Page 1
Jatisi, Vol. 1 No. 2 Maret 2015 123
Penerapan Metode Forward Chaining untuk Mendeteksi
Penyakit THT
Wiwi Verina
Jurusan Teknik Informatika
Universitas Potensi Utama
[email protected]
Abstract Diseases Ear, Nose and Throathas become adisease that issuffered by the world
community. ENT disease progression and higher, it is not accompanied by anumber of experts.
In this case, an analysis should be doneto speed up the process of diagnosis. The refore it is
necessary to use the expert system is a computer application that behaves like an expert. Expert
system capable of solving problems that typically can only be solved by an expert using the
knowledge base, facts and reasoning techniques. In this analysis using aforward chaining
inference engine. In this approach, starting from the information entered and then draws
conclusions, tracking the forefind facts in accordance with the IF-THEN rules. Based on the test
system accuracy rate forward chaining method to detect ENT disease that is 100%, which
according to the data obtained from the ENT specialist to determine disease based on symptoms
exist.
Keywords: Expert System, Forward Chaining, Knowledge, THT Diseases, IF-THEN
Abstrak
Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan telah menjadi suatu penyakit yang cukup
banyak diderita oleh masyarakat dunia. Peningkatan penyakit THT yang semakin tinggi, tidak
diiringi oleh jumlah tenaga ahli. Dalam hal ini perlu dilakukan sebuah analisa untuk
mempercepat proses diagnosa. Oleh karena itu perlu menggunakan aplikasi sistem pakar yaitu
aplikasi komputer yang berprilaku layaknya seorang ahli. Sistem pakar mampu memecahkan
masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dengan menggunakan
basis pengetahuan, fakta dan teknik penalaran. Dalam analisa ini menggunakan metode
forward chaining sebagai mesin inferensi. Dalam pendekatan ini dimulai dari informasi
masukkan dan selanjutnya menggambarkan kesimpulan, pelacakan kedepan mencari fakta
yang sesuai dengan aturan IF-THEN. Berdasarkan pengujian sistem tingkat keakurasian
metode forward chaining untuk mendeteksi penyakit THT yaitu 100%, dimana sesuai dengan
data yang didapat dari pakar THT untuk menentukan penyakit berdasarkan gejala yang ada.
Kata kunci : Sistem Pakar, Forward Chaining, Pengetahuan, Penyakit THT, IF-THEN
Page 2
ISSN: 1978-1520
JCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page
124 ISSN : 2407-4322
1. PENDAHULUAN
aat ini penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) telah menjadi suatu penyakit yang
cukup banyak diderita oleh masyarakat dunia. Peningkatan penyakit THT yang semakin
tinggi, tidak diiringi oleh jumlah tenaga ahliyang bertugas melakukan diagnosa atas seorang
pasien yang diperkirakan menderita THT. Pasien disini adalah orang yang menerima perhatian
atau perawatan kesehatan. Orang ini lebih sering yang mengalami sakit atau terluka dan butuh
perawatan ahli medis, walaupun demikian seorang yang pergi ke seorang ahli untuk memeriksa
diri rutin juga dapat di sebut sebagai pasien. Pasien juga adalah orang yang pergi ke rumah
sakit, klinik atau fasilitas medis lainnya untuk diagnosa atau perawatan.Penyakit THT adalah
penyakit yang menyerang sekitar kepala yaitu telinga, hidung dan tenggorokan[1]. Penyakit
telinga terdiri dari 11 jenis penyakit, hidung terdiri dari 8 jenis dan penyakit tenggorokan terdiri
17 jenis penyakit[1]. Karena letak penyakit saling berdekatan maka gejala yang timbul hampir
sama tetapi yang membedakannya hanya gejala yang spesifik saja. Oleh sebab itu untuk
mendiagnosa penyakit ini harus dilakukan dengan secara cermat dan teliti karena memakai
pedoman gejala sebagai aturan.
Hal tersebut menambah beban kerja tenaga ahli yang bertugas melakukan diagnosa atas
seorang pasien yang diperkirakan menderita THT sehingga dengan permasalahan seperti ini
sangat dibutuhkan sebuah sistem pakar yang dapat membantu dalam pemecahan masalah.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat segala bidang kehidupan
manusia diwarnai dengan penerapan teknologi.
Salah satu wujud nyata dari teknologi ini adalah penerapan sistem komputerisasi
sebagai contoh kegiatan pengolahan data dengan menggunakan sistem terkomputerisasi adalah
sistem pakar. Sistem Pakar adalah sebuah program aplikasi komputer yang berprilaku layaknya
seorang ahli. Aplikasi yang digunakan biasa yaitu membantu mendiagnosa penyakit, kerusakan
peralatan dan pengukuran data. Sistem pakar mampu memecahkanmasalah yang biasanya hanya
dapat dipecahkan oleh seorang pakar dengan menggunakan pengetahuan, fakta dan teknik
penalaran[2].
2. LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pakar
Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta,
dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh
seorang pakar dalam bidang tersebut[5]. Istilah sistem pakar berasal dari knowlegde-based
expert system. Istilah ini muncul karena untuk memecahkan masalah, sistem pakar
menggunakan pengetahuan seorang pakar yang dimasukkan kedalam komputer. Seseorang yang
bukan pakar menggunakan sistem pakar untuk meningkat kemampuan pemecahan masalah,
sedangkan seorang pakar menggunakan sistem pakar untuk knowledge assistant[7].
Sistem pakar adalah suatu program komputer cerdas yang menggunakan
knowledge(pengetahuan) dan prosedur inferensi untuk menyelesaikan masalah yang cukup sulit
sehingga membutuhkan seorang yang ahli untuk menyelesaikannya[10]. Pengetahuan adalah
sebuah kekuatan yang dapat memecahkan suatu masalah yang kita temui sehari-hari. Sistem
pakar adalah program Artificial Intellenge yang menggabungkan pangkalan pengetahuan
(knowledge base) dengan sistem inferensi[10]. Kecerdasan buatan atau Artificial Intellenge (AI)
dapat didefinisikan sebagai sub bidang pengetahuan komputer yang khusus ditujukan untuk
membuat software dan hardware yang sepenuhnya biasa menirukan beberapa fungsi otak
manusia. Karena itu diharapkan komputer bisa membantu manusia didalam berbagai masalah
yang sangat rumit[10].
S
Page 3
Jatisi, Vol. 1 No. 2 Maret 2015 125
2.1.1 Struktur Sistem Pakar
Sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan
(development environment) dan lingkungan konsultas (consultation environment)[3].
Lingkungan pengembangan sistem pakar digunakan untuk memasukan pengetahuan pakar ke
dalam lingkungan sistem pakar. Komponen-komponen sistem pakar dalam dua bagian tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar. 1 Struktur Sistem Pakar
2.2 Forward Chaining
Forward Chaining adalah teknik pencarian yang dimulai dengan fakta yang diketahui,
kemudian mencocokkan fakta-fakta tersebut dengan bagian IF dari rules IF-THEN. Bila ada
fakta yang cocok dengan bagian IF, maka rule tersebut dieksekusi. Bila sebuah rule dieksekusi,
maka sebuah fakta baru (bagian THEN) ditambahkan ke dalam database. Setiap kali
pencocokan, dimulai dari rule teratas. Setiap rule hanya boleh dieksekusi sekali saja. Proses
pencocokan berhenti bila tidak ada lagi rule yang bisa dieksekusi. Metode pencarian yang
digunakan adalah Deptth-Firstf Search(DFS), Breadth-First Search(BFS) atau Best First
Search[7]. pendekatan dalam pelacakan dimulai dari informasi masukan dan selanjutnya
mencoba menggambarkan kesimpulan, pelacakan kedepan mencari fakta yang sesuai dengan
bagian IF dari aturan IF-THEN. Dengan metode forward chaining dari pendekatan dan aturan
yang telah dihasilkan dapat ditinjau oleh para ahli untuk diperbaiki atau dimodifikasi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik[3].
Metode Forward Chaining adalah metode pencarian atau teknik pelacakan ke depan
yang dimulai dengan informasi yang ada dan penggabungan rule untuk menghasilkan suatu
kesimpulan atau tujuan. Pelacakan maju ini sangat baik jika bekerja dengan permasalahan yang
dimulai dengan rekaman informasi awal dan ingin dicapai penyelesaian akhir, karena seluruh
proses akan dikerjakan secara berurutan maju. Berikut adalah diagram Forward Chaining secara
umum untuk menghasilkan sebuah goal yang dapat dilihat pada Gambar 2[9].
Forward Chaining berarti menggunakan himpunan aturan kondisi-aksi. Dalam metode
ini, data digunakan untuk menentukan aturan mana yang akan dijalankan, kemudian aturan
tersebut dijalankan. Mungkin proses menambahkan data ke memori kerja. Proses diulang
sampai ditemukan suatu hasil. Metode inferensi runut maju cocok digunakan untuk menangani
masalah pengendalian (controlling) dan peramalan (prognosis) (Giarattano dan Riley, 1994).
LINGKUNGAN KONSULTASI LINGKUNGAN PENGEMBANG
Antar Muka
Pemakai
Aksi yang
direkomendasikan
Fasilitas
Penjelasan
Mesin Inferensi
Workplace Perbaikan Pengetahuan
Basis
Pengetahuan
Knowledge
Engineer
Pakar
Fakta Tentang
Kejadian tertentu
Akuisisi
Pengetahuan
Page 4
ISSN: 1978-1520
JCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page
126 ISSN : 2407-4322
Gambar. 2 Forward Chaining
Untuk mempermudah pemahaman mengenai metode ini, akan diberikan ilustrasi kasus
pembuatan sistem pakar dengan daftar aturannya sebagai berikut:
R1: Jika Premis 1 Dan Premis 2 Dan Premis 3 Maka Konklusi 1
R2: Jika Premis 1 Dan Premis 3 Dan Premis 4 Maka Konklusi 2
R3: Jika Premis 2 Dan Premis 3 Dan Premis 5 Maka Konklusi 3
R4: Jika Premis 1 Dan Premis 4 Dan Premis 5 Dan Premis 6 Maka Konklusi 4
Penelusuran maju pada kasus ini adalah untuk mengetahui apakah suatu fakta yang
dialami oleh pengguna itu termasuk konklusi 1, konklusi 2, konklusi 3, atau konklusi 4 atau
bahkan bukan salah satu dari konklusi tersebut, yang artinya sistem belum mampu mengambil
kesimpulan karena terbatas aturan. Seandainya user memilih premis 1, premis 2, dan premis 3,
maka aturan yang terpilih adalah aturan R1 dengan konklusinya adalah konklusi 1. Seandainya
user memilih premis 1 dan premis 6, maka sistem akan mengarah pada aturan R4 dengan
konklusinya adalah konklusi 4, tetapi karena aturan tersebut premisnya adalah premis 1, premis
4, premis 5, dan premis 6, maka premis-premis yang dipilih oleh user tidak cukup untuk
mengambil kesimpulan kzonklusi 4 sebagai konklusi terpilih[6].
2.3 Search Engine (Mesin Pencarian)
Pencarian atau pelacakan merupakan salah satu teknik untuk menyelesaikan
permasalahan AI. Keberhasilan suatu sistem salah satunya ditentukan oleh kesuksesan dalam
pencarian dan percocokan[2].
Metode inferensi yang digunakan dalam penelusuran masalah pada sistem pakar
gangguan penyakit umum pada balita ini adalah forward chaining (penelusuran maju), metode
forward chaining adalah strategi pencarian yang memulai proses pencarian dari sekumpulan
data atau fakta, dari data-data tersebut dicari suatu kesimpulan yang menjadi solusi dari
permasalahan yang dihadapi. Didalam menemukan solusinya dibutuhkan penyelesaian pada
setiap tahapan, sebelum tahap yang satu selesai tidak dapat maju ke tahap berikutnya karena hal
tersebut dapat berpengaruh dalam pencapaian solusinya[2].
Menurut Tim Penerbit Andi Tahun 2013 ada 3 teknik yang digunakan dalam proses
pencarian yaitu [2].
1. Depth First Search adalah teknik penelusuran data pada node-node secara vertikal dan
sudah didefinisikan, misalnya drai kiri ke kanan. Keuntungan pencarian dengan teknik
ini adalah bahwa penelusuran masalah dapat digali secara mendalam sampai di
temukannya kepastian suatu solusi yang optimal. Kekurangan teknik penelusuran ini
adalah membutuhkan waktu yang sangat lama untuk ruang lingkup masalah yang besar.
2. Breadth First Search adalah teknik penelusuran data pada semua node dalam suatu level
atau satu tingkatan sebelum ke level atau tingkatan di bawahnya. Keuntungan pencarian
dengan teknik ini adalah sama dengan Depth First Search, hanya saja penelusuran
dengan teknik ini mempunyai nilai tambah, di mana semua node akan dicek secara
menyeluruh pada setiap tingkatan node. Kekurangan teknik penelusuran ini terletak
Observasi A
Observasi B
Aturan R1
Aturan R2
Fakta
Fakta
Fakta
Aturan
R3
Aturan R2 Kesimpulan
2
Page 5
Jatisi, Vol. 1 No. 2 Maret 2015 127
pada waktu yang dibutuhkan yang sangat lama apabila solusi berada dalam posisi node
terakhir sehingga menjadi tidak efisien. Kekurangan dalam implementasi juga perlu
dipertimbangan, misalnya teknik penelusuran menjadi tidak interaktif antara pemakai
dan sistem karena menyebabkan tidak adanya relasi antara suatu topik dengan topik
yang lain atau harus melompat dari suatu topik ke topik yang lain sebelumnya topik
tersebut selain ditelusuri.
3. Best First Search adalah penelusuran yang menggunakan pengetahuan akan suatu
masalah untuk melakukan panduan pencarian ke arah node tempat di mana solusi
berada. Pencarian jenis ini dikenal juga sebagai heuristik. Pendekatan yang dilakukan
adalah mencari solusi yang terbaik berdasarkan pengetahuan yang di miliki sehingga
penelusuran dapat ditentukan harus bagaimana menggunakan proses terbaik untuk
mencari solusi. Keuntungan jenis penelusuran ini adalah mengurangi beban komputasi
karena hanya solusi yang memberikan harapan saja yang diuji dan akan berhenti apabila
solusi sudah mendekati alternatif yang terbaik.
2.4 Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
Lokasi dan fungsi telinga, hidung dan tenggorokan (untuk selanjutnya disebut THT)
berhubungan erat yang dihubungkan oleh saluran yang dinamakan saluran “Eustachian tube”.
Oleh karena itu infeksi pada hidung dapat menyebar ke tenggorokan dan sebaliknya. Kelainan
pada organ-organ tersebut didiagnosis dan diobati oleh dokter spesialis THT[11].
Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri dari
telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar menangkap gelombang suara yang
diubah menjadi energi mekanis oleh telinga tengah. Telinga tengah mengubah energi mekanis
menjadi gelombang saraf, yang kemudian dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu
menjaga keseimbangan tubuh [1]
Hidung merupakan organ penciuman dan jalan utama keluar-masuknya udara dari dan
ke paru-paru. Hidung juga memberikan tambahan resonansi pada suara dan merupakan tempat
bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air mata. Hidung bagian atas terdiri dari tulang dan
hidung bagian bawah terdiri dari tulang rawan (kartilago). Rongga hidung dilapisi oleh selaput
lendir dan pembuluh darah. Sel-sel pada selaput lendir menghasilkan lendir dan memiliki
tonjolantonjolan kecil seperti rambut (silia). Hampir seluruh permukaan hidung memiliki silia
dan berlendir. Sinus paranasalis tulang di sekitar hidung terdiri dari sinus paranasalis, yang
merupakan ruang berongga dengan lubang yang mengarah ke rongga hidung [11].
Tenggorokan (faring) terletak di belakang mulut, di bawah rongga hidung dan diatas
kerongkongan dan tabung udara (trakea). Tenggorokan terbagi menjadi tiga bagian, atas, tengah
dan bawah. Tenggorokan merupakan saluran berotot tempat jalannya makanan ke
kerongkongan dan tempat jalannya udara ke paru-paru. Tenggorokan dilapisi oleh selaput lendir
yang terdiri dari sel-sel penghasil lendir dan silia. Tonsil (amandel) terletak di mulut bagian
belakang, sedangkan adenoid terletak di rongga hidung bagian belakang. Tonsil dan adenoid
terdiri dari jaringan getah bening dan membantu melawan infeksi. Pada puncak trakea terdapat
kotak suara (laring), yang mengandung pita suara dan berfungsi menghasilkan suara. Epiglotis
merupakan suatu lembaran yang terutama terdiri dari kartilago dan terletak di atas serta di depan
laring. Selama menelan, epiglotis menutup untuk mencegah masuknya makanan dan cairan ke
dalam trakea[11].
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian dan kerangka kerja penelitian yang digunakan dalam
penyelesaian aplikasi sistem pakar ini. Kerangka kerja ini merupakan langkah-langkah yang
Page 6
ISSN: 1978-1520
JCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page
128 ISSN : 2407-4322
akan dilakukan dalam rangka penyelesaian masalah yang akan dibahas. Adapun kerangka kerja
dari penelitian ini dapat disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Kerja Penelitian
Berdasarkan kerangka kerja pada Gambar 3 dimulai dengan mengidentifikasikan
masalah yaitu memperhatikan gejala-gejala penyakit THT dan pemilihan akuisisi pengetahuan.
Selanjutnya menganalisa masalah dalam melakukan analisa masalah peneliti melakukan
beberapa cara dan metode di antaranya metode deskriptif. Pada metode ini data yang akan
dikumpulkan, disusun, dikelompokkan, dianalisa sehingga diperoleh beberapa gambaran yang
jelas pada masalah penelitian. Kemudian menetapkan tujuan, studi literatur dan mengumpulkan
data primer yaitu dengan cara interview dan observasi dengan Pakar THT. Metode yang
digunakan dalam pembangunan sistem ini adalah metode forward chaining, yang dimulai dari
sekumpulan fakta-fakta tentang gejala-gejala penyakit THT yang telah diamati user sebagai
masukan (input) sistem untuk kemudian dilakukan pelacakan sampai tercapainya tujuan akhir
berupa kesimpulan. Tahap selanjutnya yaitu desain sistem dimana dari penyusunan basis data,
basis pengetahuan, mesin referensi yaitu forward chaining dan perancangan interface dan mulai
dengan implementasi sistem. Tahap terakhir yaitu Menguji keakuratan sistem yang sudah
dirancang pada basis pengetahuan dan rule sebagai input oleh user untuk hasil konsultasi.
Mengidentifikasi Masalah
Menganalisa Masalah
Menentukan Tujuan
Studi Literatur
Mengumpulkan Data
Menganalisa Metode Forward
Chaining
Pengujian Sistem
Desain Sistem
Implementasi Sistem
Page 7
Jatisi, Vol. 1 No. 2 Maret 2015 129
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Arsitektur Sistem
Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam sistem tersaji pada Gambar 4.
Gambar. 4 Arsitektur Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Penyakit THT
4.2 Basis Pengetahuan(Knowledge Base)
Berdasarkan analisis sistem ini, akan diuraikan tentang analisis permasalahan yang ada
dan analisis kebutuhan akan perangkat lunak yang nantinya akan dibuat yaitu membangun
aplikasi sistem pakar untuk mendeteksi penyakit THT berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan
oleh pasien/user. Sistem pakar untuk mendeteksi penyakit THT (Telinga, Hidung dan
Tenggorokan) menggunakan metode inferensi runut maju (forward chaining). Pemilihan
metode ini didasari karena metode ini cocok diterapkan untuk melakukan diagnosa tentang
mendeteksi penyakit THT. Adapun penyakit THT terdiri dari 10 penyakit Telinga, 9 Penyakit
Hidung dan 9 Penyakit Tenggorokan. Di mana penyakit THT terdiri dari 57 gejala untuk
keseluruhan penyakit THT.
Knowledge base
Berisi himpunan aturan sbb:
Aturan untuk melihat penyakit THT
berdasarkan gejala yang mudah terlihat
di permukaan
Database
Berisi fakta-fakta tentang:
Data gejala
Data penyakit THT
Inferensi Engine
Berisi :
Prosedur untuk mencocokkan fakta dengan
aturan tentang penggunaan variabel yang
dapat menentukan penyakit.
User Interface
Berisi :
Prosedur untuk menbaca data input dari user
berupa penyakit THT yang mudah terlihat.
Prosedur untuk menampilkan hasil dari
penyakit THT
Explanation Facilities
Berisi :
Prosedur untuk menampilkan
parameter data penyakit THT yang
mudah terlihat.
Prosedur tentang cara penggunaan
program
User
Page 8
ISSN: 1978-1520
JCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page
130 ISSN : 2407-4322
Page 9
Jatisi, Vol. 1 No. 2 Maret 2015 131
Page 10
ISSN: 1978-1520
JCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page
132 ISSN : 2407-4322
Page 11
Jatisi, Vol. 1 No. 2 Maret 2015 133
4.2.1 Penyajian Fakta
Table 2 adalah sampel data penyajian fakta untuk mendeteksi penyakit THT
berdasarkan gejala-gejala. Dimana pada tabel tersebut menjelaskan pengetahuan untuk
mengetahui gejala-gejala terhadap penyakit THT.
Tabel . 2 Sampel Data Penyakit THT dengan Gejala-gejala
4.2.2 Penyajian Aturan
Berdasarkan representasi pengetahuan untuk perencanaan mendeteksi penyakit THT
maka disusun aturan(rule) yang tersaji pada Tabel 3.
Tabel . 3 Sampel Data Penyakit THT dengan Gejala-gejala
No Aturan (Rule)
1 IFSakit kepala is True
AND Keluar Cairan is True
AND Ada tanda-tanda radang diliang telinga is True
THENPenyakit Otitis Eksterna
2 IF Demam is True
AND Sakit kepala is True
AND PUS dan di meatus media is True
AND Hidung tersumbat is True
AND Hidung meler is True
AND Nyeri pipi dibawah mata is True
AND Selaput lendir merah dan bengkak is True
Then Sinusitis
3 IF Bersin-bersin is True
AND Hidung meler is True
AND Hidung tersumbat is True
AND Lendir di tenggorokan is True
Then Renitis Non – Alergika
4 IF Demam is True
AND Sakit kepala is True
AND Nyeri saat berbicara atau menelan is True
AND Sakit pada telinga is True
AND Pembengkakan kelenjar getah bening is True
AND Tenggorokan gatal is True
AND Adanya tonsil yang membengkak is True
AND Suara serak is True
Then Farangitis (Radang Tenggorokan)
Page 12
ISSN: 1978-1520
JCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page
134 ISSN : 2407-4322
Tabel 4 merupakan contoh dari penelusuran metode forward chaining untuk sampel
penyakit THT yaitu penyakit farangitis(Radang Tenggorokan). Dimana akan diberikan
pertanyaan berupa gejala-gejala dan sistem akan memberikan hasil diagnosa dari hasil
konsultasi.
Tabel . 4 Sampel Penelusuran Penyakit Farangitis
No Aturan (Rule)
1 IF Demam is True
AND Sakit kepala is True
AND Nyeri saat berbicara atau menelan is True
AND Sakit pada telinga is True
AND Pembengkakan kelenjar getah bening is True
AND Tenggorokan gatal is True
AND Adanya tonsil yang membengkak is True
AND Suara serak is True
Then Farangitis (Radang Tenggorokan)
Proses penelusuran forward chaining dapat dilihat sebagai berikut :
1. IF G1 Then G2
2. IF G2 Then G3
3. IF G3 Then G6
4. IF G6 Then G8
5. IF G8Then G12
6. IF G12 Then G20
7. IF G20 Then G21
GOAL : 9. IF G22 THEN P22
Penyakit farangitis didapat melalui proses 9 rule, dimana penelurusan pertama itu
dieksekusi apabila fakta sudah cocok dengan aturan bagian IF pada bagian IF-THEN. Kemudian
data tersebut menghasilkan fakta baru dibagian Then yang akan disimpan kedatabase. Proses
penelusuran dilakukan dari rule pertama dan tidak ada pengulangan eksekusi. Proses eksekusi
akan berhenti apabila tidak ada lagi data yang sesuai dan akan mengeluarkan kesimpulan
berdasarkan pencocokan fakta.
5. HASIL DAN PENGUJIAN SISTEM
Berikut adalah tampilan Form halaman utama user adalah beranda utama untuk user
dimana pada beranda utama ini sekilas tentang pengetahuan tentang penyakit THT (Telinga,
Hidung dan Tenggorokan). Pada form beranda ini ada pilihan Beranda, Buat Akun, Konsultasi
dan Ubah Data. Dapat dilihat pada Gambar 5.
Setelah user selesai membuat akun dan login, kemudian user akan memilih menu
konsultasi. Di mana pada menu ini akan ditampilkan pertanyaan-pertanyaan kepada user
berdasarkan rule yang sudah ditentukan. Pertanyaan berupa gejala-gejala penyakit THT dan
user harus menjawab pertanyaan yang disediakan sistem. Kemudian user akan mendapatkan
hasil dari jawaban tersebut berupa penyakit yang dialami berdasarkan gejala-gejala yang dipilih.
Pada form konsultasi penyakit ini pertanyaan berupa “Ya” dan “Tidak” seperti terlihat pada
Gambar 6.
Page 13
Jatisi, Vol. 1 No. 2 Maret 2015 135
Gambar 5 Tampilan Halaman Sistem Pakar Mendeteksi Penyakit THT
Gambar 6 Tampilan Halaman Konsultasi
Setelah selesai user menjawab pertanyaan maka akan keluar jawaban daripertanyan-pertanyaan
yang dijawab oleh user. Kemudian user juga bisa mencetak hasil dari diognosa penyakit THT
tersebut yang tersaji pada Gambar 7 dan 8.
Gambar 7 Tampilan Hasil Konsultasi
Page 14
ISSN: 1978-1520
JCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page
136 ISSN : 2407-4322
Halaman tampilan hasil dari konsultasi merupakan hasil diagnosa dari pertanyaan yang
dijawab oleh user yaitu berupa gejala-gejala yang di alami oleh user. Pada halama tersebut
memberikan informasi penyakit apa yang diderita kemudian bagaimana pengobatannya.
Gambar 8 Tampilan Laporan Hasil Konsultasi
Pada halaman tampilan laporan hasil konsultasi (Gambar 8) yaitu hasil dari konsultasi
dan kemudian sistem memberikan riwayat konsultasi dimana user dapat mencetak laporan dari
konsultasi tersebut.
Pengujian Sistem
Pengujian sistem dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan Ya atau Tidak yang
diajukan sistem melalu interfaceformberdasarkan gejala penyakit THT.
1. Pengujian sistem1 untuk Penyakit Farangitis(Radang Tenggorokan)
Tabel 5 adalah hasil dari jawaban interface mendeteksi penyakit THT(Telinga, Hidung
dan Tenggorokan).
Tabel.5 Pengujian Penyakit Farangitis (Radang Tenggorokan)
Nama : Wiwi Verina
Konsultasi
Pertanyaan Jawaban
1. Apakah anda demam ? Ya
2.Apakah Anda Mengalami Gejala Nyeri Saat Bicara atau Menelan ? Ya
3. Apakah Anda Mengalami Gejala Sakit Pada Telinga ? Ya
4. Apakah Anda Mengalami Gejala Pembengkakan Kelenjar Getah Bening ? Ya
5. Apakah Anda Mengalami Gejala Adanya tonsil yang membengkak ? Ya
5. Apakah Anda Mengalami Gejala Suara Serak ? Ya
6. Apakah Anda Mengalami Gejala Tenggorokan Gatal ? Ya
7. Apakah Anda Mengalami Gejala Sakit Kepala ? Ya
Penyakit Yang Diderita
Faringitis (Radang Tenggorokan) Pengertian : Faringitis adalah peradangan yang terjadi di tenggorokan (faring). Faringitis
biasanya disebabkan oleh infeksi virus, dan lebih jarang oleh bakteri
Pada Tabel 5 setelah diinput jawaban berdasarkan gejala-gejala penyakit THT pada program
sistem pakar didapatkan terkena penyakit Farangitis. Hal ini disebabkan karena dari item-item
pertanyaan lebih mengarah kepada rule yang ada sesuai dengan penyakit Farangitis.
2. Pengujian sistem2 untuk Penyakit Sinusitis
Tabel 6 adalah hasil dari jawaban interface mendeteksi penyakit THT(Telinga, Hidung
dan Tenggorokan).
Page 15
Jatisi, Vol. 1 No. 2 Maret 2015 137
Tabel 6 Pengujian Penyakit Sinuisitis
Nama : Wiwi Verina
Konsultasi
Pertanyaan Jawaban
1. Apakah anda demam ? Ya
2.Apakah Anda Mengalami Gejala Nyeri Saat Bicara atau Menelan ? Tidak
3. Apakah Anda Mengalami Gejala Sakit Pada Telinga ? Tidak
4. Apakah anda mengalami Sakit Kepala Ya
5. Apakah anda mengalami Hidung Tersumbat ? Ya
6. Apakah Anda Mengalami Gejala Pus dan Di meatus media ? Ya
7. Apakah Anda Mengalami Gejala Hidung Meler ? Ya
8.Apakah Anda Mengalami Gejala Nyeri Pipi di Bagian Bawah ? Ya
Penyakit Yang Diderita
Sinusitis Pengertian : Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena
alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah
satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis)
Pada Table 6 setelah di input jawaban berdasarkan gejala-gejala penyakit THT pada
program sistem pakar didapatkan terkena penyakit Sinusitis. Hal ini disebabkan karena dari
item-item pertanyaan lebih mengarah kepada rule yang ada sesuai dengan penyakit Sinusitis.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan beberapa data uji, aplikasi sistem
pakar yang dirancang dapat mendeteksi penyakit THT(Telinga, Hidung dan
Tenggorokan) dari input data gejala yang dimasukkan dan memberikan hasil sesuai
dengan jawaban pakar THT.
2. Metode forward chaining digunakan untuk melakukan penelusuran untuk mendapatkan
hasil penyakit THT(Telinga, Hidung dan Tenggorokan). Dengan demikian hasil dari
penelurusan metode forward chaining di dapat 75 rule untuk menentukan penyakit THT
berdasarkan gejala-gejala yang di input user.
6.2 Saran
Sebagai akhir dari penelitian ini, kami ingin menyampaikan saran-saran yang mungkin
bermanfaat bagi siapa saja yang berminat untuk menggunakan sistem ini
1. Diharapkan dengan dikembangkan sistem pakar ini, jumlah rule-rule yang digunakan
agar lebih banyak lagi sehingga untuk hasil diagnosa bisa mendapatkan hasil yang lebih
baik lagi.
2. Untuk mendapakan hasil diagnosa yang lebih akurat dan lebih mendekati kebenaran
sebaiknya diterapkan metoda-metoda statistik atau metoda sistem pengambilan
keputusan lainnya.
3. Pada aplikasi sistem pakar ini belum menggunakan nilai kepastian terhadap hasil
diagnosa. Diharapkan sistem pakar ini dapat dikembangkan dengan menggunakan
metode seperti Certainty Factor untuk memberikan nilai kepastian terhadap hasil dari
diagnosa.
Page 16
ISSN: 1978-1520
JCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page
138 ISSN : 2407-4322
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arsyad et al (2007), “Buku Bahan Ajar Telinga, Hidung dan Tenggorokan”, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Yogyakarta :Andi Offset.
[2] Desiani, Anita dan Arhami M. 2006. Konsep Kecerdasan Buatan. Yogyakarta: Andi Offset.
[3] Deefa (2012), “Expert System For Car Troubleshooting”, International Journal For
Research In Science & Advanced Technologies, Issue-I, Volume-I, 046-049
[4] Ginanjar Wiro Sasmito, Bayu Surarso dan Aris Sugiharo (2011), “Application Expert
System of Forward Chaining And The Rule Based Reasoning For Simulation Diagnose
Pest and Disease Red Onion and Chili Plant”, Proceedings of the 1 International
Conference on Information Systems For Business Competitiveness(ICISBC)
[5] Ivo Randi MS, Zaenal Wafa dan Ruri Hartika Jhon(2013), “ Perancangan Sistem Pakar
Untuk Mendiagnosa Penyakit Kanker Serviks Dengan Metode Forward Chaining”,Jurnal
Sarjana Teknik Informatika 09101152630035.
[6] Kusrini (2006), “Sistem Pakar Teori dan Aplikasi”, Yogyakarta :Andi Offset.
[7] Kusrini (2008), “Aplikasi Sistem Pakar”, Yogyakarta : Andi Offset.
[8] Sutojo, T dkk (2011), “Kecerdasan Buatan”, Yogyakarta : Andi Offset.
[9] Tati Harihayati dan Luthfi Kurnia (2013), “Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Umum
Yang Sering Diderita Balita Berbasis Web Di Dinas Kesehatan Kota Bandung ”,Jurnal
Komputer dan Informatika (KOMPUTA) Edisi I Volume I Maret 2012
[10] Wisnu Yudho Untoro (2009),” Penerapan Metode Forward Chaining Pada Penjadwalan
Mata Kuliah”, Jurnal Matematika dan Komputer Indonesia Vol. 1, No.2.
[11] Wenny Widia Astuti, Dini Destiani dan Dhami Johar Damiri (2012), “Aplikasi Sistem
Pakar Deteksi Dini Pada Penyakit Tuberkulosis”, ISSN : 2302-7339 Vol. 09 No. 06 2012
[12] Yana Hendriana (2013), “Program Bantu Identifikasi Penyakit THT”,Simposium Nasional
Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X