89
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sebagian besar karbohidrat dalam makanan, selain kanji, berada
dalam bentuk disakarida (dua gula sederhana yang menyatu). Untuk
penyerapan, dilakukan penguraian enzimatik menjadi gula sederhana.
Mukosa usus untuk memiliki berbagai disakaridase, yang beberapa
diantaranya dapat mengalami defisiensi kongenital atau didapat.
Defisiensi yang paling sering terjadi adalah mengenai laktase,
enzim yang menguraikan laktosa menjadi gula konstituennya glukosa
dan galaktosa. Karena aktivitas laktase usus menurun seiring dengan
usia, intoleransi susu jauh lebih sering dijumpai pada orang dewasa
dibandingkan anak-anak (susu kaya akan laktosa). Dalam aktivitas
laktase juga terdapat perbedaan ras. Orang Asia cenderung memiliki
kadar yang terendah, sedangkan orang Afrika hanya sedikit lebih
tinggi. Seperti halnya makanan, air susu ibu juga mempunyai
cirri-ciri tersendiri. Sebagian besar kandungan karbohidrat pada
air susu ibu kebanyakan dalam bentuk disakarida laktosa yang
membutuhkan enzim disakaridase yang spesifik untuk
pencernannya.
Susu merupakan sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan
bayi mamalia, termasuk manusia yang mengandung karbohidrat,
protein, lemak mineral dan vitamin. Laktosa yang merupakan
satu-satunya karbohidrat dalam susu mamalia adalah disakarida yang
terdiri dar gabungan 2 monosakarida yaitu glukosa dan galaktosa.
Laktosa merupakan disakarida yang merupakan sumber energi yang
memasak hampir setengah dari keseluruhan kalori yang terdapat pada
susu (35 40%).Selain sumber energi, laktosa didalam tubuh juga
penting untuk absorbsi kalsium, galaktosa yang merupakan hasil
hidrolisis laktosa, merupakan senyawa yang penting untuk
perkembangan dan fungsi otak. Karena itu keberadaan laktosa sebagai
karbohidrat utama yang terdapat dalam susu, termasuk asi, merupakan
hal yang unik. Proses evolusi terpilihnya laktosa menjadi
satu-satunya karbohidrat yang ada pada susu mamalia, mungkin
merupakan cerminan dari adanya fungsi laktosa yang penting bagi
tubuh bayi.
Oleh karena itu, dilakukanlah percobaan penentuan laktosa dalam
susu secara volumetri dengan metode Gohr ini untuk mengetahui kadar
laktosa yang terkandung pada sampel susu formula bayi, sehingga
diharapkan setelah melakukan percobaan ini dapat diketahui kadar
laktosa yang menjadi salah satu parameter dari kualitas susu yang
baik untuk dikonsumsi sehingga dapat mengaplikasikannya adalah
pengembangan ilmu gizi maupun dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui volume Na2S2O3 yang diperlukan untuk menitrasi sampel
susu dan blanko pada percobaan.
Mengetahui jumlah K3Fe(CN)6 0.05 N yang tereduksi oleh laktosa
pada sampel susu formula bayi.
Mengetahui kadar laktosa yang terkandung dalam sampel.
1.3 Prinsip Percobaan
Kandungan protein pada sampel susu diendapkan dengan maksimal
oleh K4Fe(CN)6 dan ZnSO4, dimana pembentukkan kompleks kedua
senyawa ini dengan protein terjadi sempurna pada suasana pH netral
atau sedikit basa dengan penambahan basa kuat NaOH, dimana
pencapaian pH tersebut dkideteksi oleh indikator PP yang ditandai
dengan perubahan warna menjadi merah lemah dan terbentuk kompleks
dengan protein berupa residu putih sehingga diperoleh filtrat bebas
protein yang bening.Adanya kandungan laktosa pada filtrat bebas
protein akan teroksidasi oleh K3Fe(CN)6, dimana Fe3+ akan terduksi
menjadi Fe2+. Jumlah Fe3+ yang tidak bereaksi akan direduksi oleh
I- dari larutan seng sulfat kalium iod, dimana I- akan teroksidasi
menjadi I2 dalam suasana CH3COOH(p). Jumlah I2 yang dibebaskan
direduksi kembali oleh Na2S2O3. Saat TAT akan tercapai adanya
kelebihan I2 pada campuran dideteksi oleh indikator amilum yang
ditandai dengan adanya kompleks berwarna biru keunguan, perubahan
warna campuran dari kuning muda (sebelum TAT) menjadi putih
menunjukkan bahwa TAT telah tercapai. Banyaknya volume Na2S2O3 yang
terpakai setara dengan jumlah I2 yang dibebaskan, sama juga dengan
julah Fe3+ yang tersisa. Hal ini menggambarkan berapa Fe3+ yang
bereaksi dengan laktosa pada sampel susu, sehingga jumlah K3Fe(CN)6
yang tereduksi oleh gula pereduksi laktosa sama dengan selisih ml
Na2S2O3 antara blanko dan sampel pada titrasi volumetri.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Disakarida laktosa disebut gula susu. Berbeda dengan maltose dan
selobiosa. Laktosa terdiri dari 2 monosakarida yang berlainan yaitu
D-glukosa dan D-galaktosa merupakan D-sakarida alamiah yang
dijumpai hanya pada binatang menyusui. Air susu sapid an manusia
mengandung 5% laktosa. Laktosa diperoleh secara komersil sebagai
hasil samping pabrik keju (Mayasari,2012).
Dalam metabolisme tubuh manusia yang normal, laktosa
dihidrolisis secara enzimatis menjadi D-galaktosa dan D-glukosa ;
kemudian galaktosa itu diubah menjadi glukosa, yang dapat mengalami
metabolisme. Suatu keadaan yang disebut galaktosemia yang menyerang
bayi, disebabkan oleh kurangnya enzim untuk mengubah galaktosa
menjadi glukosa. Galaktosemia dicirikan oleh tingginya kadar
galaktosa dalam darah dan air seni. Gejalanya beranekaragam mulai
dari muntah-muntah sampai keterbelakngan mental dan jasmani, dan
kadang-kadang kematian. Pengobatannya dilakuakn dengan
menghilangkan susu dan produk susu dari dalam makanan. (Suatu susu
buatan yang terbuat dari kedelai dapat dijadikan pengganti)
(Fessenden, 1982).
Kadang-kadang ada orang yang kekurangan enzim laktase. Dalam
keadaan seperti ini beberapa disakarida yang masuk dalam insulin
akan difermentasikan oleh bakteri usus dan apabila jumlahnya
banyak, atau terjadi diare. Dalam perdagangan laktosa diperoleh
sebagai hasil tambahan pada pembuatan keju atau dibuat dari susu
skim (Poedjiadi, 1994).
Penguaraian karbohidrat dalam proses pencernaan menghasilkan
beberapa oligosakarida dan monosakarida. Oligosakarida tidak dapat
dicernakan pada proses diatas karena mulut tidak memiliki enzim
untuk memecah ikatan -1,4. Oligosakarida ini akan diproses lebih
lanjut menjadi monosakarida yang sebelum memasuki usus halus dan
siklus glikolisis. Reaksi yang terpenting dalam tahap ini adalah
pemecahan disakarida seperti sukrosa, laktosa dan maltose. Reaksi
penguraian ketiga disakarida ini menghasilkan unit-unit
heksosanya.
Sukrosa
H2O
Fruktosa + Glukosa SukroaseLaktosaH2O
Galaktosa + Glukosa
Laktase
MaltosaH2O
Glukosa + Glukosa
Maltase
(Toha, 2005).
Dasar ilmu dari pengetahuan dan teknologi produk susu adalah air
susu, karena air susu adalah bahan baku dari semua produk susu.
Susu sebagian besar digunakan sebagai produk pangan. Dipandang dari
segi gizi, susu merupakan makanan yang hampir sempurna dan
merupakan makanan alamiah bagi binatang menyusui yang baru lahir,
dimana susu merupakan satu-satunya sumber makanan pemberi kehidupan
segera sesudah kelahiran. Susu didefinisikan sebagai sekresi dari
kalenjar susu binatang yang menyusui anaknya (Buckle, 2010).
Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung pada beberapa
faktor, akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan
jenis sapi perah adalah sebagai berikut :
Lemak 3,9%
Protein
3,4%
Laktosa4,8%
Abu
0,72%
Air
87,10%
Bersama dengan bahan-bahan lain dalam jumlah sedikit seperti
sitrat, enzim-enzim, fosfolipid, vitamin A, vitamin B dan vitamin
C. Susu dari binatang menyusui selain sapi perah yang digunakan
ditempat-tempat lain dan komposisi rata-ratanya, perlihatakan pada
tabel 2.1Tabel 2.1 Komposisi Rata-rata Beberapa Jenis Susu
Mamalia
JenisLemak
%Protein
%Laktosa
%Abu
%Air
%
Kambing
Ikan paus
Kelinci
Kerbau
Kuda
Domba
Anjing laut
Sapi
Manusia4.09
22.24
13.60
7.40
1.59
8.28
54.00
3.90
3.803.71
11.90
12.95
4.74
2.00
5.44
12.00
3.40
1.204.20
1.79
2.40
4.64
6.14
4.78
Tidak ada
4.80
7.000.79
1.66
2.55
0.78
0.41
0.90
0.53
0.72
0.2187.81
63.00
68.50
82.40
89.86
80.60
34.00
87.10
87.60
(Buckle, 2010).
Laktosa adalah karbohidrat utama yang terdapat didalam susu.
Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa.
Laktosa ini terdapat dalam susu dalam fase larutan yang
sesungguhnya dan dengan demikian mudah diasimilasikan sebagai
makanan dengan proses hidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa oleh
enzim usus, lactase ( galaktosidase). Tetapi sekarang sudah
diketahui bahwa banyak kelompok-kelompok suku yang tidak tahan
terhadap laktosa dan ini telah diketahui sebagai akibat dari
kurangnya enzim laktosa dalam mukosa usus. Pemberian laktosa atau
susu dalam keadaan seperti ini menyebabkan mencret atau
gangguan-gangguan perut yang lain. Lebih dari 70% orang-orang
dewasa di Afrika, Asia dan Indian Amerika menunjukkan adanya
kekurangan enzim laktase. Kondisi ini tidak terdapat pada waktu
lahir, tetapi berkembang sesudah waktu sapih. Juga telah diketahui
bahwa kekuranganlaktosa yang menyebabkan tidak tahan terhadap
laktosa, merupakan akibat yang biasa dari gangguan gastrointestinal
yang mungkin berasal dari bakteri. Sayangnya kondisi yang terakhir
ini mungkin juga terdapat pada anak-anak muda dari Negara yang
sedang berkembang karena higlene yang kurang memadai dalam
penanganan bahan pangan (Buckle, 2010).
Laktosa tidak semanis gula tebu dan mempunyai daya larut hanya
sekitar 20% pada suhu kamar. Laktosa ini akan mengendap dari
larutan sebagai Kristal yang keras seperti pasir, oleh karena itu
harus dijaga jangan sampai kristal-kristal ini terbentuk pada
pembuatan es krim dan susu kental. Laktosa mudah sekali diragikan
oleh bakteri asam laktat menjadi asam laktat yang merupakan ciri
khas susu yang diasamkan (Buckle, 2010).
Protein susu sapi dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan,
kasein, yaitu fosfoprotein dan meliputi 78 persen dari bobot total
dan protein serum susu meliputi 17 % dari bobot total. Golongan
kedua mencakup - laktoglobulin (8.5%), - laktalbumin (5.2%),
globulin imun (1.7%) dan albumin serum. Selain itu, sekitar 5% dari
bobot total susu merupakan senyawa yang mengandung nitrogen non
protein (senyawa NNP) dan ini meliputi peptide dan asam amino. Susu
mengandung juga enzim yang jumlahnya sangat sedikit, termasuk
peroksidase, fosfatase asam, fosfatase basa, xantina oksidase dan
amylase (deMan, 1997).
Karbohidrat khas susu ialah laktosa atau gula susu. Dengan
sedikit kekecualian kecil, dapat dinyatakan bahwa laktosa adalah
gula satu-satunya dalam semua spesies dan tidak terdapat ditempat
lain. Laktosa merupakan komponen utama bgahan kering susu sapi,
karena mencakup 50% dari bahan padat total. Kandungan laktosa susu
sapi mempunyai rentang mulai dari 4.4 sampai 5.2 persen dengan
rata-rata 48 persen dinyatakan sebagai laktosa tanair. Kandungan
laktosa susu manusia lebih tinggi, sekitar 7.0 persen (deMan,
1997).
Laktosa merupakan disakarida yang terdiri atas D-glukosa dan
D-galaktosa dan disebut secara kimia
4-o--D-galaktopiranosil-D-glukopiranosa (gambar 2.1). Laktosa dapat
dihidrolisis dengan enzim -D-galaktosidase (lactase) dan dengan
larutan encer asam kuat. Asam organic seperti asam sitrat, yang
mudah menghidrolisis sukrosa tidak dapat menghidrolisis laktosa.
Perbedaan ini merupakan dasar dari cara penentuan kedua gula itu
adalah campuran.
Gambar 2.1 Laktosa
(deMan, 1997)Tabel 2.2 Beberapa sifat fisika kedua bentuk umum
laktosa
Sifat -hidrat -anhidrida
Titik leleh1 2020C (dec) 2520 (dec)Rotasi jenis2 []20D +89.40
+350Kelarutan (g/100 ml)
Air pada 200C 8 55 Air pada 1000C 70 95Bobot jenis (200C) 1.54
1.59Bahang jenis 0.299 0.289Bahan pembakaran (cal/gm1-) 3761.6
3932.7
Sumber : Jennes dan Patton (1959)1Harga berubah bergantung pada
laju pemanasan, -hidrat kehilangan air (1200C)
2Harga didasarkan pada anhidrat, kedua bentuk memutarotasi ke
+55.40
Laktosa dapat berada dalam dua bentuk kristal, bentuk -hidrat
dan bentuk - anhidrat dan dapat ditemukan dalam tahana amorf atau
lirkaca. Bentuk yang paling umum ialah -hidrat (C12H22O11.H2O),
yang dapat diperoleh dengan cara kristalisasi dari larutan jenuh
pada suhu dibawah 93.50C. Jika kristalisasi dilakukan diatas 93.50,
Kristal yang terbentuk ialah jenis anhidrat. Beberapa sifat kedua
bentuk ini disenaraikan oleh Jennes dan Patton (1959) (tabel 2.2)
(deMan, 1997).Kelarutan laktosa lebih kecil daripada kelarutan
sebagian besar gula yang lain dan ini dapat menimbulkan masalah
dalam sejumlah makanan yang mengandung laktosa. Jika susu
dipekatkan 3:1, konsentrasi laktosa mendekati kelarutan akhirnya.
Jika produk ini didinginkan atau jika di tambahi sukrosa, kristal
-hidrat akan tumbuh. Kristal laktosa seperti itu sangat keras dan
tajam dan jika dibiarkan tanpa gangguan dapat tumbuh menjadi besar,
menimbulkan rasa seperti kerikil atau seperti pasir dalam mulut
(deMan, 1997).
Warna dari sebuah larutan Iodine 0,1 N cukup intens sehingga
iodine dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri.
Iodine juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk
zat-zat pelarut seperti karbontetraklorida dan kloroform dan
terkadang kondisi ini dipergunakan dalam mendeteksi titik akhir
dari titrasi-titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran
koloida) dari kanji lebih umum digunakan, karena warna biru gelap
dari kompleks iodine-kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat
sensitive untuk iodine. Mekanisme pembentukkan kompleks yang
berwarna ini tidak diketahui, namun ada pemikiran bahwa
molekul-molekul iodine tertahan dipermukaan -amylose, suatu
konstituen dari kanji, larutan-larutan kanji dengan mudah di
dekomposisi oleh bakteri dan biasanya sebuah substansi seperti asam
borat ditamabahkan sebagai bahan pengawet (Underwood,
2002).Penyakit pada sapi biasanya mengacaukan keseimbangan
unsur-unsur didalam susu. Biasanya terdapat kenaikan kandungan
lemak dan garam dan penurunan kandungan laktosa (Buckle, 2010).
Susu digunakan sebagai sumber laktosa komersial yang diolah dari
whey yang didapat sebagai hasil samping pada pembuatan keju.
Laktosa dipakai sebagai salah satu unsur dalam makanan anak-anak
pada masyarakat Barat dan produk obat-obatan. Laktosa dipakai
sebagai bahan pengisi dalam pembuatan tablet-tablet dan kapsul obat
untuk menghasilkan warna coklat dalam produk-produk bakery. Laktosa
juga digunakan oleh pihak militer dalam pembuatan tirai-tirai asap,
tanda-tanda dan lilin-lilin sasaran (Buckle, 2010).
Yogurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi.
Pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman beberapa abad yang
lalu dengan membiarkan susu yang tercemar secara alami menjadi
masam pada suhu panas, mungkin sekitar 40-500C (Buckle, 2010).
Laktosa amorf atau laktosa lirkaca terbentuk jika larutan yang
mengandung laktosa dikeringkan dengan cepat (deMan, 1997).
Laktosa adalah salah satu unsur yang penting sebagai sumber
kalori yang terdapat dalam susu baik itu ASI, susu sapi murni
maupun susu formula. ASI mengandung laktosa 6.8 7.3 %
2.3 Tabel Komposisi ASI
KomposisiASI Awal
(kolostrum)1-5 hrPeralihan
6-10 hrASI MaturBerkisar antara
Energi (kkal)
Laktosa (gr/100ml)
Lemak (gr/100 ml)
Protein (gr/100 ml)
Non Protein Nitrogen
Mineral (gr/100 ml)
Ig A (mg/100 ml)
Ig G (mg/100 ml)
Ig M (mg/100 ml)
Lisozim (mg/100 ml)
Laktoferin (mg/100 ml)57.006.5
2.9
1.195
-
0.3
335.9
5.9
17.1
14.2 16.4
420 52063.06.7
3.6
0.965
0.023
0.3
-
-
-
-
-65.07.0
3.8
1.324
0.042
0.2
119.62.9
2.9
24.3 27.5
250 - 27050.34 75.465.0 7.67
2.3 4.78
0.8 1.5
-
0.2 0.3
-
-
-
-
-
Sumber : Lacorence RA. Breast Feeding, a guide for the medical
proffesion. USA : Mosby, 1980.
(Tehuteru, 1999). BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat Gelas ukur Labu ukur 100 ml Labu Erlenmeyer Neraca
analitik Spatula Botol semprot Pembakar Bunsen Kaki tiga Kawat kasa
Pipet tetes Corong kaca Buret Tiang statif Klem Stopwatch Korek
api3.1.2 Bahan Sampel susu formula bayi Larutan K4Fe(CN)6 Larutan
ZnSO4 30% Larutan NaOH 0.1 N Indikator PP Larutan K3Fe(CN)6 0.05 N
Larutan ZnSO4 KI Larutan asam asetat pekat Larutan Na2S2O3 0.05 N
Indikator amilum 1 % Aquades Kertas saring Kertas label Alumunium
foil Vaselin Spiritus3.2 Prosedur percobaan
3.2.1 Sampel Dimasukkan 0.5 gram susu ke dalam labu takar 100
ml
Ditambahkan 50 ml aquades, 1 ml K4Fe(CN)6 dan 1 ml ZnSO4 30%
Ditambahkan aquades sampai tanda tera dan dihomogenkan
Didiamkan selama 15 menit kemudian disaring melalui kertas
saring yang kering
Dimasukkan 5 ml filtrate bebas protein ke dalam labu Erlenmeyer
100 ml
Ditambahkan 15 ml aquades dan 100 ml larutan K3Fe(CN)6 0.05
N
Dipanaskan labu Erlenmeyer selama 20 menit kemudian
didinginkan
Ditambahkan 10 ml larutan sulfat seng kalium Iodida dan 10 ml
larutan asam asetat pekat
I2 yang dibebaskan dititrasi dengan Na2S2O3 sampai larutan
berwarna kuning muda
Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% dan dilanjutkan
titrasi sampai warna biru tua hilang
Dicatat volume titrasi sebagai nilai a3.2.2 Blanko
Dimasukkan 20 ml aquades dan 10 ml larutan K3Fe(CN)6 0.05 N ke
dalam labu Erlenmeyer 100 ml Dipanaskan labu Erlenmeyer selama 20
menit kemudian didinginkan
Ditambahkan 10 ml larutan sulfat seng kalium Iodida dan 10 ml
larutan asam asetat pekat
Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna kuning muda
Ditambahkan beberapa tetets larutan amilum 1% dan dilanjutkan
titrasi sampai dengan warna biru tua hilang
Dicatat volume titrasi sebagai nilai b3.3Flowsheet 3.3.1
Sampel3.3.2 Blankov2BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
No.PerlakuanPengamatan
1. Dimasukkan 5 gr susu bubuk kedalam labu takar 100 mL,
kemudian ditambahkan 50 mL aquades, 1 mL larutan K4Fe(CN)6 15% dan
1 mL larutan ZnSO4.
Ditambahkan 2 tetes indikator pp, lalu ditambahkan larutan NaOH
0,1 N sampai timbul warna merah tanah
Ditambahkan aquades sampai tanda tera
Dibiarkan selama 15 menit, lalu disaring melalui kertas saring
yang kering
Dalam labu Erlenmeyer 100 mL, dimasukkan 5 mL filtrat bebas
protein, 15 mL aquades dan 10 mL larutan K3Fe(CN)6 0,05 N
Dipanaskan labu Erlenmeyer itu dalam penangas yang mendidih
selama 20 menit, lalu didinginkan
Setelah dingin, ditambahkan 10 mL larutan sulfat-seng-kalium iod
dan 10 mL larutan asam asetat pekat (CH3COOH) (p)Kemudian larutan
I2 yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na2S2O3 (Natrium Thio
Sulfat) sampai larutan berwarna kuning muda
Ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% dan dilanjutkan
titrasi sampai warna biru hilang (Hasil A)
Dilakukan pada percobaan blanko dengan 20 mL aquades dan 10 mL
larutan K3Fe(CN)6 0,05 N (seperti diatas) Hasil B. Susu bubuk putih
kekuningan
Ditambah aquades larutan putih keruh
Ditambah K4Fe(CN)6 dan ZnSO4: larutan putih keruh, endapan
putih
Ditambahkan indikator pp: larutan putih keruh, endapan putih
Ditambahkan NaOH 0,1 N: larutan merah lemah, endapan putih
Larutan bening
Larutan bening, terdapat endapan putih kemerahan.
Ditambahkan K3Fe(CN)6 0,05 N: larutan kuning jernih
Setelah dipanaskan larutan berwarna kuning jernih
Didinginkan: kuning keruh
Ditambahkan ZnSO4 + KI: larutan berwarna jingga, terdapat
gumpalan kuning
Ditambahkan CH3COOH (p): larutan jingga pekat (merah jingga
Larutan berwarna kuning
Ditambahakan amilum: warna biru
Warna TAT: putih susu
Volume titran A = 16,3 mL
Blanko + K3Fe(CN)6 ( kuning jernih
ZnSO4-KI: larutan jingga dan gumpalan kuning
Ditambahkan CH3COOH (p) larutan warna jingga kecoklatan (merah
jingga
Warna TAT: keabu-abuan
Volume titran B = 20,7 mL
Ditambahkan amilum larutan biru
4.2 Perhitungan
Jumlah K3Fe(CN)6 0.05 N yang direduksi oleh gula
Diketahui :
b = volume Na2S2O3 pada titrasi blanko = 20.7 / 2 = 10.35 ml
a = volume Na2S2O3 pada titrasi sampel = 16.3 / 2 = 8.15 ml
Ditanya :
ml K3Fe(CN)6 0.05 N yang tereduksi ?
Penyelesaian :
ml K3Fe(CN)6 0.05 N yang tereduksi = b a
= 10.35 8.15 ml
= 2.2 ml Jumlah mg laktosa dalam filtrat 100 ml
Diketahui :
x = mg laktosa ekuivalen dengan (b-a) = 4 mg
volume filtrat dititrasi = 5 ml
volume filtrat total
= 100 ml
Ditanya :
y = mg laktosa dalam filtrat 100 ml ?
Penyelesaian :
= 80 mg Kadar laktosa dalam 0.5 gr sampel susu
Diketahui :
y = jumlah laktosa dalam 100 ml filtrat = 163.8 mg
berat sampel = 0.5 g = 500 mg
Ditanya :
Kadar laktosa dalam % (b/b) .?Penyelesaian :
% laktosa = =
= 16 %
4.3 Reaksi4.3.1 Laktosa dengan Fe3+
4.3.2 Setengah reaksi Fe3+ + I-
Reduksi : Fe3+ ( Fe2+
Fe3+ + e ( Fe2+
Oksidasi : I- (I2
2I- (I2 2I-( I2 + 2e- Redoks : Fe3+ + e ( Fe2+ x2 2I-( I2 + 2e-
x1
2Fe3+ + 2e ( 2Fe2+
2I-( I2 + 2e- Redoks : 2Fe3+ + 2I- ( 2Fe2+ + I2
4.3.3 Setengah reaksi Na2S2O3 dengan I2Reduksi : 3I2 ( 6 I-3I2 +
6e( 6 I-
Oksidasi :2S2O32- ( S4O62-
2S2O32- ( S4O62- + 2e-Redoks :3I2 + 6e( 6 I-
x 1
2S2O32- ( S4O62- + 2e-x 3
3I2 + 6e( 6 I-
6S2O32- ( 3S4O62- + 6e- Reaksi di Erlenmeyer :
3I2 + 6S2O32- ( 6 I- + 3S4O62-
Reaksi lengkap :
I2 + 2Na2S2O3
Na2S4O6 + NaI
(Basset, 1994)
4.3.4 Amilum dengan I2
4.4 Pembahasan
Laktosa merupakan sumber energy yang memasok hamper setengah
keseluruhan kalori susu (35-45%). Disamping itu laktosa juga
penting untuk absorpsi kalsium. Namun studi klinik membuktikan,
mineralisasi tulang bayi yang mendapat formula susu sapi
(mengandung laktosa) maupun formula kedelai (karbohidratnya terdiri
dari polimer glukosa), tidak ada perbedaan. Laktosa (gula susu)
hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan
satu unit galaktosa. Kadar laktosa pada susu ibu (ASI) 4,8 gram per
100 mL. Banyak orang terutama yang berkulit berwarna (termasuk
orang Indonesia) tidak tahan terhadap susu sapi, karena kekurangan
enzim lactase yang dibentuk didalam dinding usus dan diperlukan
untuk pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Kekurangan
laktase ini menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa
yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam
saluran pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorganisme yang
tumbuh, yang menyebabkan gejala kembung, kejang perut dan diare.
Ketidaktahanan terhadap laktosa lebih banyak pada orang tua.
Ada beberapa terminologi yang perlu dipahami sehubung dengan
gangguan absorpsi laktosa yaitu:
Defisiensi laktase: rendah (atau tidak ada) aktivitas laktase
pada pemeriksaan hasil absorpsi mukosa usus halus.
Malabsorpsi laktosa: ketidakmampuan usus halus mengabsorpsi
laktosa yang dibuktikan dengan pemeriksaan yang sesuai uji laktosa,
uji hidrogen pemanasan.
Intoleransi laktosa: munculnya gejala-gejala klinis setelah
makan/minum bahan yang mengandung laktosa, yang gejalanya sebagai
berikut; mencret, mual, muntah, perut kembung dan sakit perut.
Laktosa (C12H22O11) adalah gula yang diperoleh dari susu dalam
bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air anhidrat. Berikut
sifat-sifat fisika kimia laktosa.
Sifat-Sifat Fisika Kimia LaktosaKeterangan
BM
Kelarutan
Kejernihan Serbuk atau massa hablur, keras putih atau krem,
tidak berbau atau rasa sedikit manis. Stabil diudara tetapi mudah
menyerap bau
Mudah (pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam
air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kkloroform dan dalam eter.
(Larutan 3 g dalam 100 mL air mendidih), terbentuk larutan
jernih tidak berwarna dan tidak berbau.
Laktosa dengan hidrolisis akan menghasilkan D-galaktosa dan
D-glukosa ikatan glukosa dan galaktosa terjadi antara atom karbon
nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa.
Laktosa mempunyai sifat mereduksi dan mutarotasi. Berikut ini
gambar struktur reaksinya:
Nilai biologi protein ASI lebih tinggi ketimbang protein lain.
Kebanyakan susu formula dirancang untuk memenuhi kebutuhan sebesar
2,3 g/100 kkal (bandingkan dengan 1,6gr/100 kkal). Takaran yang
dianjurkan adalah sebesar 1,8 gr/100 kkal dengan PER setara dengan
Casein (takaran minimum). Asupan protein, yang menampilkan gejala
seperti:
1) Detargi
2) Hiperammonia
3) Dehidrasi, dan
4) Diare
Karbohidrat dalam ASI, ASI mengandung karbohidrat yang relatif
lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASS (6,5-7 gram %).
Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa. Kadar
laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini
oleh fermentasi akan diubah menjadi asam didalam usus bayi. Dengan
suasana asam didalam usus bayi ini memberikan beberapa keuntungan
yaitu sebagai berikut:
Sebagai penghambat pertumbuhan bakteri yang patologis
Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organic
dan mensintesis vitamin.
Memudahkan terjadinya pengendapan Ca-Caseinat
Memudahkan absorpsi dari mineral misalnya kalsium, fosfor, dan
magnesium.
Mutu protein bergantung pada kemudahannya untuk dicerna dan
diserap serta komposisi asam amino didalamnya. Tabel Perbandingan
Unsur Protein dalam ASI dan susu sapi.
UnsurASISusu Sapi (gr/dl)
Casein
Whey
Lactoferin
Lysozyme
Albumin
IgA
Peroxidase
Bifidur factor
Nanprotein Nitrogen0,2
0,7
0,26
0,17
0
0,05
0,05
0,10
Sedikit
Sedikit
0,202,7
0,6
0,11
Sedikit
0,36
Sedikit
0,04
0,03
((0,03
Adapun fungsi perlakuan pada percobaan penentuan kadar laktosa
dalam susu secara volumetri adalah:
Ditimbang susu (sampel) yaitu untuk mengukur jumlah sampel susu
yang akan digunakan agar hasilnya akurat.
Didiamkan 15 menit agar endapan putih kemerahan (merah lemah)
dapat dillihat dan kemudian agar larutannya terpisah dengan
endapannya.
Disaring yaitu untuk memisahkan filtrat dan residunya. Filtrat
yang didapat kemudian akan diambil sebanyak 5 mL.
Dititrasi dengan Na2S2O3: yaitu untuk mengetahui jumlah iod yang
dipakai pada saat penitrasian dan untuk menentukan TAT (Titik Akhir
Titrasi).
Dipanaskan yaituu untuk mempekatkan larutan blanko (20 mL
aquades, 10 mL K3Fe(CN)6 0,05 N).
Sampel susu yang diencerkan untuk mengurangi konsentrasi pada
sampel tersebut, agar pada saat penitrasian tidak banyak larutan
Na2S2O3 (Natrium Thio Sulfat) yang banyak digunakan.
Penambahan indikator pp untuk membuat larutan sensitive agar
terlihat perubahan warnanya.
Adapun fungsi bahan/reagen yang digunakan dalam percobaan inni
yaitu:
Sampel susu Childkid: sebagai sampel yang akan ditentukan kadar
laktosanya dalam percobaan ini.
Blanko sebagai larutan pembanding untuk menentukan banyaknya iod
yang digunakan. Larutan K4Fe(CN)6 15% untuk mengendapkan protein
dalam susu dan laktosa yang diperoleh ditetapkan secara
iodometri.
Larutan ZnSO4 30% untuk mengendapkan protein dalam susu dan
laktosa yang diperoleh ditetapkan secara iodometri.
Indikator PP: sebagai pereaksi sensitive agar dapat diketahui
perubahan warna yang dihasilkan .
Larutan NaOH 0,1 N untuk membuat suasana netral atau sedikit
basa pada larutan.
Larutan K3Fe(CN)6 0,05 N sebagai larutan pereaksi pada percobaan
ini dimana laktosa yang merupakan gula reduksi pada larutan akan
mereduksi Fe3+ pada larutan K3Fe(CN)6 menjadi Fe2+.
Larutan seng-sulfat-kalium iod sebagai penyedia iodida yang
ditambahkan secara berlebih sehingga ion Fe2+ bereaksi dengan I-
dan membentuk FeI2 yang mudah terurai dalam suasana asam
Larutan asam asetat (CH3COOH) pekat sebagai katalis yang akan
mempercepat reaksi berlangsung.
Larutan I2 sebagai membebaskan larutan Na2S2O3 sampai larutan
berwarna kuning muda, dimana menyebabkan larutan I2 tereduksi
sedangkan larutan Na2S2O3 teroksidasi perubahan warna terjadi warna
jingga pekat dengan endapan merah jingga ketika belum dititrasi
menjadi kuning muda dan setelah dititrasi larutan berwarna
kuning.
Larutan Na2S2O3 (Natrium thiosulfat) sebagai larutan yang
menandakan TAT telah tercapai.
Larutan amilum 1% sebagai larutan yang menandakan TAT telah
tercapai dengan volume.
Kertas saring untuk menyaring sampel susu dan memisahkannya dari
residu sampel susu tersebut.
Sunlight untuk mencuci alat-alat yang dipakai/digunakan.
Aquades yaitu sebagai larutan pengencer, juga sebagai larutan
untuk memanaskan blanko pada hotplate, juga sebagai cairan yang
membersihkan alat-alat praktikum.
Larutan sulfat seng kalium iod mengandung NaCl, ZnSO4 & KI
yang ketiganya berperan sebagai berikut:
NaCl yaitu untuk mengatur keadaan pH menjadi netral.
KI yaitu pada garam ini Iodium (I2) yang sedikit larut dalam air
tetap mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida, I-
(bereaksi dengan membentuk kompleks ion triiodida I3-).
ZnSO4 yaitu mengikat garam KI, agar ion I- tidak mudah
teroksidasi oleh O2 yang dipercepat reaksinya dengan suasana
asam/adanya O nya sebelum direaksikan. Membentuk kompleks dengan
K4Fe(CN)6 jika masih tersisa dalam filtrate bebas protein, sehingga
mengakibatkan terbentuk kompleks kuning kecoklatan seperti gel juga
mengikat pengotor lainnya. Plastik dan karet gelang untuk mengikat
dan menutup rapat labu Erlenmeyer yang didalamnya berisikan larutan
sampel susu dan blanko yang kemudian dititrasi, agar Iodnya tidak
menguap karena mudah rusak konsentrasinya oleh udara.
Vaselin untuk melumas keran pembuka/penutup buret agar tidak
macet (mudah dibuka dan ditutup).
Alumunium foil: untuk menutup beaker glass yang berisi sampel
susu bubuk agar tidak tumpah.
Serbet untuk mengangkat sampel blanko dari hot plate/ penangas
air.
Adapun fungsi alat dalam percobaan penentuan kadar laktosa dalam
percobaan ini, yaitu:
Hot plate: untuk memanaskan blanko yang diletakkan di dalam labu
Erlenmeyer yang dimasukkan ke dalam gelas beaker yang berisi air
mendidih.
Buret: sebagai tempat larutan Na2S2O3 (Natrium Thio Sulfat)
diletakkan untuk mentitrasi sampel susu dan blanko.
Klem dan tiang statif: sebagai tempat buret diletakkan dalam
proses penitrasian.
Beaker glass sebagai tempat untuk meletakkan sampel susu bubuk
pada saat penimbangan dengan neraca analit, juga sebagai tempat
meletakkan aquades panas yang nantinya blanko diletakkan
didalamnya.
Neraca analitik untuk menimbang sampel susu bubuk yang akan
digunakan.
Pipet tetes untuk mengambil larutan NaOH 0,1 N; larutan
K4Fe(CN)6 15%; ZnSO4 30%; K3Fe(CN)6 0,05 N; CH3COOH pekat; amilum
1%; I2; indikator pp dan aquades pada percobaan ini.
Labu ukur untuk tempat sampel susu bubuk diletakkan, yang telah
diberi larutan K4Fe(CN)6 15%, ZnSO4 30%, ind. pp dan larutan NaOH
0,1 N sebagai sampel A.
Labu Erlenmeyer sebagai tempat filtrat sampel susu bubuk dan
blanko yang akan dititrasi dengan menggunakan larutan Na2S2O3
(Natrium Thio Sulfat).
Corong kaca untuk menyaring larutan susu yang akan
diambil/dipisahkan filtrat dan residunya dalam percobaan ini.
Sikat tabung untuk membersihkan labu ukur dan labu ukur setelah
pemakaian agar senyawa-senyawa yang masih menempel pada kedua
tempat tersebut hilang.
Botol semprot untuk meletakkan aquades, agar memudahkan pada
saat pemipetan untuk memenuhi larutan pada labu ukur agar hasilnya
akurat.
Gelas ukur untuk mengukur setiap larutan/reagen yang digunakan
agar hasilnya pas/tepat.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi selama proses percobaan
ini, yaitu:
Kurang tepatnya pada saat penimbangan sampel susu bubuk, karena
terburu-buru hingga hasilnya kurang akurat.
Kurang tepat dan teliti pada saat pemipetan larutan/reagen yang
digunakan dalam percobaan ini.
Kurang tepat dan akurat pada saat melarutkan sampel susu bubuk
di dalam labu ukur, sehingga aquades melebihi batas tanda tera.
Kurang teliti dan akurat pada saat penintrasian dan pembacaan
larutan yang digunakan.
Kurang teliti pada saat pemanasan waktunya terlalu lama.
Pada saat penitrasian, labu Erlenmeyer yang berisi sampel susu
dan blanko tidak ditutup rapat dengan plastik karet, sehingga tidak
dapat menghasilkan hasil yang diinginkan.
Pada saat penyaringan residu terikut dengan filtrate sehingga
hasil kurang memuaskan dan akurat.
Adapun hasil percobaan yang didapatkan dari praktikum/percobaan
penentuan kadar laktosa dalam susu secara volumetrik yaitu
dilakukan 2 tahap, tahap pertama membuat sampel A (sampel susu
bubuk Chilkid) dan blanko B. Pada sampel susu bubuk langkah pertama
yaitu dilakukan penimbangan sampel sebanyak 5 gr dengan
karakteristik berwarna putih kekuningan. Kemudian dimasukkan
kedalam labu takar 100 mL dan selanjutnya ditambahkan larutan
K4Fe(CN)6 15% yang hasilnya larutan putih keruh, lalu ditambahkan
larutan ZnSO4 30% sebanyak 1 mL yang hasilnya putih keruh dan
terdapat endapan putih. Pada langkah ini larutan K4Fe(CN)6 15%
sebagai pengikat protein dalam sampel urin.
Pada percobaan ini adalah menentukan kadar laktosa dalam susu
secara volumetri dengan metode Gohr. Dimana percobaan ini
berdasarkan sifat laktosa sebagai gula reduksi, sehingga secara
kuantitatif dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan K3Fe
(CN)6. Prinsipnya laktosa dalam susu dipisahkan dari kandungan
protein susu dengan menambahkan larutan K4Fe(CN)6 dan larutan ZnSO4
untuk mengendapkan protein dalam susu, dan laktosa yang diperoleh
ditetapkan secara iodometri.
Pertama-tama ditimbang dengan tepat sebanyak 0,5 gram susu
child-kid dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian dimasukan
susu yang berupa serbuk halus, berwarna putih tersebut kedalam labu
takar 100 mL. Susu disini berfungsi sebagai sampel yang ingin
ditentukan kadar laktosanya. Kemudian ditambahkan 50 mL aquades
fungsi dari penambahan aquades disini adalah untuk melarutkan susu
tersebut. Diperoleh larutan berwarna putih dengan sedikit endapan
tidak larut. Endapan disini terbentuk karena susu akan larut
sempurna dalam air panas. Kemudian setelah itu ditambahkan 1 mL
larutan K4Fe(CN)6 15 % fungsi dari penambahan K4Fe(CN)6 akan
membentuk komplek yang stabil. Kemudian ditambahkan 1 mL ZnSO4 30%
disini sama dengan K4Fe(CN)6 15% yaitu untuk mengendapkan protein
dan lebih menstabilkan endapan yang tebentuk dimana protein akan
mengendapkan pada saat penambahan logam. Salah satunya logam Zn
yang terkandung dalam ZnSO4 dimana terbentuk larutan putih dengan
sedikit endapan tidak larut.
Selanjutnya pada larutan ditambahkan 2 tetes indikator pp.
kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah
lemah, fungsi dan penambahan larutan NaOH disini adalah untuk
membuat suasana netral atau sedikit basa pada larutan. Itu sebabnya
indikator ditambahkan terlebih dahulu, agar penambahan NaOH tidak
terlalu berlebih karena akan mengakibatkan larutan bersifat terlalu
basa, dimana terbentuk larutan bersifat sedikit basa. Selanjutnya
ditambahkan aquades hingga tanda tera, fungsi penambahan aquades
disini adalah untuk untuk melarutkan seluruh laktosa yang
terkandung pada suhu dan terbentuk larutan berwarna merah lemah
kemudian dibiarkan selama 15 menit, fungsi dari pendiaman disini
adalah untuk memberikan waktu pada larutan agar protein dapat
terendap seluruhnya dimana terbentuk 2 fase larutan, dimana fase
atas berupa larutan berwarna merah lemah dan fase bawah berupa
endapan berwarna putih. Kemudian disaring melalui kertas saring
yang kering. Fungsi dari penyaringan disini berfungsi untuk
memisahkan antara filtrat bebas protein dengan residu berupa
endapan putih dimana diperoleh filtrat berupa larutan bening dan
residu berupa endapan/gumpalan putih.
Kemudian dimasukan 5 mL filtrat bebas protein kedalam labu
erlenmeyer, filtrat bebas protein berfungsi sebagai larutan yang
akan dianalisis kadar laktosanya dikatakan bebas protein karena
protein yang terkandung didalamnya telah diendapkan dan terpisah
dari larutan yang dianggap bahwa larutan tersebut bebas protein.
Mengapa protein dalam sampel harus dipisahkan kerena yang akan
dianalisa adalah laktosa pada sampel, sehingga keberadaan protein
pada sampel dapat menggangu proses analisa. Kemudian ditambahkan 15
mL aquades, fungsi dari penambahan aquades disini adalah untuk
mengencerkan larutan agar voluume titrat yang digunakan tidak
terlalu banyak (efisien). Karena pengenceran akan menurunkan
konsentrasi larutan selain itu juga mempercepat proses titrasi.
Selanjutnya filtrat bebas protein yang telah diencerkan tersebut
dapat ditambahkan larutan K3Fe(CN)6 0,05 N, fungsi dari penambahan
larutan K3Fe(CN)6 0,05 N disini adalah sebagaipereaksi pada
percobaan ini dimana laktosa yang merupakan gula reduksi pada
larutan akan mereduksi Fe3+ pada larutan K3Fe(CN)6 menjadi Fe2+
sementara laktosa sendiri teroksidasi menjadi asam laktat kemudian
dipanaskan larutan tersebut dalam penangas air yang mendidih selama
20 menit. Fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi
yang terjadi, dimana terjadi reaksi reduksi oleh laktosa yang
menyebabkan Fe3+ menjadi Fe2+ dan reaksi oksidasi yaitu laktosa
menjadi asam laktat, dimana terbentuk larutan kuning keruh dimana
pada proses pemanasan ini kemungkinan terjadi reaksi hidrolisis
dimana laktosa terhidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa. Setelah
itu didinginkan larutan tersebut pada suhu ruang. Pendinginan
disini berfungsi untuk menstabilkan larutan dimana larutan akan
stabil pada suhu ruang. Fungsi dari pendinginan disini juga
berfungsi agar tidak merusak reagen yang akan ditambahkan,
selanjutnaya ditambahkan larutan 10 mL sulfat-seng-kalium iod.
Larutan ini terdiri dari dua larutan yaitu ZnSO4 dan KI. Fungsi
dari KI disini adalah sebagai penyedia ion iodida yang ditambahkan
secara berlebih sehingga ion Fe2+ bereaksi dengan I( dan membentuk
FeI2 yang mudah terurai dalam suasana asam yang melepas I2 yang
dititrasi kembali dengan Na2S2O3. Sedangkan fungsi dari ZnSO4
adalah mendorong kekuatan iod. Kemudian ditambahkan 10 mL larutan
CH3COOH pekat sebagai katalis yang akan mempercepat reaksi
berlangsung. Kemudian dititrasi I2 yang dibebaskan dengan Na2S2O3
sampai larutan berwarna kuning muda dimana menyebabkan larutan I2
tereduksi sedangkan larutan Na2S2O3 teroksidasi, perubahan warna
terjadi dari warna jingga pekat dengan endapan merah jingga ketika
belum dititrasi menjadi kuning muda dan setelah dititrasi larutan
berwarna kuning dihentikan dan ditambahkan beberapa tetes larutan
amilum 1% dan terjadi perubahan warna menjadi warna biru, warna
biru ini hasil reaksi dari amilum dengan I2 bebas dalam larutan.
Kemudian dititrasi kembali hingga warna biru tua hilang dan
diperoleh larutan putih keruh yang menandakan TAT telah tercapai
dengan volume titrasi 16,3 mL penambahan amilum dilakukan saat
mendekati TAT atau ketika iod sudah tinggal sedikit, karena apabila
amilum ditambahkan di awal maka amilum akan bereaksi membentuk
kompleks berwarna biru yang kuat sehingga sulit untuk melepaskan
iod kembali yang berakibat warna biru sulit sekali lenyap/hilang
sehingga TAT (Titik Akhir Titrasi) sulit teramati.BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Volume Na2S2O3 yang diperlukan untuk menitrasi sampel susu
formula bayi yaitu sebesar 16.5 ml sedangkan untuk blanko
diperlukan volume Na2S2O3 sebesar 20.7 ml.
Berdasarkan hasil percobaan jumlah volume K3Fe(CN)6 0.05 N yang
tereduksi oleh gula reduksi (laktosa) yang terkandung pada sampel
susu formula bayi (Child-kid) adalah sebesar 4.4 ml.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar laktosa dalam 0.5 gr
sampel susu formula bayi (Child-kid) adalah sebesar 32.76%.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat pula digunakan metode
lain dalam menentukan kadar laktosa seperti metode asam mukat dan
metode luff schroll untuk dilihat perbandingan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A.et.al. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta : UI-PressDeMan,
John M. 1997. Kimia Makanan Edisi Kedua. Bandung : ITBFessenden,
Ralph.S dan Joan.S Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga
Jilid 2. Jakarta : ErlanggaPoedjiadi, Anna. 2007. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta : UI-PressTehuteru, Edi Setiawan. 1999.
Malabsorpsi Laktosa Pada Anak. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol 18.
No.39.139Toha, Abdul Hamid A. 2005. Biokimia : Metabolisme
Biomolekul. Bandung : AlfabetaUnderwood, A.L. 2002. Analisis Kimia
Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
0,5 gr sampel susu bayi
Susu bubuk putih kekuningan
Larutan putih dan endapan putih
Larutan putih dan endapan putih
Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml
Ditambahkan 50 ml aquades
Ditambahkan 1 ml K3Fe(CN)6 dan 1 ml ZnSO4 30%
Ditambahkan aquades hingga tanda tera
Dihomogenkan
Didiamkan selama 15 menit
Residu, endapan putih
dibuang
Filtrat bening bebas protein sebanyak 5 ml
Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
Ditambahkan 15 ml aquades dan 10 ml larutan K3Fe(CN)6 0.05 N
Larutan bening jernih
Dipanaskan selama 20 menit
Didinginkan
Disaring
Larutan kuning jernih
Ditambahkan 10 ml ZnSO4 KI
Ditambahkan 10 ml asam asetat pekat
Dititrasi dengan Na2S2O3 0.05 N
Larutan orange
Larutan kuning muda
Ditambahkan beberapa tetes indicator amilum 1%
Larutan biru tua
Larutan putih susu (TAT)
Dilanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 0.05 N
a = 16.3 ml
Dicatat volume titrasi sebagai nilai a
Larutan putih keabu-abuan (TAT)
10 ml K3Fe(CN)6 0.05 N
Kuning jernih
Dicatat volume titrasi sebagai nilai b
Dilanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 0.05 N
Ditambahkan beberapa tetes indikator amilum 1 %
Larutan kuning muda
Dititrasi dengan Na2S2O3 0.05 N
Ditambahkan 10 ml larutan ZnSO4 KI
Ditambahkan 10 ml asam asetat pekat
Larutan orange
Larutan kuning jernih
Dipanaskan selama 20 menit
Didinginkan
Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
b = 20.7 ml
Larutan biru tua
Larutan kuning jernih
20 ml aquades bening
88
72
67
56
59
_1461129380.unknown
_1461129381.unknown
_1461129382.unknown
_1461129378.unknown