (6) memperoleh penghasilan

    yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan

    untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

    belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum

    dalam tugas keprofesionalan; (9) memiliki organisasi profesi yang

    mempunyai wewenang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan

    keprofesionalan guru.7

    Sebagai pengajar, guru dituntut mempunyai wewenang

    mengajar berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pengajar.Sebagai

    tenaga pengajar, setiap guru harus memiliki kemampuan profesional

    dalam bidang pembelajaran.8

    Dari berbagai literatur disebutkan bahwa profil pengajar dituntut

    untuk berperan “serba bisa”, antara lain meliputi peran:

    a. Mempunyai keahlian terhadap ilmu pengetahuan (bahan ajar)

    yang diberikan kepada siswanya.

    b. Mempunyai keahlian dalam memberikan pengajaran.

    c. Mampu memberikan motivasi kepada siswa.

    7Suyanto, Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualitas Guru Di Era

    Global (Jakarta: Esensi, 2013), hal 54

    8Ibid., hal 1

  • 21

    d. Mampu bertindak sebagai manajer dikelas(kadang-kadang juga di

    kantor dimana ia bekerja).

    e. Mampu bertindak sebagai pemimpin.

    f. Mempunyai keahlian dalam memberikan bimbingan,

    g. Mempunyai keahlian sebagai “ahli lingkungan” dalam arti bahwa

    bila di lingkungan dimana pengajar tersebut bekerja dirasakan

    terjadi situasi yang kurang menyenangkan atau bila dikelas

    dimana ia mengajar terjadi situasi yang kurang mendukung proses

    belajar mengajar, makapengajar harus pulamampu mengubahnya;

    h. Mampu sebagai figur yang berwatak ing-ngarso-sung-tulodo, ing-

    madyo-mbangun karso Ian tut-wuri-handayani (didepan pengajar

    mampu berperan sebagai figur teladan atau panutan, di tengah ia

    dituntut untuk mampu sebagai penggerak inisiatif dan di belakang

    ia harus mampu melaksanakan dengan baik),

    i. Mampu membuat suasana di kelas tetap terkontrol dalam arti

    bahwa siswa tetap aktifmengikuti pengajaran dengan baik

    (misalnya siswa tidak ada yang mengantuk, gaduh, atau

    menganggu siswa yang sedang belajar).

    j. Mampu membuat atau memeberikan humor agar siswa yang

    belajar tidak merasa bosan mengikuti pengajaran, disamping juga

    dimaksudkan agar topik bahan ajar yang diberikan dapat diterima

    dengan baik. Dengan humor mungkin dapat menciptakan suasana

  • 22

    “hangat” atau “akrab” dan mampu mendorong siswa untuk

    melakukan motivasi agar siswa senang dan dapat menyerap bahan

    ajar dengan baik.

    k. Mau menerima umpan balik (feedback) dari siswa atau dari taman

    sejawatnya dengan maksud agar proses belajar mengajar dapat

    terus ditingkatkan secara keseluruhan.

    l. Mau menerapkan hasil-hasil penelitiannya didalam bahan ajar

    yang diberikan, dimaksudkan agar kualitas bahan ajar terus

    mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    m. Mampu melaksanakanInstructional Design (ID) terbaru (atau

    paling tidak ID yang dipakai sekarang adalah lebih baik dari ID

    yang ia gunakan sebelumnya). Dengan memlihara atau

    menggunakan ID yang terus diperbaiki (up-to-date), maka proses

    belajar mengajar akan menjadi Iebih baik lagi.

    Sebagai bahan perbandingan dapat dituliskan disini berbagai

    pandangan dari ahli-ahli pendidikan tentang profil seorang pengajar.

    Hamachek dalam bukunya Characteristics Of Good Teachers And

    Implications ForTeacher Educators (I969), memberikan karakteristik

    profil seorang pengajar yang baik, yaitu:

    a. Dalam memberikan bahan ajar, ia harus dapat fleksibel, tidak

    kaku pada bahan ajar yang ia berikan. Misalnya ada contoh

  • 23

    tambahan, membandingkan dengan pendapat ahli yang lain

    diberikan dengan menggunakan model intruksi bervariasi.

    b. Dapat menerima pendapat atau usul siswa yang belajar, apakah

    itu pendapat yang bemar atau yang salah.

    c. Mampu menunjukan kepribadian yang baik (tidak acak-acakan).

    d. Bersedia melakukan penelitian tentang ilmu pengetahuan yang

    diajarkan, kemudian hasil penelitian dipakai sebagai bagiandari

    bahan ajar. Dengan cara seperti ini, maka isi bahan ajar selalu

    baru (up-to-date);

    e. Mempunyai keterampilan atau cara yang spesifik dalam membuat

    pertanyaan-pertanyaan di kelas untuk mendorong motivasi siswa.

    Bila motivasi ini terjadi, maka penyampaian bahan ajar menjadi

    menarik dan siswa menjadi lebih berpartisipasidalam mengikuti

    pengajaran,

    f. Menguasai ilmu pengetahuan (bahan ajar) yang diberikan

    Pengajar harus siap dengan bahan ajar yang diberikan, diatur

    sistematis sesuai dengan satuan acara pengajaran atau

    perkuliahanyang telah ditetapkan,

    g. Menyiapkan bahan evaluasi (bahan ujian) secara jelas dan

    menerangkan kriteria yang dipakai di dalam melakukan evaluasi,

  • 24

    h. Meluangkan waktu untuk membantu siswa yang belajar, bilayang

    bersangkutan mendapatkan kesulitan d1 dalam memahamiisi

    bahan ajar yang diberikan,

    i. Mempunyai sikap yang menarik dan ramah. Misalnya tersenyum

    (dan bukan cepat marah), memberikan komentar yang baik,

    membuat gerakan-gerakan cara mengajar yang fleksibel(tidak

    duduk saja), dan sebagainya,

    j. Menggunakan cara tanya-jawab.

    Dalam pada itu Hildebrand dan Wilson (1973) melakukan

    penelitian dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada

    mahasiswa untuk rnengidentifikasi pengajar yang “baik” dan yang

    “tidak baik” menurut pendapat mahasiswa. Banyak sekali kriteria

    yang diusulkan oleh mahasiswa, namun 75% terbanyak dari pendapat

    mahasiswa (misalnya, kriteria pengajar yang baik) adalah sebagai

    berikut:

    a. Bila ia memberikan bahan ajar, maka pendapatnya perlu

    dibandingkan dengan pendapat ahli yang lain, yang maksudnya

    untuk memberikan wawasan yang luas kepada mahasiswanya.

    b. Bahan ajar yang diberikan disertai dengan memberikan contoh-

    contoh yang konkret yang didasarkan pada hasil penelitian-

    penelitian terbaru.

    c. Mempunyai cara penyampaian bahan ajar yang baik

  • 25

    d. Mampu menerangkan persoalan dengan jelas; sehingga

    penyelesaian terhadap persoalan (problem dari isi bahan ajar)

    tidak kabur dan dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa.

    e. Mampu menyampaikan topik yang sulit tetapi mudah dimengerti

    oleh siswa,

    f. Menyenangi pekerjaannya, sehingga ia merasa “kerasan” atau

    “betah” (senang) dalam melakukan pekerjaannya. Dengan

    menyenangi pekerjaannya sebagai pengajar, maka ia tidak merasa

    ada beban dalam melakukan perkerjaan tersebut;

    g. Mempunyai sifat yang dinamis dan intusiatik. Dikatakan

    “dinamis” kalau ia mampu mendorong siswa menyenangi bahan

    ajar siswa menyenangi bahan ajar yang ia berikan, dan dikatakan

    intusiasti dalam artian bahwa ia harus menyenangi pekerjaannya,

    dapat mendorong siswa untuk tidak cepat bosan, dan mampu

    memberikan motivasi,

    h. Dapat memberikan bahan ajar dengan cara yang mudah diterima

    oleh sebagian besar siswa,

    i. Mengundang siswa untuk bertanya dari bahan ajar yang diberikan

    dan sekaligus menjawabnya secara jelas serta dapat dimengerti

    oleh siswa,

    j. Cepat mengetahui apakah siswanya menyenangi bahan ajar yang

    diberikan. Bila ia mengetahui bahwa siswa tidak atau kurang

  • 26

    tertarik mengikuti pelajaran, maka ia harus cepat mengubah

    strategi mengajar, agar siswa menyenangi mengikuti pengajaran

    dengan baik,

    k. Ia (pengajar) harus mengetahui kemajuan dari bahan ajar yang

    diberikan. Jangan sampai ia bertanya kepada siswanya,“Kuliah

    yang lalu sampai apa?” atau “Kita sekarang harus membicarakan

    apa?”. “Sekarang sudah kuliah yang keberapa?” dan pertanyaan

    sejenisnya yang memberikan kesan kalau pengajar tidak

    mengetahui secara persis kemajuan pengajaran yang ia lakukan.

    l. Selipkan humor di dalam memberikan bahan ajar, agar siswa

    tidak merasa cepat bosan.

    Apa yang didefinisikan oleh Hamachek(1969), Hildebrand dan

    Wilson (1973), tersebut sebenarnya tidak banyak berbeda dengan

    kejadian sehari-hari yang sering ditemui di dalam praktek.Masalahnya

    hanya terletak pada kemauan dan kemampuan seseorang pengajar

    untuk memperbaiki cara pengajaran yang dilakukannya. Dalam pada

    itu,Shackelford dan Henak (1990), dalam bukunya “Readings To Help

    You Enhance Student Learning”, memberikan 10 kriteria dalam

    upayanya mendefinisikan ciri-ciri mengajar yang efektif, yaitu:

    a. Mempunyai intusiastik (enthusiasm),

    b. Mempunyai keterampilan berkomunikasi,

  • 27

    c. Dapat menjelaskan persoalan atau topik secara jelas dan tidak

    berbelit-belit,

    d. Menguasai bahan ajar yang diberikan kepada siswanya,

    e. Mampu membuat suasana menjadi hidup dalam arti siswa tertarik

    dan berpikir serius tentang topik yang diberikan,

    f. Fleksibel dalam arti tidak kaku. Misalnya bila ada siswa yang

    bertanya pada topik yang tidak relevan dari topik yang dibahas,

    pengajar masih memberikan respon, walaupun secara singkat saja,

    g. Memberikan bahan ajar terorganisasi secara rapi sesuai dengan

    silabus dan satuan acara pengajaran yang telah ditetapkan,

    h. Adil dalam memberikan nilai, dalam arti bahwa cara evaluasi

    yang dipakai, diinformasikan kepada siswa terlebih dahulu, begitu

    pula persyaratan lain dalam mengikuti pelajaran perlu dijelaskan

    sebelumnya agar siswa mengetahui secara pasti bagaimana cara

    evaluasi yang dilakukan oleh dosen (pengajar),

    i. Mau menerima umpan balik (feedback) dari siswa, dalam arti

    bahwa umpan balik tersebut dapat dipakai untuk memperbaiki

    cara pengajaran atau dipakai untuk memperbaiki isi bahan ajar

    atau juga dapat dipakai untuk perbaikan proses belajar mengajar

    secara keseluruhan,

  • 28

    j. Akrab dengan situasi di kelas, agar siswa tidak merasa segan,

    takut, bosan dalam mengikuti pelajaran yang diberikan.9

    2.1.5. Kepuasan Pelanggan

    Sebenarnya konsep kepuasan pelanggan masih bersifat abstrak.

    Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana, maupun

    kompleks dan rumit.Dalam hal ini peranan setiap individu

    dalamserviceencounter sangatlah penting dan berpengaruh terhadap

    kepuasan yang dibentuk. Untuk dapat mengetahui tingkat kepuasan

    pelanggan secara lebih baik, maka perlu dipahami pula sebab-sebab

    kepuasan.Pelanggan tidak cuma lebih banyak kecewa pada jasa daripada

    barang, tetapi mereka juga jarang mengeluh.Salah satu alasannya adalah

    karena mereka juga ikut terlibat dalam proses penciptaan jasa. Bila saran

    dari suatu perusahaan konsultan menyebabkan semakin buruknya kinerja

    perusahaan kliennya, tidak bisa kita langsung meletakkan segala kesalahan

    pada pihak konsultan. Mungkin saja itu dikarenakan kliennya tidak

    menyampaikan atau memberitahukan dengan jelas dan lengkap segala

    aspek perusahaannya yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan

    dan hasil pencapaian.

    Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan

    pelanggan. Day menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan

    pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau

    9Soekartawi, Meningkatkan Efektivitas Mengajar (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hal 33

  • 29

    diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma

    kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

    pemakaiannya. Engel, et al. mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan

    merupakan evaluasi pumabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-

    kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan

    pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh

    tidak memenuhi harapan pelanggan.10

    2.1.6. Harapan Pelanggan

    Harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa

    faktor, diantaranya pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman

    dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para

    pesaing.Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan harapan seseorang

    biasa-biasa saja atau sangat kompleks.

    Ada beberapa penyebab utama tidak terpenuhinya harapan

    pelanggan.Diantara beberapa faktor penyebab tersebut ada yang bisa

    dikendalikan oleh para penyedia jasa. Dengan demikian penyedia jasa

    bertanggung jawab untuk meminimumkanmiskomunikasi dan

    misinterpretasi yang mungkin terjadi dan menghindarinya dengan cara

    merancang jasa yang mudah dipahami dengan jelas. Dalam hal ini

    penyedia jasa harus mengambil inisiatif agar ia dapat memahami dengan

    10

    FandyTjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 1996), hal 146

  • 30

    jelas instruksi dari klien dan klien mengerti benar apa yang akan

    diberikan.11

    2.1.7. Fokus Proses dan Perbaikan

    Proses adalah serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk

    mencapai beberapa hasil. Proses merupakan hal yang paling dasar dari Six

    Sigma, karena proses adalah cara bagaimana sebuah pekerjaan

    menghasilkan nilai bagi pelanggan, maka dari itu dalam Six Sigma

    kapabilitas proses sangat dijaga dalam suatu organisasi.

    Perbaikan (Improvement) baik dalam arti perubahan secara

    perlahan-lahan, dalam bentuk kecil dan bertahap, serta yang bersifat

    terobosan, maupun perbaikan yang besar dan cepat. Perbaikan ini bisa

    berupa bentuk-bentuk dibawah ini:

    1. Meningkatkan nilai untuk pelanggan melalui produk dan jasa yang

    baru dan lebih baik.

    2. Mengurangi kesalahan, cacat, limbah, serta biaya-biaya lain yang

    terkait.

    3. Meningkatkan produktivitas dan efektivitas penggunaan semua jenis

    sumberdaya.

    4. Memperbaiki respon dan masa siklus kinerja proses seperti

    menanggapi keluhan atau peluncuran produk baru.

    11

    FandyTjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 1996), hal 150

  • 31

    Maka dari itu, waktu respon, kualitas dan tujuan produktivitas

    harus dipertimbangkan secara bersamaan. Fokus pada proses mendukung

    upaya perbaikan secara terus menerus dengan cara memahami sinergi ini

    dan mengenali sumber masalah yang sebenarnya. Perbaikan besaran

    terhadap waktu respon memerlukan penyederhanaan proses kerja yang

    signifikan dan sering kali mendorong perbaikan simultan dalam kualitas

    produktivitas.12

    2.1.8. Pengertian Kinerja

    Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik

    organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang

    dihasilkan selama satu periode waktu.13

    Pengertian Kinerja atau performance merupakan gambaran

    mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau

    kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi

    yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.Kinerja

    dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah

    mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolok ukur yang ditetapkan

    oleh organisasi.Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang

    ditetapkan dalam pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja

    12

    Amin Syukron, Muhammad Kholil, Six Sigma: Quality For Business Improvement (Yogyakarta:

    Graha Ilmu, 2013), hal 10

    13Irham Fahmi, Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2010), hal 2

  • 32

    organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolok ukur

    keberhasilannya.

    Sebenarnya, karyawan bisa saja mengetahui seberapa besar

    kinerja mereka melalui penilaian informal, seperti komentar atau penilaian

    yang baik atau buruk dari atasan, mitra kerja, bahkan bawahan, tetapi

    seharusnya penilaian kinerja juga harus diukur melalui penilaian formal

    dan terstruktur (terukur). Namun, apabila penilaian kinerja tersebut

    mengacu pada pengukuran formal yang berkelanjutan, maka penilaian

    justru lebih lengkap dan detail karena sifat-sifat yang berkaitan dengan

    pekerjaan, standar kerja, perilaku, dan hasil kerja bahkan termasuk tingkat

    absensi karyawan yang dapat dinilai.

    Pada awalnya, penggunaan penilaian kinerja telah dikenal dan

    mulai dikembangkan sejak 40 tahun terakhir ini.Secara formal, praktek

    penilaian kinerja telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Pada awal abad

    ke-3 masehi, ahli filsafat dari Cina yang bernama Sin Yu, ia mengkritik

    dan menilai yang disampaikan kepada dinasti Wei, mengatakan bahwa

    penilaian kerajaan dari Nine Grades jarang menilai orang (anggota

    kerajaan) berdasarkan dari biasanya, tetapi selalu menilai berdasarkan rasa

    suka dan tidak suka kepada raja saja. Oleh karenanya, sampai sekarang

    penilaian kinerja bagi yang dinilai atau karyawan selalu beropini pro dan

    kontra untuk yang mendapatkan penilaian buruk atau tidak baik.Pada awal

    tahun 1950-an, penilaian kinerja praktis secara perlahan hanya dapat

  • 33

    diterapkan dan diterima pada sejumlah organisasi.Sebelumnya, penilaian

    kinerja hanya digunakan sebagai basis dan acuan pembuatan keputusan

    bidang administrasi saja semata-mata seperti promosi, kenaikan gaji,

    hukuman (punisment). Kemudian, makin lama terus berkembang mulai

    dekade tahun 1960-an sampai dengan 1970-an, penilaian kinerja sudah

    mulai banyak diterima dan digunakan sebagai pengembangan sumber daya

    manusia yang di banyak organisasi dan perusahaan modern.

    Arti kinerja berasal dari kata job performance dan disebut juga

    action performance atau prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

    telah dicapai oleh seseorang karyawan. Banyak sekali definisi atau

    pengertian dari kinerja yang dikatakan oleh para ahli, namun semuanya

    mempunyai beberapa kesamaan arti dan makna dari kinerja tersebut.

    Sedangkan pengukuran kinerja (performance measurement)mempunyai

    pengertian suatu proses penilaian tentang kemajuan pekerjaan terhadap

    tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia dalam

    mencapai tujuan organisasi. Menurut Oxford Dictionary, kinerja

    (performance) merupakan suatu tindakan proses atau cara bertindak atau

    melakukan fungsi organisasi. Sebenarnya kinerja merupakan suatu

    konstruk, dimana banyak para ahli yang masih memiliki sudut pandang

    yang berbeda dalam mendefinisikan kinerja tersebut. Seperti yang

    dikatakan oleh Robbins, mengatakan bahwa kinerja sebagai fungsi

    interaksi antara kemampuan atau ability (A)motivasi danmotivation(M)

  • 34

    kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = f (A x M x O), artinya

    kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan.

    Sedangkan kinerja menurut The Scriber-Bantam English Dictionary

    berasal dari kata... “to perform”dengan beberapa entries yaitu:(1)

    melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry of a execute), (2)

    memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to

    dischange of fulfil as vow),(3) melaksanakan atau meyempurnakan

    tanggung jawab (to execute or complate an understaking), (4) melakukan

    sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is

    exspected of a person machine).

    Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri,

    melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan dan

    tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh

    keterampilan,kemampuan, dan sifat-sifat individu. Oleh karenanya,

    menurut model patnerlawyer kinerja individu pada dasarnya dapat

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

    1. Harapan mengenai imbalan

    2. Dorongan

    3. Kemampuan

    4. Kebutuhan

    5. Persepsi terhadap tugas

  • 35

    6. Imbalan internal

    7. Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja

    Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas,maka

    kesimpulan pengertian atau definisi kinerja atau performancedapat

    disimpulkan sebagai berikut: hasil kerja yang dapat dicapai oleh

    seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara

    kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan kewenangan dan tugas

    tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi

    bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

    moral maupun etika.

    Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa

    aspek yang mendasar dan paling pokok dari pengukuran kinerja sebagai

    berikut:

    1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi, dengan

    menetapkan secara umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai

    dengan tujuan, visi dan misinya.

    2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada

    penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja

    mengacu pada pengukuran kinerja langsung yang berbentuk

    keberhasilan utama (critical success factors) dan indikator kinerja

    kunci (key performance indicator).

  • 36

    3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis

    hasil pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan

    membandingkan tingkat pencapaian tujuan, dan sasaran organisasi.

    4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan

    pengambilan keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau

    hasil kepada organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut

    dan mengevaluasi langkah apa yang diambil organisasi selanjutnya.14

    2.1.9. Pengukuran Kinerja

    Pengukuran kinerja pada dasarnya telah diterapkan di hampir

    seluruh perusahaan di dunia.Namun demikian, pengukuran kinerja tersebut

    sering kali hanya menjadi sebuah aktivitas rutin tanpa adanya penekanan

    untuk menindaklanjuti hasil pengukuran yang didapatkan. Hasil dari

    pengukuran kinerja pada hakikatnya hanya memberikan pandangan bahwa

    terdapat perbedaan kinerja yang dicapai saai ini dengan target yang

    diharapkan. Tetapi tidak memberikan arahan mengapa perbadaan itu

    terjadi dari, lebih jauh lagi, tidak memberikan cara penyelesaian perbedaan

    tersebut.15

    Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui

    apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat di deviasi dari rencana yang

    14

    Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal 95

    15Dermawan Wibisono, Manajemen Kinerja: Konsep, Desain dan Teknik Meningkatkan Daya

    Saing Perusahaan (Jakarta: Erlangga, 2006), hal 192

  • 37

    telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu

    yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan

    yang diharapkan.

    Untuk melakukan pengukuran tersebut, diperlukan kemampuan

    untuk mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran

    kinerja.Pengukuran kinerja hanya dapat dilakukan terhadap kinerja yang

    nyata dan terukur. Apabila kinerja tidak dapat diukur, tidak dapat dikelola.

    Untuk dapat memperbaiki kinerja, perlu diketahui seperti apa kinerja saat

    ini. Apabila deviasi kinerja dapat diukur, dapat diperbaiki.

    Pengukuran hanya berkepentingan untuk mengukur apa yang

    penting dan relevan.Untuk itu, perlu jelas tentang apa yang dikatakan

    penting dan relevan sebelum menentukan ukuran apa yang harus

    digunakan . Hal-hal yang diukur tergantung pada apa yang dianggap

    penting oleh stakeholder dan pelanggan.Pengukuran mengatur keterkaitan

    antara strategi berorientasi pelanggan dan tujuan dengan tindakan.

    Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara:

    1. Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah

    terpenuhi;

    2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan

    3. Mengusahakan jarak bagi orang yang memonitor kinerja;

  • 38

    4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang

    perlu prioritas perhatian;

    5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas;

    6. Mempertimbangkan penggunaan sumber daya

    7. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.

    Oleh karena itu, orang yang melakukan pengukuran kinerja

    perlu memenuhi persyaratan diantaranya: (1) dalam posisi mengamati

    perilaku dan kinerja yang menjadi kepentingan individu;(2) mampu

    memahami tentang dimensi atau gambaran kinerja; (3) mempunyai

    pemahaman tentang format suara skala dan instrumennya;(4) untuk

    melakukan pekerjaan rating secara sadar.16

    a. Dasar ukuran kinerja

    Ukuran kinerja pada saat yang sama dapat pula merupakan

    sasaran organisasi. Ukuran ini memberikan pengukuran yang jujur

    tentang progres atau prestasi individu dan tim.Ukuran kinerja akan

    memberikan dasar untuk umpan balik yang terbaik.

    Thor mengemukakan adanya tiga dasar pengembangan ukuran

    kinerja sebagai alat untuk meningkatkan efektivitas organisasi, yaitu

    sebagai berikut:

    16

    Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal 229

  • 39

    1. Apa yang diukur semata-mata ditentukan oleh apa yang

    dipertimbangkan penting oleh pelanggan.

    2. Kebutuhan pelanggan diterjemahkan menjadi prioritas strategis

    dan rencana strategis mengindikasikan apa yang harus diukur.

    3. Memberikan perbaikan kepada tim dengan mengukur hasil dari

    prioritas strategis, mengukur kontribusi untuk perbaikan lebih

    lanjut dengan mengusahakan motivasi tim, dan informasi tentang

    apa yang berjalan dan tidak berjalan.

    Dengan demikian, tujuan ukuran kinerja adalah untuk

    memberikan bukti apakah hasil yang diinginkan telah dicapai atau

    belum dan apakah muatan yang terdapat bekerja memproduksi hasil

    tersebut. Namun, fokus dan isi ukuran kinerja bervariasi diantaranya

    sebagai pekerjaan.17

    2.1.10. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja

    Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak terdapat tujuh

    langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:

    1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja.

    Dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu:

    a. Mengidentifikasikan masalah melalui data dan informasi yang

    dikumpulkan terus menerus mengenai fungsi-fungsi bisnis.

    17

    Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal 232

  • 40

    b. Mengidentifikasikan masalah melalui karyawan.

    c. Memperhatikan masalah yang ada.

    2. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan.

    Untuk memperbaiki keadaan tersebut, diperlukan beberapa

    informasi, antara lain:

    a. Mengidentifikasikan masalah setepat mungkin.

    b. Menentukan tingkat keseriusan masalah dengan

    mempertimbangkan:Harga yang harus dibayar bila tidak ada

    kegiatan dan Harga yang dibayar bila ada campur tangan dan

    penghematan yang diperoleh apabila ada penutupan kekurangan

    kinerja.

    3. Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab

    kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang

    berhubungan dengan pegawai itu sendiri.

    4. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab

    kekurangan tersebut.

    5. Melakukan rencana tindakan tersebut.

    6. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau

    belum.

    7. Mulai dari awal, apabila perlu.18

    18

    A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM (Bandung: Refika Aditama, 2012),

    hal 22

  • 41

    2.1.11. MetodeSix Sigma

    Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian

    atau peningkatan kualitas dramatik yang merupakan terobosan baru

    dalam bidang kualitas.Six Sigma merupakan sistema manajemen mutu

    yang selalu berorientasi pada costumer satisfaction dengan suatu

    pengukuran target Sigma Quality Level.

    Six Sigma merupakan sebush sistem yang komprehensif dan

    flekdibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses

    bisnis.Six Sigma dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap

    kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan

    analisis statistik dan perhatian yang cermat untuk mengelola,

    memperbaiki, dan menanmkan kembali proses bisnis.

    Six Sigma yang berarti enam sigma, dimana sigma itu sendiri

    memiliki pengertian distribusi penyebaran (variasi) dari rata-rata (mean)

    suatu proses. Tentu saja dalam hal ini, Six Sigma mempunyai tujuan

    untuk memperkecil variasi sehingga akan diperoleh tingkat kualitas yang

    lebih baik yaitu mendekati ke arah sempurna (zero defect) atau

    memperoleh semua output dalam spesifikasi pelanggan. Upaya

    mengurangi variasi secara terus-menerus merupakan hal yang sangat

  • 42

    penting mengingat pelanggan akan melihat/merasakan produk pada

    tingkat variasi produk, bukan rata-rata produk.19

    Untuk mengetahui nilai sigma dapat diketahui melalui tabel dibawah ini:

    Tabel 2.2Konversi Sigma Yang Disederhanakan.20

    Hasil DPMO Sigma

    30,9% 690.000 1

    69,2% 308.000 2

    93,3% 66.800 3

    99,4% 6.210 4

    99,98% 320 5

    99,9997% 3,4 6

    a. Metodelogi DMAIC

    Salah satu pelajaran pertama seorang analisis kualitas yang

    menjalani pelatihan untuk meraih sabuk hijau adalah lima tahap

    metodologi DMAIC.

    1. Perumusan (define) Setelah sebuah proyek Six Sigma dipilih, langkah

    pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan masalah.

    Aktivitas ini sangat berbeda dari pemilihan proyek.Pemilihan proyek

    adalah aktivitas yang dilakukan untuk merespon gejala suatu

    permasalahan yang kemudian membuahkan sebuah kesepakatan proyek

    dimana otoritas dan tanggung jawab diberikan kepada tim SixSigma. 19

    Haryo Santoso, “Meningkatkan Kualitas Layanan Industri Jasa Melalui Pendekatan Integrasi

    Metoda Serqual-Six Sigma Atau Serqual-QFD”, Jurnal Undip Vol, 1, No. 1, Januari 2006, hal 94

    20Petrus Wisnubroto, Theo Anggoro, “Analisis Kualitas Pelayanan Jasa Dengan Metode Six

    Sigma Pada Hotel Malioboro In Yogyakarta”, Jurnal Seminar Nasional Aplikasi Sains &

    Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012, hal 119

  • 43

    Garis besar masalah biasanya dideskripsikan di dalam kesepakatan

    proyek, tetapi seringkali tidak terlalu jelas. Untuk analisis lebih lanjut,

    masalah tersebut harus dijelaskan dengan istilah operasional yang

    sangat spesifik.Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin memiliki

    sejarah produksi motor listrik yang tidak memuaskan, sehingga

    mengadakan proyekSix Sigma untuk memperbaiki keadaan motor.

    Setelah mempelajari datagaransi dan perbaikan lapangan, diduga bahwa

    sebagian besar masalah berasal dari ausnya sikat, dan lebih spesifik lagi

    yaitu masalah pada kekerasan sikat. Dengan demikian, masalah ini bisa

    didefinisikan sebagai “pengurangan variabilitas kekerasan.” Proses

    penyempitan definisi masalah ini terkadang juga disebut penentuan

    cakupan proyek(project scoping).

    Pernyataan masalah yang baik juga harus mengidentifikasi

    pelanggan dan CTQ yang memiliki pengaruh terbesar pada kinerja

    produk atau jasa, menggambarkan tingkat kinerja saat itu atau sifat

    kesalahan ataupun keluhan pelanggan, mengidentifikasi metrik kinerja

    yang bersangkutan, menentukan tolok ukur standar kualitas terbaik,

    menghitung implikasi biaya atau pendapatan proyek tersebut, serta

    mengukur tingkat kinerja yang diharapkan dari usaha Six Sigma yang

    berhasil.Fase perumusan juga harus menjawab isu-isu manajemen

    proyek seperti apa saja yang harus dilakukan, oleh siapa, dan kapan.

  • 44

    2. Pengukuran(measure) Fase proses DMAIC ini berfokus pada

    bagaimana cara mengukur proses internal yang mempengaruhi CTQ.

    Ini membutuhkan pemahaman akan hubungan sebab akibat antara

    kinerja proses dan nilai pelanggan.Metodologi Six Sigma menggunakan

    istilah fungsi dalam ilmu matematika untuk menggambarkan hubungan

    ini:

    Y = f (X)

    Di mana Y mewakili seperangkat variabel respon yang penting

    atau CTQ dan Q mewakili seperangkat variabel input penting yang

    memengaruhi Y.Misalnya, Y dapat mewakili waktu pengiriman tas dari

    sebuah pesawat ke tempat penanganan bagasi serta jumlah tas yang

    hilang. X juga bisa melibatkan jumlah petugas yang menangani bagasi,

    jumlah truk lama, waktu pengiriman truk, keakuratan pemindahan kode

    batang (bar code), dan lain-lain.Pendekatan ini membantu

    mengkomunikasikan faktor-faktor yang terpenting yang dapat

    dikendalikan atau diubah untuk memperbaiki CTQ. Pendekatan ini juga

    membantu mendefinisikan eksperimen yang harus dilakukan untuk

    memberikan kepastian bagaimana cara variabel input mempengaruhi

    variabel respon.Pendekatan ini juga memberikan landasan bagi fase

    pengendalian dengan cara menemukan faktor-faktor yang

    membutuhkan pengawasan dan pengendalian.

  • 45

    Setelah hubungan sebab akibat ditemukan, prosedur untuk

    menemukan bukti mengumpulkan data yang dapat diandalkan,

    observasi, dan mendengarkan dengan baik harus dibuat dan

    dilaksanakan.Data dari proses serta aktifitas yang sudah ada seringkali

    menyediakan informasi yang penting,sama halnya dengan masukan dari

    supervisor,pekerja, pelanggan, dan karyawan perbaikan lapangan.

    Pengumpulan data tidak boleh dilakukan secara serampangan

    pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus di tanyakan antara lain:

    a. Pertanyaanapa saja yang harus kita jawab?

    b. Data jenis apa yang kita butuhkan untuk menjawab pertanyaan

    tersebut?

    c. Dimana kita dapat menemukan data tersebut?

    d. Tempat siapa yang dapat menyediakan data tersebut?

    e. Bagaimana kita dapat mengumpulkan data dengan usaha yang

    minimal dan sedikit kemungkinan melakukan kesalahan?

    3. Analisis(analyze)Kekurangan utama yang ditemui pada kebanyakan

    pendekatan pemecahan masalah adalah kurangnya penekanan pada

    analisis yang tajam. Yang amat sering terjadi adalah kita melompat

    langsung kepada suatu solusi tertentu tanpa sepenuhnya memahami

    suatu masalah serta mengidentifikasi sumbernya, atau “akar

  • 46

    permasalahannya,” dari masalah.Fase Analisis dari DMAICberfokus

    pada pertanyaan mengapa cacat,kesalahan, atau variasi yang berlebihan

    terjadi.

    Setelah variabel yang dicurigai terkumpul dan diukur, dilakukan

    eksperimen untuk memverifikasi hubungan yang telah dihipotesiskan

    sebelumnya, yaitu apakah faktor X benar-benar mempengaruhi

    Y?.Eksperimen ini seringkali dilaksanakan dengan cara

    memformulasikan beberapa hipotesis untuk menyelidiki data yang

    dikumpulkan atau melakukan percobaan yang lain, sehingga dapat

    disimpulkan secara beralasan serta dapat didukung secara statistik

    sebagai akar dari permasalahan yang sebenarnya. Cara berpikir secara

    statistik dan analisis memainkan peran yang amat penting yang pada

    fase ini.Ini merupakan salah satu alasan mengapa statistik menjadi salah

    satu bagian yang utama dari pelatihan dan Six Sigma (pada saat yang

    bersamaan, tidak terlalu ditekankan pada kebanyakan kurikulum teknik

    maupun bisnis).

    4. Peningkatan (improve)Setelah akar permasalahan dapat dipahami,maka

    analisis atau tim yang menangani harus mengumpulkan ide untuk

    menghilangkan atau memecahkan masalah serta memperbaiki kinerja

    pengukuran variabel X sehingga memperbaiki CTQ.Fase pengumpulan

    ide ini merupakan aktivitas yang amat membutuhkan kreativitas, karena

    kebanyakan solusi tidak secara gamblang dapat terlihat. Salah satu

  • 47

    kesulitan dari tugas ini adalah insting spontan untuk menilai idesebelum

    sepenuhnya mengevaluasinya.Kebanyakan orang memiliki

    kekhawatiran untuk mengajukan ide yang “bodoh” atau takut terlihat

    bodoh. Padahal ide-ide yang pada awalnya tampak bodoh mungkin saja

    menjadi awal solusi kreatif dan berguna. Orang-orang yang

    bertanggung jawab memecahkan masalah harus belajar untuk tidak

    cepat menilai dan mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan

    ide sebanyak mungkin pada tahap proses ini,apakah ide tersebut dapat

    segera diterapkan maupun tidak.

    Setelah seperangkat ide diajukan, ide tersebut perlu dievaluasi

    dan ide yang paling menjanjikan dipilih. Proses ini termasuk

    menginformasikan bahwa solusi yang diajukan akansecara positif

    mempengaruhi variabel proses utama dan CTQ, dan mengidentifikasi

    maksimum kisaran variabel yang dapat diterima.

    Penyelesaian masalah sering diikuti dengan perubahan teknis

    atau organisasional. Sering kali beberapa model keputusan atau

    penilaian digunakan untuk menilai solusi yang memungkinkan

    dibandingkan kriteria yang penting seperti biaya, waktu, potensi

    peningkatan kualitas, sumberdaya yang dibutuhkan, pengaruh pada

    supervisor dan karyawan, hal yang merintangi implementasi seperti

    keengganan untuk berubah atau budaya organisasional. Untuk

    mengimplementasikan solusi secara efektif, tanggung jawab harus

  • 48

    diberikan pada orang 1atau kelompok yang akan mengikuti hal apa

    yang harus dilakukan, di mana,kapan, dan bagaimana hal tersebut

    dilakukan.

    5. Pengendalian (control) Fase pengendalian berfokus pada bagaimana

    menjaga perbaikan agar terus berlangsung, termasuk menempatkan

    perangkat pada tempatnya untuk meyakinkan agar variabel utama tetap

    berada dalam wilayah maksimal yang dapat diterima dalam proses yang

    sedang dimodifikasi. Perbaikan ini bisa saja termasuk menentukan

    standar prosedur baru, mengadakan pelatihan untuk karyawan, serta

    mencanangkan sistem pengendalian untuk meyakinkan agar perbaikan

    tidak lekang oleh waktu. Bentuk pengendalian bisa sederhana daftar

    periksa (checklist) atau pemeriksaan berkala untuk meyakinkan bahwa

    prosedur yang benar telah diikuti, atau penerapan diagram pengendalian

    proses statistik untuk memonitor kinerja cara pengukuran yang

    terpenting.21

    b. Critical To Quality (CTQ)adalah atribut-atribut yang sangat penting untuk

    diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan

    pelanggan. Merupakan elemen dari suatu produk, proses, atau praktek-

    praktek yang berdampak langsugn pada kepuasan pelanggan.22

    21

    Evans, Lindsay, dan Fitriati, Pengantar Six Sigma (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal 48

    22Vincent Gaspersz, Pedoman Implementasi Program Six Sigma (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama, 2002), hal 6

  • 49

    c. Defects Per Million Opportunities (DPMO) adalah ukuran kegagalan

    dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, yang menunjukan

    kegagalan per sejuta kesempatan. Target dari pengendalian kualitas Six

    Sigma motorola sebesar 3,4 DPMO seharusnya tidak diinterpretasikan

    sebesar 3,4 unit output yang cacat dari sejuta unit output yang diproduksi,

    tetapi diinterpretasikan sebagai dalam satu unit produksi CTQ (critical-to-

    quality) adalah hanya 3,4 kegagalan per satu juta kesempatan (DPMO).

    Misalnya, bila pencucian sebuah karpet rumah tangga yang berukuran

    1500-square-foot dilakukan oleh suatu proses berkemampuan 4-sigma

    yang memiliki target 6.210 DPMO, maka akan terdapat sekitar 9,3 square

    foot dari area karpet itu yang tidak tercuci bersih (6.210/1.000.000 x 1.500

    = 9,3). Selanjutnya untuk karpet berukuran sama itu apabila pencuciannya

    dilakukan oleh suatu proses berkemampuan 6-sigma yang memiliki target

    3,4 DPMO, maka hampir seluruh area karpet akan tercuci bersih, karena

    kemungkinan kegagalan hanya: 3,4/1.000.000 x 1.500 = 0,005 square foot

    yang tidak tercuci bersih ( hampir mustahil menemukan kegagalan dalam

    proses pencucian karpet itu). Pemahaman terhadap DPMO ini sangat

    penting dalam pengukuran keberhasilan aplikasi program peningkatan

    kualitas Six Sigma.23

    23

    Vincent Gaspersz, Pedoman Implementasi Program Six Sigma (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama, 2002), hal 7

  • 50

    d. Mengembangkan rencana pengumpulan data

    Tahap berikut setelah penetapan atau pemilitan karakteristik

    kualitas kunci dalam proyek Six Sigma adalah dalam menetapkan rencana

    untuk pengumpulan data. Pada dasarnya pengukuran karakteristik kualitas

    dapat dilakukan pada tiga tingkat, yaitu: pada tingkat proses (process

    level), tingkat output (output level), dan tingkat outcome (outcome level).

    1) Pengukuran pada tingkat proses adalah mengukur setiap langkah atau

    aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas input yang diserahkan

    oleh pemasok (supplier) yang mengendalikan dan mempengaruhi

    karakteristik kualitas output yang diinginkan. Tujuan dari pengukuran

    pada tingkat ini adalah mengidentifikasi perilaku yang mengatur

    setiap langkah dalam proses, dan menggunakan ukuran-ukuran ini

    untuk mengendalikan dan meningkatkan proses operasional serta

    memperkirakan output yang akan dihasilkan sebelum output itu

    diproduksi atau diserahkan kepada pelanggan. Beberapa contoh

    pengukuran pada tingkat proses yang mendeskripsikan kualitas

    adalah: lama waktu menjawab panggilan telepon, banyaknya

    panggilan telepon yang tidak dikembalikan ke pelanggan, konfirmasi

    terhadap waktu penyerahan yang dijanjikan, cycle time, lama waktu

    belajar mahasiswa untuk persiapan menghadapi suatu ujian, dan lain-

    lain.

  • 51

    2) Pengukuran pada tingkat output adalah mengukur karakteristik

    kualitas output yang dihasilkan dari suatu proses dibandingkan

    terhadap spesifikasi karakteristik kualitas yang diingkan pelanggan.

    Beberapa contoh pengukuran pada tingkat output adalah banyaknya

    unit produk yang ditetapkan (banyak produk cacat), diameter dari

    produk yang dihasilkan, nilai mahasiswa ketika menempuh suatu

    ujian, dan lain-lain.

    3) Pengukuran pada tingkat outcome adalah mengukur bagaimana

    baiknya suatu produk (barang dan jasa) itu memenuhi kebutuhan

    spesifik dan ekspektasi rasional dari pelanggan, jadi mengukur tingkat

    kepuasan pelanggan dalam menggunakan produk (barang dan jasa)

    yang diserahkan. Pengukuran pada tingkat outcome merupakan tingkat

    tertinggi dalam pengukuran kinreja kualitas. Beberapa contoh tingkat

    pengukuran pada tingkat outcome adalah: banyaknya keluhan

    pelanggan yang diterima, banyaknya produk yang dikembalikan oleh

    pelanggan, tingkat kepuasan penggan, dan lain-lain.24

    2.1.12. Analisis Pareto

    Joseph juran pernah menyebutkan bahwa sebagian besar

    permasalahan kualitas hanya berasal dari beberapa penyebab. Ia

    menyebut teknik ini Analisis Pareto(pareto analysis) yang berasal dari

    24

    Vincent Gaspersz, Pedoman Implementasi Program Six Sigma (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama, 2002), hal 100

  • 52

    nama Vilfredo Pareto (1848-1923), seorang ekonom Italia yang

    mengamati bahwa 85 persen kekayaan di Milan dimiliki oleh hanya 15

    persen dari penduduknya.Sebagai contoh, dalam sebuah analisis

    mengenai 200 jenis kegagalan mesin mobil di lapangan, hanya 5 yang

    menjadi penyebab sepertiga dari semua kegagalan, sementara 25 menjadi

    penyebab dari dua pertiga kegagalan. Analisis Pareto membantu untuk

    memisahkan “beberapa faktor yang penting” dengan “banyak yang tidak

    penting” dan memberikan arahan untuk pemilihan proyek perbaikan.

    Distribusi Pareto (Pareto Distribution) adalah salah satu jenis

    distribusi dimana sifat-sifat yang diobservasi diurutkan dari yang

    frekuensinya terbesar hingga terkecil.Pareto Diagram (Pareto Diagram)

    adalah histogram data yang mengurutkan data dari yang frekuensinya

    terbesar hingga terkecil.Analisis Pareto seringkali digunakan untuk

    menganalisis data yang dikumpulkan dilembar pemeriksaan.25

    2.1.13. Diagram Sebab Akibat

    Variasi dalam output proses dapat terjadi karena berbagai

    penyebab yang telah kita catat sebelumnya. Suatu diagram sebab akibat

    (cause-andeffect diagram) adalah metode grafik sederhana untuk

    membuathipotesis mengenai rantai penyebab dan akibat serta untuk

    25

    Evans, Lindsay, dan Fitriati, Pengantar Six Sigma (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal87

  • 53

    menyaring potensi penyebab dan mengorganisasikan hubungan antar

    variabel.

    Kaoru Ishikawa memperkenalkan diagram sebab akibat di

    Jepang, sehingga diagram ini juga disebut diagram Ishikawa. Karena

    strukturnya, diagram ini juga disebut sebagai diagram tulang

    ikan.Struktur umum diagram sebab akibat. Pada akhir garis horizontal,

    sebuah permasalahan dituliskan.Setiap cabang yang menunjuk ke ranting

    untuk mewakili suatu kemungkinan penyebab.Cabang-cabang yang

    menunjuk ke sebab-sebab merupakan kontributor tersebut. Diagram sebab

    akibat disusun dalam suatu atmosfer brainstorming. Semua orang dapat

    terlibat dan merasa bahwa mereka adalah bagian yang penting dari proses

    pemecahan masalah.Biasanya kelompok-kelompok kecil yang diambil

    dari wilayah operasi atau manajemen bekerja dengan seorang fasilitator

    terlatih dan berpengalaman.Fasilitator tersebut bertugas memandu

    perhatian kepada diskusi mengenai masalah yang dibicarakan dan sebab-

    sebabnya, bukan pada pendapat.

    Sebagai teknik kelompok, metode sebab akibat membutuhkan

    interaksi yang signifikan antara anggota kelompok.Fasilitator yang

    mendengarkan para peserta dengan hati-hati dapat mencatat ide-ide yang

    penting.Suatu kelompok dapat bekerja lebih efektif dengan cara

    memikirkan masalah tersebut