Analisis Lokasi dan Keruangan Page ii
Analisis Lokasi dan Keruangan Page iii
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karuniaNya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ ” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah Analisis
Lokasi dan Keruangan ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mengenai kesesuaian antara
faktor lokasi dengan pemilihan lokasi ruang tertentu, untuk mengetahui apakah lokasi yang dipilih
memiliki kriteria faktor lokasi yang diigninkan.
Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu dalam pembuatan
makalah ini dari awal sampai selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen-dosen
mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan :
1. Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg.
2. Surya Hadi Kusuma, ST. MT.
3. Ajeng Nugrahaning Dewanti, ST. M.Sc.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun pembahasan materi. Melalui makalah ini penulis berharap dapat
memberikan manfaat kepada penulis sendiri serta kepada pembaca Pada akhirnya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk penulis kedepannya.
Surabaya, 28 Oktober 2014
Penulis
Analisis Lokasi dan Keruangan Page iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 1
1.3 Sistematika Penulisan ........................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 2
2.1 Konsep Dasar Teori Lokasi .............................................................................. 2
2.2 Konsep Dasar dan Definisi Ritel ............................................................................ 3
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................ 7
a. Pendekatan Penelitian ..................................................................................... 7
b. Jenis Penelitian .............................................................................................. 7
c. Variabel Penelitian .......................................................................................... 7
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 8
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ........................................................................... 8
4.2 Faktor – Faktor Lokasi ....................................................................................... 9
4.3 Kesesuaian Penentuan Faktor Lokasi Dengan Kriteria Pemilihan Lokasi ........................... 16
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 18
5.2 Kesimpulan ............................................................................................... 18
5.2 Lesson Learned ............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam aplikasinya terhadap terapan ilmu perencanaan wilayah dan kota, ilmu analisis lokasi dan
pola keruangan dibutuhkan dalam pengembangan planner skill’s untuk menentukan apakah lokasi
yang akan direncanakan pembangunannya sudah tepat atau tidak. Dan untuk analisis pola keruangan
sendiri berhubungan dengan estetika suatu lokasi yang telah terbangun. Hal ini mengarah pada
penguasaan teori-teori dasar tentang lokasi maupun pola keruangan. Pada dasaranya teori lokasi
dipaparkan dalam berbagai versi oleh beberapa ilmuwan. Pola ruang merupakan ilmu yang
berhubungan dengan estetika yang dapat dinilai dari segi arsitektural dan penempatan lokasinya.
Pengertian lokasi dijabarkan oleh Von Thunen (1783-1850). Beliau mengungkapkan bahwa di
daerah tempat tinggalnya komoditas pertanian diusahakan menurut pola tertentu. Jadi dengan
memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut mencakup keawetan,
berat, dan harga barang dari komoditas pertanian tersebut. Dari pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa lokasi sebagai variable terikat yang mempengaruhi variable bebasnya
seperti urban growth, perekonomian, politik, bahkan budaya masyarakat (gaya hidup).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja yang menjadi faktor – faktor penentuan ritel Kawasan CBD Basuki Rahmat ?
2. Bagaimana kesesuaian antara faktor lokasi dengan pemilihan lokasi
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami teori dasar lokasi yang dipilih dalam tugas ini.
2. Mengetahui faktor – faktor penetuan lokasi ritel yang dipilih dalam tugas ini.
3. Mengetahui kesesuaian antara faktor lokasi dengan pemilihan lokasi ruang tertentu, untuk
mengetahui apakah lokasi yang dipilih memiliki kriteria faktor lokasi yang diigninkan.
1.3 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN berisi mengenai latar belakang penulisan makalah, tujuan penulisan
makalah, dan sistematika penulisan makalah.
BAB II PEMBAHASAN berisi penjelasan mengenai konsep dasar teori lokasi, alasan pemilihan lokasi,
faktor – faktor lokasi, dan implikasi teori.
BAB III PENUTUP berisi kesimpulan dan lesson learned yang didapatkan dari penulisan makalah
ini.
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori Lokasi
Teori Lokasi merupakan sebuah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi. Selain itu,
Teori Lokasi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang lokasi secara geografis,
serta pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain. Tidak ada sebuah teori
tunggal yang bisa menetapkan di mana lokasi suatu kegiatan produksi itu sebaiknya dipilih.
Teori Lokasi membahas pertanyaan penting tentang Siapa (Perusahaan, Individu, Pemerintah)
yang memproduksi barang atau jasa tertentu pada Lokasi yang mana, dan mengapa memilih lokasi
tersebut. Banyak kebijakan pemerintah yang melibatkan upaya untuk mengalihkan/mengarahkan
kegiatan produksi, yang pertama harus diteliti adalah dasar keputusan-keputusan lokasi awal untuk
memahami dampak insentif yang dapat mengubah pola lokasi.
Berikut ini ada beberapa pengertian teori lokasi menurut beberapa ahli diantaranya sebagai berikut:
a. Hoover dan Giarratan (2007)
Teori lokasi merupakan ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi. Atau dapat
juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka,
serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan
lain secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor
seperti:
bahan baku lokal (local input)
permintaan lokal (local demand)
bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input)
permintaan luar (outside demand)
b. Von Thunen (1826)
Mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar
perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan
adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von
Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva
permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi,
masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa
lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan
kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan
berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi
di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.
c. Weber (1909)
Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya.
Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan
tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 3
transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya
transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.
d. Teori Christaller (1933)
Menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di
dalam satu wilayah.
e. August Losch
Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen
yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli
karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung
menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar.
f. D.M. Smith
Memperkenalkan teori lokasi memaksimumkan laba dengan menjelaskan konsep average
cost (biaya rata-rata) dan average revenue (penerimaan rata-rata) yang terkait dengan
lokasi.
g. McGrone (1969)
Berpendapat bahwa teori lokasi bertujuan memaksimumkan keuntungan sulit ditangani
dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi dan dalam analisis dinamik. Ketidaksempurnaan
pengetahuan dan ketidakpastian biaya dan pendapatan di masa depan pada tiap lokasi, biaya
relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan pertimbangan lain membuat model maksimisasi
keuntungan lokasi sulit dioperasikan. h. Menurut Isard (1956)
Masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada
suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda.
2.2 Konsep Dasar dan Definisi Ritel
Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong atau memecah sesuatu.
(Utami, 2006:4). Definisi lain, dapat mengacu kepada Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang penataan
dan pembinaan pasar tradisional, toko modern, dan pusat perbelanjaan. Mengacu dari Perpres ini,
toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri menjual berbagai jenis barang secara
eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir
yang berbentuk perkulakan. Lebih jelasnya konsep ritel modern dalam Perpres tersebut, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Dari sisi luas gerai yang digunakan, kategorisasi dari toko modern dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Minimarket; Jika luas lantainya < 400 m2
Supermarket 400 m2 – 5000 m2
Hypermarket > 5000 m2
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 4
Perkulakan > 5000 m2
Dari sisi item produk yang dijual, kategorisasi dari toko modern dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Minimarket, Supermarket dan Hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi
terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya
Departemen Store menjual secara eceran barang konsumsi, utamanya produk sandang dan
perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin
Sedangkan perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi
Pemahaman terhadap definisi ritel, akan jelas jika kita memahami posisi dari ritel, dalam jalur
distribusi barang/produk. Dimana terdapat 2 jenis jalur distribusi barang, yaitu jalur distribusi
barang tradisional dan jalur distribusi barang vertikal. Kedua jenis jalur distribusi barang tersebut
dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Dalam jalur distribusi barang tradisional masing-masing pihak memiliki tugas yang terpisah.
Produsen memiliki tugas untuk membuat produk. Produsen tidak langsung menjual kepada
konsumen. Sedangkan pedagang besar membeli, menyimpan persediaan, mempromosikan,
memajang, menjual, mengirimkan dan membayar kepada produsen. Mereka biasanya tidak menjual
langsung kepada konsumen. Sedangkan riteler menjalankan fungsi membeli, menyimpan persediaan,
mempromosikan, memajang, menjual, mengirimkan dan membayar kepada agen/distributor. Riteler
tidak membuat barang dan tidak menjual kepada riteler lain.
1. Teori Ritel Modern
Penentuan lokasi dimulai dengan memilih komunitas. Keputusan ini bergantung pada
potensi pertumbuhan ekonomis dan stabilitas maupun persaingan serta iklim politik. Aspek
selanjutnya adalah aspek geografisnya. Setelah itu ritel harus menentukan sebuah lokasi yang
spesifik. Karakteristik spesifik adalah kondisi sosio-ekonomis sekitarnya yang meliputi arus lalu
lintas, harga tanah, peraturan kawasan dan transportasi publik. Pertimbangan lainnya adalah,
posisi pesaing dari sekitar riteler berada. (Utami, 2006:61). Lebih lanjut menurut Utami
(2006:114) mengklasifikasikan lokasi ritel ke dalam 3 jenis dasar lokasi yang bisa dipilih :
a. Pusat perbelanjaan
b. Lokasi di kota besar/ditengah kota (CBD/central business district)
c. Lokasi bebas (freestanding)
2. Teori Aglomerasi Lokasi
Teori tentang aglomerasi atau pengelompokan lebih banyak dibahas pada penentuan lokasi
industri, namun tidak menutup kemungkinan teori-teori ini juga berlaku pada lokasi ritel.
Misalnya Aglomerasi dalam industri diantaranya memiliki keuntungan untuk meminimalisir biaya
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 5
transportasi, sedangkan pada ritel selain biaya transportasi juga faktor keterjangkauan
konsumen.
Istilah aglomerasi muncul pada dasarnya berawal dari ide Marshall tentang penghematan
aglomerasi (agglomeration economies) atau dalam istilah Marshall disebut sebagai industri yang
terlokalisir (localized industries). Agglomeration economies atau localized industries menurut
Marshall muncul ketika sebuah industri memilih lokasi untuk kegiatan produksinya yang
memungkinkan dapat berlangsung dalam jangka panjang sehingga masyarakat akan banyak
memperoleh keuntungan apabila mengikuti tindakan mendirikan usaha disekitar lokasi tersebut
(Mc Donald, 1997: 37). Konsep aglomerasi menurut Montgomery tidak jauh berbeda dengan
konsep yang dikemukakan oleh Marshall. Montgomery mendefinisikan penghematan aglomerasi
sebagai penghematan akibat adanya lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang
diasosiasikan dengan pengelompokan perusahaan, tenaga kerja, dan konsumen secara spasial
untuk meminimisasi biaya-biaya seperti biaya transportasi, informasi dan komunikasi
(Montgomery, 1988: 693).
Sementara Markusen menyatakan bahwa aglomerasi merupakan suatu lokasi yang “tidak
mudah berubah” akibat adanya penghematan eksternal yang terbuka bagi semua perusahaan
yang letaknya berdekatan dengan perusahaan lain dan penyedia jasa - jasa, dan bukan akibat
kalkulasi perusahaan atau para pekerja secara individual (Kuncoro, 2002: 24). Selanjutnya
dengan mengacu pada beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aglomerasi
merupakan konsentrasi dari aktifitas ekonomi dan penduduk secara spasial yang muncul karena
adanya penghematan yang diperoleh akibat lokasi yang berdekatan.
Tidak terlihat secara jelas makna yang membedakan antara aglomerasi dan kluster.
Montgomery mendefinisikan aglomerasi sebagai kosentrasi spasial dari aktifitas ekonomi di
kawasan perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity)
yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan, pakerja, dan konsumen (Kuncoro,
2002: 24). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aglomerasi merupakan pola
pengelompokkan industri atau sektor usaha dalam suatu wilayah atau kawasan tertentu.
Aglomerasi menurut teori lokasi modern merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
aktifitas ekonomi, aglomerasi juga menjadi salah satu faktor disamping keunggulan komparatif
dan skala ekonomi menjelaskan mengapa timbul daerah-daerah dan kota-kota (Soepono, 2002).
Terdapat dua macam jenis aglomerasi, yaitu
1. Aglomerasi Produksi
Dikatakan aglomerasi produksi bilamana tiap perusahaan yang
mengelompok/kluster atau beraglomerasi mengalami eksternalitas positif di bidang
produksi, artinya biaya produksi perusahaan berkurang pada waktu produksi perusahaan
lain bertambah.
2. Aglomerasi pemasaran
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 6
Aglomerasi pemasaran adalah perusahaan-perusahaan dagang atau banyak toko
mengelompok dalam satu lokasi. Ada eksternalitas belanja (shopping externality) yang dapat
dinikmati yaitu penjualan suatu toko dipengaruhi oleh toko lain disekitarnya. Ada dua produk
yang menimbulkan eksternalitas belanja, yaitu barang subtitusi tidak sempurna dan barang
komplementer. Barang subtitusi tidak sempurna merupakan barang yang mirip namun tidak
sama, pembeli membutuhkan perbandingan (comparison shopping) menyangkut corak, harga,
kualitas dan merek sebelum memutuskan untuk membeli (Soepono, 2002). Misalnya dalam
membeli sepeda motor, ada Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki dan yang lain-lain. Barang
komplementer adalah barang-barang saling melengkapi, misalnya kopi dan gula, CD dan CD
Player, toko baju olah raga dengan sepatu olah raga, dan lain-lain.
Menurut Isard (1956), masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan
pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Isard (1956)
menekankan pada faktor-faktor jarak, aksesibilitas, dan keuntungan aglomerasi sebagai hal yang
utama dalam pengambilan keputusan lokasi. Richardson (1969) mengemukakan bahwa aktivitas
ekonomi atau perusahaan cenderung untuk berlokasi pada pusat kegiatan sebagai usaha untuk
mengurangi ketidakpastian dalam keputusan yang diambil guna meminimumkan risiko. Dalam hal
ini, baik kenyamanan (amenity) maupun keuntungan aglomerasi merupakan faktor penentu
lokasi yang penting, yang menjadi daya tarik lokasi karena aglomerasi bagaimanapun juga
menghasilkan konsentrasi industri dan aktivitas lainnya.
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 7
BAB III METODE PENELITIAN
a. Pendekatan Penelitian
Dalam proses penelitian ini, pendekatan penelitian yang dilakukan adalah pendekatan
rasionalisme. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang berdasarkan pada kebenaran sumber
dan fakta empirik. Dalam penelitian ini diawali dengan merumuskan konsep-konsep teoritik
sebagai konsep dasar penelitian yang berkaitan dengan penentuan lokasi ritel pada Kawasan CBD
Tunjungan.Tahapan penelitian dimulai dari pengamatan karakteristik masyarakat setempat
serta kondisi dari lingkungan fisik Kawasan CBD . Kemudian menggunakan batasan teori untuk
melakukan identifikasi faktor-faktor yang paling mempengaruhi penentuan lokasi ritel
menggunakan variable yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan tahap terakhir adalah menarik
kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan didukung dengan landasan teori yang berhubungan
dengan penentuan lokasi ritel di Kawasan CBD Tunjungan.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, dikarekan didalam
penelitian ini dilakukan interpretasi data yang ditemukan di lapangan. Metode ini dipilih karena
pedekatan ini menekankan pada berpikir spesifik, berpikir tentang empirik yang teramati, yang
terukur dan dapat dieliminasikan. Dari penelitian ini nantinya diharapan akan dapat
mengidentifikasi faktor – faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi
ritel pada Kawasan CBD Tunjungan. Dari analisis ini diharapkan nantinya juga dapat merumuskan
faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi penentuan lokasi ritel di Kawasan CBD Tunjungan
dengan arahan yang sesuai.
c. Variabel Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar merupakan data kualitatif.
Berdasarkan teori dan konsep teori lokasi ritel maka dapat diketahui variabel yang akan
digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penetuan lokasi
ritel di Kawasan CBD Tunjungan.
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 8
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi
Kawasan perencanaan yang dipilih dalam makalah ini adalah CBD Tunjungan Koridor Jalan Basuki
Rahmat. Secara fisik kawasan CBD Tunjungan Koridor Jalan Basuki Rahmat terletak di Surabaya Pusat.
Lokasi studi yang diambil berada di Kecamatan Genteng, Kelurahan Embong Kaliasin, Surabaya. Kawasan
studi merupakan Kawasan Basuki Rahmat, yang merupakan salah satu Central Bussines District (CBD) di
kota Surabaya. Adapun batas fisik lokasi studi adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Genteng
Sebelah Selatan : Jalan Urip Sumoharjo
Sebelah Timur : Jalan Panglima Sudirman
Sebelah Barat : Kelurahan Tegalsari
Berikut ini peta administrasi wilayah studi :
Gambar 1. Peta Batas Administrasi Kawasan CDB Tunjungan, Koridor Jalan Basuki Rahmat
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 9
4.2 Faktor – Faktor Lokasi
Dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap pemilihan lokasi ritel
yang ada di kawasan CBD Basuki Rahmat Kota Surabaya. Berikut ini merupakan beberapa faktor
yang mempengaruhi pemilihan lokasi ritel di Kawasan CBD Basuki Rahmat setelah dilakukan
perhitungan dengan analisis AHP didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Tabel Faktor – Faktor Penentuan Lokasi Ritel Di CBD Tunjungan
No. Faktor Subfaktor
1. Sosial Ekonomi a. Tingkat Pendapatan
b. Kebiasaan Belanja
2. Lokasi Fisik a. Harga tanah/ sewa
lahan
b. Jarak dari pusat kota
3. Aksesibilitas a. Rute Lokasi dekat
dengan jalan utama
b. Jarak lokasi ritel
dekat dengan
pemberhentian
transportasi umum
c. Dekat dengan
tempat tinggal
Berikut ini kuisioner yang disebarkan kepada stakeholder terkait dengan penelitian lokasi ritel di
Kawasan CBD Tunjungan Koridor Jalan Basuki Rahmat :
Tabel Untuk Kriteria Pengisian Kuisioner
Nilai Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya
5 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 10
Pertanyaan A
Berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar faktor kriteria penentuan lokasi Retail di
Kawasan Jalan Basuki Rachmat, Surabaya
Sosio
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Fisik
Sosio
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aksesbilitas
Aksesbilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Fisik
Pertanyaan B
Berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria masing-masing faktor kriteria penentuan
lokasi Retail di Kawasan Jalan Basuki Rachmat, Surabaya
1. Faktor Sosio-Ekonomi
Tingkat
Pendapatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebiasaan
Belanja
2. Faktor Lokasi Fisik
Harga
Tanah/
Sewa Lahan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jarak dari
Pusat Kota
3. Sub Faktor Aksesibilitas
Rute lokasi
retail miliki
akses langsung
terhadap lalu
lintas harian
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jarak lokasi
retail terhadap
pemberhentian
transportasi
umum dekat
Rute lokasi
retail miliki
akses langsung
terhadap lalu
lintas harian
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dekat dengan
tempat tinggal
Jarak lokasi
retail terhadap 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dekat dengan
lalu umum
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 11
pemberhentian
transportasi
umum dekat
Responden:
Masyarakat
Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Pemerintah Kota
Kepala Bappeda
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 12
Hirarki keterkaitan antar variabel
Bagan 1. Pohon faktor terkait penelitian faktor – faktor yang menentukan lokasi ritel di Kawasan CBD Tunjungan, Koridor Jalan Basuki Rahmat
Penentuan Lokasi Ritel di Kawasan CBD
Tunjungan
Sosial Ekonomi
Tingkat Pendapatan
Kebiasaan Belanja
Lokasi Fisik
Harga Tanah/ Sewa Lahan
Jarak dari Pusat Kota
Aksesibilitas
Rute Lokasi dekat dengan jalan utama
Jarak lokasi ritel dekat dengan
pemberhentian transportasi
umum
Dekat dengan tempat tinggal
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 4
Hasil Kuisioner
Responden 1 : Masyarakat
Tabel Untuk Kriteria Pengisian Kuisioner
Nilai Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya
5 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Pertanyaan A
Berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar faktor kriteria penentuan lokasi Retail di
Kawasan Jalan Basuki Rachmat, surabaya
Sosio
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Fisik
Sosio
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aksesbilitas
Aksesbilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Fisik
Pertanyaan B
Berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria masing-masing faktor kriteria
penentuan lokasi Retail di Kawasan Jalan Basuki Rachmat, Surabaya
1. Faktor Sosio-Ekonomi
Tingkat
Pendapatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebiasaan
Belanja
2. Faktor Lokasi Fisik
Harga
Tanah/
Sewa Lahan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jarak dari
Pusat Kota
3. Sub Faktor Aksesibilitas
Rute Lokasi
dekat dengan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jarak lokasi
ritel dekat
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 5
jalan utama dengan
pemberhentian
transportasi
umum
Rute Lokasi
dekat dengan
jalan utama
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dekat dengan
tempat tinggal
Jarak lokasi
ritel dekat
dengan
pemberhentian
transportasi
umum
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dekat dengan
tempat tinggal
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 6
Responden 2 : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Tabel Untuk Kriteria Pengisian Kuisioner
Nilai Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya
5 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Pertanyaan A
Berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar faktor kriteria penentuan lokasi Retail di
Kawasan Jalan Basuki Rachmat, surabaya
Sosio
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Fisik
Sosio
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aksesbilitas
Aksesbilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Fisik
Pertanyaan B
Berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria masing-masing faktor kriteria
penentuan lokasi Retail di Kawasan Jalan Basuki Rachmat, Surabaya
1. Faktor Sosio-Ekonomi
Tingkat
Pendapatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebiasaan
Belanja
2. Faktor Lokasi Fisik
Harga
Tanah/
Sewa Lahan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jarak dari
Pusat Kota
3. Sub Faktor Aksesibilitas
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 7
Rute Lokasi
dekat dengan
jalan utama
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jarak lokasi
ritel dekat
dengan
pemberhentian
transportasi
umum
Rute Lokasi
dekat dengan
jalan utama
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dekat dengan
tempat tinggal
Jarak lokasi
ritel dekat
dengan
pemberhentian
transportasi
umum
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dekat dengan
tempat tinggal
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 8
Responden 3 : Pemerintah Kota
Tabel Untuk Kriteria Pengisian Kuisioner
Nilai Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya
5 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Pertanyaan A
Berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar faktor kriteria penentuan lokasi Retail di
Kawasan Jalan Basuki Rachmat, surabaya
Sosio
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Fisik
Sosio
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aksesbilitas
Aksesbilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Fisik
Pertanyaan B
Berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria masing-masing faktor kriteria
penentuan lokasi Retail di Kawasan Jalan Basuki Rachmat, Surabaya
1. Faktor Sosio-Ekonomi
Tingkat
Pendapatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebiasaan
Belanja
2. Faktor Lokasi Fisik
Harga
Tanah/
Sewa Lahan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jarak dari
Pusat Kota
3. Sub Faktor Aksesibilitas
Rute lokasi
retail miliki
akses langsung
terhadap lalu
lintas harian
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jarak lokasi
retail terhadap
pemberhentian
transportasi
umum dekat
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 9
Rute lokasi
retail miliki
akses langsung
terhadap lalu
lintas harian
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dekat dengan
tempat tinggal
Jarak lokasi
retail terhadap
pemberhentian
transportasi
umum dekat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dekat dengan
tempat tinggal
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 10
Responden 4 : Bappeda
Tabel Untuk Kriteria Pengisian Kuisioner
Nilai Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya
5 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Pertanyaan A
Berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar faktor kriteria penentuan lokasi Retail di
Kawasan Jalan Basuki Rachmat, surabaya
Sosio
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Fisik
Sosio
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aksesbilitas
Aksesbilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lokasi Fisik
Pertanyaan B
Berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria masing-masing faktor kriteria
penentuan lokasi Retail di Kawasan Jalan Basuki Rachmat, Surabaya
1. Faktor Sosio-Ekonomi
Tingkat
Pendapatan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebiasaan
Belanja
2. Faktor Lokasi Fisik
Harga
Tanah/
Sewa Lahan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jarak dari
Pusat Kota
3. Sub Faktor Aksesibilitas
Rute Lokasi
dekat dengan
jalan utama
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jarak lokasi
ritel dekat
dengan
pemberhentian
transportasi
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 11
umum
Rute Lokasi
dekat dengan
jalan utama
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dekat dengan
tempat tinggal
Jarak lokasi
ritel dekat
dengan
pemberhentian
transportasi
umum
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dekat dengan
tempat tinggal
Berikut ini Hasil Pembobotan Nilai dengan Menggunakan Expert Choice :
1. Masyarakat
Tingkat Pendapatan Kebiasaan Belanja
Tingkat Pendapatan 1 3
Kebiasaan Belanja 1/3 1
Harga tanah/ sewa lahan Jarak dari pusat kota
Harga tanah/ sewa lahan 1 3
Jarak dari pusat kota 1/3 1
RuteLokasidekat
dengan jalan
utama
Jarak lokasi ritel
dekat dengan
pemberhentian
transportasi
umum
Dekat dengan
tempat tinggal
RuteLokasidekat
dengan jalan utama
1 1 1/3
Sosio Lokasi Akses
Sosio 1 1/3 1/5
Lokasi 3 1 1/2
Akses 5 2 1
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 12
Jarak lokasi ritel
dekat dengan
pemberhentian
transportasi umum
1 1 1/5
Dekat dengan
tempat tinggal
3 5 1
2. Disperindag
Tingkat Pendapatan Kebiasaan Belanja
Tingkat Pendapatan 1 3
Kebiasaan Belanja 1/3 1
Harga tanah/ sewa lahan Jarak dari pusat kota
Harga tanah/ sewa lahan 1 3
Jarak dari pusat kota 1/3 1
RuteLokasidekat
dengan jalan utama
Jarak lokasi ritel
dekat dengan
pemberhentian
transportasi umum
Dekat dengan
tempat tinggal
RuteLokasidekat
dengan jalan utama
1 3 1
Jarak lokasi ritel
dekat dengan
pemberhentian
transportasi umum
1/3 1 2
Dekat dengan tempat
tinggal
1 ½` 1
3. Pemkot
Sosio Lokasi Akses
Sosio 1 1 2
Lokasi 1 1 1/2
Akses 1 2 1
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 13
Tingkat Pendapatan Kebiasaan Belanja
Tingkat Pendapatan 1 3
Kebiasaan Belanja 1/3 1
Harga tanah/ sewa lahan Jarak dari pusat kota
Harga tanah/ sewa lahan 1 5
Jarak dari pusat kota 1/5 1
RuteLokasidekat
dengan jalan utama
Jarak lokasi ritel
dekat dengan
pemberhentian
transportasi umum
Dekat dengan
tempat tinggal
RuteLokasidekat
dengan jalan utama
1 3 1/5
Jarak lokasi ritel
dekat dengan
pemberhentian
transportasi umum
1/3 1 1
Dekat dengan tempat
tinggal
5 1 1
4. Bappeda
Sosio Lokasi Akses
Sosio 1 1/4 1/5
Lokasi 4 1 2
Akses 5 2 1
Tingkat Pendapatan Kebiasaan Belanja
Tingkat Pendapatan 1 4
Kebiasaan Belanja ¼ 1
Harga tanah/ sewa lahan Jarak dari pusat kota
Harga tanah/ sewa lahan 1 5
Jarak dari pusat kota 1/5 1
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 14
RuteLokasidekat
dengan jalan utama
Jarak lokasi ritel
dekat dengan
pemberhentian
transportasi umum
Dekat dengan
tempat tinggal
RuteLokasidekat
dengan jalan utama
1 3 1/5
Jarak lokasi ritel
dekat dengan
pemberhentian
transportasi umum
1/3 1 5
Dekat dengan tempat
tinggal
5 1/5 1
Intepretasi
Nilai pembobotan dari sub faktor setelah dikombinasi menggunakan expert choice adalah sebagai
berikut:
Sub Sosio Ekonomi
Nilai pembobotan dari hasil wawancara terhadap stakeholder yang didapat pada sub faktor sosiso
ekonomi untuk yang memiilki nilai tertinggi adalah Kebiasaan belanja dengan nilai 0,763.
Sehingga dalam penentuan lokasi ritel dikawasan CBD dipengaruhi oleh kebiasaan belanja
masyarakat.
Sub Lokasi Fisik
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 15
Nilai pembobotan dari hasil wawancara terhadap stakeholder yang terdapat pada sub faktor
lokasi fisik untuk yang memilki nilai tertinggi adalah jarak dari pusat kota denagn nilai 0,691.
Sehingga dalam penentuan lokasi ritel di kawasan CBD dipengaruhi oleh jarak suatu ritel dengan
pusat kota.
Sub Aksesbilitas
Nilai pembobotan yang terdapat pada sub faktor Aksesbilitas untuk yang memilki nilai tertinggi
adalah dekat dengan tempat tinggal dengan nilai 0,526. Sehingga dalam menentukan lokasi ritel
di kawasan CBD faktor yang penting adalah Lokasi yang dekat dengan tempat tinggal sehingga
untuk menuju atau perjalanan ke ritel dapat menghemat waktu dan biaya.
Hasil expert choice dalam faktor-faktor
Dari hasil kombinasi tersebut dapat diihat bahwa Faktor terpenting adalah faktor Aksesbilitas,
diikuti faktor lokasi fisik, dana pada urutan ke tiga faktor Sosio Ekonomi.
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 16
CR ≤ 0,1, maka tidak perlu peninjauan ualang terhadap struktur hirarki dan kuisoner untuk faktor
Hasil expert choice kombinasi
Dari hasil analisis terhadap hasil wawancara didapatkan bahwa dari ketiga variabel yang
ada variabel yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi retail di kawasan jalan Basuki
Rachmat adalah variabel aksesibilitas. Setelah itu dari variabel aksesibilitas ini dari ketiga sub
variabel yang ada sub variabel dekat dengan tempat tinggal lah yang menjadi sub variabel paling
berpengaruh dari segi aksesibilitas.
4.3 Kesesuaian Penentuan Faktor Lokasi Dengan Kriteria Pemilihan Lokasi
Melalui metode survey kami mendapatkan variabel-variabel yang mempengaruhi dalam
penentuan lokasi retail di jalan Basuki Rachmat. Adapun variabel-variabelnya adalah kondisi sosial-
ekonomi, aksesibilitas, dan lokasi fisik. Dari variabel-variabel ini terdapat beberapa sub variabel
lainnya yang juga berpengaruh dalam penentuan lokasi retail yaitu untuk variabel kondisi sosial-
ekonomi terdapat subvariabel tingkat pendapatan dan gaya belanja. Lalu untuk variabel
aksesibilitas terdapat sub variabel rute lokasi dekat dengan jalan utama, jarak lokasi retail dekat
dengan pemberhentian transportasi umum lalu yang terakhir lokasi retail dekat dengan tempat
tinggal. Selanjutnya pada variabel lokasi fisik terdapat sub variabel harga tanah/sewa lahan dan
juga jarak dari pusat kota. Sedangkan berdasarkan teori retail modern terdapat beberapa kriteria
dalam pemilihan lokasi retail. Kriteria-kriteria tersebut adalah pemilihan komunitas, potensi
pertumbuhan ekonomi, stabilitas maupun persaingan serta iklim politik, kondisi sosio-ekonomis
sekitarnya yang meliputi arus lalu lintas, harga tanah, peraturan kawasan dan transportasi publik,
dan juga pertimbangan lainnya seperti posisi retailer pesaing.
Dari sini dapat diketahui bahwa variabel dan sub variabel dari penentuan lokasi retail di
jalan Basuki Rachmat telah sesuai dengan kriteria yang ada dalam teori retail modern. Akan tetapi
di sini masih terdapat kekurangan dari variabel dan juga sub variabel yang ada yaitu dalam variabel
dan juga sub variabel penentuan lokasi retail di jalan Basuki Rachmat Surabaya ini masih belum
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 17
tercantum mengenai stabilitas maupun persaingan serta iklim politik yang ada di Surabaya. Akan
tetapi iklim politik di Surabaya tidak terlalu ekstrim atau dengan kata lain jarang terjadi gejolak
atas dasar inilah maka kami tidak mencantumkan kriteria ini dalam variabel dan sub variabel
penentuan lokasi retail di jalan Basuki Rachmat Surabaya.
Dari hasil analisis dengan menggunakan expert choice didapatkan hasil bahwa dari
wawancara terhadap stake holder dalam penentuan lokasi kawasan retail di jalan Basuki Rachmat
Surabaya ini faktor aksesibilitas dengan sub variabel jarak dengan tempat tinggal lah yang menjadi
faktor utama penentu lokasi kawasan retail di jalan Basuki Rachmat Surabaya ini.
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 18
BAB V PENUTUP
5.2 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu :
Dari ketiga variabel yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi retail di jalan Basuki
Rachmat Surabaya variabel aksesibiltas merupakan variabel yang paling mempengaruhi
penentuan lokasi retail
Dari variabel aksesibilitas ini dari ketiga sub variabel rute lokasi dekat dengan jalan
utama, jarak lokasi retail dekat dengan pemberhentian transportasi umum lalu yang
terakhir lokasi retail dekat dengan tempat tinggal didapatkan hasil sub variabel lokasi
dekat dengan tempat tinggal merupakan sub variabel yang paling berpengaruh dalam di
variabel aksesibilitas
5.2 Lesson Learned
Dari analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi retail di
jalan Basuki Rachmat Surabaya ini kami mendapatkan beberapa poin yang terkadang dilupakan
oleh orang awam. Terdapat dua poin penting yaitu terkait potensi pertumbuhan ekonomi,
stabilitas maupun persaingan serta iklim politik. Bahwasanya hal-hal yang seperti no teknis
seperti ini juga dapat mempengaruhi penentuan lokasi retail. Politik ini akan berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan yang akan muncul terkait permasalahan penentuan lokasi retail. Maka dari
itu kita mendapatkan pembelajaran bahwa penentuan lokasi retail bukan hanya terkait
masalah-masalah teknis saja ternyata masalah non teknis yang seperti ini mempunyai pengaruh
yang mungkin juga sangat besar akan penentuan lokasi sebuah retail. Karena hal-hal non teknis
biasanya sudah harus diperhitungkan dari awal sebuah perencanaan.
Analisis Lokasi dan Keruangan Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Eko. Umilia, Ema. Aulia, Belinda. 2012. Diktat Mata Kuliah Analisa Lokasi dan Keruangan.
Surabaya. PWK ITS
Setyawarman, A. (2009). Pola Sebaran Dan Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi
Retail Modern ( Studi Kasus : Kota Surakarta ). 1 - 15.
http://b2stlyleader.blogspot.com/2011/10/dasar-dasar-teori-lokasi-industri-teori.html