Top Banner
PENERAPAN BAHASA JAWA PADA PENGASUHAN DALAM KELUARGA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta II pada Jurusan Psikologi Sekolah Pascasarjana Oleh: MISYKAH NUZAILA BIROHMATIKA S 300 12000 8 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
19

PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

Apr 06, 2019

Download

Documents

vuongkhuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

PENERAPAN BAHASA JAWA

PADA PENGASUHAN DALAM KELUARGA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta II

pada Jurusan Psikologi Sekolah Pascasarjana

Oleh:

MISYKAH NUZAILA BIROHMATIKA

S 300 12000 8

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin
Page 3: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin
Page 4: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin
Page 5: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

1

PENERAPAN BAHASA JAWA PADA PENGASUHAN

DALAM KELUARGA

Abstrak

Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin sedikitnya pengguna bahasa Jawa di daerah Jawa Tengah menunjukkan bahwa bahasa Jawa menjadi asing di daerah asalnya sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dinamika penerapan bahasa Jawa pada pengasuhan dalam keluarga. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif jenis studi kasus unit keluarga dengan mengambil informan tiga pasang ibu dan anak yang kesehariannya masih mempertahankan bahasa Jawa Krama dalam berkomunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Jawa Krama dapat menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai kesantunan, kepatuhan dan penghormatan kepada orang tua dan orang yang lebih tua. Identitas diri Jawa yang terbentuk pada diri orangtua mendorong tercetaknya gaya pengasuhan yang khas dengan penerapan bahasa Jawa dan pemberlakuan unggah-ungguhnya dalam keluarga sehingga dapat membentuk perilaku anak yang santun, patuh dan hormat kepada orang tua dan orang yang lebih tua. Maka hasil ini diharapkan mampu menjadi pertimbangan utama pemilihan bahasa keseharian yang diprogramkan secara sadar oleh setiap keluarga Jawa maupun lembaga pendidikan agar dapat menjaga dan melestarikan bahasa dan budaya Jawa. Kata Kunci: Pengasuhan, penerapan bahasa, keluarga Jawa.

Abstract

Language is the main tool of cultural inheritance from one generation to the next. Javanese users on the wane in Central Java making the Javanese into a strange thing in its own home. The purpose of this study was to disclose the application of the Java language in parenting. This research uses the qualitative method with case study approach, which uses the family as a unit. Informants we interviewed are three pairs of mothers and children who use the "Krama Javanese" while communicating in their daily lives. We get the result that the use of the Java language can be a tool to inherited values of modesty, obedience, and respect for older people. Java identity in the parents making them use the “Krama Javanese” language and implemented the "unggah-ungguh" in the family in their parenting style. The use of Javanese and “unggah-ungguh” aims to get the child's behaviour more polite, obedient and respectful to older people. The use of the Java language in everyday life may be prescribed by the educational institution in order to preserve the language and culture of Java.

Keywords: Parenting, Language implementation, Javanese Family

Page 6: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

2

1. PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya. Salah

satu contoh kekayaan budaya tersebut adalah beragamnya bahasa daerah yang

tersebar di seluruh pelosok wilayah negara. Di antara bahasa yang memiliki

kedudukan tertinggi dari bahasa-bahasa daerah di Indonesia adalah bahasa Jawa.

Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur terbesar di

Indonesia yaitu 75.500.800 penutur (Lauder dalam Wati, 2014). Bahasa Jawa

merepresentasikan budaya Indonesia yang dikenal dengan keramahan dan

kesantunannya. Secara sosial, orang Jawa selalu mengutamakan kerukunan,

keharmonisan dan selalu menghindari adanya kecenderungan akan munculnya

konflik. Falsafah menjaga harmoni ini terlihat dari bahasa dan cara tuturnya yang

khas dengan kehalusan, penuh sopan santun, luwes dan anggun dalam berbicara

(Purwadi, 2012).

Permasalahan yang ada saat ini adalah terkikisnya transfer ilmu bahasa

Jawa dari orangtua kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa penelitian

mengenai perkembangan bahasa Jawa menyatakan bahwa penggunaan bahasa

Jawa telah berkurang 40,44% (Laksono, 2006), di Wilayah Semarang penggunaan

bahasa Jawa hanya 26,16% (Handoyo, 2004) dan pada kalangan remaja

penggunaan bahasa Jawa hanya 12,5% (Pujiastuti, dkk., 2008, disitasi Suryadi,

2014).

Penelitian tersebut dikuatkan dengan data observasi yang dilakukan

penulis dalam tiga tahun terakhir dari bulan Agustus 2012 sampai Desember 2015

pada salah satu lembaga pendidikan tingkat dasar atau Sekolah Dasar di

Kabupaten Sukoharjo bahwa mayoritas siswa menggunakan bahasa Jawa ngoko

dan bahasa Indonesia kepada guru maupun orangtua dalam keseharian. Selain itu,

hasil wawancara kepada salah satu guru SD tersebut menyatakan bahwa “ sangat

sedikit sekali murid yang bisa menggunakan Bahasa Jawa krama dengan gurunya,

tidak sampai 10 dari 300 siswa atau sekitar 3% siswa saja, kebanyakan memakai

bahasa Indonesia dan paling parah hanya bisa bahasa Jawa ngoko ketika berbicara

kepada orangtua dan gurunya”. Studi awal ini dilanjutkan dengan pengamatan

terhadap enam siswa di lingkungan rumahnya, yang mana didapatkan hasil bahwa

keenam siswa tersebut menggunakan bahasa Jawa Krama dengan baik dan benar

Page 7: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

3

kepada orangtua mereka atau orang lain yang lebih tua dari mereka namun bukan

kepada saudara kandung.

Wawancara pada 5 April 2016 dengan salah satu guru pada salah satu SD

di Kabupaten Klaten juga menunjukkan hasil bahwa hanya sekitar 15%dari 130

siswa yang dapat berbahasa Jawa Krama kepadanya. Berdasarkan hasil survey,

dari 15% siswa tersebut bahasa Jawa Krama juga digunakan oleh 10% siswa di

rumah untuk berkomunikasi kepada orangtuanya dan orang-orang yang lebih tua

darinya, namun tidak termasuk saudara kandung dan sisanya hanya digunakan di

sekolah saja sebagai bahasa formalitas kepada guru. Artinya sebagian penggunaan

bahasa Jawa Krama dihasilkan dari pembiasaan pengasuhan di rumah dan

sebagian lainnya dihasilkan dari penyesuaian pembelajaran di sekolah saja.

Hasil wawancara selanjutnya pada tanggal 6 – 7 April 2016 kepada tiga

ibu rumah tangga di wilayah Surakarta menyatakan bahwa anak-anak zaman

sekarang sulit untuk menerapkan bahasa Jawa Krama sesuai dengan aturan

unggah-ungguhnya kepada orangtua. Alasannya ialah karena lingkungan di luar

rumah sendiri banyak yang meninggalkan bahasa Jawa sehingga terkadang justru

orangtua yang akhirnya mengikuti bahasa yang digunakan oleh anak-anak yaitu

bahasa Jawa Ngoko ataupun bahasa Indonesia.

Penulis juga melakukan survey di sebuah dusun di Kabupaten Klaten pada

tanggal 8 - 17 Mei 2016. Hasilnya adalah dusun tesebut meliputi satu Rukun

Warga (RW) yang terdiri dari tiga Rukun Tetangga (RT) dan menaungi 82 KK.

Dari 82 KK ini penulis mengidentifikasi ada 26 keluarga yang membiasakan

bahasa Jawa Krama dan ada 56 keluarga yang menggunakan bahasa Jawa Ngoko

di dalam rumah. Bahasa Jawa Krama masih berlaku sebagai alat komunikasi antar

tetangga terutama anak kepada orang yang lebih tua. Ditemukan dari kelompok

keluarga yang menggunakan bahasa Jawa Krama di rumah, bahwa rata-rata

mereka menggunakannya kepada orangtua, tidak kepada saudara kandungnya

serta beberapa orangtua kepada anak yang sedang dalam tahap belajar berbicara.

Hanya ada satu keluarga saja menerapkan bahasa ini kepada semua anggota

keluarganya termasuk orangtua kepada anak dan antar saudara kandung.

Berdasarkan beberapa studi awal yang telah dilakukan oleh penulis,

ditemukan bahwa terdapat ragam penggunaan bahasa Jawa antara anak kepada

orangtua, orangtua kepada anak, orangtua kepada anak yang sedang dalam tahap

Page 8: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

4

belajar berbicara, kakak kepada adik, adik kepada kakak, anak kepada tetangga

yang lebih tua, anak kepada tetangga sebaya, anak kepada teman dan anak kepada

guru. Ada beberapa indikasi pula yang menunjukkan bahwa bahasa Jawa terutama

bahasa Jawa Krama kian hari kian memudar dimana sebagian besar anak banyak

yang tidak memahami bahasa daerahnya sendiri. Kondisi bahasa Jawa semakin

*terpuruk. Berbicara dengan bahasa Jawa dianggap jadul dan kampungan

(Suparlan dalam Wati 2014). Menurut Clyne (2003) hal ini sangat ditentukan oleh

keluarga. Domain keluarga dengan orangtua sebagai interlokutor dan rumah

adalah komponen paling utama dalam pemilihan bahasa dalam berkomunikasi.

Dengan begitu rumah adalah domain terpenting dalam pemertahanan bahasa dan

budaya.

Adanya kesenjangan antara nilai budaya Jawa yang dijunjung dengan

realita di masyarakat menarik perhatian khusus mengenai pola pengasuhan

keluarga Jawa saat ini dan bagaimana nilai-nilai tersebut dipertahankan melalui

penerapan bahasa keseharian yang dipakai. Bahasa bisa menjadi kunci eksistensi

sebuah budaya. Bahasa adalah alat transfer nilai-nilai budaya. Bahasa merupakan

sarana utama dalam pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Tanpa bahasa, generasi penerus tidak akan mengenal budaya aslinya (Matsumoto,

2008). Proses sosialisasi nilai budaya ini direalisasikan pertama kali oleh sebuah

unit yang dinamakan keluarga. Hoff (2006) mengungkapkan dalam penelitiannya

bahwa orangtua merupakan sumber utama pengalaman berbahasa bagi anak.

Orangtua sangat berpotensi unutk merubah bahasa yang akan digunakan oleh

anak. Maka perkembangan bahasa pada anak sangat tergantung pada keaktifan

orangtuanya terutama pada masa awal tahap pemerolehan bahasa.

Didukung oleh Matsumoto (2008) yang menyatakan bahwa anak-anak

mempelajari bahasa asli mereka dengan cara imitasi dari lingkungan asli mereka

yaitu keluarga. Seorang anak di sebuah keluarga akan diasuh menurut nilai

budaya yang diyakini oleh orangtuanya. Pengasuhan tersebut tentunya mencakup

pemilihan bahasa oleh orangtua yang akan diajarkan kepada anak, agar bahasa

yang menjadi aspek utama dalam budaya selalu terjaga dan teraplikasi dalam

setiap perilaku yang mencerminkan nilai sebuah budaya, sebagaimana halnya

budaya juga mempengaruhi pola pengasuhan itu sendiri (Fardhani, 2015). Bahasa

akan digunakan dalam interaksi setiap anggota keluarga. Maka dapat dikatakan

Page 9: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

5

bahwa eksistensi sebuah bahasa daerah tergantung pada kualitas pengasuhan

dalam sebuah keluarga.

Nancy (Idrus, 2012) mendefinisikan pengasuhan sebagai aktivitas

kompleks yang terdiri dari perilaku-perilaku yang khas yang secara individu

ataupun bersama-sama mempengaruhi perkembangan anak. Berns (2010) juga

menyatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi praktik

pengasuhan orangtua, yaitu ideologi politik, budaya, agama dan status sosial

ekonomi orangtua. Penelitian Idrus (2004) menunjukkan bahwa model

pengasuhan terbaik dalam keluarga Jawa adalah keluarga yang berhasil

membesarkan anak-anaknya dengan kecerdasan sosial yang baik atau berinteraksi

dengan masyarakat secara luwes dan dapat mengamalkan nilai-nilai budaya Jawa.

Biasanya masyarakat melabel sebagai orang yang njawani.

Adapun model interaksi masyarakat Jawa ditemukan oleh Geertz (1983)

memiliki 2 kaidah besar, yaitu kaidah kerukunan yang artinya menghindari

konflik dan kaidah hormat artinya setiap orang dalam cara bicara dan membawa

diri selalu harus dapat menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain. Dalam

menerapkan 2 kaidah nilai budaya Jawa tersebut, setiap keluarga memiliki cara

yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang, pembiasaan dan tujuan

pendidikan dalam keluarga tersebut. Dan yang paling menonjol karena

kelangkaannya saat ini adalah keluarga yang masih menerapkan bahasa Jawa

krama (halus) sebagai bahasa harian dalam keluarga.

Idrus (2012) menyatakan bahwa pembiasaan penggunaan bahasa Jawa

Krama Inggil akan memiliki dampak yang positif bagi perkembangan anak.

Terkait dengan model pembiasaan ini, Wimbarti (2002) mengungkapkan bahwa

menggunakan bahasa Jawa Krama menuntut mereka untuk menyesuaikan sikap

batin dan perilaku luarnya dengan bahasa halus tersebut sehingga menggunakan

bahasa Krama Inggil tetapi perilakunya berangasan akan tidak tepat.

Pengasuhan dan lingkungan keluarga menjadi faktor yang sangat

mempengaruhi pemertahanan penggunaan bahasa Jawa baik Krama maupun

Ngoko. Penjelasan lainnya dalam pengembangan studi mengenai pemerolehan

bahasa pada anak oleh Berko-Gleason (1989, dalam Matsumoto, 2008)

menunjukkan bahwa anak tidak sekedar meniru apa yang mereka dengar,

melainkan membuat hipotesis-hipotesis tentang bahasa dan kemudian menguji

Page 10: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

6

hipotesis tersebut. Pembuatan hipotesis dan pengujiannya ini merupakan strategi

penting yang dipakai anak di seluruh dunia untuk mempelajari bahasa ibu mereka

(Matsumoto, 2008). Artinya, perolehan bahasa pada manusia mengandung faktor

yang kompleks untuk ditelaah lebih lanjut karena ada sisi internal yang

menyinggung kecanggihan otak manusia dalam mengolah bahasa dan sisi

eksternal yang menyangkut kondisi lingkungan manusia itu sendiri.

Terjadinya pemilihan bahasa disebabkan adanya bahasa mayoritas dan

bahasa minoritas (Sofiah, 2011). Permasalahan yang terjadi saat ini dalam konteks

budaya Jawa adalah bahasa Jawa Krama menjadi bahasa minoritas dalam

pengasuhan di keluarga Jawa sendiri. Warisan bahasa Jawa Krama hampir

terhenti karena sebagian besar anak bahkan orang tua Jawa tidak lagi menguasai

bahasa Jawa itu sendiri terutama bahasa Jawa Krama. Berdasarkan penjelasan

yang telah dipaparkan di atas, dapat diprediksi bahwa fokus masalah pada

penelitian ini memiliki pertimbangan kuat untuk ditelaah dan diteliti lebih dalam

tentang bagaimana dinamika pemertahanan dan penerapan bahasa Jawa pada

pengasuhan dalam keluarga Jawa itu sendiri.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus unit keluarga. Melalui teknik wawancara dan observasi,

penelitian ini mengambil tiga keluarga Jawa dimana terdiri dari ayah, ibu dan

anak yang menggunakan bahasa Jawa Krama secara intens dalam kesehariannya

sebagai informan utama dan guru wali kelas anak sebagai informan sekunder.

Subjek yang diwawancara adalah tiga pasang ibu dan anak, sedangkan subjek

yang diobservasi adalah seluruh anggota keluarga termasuk ayah, ibu, anak dan

orang-orang yang tinggal di rumah keluarga tersebut dengan melihat cara

komunikasi antara satu dengan lainnya.

Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada model Miles &

Huberman (2009) yakni reduksi, penyajian, serta kesimpulan atau verifikasi. Dan

dijabarkan menjadi langkah-langkah sebagai berikut: membuat transkrip data

verbal dari hasil rekaman, menelaah seluruh data dari sumber yaitu hasil

wawancara, catatan lapangan, dan hasil observasi informan, melakukan reduksi

data, reduksi data hasil wawancara, reduksi data catatan lapangan, menyusun

Page 11: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

7

satuan-satuan analisis data dan melakukan pengkodean, melakukan penafsiran

data, melakukan triangulasi, melakukan analisis temuan-temuan lain dan menulis

hasil penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Jawa Krama

dapat menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai kesantunan, kepatuhan dan

penghormatan kepada orang tua dan orang yang lebih tua. Dalam aspek

komunikasi ditemukan adanya dua pola penggunaan bahasa Jawa dalam keluarga

Jawa.

Bagan 1. Pola Penerapan Bahasa Jawa pada Pengasuhan dalam Keluarga

Pola 1

Pola 2

Keterangan : : Bahasa Jawa Krama : Bahasa Jawa Ngoko

Pola pertama (lihat Bagan 1) yang muncul dari keluarga I dan III

menunjukkan adanya unsur budaya patriarki. Patriarki adalah sebuah sistem sosial

yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam

organisasi sosial (Moore, 1998). Pada konteks temuan penelitian ini, ayah menjadi

pusat penghormatan dalam keluarga yang ditunjukkan dengan digunakannya

bahasa Jawa Krama oleh setiap anggota keluarga baik anak maupun ibu kepada

ayah namun ayah membalasnya dengan bahasa Jawa Ngoko. Pola kedua (lihat

bagan 2) muncul dari keluarga II dengan ciri bahasa Jawa Krama diterapkan

secara ketat oleh setiap anggota keluarga tanpa melihat kedudukannya di keluarga.

Dengan kata lain, orangtua baik ayah maupun ibu tetap menggunakan bahasa

Jawa Krama kepada anak-anaknya meskipun dalam budaya Jawa kedudukan anak

lebih rendah dari orangtua.

Ayah

AnakIbu

Ayah

AnakIbu

Page 12: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

8

Kedua pola tersebut menunjukkan bahwa peran ibu menjadi kunci utama

penerapan bahasa Jawa Krama dalam keluarga karena ibu mempraktikkan bahasa

Jawa Krama kepada seluruh anggota keluarga termasuk kepada anak-anak,

sehingga internalisasi nilai budaya yang tersirat dalam bahasa Jawa Krama juga

mudah diserap oleh anak. Maka dapat dikatakan bahwa peranan ibu merupakan

kontributor terbesar dalam pemertahanan bahasa Jawa Krama dan nilai budaya

Jawa.

Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa pola pengasuhan orangtua

menjadi faktor utama dalam mempengaruhi proses penerapan bahasa Jawa Krama

dalam keluarga. Dinamika penerapan bahasa Jawa pada pengasuhan dalam

keluarga terungkap pada Bagan 2.

Penerapan bahasa Jawa Krama dipengaruhi oleh faktor eksternal dan

faktor internal yang juga saling mempengaruhi. Faktor eksternalnya berupa (1)

perubahan iklim bahasa dimana penggunaan bahasa Jawa Krama semakin lama

semakin terkikis di daerah asalnya sendiri dan (2) pengasuhan dari orangtua

(generasi pertama) yang juga menerapkan bahasa Jawa Krama kepada generasi

kedua. Dua faktor eksternal ini mendorong faktor internal yang berupa (1)

pemertahanan bahasa. Di era kemunduran eksistensi bahasa Jawa, generasi kedua

justru ingin mempertahankan dan menampilkan budaya Jawa melalui penerapan

bahasa Jawa Krama pada anak-anaknya. hal tersebut juga sekaligus membawa

misi (2) penanaman moral yang sesuai dengan budaya Jawa yaitu menegakkan

sikap kesantunan dan penghormatan kepada orangtua.

Kedua faktor ini saling berkorelasi dan menghasilkan pembentukan

identitas diri Jawa pada generasi kedua. Identitas diri (Sarwono, 2005) adalah

konsep yang digunakan oleh seseorang untuk menyatakan siapakah dirinya,

bagaimana kepribadiannya dan bagaimana hubungannya dengan orang lain. Ia

juga merupakan keanggotan dalam sebuah komunitas yang menyebabkan

seseorang merasa terlibat, termotivasi, berkomitmen dan menjadikannya rujukan

atau pertimbangan dalam memilih dan memutuskan sesuatu berdasarkan hal yang

normatif. Terbentuknya identitas diri pada dasarnya dipengaruhi secara intensif

oleh interaksi seseorang dengan lingkungan sosial. Identitas diri yang digunakan

seseorang untuk menjelaskan tentang diri biasanya juga berisikan identitas sosial.

Sebagaimana penelitian Amelia (2014) menyatakan bahwa status identitas diri

Page 13: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

9

dipengaruhi oleh gaya pengasuhan dan budaya. Menurut konsep ini, maka dapat

disampaikan bahwa identitas diri generasi kedua merupakan hasil interaksi

sosialnya secara intens dalam budaya Jawa sehingga termotivasi dan memutuskan

untuk mewariskan bahasa Jawa Krama dan nilai-nilai budaya Jawa kepada anak-

anaknya atau generasi ketiga. Maka bahasa Jawa Krama menjadi pilihan bahasa

utama yang diterapkan pada pengasuhan dalam keluarganya.

Bagan 2. Dinamika Penerapan Bahasa Jawa Krama pada Pengasuhan dalam Keluarga

Keterangan :

: saling berkorelasi dan menghasilkan : mempengaruhi

: mengandung hal yang saling berkorelasi

Faktor eksternal: -Perubahan iklim

bahasa -Pengasuhan dari

orangtua (generasi I)

Faktor internal: -Pemertahanan bahasa -Penanaman moral sesuai budaya Jawa

Pembentukan identitas diri Jawa (generasi II)

Penerapan Bahasa Jawa Krama pada pengasuhan dalam Keluarga

Strategi penerapan bahasa: - Pengenalan bahasa sejak

lahir - Imitasi - Pengujian hipotesis - Modelling

Nilai yang ditanamkan pada pengasuhan:

- Kesantunan - Hormat kepada orangtua dan

orang lain - Tanggungjawab - Jujur - disiplin

Gambaran perilaku anak sesuai dengan nilai budaya Jawa yang ditegakkan di keluarga: - Santun dan hormat kepada orangtua dan orang lain dalam bersikap dan

bertutur kata yakni menggunakan bahasa Jawa Krama kepada orangtua, guru dan orang yang lebih tua

- Peka dan peduli terhadap lingkungan - Memiliki rasa kebersamaan

Page 14: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

10

Adapun penerapan bahasa ini memiliki beberapa strategi. Di antaranya (1)

pengenalan bahasa yang dimulai sejak bayi lahir. Orang Jawa mempunyai

kebiasaan mengajak bicara bayi dengan bahasa yang akan diprogramkan

kepadanya. Beberapa orangtua Jawa mennyebutnya “juweh” yang artinya

orangtua atau orang dewasa harus cerewet atau sering mengajak bicara bayi agar

perkembangan kognitifnya cepat dan mudah dalam memahami bahasa. (2) Imitasi

yang berarti menirukan. Pada dasarnya anak dapat menangkap bahasa dari

orangtua atau orang di sekitarnya sejak dari dalam kandungan (Dardjowidjojo,

2010). Namun proses aplikasi pembelajaran bahasanya dimulai sejak tahap

pralinguistik pertama yang disebut tahap meraban. Yaitu anak berada di usia 0

sampai 5 bulan mulai mengeluarkan bunyi-bunyian seperti tangisan, menjerit,

tertawa dan sebagainya (Hartati, 2000). Bunyi-bunyian tersebut merupakan respon

dan bahasa isyarat terhadap orang yang ada di sekelilingnya. Kemudian bahasa

yang akan diwariskan kepada anak akan mulai teridentifikasi pada tahap linguistik

I yang biasa disebut dengan tahap holofrastik. Tahap holofrastik ialah anak

memasuki usia 1 sampai 2 tahun dan mulai menirukan kata yang diejakan oleh

orang dewasa dengan maknanya seperti nama anggota keluarga dan nama-nama

benda.

Cara ketiga adalah (3) pengujian hipotesis yang dilakukan oleh anak. Anak

mulai mengenal bahasa kedua dan ketiga selain bahasa ibunya serta mulai

membandingkan bahasa mana yang paling mudah untuk dipahami dan layak

untuk dipertahankan. Dalam kasus ini, bahasa Jawa Krama menjadi bahasa ibu.

Setiap bahasa memiliki tingkat kesulitan masing-masing termasuk bahasa Jawa

Krama yang mempunyai aturan yang beragam dan lebih rumit dari bahasa Jawa

Ngoko dan bahasa Indonesia. Dalam ranah keluarga, ketiga informan menjadikan

bahasa Jawa Krama sebagai alat komunikasi harian sehingga pembiasaan ini

menepiskan tingkat kesulitan dalam memahami aturannya. Justru anak cenderung

lebih menyukai untuk mempelajarinya lebih dalam. Misalnya ada tingkatan-

tingkatan dalam membahasakan kata “kamu” dengan melihat usia dan status

orang yang diajak bicara. Kata “kamu” bisa dibahasakan dari “kowe”,

“sampeyan” dan “panjenengan”. Struktur-struktur seperti ini diuji oleh anak-anak

melalui proses pembelajaran yang ia dapatkan di ranah pendidikan maupun

kelauarga. Kedua wilayah ini saling menopang dalam menyusun tata bahasa Jawa

Page 15: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

11

yang telah diinventarisasi oleh anak. Sehingga kemampuan bahasa mereka terus

berkembang dan membentuk rasa bahasa serta memberlakukan bahasa tersebut

sesuai dengan nilai budaya yang tertanam di dalamnya.

Cara ketiga disambut dengan cara yang keempat yaitu (4) modelling.

Modelling menurut Bandura (2001) merupakan proses belajar melalui pengamatan

terhadap orang yang ia jadikan model. Pengamatan tersebut mencakup proses

seleksi dan pengambilan nilai-nilai budaya yang akan ia imitasi atau diambil

konsekuensinya saja. Orangtua mencontohkan bagaimana bahasa Jawa Krama

digunakan sesuai dengan kaidahnya dimana pemilihan diksi dalam bahasa tersebut

harus mempertimbangkan status sosial, usia atau jenis kelamin orang yang diajak

bicara. Anak mulai belajar nilai-nilai budaya yang tersirat dalam bahasa tersebut.

Penyampaian nilai-nilai budaya Jawa ini juga dikuatkan melalui pola

pengasuhan Jawa yang menekankan beberapa nilai pendidikan berikut:

tanggungjawab, kejujuran, kedispilinan, komitmen dan konsisten terhadap

kewajiban. Pola pengasuhan yang khas dengan nuansa kelembutan budaya Jawa

ini berpengaruh terhadap perilaku anak yang tergambarkan dengan

kesantunannya, rasa hormat kepada orangtua dan orang lain, lembah lembut,

kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan serta rasa kebersamaan dengan

mempriorotaskan kepentingan bersama daripada pribadinya. Maka dari itu

dinamika tersebut menimbulkan pergesaran pola asuh dari generasi pertama

sampai generasi ketiga.

Pada keluarga ketiga ditemukan bahwa pola asuh generasi pertama kepada

generasi kedua masih cenderung otoriter dengan gaya kaku, disiplin keras,

membatasi kebebasan anak dan cenderung menghukum. Orangtua memaksa anak

untuk mengikuti aturan dan menghormati pekerjaan orangtua (Baumrind,

Moscatelli dan Rubini, 2009; Santrock, 2012).

Terlebih dengan penerapan bahasa Jawa Krama, anak dituntut untuk

menampilkan rasa penghormatan yang tinggi kepada orangtua sehingga hubungan

antara anak dan orangtua menjadi lebih jauh dan kaku. Pada generasi kedua dan

generasi ketiga dengan perkembangan zaman yang jauh berbeda, pola pengasuhan

dituntut untuk lebih demokratis. Penegakan sikap kepatuhan, rasa hormat dan

sopan melalui penerapan bahasa Jawa Krama harus tetap dipertahankan namun

sikap keterbukaaan dan kedekatan dengan anak harus terus dibangun. Sehingga

Page 16: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

12

generasi ketiga dapat mengalami perkembang kepribadian yang sesuai dengan

harapan.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan

bahasa Jawa Krama pada pengasuhan dari ketiga keluarga dipengaruhi oleh

terbentuknya identitas diri Jawa pada orangtua (generasi II) yang didorong oleh

faktor berikut: perubahan iklim bahasa, pengasuhan dari orangtua (generasi I),

pemertahanan bahasa Jawa Krama dalam rangka penanaman sikap santun dan

hormat kepada orangtua. Adapun strategi yang digunakan adalah pengenalan

bahasa sejak lahir dengan cara mengajak bicara pada masa pra linguistik, imitasi

pada masa linguistik I, pengujian hipotesis yang dilakukan oleh anak di ranah

keluarga, pendidikan dan pergaulan serta modelling yang diperankan oleh

orangtua terutama ibu. Adanya penerapan bahasa Jawa Krama ini mempengaruhi

perilaku anak yang sesuai dengan nilai pendidikan yang ditanamkan dalam

keluarga Jawa, antara lain: sikap kepatuhan, hormat, santun, kepekaan dan

kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan tanggungjawab.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak keterbatasan dan

kelemahan, di antaranya data orangtua hanya diambil dari sisi ibu saja, padahal

penelitian ini mengangkat tema pengasuhan yang sebaiknya informasi bersumber

dari ayah dan ibu agar menjadi data yang lengkap dan akurat. Pertimbangan jenis

kelamin anak tidak dimasukkan pada karakterisktik pengambilan sampel dan

kebetulan semua informan adalah anak perempuan. Analisis akan menjadi lebih

kaya, jika karakteristik setiap anak (laki-laki atau perempuan) ditonjolkan karena

sikap kepatuhan antara anak laki-laki dan perempuan berbeda.

Tidak ada wawancara dengan pihak yang disebut generasi I (kakek-

nenek), sehingga gaya pengasuhan orangtua yang menjadi salah satu faktor

terbentuknya gaya pengasuhan dengan pola penerapan bahasa Jawa Krama yang

diaplikasikan pada generasi selanjutnya tidak tergali dan tidak terkonfirmasi..

Page 17: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

13

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, J. (2014). Asosiasi antara Gaya Pengasuhan dan Status Identitas Diri

Remaja Etnis Jawa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.

Vol. 3 (1): 2 – 14.

Balai Bahasa Yogyakarta. (2001). Kamus Bahasa Jawa. Yogyakarta: Balai

Bahasa Yogyakarta.

Bandura, A. (2001). Social Cognitive Theory: An Agentic Perspective. Annual

Review of Psychology, 52(1), 1-26.

Berns, R. (2010). Child, Family, School, Community Socialization and Support.

California: Wadsworth.

Clyne, M. (2003). Dynamics of Language Contact. Cambridge: Cambridge

University Press.

Dardjowidjojo, S. (2010). Psikoliguistik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Ekowarni, A. (2006). Kesenjangan Pola Asuh Jawa antar Dua Generasi. Jurnal

Psikondimaik. 8 (1): 1-16.

Fardhani, L. (2015). Makna “Dadi Wong” sebagai Refleksi dari Sosialisasi pada

Pola Pengasuhan Anak dalam Keluarga Jawa di Keluarahan Wanea Kota

Manado. Jurnal Holistik. Tahun VIII, (15): 1-13.

Fishman (1975). The Sosiolinguistics of Language. Massuchuseets: Newfury

Hause Publisher.

Geertz, H. (1985). Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.

Hakim, M.A., Supriyadi dan Yuniarti, K.W. (2012). The Content of Indonesian

Child-Parent Attachment. International Society for The Study of

Behavioral Development. (2): 11-15.

Hakim, M.A., Thontowi, H.B., Yuniarti, K.W., dan Kim, U., (2012). The Basis of

Children’s Trust towards Their Parents in Java: Ngemong. International

Journal of Research Studies in Psychology. Vol.1 (2): 3-16.

Handoyo, S. (2004). Tinggal 26,16 % Warga Semarang yang Masih Setia

Menggunakan Bahasa Jawa. Seranta Bahasa dan Sastra 2004. Jakarta:

Pusat Bahasa, hal. 1-29.

Hartati, T. (2000). Pemerolehan Imbuhan Siswa Sekolah Dasar Negeri Cileunyi

Kabupaten Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Page 18: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

14

Hart, B., & Risley, T. R. (1992). American Parenting of Language-Learning

Children: Persisting Differences in Family-Child Interactions Observed

in Natural Home Environments. Developmental Psychology, 28(6): 1096

- 1105.

Hoff, E., & Tian, C. (2005). Socioeconomic Status and Cultural Influences on

Language. Journal of Communication Disorders, 38(4): 271-278.

Hoff, E. (2006). How Social Contexts Support and Shape Language Development.

Developmental Review. (26): 55-88.

Hurlock, E.B. (2006). Child Development. Jakarta: Erlangga.

Idrus, M. (2004). Kepercayaan Eksistensial Remaja Jawa. (Disertasi tidak

dipublikasikan). Program Doktor Psikologi, Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Idrus, M. (2012). Pendidikan Karakter pada Keluarga Jawa. Jurnal Pendidikan

Karakter. Vol. II (2): 118 – 130.

Laksono, K. (2006). Pengembangan Bahasa dan Sastra Jawa dalam Perspektif

Kebhinekatunggalikaan. Kongres Bahasa Jawa IV: Komisi Kearifan

Lokal. Semarang, hal. 85-97.

Matsumoto, D. (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Miles,M.B., & Huberman, A.M. (2009). Analisis Data Kualitatif. Terj. Rohidi,

T.R. Jakarta: UII Press.

Moscatelli, S., & Rubini, M. (2009). Parenting Style in Adolescence: The Role of

Warmth, Strinctness, and Psychological Autonomy Granting in

Influencing Collective Self-Esteem and Expectations for The Future.

Handbook of Parenting: Styles, Stress & Strategies, 342-349.

Purwadi., Mahmudi., & Zaidah, N. (2012). Tata Bahasa Jawa. Yogyakarta: Pura

Pustaka.

Santrock, J. W. (2012). Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W. (2005). Psikologi Sosial Kelompok dan Terapan. Jakarta: PT

Balai Pustaka.

Sofiah, N.K. (2011). Pemakaian Bahasa Dalam Keluarga Dengan Orangtua

Berbeda Suku. Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

Indonesia, Jakarta.

Page 19: PENERAPAN BAHASA JAWA PADA …eprints.ums.ac.id/50916/19/Naskah Publikasi Karya Ilmiah...Bahasa merupakan sarana utama pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semakin

15

Suryadi, M. (2014). The Use of Krama Inggil (Javanese Language) in Family

Domain at Semarang and Pekalongan Cities. International Journal of

Linguistic, Vol.6 (3): 243-256.

Tamis‐LeMonda, C. S., Bornstein, M. H., Baumwell, L., & Melstein Damast, A.

(1996). Responsive Parenting in the Second Year: Specific Influences on

Children's Language and Play. Early Development and Parenting, 5(4),

173-183.

Tarigan, H. G. (1985). Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2010). Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.

Wati, D.C. (2014). Peran Lembaga Pendidikan Dasar Dalam Pelestarian Bahasa

Daerah Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Budaya. (Tesis tidak

dipublikasikan). Program Studi Ketahanan Nasional. Universitas Gajah

Mada, Yogyakarta.

Wimbarti, S. (2002). Pola Asuh yang Mencerdasakan Anak: Dari Sisi EQ.

Makalah dalam Seminar Pola Asuh Yang Mencerdaskan Anak dalam

rangka Sewindu PSW LP UII, 20 April 2002.