BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi cukup luas didunia. Hal tersebut merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Meskipun dengan adanya perkembangan teknologi muncul beberapa dampak negatif namun kita juga tidak memungkiri bahwasannya juga memiliki dampak positif. Perkembangan teknologi cukup membantu manusia dalam menjalankan aktifitas terutama dalam dunia pemerintahan yang biasa disebut dengan electronic government atau biasa disingkat dengan e-government. World Bank (dalam Bhatnagar, 2009), mendefinisikan e- government sebagai penggunaan teknologi informasi oleh badan-badan pemerintahan yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan hubungan dengan warga negara, pelaku bisnis dan lembaga-lembaga pemerintahan yang lain. Sedangkan menurut Bhatnagar (2009), e-government saat ini telah menjadi suatu jembatan menuju transformasi kinerja Pemerintah terutama dalam melaksanakan pelayanan publik yang baik bagi masyarakat. Penelitian-penelitian yang pernah ada menemukan bahwa implementasi e-government 1
28
Embed
Penerapan Aplikasi Resep Elektronik dalam Meningkatkan Pelayanan Publik di BIdang Kesehatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi cukup luas didunia. Hal tersebut
merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Meskipun dengan adanya perkembangan
teknologi muncul beberapa dampak negatif namun kita juga
tidak memungkiri bahwasannya juga memiliki dampak
positif. Perkembangan teknologi cukup membantu manusia
dalam menjalankan aktifitas terutama dalam dunia
pemerintahan yang biasa disebut dengan electronic government
atau biasa disingkat dengan e-government.
World Bank (dalam Bhatnagar, 2009), mendefinisikan e-
government sebagai penggunaan teknologi informasi oleh
badan-badan pemerintahan yang memiliki kemampuan untuk
mewujudkan hubungan dengan warga negara, pelaku bisnis
dan lembaga-lembaga pemerintahan yang lain. Sedangkan
menurut Bhatnagar (2009), e-government saat ini telah
menjadi suatu jembatan menuju transformasi kinerja
Pemerintah terutama dalam melaksanakan pelayanan publik
yang baik bagi masyarakat. Penelitian-penelitian yang
pernah ada menemukan bahwa implementasi e-government
1
mempunyai manfaat dan dampak yang cukup signifikan dalam
banyak hal. Manfaat tersebut antara lain adalah
peningkatan efisiensi, kualitas layanan publik,
transparansi, partisipasi publik, dan pengembangan
ekonom. Dengan penerapan e-government maka akan membantu
tercapainya efektivitas dan efisiensi kinerja
pemerintahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Penerapan e-government pun ternyata tidak terbatas
dalam pelayanan publik di bidang umum seperti
kependudukan. Namun e-government juga diterapkan dalam
pelayanan publik di bidang kesehatan seperti yang
dilakukan di UPT Puskesmas Babakan Sari, Kecamatan
Kiaracondong Kota Bandung. Mengingat puskesmas sebagai
unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja. Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia.
Berdasarkan fungsi tersebut, maka operasional
puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat khususnya masyarakat yang sedang sakit. Dalam
kegiatan operasional tersebut Puskesmas memberikan obat
2
kepada pasien, dan reaksi obat ini dapat berakibat
positif dan negatif bagi pasien. Dalam pemberian resep
pada pasien ini terkadang terjadi kesalahan baik itu
kesalahan dalam diagnosis penyakit pasien sehingga salah
dalam memberikan obat. Kesalahan dalam memberikan obat
tersebut dapat menimbulkan kejadian reaksi obat merugikan
atau biasa disebut dengan ROM. Menurut lembaga pengawasan
obat di Amerika Serikat, Food Drug Administration,definisi ROM
adalah setiap kejadian merugikan yang berkaitan dengan
penggunaan obat pada manusia, berupa setiap kejadian
merugikan yang terjadi pada waktu penggunaan obat dalam
praktik profesional.
Pernyebab terjadinya ROM yang paling sering
adalah medication error. Medication error adalah kejadian yang
merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat
dicegah. Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu
fase prescribing (penulisan resep), fase transcribing
(pembacaan resep), fase dispensing (penyiapan hingga
penyerahan resep oleh petugas apotek) dan
faseadministration (proses penggunaan obat) oleh pasien.
Mengingat dampak dari terjadinya ROM ini cukup
mengkhawatirkan bahkan bias menyebabkan kematian, maka
3
perlu dilakukan pencegahan yang bisa dilakukan dengan
cara penggunaan resep elektronik.
Dengan adanya penggunaan resep elektronik ini
diharapkan mampu mengurangi intensitas terjadinya ROM
karena medication error. Selain itu, melalui aplikasi resep
elektronik juga mampu meningkatkan pelayanan publik oleh
pemerintah dalam bidang kesehatan. Atas dasar itulah
makalah ini mengambil judul penulisan “Penerapan Aplikasi
Resep Elektronik dalam Meningkatkan Pelayanan Publik di Bidang
Kesehatan”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah diuraikan
sebelumnya maka rumusan masalah yang diidentifikasi dalam
penulisan makalah ini yaitu bagaimana penerapan aplikasi
resep elektronik dalam peningkatan penyelenggaraan
pelayanan publik di Puskesmas Babaksari Kecamatan
Kiaracondong Kota Bandung?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan
dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui
penerapan aplikasi resep elektronik dalam meningkatkan
4
penyelenggaraan pelayanan publik di Puskesmas Babaksari,
Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. E-Government
Definisi dari Electronic Government yang lebih sering di
sebut E-Government telah banyak dikemukakan ole para
banyak ahli. Menurut James S.L Young (2003:11), “e-
government merupakan penggunaan teknologi oleh pemerintah
khususnya penggunaan aplikasi internet berbasis web untuk
meningkatkan akses dan pemberian layanan pemerintah
kepada warga negara, mitra bisnis, pegawai atau karyawan,
dan badan pemerintah lainnya”.
E-government menurut Akadun (2009:130) Electronic
administration berkembang dengan mengadopsi electronic business,
electronic commerce, electronic market. Yang lebih dulu meng-
aplikasikan teknologi tersebut dalam institusi bisnis
dengan menggunakan jasa internet. Pelaksanaan electronic
government dapat mem- berikan dampak positif bagi
penyelenggaraan pemerintahan.
Sedangkan definisi lain e-government menurut World
Bank (dalam Bhatnagar, 2009) yaitu e-government mengacu
ppada penggunaan teknologi informasi oleh instansi
pemerintah yang memiliki kemampuan untuk mengubah
hubungan dengan warga negara, bisnis, dan unit lain dari
6
pemerintah. Teknologi yang digunakan ini dapat melayani
sebuah keragaman yang berbeda yaitu pemberian pelayanan
pada warga negara yang lebih baik, meningkatkan
interaksi dengan dunia bisnis dan industry, pemberdayaan
masyarakat melalui akses terhadap informasi, atau
manajemen pemerintah yang lebih efisien. Hasil yang
didapat yaitu korupsi yang berkurang, transparansi yang
meningka, kenyamanan yang lebih besar, peningkatan
penerimaan negara, dan/atau pengurangan biaya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa e-government merupakan penggunaan teknologi informasi
untuk menunjang tugas-tugas pemerintah guna meningkatkan
pelayanan publik yang efektif dan efisien sehingga
kepuasaan masyarakat dapat dicapai.
E-Government memilki banyak manfaat untuk menunjang
efektivitas dan efisiensi pelayanan publik, menurut
Indrajit manfaat e-government (2002:5) antara lain:
a. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada
para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan
industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan
efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara
b. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka penerapan konsep Good Corporate Governance
7
c. Mengurangi secara signifikan total biaya
administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan
pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan
aktivitas sehari-hari
d. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk
mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui
interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan
e. Menciptakan suatu lingkungan masyara- kat baru yang
dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi sejalan dengan perubahan
global dan trend yang ada
f. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain
sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan
berbagai kebijakan publik secara merata dan
demokratis.
B. Resep Elektronik
Sistem resep elektronik adalah pemanfaatan sisem
elektronik untuk menfasilitasi dan meningkatkan
komunikasi urutan resep atau obat, membantu pilihan,
administrasi dan penyediaan sebuah obat melalui
pengetahuan dan mendukung keputusan serta penyediaan
jejak audit yang kuat untuk seluruh obat-obatan yang
digunakan. Definisi ini menegaskan bahwa peresepan
8
elektronik adalah tentang komunikasi, tentu lebih dari
hanya sekedar resep tetapi juga mencakup pasokan dan
administrasi serta fungsi lainnya seperti audit
Sistem resep elektronik juga dapat menyediakan
berbagai tingkat pendukung keputusan klinis, untuk
membantu pembuatan resep yang didasari informasi lengkap
tentang pasien dan tentang obat-obatan yang digunakan
seperti informasi tentang alergi pasien, atau tentang
potensi interaksi obat-obat. Demikian juga selama
pemberian obat, seorang perawat dapat memiliki akses
untuk dukungan pembuatan keputusan, misalnya akses ke
pemeriksaan laboratorium atau intruksi tambahan pada saat
pemberian obat.
Peresepan elektronik secara konseptual mudah. Dalam
pengaturan rumah sakit, sistem ini memungkinkan untuk
informasi pertukaran obat secara cepat antara dokter,
farmasi dan perawat. Informasi ini kemudian digunakan
untuk menyiapkan dan mendistribusikan obat ke bangsal dan
bisa diterima oleh pasien.. Ketika obat tertentu telah
diresepkan, pelaksanaan pemberian obat ini menjadi tugas
perawat. selanjutnya Administrasi pengobatan yang
melibatkan proses digital mengakui dan mendaftarkan bahwa
pasien telah diberi obat yang tepat. Meskipun terlihat
simple tetapi dalam pelaksanaannya sangat kompleks. namun
9
demikian diharapkan sistem resep elektronik ini dapat
meningkatkan Patient safety (NHS,2010).
C. Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
pelayanan publik, yang dimaksud dengan pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administrasi yand disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Menurut Sinambela (dalam e-Journal Ilmu
Pemerintahan, Volume 1, Nomor 1, 2013: 68-81)
mengungkapkan pelayanan publik diartikan sebagai
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya
tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
Kemudian, Menurut Moenir (dalam Kurniawan,
2009:10) pelayanan publik adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan
10
metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang
lain sesuai dengan haknya.
2. Standar Pelayanan Publik.
Standar pelayanan publik itu sendiri dirumuskan
sebagai tolok ukur yang dipergunakan untuk acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau
janji dari pihak penyedia pelayanan kepada pelanggan
untuk memberi pelayanan yang berkualitas (LAN, 2009).
Rumusan yang sama juga terdapat dalam Peraturan
Menteri PAN (Permenpan) Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Stardar Pelayanan Publik.
Ruang lingkup standar pelayanan publik,
sebagaimana dituangkan dalam buku yang diterbitkan
Lembaga Administrasi Negara tahun 2003 meliputi
sekurang-kurangnya:
1. Nama Jenis Pelayanan
2. Visi dan Misi Pelayanan
3. Prosedur Pelayanan
4. Persyaratan Pelayan
5. Waktu Pelayan
6. Biaya atau Tarif Pelayan
7. Mekanisme Pengelolaan Pengaduan Pelayanan.
11
Sedangkan dalam Permenpan Nomor 20 tahun 2006
disebutkan bahwa ruang lingkup atau kompenten yang
harus ada dalam standar pelayanan, yakni:
Jenis Pelayanan
Dasar Hukum Pelayanan
Persyaratan Pelayanan
Prosedur Pelayanan
Waktu Penyelesaian Pelayanan
Biaya Pelayanan
Produk Pelayanan
Sarana dan Prasarana Pelayanan
Mekanisme Pengaduan
Adapun prinsip-prinsip Penyusunan Standar Pelayanan
(Permenpan No 20 Tahun 2006), adalah:
a. Konsensus, standar pelayanan merupakan komitmen
atau hasil kesepakatan bersama antara pimpinan dan
staf unit pelayanan dengan memperhatikan sungguh-
sungguh.
b. Sederhana, standar pelayanan yang ditetapkan
memuat aturan-aturan yang besifat pokok sehingga
mudah dipahami dan dilaksanakan, baik oleh petugas
pemberi layanan maupun oleh masyarakat.
c. Konkrit, standar pelayanan yang ditetapkan
bersifat nyata dan jelas untuk dilaksanakan.
12
d. Mudah diukur, standar pelayanan yang ditetapkan
dapat diukur implementasinya, baik yang bersifat
teknis maupun non teknis.
e. Terbuka, standar pelayanan yang ditetapkan
bersifat terbuka untuk mendapatkan saran, dan
masukan untuk penyempurnaan.
f. Terjangkau, standar pelayanan dapat
dilaksanakan secara baik dan benar, baik oleh
petugas pemberi layanan maupun oleh masyarakat yang
menerima layanan.
g. Dapat dipertanggungjawabkan, bahwa hal-hal yang
diatur dalam standar pelayanan dapat
dipertanggungjawabkan secara nyata kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
h. Mempunyai batas waktu penyampaian, bahwa
standar pelayanan dapat memberikan ketepatan waktu
bagi pencapaian hal-hal yang diatur dalam standar
pelayanan.
i. Berkesinambungan, maknanya standar pelayanan
yang sudah ditetapkan dapat terus menerus
disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan penigkatan kualitas pelayanan.
Suatu standar pelayanan juga perlu memperhatikan
kepuasan pelanggan. Terdapat 5 dimensi yang dapat
13
dipergunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan
terhadap kinerja suatu unit pelayanan (Basuki,
2013:126), kelima dimensi tersebut adalah :
a. Tangibles, terdiri dari penampilan fisik bangunan
serta sarana dan prasarana yang mendukung termasuk
tempat pelayanan itu diberikan, penampilan petugas
saat memberikan pelayanan.
b. Reliability (kehandalan), terdiri dari kecakapan dan
keakuratan petugas dalam memberikan pelayanan, dan
ketepatan waktu dalam pemberian layanan.
c. Responsiveness, meliputi kemudahan petugas untuk
dihubungi, dan kesediaannya untuk memberikan
pertolongan kepada pelanggan.
d. Assurance, terdiri dari pengetahuan, kesopanan dan
sikap untuk dapat dipercaya yang dimiliki petugas
sehingga tidak menimbulkan keraguan dan resiko yang
mungkin timbul akibat pelayanan yang diberikan.
e. Emphaty, merupakan kemampuan untuk memahami
kebutuhan pelanggan, meliputi kepedulian dari
petugas secara individual terhadap pengguna layanan.
14
BAB III
PEMBAHASAN
Seperti diketahui bahwa menurut Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 pelayanan kesehatan merupakan salah satu
urusan wajib pemerintahan daerah. Dimana daerah dituntut
untuk bisa memberikan pelayanan prima kepada
masyarakatnya. Agar dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara prima, maka dibutuhkan terobosan baru
baik dari segi peralatan, sistem dan proses. Salah satu
caranya adalah dengan menerapkan e-goverment di bidang
kesehatan seperti yang dilakukan oleh puskesmas
Babakansari, Bandung.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Puskesmas juga berperan menyelenggarakan sebagian
dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia. Seperti pada umumnya, tugas operasional
puksesmas tidak lain adalah membuat resep untuk pasien.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku (sumber:
15
http://www.inaicta.web.id/inaicta/pemenang-inaicta-2010/). Dalam
sebuah resep tersebut haruslah tercantum mengenai
beberapa point yaitu :
1. Identitas diri, seperti nama, umur, jenis
kelamin, alamat dan berat badan pasien.
2. Nomor izin dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan asal resep (pada rumah sakit atau
pelayanan kesehatan lainya).
5. Nama obat, bentuk dan kekuataan sediaan obat.
6. Dosis dan jumlah obat.
7. Aturan, cara dan teknik pengguna
Pada awalnya pembuatan resep yang terjadi di
puskesmas Babakansari, Bandung dengan menggunakann cara
manual yaitu menulis pada kertas. Namun pada faktanya
pegawai puskesmas khususnya para apoteker kesulitan
membaca resep yang berisi perintah tertulis dari dokter.
Tulisan steno atau acak-acakan berisi perintah dokter
tersebutlah yang kerapkali sulit dibaca dan hanya
segelintir orang saja yang mampu memahaminya. Padahal
jika melihat pada prinsip-prinsip Penyusunan Standar
Pelayanan (Permenpan No 20 Tahun 2006) suatu pelayanan
publik harus menerapkan prinsip keterbukaan yaitu dimana
seharusnya standar pelayanan harus diketahui dan terbuka
16
baik oleh dokter, apoteker dan pasien untuk mendapatkan
saran, masukan, maupun penyempurnaan.
Penulisan resep secara manual juga mengakibatkan
pemberian obat kepada pasien yang ternyata memiliki
potensi menyebabkan reaksi merugikan yaitu beurpa
interaksi maupun duplikasi obat. Menurut penggagas resep
elektronik, Irma Melyani Puspitasari mengatakan bahwa
interaksi adalah efek samping yang diakibatkan reaksi
kimia dari komponen obat yang berbeda sedangkan duplikasi
obat adalah terjadinya pemberian obat dengan komposisi
yang sama diresepkan pada dua jenis obat yang berbeda.
Hal tersebut mengingat juga bahwa seorang dokter
merupakan manusia yang tidak mungkin menghafal semua
kompisisi obat satu persatu karena menyadari bahwa jumlah
obat berkisar 5.000 hingga 10.000 item dalam suatu
puskesmas.
Sedangkan mengenai pelayanan yang dirasakan oleh
para pasien puskesmas Babakansari, Bandung dengan
penulisan resep secara manual cenderung lama dan kurang
efektif serta sering terjadi medication error bahkan lebih
jauh dari kesalahan tersebut adalah munculnya kejadian
reaksi obat merugikan (ROM), atau dalam dunia kedokteran
biasa dikenal dengan istilah adverse drug reaction. Sehingga
pasien kurang mendapatkan penanganan yang cepat dan
17
mudah. Selain itu, prosedur pelayanannya juga terlalu
berbelit-belit untuk mendapatkan sebuah obat, dimana
pasien harus membawa kertas resep untuk diserahkan ke
bagian apoteker disana juga diproses secara manual dahulu
yang membutuhkan waktu cukup lama untuk menunggu
keluarnya obat. Jika berpedoman pada standar pelayanan
publik itu sendiri puskesmas sebagai penyedia layanan
kesehatan seharusnya pelayanan yang diberikan mampu
menjadi tolok ukur yang dipergunakan untuk acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji
dari pihak penyedia pelayanan kepada pelanggan untuk
memberi pelayanan yang berkualitas (LAN, 2009).
Berdasarkan pengalaman dan beberapa kesalahan yang
terjadi puskesmas Babakansari, Bandung akhirnya pada
tahun 2010 muncul sebuah terobasan baru dengan mencoba
merubah sistem pelayanan yang konvensianal yaitu
menyangkut penulisan resep secara manual dengan
menggunakan teknologi dan infomatika. Penerapan e-
government dalam bidang pelayanan kesehatan ini digagas
oleh Irma Melyani Puspitasari berdasarkan proyek tesisnya
di Program Studi Teknik Biomedika Institut Teknologi
Bandung. Dari sinilah muncul penggunakan aplikasi resep
elektronik yang dampaknya sangat luar biasa terhadap
18
penyelenggaraan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas
Babakansari, Bandung.
Resep Elektronik (e-prescription) merupakan salah satu
wujud dari e-Government di Indonesia. E-Government dalam hal
ini sesuai dengan definisi yang disebutkan oleh James S.L
Young (2003:11), yakni penggunaan teknologi oleh
pemerintah khususnya penggunaan aplikasi internet
berbasis web untuk meningkatkan akses dan pemberian
layanan pemerintah kepada warga negara, mitra bisnis,
pegawai atau karyawan, dan badan pemerintah lainnya.
Sistem resep elektronik itu sendiri adalah sistem
komputerisasi penulisan resep obat yang dikenal juga
dengan istilah e-prescribing dan e-prescription. Pada sistem ini,
dokter menuliskan dan mengirimkan resep kepada bagian
farmasi/apotek menggunakan media elektronik menggantikan
tulisan tangan dan penggunaan media kertas.
Sistem resep elektronik dapat membantu para dokter
di puskesmas Babakansari, Bandung pada saat menulis
resep, dengan memberikan informasi obat juga mendeteksi
ROM pada resep untuk mengurangi medication error. Sistem ini
menjadi salah satu pemenang dalam Indonesian ICT
award (INAICTA) 2010. Dalam resep elektronik ini terdiri
dari perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras
yang digunakan adalah komputer dan perangkat lunaknya
19
adalah perangkat lunak resep elektronik dengan modul
pendeteksi ROM. Sehingga kemungkinan untuk terjadi ROM
sangat minim.
Hal tersebut sesuai dengan manfaat e-government
menurut Indrajit (2002:5) yakni meningkatkan
transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate
Governance dan untuk memperbaiki kualitas pelayanan
pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat,
kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja
efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan
bernegara. Jadi dengan penerapan aplikasi resep
elektronik telah mampu meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan pada warga sehingga untuk memperoleh kebutuhan
akan obat tidak perlu menunggu terlalu lama. Selain itu
kinerja pegawai puskesmas Babakansari, Bandung juga
menjadi efektif dan efisien karena segala pencacatan
sudah tersedia dalam database sehingga tidak perlu lalu
lalang mencari rekam medis.
Diagram sederhana sistem resep elektronik.
20
Sumber : majalah1000guru.net
Aplikasi sistem resep elektronik ini terdiri dari
satu computer yang bertindak sebagai server (pusat
data). Server tersebut dihubungkan dengan komputer-
komputer lainnya menggunakan hub pada LAN (local area
network). Perangkat lunak hanya diinstalasi pada
komputer serveraja. Sistem ini dapat digunakan pada 1
komputer, 2 komputer, maupun pada banyak komputer.
Tampilan menu utama perangkat lunak sistem resep
elektronik.
21
Sumber : majalah1000guru.net
Perangkat lunak sistem resep elektronik pendeteksi
ROM ini secara sederhana mempunyai fungsi sebagai
berikut:
1. Mencatat semua data pasien yang dapat dengan mudah
dicari kembali.
2. Menulis resep secara elektronik tanpa kertas dan
langsung dikirim ke apotek sehingga pasien bisa
langsung pergi ke apotek untuk mengambil obat.
3. Membantu para dokter pada saat menulis resep dengan
memberikan informasi tentang obat-obatan yang akan
diresepkan dan mendeteksi apabila ada interaksi antara
obat-obat tersebut dalam resep dengan memberikan
peringatan (alert) sebelum dikirim ke apotek.
4. Mencatat data penggunaan obat.
5. Membuat laporan dengan lebih mudah dan cepat.
22
Berdasarkan penerapan aplikasi resep elektronik dan
manfaat yang dirasakan tersebut maka jika dianalisa dari
prinsip-prinsip Penyusunan Standar Pelayanan (Permenpan
No 20 Tahun 2006) maka dapat dikatakan telah memenuhi
beberapa kriterianya diantaranya seperti, prinsip
konsensus yaitu bahwa standar pelayanan merupakan
komitmen atau hasil kesepakatan bersama antara pimpinan
dan staf unit pelayanan dengan memperhatikan sungguh-
sungguh. Dimana pergantian kebijakan dari penggunaan
aplikasi resep elektronik di puskesmas Babakansari telah
dijalankan sesuai standart baru yang telah disepakati
sehingga puskesmas tersebut menjadi pelopor administrasi
nirkertas, transparan, dan akuntabel yang berati juga
telah menerapkan prinsip sederhana, terbuka dan konkrit
yaitu bahwa standart pelayanan yang ditetapkan bersifat
nyata dan jelas untuk dilaksanakan. Selain itu, setiap
transaksi keuangan dari pasien tercatat dan tidak bisa
diedit lagi sehingga membutuhkan kehati-hatian saat
memasukkan data.
Resep elektronik juga ditunjang oleh teknologi untuk
kecepatan proses administrasi yang dirancang untuk
mendeteksi duplikasi dan komposisi obat yang merugikan.
Sistem jaringannya meliputi bagian pendaftaran,
pemeriksaan, dan pengambilan obat yang berarti adanya
23
prinsip berkesinambungan dalam standar pelayanan karena
selain sudah diterapkan sejak tahun 2010 aplikasi ini
juga terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan penigkatan kualitas pelayanan serta mengurangai
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pemberian obat
seperti juga penambahan pemberian peringatan (alert) pada
bagian apoteker .
Sedangkan menurut dimensi yang dapat dipergunakan
untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap
kinerja suatu unit pelayanan (Basuki, 2013:126), dapat
dianalisis bahwa pelayanan kesehatan dengan resep
elektronik ini bersifat Tangibles yaitu penampilan fisik
bangunan serta sarana dan prasarana yang mendukung
termasuk tempat pelayanan itu diberikan, penampilan
petugas saat memberikan pelayanan. Hal tersebut terlihat
dari adanya penyediaan ruang pendaftaran dan ruang poli
pemeriksaan yang terhubung oleh komputer guna mendukung
penyelenggaraan layanan kesehatan secara elektronik oleh
puskesmas Babakansari, Bandung yang juga sering kali
mendapat kunjungan tamu dari luar negeri
Resep elektronik menjadikan proses administrasi
pasien sejak mendaftar hingga mengambil obat dilakukan
melalui hubungan antarkomputer sehingga pasien hanya
perlu membawa kartu berobat yang isinya nomor penanda
24
rekam medis yang sudah disimpan di dalam server komputer.
Jadi pelayanan dapat dijalankan secara efektif dan
efisien serta keakuratan lebih terjamin. Hal ini berati
pelayanan resep elektronik bersifat Reliability (kehandalan)
yaitu kecakapan dan keakuratan petugas dalam memberikan
pelayanan, dan ketepatan waktu dalam pemberian layanan.
Adanya Responsiveness yaitu kemudahan petugas untuk
dihubungi, dan kesediaannya untuk memberikan pertolongan
kepada pelanggan terlihat dalam petugas puskesmas yang
tidak perlu mencari lagi berkas pasien dalam rak arsip.
Setiap dokter yang memeriksa pasien bisa langsung
mencantumkan keluhan, diagnosis, berikut resep untuk
pasien ke dalam kolom perangkat lunak Resep Elektronik.
Pasien yang selesai menjalani pemeriksaan tinggal
menyebutkan nomor pasien kepada bagian farmasi untuk
mendapat obat tanpa harus membawa kertas resep.
Sehingga pasien juga tidak perlu bingung dan kinerja
petugas puskesmas juga efektif dan efisien. Pelayanan dipuskesmas Babakansari, Bandung jika
dianalisa juga bersifat Emphaty yaitu kemampuan untuk
memahami kebutuhan pelanggan, meliputi kepedulian dari
petugas secara individual terhadap pengguna layanan.
Dimana hal tersebut dapat dilihat dalam proses
pengobatan pasien menjadi lebih ringkas dan cepat
25
karena petugas puskesmas dalam memenuhi kebutahan obat
pasien tinggal melihat data yang telah ada dalam
software terkait nama obat, dosis dan aturan, cara atau
teknik penggunaan.
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang berarti berada pada tingkat
pertama pembangunan kesehatan mempunyai tanggung jawab
untuk menyelenggarakan pembangunan di Indonesia. Dalam
melakukan fungsinya tersebut, puskesmas memiliki tugas
operasional memberikan obat kepada pasien, dan reaksi
obat ini dapat berakibat positif dan negatif bagi pasien.
Dan dalam pemberian resep pada pasien terkadang terjadi
kesalahan dalam diagnosis penyakit pasien sehingga salah
dalam memberikan obat. Kesalahan dalam memberikan obat
tersebut dapat menimbulkan kejadian reaksi obat merugikan
atau biasa disebut dengan ROM. Dari permasalahan itulah
akhirnya muncul inovasi untuk membuat aplikasi resep
elektronik yang dicetuskan oleh Irma Meliyani Puspitasari
dalam penelitian tesisnya.
Aplikasi resep elektronik adalah aplikasi dimana
penulisan resep obat menggunakan sistem komputerisasi
sehingga memudahkan pasien, dokter dan apoteker.
Penulisan resep tidak lagi menggunakan cara manual dan
terjadinya ROM akibat medication error dapat diminimalisir.
27
Selain itu, melalui penerapaan aplikasi ini dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Babakan
Sari. Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung.
B. Saran
Berdasarkan uraian dalam penulisan makalah ini
diharapkan penyedia layanan kesehatan baik itu dari
pemeritah ataupun pihak puskesmas dan rumah sakit mampu
memenuhi tuntutan jaman dan kebutuhan masyarakat terutama
di bidang pelayanan kesehatan. Mengingat saat ini
pelayanan kesehatan di Indonesia cenderung berbelit-
belit. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi diharapkan mampu dimanfaatkan untuk
meningkatkan pelayanan publik. Salah satu penerapan e-
government di bidang kesehatan yang bisa dibilang cukup
efektif meningkatkan pelayanan kesehatan adalah
penggunaan resep elektronik yang diterapkan pertama kali
di Puskesmas Babakan Sari, Bandung. Atas keberhasilan
yang dicapai oleh Puskesmas tersebut seharusnya bisa
diterapkan di daerah dalam rangka peningkatan pelayanan