PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA LINI PENGEPAKAN POPULAIRE DENGAN METODE TIME STUDY PABRIK ES KRIM WALLS Oleh Listiyanto Prabowo NIM: 004200900124 Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Strata Satu pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri 2014
61
Embed
PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA LINI PENGEPAKAN POPULAIRE ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA LINI
PENGEPAKAN POPULAIRE DENGAN METODE
TIME STUDY PABRIK ES KRIM WALLS
Oleh
Listiyanto Prabowo
NIM: 004200900124
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik
Mencapai Gelar Strata Satu
pada Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri
2014
1
ABSTRAK
Seiring perkembangan industri makanan yang terus meningkat, kebanyakan
perusahaan berusaha mengefisiensikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengeluaran biaya produksi. Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya produksi
yang dikeluarkan, disisi lain perusahaan juga ingin output yang dihasilkan tetap
sesuai target atau kebutuhan. Di pabrik es krim Walls karena pekerjaan di lini
pengepakan masih banyak dilakukan oleh manusia, maka diperlukan perhitungan
yang tepat untuk menentukan jumlah penggunaan tenaga kerjanya. Dengan
penelitian ini dilakukan, penghitungan beban kerja pada lini pengepakan dengan
cara metode time study. Hasil akhir perhitungan time study ini adalah waktu baku
dari setiap elemen pekerjaan yang dilakukan. Setelah diketahui waktu bakunya,
selanjutnya adalah menentukan beban kerja dan jumlah tenaga kerja yang ideal di
lini pengepakan tersebut. Dari penelitian, dihasilkan 9 orang pekerja yang
diperlukan dalam lini pengepakan Populaire ini, sedangkan sebelum dilakukan
perbaikan ada 12 orang pekerja. Oleh karena itu efisiensi pekerja menjadi naik dan
bisa menghemat biaya produksi yang dikeluarkan dari penggunaan tenaga kerja
yang efisien.
Kata Kunci : Efisiensi, Beban kerja, Tenaga kerja, Biaya produksi, Time study,
Lini pengepakan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi dewasa ini yang terus meningkat naik, mengakibatkan
beberapa industri mencari cara bagaimana bisa mengefisiensikan penggunaan
biaya yang dikeluarkan agar bisa terus bersaing dengan perusahaan yang lain.
Pertumbuhan industri yang paling terlihat adalah sektor industri makanan,
minuman dan tembakau. Hal ini terjadi karena sektor ini permintaan tinggi dan
harga cenderung naik terus. Disisi lain perusahaan juga dihadapkan dengan
masalah upah tenaga kerja yang terus melonjak naik. Upah buruh tenaga kerja
tahun ini naik 24% dari tahun sebelumnya, sehingga perusahaan perlu berpikir
ulang untuk merekrut atau menambah karyawan baru. Padahal penambahan
karyawan sangat diperlukan untuk menambah kapasitas produksi untuk memenuhi
kebutuhan konsumen yang terus meningkat.
Walls es krim merupakan salah satu industri makanan seperti dijelaskan di atas,
adalah salah satu industri yang tingkat permintaannya terus meningkat naik.
Karakteristik dari industri es krim ini adalah industri padat mesin atau kebanyakan
proses produksinya dilakukan oleh mesin. Namun walaupun demikian terdapat
beberapa proses di dalam industri ini yang harus dilakukan oleh manusia, dan
tidak dapat digantikan dengan mesin yaitu proses kerja pada lini pengepakan. Lini
pengepakan merupakan lini yang paling banyak membutuhkan peran manusia
pada keseluruhan prosesnya. Jumlah manusia yang banyak pada lini produksi
pengepakan dikarenakan belum dipakainya teknologi yang dapat menggantikan
peran manusia dalam proses kerjanya, selain itu juga manusia yang banyak
dibutuhkan untuk menyeimbangkan output dari mesin produksi pada lini produksi
tersebut. Sehingga setiap keluaran produk dari mesin bisa selesai dilakukan
pengepakan secara berkesinambungan.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam lini pengepakan ini adalah adanya
ketidakseimbangan kemampuan menghasilkan output antara mesin dan manusia.
2
Hal ini terlihat terutama dengan adanya penambahan mesin baru. Dengan mesin
baru biasanya akan berbeda mengenai karakteristik produk yang dihasilkan dan
kapasitas mesin itu sendiri. Lini pengepakan yang baru ini adalah produk
Populaire, dimana Speed outputnya adalah 80 spm (stroke per menit). Dengan
kapasitas dan lini pengepakan yang baru ini belum ada patokan pasti berapa
jumlah pekerja yang ideal untuk ditempatkan di lini pengepakan Populaire
tersebut. Untuk mengatasi hal seperti ini, di awal mulai produksi perusahaan
biasanya mengambil keputusan untuk memenuhi kapasitas mesin baru ini dengan
menempatkan jumlah pekerja sebanyak-banyaknya, tanpa memperhitungkan
berapa sebenarnya jumlah pekerja yang ideal di mesin tersebut. Hal yang sering
terjadi setelah pekerja mulai terbiasa untuk pekerjaan tersebut dan ketrampilan
pekerja juga semakin naik seiring pertambahan waktu, banyak terlihat waktu
menganggur atau idle dari pekerja pada saat proses produksi berlangsung.
Dengan adanya penelitian ini, diharapakan perusahaan bisa memperhitungkan
jumlah pekerja yang ideal yang akan ditempatkan di lini pengepakan tersebut. Hal
pertama yang dilakukan adalah mengetahui beban kerja sebenarnya dengan
mengetahui kapasitas mesin dan selanjutnya menentukan berapa jumlah pekerja
yang seharusnya ditempatkan pada lini pengepakan Populaire ini. Hal ini nantinya
bisa menjadi standar atau acuan untuk perusahaan apabila ada penambahan
kapasitas produksi, sehingga penggunaan tenaga kerjanya bisa efisien.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalahnya bisa dirumuskan
sebagai berikut :
Berapa beban kerja yang ada dengan speed mesin 80 spm di lini pengepakan
Populaire tersebut?
Berapa jumlah pekerja yang ideal untuk ditempatkan di area pengepakan
produksi Populaire tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Menentukan berapa beban kerja yang ada di lini pengepakan mesin Populaire
tersebut dengan speed 80 spm.
3
Menentukan jumlah pekerja ideal untuk ditempatkan di lini pengepakan mesin
Populaire.
1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian ini bisa terfokus pada tujuan utamanya seperti dijelaskan di atas,
maka penelitian ini dibuat batasan masalah yang antara lain :
Penelitian hanya dilakukan di lini pengepakan Populaire.
Lini pengepakan yang dipakai adalah lini pengepakan mesin Populaire dimana
saat ini ada 12 orang pekerja dengan speed mesin 80 spm.
Tidak ada pergantian lini pengepakan produksi, speed, maupun varian yang
diproduksi.
1.5 Asumsi
Speed mesin tidak berubah–ubah pada saat dilakukan pengukuran dilakukan.
Tidak ada defect produk, sampah akibat produksi yang kurang lancar.
Kondisi area kerja yang baik, dimana tidak ada breakdown dan mesin berjalan
normal.
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan pada penelitian ini terbagi ke dalam lima
bab, yaitu :
Bab 1 Pendahuluan
Merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang pemilihan topik
penelitian dan penjelasan lainnya yang mendasari penelitian. Penjelasan
lainnya mengenai rumusan masalah, batasan masalah dalam penelitian ini
untuk mencapai tujuan yang dicapai dengan akurat, bagian terakhir dari bab
ini adalah membahas sistematika penulisan penelitian ini.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Merupakan tinjauan pustaka yang mendasari penelitian ini, yang diantaranya
membahas teori mengenai sistem kerja, Time study, statistik, metode kerja.
Sehingga untuk penyelesaian masalah dan tujuan dari penelitian ini bisa
sesuai yang diharapkan.
4
Bab 3 Metodologi Penelitian
Merupakan metodologi penelitian, di bab ini dijelaskan secara detail
sistematika penelitan dan penulisanya.
Bab 4 Pengolahan Data dan Analisis
Merupakan pengolahan data dan analisis yang diperoleh, hasil
pengumpulan data yang diperoleh dan akan diolah dengan teori sistem
kerja dan akan didapatkan rancangan sistem kerja dari pekerja lini
pengepakan, untuk mengetahui beban kerja dan rekomendasi jumlah
tenaga kerja yang ideal untuk ditempatkan di lini pengepakan produksi.
Bab 5 Simpulan dan Saran
Merupakan bab penutup yang berisi simpulan dan hasil penelitian yang
telah dilakukan, serta saran dari hasil penelitian yang dicapai
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Efisiensi
Efisien bisa diartikan dengan keluaran (output) dibagi masukan (input). Bisa juga
diartikan dalam melakukan aktifitas tepat guna, tidak membuang waktu. Semakin
besar harga rasio ini semakin tinggi efisiensinya. Dalam contoh pembuatan suatu
barang, efisiensi penggunaan sebuah material yang digunakan adalah sama dengan
barang yang dihasilkannya. Dalam teknik tata cara kerja pengertian efisiensi
diterapkan dalam bentuk pembandingan antara hasil (performance) yang dicapai
dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut. Yang dimaksud
biaya disini bukanlah besarnya uang yang dikeluarkan untuk memberikan hasil
tertentu, tetapi dalam pengertian luas yaitu dapat berupa waktu yang dihabiskan,
tenaga yang dikeluarkan atau akibat-akibat psikologis dan sosiologis dari
pekerjaan yang bersangkutan.
Efisiensi suatu sistem kerja (WignjosoebroTO,2000) dapat diformulasikan sebagai
berikut :
(2-1)
Dimana : E = Persentase Efisiensi
H = Waktu standar yang disediakan
Hc = Jam kerja yang dilakukan
Oe = Output standar
Oc = Output aktual
Efisiensi adalah syarat produktifitas yang tinggi, bisa saja produk yang dihasilkan
mempunyai keluaran yang maksimal, tetapi itu belum tentu disertai dengan
efisiensi yang tinggi pula, oleh karena sangat diperlukan efisien tinggi dalam
setiap output yang dihasilkan yang bertujuan selain outputnya tercapai ongkos
yang dikelurkan juga efisien.
2
2.2 Definisi Produktifitas
Performa atau kinerja dari suatu sistem dapat diukur dengan berbagai ukuran.
Ukuran–ukuran performa tersebut antara lain produktifitas, efisiensi, dan utilisasi.
Produktifitas merupakan perbandingan atau rasio antara keluaran dan masukan.
Suatu sistem dikatakan produktif jika dapat menghasilkan output yang diinginkan
dan tepat sasaran dengan penggunaan input seoptimal mungkin. Dalam suatu
sistem kerja, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
produktifitas, antara lain:
Faktor teknis:
Yaitu faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas
sumber daya secara lebih baik dan efisien, penerapan metode kerja yang lebih
efektif dan efisien.
Faktor manusia
Yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha yang dilakukan
manusia di dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Produktifitas adalah perbandingan antara output dan input, dan hal ini juga bisa
diperhitungkan hasilnya. Efisiensi sebuah sistem bisa didapatkan dengan
membandingkan waktu kerja standar dengan waktu normal yang dibutuhkannya.
Produktifitas kerja (WignjosoebroTO,2000) dapat dihitung dengan formula
berikut:
Sedangkan untuk mengukur produktifitas kerja dari tenaga kerja manusia, maka
dapat digunakan formulasi berikut :
Pekerja bisa dikatakan memenuhi produktifitas apabila sudah memenuhi target
yang diminta. Hal ini didasari dengan hasil atau keluaran yang dihasilkan dengan
perbandingan waktu yang layak dalam prosesnya.
3
Dalam industri, produktifitas yang tinggi dihasilkan dengan cara semua aspek
yang berhubungan dengan proses tersebut bekerja maksimal. Untuk mendapatkan
produktifitas yang tinggi, petinggi perusahaan harus bisa mendorong semua
karyawanya untuk memberikan hasil yang maksimal dari setiap kegiatan yang
dilakukannya dalam bekerja.
Berikut faktor yang mempengaruhi usaha peningkatan produktifitas adalah :
Faktor Teknis :
Yaitu faktor yang berhubungan dengan bagaimana melakukan aktifitas
pekerjaan, fasilitas dan metode kerja yang diterapkan untuk bisa mencapai
hasil maksimal.
Faktor manusia ;
Yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha yang dilakukan
manusia di dalam menyelesaikan pekerjaannya.
2.3 Pengertian Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran waktu kerja adalah usaha untuk menentukan lama kerja yang
dibutuhkan seorang pekerja terlatih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang
spesifik pada tingkat kecepatan kerja normal dalam lingkungan kerja yang terbaik
pada saat itu (Sutalaksana, 1979), terdapat 2 jenis pengukuran, yaitu:
1. Pengukuran secara langsung
Pengukuran waktu yang dilakukan terhadap beberapa alternatife sistem kerja
maka yang terbaik dilihat dari waktu penyelesaian tersingkat. Terdapat dua buah
pengukuran kerja secara langsung yaitu pengukuran jam henti (Stop Watch Time
Study) dan Work Sampling. Kelebihan pengukuran ini antara lain praktis,
mencatat waktu saja tanpa harus menggunakan pekerjaan ke dalam elemen-
elemen pekerjaannya. Kekurangan dalam pengukuran ini hanya membutuhkan
waktu lebih lama dan biaya lebih mahal.
2. Pengukuran secara tidak langsung
Pengukuran secara tidak langsung merupakan pengukuran waktu yang ditunjukan
untuk mendapatkan waktu terbaik yang dibutuhkan secara normal. Terdapat 2
buah pengukuran secara tidak langsung yaitu, data waktu baku (standar waktu)
dan data waktu gerakan. Kelebihan yang dimiliki pengukuran seperti ini, waktu
relatife singkat, tanpa mencatat elemen-elemen gerakan pekerja satu per satu,
4
biaya lebih murah dan predeterminated yaitu kemampuan memprediksi suatu
penyelesain pekerjaan. Kekurangan untuk pengukuran ini antara lain seperti,
belum ada tabel waktu gerakan yang menyeluruh. Tabel yang digunakan adalah
untuk orang eropa dan dibutuhkan ketelitian tinggi.
2.3.1 Pengertian Time Study
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study) diperkenalkan
pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Time study ini merupakan
teknik yang paling banyak dikenal karena kesederhanaan aturan pengukuran yang
digunakan. Metode ini baik di aplikasikan pada pekerjaan yang berlangsung
singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran kemudian akan
diperoleh waktu baku, yaitu waktu yang akan digunakan sebagai standar
penyelesaian bagi semua pekerja yang memiliki keahlian dan terlatih di bidang
tersebut yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama untuk menyelesaikan satu
siklus pekerjaan pada kondisi normal.
Waktu baku ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan sebagai berikut :
Perencanaan penggunaan tenaga kerja
Perkiraan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
Penjadwalan proses produksi
Perencanaan pemberian insentif atau bonus untuk karyawan.
Memberikan gambaran output yang dihasilkan oleh pekerja.
Untuk melakukan pengukuran waktu, berikut adalah tahapan-tahapannya :
1. Memberi tahu maksud dan tujuan kepada operator/ pekerja yang akan
dilakukan dan definisikan pekerjaan apa saja yang dilakukan..
2. Mencatat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian
pekerjaan seperti layout, karakteristik/ spesifikasi mesin atau peralatan
kerja lain yang digunakan.
3. Membagi operasi pekerjaan menjadi elemen-elemen pekerjaan yang masih
memungkinkan untuk dilakukan pengukuran waktu.
4. Mengamati, mengukur waktu yang dibutuhkan pekerja delam melakukan
pekerjaan per elemennya
5
5. Menentapkan jumlah siklus pekerjaan yang diukur seberapa banyak dan
dilakukan tes uji keseragaman data untuk memastikan data yang diambil
benar.
6. Menetapkan rate of performans dari pekerja dalam melakukan aktifitas
pekerjaanya. Rate of performans ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja
yang ada dan hanya ditujukan untuk performans pekerja. Untuk elemen
pekerjaan yang dilakukan penuh oleh mesin performans 100%.
7. Menyesuaikan waktu yang telah diambil berdasarkan performans kerja
yang ditunjukan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh
waktu kerja normal.
8. Menetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan
fleksibilitas. Kelonggaran ini untuk menyesuaikan kebetuhan dari operator
untuk menghilangkan faktor lelah, kondisi lingkungan dan kebutuhan
pribadi lainnya.
9. Menentukan (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal dan
waktu longgar.
Gambar 2.1 berikut dapat digambarkan secara sistematis langkah-langkah dalam
kegiatan pengukuran kerja metode waktu jam henti.
Gambar 2. 1 Diagram alir melakukan time study
Pengamatan & Pengukuran
Melakukan pengamatan dan pengukuran
waktu sejumlah N pengamatam untuk
setiap eleman pekerjaan yang dilakukan
Memberikan performance rating dari
pekerja
Elemental Breakdown
Membagi elemen kerja dalam satu siklus
pekerjaannya
Langkah-langkah Persiapan
Mendefinisikan dan memilah pekerjaam
Memberi informasi dan tujuan
Menentukan pekerja yang akan dilakukan
pencatatan dan penghitungan waktu
6
Sebelum dan selama pengukuran diberikan asumsi sebagai berikut :
1. Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan
dibakukan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan pada pekerjaan yang
serupa.
A
Mengecek keseragaman data dan kecukupan data
Keseragaman data
Upper Limit =
Lower Limit =
Cek kecukupan data
2
22)(.05.0/2
'
j
jj
x
xxNN
A
No N’≤N
Yes
Waktu Normal = Waktu observasi rata-rata x
Waktu Normal = waktu normal X R
Waktu standar = Waktu Normal x (1+P)
7
2. Operator sudah mengerti dan memahami prosedur kerja yang benar.
Operator/ pekerja yang dilakukan pengukuran adalah yang kecepatan
bekerjanya standar. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak
jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.
3. Performans kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk
seluruh periode kerja yang ada.
2.3.2 Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Pengukuran
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk dapat memperoleh waktu
hasil pengukuran yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan. Beberapa ini
adalah hal-hal sebelum dilakukan untuk pekerja agar didapatkan hasil pengukuran
yang baik.
a. Menetapkan tujuan pengukuran
Dalam pengukuran kerja, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan
adalah untuk apa hasil pengukuran tersebut akan digunkan dalam kaitannya
dengan proses produksi, tingkat ketelitian, dan tingkat keyakinan yang
diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
b. Melakukan penelitian pendahuluan
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik, bisa dilakukan pengukuran
pendahuluan untuk memastikan kondisi area yang baik, apabila belum baik
bisa dilakukan perbaikan tedahulu seblum dilakukan pengukuran lanjutan.
c. Memilih Operator/ Pekerja
Pekerja yang akan melakukan pekerjaan yang akan diukur adalah pekerja yang
harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu. Operator/ pekerja yang baik
dan memenuhi persyaratan adalah yang berkemampuan rata-rata, bukanlah
pekerja yang berkemampuan rendah maupun berkemampuan tinggi. Selain itu
pekerja juga harus dapat bekerja secara wajar dan tanpa canggung walaupun
dirinya sedang diukur dan pengukuran berada didekatnya.Operator/ pekerja
juga harus mengerti dan menyadari sepenuhnya tujuan dari pengukuran
tersebut.
d. Melatih Operator/ Pekerja
Sebelum dilakukan pengukuran bisa dilakukan pelatihan. Latihan dilakukan
jika yang akan diukur adalah sistem kerja baru dimana operator tidak terbiasa
8
menjalankannya. Bahkan bila sistem kerjanya adalah yang sudah ada selama
ini, pekerja pun bisa kurang menguasai pekerjaannya terutama bila ada
perubahan rancangan yang dilakukan. Dalam keadaan seperti ini pekerja harus
dilatih terlebih dahulu, karena sebelum diukur pekerja harus sudah terbiasa
dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan (telah dibakukan) itu.
Gambar 2.2 menunjukan kurva pengembangan pengusaaan pekerja oleh
operator sejak mulai mengenal sampai terbiasa.
Tingkat Penguasaan
Waktu
Gambar 2. 2 Kurva Belajar
Lengkungan tersebut dikenal dengan lengkungan belajar (learning curve).
Pekerja baru dapat diukur bila sudah berada pada tingkat penguasaan
maksimum yang ditunjukan oleh garis stabil mendatar pada kurva. Pada tingkat
tersebut operator telah memiliki penguasaan paling tinggi yang dapat dicapai,
dimana latihan-latihan dan kebiasaan lebih lanjut tidak akan mengubah
ketinggian tersebut.
e. Mengurai Pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan
Pada pengukuran ini di lakukan pemecahan menjadi elemen-elemen pekerjaan.
Dan elemen-elemen inilah yang diukur waktunya. Jumlah total dari waktu
setiap elemen pekerjaan inilah yang akan membentuk waktu siklus. Waktu
siklus ini sendiri adalah waktu dari awal dilakukan proses sampai menjadi
barang jadi.
Beberapa hal penting kenapa harus membagi pekerjaan menjadi elemen-
elemen pekerjaan :
Menjelaskan catatan tentang cara kerja yang dibakukan untuk dijadikan
sebagai pegangan selama melakukan pengukuran kerja.
9
Memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena
ketrampilan bekerja pekerja belum tentu sama untuk semua bagian dari
gerakan-gerakan kerjanya.
Memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang
mungkin saja dilakukan pekerja.
Memungkinkan dikembangkan data waktu baku atau tempat kerja yang
bersangkutan.
Selain itu, terdapat beberapa pedoman yang dapat memudahkan penguraian
pekerjaan atas elemen-elemenya :
Sesuai dengan ketelitian yang diinginkan, uraikan pekerjaan serinci
mungkin, tapi masih dapat diamati oleh indera pengukur dan dapat
dicatat waktunya
Untuk memudahkan, elemen-elemen pekerjaan hendaknya berupa satu
atau beberapa elemen gerakan
Jangan sampai ada elemen yang tertinggal
Elemen yang satu hendaknya dipisahkan dari elemen yang lain secara
jelas.
f. Menyiapkan Perlengkapan Pengukuran
Langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu menyiapkan
perlengkapan yang diperlukan, dimana perlengkapan tersebut meliputi :
Jam henti (stopwatch)
Lembaran-lembaran pengamatan
Pena atau pencil untuk mencatat pengamatan
Papan pengamatan
2.3.3 Melakukan Pengukuran Waktu
Pertama yang dilakukan dalam pengukuran pendahuluan adalah melakukan
beberapa buah pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Setelah
pengukuran tahap pertama dilakukan, selanjutnya melakukan tahap–tahap
kegiatan menguji keseragaman data dan menghitung jumlah pengukuran yang
harus dilakukan. Apabila pengukuran belum mencukupi maka harus dilakukan
lagi pengambilan data tambahan, untuk mengejar jumlah minimum pengukuran
10
yang harus dilakukan.untuk kecermatan setelah pengukuran memenuhi syarat
kecukupan data seperti yang telah dihitung, dilakukan lagi uji keseragaman dan
kecukupan data. Begitu juga selanjutnya sampai jumlah semua pengukuran
dinyatakan mencukupi pada tingkat ketelitian dan keyakinan yang diyakini
dengan penghitungan sebelumnya. Sampai didapatkan waktu yang yang sesuai
yang diharapkan.
2.3.4 Pengujian Keseragaman Data
Hal yang perlu sangat diperhatikan dalam mengambil data dari tiap-tiap elemen
pekerjan adalah data tersebut harus seragam. Untuk memastikan data tersebut
seragam bisa dilakukan uji keseragaman data (uniform check).
Biasanya untuk mendapatkan keseragaman data bisa menggunakan peta kontrol,
peta kontrol adalah hal yang sering dilakukan untuk memastikan data yang
diambil adalah seragam, data yang diambil harus dari tempat yang sama, bila data
tersebut berada diantara kedua batas konrol yang dihitung sebelumya.
Langkah-langkah pengujian keseragaman data dengan menggunakan peta control
adalah sebagai berikut ;
1. Mengelompokan hasil pengukuran masing-masing elemen kerja.
2. Menghitung waktu penyelesaian rata-rata setiap elemen kerja.
3. Menghitung standar deviasi dari harga rata-rata untuk setiap elemen pekerjaan
k
XX i
2
(2-
4)
: Standard deviation
: Average data
: Data ith
4. Menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB)
BKA = + б (2-5)
BKB = - б (2-6)
11
5. Memplotkan masing-masing harga Xi beserta BKA dan BKB kedalam peta
kontrol. Jika terdapat Xi yang berada diluar batas kontrol, maka data tersebut
tidak dipakai lagi dalam perhitungan selanjutnya.
2.3.5 Pengujian Kecukupan Data
Pada saat melakukan pengukuran kerja pada dasarnya sama seperti melakukan
aktifitas sampling, dimana mengambil contoh perilaku obyek yang diamati. Sama
halnya dengan kegiatan sampling lainnya, bahwa semakin besar jumlah siklus
kerja yang diamati/ diukur maka akan semakin mendekati kebenaran akan data
waktu yang diperoleh. Konsistensi dari hasil pengukuran dan pembacaan waktu
oleh stopwatch merupakan hal yang diinginkan dalam proses pengukuran kerja,
semakin kecil variasi data waktu yang ada, jumlah pengukuran/ pengamatan yang
harus dilakuan juga cukup kecil dan sebaliknya
Untuk menetapkan berapa jumlah ob N’) maka
ditetapkan terlebih dahulu tingkat kepercayaan dan derajat ketelitian untuk
pengukuran kerja ini. Aktifitas pengukuran kerja dalam hal ini menggunakan
tingkat kepercayaan 95% dan derajat ketelitian 5%. Ini berarti bahwa sekurang-
kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari waktu yang diukur untuk suatu elemen
pekerjaan memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5%, berikut adalah formulasi
yang digunakan untuk menentukan jumlah minimal dari data yang harus diambil
setiap elemen pekerjaannya :
222
)(.05.0/2'
j
jj
x
xxNN
(2-7)
Dimana :
N’ = J h g h y
N = Jumlah pengamatan yang dilakukan
X = Data waktu pengamatan
A b N’ < N
demikian sebaliknya.
12
2.3.6 Melakukan Perhitungan Waktu Baku
Setelah mendapatkan semua data yang diperlukan dan memiliki keseragaman
yang sama, dan jumlahnya memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan
yang diinginkan, Selanjutnya adalah mengolah data-data tersebut sehingga
memperoleh waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang
telah terkumpul itu adalah sebagai berikut :
a. Menghitung waktu siklus rata-rata, yaitu waktu penyelesaian rata-rata
tiap satuan produksi selama pengukuran
N
b. Menghitung waktu normal/ Normal Time, dengan :
Dengan p adalah faktor penyesuaian, faktor ini diperhitungkan jika
pengukur berpendapat bahwa pekerja dengan kecepatan tidak wajar
sehingga perlu dilakukan penyesuaian atau dinormalkan dulu, pada
perhitungan waktu yang bertujuan untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata
yang wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar, faktor penyesuaiannya, p,
sama dengan 1, jika terlalu lambat maka untuk menormalkan kembali
pengukur harus memberi harga p<1, dan sebaliknya p>1, jika dianggap
terlalu cepat dari yang normal.
c. Menghitung Waktu baku/ Standard Time
b + A
Dengan kelonggaran atau allowance yang diberikan kepeda pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal, kelonggaran ini
diberikan untuk beberapa hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa
fatigue, dan gangguan-ganguan yang mungkin terjadi yang tidak dapat
dihindarkan oleh pekerja. Kelonggaran dinyatakan dalam persen (%) dari
waktu normal.
13
2.3.7 Penyesuaian
Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja
yang ditunjukan operator. Ketidakwajaran kerja dapat saja terjadi, seperti bekerja
tidak sungguh-sungguh, ataupun bekerja dengan kecepatan yang tidak seperti
biasanya. Jika muncul ketidakwajaran, maka pengukur harus mengetahuinya dan
menilai seberapa jauh hal ini terjadi. Jadi, jika pengukur mendapatkan harga rata-
rata siklus/ elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh
operator maka agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus
menormalkan dengan melakuan penyesuaian.
Penyesuaian dilakukan dengan cara mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu
elemen rata-rata dengan harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga
p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh
mencerminkan waktu normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja
diatas normal (terlalu cepat) maka harga p-nya akan lebih besar dari satu (p>1);
sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga p akan
lebih kecil dari satu (p<1).
2.3.8 Menentukan Faktor Penyesuaian
Besarnya faktor penyesuaian ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya
selama melakukan pengukuran, jadi sesuai yang terlihat selama pengukuran,
pengukur menentukan harga p yang menurut pendapatnya menghasilkan waktu
normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Beberapa cara lain dalam
menentukan faktor penyesuaian, adalah cara Shumard dan cara Westinghouse.
Cara Shumard
Dengan cara ini memberikan patokan penilaian melalui kelas-kelas
performansi kerja dimana dalam setiap kelas mempunyai nilai tersendiri.
Lihat tabel 2.1
Tabel 2. 1 Faktor Penyesuaian Shumard
Kelas Penyesuaian
Kelas Penyesuaian
Superfast 100
Good - 65
Fast + 95
Normal 60
14
Fast 90
Fair + 55
Fast - 85
Fair 50
Excelent 80
Fair - 45
Good + 75
Poor 40
Good 70
Cara Westhinghouse
Cara ini mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan keadaan
kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu ketrampilan, usaha, kondisi
kerja, dan konsistensi, setiap faktor terbagi dalam kelas-kelas dengan nilainya
masing-masing.
Ketrampilan didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan ketrampilan tetapi hanya sampai
ketingkat tertentu saja, tingkat mana yang merupakan kemampuan maksimal yang
dapat diberikan pekerja yang bersangkutan.
Westinghouse membagi juga kelas-kelas untuk usaha atau effort dengan ciri-ciri
tersendiri. Yang dimaksud usaha adalah kesungguhan yang ditunjukan atau
diberikan operator ketika melakukan pekerjaanya.
Tabel 2.2 adalah panduan untuk memberikan penyesuaian dengan cara