Top Banner
Metodologi Penelitian Sosial Edisi Kedua
185

difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Oct 27, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Metodologi Penelitian

Sosial Edisi Kedua

Page 2: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

BA 01.46.1703

Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. Purnomo Setiady Akbar, M.Pd.

Metodologi Penelitian

Sosial Edisi Kedua

METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL

Oleh : Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. Pumomo Setiady

Page 3: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Akbar, M.Pd.

Diterbitkan oleh PT Bumi Aksara Jl. Sawo Raya No. 18 Jakarta 13220

Edisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset

ISBN (13) 978-979-010-428-0 ISBN (10) 979-010-428-6

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

HUSAINI, Usman. Metodologi penelitian sosial/Husaini Usman; Purnomo

Setiady Akbar; Editor: Rini Rachmatika. — Ed. 2, Cet. 1. — Jakarta: Bumi Aksara, 2008. xiv, 170 him.; 21 cm.

ISBN (13) 978-979-010-428-0 ISBN (10) 979-010-428-6

1. Penelitian I. Judul. II. Rini Rachmatika

106.321

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan dengan cara apa pun juga, baik secara mekanis maupun elektronis, termasuk fotokopi, rekaman, dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit.

Page 4: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

BA 01.46.1703

Buku ini disusun dengan judul Pengantar Metodologi Penelitian Sosial sebagai penuntun masyarakat yang berminat untuk membuat proposal penelitian. Sesuai dengan judulnya, isi buku ini lebih menekankan pada penerapan metodologi penelitian sosial.

Materi buku ini disusun berdasarkan pengalaman penulis sebagai peneliti dan bahan-bahan bacaan seperti yang terdapat dalam daftar bacaan, terutama sangat dipengaruhi oleh bukunya Jujun S. Suriasumantri yang berjudul Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (1988).

Buku ini semula membahas langkah-langkah metode penelitian kuantitatif, kemudian metode penelitian kualitatif. Sebab dengan dikuasainya metode kuantitatif, maka akan lebih mudah mempelajari metode kualitatif.

Kedua metode tersebut berakar pada filsafat yang bertentangan. Kuantitatif berakar pada positivisme dan kualitatif berakar pada fenomenologis. Walaupun demikian, kita tidak perlu mempertentang- kannya. Karena masing-masing dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu menurut caranya sendiri-sendiri. Di samping itu, tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan kuantitatif. Begitu juga sebaliknya, tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan kualitatif. Sebagai peneliti yang berwawasan luas, kedua metode tersebut

Prakata

V

Page 5: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0
Page 6: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

seyogianya dikuasai sehingga dapat memecahkanberbagai masalah sosial secara lebih bijaksana.

Buku ini terdiri atas 11 bab yang meliputi pendahuluan; pengajuan masalah; penyusunan kerangka teoretis dan pengajuan hipotesis; metodologi penelitian; hasil penelitian dan pembahasan; kesimpulan, diskusi, implikasi, dan saran; penelitian kualitatif; penelitian deskriptif; penelitian percobaan (eksperimen), penelitian evaluatif; penelitian tindakan kelas.

Setelah membaca buku ini, diharapkan mahasiswa dapat membuat sebuah rencana usulan (proposal) penelitian dengan baik. Rencana usulan penelitian ini dapat disajikan dalam mata kuliah Seminar Penulisan Skripsi. Dalam seminar tersebut, mahasiswa yang bersangkutan mendapat umpan balik baik dari rekan-rekannya maupun dosen-dosennya sehingga mahasiswa sudah siap dengan sebuah usulan penelitian yang relatif baik untuk dilanjutkan dengan pembuatan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini belumlah sempuma. Oleh karena itu, saran konstruktif dari pembaca sangatlah dinantikan dengan senang hati. Atas sarannya diucapkan terima kasih.

Akhimya, penulis berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

PenulisPRAKATA ............................................................................................... v

DAFTAR TABEL..................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. ................................................................................ Proses

Manusia Mencari Kebenaran ....................................... ........ 1

B. ..........................................................................................

Etika Penelitian .......................................................................... 2

C. ..........................................................................................

Macam-Macam Penelitian .......................................................... 3

vi Metodologi Penelitian Sosial

Page 7: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

DAFTARISI

D. ..........................................................................................

Unsur-Unsur Penelitian Ilmiah.................................................... 6

E.

Langkah-Langkah Metode Penelitian Kuantitatif .... 12

BAB 2 PENGAJUAN MASALAH .................................................... 16

A. ..........................................................................................

Latar Belakang Masalah ........................................................... 17

B. ..........................................................................................

Identifikasi Masalah ................................................................. 18

C. ..........................................................................................

Pembatasan Masalah ................................................................ 24

D. ..........................................................................................

Perumusan Masalah .................................................................. 27

E. ..........................................................................................

Tujuan Penelitian .................................................................... 30

F. ..........................................................................................

Daftar Isi 7

Page 8: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Kegunaan Penelitian ................................................................. 31BAB 3 PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIS, KERANGKA

BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ......................... 33 A. Deskripsi Teoretis dan Pembahasan Hasil Penelitian

Sebelumnya ....................................................................... 33 B. ..........................................................................................

Kerangka Berpikir .................................................................... 34

C. ..........................................................................................

Asumsi ..................................................................................... 36

D. .......................................................................................... Perumusan Hipotesis ................................................................ 38

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 41

A. ..........................................................................................

Tempat Penelitian/Waktu Penelitian .......................................... 41

B. ..........................................................................................

Metode Penelitian ..................................................................... 41

C. ..........................................................................................

8 Metodologi Penelitian Sosial

Page 9: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

DAFTARISI

Penentuan Variabel Pokok ........................................................ 42

D. ..........................................................................................

Penentuan Populasi ................................................................... 42

E.

Teknik Pengambilan Contoh (Teknik Sampling) 43

F.

Penentuan Besamya Anggota Sampel (Sample Size) 46

G Teknik Menghitung Besamya Anggota Sampel 47 H. Kesalahan Umum dalam Menentukan Besar Anggota Sampel .

51 I. ........................................................................................... Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 52 J. Kesalahan Umum Penggunaan Angket, Wawancara,

dan Observasi dalam Penelitian .......................................... 69 K. TeknikAnalisis Data ............................................................. 70

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 71

A. ..........................................................................................

Hasil Penelitian ........................................................................ 71

B. ..........................................................................................

Pembahasan .............................................................................. 73

Daftar Isi 9

Page 10: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

*

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, IMPLIKASI, DAN

SARAN .................................................................................... 75

A. Kesimpulan ....................................................................... 75

B. Diskusi .............................................................................. 75

C. Implikasi ........................................................................... 76

D. Saran ................................................................................. 76

BAB 7 PENELITIAN KUALITATIF .................................................. 78

A. Pendahuluan ...................................................................... 78

B. Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif .............................. 80

C. Ciri-Ciri Metode Kualitatif................................................. 99

D. Perbedaan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif 100 E. Menjembatani Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif

dengan Metode Penelitian Kualitatif ............ 105 F. Contoh Kerangka Usulan Penelitian ............................... 106 G. Contoh Kerangka Laporan Penelitian Kuantitatif (untuk yang

Menggunakan Sampel) ..................................................... 108 H. Contoh Sistematika Laporan Penelitian Kualitatif.... Ill I. Contoh Sistematika Laporan Campuran Penelitian Metode

Kualitatif dengan Penelitian Kuantitatif 114 J. Contoh Sistematika Laporan Campuran Penelitian

Metode Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif 115

K. Penilaian Mutu Laporan Penelitian Kuantitatif 116

L. Penilaian Mutu Laporan Penelitian Kualitatif 124

BAB 8 PENELITIAN DESKRIPTIF ................................................. 129

A. Pendahuluan .................................................................... 129

B. Ciri-Ciri Penelitian Deskriptif ..................................... 130 C. Jenis-Jenis Penelitian Deskriptif dan Persyaratannya 130 D. .........................................................................................

Daftar Isi x

Page 11: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

DAFTAR TABEL

Contoh Penelitian Deskriptif Biasa .......................................... 133 E. Contoh Sistematika Laporan Penelitian Deskriptif Kuantitatif..

136

BAB 9 PENELITIAN PERCOBAAN (EKSPERIMEN)... 138

A. .........................................................................................

Pendahuluan ........................................................................... 138

B. .........................................................................................

Ciri-CiriPenelitianPercobaan................................................... 138

C. ......................................................................................... Jenis-Jenis Penelitian Percobaan ............................................. 139

BAB 10PENELITIAN EVALUATIF..................................................... 144

A. .........................................................................................

Pendahuluan ........................................................................... 144

B.

Ciri-Ciri danPersyaratanPenelitian Evaluatif 145

C. ......................................................................................... Langkah-Langkah Penelitian Evaluatif .................................... 145

BAB 11 PENELITIAN TINDAKAN KELAS ........................................ 147

A. .........................................................................................

Pendahuluan ........................................................................... 147

B. ................................................................................ Ciri-

Ciri PTK dan PTS ............................................................... 148

C. .........................................................................................

Prinsip-Prinsip Tindakan......................................................... 150

D. Isi Garis Besar Sistematika Laporan PTK atau PTS 154

Daftar Tabel xi

Page 12: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 159

LAMPIRAN ......................................................................................... 165

PROFIL PENULIS ................................................................................ 169

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Administrasi .................................................... 21 Tabel 3.1 Contoh Hubungan Rumusan Masalah dengan Rumus-

an Hipotesis Penelitian ........................................................... 40 Tabel 4.1 Matriks Sosiometrik ................................................................. 62

Tabel 5.1 Keputusan untuk Memilih Teknik Analisis Korelasi yang Tepat ..................................................................................... 73

Tabel 7.1 Contoh Analisis dan Display Data ............................................ 86

Tabel 7.2 Perbedaan Istilah dalam Kuantitatif dan Kualitatif 98

Tabel 7.3 Perbedaan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif 100

xi i Metodologi Penelitian Sosial

Page 13: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Fungsi Teori ........................................................................... 9 Gambar 1.2 HubunganAsimetris Tunggal (Hubungan Bivariat).. 11 Gambar 1.3 Hubungan Multivariat ........................................................... 11 Gambar 1.4 Contoh Hubungan Antarvariabel ........................................... 12 Gambar 1.5 Langkah-Langkah Penelitian dengan Pendekatan

Kuantitatif .......................................................................... 14 Gambar 4.1 Anggota Sampel yang Ideal .................................................. 46 Gambar 5.1 StatistikaDeskriptif ............................................................... 72 Gambar 7.1 Pohon Penelitian Kualitatif menurut Miles dan

Huberman (2004) ............................................................... 79 Gambar 7.2 Prosedur Penelitian ............................................................... 80 Gambar 7.3 Proses Penelitian Grounded ................................................ 81 Gambar 7.4 Komponen-Komponen Analisis Data Model Alir 87 Gambar 7.5 Model Interaktif.................................................................... 88 Gambar 7.6 Analisis Data Versi Keeves ................................................... 90 Gambar 7.7 Perancangan Penelitian Kuantitatif ...................................... 103 Gambar 7.8 Perancangan Penelitian Kualitatif........................................ 104 Gambar 11.1 Alur Penalaran PTK dan PTS ............................................ 150

Daftar Gambar xi i i

Page 14: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Gambar 11.2 Salah Satu Model PTK atau PTS ....................................... 152s

PENDAHULUAN

A. PROSES MANUSIA MENCARI KEBENARAN Kebenaran dapat ditemukan melalui proses nonilmiah dan ilmiah. Proses nonilmiah meliputi: (1) akal sehat (common senses), (2) intuitif, (3) trial and error, (4) otoritas, (5) prasangka, dan (6) wahyu. Adapun proses ilmiah melalui penelitian.

1. Akal Sehat

Akal sehat merupakan konsep yang memuaskan untuk digunakan secara praktis. Akal sehat dapat menghasilkan kebenaran dan dapat pula menyesatkan. Misalnya, pada abad ke-19, menurut akal sehat banyak pemimpin percaya bahwa hukuman terhadap badan merupakan alat utama dalam kepemimpinannya. Hasil penelitian dalam bidang psikologi

Page 15: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

menunjukkan bahwa bukan hukuman yang merupakan alat utama dalam kepemimpinan, melainkan ganjaran.

2. Intuitif

Kebenaran dengan intuitif diperoleh secara cepat melalui proses yang tidak disadari atau tanpa berpikir terlebih dahulu. Dengan intuitif orang memberikan penilaian atau keputusan tanpa suatu renungan. Kebenaran melalui intuitif sukar dipercaya karena tanpa menggunakan langkah- langkah yang sistematis. Metode ini disebut metode apriori. Dalil-dalil seorang yang apriori yang cocok dengan penawarannya, belum tentu cocok dengan pengalaman atau data empiris.

3. Trial and Error Kebenaran melalui trial and error dilakukan secara coba-coba tanpa kesadaran akan pemecahan masalah tertentu. Pemecahan teijadi secara kebetulan. Cara ini umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol.

4. Otoritas Kebenaran diterima melalui otoritas atau kewibawaan seorang ilmuwan atau pejabat tertentu. Pendapat mereka umumnya sering diterima orang tanpa diuji, karena dipandang sudah benar. Namun, pendapat otoritas ilmiah itu tidak selamanya benar.

5. Prasangka Kebenaran melalui akal sehat dipengaruhi kepentingan orang yang melakukannya sehingga akal sehat berubah menjadi prasangka. Orang sering tidak menghendaki keadaan.

6. Wahyu Kebenaran yang didasarkan pada wahyu bukanlah disebabkan penalaran manusia secara aktif, tetapi diturunkan Allah swt. kepada rasulullah dan nabi. Kebenaran ilmiah diperoleh melalui penelitian ilmiah yang dibangun dari teori tertentu. Penelitian ilmiah mempunyai ciri-ciri sistematis, logis, empiris, reduktif, dapat diulangi {replicable), berguna bagi pihak yang membutuhkannya (transmitable), objektif (apa adanya), konsisten (ajeg), ketelitian {correct), ketepatan {precision), dapat diuji {verification), rasional,

2 Metodologi Penelitian Sosial

Page 16: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

dan kesimpulannya bersifat kondisional.

B. ETIKA PENELITIAN Etika penelitian yang perlu ditaati para peneliti antara lain (1) bidang yang diteliti sesuai dengan keahlian peneliti; (2) peneliti hams merahasiakan semua informasi yang diperoleh dari responden sehingga nama-nama responden harus dituliskan dalam bentuk kode-kode atau inisial; (3) peneliti tidak menuntut responden untuk bertanggung jawab atas informasi yang telah disampaikannya; (4) peneliti tidak memaksakan kehendaknya agar responden memberikan informasi kepadanya; (5) peneliti tidak mengubah informasi responden dengan pengertian yang berbeda atau bertolak belakang atau mengganti angka di dalam tabulasi data yang berbeda dengan angka responden sebenamya.

C. MACAM-MACAM PENELITIAN Penelitian dapat dibagi menurut bidang, tempat, pemakaian, tujuan, waktu, dan jenisnya seperti tertera berikut ini. (1) Bidang Administrasi, pendidikan, ekonomi, biologi, dan

sebagainya. (2) Tempat :Laboratorium, perpustakaan, dan lapangan (kancah). (3) Pemakaian : Mumi (pure research) dan penelitian terapan (ap

plied research), dan penelitian evaluasi (evaluation research).

(4) Tujuan : Eksploratif, developmental, dan verifikatif. (5) Waktu : Longitudinal dan cross-sectional. (6) Jenis : Historikal, deskriptif, developmental, studi kasus,

korelasional, kausal komparatif, eksperimental, kuasi eksperimental, dan tindakan.

(7) Metode : Kuantitatif dan kualitatif. (8) Logika : Deduktifdan induktif. (9) Filsafat : Positivisme atau postpositivisme atau naturalistik

(fenomenologis).

Bab 1 Pendahuluan 3

Page 17: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Penelitian di atas mempunyai maksud dan penggunaannya masing- masing, yakni sebagai berikut.

1. Penelitian Historis (Historical Research) Penelitian historis bermaksud membuat rekonstruksi masa latihan secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesis bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat.

Contohnya, suatu penelitian tentang praktik administrasi di zaman penjajahan, asal usul dan pelaksanaan konsep kepemimpinan di zaman revolusi, pengujian hipotesis bahwa Ratu Shima melaksanakan perikeadilan tanpa pandang bulu, dan sebagainya.

2. Penelitian Deskriptif (.Descriptive Research)

Penelitian deskriptif bermaksud membuat pemeriaan (penyandaraan) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat- sifat populasi tertentu.

Contohnya, studi tentang populasi tertentu, sensus, survei pendapat masyarakat, analisis dokumen, laporan insiden kritis (critical incident report), analisis skor tes, dan observasi staf terhadap praktik administrasi untuk teknisi menengah.

3. Penelitian Perkembangan {Developmental Research)

Penelitian perkembangan bermaksud menyelidiki pertumbuhan atau perubahan sesuatu sebagai fimgsi waktu.

Contohnya, suatu studi longitudinal tentang proses menjadi manajer, yaitu mulai dari bawahan sampai taraf manajer kecenderungan konsumerisme selama 20 tahun terakhir; proyeksi populasi pegawai negeri sebelum dan sesudah Perang Dunia II; perubahan pola pergaulan muda- mudi setelah Sumpah Pemuda 1928; pertumbuhan nilai individu sejalan dengan makin menipisnya semangat gotong royong 1980-2000.

4. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan {Case Study Research and Field Study Research)

Penelitian kasus dan penelitian lapangan bermaksud mempelajari secara

4 Metodologi Penelitian Sosial

Page 18: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga, dan masyarakat.

Contohnya, studi secara intensif tentang sosial kebudayaan suatu kota metropolitan, studi lapangan tentang kelompok masyarakat terpencil, dan lain-lain. 5. Penelitian Korelasi (Correlation Research)

Penelitian korelasi bermaksud mendeteksi seberapa jauh variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya.

Contohnya, studi yang mempelajari saling hubungan antara skor kepemimpinan dengan prestasi kerja; studi secara analisis faktor mengenai tes kepribadian; studi untuk meramalkan keberhasilan kepemimpinan berdasarkan tes bakat.

6. Penelitian Kausal Komparatif (Causal Comparative Research)

Penelitian ini bermaksud mencari kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengamati akibat yang sekarang ada dan mencoba mencari kemungkinan sebabnya dari data yang dikumpulkan. Adapun penggunaannya untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang menimbulkan pemberhentian pegawai dengan menganalisis data siswa selama tahun terakhir; mencari kesamaan atau perbedaan kelompok dengan menggunakan data yang ada, misalnya perokok; pola kepemimpinan pada hasil-hasil atau kesuksesan manajemen perkantoran.

7. Penelitian Eksperimental Sungguhan (True Experimental Research) Penelitian eksperimental sungguhan bermaksud mencari kemungkinan hubungan sebab akibat dengan memberikan perlakuan khusus terhadap kelompok coba dan membandingkannya dengan kelompok banding.

8. Penelitian Eksperimental Semu (Quasi Experimental Research) Penelitian eksperimental semu bermaksud mencari hubungan sebab akibat kehidupan nyata, di mana pengendalian ubahan sulit atau tidak mungkin dilakukan, pengelompokan secara acak mengalami kesulitan, dan sebagainya. Misalnya, classroom-experiments, eksperimen dengan modul, penerapan behavior-conditioning dalam manajemen dan penguasaan kelas.

Bab 1 Pendahuluan 5

Page 19: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Contohnya, penelitian ada yang memakai pre-test!'post-test, yang di dalamnya terdapat variabel-variabel, seperti kematangan, kepribadian, dan sebagainya.

9. Penelitian Tindakan {Action Research)

Penelitian tindakan bermaksud mengembangkan keterampilan- keterampilan barn atau cara pendekatan barn untuk memecahkan masalah di dunia keija atau dunia aktual yang lain.

Contohnya, suatu program trainer of trainer untuk melatih para widyaiswara; penataran keterampilan guru/instruktur, program penjajagan dalam pencegahan kecelakaan pada pendidikan pengemudi; untuk memecahkan masalah apatisme dalam penggunaan teknologi modem atau metode keija yang inovatif.

D. UNSUR-UNSUR PENELITIAN ILMIAH Penelitian ilmiah dapat dilakukan dengan baik jika peneliti mengetahui berbagai unsur penting dalam suatu penelitian, yaitu konsep awal, konsep sederhana, istilah, definisi, pengertian, faktor, proposisi atau embrio teori, konsep lanjutan atau teori, hukum atau dalil, asumsi dasar atau postulat, evidensi atau bukti atau premis, hipotesis, definisi operasional, dan variabel.

Konsep awal ialah fakta yang diserap indrawi, direkam oleh otak untuk diungkapkan kembali. Konsep awal diabstraksikan dengan nama atau lambang yang disebut konsep sederhana. Nama dan lambang yang dipersepsi sama disebut istilah. Istilah yang dijelaskan secara khusus disebut definisi. Definisi dijelaskan secara khusus disebut pengertian.

Fakta yang memengaruhi disebut faktor. Hubungan antarfaktor atau konsep yang dapat dinilai benar atau salah disebut proposisi. Proposisi ini disebut juga sebagai embrio teori. Hubungan proposisi secara khusus atau konsep yang terkait sistematis dengan definisi dan proposisi sehingga dapat menjelaskan gejala disebut konsep lanjutan atau teori. Teori yang teruji dan bertahan disebut hukum atau dalil.

Fakta yang tidak perlu diuji kebenarannya disebut asumsi dasar atau postulat. Rumusan proposisi untuk diuji secara empiris atau pemyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya secara empiris disebut hipotesis.

6 Metodologi Penelitian Sosial

Page 20: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Definisi operasional ialah petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Variabel ialah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai.

Konsep dipakai peneliti untuk menggambarkan abstraksi suatu gejala sosial atau gejala alamiah. Misalnya, untuk menggambarkan prestasi keija pegawai dikenal konsep produktivitas. Untuk menggambarkan keinginan manusia dikenal konsep motivasi. Dengan demikian, konsep dapat pula disebut sebagai generalisasi dari sekelompok gejala tertentu sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai gejala yang sama. Dalam kenyataannya, konsep mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep dengan kenyataan, semakin mudah konsep tersebut diukur. Konsep-konsep ilmu sosial sangat umum dan abstrak berbeda dengan konsep-konsep ilmu alam yang konkret.

Dalam ilmu sosial, proposisi biasanya disebut sebagai pemyataan tentang hubungan antara dua konsep atau lebih. Misalnya, proposisi keija sama antara pemimpin dengan pengikutnya adalah salah satu faktor penentu perilaku organisasi mereka.

Teori ialah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari gejala. Sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematis antara gejala sosial maupun gejala alam adalah teori, yaitu rangkaian yang logis dari satu proposisi atau lebih. Teori merupakan informasi ilmiah yang didapat dengan cara meningkatkan abstraksi pengertian maupun hubungan proposisi.

Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta. Fakta didapat atau dibuktikan secara empiris. Teori berfungsi untuk mengarahkan perhatian atau untuk menerangkan, merangkum pengetahuan, meramalkan fakta, dan memeriksa gejala.

Teori juga berfungsi untuk memutuskan dalam pengajuan masalah, judul, penyusunan kerangka teoretis, pengajuan hipotesis, metodologi penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Jangan mengajukan masalah yang tidak ada teorinya karena masalah yang muncul nanti akan dipecahkan dengan landasan teori yang kuat. Jangan membuat judul yang tidak ada teorinya karena akan menyulitkan penelitian dalam membuat kerangka teoretisnya di Bab II kelak. Jangan membuat kerangka teoretis atau landasan

Bab 1 Pendahuluan 7

Page 21: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

teoretis tanpa teori karena namanya saja sudah teoretis artinya bersifat teori. Jadi, teori harus ada. Jangan menyusun hipotesis tanpa teori karena hipotesis diturunkan dari landasan teori utama (grand theory) yang secara deduktif menjadi kerangka berpikir peneliti dan akhimya menjadi hipotesis. Jangan melakukan penelitian tanpa teori karena metode penelitian ada teorinya yang disebut metodologi penelitian.

Dalam metodologi penelitian terdapat cara menentukan besar sampel yang representatif (mewakili), cara atau teknik mengumpulkan data, dan teknik analisis data (statistik). Jangan membahas hasil penelitian tanpa teori karena pembahasan harus dibedah dengan “pisau teori” agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ilmiah artinya berdasarkan ilmu. Ilmu biasanya dalam bentuk teori-teori yang telah disusun secara sistematis dengan menggunakan istilah-istilah khusus sesuai dengan bidang ilmunya (jargon). Fungsi teori dalam penelitian kuantitatif dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.1.

Teori dan fakta saling berhubungan. Teori dapat mengungkapkan fakta-fakta baru. Sebaliknya, fakta dapat melahirkan teori barn. Semakin kompleks suatu teori, semakin banyak proposisi yang digabungkan. Fakta berfungsi untuk menolak teori yang ada, melahirkan teori baru, dan mempertajam teori yang telah ada.

Definisi operasional berfungsi untuk mengetahui cara mengukur suatu variabel sehingga seseorang dapat pula mengetahui baik buruknya suatu pengukuran. Definisi operasional ini biasanya diungkapkan dalam bagian pendahuluan suatu laporan penelitian atau setelah perumusan hipotesis.

Variabel ialah sebuah konsep yang mempunyai nilai. Contohnya, seks adalah variabel karena mempunyai nilai laki-laki dan perempuan. Demikian pula berat badan, tinggi badan, umur, pendidikan, golongan, semuanya adalah variabel. Dalam penelitian sosial dikenal dua bentuk variabel, yaitu variabel kategorial dan variabel bersambungan atau kontinu. Variabel kategorial terdiri atas variabel nominal yang bersifat deskrit dan saling pilah. Misalnya, jenis kelamin, status perkawinan, jenis pekeijaan, dan lain-Iain.

8 Metodologi Penelitian Sosial

Page 22: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Variabel bersambungan terdiri atas variabel ordinat, interval, dan variabel rasio. Fungsi variabel terdiri atas variabel bebas, dependen, moderator, intervening, dan kendali.

1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel ini disebut juga variabel stimulus, variabel prediktor, variabel antecedent, dan ubahan bebas atau variabel yang memengaruhi. Variabel bebas ialah ubahan yang menj adi sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Misalnya, input adalah variabel bebas yang memengaruhi output.

2. Variabel Dependen (Dependent Variable)

Variabel ini disebut juga sebagai variabel output, variabel kriteria, variabel konsekuen, variabel terikat atau ubahan tidak bebas. Variabel dependen ialah ubahan terikat yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya

Bab 1 Pendahuluan 9

Page 23: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

pengaruh variabel independen.

3. Variabel Moderator (Moderator Variable)

Variabel moderator ialah ubahan yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan atau perbedaan antara variabel independen dan dependen. Variabel moderator merupakan ubahan yang dapat diukur, dimanipulasi, atau dipilih peneliti. Contohnya, lingkungan adalah variabel moderator.

4. Variabel Intervening (Intervening Variable)

Variabel intervening ialah ubahan yang secara teoretis memengaruhi hubungan variabel independen dengan variabel dependen, tetapi tidak dapat diukur atau dimanipulasi. Contohnya, proses adalah variabel intervening.

5. Variabel Kendali (Control Variable)

Variabel kendali ialah ubahan yang ditentukan peneliti jika akan melakukan penelitian yang bersifat komparatif. Contohnya, standar adalah variabel kendali.

Masalahnya ialah bagaimana memutuskan fungsi variabel-variabel tersebut?

Untuk menentukan variabel independen dan dependen tergantung dari landasan teori yang dipakai. Misalnya, ada teori yang menyatakan bahwa waskat dapat meningkatkan disiplin, maka jelaslah bahwa yang menjadi variabel independennya ialah waskat, sedangkan variabel dependennya ialah disiplin. Untuk menentukan mana yang menjadi variabel intervening, kendali, dan moderator diperlukan latihan dan pengalaman penelitian. Variabel dalam suatu penelitian ditentukan oleh landasan teoretisnya dan ditegaskan oleh hipotesisnya. Jumlah variabel penelitian ditentukan oleh sopistifikasi rancangan penelitiannya. Semakin sederhana rancangan penelitian, semakin sedikit jumlah variabelnya. Demikian pula sebaliknya.

Inti penelitian ilmiah ialah mencari hubungan antara variabel. Jenis hubungan antara variabel terdiri dari simetris, timbal balik, dan asimetris. Variabel memiliki hubungan simetris jika variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel yang lainnya. Variabel memiliki hubungan timbal balik jika suatu variabel menjadi sebab dan juga akibat dari

10 Metodologi Penelitian Sosial

Page 24: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

variabel lainnya. Variabel memiliki hubungan asimetris jika satu atau lebih dari variabel bebasnya memengaruhi variabel terikat lainnya. Hubungan asimetris inilah yang paling banyak digunakan dalam penelitian sosial. Hubungan asimetris tunggal seperti Gambar 1.2 di bawah ini.

Gambar 1.2 Hubungan Asimetris Tunggal (Hubungan Bivariat)

Gambar hubungan asimetris lebih dari dua variabel seperti Gambar 1.3 dan Gambar 1.4 berikut ini.

Gambar 1.3 Hubungan Multivariat

Gambar 1.4 Contoh Hubungan Antarvariabel

Bab 1 Pendahuluan 1 1

Page 25: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

E. LANGKAH-LANGKAH METODE PENELITIAN KUAN-TITATIF

Sebenamya, banyak sekali bentuk-bentuk langkah penelitian yang dapat kita jumpai dalam berbagai buku pedoman penulisan penelitian. Namun, bentuk luamya boleh saj a berbeda, asalkan j iwa dan penalarannya tetap sama. Pemilihan bentuk langkah-langkah penelitian dari khazanah yang tersedia merupakan masalah selera (preferensi perseorangan) atau otoritas lembaga dengan mempertimbangkan berbagai faktor lainnya, seperti masalah apa yang dikaji, siapa pembaca penelitian itu, dan dalam rangka kegiatan apa penelitian itu dilaporkan.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka akan dicoba membahas alur- alur j alan pikiran yang terdapat dalam sebuah penelitian ilmiah yang dikaitkan dengan metode ilmiah. Penelitian pada hakikatnya merupakan penerapan dari metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Untuk itu, diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat ilmu agar dapat melaksanakan penelitian sekaligus mengomunikasikannya melalui tulisan ilmiah.

Sebelum membahas langkah-langkah penelitian ilmiah, terlebih dahulu dibahas langkah-langkah metode ilmiah, karena langkah-langkah penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan penerapan dari langkah-langkah metode ilmiah. Alur berpikir dalam metode ilmiah berintikan proses logico- hypotheticoverifikasi dengan langkah-langkah seperti Gambar 1.5. 1. Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai objek empiris

yang jelas batas-batasnya dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan di dalamnya.

2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis merupakan argumentasi yang menjelaskan kaitan yang mungkin terdapat antarberbagai faktor terkait dan membentuk konstelasi masalah. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis yang teruji kebenarannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan dengan peimasalahannya.

3. Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap jawaban dari pertanyaan yang diajukan dan bahannya merupakan kesimpulan dari pengembangan kerangka berpikir.

4. Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan

12 Metodologi Penelitian Sosial

Page 26: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

dengan hipotesis yang diajukan dan untuk membuktikan bahwa fakta-fakta tersebut mendukung atau menolak hipotesis.

5. Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah hipotesis ditolak atau diterima. Langkah-langkah metode ilmiah tersebut harus ditempuh agar suatu

bahasan dapat disebut ilmiah. Walaupun langkah-langkah tersebut secara konseptual tersusun secara teratur, namun dalam praktiknya sering tidak berurutan. Kaitan langkah yang satu dengan lainnya tidaklah statis, melainkan dinamis dengan proses ilmiah yang tidak hanya mengandalkan penalaran saja, tetapi juga mengandalkan imajinasi dan kreativitas. Langkah yang satu bukan saja merupakan landasan bagi langkah yang lain, tetapi juga merupakan koreksi bagi langkah yang lain. Dengan demikian, pengetahuan yang didapat diharapkan bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya serta teruji kebenarannya secara empiris.

Para pendidik hendaknya jangan menafsirkan dan mengajarkan langkah-langkah metode ilmiah dan penelitian ini secara mati dan ritualistik,

Bab 1 Pendahuluan 1 3

Page 27: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0
Page 28: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

seperti juga cara kita memakai berbagai pedoman penulisan tesis atau disertasi yang berasal dari berbagai lembaga pendidikan, melainkan harus

Pen

eliti

an d

enga

n P

ende

kata

n K

uant

itatif

Metodologi Penelitian Sosial

Page 29: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

lebih ditekankan pada logika berpikir dan alur-alur jalan berpikimya. Dengan cara demikian, maka kita akan mampu menghindarkan berkembangnya cara berpikir yang kaku dan simpletis. Pada gilirannya, kita akan dapat menciptakan suasana proses belajar mengajar yang mampu menumbuhkan sikap inovatif, kreatif, dan percaya kepada diri sendiri.

Metode ilmiah pada dasamya berlaku sama untuk semua disiplin keilmuan, baik ilmu alam maupun ilmu sosial. Perbedaannya hanya terletak pada aspek teknik pengumpulan datanya, bukan pada aspek struktur berpikir dan metodologinya.

Penguasaan terhadap langkah-langkah metode ilmiah merupakan prasyarat untuk menguasai langkah-langkah penelitian ilmiah, karena seperti yang telah disebutkan bahwa langkah-langkah penelitian ilmiah merupakan penerapan dari langkah-langkah metode ilmiah. Dengan kata lain, struktur berpikir yang melatarbelakangi langkah-langkah penelitian ilmiah adalah metode keilmuan. Oleh karena itu, aspek-aspek filsafat ilmu sebaiknya secara langsung dikaitkan dengan kegiatan berpikir ilmiah pada umumnya dan kegiatan penelitian pada khususnya. Langkah-langkah penelitian ilmiah yang secara garis besamya mencakup apa yang diteliti, untuk apa hasil penelitian itu, dan bagaimana menelitinya adalah koheren dengan landasan ontologis, aksiologis, dan epistemologis keilmuan. Dengan demikian, maka pengetahuan filsafat yang bersifat potensial secara nyata dapat memperkuat kemampuan ilmuwan dalam melaksanakan kegiatan ilmiah secara operasional. Langkah-langkah penelitian ilmiah sebagai penerapan dan metode ilmiah seperti yang tampak pada Gambar 1.5.

16 Metodologi Penelitian Sosial

Page 30: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

BAB 2 PENGAJUAN MASALAH

Langkah pertama dalam suatu penelitian ialah mengajukan masalah. Masalah ialah kesenjangan

antara sesuatu yang diharapkan (das sollen) dengan suatu kenyataan (das sein). Satu hal yang haras kita sadari bahwa suatu masalah pada hakikatnya tidak pemah berdiri sendiri atau terisolasi dengan faktor-faktor lainnya. Masalah selalu berkonstelasi dengan faktor lainnya sehingga menjadi latar belakang suatu masalah tertentu, apakah berlatar belakang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, agama, dan sebagainya. Secara operasional, suatu gejala baru disebut masalah jika gejala itu terdapat dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, seorang bawahan yang malas membantu keluarganya bekeija di ramah mungkin bukan masalah bagi kantor pemerintahan, tetapi jika ia malas bekerja di kantor dapat menurunkan produktivitas keija pegawai. Hal ini sudah tentu merupakan masalah. Suatu mesin yang dibiarkan tidak beroperasi di dalam gudang, mungkin tidak menimbulkan masalah, tetapi jika mesin itu akan digunakan dan tidak bisa dioperasikan maka hal ini jelas merupakan masalah.

Jika ditinjau secara sekilas, ada suatu hal yang bertentangan, yakni bahwa pemecahan suatu masalah bisa menimbulkan masalah baru. Contohnya, upaya peningkatan produktivitas keija melalui peningkatan penggunaan alat-alat teknologi canggih menimbulkan masalah baru, misalnya sudah tersediakah tenaga profesional yang terampil

Bab 2 Pengajuan Masalah 17

Page 31: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

menggunakan alat-alat itu. Alat modem dan tenaga profesional sudah tersedia, masalah lainnya pun akan timbul, misalnya berapa gaji yang memadai bagi mereka. Demikian seterusnya.

Berdasarkan masalah yang ditemukan, selanjutnya dapatlah dibuat judul penelitian. Judul penelitian terdiri atas focus dan locus. Focus adalah ruang lingkup yang akan diteliti dan locus ialah tempat yang akan diteliti. Sebagai contoh, masalahnya adalah rendahnya motivasi kerja, kepuasan keija, dan prestasi kerja guru di SMAN —. Judul penelitiannya akan menjadi, Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja dengan Prestasi Kerja di SMAN — atau Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi Kerja di —. Satu hal yang penting diperhatikan dalam memilih focus adalah pilihlah masalah yang sesuai dengan keahlian atau bidang studi yang Anda miliki. Anda tidak etis jika meneliti bidang studi orang lain. Di samping Anda tidak menguasai, penelitian yang dikeijakan oleh orang yang bukan ahlinya, hasilnya tidak akan memuaskan para pihak pengguna. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih locus adalah sebaiknya tidak memilih tempat peneliti bekerja karena akan mengurangi objektivitas. Hampir tidak ada jarak antara peneliti dengan orang-orang yang akan diteliti. Asumsinya adalah jika melihat sesuatu terlalu dekat, maka sesuatu itu menjadi tidak jelas. Demikian pula sebaliknya, j ika melihat sesuatu itu terlalu j auh maka sesuatu itu menjadi tidak jelas pula.

A LATAR BELAKANG MASALAH Dalam latar belakang masalah, peneliti harus menceritakan hal-hal yang melatarbelakangi mengapa peneliti memilih judul tersebut. Peneliti dalam latar belakang masalah ini seolah-olah sebagai orang mata-mata yang sedang mengamati situasi lingkungan tempat kejadian perkara. Untuk memunculkan alasan-alasan memilih judul tersebut, peneliti dapat mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi belum efektif pelaksanaannya. Latar belakang masalah dapat pula mengacu pada krisis ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Latar belakang ditutup dengan kalimat kunci yang menekankan pentingnya masalah tersebut untuk segera diteliti dan dampaknya jika penelitian itu ditunda-tunda untuk tidak

18 Metodologi Penelitian Sosial

Page 32: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

diteliti. Pertanyaannya, berapa halaman jumlah latar belakang masalah? Jawabnya proporsional tergantung jumlah halaman seluruh proposal penelitian atau laporan penelitian. Artinya, jangan sampai latar belakang yang ada pada proposal atau yang ada di Bab 1 pada laporan penelitian jumlahnya lebih banyak dari bab-bab lainnya, kecuali bab terakhir, yaitu kesimpulan dan saran.

Contoh, esensi yang harus ada dalam latar belakang masalah untuk proposal penelitian berjudul ”Hubungan antara Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja dengan Prestasi Kerja di....”

Menurut pengamatan sekilas (belum diteliti secara mendalam), di SMAN 78 Samarinda masih tampak sebagian guru masih kurang bersemangat dalam melakukan tugas mengajar di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Masih ada guru tidak tepat waktu dalam mengajar, sebagian guru merasa tidak puas dengan pekeijaannya, masih ada guru yang tidak puas dengan gajinya, guru tidak puas dengan hasil belajar siswa, prestasi akademik guru masih rendah, prestasi nonakademik guru juga masih rendah, dan prestasi mengajar guru masih rendah!

Dari latar belakang di atas, maka penelitian tentang motivasi kerja, kepuasan keija, dan prestasi perlu dilakukan penelitian secara mendalam agarhasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jika penelitian ini tidak dilakukan maka akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan di SMAN 78 Samarinda dan sekolah lama-kelamaan akan ditinggalkan peminatnya dan akhimya ditutup.

B. IDENTIFIKASI MASALAH Dalam konstelasi yang bersifat situasional inilah kita dapat mengidentifikasikan objek yang menjadi masalah. Identifikasi masalah ialah suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah di mana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah.

Identifikasi masalah bertujuan agar kita maupun pembaca mendapatkan sejumlah masalah yang berhubungan dengan judul penelitian. Dalam praktiknya, kita sering menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi masalah. Hal ini disebabkan dua kemiskinan yang kita miliki selama ini, yaitu kemiskinan materiil dan kemiskinan metodologis. Kemiskinan materiil

Bab 2 Pengajuan Masalah 19

Page 33: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

menyangkut apa yang akan menjadi masalah, sedangkan kemiskinan metodologis menyangkut bagaimana memecahkan masalah. Untuk mengatasi kedua hal tersebut, maka jadilah spesialis; bersikap kritis dalam membaca, mendengar, dan berpikir; ungkapkan kembali gagasan-gagasan dari penelitian-penelitian mutakhir.

Sebagai spesialis di bidang tertentu membuat seseorang berkesempatan untuk meneliti secara rinci masalah-masalah yang belum terpecahkan. Seorang yang bersikap kritis dalam membaca, mendengar, dan berpikir menjadikan dirinya kaya dengan masalah-masalah yang belum terpecahkan. Seseorang yang senang mengungkapkan gagasan hasil penelitian mutakhir melalui observasi kancah, diskusi, dan tulisan, membuat dirinya mendapatkan berbagai masalah yang belum terpecahkan.

Suatu masalah penelitian yang baik seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut. 1. Menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. 2. Spesifik dan jelas. 3. Dapat diuji secara empiris. 4. Tidak menyangkut masalah moral atau etika. 5. Berorientasi pada suatu teori tertentu.

Masalah administrasi negara yang dihadapi berbagai negara yang sedang berkembang pada umumnya seperti yang diidentifikasikan oleh Lawson (1959: 116) sebagai berikut. 1. Kurangnya pegawai yang profesional. 2. Kurangnya jumlah pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. 3. Ketiadaan tradisi atau pengertian tentang pengabdian kepada

masyarakat. 4. Gaji pegawai yang relatif rendah atau belum memadai. 5. Birokrasi yang berlebihan dan tidak adanya pelimpahan wewenang.

6. Prosedur keija yang belum operasional. 7. Iklim organisasi dan suasana keija yang buruk. 8. Sistem pelaporan dan sistem informasi yang buruk. 9. Sistem penganggaran dan pembukuan yang buruk. 10. Kurangnya fasilitas yang mendukung kegiatan pelayanan administrasi. 11. Pemeliharaan dan pelayanan kerumahtanggaan yang buruk.

20 Metodologi Penelitian Sosial

Page 34: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

12. Mengabaikan pekeijaan bawahan. 13. Belum beijalannya koordinasi antarinstansi. 14. Pembagian fungsi yang tidak tepat.

Sedangkan Stone (1963:2-5) mengidentifikasikan masalah dengan administrasi negara di negara berkembang sebagai berikut. 1. Kebutuhan kepemimpinan politik yang menunjang pelaksanaan

rencana. 2. Pergandaan aparatur, kekembaran fungsi, dan pembauran tanggung

jawab sebagai akibat pembentukan departemen atau perusahaan negara untuk melaksanakan tugas-tugas pembangunan yang dilimpahkan pada aparatur pemerintah yang sudah ada tanpa peninjauan terhadap seluruh struktur organisasi secara berhati-hati.

3. Para pejabat (pimpinan) jarang berkesempatan menjalankan bimbingan, prakarsa, dan koordinasi program pembangunan karena mereka kekurangan tenaga profesional.

4. Badan perencanaan kekurangan tenaga profesional yang menaruh perhatian terhadap langkah-langkah politik dan administrasi serta persyaratan organisasi dan tata keija pelaksanaan rencana.

5. Sebagian negara membatasi rencananya pada kegiatan yang menerima bantuan luar negeri atau penghasilan khusus dengan mengabaikan kegiatan rutin pemerintahan.

6. Instansi pelaksana lainnya kurang berperan serta dalam perumusan rencana pembangunan.

7. Instansi sangat memerlukan tenaga-tenaga profesional yang mampu menyusun program menurut sektomya masing-masing atau tenaga- tenaga yang mampu melaksanakan tugas sesuai dengan dana dan waktu serta persyaratan yang telah ditetapkan.

8. Kurangnya koordinasi antarinstansi terkait sehingga pelaksanaan program menjadi kurang efektif dan efisien.

9. Instansi tingkat pusat tidak melimpahkan wewenangnya kepada instansi di daerah-daerah.

10. Kurangnya koordinasi instansi pusat dengan daerah sehingga proyek- proyek di daerah menjadi terhambat pembangunannya.

11. Perusahaan negara sering kali diurus seperti tata pengendalian

Bab 2 Pengajuan Masalah 21

Page 35: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

pemerintahan atau diberi otonomi sedemikian rupa sehingga tidak lagi bertanggung jawab terhadap kepentingan umum.

12. Pengawasan kurang berjalan dengan baik. 13. Sistem penganggaran tidak berhasil menjadi tolok ukur program

pembangunan karena tidak disusun berdasarkan sumber-sumber keuangan yang seharusnya diterima negara.

14. Sistem pemungutan pajak yang salah sehingga dapat mengurangi pendapatan negara di sektor pajak.

15. Pembinaan pegawai yang belum profesional. 16. Program diklat belum berorientasi pada kepentingan pembangunan.

Secara umum, ruang lingkup dalam mengidentifikasikan masalah administrasi dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut ini.

Dengan menggunakan tabel tersebut, kita dapat mengidentifikasikan sekurang-kurangnya 3x7 masalah, yaitu 21 masalah. Jika dikaitkan

dengan masalah, adakah hubungan antara waskat dengan disiplin kerja, maka identifikasi masalahnya dapat dicontohkan sebagai berikut. 1. Sudahkah waskat direncanakan untuk meningkatkan disiplin keij a? 2. Sudahkah waskat dilaksanakan sesuai dengan rencana? 3. Sudahkah pelaksanaan waskat diawasi dengan baik? 4. Tersediakah unsur 7 M yang memadai dalam menggalakkan waskat? 5. Faktor-faktor apakah yang menghambat pelaksanaan waskat dewasa

ini?

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Administrasi Aspek Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Man

Money

Machine

Method

Material

Marketing

Minutes

22 Metodologi Penelitian Sosial

Page 36: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

6. Bagaimana upaya membina waskat? 7. Apakah terdapat hubungan yang positif dan linier antara waskat dengan

disiplin keija? 8. Adakah perbedaan disiplin keija antara PNS pria dengan PNS wanita? 9. Dan seterusnya.

Berdasarkan contoh identifikasi masalah di atas, temyata banyak sekali pertanyaan yang dapat diajukan untuk suatu penelitian. Dalam kegiatan ilmiah berlaku semacam asas bahwa bukan kuantitas jawab- annya yang menentukan mutu keilmuan, tetapi kualitas jawabannya. Prinsipnya, sebuah penelitian lebih baik menghasilkan satu atau dua buah hipotesis yang teruji dan terandalkan daripada sejumlah hipotesis yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Popper mengatakan bahwa ilmu merupakan pengetahuan ilmiah yang dikembangkan secara kumulatif di mana setiap permasalahan dipecahkan setahap demi setahap atau sedikit demi sedikit. Dalam praktik sering dijumpai seorang peneliti ingin merengkuh terlalu banyak masalah, namun pemecahannya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Keadaan demikian sedapat mungkin kita hindari. Untuk maksud tersebut, maka masalah-masalah yang timbul dalam identifikasi masalah hendaklah kita batasi.

Kesimpulannya, identifikasi masalah ialah suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah di mana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah. Identifikasi masalah bertujuan agar kita mendapatkan sejumlah masalah yang relevan dengan judul penelitian. Dalam mengidentifikasikan masalah kita dihambat oleh dua kemiskinan, yaitu kemiskinan materiil (tidak tahu apa yang menjadi masalah) dan kemiskinan metodologis (tidak tahu bagaimana cara memecahkan masalah). Untuk mengatasi kedua kemiskinan tersebut, maka kita harus menjadi spesialis, kritis dalam membaca, mendengar dan berpikir, serta berani mengungkapkan gagasan penelitian mutakhir, baik dalam diskusi maupun tulisan ilmiah.

Identifikasi masalah tidak boleh tiba-tiba muncul, melainkan didasarkan pada masalah yang sudah tertulis, baik secara implisit (tersirat) maupun eksplisit (tersurat) di latar belakang masalah. Artinya, identifikasi masalah hanya diambil dari latar belakang masalah. Identifikasi masalah tidak boleh memunculkan masalah baru yang tidak ada di dalam latar belakang masalah.

Bab 2 Pengajuan Masalah 23

Page 37: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Identifikasi masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya yang dimulai dengan bagaimana atau mengapa karena mutunya lebih tinggi daripada hanya menjawab apa, untuk apa, siapa, dan di mana. Identifikasi masalah dalam penelitian kuantitatif bersifat deskriptif, hubungan (rela-tionship), pengaruh (asosiative), dan perbedaan (difference). Deskriptif biasanya dimulai dengan pertanyaan, “Apakah?” Hubungan biasanya dimulai dengan pertanyaan, “Adakah hubungan?” Pengaruh biasanya dimulai dengan pertanyaan, “Adakah pengaruh?” Perbedaan biasanya dimulai dengan pertanyaan, “Adakah perbedaan?”

Kegiatan mengidentifikasikan masalah dapat diilustrasikan bagaikan seseorang masuk ke rumah makan Padang. Di meja tersedia berbagai macam masakan dan minuman. Semua masakan dan minuman yang dihidangkan di meja dicatat olehnya sebagai identifikasi makanan dan minuman.

Contoh identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Bagaimana hubungan motivasi keija guru dengan prestasi keija guru? 2. Bagaimana hubungan kepuasan keija guru dengan prestasi keija guru? 3. Bagaimana cara meningkatkan motivasi kerja guru? 4. Bagaimana cara meningkatkan kepuasan keija guru? 5. Bagaimana cara meningkatkan prestasi keija guru? 6. Bagaimana cara meningkatkan prestasi akademik guru? 7. Bagaimana cara meningkatkan prestasi nonakademik guru?

C. PEMBATASAN MASALAH Berdasarkan ruang lingkup penelitian administrasi yang diuraikan tadi, jelaslah bahwa masalah yang diteliti sangat kompleks dan luas, baik konsep teoretisnya maupun faktanya sehingga terdapat peluang yang hampir tidak terbatas untuk menelitinya. Oleh karena itu, masalah yang akan diteliti perlu dibatasi. Namun, kadang-kadang justru membingungkan dalam memilih batas penelitian, baik mengenai ragamnya maupun tingkat analisisnya.

Pemilihan batas masalah yang hendak diteliti haruslah didasarkan pada

24 Metodologi Penelitian Sosial

Page 38: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

alasan yang tepat, baik alasan teoretis maupun alasan praktis. Alasan tersebut boleh saja bersifat projektif atau berorientasi ke masa depan. Dengan alasan yang tepat tersebut, tujuan penelitian dapat dirumuskan dengan tepat pula.

Pembatasan masalah ialah usaha untuk menetapkan batasan dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian, dan faktor mana yang tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian.

Seandainya kita akan meneliti hubungan antara waskat dengan disiplin keija, maka ruang lingkup masalah penelitian harus dibatasi dengan mengajukan serangkaian pertanyaan, seperti dari segi mana masalah itu didekati. Apakah pendekatan menggunakan budaya, sosial, klasik, hubungan manusiawi, perilaku, sistem, dan sebagainya. Katakanlah kita menggunakan pendekatan sistem, maka komponen-komponen yang diteliti dibatasi pada komponen yang esensial saja. Katakanlah kita menggunakan pendekatan efektivitas, maka efektivitas waskat ini harus dibatasi pula ruang lingkupnya, apakah menyangkut seluruh sarana waskat atau sistem waskat, atau aspek manusia dan budayanya. Sebab kita tidak mungkin meneliti seluruh aspek-aspek waskat. Misalnya, kita hanya membatasi diri pada sarana waskat khususnya sarana pembuatan laporan, maka laporannya dibatasi pula apakah laporan pembangunan ataukah laporan rutin. Atasan langsung yang mengawasi dibatasi pula untuk eselon berapa. Demikian pula pegawai yang membuat laporan dibatasi pada departemen mana. Demikianlah seterusnya.

Pembatasan masalah ini menyebabkan fokus masalah menjadi semakin jelas, sehingga rumusan masalahnya dapat dibuat denganjelas pula.

Sampai sejauh mana masalah penelitian itu dibatasi? Hal ini ditentukan oleh peneliti sendiri, pembimbing atau konsultan penelitian, dan pesan sponsor. Dalam praktiknya, batasan masalah penelitian sebagian besar ditentukan olehpenelitinya sendiri.

Sebelum menentukan batasan masalah, peneliti hendaknya memerhatikan hal-hal berikut ini. 1. Masalah yang dibatasi hendaklah masih dalam kemampuan peneliti

{manageable problems). 2. Masalah yang dibatasi hendaklah dapat diuj i berdasarkan data-data

Bab 2 Pengajuan Masalah 25

Page 39: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

yang mudah diperoleh di lapangan (obtainable problems). 3. Masalah yang dibatasi hendaknya cukup penting untuk diselidiki {sig-

nificance problems). 4. Masalah yang dibatasi hendaknya cukup menarik minat peneliti

{interested problems). Masalah hendaknya manageable, artinya jangan meneliti masalah yang

berada di luar kemampuan kita. Penelitian hendaknya bertanya dalam dirinya sendiri dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. 1. Apakah latar belakang pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman

yang saya miliki mampu memecahkan masalah? 2. Apakah tersedia dana, waktu, dan tenaga untuk memecahkan masalah-

masalah penelitian? 3. Apakah masalah yang dipecahkan itu tidak menemui kesulitan dalam

menentukan pembimbingnya? 4. Apakah masalah yang akan diteliti itu didukung oleh pihak-pihak lain,

terutama pihak sumber data? Masalah hendaknya obtainable, artinya masalah yang akan kita teliti

mudah dicari data-datanya, dan dapat dianalisis. Untuk maksud itu, peneliti hendaknya mengajukan pertanyaan di dalam dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. 1. Apakah data-data dapat dikumpulkan dari sumber data? 2. Apakah teknik-teknik pengumpulan data cukup dikuasai sehingga data

yang dikumpulkan cukup untuk bahan analisis masalah? 3. Apakah sumber-sumber bacaan sudah cukup tersedia dalam

mengembangkan hipotesis? 4. Apakah tidak ada hambatan faktor pribadi ataupun faktor luar dalam

mengumpulkan data? Masalah hendaknya signifikan, artinya masalah yang diteliti hendaknya

penting baik secara teoretis maupun praktis. Untuk maksud tersebut, peneliti harus mengajukan pertanyaan kepada dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut. 1. Apakah hasil penelitian itu memberikan sumbangan yang bermakna

bagi ilmu pengetahuan maupun bagi praktisi? 2. Apakah masalah yang diteliti itu suatu duplikasi dari penelitian

26 Metodologi Penelitian Sosial

Page 40: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

sebelumnya?

3. Apakah penelitian yang diadakan memang perlu diulang lagi? Masalah

hendaknya interested, artinya masalah yang diteliti itu hendaklah menarik minat si peneliti sendiri khususnya dan pihak lain pada umumnya. Untuk maksud tersebut, maka peneliti hendaklah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di dalam hatinya. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah 1. Apakah masalah yang diteliti itu dapat membangkitkan minat si

peneliti? 2. Apakah ada “hadiah” tersembunyi jika si peneliti sukses dalam

memecahkan masalah yang ditelitinya? Kesimpulannya, pembatasan masalah ialah usaha untuk menetapkan

batasan-batasan dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah dibuat dengan tujuan agar kita dapat mengetahui faktor-faktor mana saja yang termasuk ruang lingkup masalah penelitian. Di samping itu, untuk memperjelas fokus penelitian. Masalah yang kita batasi hendaknya manageable, obtainable, significance, dan interested.

Pembatasan masalah dilakukan karena keterbatasan waktu penelitian yang diberikan sponsor dan/atau peneliti, keterbatasan waktu yang disediakan sponsor dan/atau peneliti, serta keterbatasan kemampuan dan tenaga peneliti. Pembatasan masalah diambil dari identifikasi masalah. Pembatasan masalah tidak boleh muncul tiba-tiba selain dari yang ada diidentifikasi masalah. Sebagai ilustrasi, pembatasan masalah bagaikan seseorang yang menghadapi hidangan berbagai makanan dan minuman di warung Padang, ia hanya memilih nasi, rendang, sambal lado, dan air teh tawar.

Contoh pembatasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang diteliti dibatasi pada masalah motivasi berprestasi guru di bidang tugas pokok dan fungsinya sebagai guru. Prestasi keija dibatasi pada prestasi akademik guru. Kepuasan keija dibatasi pada kepuasan kerja yang dapat diukur. Guru dibatasi pada guru tetap yang sudah bekeija di sekolah bersangkutan minimal 5 tahun.

Bab 2 Pengajuan Masalah 27

Page 41: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

D. PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah ialah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Perumusan masalah yang baik berarti telah menjawab setengah pertanyaan (masalah). Masalah yang telah dirumuskan dengan baik bukan saja membantu memusatkan pikiran, tetapi juga sekaligus xnengarahkan cara berpikir kita.

Tujuan utama penelitian ilmiah adalah untuk mencari hubungan atau membedakan dua variabel atau lebih secara konsepsional. Oleh karena itu, perumusan masalah sebaiknya dikaitkan dengan tujuan tersebut. Secara terminologi, sebaiknya kita menggunakan kata-kata perbedaan atau hubungan, bukan dengan kata-kata lainnya, misalnya korelasi. Karena korelasi adalah terminologi statistika.

Dalam praktik sering dijumpai, peneliti telah mengajukan latar belakang dan identifikasi masalah yang mendalam serta didukung oleh konsepsi teoretis yang relevan, namun gagal menyimpulkan inti masalah yang tercermin di dalam perumusan masalahnya. Oleh karena itu, perumusan masalah harus mendapatkan perhatian yang sebaik-baiknya.

Menurut garis besamya, perumusan masalah dapat dibagi atas deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Contoh-contoh perumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Deskriptif a. Berapa persen tingkat disiplin keija di departemen A? b. Seberapa jauh efektivitas waskat di departemen A? c. Seberapa tinggi Pimpinan Eselon I telah melaksanakan tindak lanjut

waskat di departemen A? 2. Komparatif

a. Bagaimana perbedaan disiplin keija PNS di departemen A dengan di departemen B?

b. Apakah terdapat perbedaan efektivitas waskat di departemen A dengan departemen B?

28 Metodologi Penelitian Sosial

Page 42: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

c. Apakah terdapat perbedaan disiplin keij a yang signifikan antara wanita dan pria di departemen A?

3. Asosiatif a. Apakah terdapat hubungan antara waskat dengan disiplin kerja? b. Bagaimana hubungan antara waskat dengan efisiensi keija? c. Adakah kaitan antara waskat dengan disiplin keija? Berikut beberapa kesalahan umum yang sering terjadi di dalam

merumuskan masalah. 1. Berusaha mengumpulkan data tanpa perencanaan yang matang dengan

harapan sesuatu pasti akan dapat timbul dari analisis. 2. Menggunakan data yang sudah dikumpulkan atau sudah ada, kemu- dian

mencari masalah yang kira-kira cocok dengan data yang ada. 3. Merumuskan tujuan secara mengambang atau terlalu umum sehingga

kesimpulannya pun bersifat umum. Akibatnya, tujuan menjadi kurang terpusat.

4. Melaksanakan penelitian tanpa mengadakan kajian pustaka terhadap penelitian lainnya yang relevan.

5. Melakukan penelitian ad-hoc, unik untuk suatu situasi khusus sehingga tidak memungkinkan perluasan (generalisasi) dan tidak menghasilkan sumbangan berarti dalam memajukan ilmu.

6. Melakukan penelitian tanpa landasan teori yang mapan untuk memberi kesempatan membandingkan hasilnya dan mengevaluasi kesimpulannya.

7. Dalam merumuskan hipotesis tidak mengkaji secara tuntas adanya kemungkinan hipotesis tandingan yang dapat menjaga interpretasi atau kesimpulan penelitian.

8. Tidak menyadari kekurangan metodologi penelitian yang digunakan, yang membatasi penafsiran kesimpulan penelitian.

Contoh perumusan masalah 1. Adakah hubungan motivasi keij a guru dengan prestasi keij a guru di

SMAN ...? 2. Adakah hubungan kepuasan keija guru dengan prestasi keija guru di

SMAN ...? 3. Adakah hubungan motivasi keija dan kepuasan keija terhadap prestasi

keija guru di SMAN...?

Bab 2 Pengajuan Masalah 29

Page 43: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Kesimpulannya, perumusan masalah ialah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang spesifik dan perlu dijawab. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Masalah yang sudah dirumuskan dengan baik berarti telah menjawab separuh masalah. Tujuan perumusan masalah ialah untuk memusatkan pikiran serta mengarahkan cara berpikir kita. Perumusan masalah dilakukan secara deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

E. TUJUAN PENELITIAN Setelah identifikasi masalah dan batasan masalah selesai dirumuskan, maka pada hakikatnya kita telah mempunyai inti dari tujuan penelitian yang dilakukan. Tujuan penelitian ialah pemyataan mengenai apa yang hendak kita capai. Tujuan penelitian dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak lain yang membaca laporan penelitian dapat mengetahui dengan pasti apa tujuan penelitian itu sesungguhnya.

Tujuan penelitian terdiri atas dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum harus berhubungan dengan konsep-konsep yang bersifat umum, sedangkan tujuan khusus harus berhubungan dengan konsep-konsep yang lebih spesifik dibandingkan dengan yang digunakan dalam perumusan masalah.

Dalam merumuskan suatu tujuan, kita senantiasa berpedoman pada perumusan masalahnya. Tujuan yang keluar dari rumusan masalah dapat menyesatkan kita dalam membuat rencana penelitian. Karena perumusan masalah dapat berbentuk deskriptif, komparatif, dan asosiatif, maka tujuan umum dan tujuan khusus penelitian harus berbentuk dan sesuai dengan rumusan masalah tadi. Sebagai contoh, tujuan umum penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran umum tentang disiplin keija di departemen A, untuk mengetahui deskripsi efektivitas waskat di departemen A, dan untuk mengetahui kepemimpinan Eselon I dalam melaksanakan waskat di departemen A.

Contoh tujuan umum yang bersifat komparatif, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan disiplin keija PNS di departemen A, untuk mengetahui deskripsi perbedaan pelaksanaan waskat di departemen A dengan B, dan untuk mendapatkan gambaran umum tentang perbedaan disiplin pria

30 Metodologi Penelitian Sosial

Page 44: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

dan wanita di departemen A. Contoh tujuan umum yang bersifat asosiatif ialah untuk mengetahui

hubungan antara waskat dengan disiplin kerja. Tujuan khusus penelitian memberikan gambaran tentang tujuan spesifik

yang akan dicapai oleh penelitian. Contoh tujuan khusus yang bersifat deskriptif adalah untuk mendapatkan besamya persentase disiplin keija di departemen A, besamya tingkat efektivitas waskat di departemen A, dan besamya tingkat kepemimpinan Eselon I dalam melaksanakan waskat di departemen A.

Contoh tujuan khusus yang bersifat komparatif adalah untuk mendapatkan ukuran perbedaan rata-rata dari disiplin keija PNS di departemen A dengan B. Jika rumusan masalahnya menyangkut perbedaan masa keija, jenis kelamin, golongan/pangkat, maka unsur-unsur ini harus disertakan pula dalam tujuan khususnya.

Contoh tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besamya hubungan antara: 1. motivasi kerja guru dengan prestasi keija guru di SMAN, 2. kepuasan kerja guru dengan prestasi keija guru di SMAN, dan 3. motivasi kerja dan kepuasan keija terhadap prestasi keija guru di

SMAN.

F. KEGUNAAN PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian, maka kita dapat mengharapkan kegunaan atau manfaat dari hasil penelitian. Kegunaan penelitian ini dapat dibagi atas dua bagian, yaitu kegunaan teoretis dan kegunaan praktis.

Kegunaan teoretis biasanya hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep atau teori administrasi pada umumnya dan konsep atau teori waskat dan disiplin keija pada khususnya.

Kegunaan praktis hasil penelitian hendaknya disebutkan secara tersurat berguna bagi siapa. Misalnya, berguna bagi responden ialah agar teijadi perubahan sikap karena responden merasa diperhatikan nasibnya.

Bab 2 Pengajuan Masalah 31

Page 45: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0
Page 46: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Bagi pimpinan di tingkat Kanwil, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan umpan balik dalam mengambil keputusan, dan seterusnya.

Contoh kegunaan teoretis Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan perkembangan ilmu administrasi pendidikan, khususnya motivasi keija, kepuasan kerja, dan prestasi keija guru, serta sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

Contoh kegunaan praktis Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan motivasi, kepuasan, dan prestasi kerjanya.

Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi kepala sekolah dalam mengambil keputusan dalam pembinaan guru.

32 Metodologi Penelitian Sosial

Page 47: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

BAB 3 PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Kerangka teoretis (theoritical framework) pada hakikatnya meliputi dua hal, yaitu deskripsi teoretis dan pembahasan penelitian terdahulu yang relevan, serta kerangka berpikir. Kerangka teoretis diperoleh dari pengkajian teori yang digunakan.

A. DESKRIPSI TEORETIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

Dalam bagian ini dikemukakan deskripsi dan kajian teori-teori yang relevan. Di samping itu, juga dibahas kelemahan dan keunggulan teori yang digunakan dibandingkan dengan teori lainnya. Dalam bab ini dibahas secara sistematis hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan masalah penelitian. Pada penyajian ini hendaknya ditunjukkan bahwa masalah yang diteliti oleh peneliti sebelumnya, belumlah menjawab masalah penelitian lainnya secara memuaskan. Teori dan hasil penelitian yang diambil sebaiknya merupakan sumber aslinya, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Seandainya masalah yang kita teliti itu belum pemah diteliti, maka perlu diketengahkan alasannya secara rasional.

Seandainya yang menjadi masalah pokok penelitian ialah bagaimana hubungan antara waskat dengan disiplin keija, maka usaha pertama yang

Bab 3 Penyusunan Kerangka Teoretis, Kerangka Berpikir, dan 33

Page 48: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

kita lakukan ialah menjoba mengkaji berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang karakteristik dari waskat dan disiplin kerja. Misalnya: Apakah yang disebut dengan waskat dan disiplin keija itu? Bagaimana waskat dan disiplin keija dilaksanakan? Bagaimana pembinaan dan tindak lanjut waskat dan disiplin keija?

Usaha kedua ialah mencoba mengidentifikasikan hubungan antara waskat dengan disiplin keija. Dan usaha yang ketiga ialah mengkaji secara ilmiah hakikat waskat dan disiplin kerja. Misalnya, bagaimana aspek ontologis, aksiologis, dan epistemologis dari waskat dan disiplin keija itu? Bagaimana pelaksanaan waskat dan disiplin keija yang efektif? Faktor- faktor apa saja yang dapat menunjang efektivitas pelaksanaan waskat dan disiplin kerja? Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat efektivitas pelaksanaan waskat dan disiplin keija?

Berdasarkan teori-teori ilmiah yang ada, maka dapatlah kita menyimpulkan bentuk waskat yang dapat meningkatkan disiplin kerja. Kesimpulan yang kita peroleh ini disebut perumusan hipotesis. Sebelum hipotesis dapat dirumuskan dengan baik, maka diperlukan kerangka berpikir (kerangka konseptual).

B. KERANGKA BERPIKIR Kerangka berpikir ialah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka berpikir disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka berpikir merupakan argumentasi kita dalam merumuskan hipotesis. Untuk merumuskan hipotesis, maka argumentasi kerangka berpikir menggunakan logika deduktif (untuk metode kuantitatif) dengan memakai pengetahuan ilmiah sebagai premis-premis dasamya. Kerangka berpikir adalah buatan kita sendiri (bukan buatan orang lain), yaitu cara kita berargumentasi dalam merumuskan hipotesis. Argumentasi itu harus analitis, sistematis, dan menggunakan teori yang relevan. Dalam membangun kerangka berpikir sering timbul kecenderungan bahwa pemyataan-pemyataan yang disusun tidak merujuk kepada sumber kepustakaan, karena sudah habis terpakai di dalam menyusun kerangka teoretis. Hal ini tidaklah benar, justru dalam menyusun kerangka berpikir

34 Metodologi Penelitian Sosial

Page 49: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

inilah sangat diperlukan argumentasi ilmiah yang dipilih dari teori-teori yang relevan. Agar argumentasi kita diterima sesama ilmuwan, maka kerangka berpikir harus disusun secara logis dan sistematis. Kerangka berpikir yang meyakinkan hendaklah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut. 1. Teori-teori yang digunakan dalam berargumentasi hendaknya dikuasai

sepenuhnya serta mengikuti perkembangan teori yang mutakhir. Kita mengetahui bahwa dalam ilmu administrasi dikenal lima pendekatan, yaitu klasik, hubungan manusiawi, tingkah laku, sistem, dan kontingensi. Sebaiknya disertakan argumentasinya mengapa kita memilih pendekatan itu, bukan pendekatan lainnya. Pemilihan pendekatan ataupun teori yang relatif lama (kuno) agak sukar untuk diterima ilmuwan lainnya, meskipun argumentasi kita sudah baik. Oleh karena itu, sebaiknya kita selalu mengikuti perkembangan ilmu yang terbaru.

2. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang diarahkan kepada cara berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan secara tersurat semua asumsi, postulat, atau prinsip yang melandasinya. Dalam ilmu administrasi terdapat sejumlah teori yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah yang sama. Oleh karena itu, kita harus memberikan argumentasi, misalnya mengapa kita menggunakan pendekatan sistem, bukan pendekatan perilaku. Mengapa kita menggunakan teori partisipatif bukan koersif? Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka kita dituntut untuk menyatakan asumsi, postulat, atau prinsip secara tersurat.

Penyusunan kerangka berpikir dengan menggunakan argumentasi- argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan ini akhimya melahirkan kesimpulan. Kesimpulan inilah yang menjadi rumusan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan masalah penelitian kita. Contohnya, berdasarkan analisis kerangka berpikir di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika waskat ditingkatkan, maka disiplin keija akan meningkat pula. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang positif antara peningkatan waskat dengan disiplin keija.

Beberapa kesalahan umum dalam menggunakan landasan teori adalah sebagai berikut.

Bab 3 Penyusunan Kerangka Teoretis, Kerangka Berpikir, dan 35

Page 50: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

a. Peneliti melakukan pengkajian ulang yang tergesa-gesa terhadap kepustakaan semenjak dimulainya proses penelitian. Biasanya hasil- hasil yang diperoleh mengabaikan studi-studi sebelumnya yang telah dikembangkan penelitiannya.

b. Terlalu mengandalkan sumber-sumber data sekunder. c. Hanya memusatkan perhatian kepada penemuan-penemuan penelitian

yang dibacanya di dalam jumal penelitian atau artikel penelitian, sehingga mengabaikan informasi berharga, seperti metode, pengukurannya, dan sebagainya.

d. Mengabaikan hasil-hasil penelitian, ataupun teori-teori yang terdapat dalam surat kabar, majalah populer.

e. Gagal menetapkan batas-batas masalah dalam menerapkan penggunaan kepustakaan.

f. Mencatat data biografi yang tidak benar dan tidak dapat dipakai sebagai referensi yang sebenamya dibutuhkan.

g. Terlalu banyak mencatat bahan-bahan bacaan yang sebenamya tidak relevan dengan masalah yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa peneliti belum dapat memilih mana informasi yang dibutuhkan dan mana yang tidak dibutuhkan.

C. ASUMSI Dalam rangka memilih salah satu teori atau pendekatan yang digunakan untuk mendukung argumentasi pada kerangka berpikir diperlukan adanya asumsi, postulat, atau prinsip secara tersurat. Asumsi tersebut haras bersifat imperatif, karena dengan asumsi, postulat, atau prinsip yang berbeda, maka teori atau pendekatan yang digunakan akan berbeda pula. Perbedaan asumsi yang dimiliki peneliti dengan pembaca, membuat pembaca tidak menyetujui argumentasi yang dibuat peneliti. Asumsi ialah pemyataan yang dapat diuji kebenarannya secara empiris. Postulat ialah pemyataan yang kebenarannya tidak perlu diuji, karena sudah diterima oleh umum, misalnya matahari terbit di sebelah timur. Prinsip ialah pemyataan yang berlaku umum bagi gejala tertentu dan mampu menjelaskan kejadian yang teijadi, misalnya hukum sebab akibat. Asumsi, postulat, dan prinsip ini jangan diada-adakan dalam

36 Metodologi Penelitian Sosial

Page 51: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

suatu penelitian jika memang tidak diperlukan. Dalam membuat asumsi harus diperhatikan beberapa hal di bawah ini. 1. Asumsi harus operasional dan merupakan dasar bagi pengkajian

teoretis. Asumsi bahwa manusia sebagai makhluk administrasi tidak mempunyai makna apa-apa dalam menyusun teori-teori administrasi. Administrasi manusia secara operasional, antara lain manusia adalah makhluk ekonomi, makhluk sosial, makhluk yang bersifat aktualisasi diri, makhluk yang kompleks, dan makhluk yang mempunyai banyak keinginan.

2. Asumsi harus menyatakan keadaan yang sebenamya, bukan keadaan yang seharusnya.

3. Peneliti harus mengenai betul asumsi yang dipakainya dalam menyusun kerangka berpikimya. Sebab menggunakan asumsi yang berbeda, maka berbeda pula teori yang dipakainya.

4. Asumsi harus dinyatakan tersurat sebab asumsi yang tersirat sering menyesatkan dan menyebabkan interpretasi yang berbeda. Misalnya ada pertanyaan, mengapa kita menggunakan teori

partisipasif bukan koersif dalam administrasi? Jawabannya ialah karena diasumsikan bahwa manusia mempunyai motivasi yang tinggi. Mengapa kita menggunakan pendekatan sistem, bukan pendekatan perilaku? Jawabannya ialah karena diasumsikan bahwa masalah organisasi sangat kompleks dan luas di mana sangat banyak komponen-komponen terkait yang turut menentukan efektivitas organisasi.

Kesimpulannya, kerangka teoretis disusun untuk mendapatkan kerangka berpikir, dan kerangka berpikir disusun untuk mendapatkan perumusan hipotesis. Kerangka teoretis dan kerangka berpikir disusun dengan cara mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan; menggunakan logika berpikir deduktif (dari umum ke khusus); jika perlu menggunakan asumsi, postulat, dan prinsip agar dapat mendukung argumentasi, mengapa suatu teori atau pendekatan tertentu yang kita pilih.

Dalam menyusun kerangka berpikir boleh saja dijadikan satu dengan kerangka teoretis (tidak berdiri sendiri pada bab khusus kerangka berpikir). Hal ini bukan saja dapat menghindari pengulangan yang tidak perlu,

Bab 3 Penyusunan Kerangka Teoretis, Kerangka Berpikir, dan 37

Page 52: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

melainkan sekaligus menjuruskan pemaparan landasan teori ke arah kerangka berpikir yang argumentatif.

D. PERUMUSAN HIPOTESIS Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Kesimpulan ini disebut juga sebagai perumusan hipotesis. Hipotesis ialah pemyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan.

Perumusan hipotesis berguna untuk memfokuskan masalah; mengidentifikasikan data-data yang relevan untuk dikumpulkan; menunjukkan bentuk desain penelitian, termasuk teknis analisis yang akan digunakan; menjelaskan gejala sosial; mendapatkan kerangka penyimpulan; merangsang penelitian lebih lanjut.

Hipotesis yang baik hendaknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut. 1. Hams menyatakan pertautan dua variabel atau lebih. 2. Hams jelas, tidak membingungkan, dan dalam bentuk deklaratif

(pemyataan). 3. Hams dapat diuji secara empiris, artinya seseorang mengumpulkan data

yang tersedia di lapangan guna menguji kebenaran hipotesis tersebut. Menumt jenisnya, hipotesis dapat dibagi atas tiga jenis.

1. Hipotesis penelitian (hipotesis altematif) atau hipotesis keija; yang biasanya dimulai dengan kata “terdapat hubungan” atau “terdapat perbedaan”.

38 Metodologi Penelitian Sosial

Page 53: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

2. Hipotesis nol, yang biasanya dimulai dengan kata “tidak terdapat hubungan” atau “tidak terdapat perbedaan”.

3. Hipotesis statistika. Dalam penelitian, hipotesis penelitian cenderung untuk diterima. Contoh

hipotesis penelitian adalah: a) terdapat hubungan antara waskat dengan disiplin keija; b) tidak terdapat perbedaan disiplin keija antara wanita dan pria.

Setelah perumusan hipotesis dibuat, maka dapatlah digambarkan hubungan antara variabelnya dengan suatu gambar. Kemudian, jika definisi operasionalnya belum disebutkan dalam bab pendahuluan, maka dapat diungkapkan setelah gambar tersebut.

Hipotesis sangat erat kaitannya dengan rumusan masalah yang dikemukakan. Untuk lebih jelasnya, lihat contoh keterkaitan antara rumusan masalah dengan hipotesis seperti pada Tabel 3.1.

Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka kita dapat menentukan judul dengan tepat. Judul pada umumnya ditentukan sebelum segala sesuatu dipermasalahkan. Namun, judul pada umumnya baru dapat ditentukan setelah kita mengetahui rumusan masalahnya. Atau setelah kita mengadakan observasi kepustakaan, baik secara teoretis maupun praktis (ke lapangan). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat judul adalah sebagai berikut. 1. Judul harus menggambarkan keseluruhan isi yang terdapat di dalam

tulisan atau tesis. 2. Judul harus dirumuskan dalam bentuk kalimat yang sederhana dan jelas

maksudnya. 3. Judul harus dalam bentuk kalimat pemyataan, bukan kalimat tanya. 4. Judul harus singkat, yaitu tidak lebih dari 10 kata. Nama instansi

atau organisasi dianggap satu kata. 5. Judul harus menggunakan tata bahasa baku. 6. Judul harus jelas obj eknya. Tabel 3.1 Contoh Hubungan Rumusan Masalah dengan Rumusan Hipotesis

Penelitian

Bab 3 Penyusunan Kerangka Teoretis, Kerangka Berpikir, dan 39

Page 54: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Rumusan Masalah Rumusan Hipotesis

KRIPTIF

Bagaimana disiplin kerja pria dan wanita di kantor A?

Berapa produktivitas gabah di Kecamatan A?

Disiplin kerja pria lebih rendah daripada wanita di kantor A.

atau Disiplin kerja pria sama dengan wanita di kantor

A. atau

Disiplin keija pria lebih tinggi daripada wanita di kantor A.

1. Produktivitas gabah di Kecamatan A belum mencapai 15 ton. atau

Produktivitas gabah di Kecamatan A mencapai 15 ton.

atau Produktivitas gabah di Kecamatan A sudah

mencapai 15 ton.

OSIATIF (KORELATIF)

Apakah ada hubungan antara pengawasan melekat dengan disiplin di Dinas A?

Bagaimana pengaruh pengawasan melekat terhadap disiplin di Dinas A?

Adakah hubungan positif dan signifikan antara pengawasan melekat dengan disiplin di Dinas A?

Ada pengaruh positif dan signifikan antara pengawasan melekat dengan disiplin di Dinas A.

MPARATIF

Bagaimana disiplin Dinas A dibandingkan Dinas B?

Apakah ada perbedaan disiplin Dinas A dengan Dinas B?

Ada perbedaan disiplin yang positif dan signifikan antara Dinas A dengan Dinas B.

Terdapat perbedaan disiplin yang positif dan signifikan antara Dinas A dengan Dinas B.

40 Metodologi Penelitian Sosial

Page 55: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT PENELITIAN/WAKTU PENELITIAN Pada bagian ini dipaparkan di mana penelitian tersebut dilaksanakan dan kapan penelitian dimulai serta berakhir. Tempat dan waktu penelitian bermanfaat untuk membatasi daerah dan waktu dari variabel-variabel yang diteliti.

B. METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan- peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau dari sudut filsafat, metodologi penelitian merupakan epistemologi penelitian. Yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.

Dalam bab ini diuraikan secara rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang meliputi penentuan variabel pokok, penentuan populasi, penentuan sampel atau teknik pengambilan contoh, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitiannya, dan teknik analisis data.

Bab 4 Metodologi Penelitian 41

Page 56: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

C. PENENTUAN VARIABEL POKOK Penentuan variabel pokok yang meliputi variabel independen dan dependen berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat terdahulu. Sebaiknya, hubungan antarvariabel pokok ini dibuat gambamya. Kemudian, dilanjutkan dengan defmisi operasionalnya, termasuk di dalamnya tentang cara mengukur serta skala pengukurannya.

D. PENENTUAN POPULASI Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.

Populasi dalam setiap penelitian haras disebutkan secara tersurat, yaitu yang berkenaan dengan besamya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan diadakannya populasi ialah agar kita dapat menentukan besamya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi.

Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri atas 1. Populasi terbatas (terhingga). 2. Populasi tidak terbatas (tidak terhingga).

Namun, dalam kenyataannya populasi terhingga selalu menjadi populasi yang tidak terhingga. Ditinjau dari sudut sifatnya, maka populasi dapat bersifat: 1. homogen, dan 2. heterogen.

Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total atau sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil. Untuk anggota populasi yang relatif besar, maka diperlukan mengambil sebagian anggota populasi yang dijadikan sampel. Pengambil- an anggota sampel yang merupakan sebagian dari anggota populasi tadi haras dilakukan dengan teknik tertentu yang disebut teknik sampling. Demikian pula untuk menentukan banyaknya anggota sampel haraslah menggunakan ramus, graflk, atau tabel tertentu.

42 Metodologi Penelitian Sosial

Page 57: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

E. TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH (TEKNIK SAMPLING) Sampel (contoh) ialah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling.

Berikut adalah fungsi teknik sampling. 1. Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili

populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan.

2. Lebih teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak. 3. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel adalah sebagai berikut. 1. Tentukan dulu daerah generalisasinya. Banyak penelitian menurun

mutunya karena generalisasi kesimpulannya terlalu luas. Penyebabnya ialah karena peneliti ingin agar hasil penelitiannya berlaku secara meluas dan menganggap sampel yang dipilihnya sudah mewakili populasinya.

2. Berilah batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat populasi. Populasi tidak harus manusia. Populasi dapat pula berupa benda-benda lainnya. Semua benda-benda yang akan dijadikan populasi harus ditegaskan batas-batas karakteristiknya, sehingga dapat menghindari kekaburan dan kebingungan.

3. Tentukan sumber-sumber informasi tentang populasi. Ada beberapa sumber informasi yang dapat memberi petunjuk tentang karakteristik suatu populasi. Umpamanya didapat dari dokumen-dokumen.

4. Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai dengan tujuan penelitiannya.

Teknik pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara. 1. Sampling random (probability sampling), yaitu pengambilan contoh

secara acak (random) yang dilakukan dengan cara undian, ordinal, tabel bilangan random, atau dengan komputer.

2. Sampling nonrandom (nonprobability sampling) atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan contoh tidak secara acak.

1. Teknik Sampling Random Teknik sampling random terdiri atas empat macam dengan uraian seperti

Bab 4 Metode Penelitian 43

Page 58: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

berikut ini. a. Teknik Sampling Random Sederhana (Simple Random Sampling) Ciri utama sampling ini ialah setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Caranya ialah dengan menggunakan undian, ordinal, tabel bilangan random, atau komputer. Keuntungannya ialah anggota sampel mudah dan cepat diperoleh. Kelemahannya ialah kadang-kadang tidak mendapatkan data yang lengkap dari populasinya.

b. Teknik Sampling Bertingkat (Stratified Sampling) Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis, beijenjang, danpetala. Teknik ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat. Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya, menurut usia, pendidikan, golongan/pangkat, dan sebagainya. Teknik ini akan semakin baik jika dilengkapi dengan penggunaan proporsional, sehingga setiap tingkat diwakili oleh jumlah yang sebanding. Stratified random sampling yang dilengkapi dengan proporsional ini disebut proportional stratified random sampling. Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya.

c. Teknik Sampling Kluster (Cluster Sampling) Teknik sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah, conditional sampling atau restricted sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan seterusnya. Pada peta daerah diberi petak-petak dan setiap petak diberi nomor. Nomor-nomor itu kemudian ditarik secara acak untuk dijadikan anggota sampelnya. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah dapat mengambil populasi besar yang tersebar di berbagai daerah, serta pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan teknik lainnya. Adapun kelemahannya ialah jumlah individu dalam setiap pilihan tidak sama, karena itu teknik ini tidaklah sebaik teknik lainnya; ada kemungkinan penduduk satu daerah berpindah ke daerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel

44 Metodologi Penelitian Sosial

Page 59: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

penelitian.

d. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling) Teknik ini sebenamya adalah teknik random sampling sederhana yang dilakukan secara ordinal. Artinya, anggota sampel dipilih berdasarkan urutan tertentu. Misalnya, setiap kelipatan 5 atau 10 dari daftar pegawai di suatu kantor. Keuntungan teknik ini ialah lebih cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya ialah kadang-kadang kurang mewakili populasinya.

2. Teknik Sampling Nonrandom Teknik sampling nonrandom terdiri atas tiga macam dengan uraian sebagai berikut.

a. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling) Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai. Misalnya, kita ingin meneliti pendapat masyarakat tentang kenaikan harga atau keluarga berencana, maka pertanyaan diajukan kepada mereka yang kebetulan dijumpai di pasar atau di tempat-tempat lainnya. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat, dan mudah. Adapun kelemahannya ialah kurang representatif.

b. Teknik Sampling Bertujuan (Purposive Sampling) Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Sebagai contoh untuk meneliti tentang peraturan lalu lintas, maka hanya mereka yang memiliki SIM atau yang tidak memiliki SIM saja yang dijadikan anggota sampel. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat, dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan kerugiannya ialah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi).

c. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling) Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu. Teknik sampling kuota sering dikacaukan dengan teknik sampling bertujuan. Keuntungan dan kelemahan menggunakan teknik ini sama seperti teknik sampling bertujuan.

Bab 4 Metodologi Penelitian 45

Page 60: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

F. PENENTUAN BESARNYA ANGGOTA SAMPEL (SAMPLE SIZE)

Besar anggota sampel harus dihitung berdasarkan teknik-teknik tertentu agar kesimpulan yang berlaku untuk populasi dapat dipertanggung- jawabkan. Di samping itu, harus pula memenuhi teknik sampling seperti yang diuraikan di atas tadi.

Anggota sampel yang secara ideal mewakili populasinya (representatif) seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Anggota Sampel yang Ideal

Besamya anggota sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan- pertimbangan, yaitu praktis, ketepatan, nonrespon, dan analisis data.

Anggota Populasi Anggota Sampel

46 Metodologi Penelitian Sosial

Page 61: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

1. Pertimbangan Praktis Pertimbangan praktis menyangkut hal-hal berikut. a. Unsur-unsur biaya, waktu, tenaga, dan kemampuan. b. Untuk eksplorasi (exploratory) atau penemuan dan penj aj akan, maka

anggota sampel tidak perlu banyak, tetapi untuk eksplanari (explana-tory) atau menerangkan, maka anggota sampel harus lebih banyak.

c. Jika kita memilih anggota sampel yang banyak, maka tingkat prediksi relatif tepat, kesalahan mentabulasi dan menghitung besar, reliabi- litas besar, dan kekuatan meningkat, demikian.pula sebaliknya.

2. Ketepatan Semakin kecil kita memilih taraf signifikansi (a), semakin banyak anggota sampelnya. Dengan demikian, semakin tepat atau teliti ramalan kita.

3. Pertimbangan Nonrespons Pertimbangan nonrespons ialah perkiraan jumlah anggota sampel yang dapat dijadikan responden setelah seluruh anggota sampel dikurangi dengan jumlah anggota sampel yang dijadikan kelompok uji coba instrumen penelitian. Anggota sampel yang sudah dijadikan kelompok uji coba sebaiknya tidak dipakai sebagai responden untuk mendapatkan data yang sebenamya. Selain pertimbangan di atas, juga perlu dipertimbangkan berapa responden yang bersedia mengembalikan angket atau dapat diwawancarai serta diobservasi.

4. Analisis Data Analisis data yang digunakan menentukan besamya anggota sampel. Untuk teknik statistika parametrik memerlukan data yang relatif besar (minimal 30), sedangkan untuk data yang dianalisis dengan teknik statistika nonparametrik cukup menggunakan data yang relatif kecil.

G. TEKNIK MENGHITUNG BESARNYA ANGGOTA SAMPEL Teknik untuk menghitung besamya anggota sampel secara umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu proporsi dan ketelitian estimasi.

Bab 4 Metodologi Penelitian 47

Page 62: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

1. Proporsi Perhitungan besamya anggota sampel dengan menggunakan cara proporsi dapat menggunakan sejumlah rumus-rumus, namun pada kesempatan ini dikenalkan tiga buah rumus untuk menghitung besamya anggota sampel. Rumus-rumus dan contoh penggunaannya seperti uraian berikut. a.

di mana: n = jumlah anggota sampel minimal p = proporsi kelompok pertama q = proporsi kelompok kedua = (1 - p) a = taraf signifikansi

2 j a = nilai z tabel untuk Jika a = 0,01 maka rumus tadi akan menjadi:

n < p(l - p)

Dan jika a = 0,05 maka rumus tadi akan menjadi: n < p(l - p)

0,05

Contoh Soal Suatu daerah diketahui anggota populasi penduduknya yang berstatus sebagai PNS sebanyak 400.000 orang. Di antaranya, 100.000 orang belum menjalankan KB secara efektif.

Pertanyaan: Berapa besar anggota sampel yang perlu diteliti dalam rangka mengungkapkan partisipasi PNS terhadap program KB?

fz? °0 2

n > pq L

a V J

/2,58V 0,01

^1,98V

48 Metodologi Penelitian Sosial

Page 63: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Jawab: Misalkan digunakan a = 0,05 maka didapatkan

100.000 P _ 400.000

= 0,25 1 98

0,25 (1 -0,25) -— y 0,05 j

294,03 Karena manusia bukan dalam bilangan pecahan, maka dibulatkan menjadi

295 orang.

x2 NP(1 - p) d

2 (N - 1) - X2P(1 - P)

di mana s = banyaknya anggota sampel N = banyaknya anggota populasi P =

proporsi dalam populasi d = derajatketelitian= 1,96 X2 = harga tabel chi-kuadrat untuk tertentu Jika rumus di atas digunakan untuk populasi tertentu yang sudah diketahui jumlah anggotanya. Dengan a = 0,05; maka Krejcie dan Morgan telah memberikan tabelnya yang dikenal dengan sebutan tabel Krejcie dan Morgan, seperti yang tercantum di Lampiran 2.

di mana: SE = Standar Estimasi P = proporsi N = jumlah anggota populasi n = jumlah anggota sampel

b.

Bab 4 Metodologi Penelitian 49

Page 64: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Penggunaan rumus c di atas, telah disederhanakan oleh Harry King dengan nomogramnya, yang terkenal dengan sebutan nomogram Harry King. Bentuk nomogram Harry King tersebut seperti pada Lampiran 1.

2. Ketelitian Estimasi a.

di mana: n = banyak sampel s = standar deviasi (diketahui) SE = standar error

b. Rumus dasar confidensi interval

,71 a w = 2 Zy a —j=

Vn

di mana: w = interval estimasi

Z-^ a = standar skor untuk tertentu

a = simpanan baku populasi (diketahui) n = besamya anggota sampel atau banyak sampel

Contoh Soal

Jika diketahui a2 = 100 w = 5 a = 0,05

Berapa banyaknya sampel (n)? Sebenamya, tidak ada aturan yang tegas mengenai berapa besamya

anggota sampel yang diisyaratkan suatu penelitian. Demikian pula apa batasan bahwa sampel itu besar atau kecil. Yang jelas ialah jika sampelnya besar maka

/ \ 2 s

n =

50 Metodologi Penelitian Sosial

Page 65: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

biaya, tenaga, dan waktu yang disediakan harus besar pula, demikian sebaliknya. Meskipun demikian, mutu suatu penelitian tidaklah ditentukan oleh besamya anggota sampel yang digunakan, melainkan oleh kuatnya dasar-dasar teori yang mendukung teknik pengambilan anggota sampel tersebut. Sebenamya, tidak ada anggota sampel yang 100% representatif, kecuali anggota sampelnya sama dengan anggota populasinya (total sampling).

H. KESALAHAN UMUM DALAM MENENTUKAN BESAR ANGGOTA SAMPEL

Kesalahan-kesalahan umum yang sering dijumpai dalam menentukan besamya anggota sampel adalah sebagai berikut. I. Peneliti gagal dalam menetapkan jumlah anggota populasi yang dapat

dipercaya. 2. Peneliti menggunakan anggota sampel yang terlalu kecil untuk setiap

subgrupnya, sehingga analisis statistika parameter tidak berlaku, padahal populasi sebenamya cukup besar.

3. Peneliti tidak menggunakan teknik sampling bertingkat yang disyaratkan untuk menentukan anggota sampel subgrupnya.

4. Peneliti mengubah prosedur teknik sampling. 5. Peneliti mengubah rumus untuk menghitung besamya anggota sampel. 6. Peneliti memilih anggota sampel yang tidak sesuai dengan tujuan

penelitiannya. 7. Peneliti mengurangi anggota sampel yang telah ditentukan oleh

perhitungannya. 8. Peneliti memilih grup eksperimen dan grup kontrol dari populasi yang

berbeda. 9. Peneliti yang memakai grup sukarela, lupa atau sengaja tidak

membedakannya dengan grup wajib, akibatnya peneliti gagal dalam menginterpretasikan hasil penelitiannya.

10. Peneliti tidak memberikan alasan-alasan mengapa rumus dan teknik sampling tertentu yang digunakan di dalam penelitiannya itu.

Bab 4 Metodologi Penelitian 51

Page 66: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

I. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pada hakikatnya, metode ilmiah ialah penggabungan antara berpikir secara deduktif dengan induktif. Jika pengajuan rumusan hipotesis tersebut dengan susah payah diturunkan dari kerangka teoretis dan kerangka berpikir secara deduktif, maka untuk menguji bahwa hipotesis diterima atau ditolak perlu dibuktikan kebenarannya dengan data-data yang ada di lapangan. Data-data tersebut dikumpulkan dengan teknik tertentu yang disebut teknik pengumpulan data. Selanjutnya, data-data itu dianalisis dan disimpulkan secara induktif. Dan akhimya dapatlah kita memutuskan bahwa hipotesis ditolak atau diterima.

Dalam dunia ilmiah dikenal semboyan: “Yakinkanlah orang secara logis dengan kerangka teoretis dan kerangka berpikir, serta buktikanlah secara empiris dengan pengumpulan data yang relevan”. Teknik pengumpulan data terdiri atas observasi (observation), wawancara (interview), angket (questionary), dan dokumentasi (documentation).

1. Observasi Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).

Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Dalam menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti.

Ada dua indra yang sangat vital di dalam melakukan pengamatan, yaitu mata dan telinga. Oleh sebab itu, kedua indra itu harus benar-benar sehat. Dalam melakukan pengamatan, mata lebih dominan dibandingkan dengan telinga. Mata mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu mudah letih. Untuk mengatasi kelemahan yang bersifat biologis tersebut maka perlu melakukan hal-hal berikut. a. Menggunakan kesempatan yang lebih banyak untuk melihat data- data. b. Menggunakan orang lain untuk turut sebagai pengamat (observers). c. Mengambil data-data sejenis lebih banyak.

Sedangkan usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan yang bersifat psikologis adalah

52 Metodologi Penelitian Sosial

Page 67: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

a. Meningkatkan daya penyesuaian (adaptasi). b. Membiasakan diri. c. Rasa ingin tahu. d. Mengurangi prasangka. e. Memiliki proyeksi.

Dalam observasi diperlukan ingatan terhadap observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Namun, manusia mempunyai sifat pelupa. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan catatan-catatan (check-list); alat-alat elektronik, seperti tustel, video, tape recorder, dan sebagainya; lebih banyak melibatkan pengamat; memusatkan perhatian pada data- data yang relevan; mengklasifikasikan gejala dalam kelompok yang tepat; menambah bahan persepsi tentang objek yang diamati.

a. Petunjuk-Petunjuk untuk Mengadakan Observasi Beberapa petunjuk untuk mengadakan observasi adalah pelajari dulu apa observasi itu; pelajari tujuan penelitian; buat cara mencatat yang sistematis; batasi tingkat kategori yang dipakai; lakukan observasi secara cermat dan kritis; catat masing-masing gejala secara terpisah menurut kategorinya; periksa alat bantunya; waktu yang tersedia; hubungan dengan pihak yang diobservasi (observee); intensitas dan ekstensi partisipasi. b. Jenis-Jenis Teknik Observasi Jenis-jenis teknik observasi adalah: 1) partisipasi lawannya nonpartisipasi; 2) sistematis lawannya nonsistematis; 3) eksperimental lawannya noneksperimental.

Observasi partisipasi {participant observation) ialah jika observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti. Keadaan yang sebaliknya disebut nonobservasi partisipasi. Sedangkan kehadiran observer yang berpura-pura disebut kuasi observasi partisipasi.

Observasi sistematis atau observasi berkerangka {structured observation) ialah observasi yang sudah ditentukan terlebih dahulu kerangkanya. Kerangka itu memuat faktor-faktor yang akan di observasi menurut kategorinya.

Observasi eksperimen ialah observasi yang dilakukan terhadap situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan.

Bab 4 Metodologi Penelitian 53

Page 68: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

c. Alat Observasi Alat bantu yang digunakan dalam observasi, antara lain daftar riwayat kelakuan {anecdotal record)', catatan berkala; daftar catatan {check list); rating scale, yaitu pencatatan gejala menurut tingkatannya; alat- alat optik serta elektronik.

d. Kesesatan dalam Observasi Kesesatan-kesesatan yang sering teijadi selama melaksanakan observasi dapat berbentuk hallo effects, yaitu jika observer dalam melakukan observasi telah terpengaruh atas hal-hal yang baik dari observasi; generosity effects, yaitu jika observer dalam keadaan tertentu cenderung untuk memberikan penilaian yang menguntungkan; carryover effects, yaitu jika observer tidak mampu memisahkan gejala yang satu dengan gejala lainnya.

e. Kecermatan Observasi Tingkat kecermatan observasi sangatlah dipengaruhi oleh faktor prasangka dan keinginan observer, terbatasnya kemampuan pancaindra dan ingatan; terbatasnya wilayah pandang, yaitu kecenderungan observer menaruh perhatian dengan membandingkannya kepada kejadian lainnya; kemampuan observer dalam menangkap hubungan sebab akibat; kemampuan menggunakan alat bantu; ketelitian pencatatan; pengertian observer terhadap gejala yang diukur.

/. Keuntungan Observasi Keuntungan digunakannya teknik pengumpulan data dengan observasi, yaitu sebagai alat langsung yang dapat meneliti gejala; observee yang selalu sibuk lebih senang diteliti melalui observasi daripada diberi angket atau mengadakan wawancara; memungkinkan pencatatan serempak terhadap berbagai gejala, karena dibantu oleh observer lainnya atau dibantu oleh alat lainnya; tidak tergantung pada self-report.

g. Kelemahan Observasi Kelemahan penggunaan teknik pengumpulan data dengan observasi adalah banyak kejadian langsung yang tidak dapat diobservasi, misalnya rahasia pribadi observee; observee yang menyadari dirinya sebagai objek penelitian cenderung untuk memberikan kesan-kesan yang menyenangkan observer;

54 Metodologi Penelitian Sosial

Page 69: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

kejadian tidak selamanya dapat diramalkan, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama; tugas observer akan terganggu jika teijadi peristiwa tidak terduga, seperti hujan, kebakaran, dan lain- lain; terbatas kepada lamanya kejadian berlangsung.

2. Wawancara Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee.

a. Kegunaan Wawancara Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer); pelengkap teknik pengumpulan lainnya; menguji hasil pengumpulan data lainnya. b. Petunjuk untuk Mengadakan Wawancara Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dalam mengadakan wawancara adalah sebagai berikut. 1) Interviewer harus mengenalkan dirinya kepada interviewee, baik

langsung maupun tidak langsung serta menyampaikan maksud penelitian untuk kemajuan ilmu dan kepentingan bersama, serta sekaligus meminta kesediaan kapan waktu wawancara boleh dimulai.

2) Interviewer harus menciptakan hubungan baik dengan interviewee dengan cara saling menghormati, kerja sama, mempercayai, memberi, dan menerima.

3) Ciptakan suasana santai dan tidak tergesa-gesa dalam mengajukan pertanyaan.

4) Interviewer hendaklah menjadi pendengar yang baik dan tidak memotong ataupun menggiring interviewee kepada jawaban yang diharapkan.

5) Interviewer harus terampil dalam bertanya. Agar terampil, maka harus mempertimbangkan hal-hal berikut. Adakanlah pembicaraan pembukaan; gaya bicara jangan berbelit-belit; aturlah nada suara agar tidak membosankan; sikap bertanya jangan seperti menghakimi atau menggurui; mengadakan parafrasa; mengadakan prodding, yaitu penggalian yang lebih dalam, mencatat, dan menilai jawaban; aturlah waktu bertanya; jangan lupa buatlah pedoman sebagai bimbingan untuk

Bab 4 Metodologi Penelitian 55

Page 70: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

mengajukan pertanyaan.

c. Jen is Wawancara Jenis wawancara ada dua, yaitu tidak terpimpin dan terpimpin.

Wawancara tidak terpimpin ialah wawancara yang tidak terarah. Kelemahannya ialah tidak efisien waktu, biaya, dan tenaga. Keuntungannya ialah cocok untuk penelitian pendahuluan, tidak memer- lukan keterampilan bertanya, dan dapat memelihara kewajaran suasana.

Wawancara terpimpin ialah tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan data-data yang relevan saja. Kelemahan teknik ini adalah kesan-kesan, seperti angket yang diucapkan serta suasana menjadi kaku dan formal. Sedangkan keuntungan teknik ini adalah pertanyaan sistematis sehingga mudah diolah kembali, pemecahan masalah lebih mudah, memungkinkan analisis kuantitatif dan kualitatif, dan kesimpulan yang diperoleh lebih reliabel.

d. Kesesatan dalam Wawancara Kesesatan wawancara bisa teijadi karena adanya error of recognition, yaitu jika interviewer gagal memproduksi ingatannya kembali; error of omission, yaitu jika interviewer melewatkan sesuatu yang seharusnya dilaporkan; error of addition, yaitu jika interviewer melebih-lebihkan jawaban interviewee; error of transposition, yaitu jika interviewer tidak mampu mereproduksi urutan jawaban dari interviewee.

e. Kelemahan Wawancara Kelemahan wawancara adalah harus pandai bicara dengan jelas dan benar, orang bisu tidak dapat diwawancarai; waktu, biaya, dan tenaga tidak efisien; sangat tergantung kepada kesediaan interviewee', proses wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan; untuk objek yang luas diperlukan interviewer yang banyak.

/. Keuntungan Wawancara Teknik pengumpulan data melalui wawancara mempunyai keuntungan sebagai berikut salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi; tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat berbicara dengan baik saja; dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data lainnya;

56 Metodologi Penelitian Sosial

Page 71: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

sebagai penguji terhadap data-data yang didapat dengan teknik pengumpulan data lainnya.

3. Angket Angket ialah daftar pemyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden, baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara).

Angket yang baik hendaklah memerhatikan petunjuk di bawah ini. 1) Bahasa harus singkat, jelas, dan sederhana. 2) Kata-kata yang digunakan tidak mengandung makna rangkap.

Misalnya: Puaskah Anda dengan gaji? Gaji dulukah atau gaji sekarang? Puas dalam sifat biologis atau psikologis?

3) Hindarilah pertanyaan yang relatif lama, sehingga sukar diingat responden. Misalnya: Berapakah jumlah tamu yang datang ke rumah Anda selama 5 tahun ini?

4) Hindarilah pertanyaan atau pemyataan yang mengandung lebih dari dua arti. Misalnya: Senangkah Anda membaca buku ilmiah dan majalah hiburan? Pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh orang yang senang membaca buku ilmiah, tetapi tidak senang membaca majalah hiburan, demikian pula sebaliknya. Untuk mengatasi hal tersebut maka pertanyaan hendaknya dibuat dua buah.

5) Hindarilah kata-kata, seperti semua, seluruh, selalu, tidak satu pun, tidak pemah. Karena bersifat menggiring responden.

6) Hindarilah pertanyaan atau pemyataan yang kira-kira ditolak atau diterima oleh seluruh responden. Misalnya pemyataan: Makhluk bemyawa akan mati. Semua responden akan menjawab ya, atau sangat setuju.

7) Hindarilah kata-kata yang membingungkan atau kurang diketahui oleh responden. Misalnya: Apakah manajemennya bersifat inovatif?

8) Kata “hanya” hendaklah digunakan dengan hati-hati karena cenderung menggiring responden.

9) Hindarilah pertanyaan atau pemyataan yang mengandung dua pengertian negatif yang menggunakan kata “tidak”, karena dapat membingungkan responden. Misalnya: Saya tidak masuk sekolah

Bab 4 Metodologi Penelitian 57

Page 72: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

karena badan tidak sehat. Lebih baik dibuat: Saya absen karena sakit. 10) Hindarilah pertanyaan atau pemyataan yang menggiring. Misalnya:

Setujukah Anda dengan kepemimpinan Responden cenderung menyatakan setuju daripada tidak, lebih-lebih yang memimpin itu orang yang sedang berkuasa.

11) Hindarilah pertanyaan atau pemyataan yang memalukan atau menakutkan responden. Misalnya: Pernahkah Anda mencuri? Responden cenderung menjawab tidak pemah.

12) Jangan membuat angket yang banyak menyita waktu responden, karena jika responden bosan, maka angket tidak diisi dan dikem- balikan.

13) Buatlah pertanyaan atau pemyataan yang mengandung makna positif dan negatif yang disusun secara acak. Jumlahnya hendaklah seim- bang.

14) Buatlah pertanyaan atau pemyataan dari yang mudah dulu, kemudian baru yang lebih sukar.

15) Periksalah pertanyaan atau pemyataan yang bersifat fakta dengan yang bersifat pendapat, karena yang perlu diuj i validitas dan reliabi- litasnya hanya yang bersifat pendapat, persepsi, atau sikap saja. Contoh yang bersifat fakta ialah: Berapa umur, jumlah anak, agama, pekerjaan, dan alamat Anda? Contoh yang bersifat pendapat ialah: Bagaimana kecenderungan tipe kepemimpinan kepala kantor Anda?

16) Sebelum responden mengisi j awabannya, buatlah petunjuk pengisian angket disertai contohnya. Petunjuk pengisian hendaknya singkat, jelas, dan lengkap. Hal-hal yang ditonjolkan hendaknya diberi garis bawah atau dicetak tebal. Berilah petunjuk baru setiap mengganti bentuk pertanyaan atau pemyataan.

17) Buatlah kata pengantar yang menyatakan tujuan penelitian yang juga menyangkut untuk kepentingan responden kelak, sehingga kerja sama yang baik perlu dibentuk. Nyatakan pula bahwa kerahasiaan responden akan dijamin serta tidak ada pengaruhnya dengan kedudukan responden.

18) Pengiriman angket ke tempat yang jauh harus memperhitungkan kapan tibanya, dan kapan kembali ke peneliti.

58 Metodologi Penelitian Sosial

Page 73: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

b. Jenis Angket Jenis angket ada dua, yaitu tertutup dan terbuka. Jenis angket tertutup mempunyai bentuk-bentuk pertanyaan, seperti ya, tidak, pilihan ganda, skala penilaian, dan daftar cek. Sedangkan jenis angket terbuka mempunyai bentuk pertanyaan berupa jawaban singkat atau uraian singkat (bentuk isian).

c. Bentuk Skala dalam Angket Banyak sekali jenis skala yang dapat digunakan dalam membuat angket. Namun, pada bab ini dikenalkan delapan macam skala, yaitu Borgadus, sosiometrik, penilaian (rating scale), rangking, konsistensi internal (Thurstone), Likert, Guttman, dan semantic differential. Kedelapan jenis skala ini diberikan contohnya seperti berikut ini. 1) Skala Borgadus

Skala Borgadus adalah salah satu bentuk skala untuk mengukur jarak sosial yang dikembangkan oleh Emory S. Borgadus. Jarak sosial ialah derajat pengertian atau keintiman yang merupakan ciri hubungan sosial secara umum, dengan kontinum sangat intim, intim, netral, benci, dan sangat benci. Atau bentuk yang sejenis kata-kata tersebut. Penyusunan pertanyaan harus jelas urutan kualitasnya. Kualitas dapat dimulai dari yang rendah ke tinggi, atau sebaliknya. Jawaban dari pertanyaan diberi skor menurut konsep yang dianut. Misalnya, konsep yang dianut mendukung kesetujuan kita terhadap sesuatu hal, maka semakin tinggi kualitas, semakin tinggi skomya. Dan kualitas jawaban terendah diberi skor 1, demikian sebaliknya. Contoh petunjuk pengisian berikut dapat dikembangkan lebih teliti lagi menurut kualitasnya. Asumsi skala ini adalah setiap jarak sosial memiliki kontinum yang sama; tidak ada skor nol, skor terendah sama dengan satu.

Uji reliabilitas yang cocok ialah teknik test retest. Sedangkan uji validitas menggunakan kelompok lainnya. Skala ini digunakan untuk penelitian yang singkat waktunya dan tidak memerlukan tingkat presisi yang tinggi. Contoh: Petunjuk pengisian: berilah tanda centang (A/) pada salah satu pertanyaan pada kolom yang tersedia.

Bab 4 Metodologi Penelitian 59

Page 74: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

2) Skala Sosiometrik Skala ini seperti halnya dengan bentuk di atas, yaitu untuk mengukur jarak hubungan sosial. Skala ini dikembangkan oleh J.I. Moreno & Helen H. Jennings. Skala ini lebih tepat untuk mengukur penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu dalam lingkungan atau kelompok tertentu. Misalnya, di lingkungan kantor, sekolah, dan sebagainya.

Contohnya, di dalam perkumpulan organisasi yang anggotanya 15 orang akan memilih pimpinan sebanyak tiga orang menurut ranking, dan harus dipilih oleh seluruh anggotanya (15).

Kontinum skala jarak ialah nama anggota pilihan pertama, nama anggota pilihan kedua, dan nama anggota pilihan ketiga. Setiap anggota menuliskan tiga orang anggota lainnya yang dipilih. Kelima belas anggota itu, misalnya A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, dan O.

Misalnya si A, memilih H calon pertama, B calon kedua, dan C calon ketiga, demikian seterusnya. Sehingga didapat matriks sosiometrik seperti Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Matriks Sosiometrik

a. Maukah Anda menerima orang Cina kawin

dengan keluarga Anda?

b. Maukah Anda menerima orang Cina sebagai

sahabat kental Anda?

c. Maukah Anda menerima orang Cina sekantor

dengan Anda?

d. Maukah Anda menerima orang Cina masuk

dalam organisasi Anda?

e. Maukah Anda menerima orang Cina sekam-

pung dengan Anda?

60 Metodologi Penelitian Sosial

Page 75: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

3) Skala Penilaian (Rating Scales) Skala ini digunakan jika diyakini bahwa responden mengetahui bidang yang dinilai.

Contoh : Skala Penilaian. Petunjuk : Berilah tanda centang (V) pada batas yang tersedia menurut

pemyataan berikut! Perilaku pemimpin saya di kantor adalah Bentuk ini dapat pula dibuat variasi lainnya sebagai berikut. Petunjuk: Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang tersedia

sesuai dengan kenyataan yang Anda alami!

A B C D E F G H I J K L M N O

A

2 3

1

B

1 3

2

C

1

2 3

D 3 1

2

E 3

2

1 F

2

1

3

G 3

2

1

H 3

1

2

I 3

2 1

J

1

2

3

K 3

1

2 L

2 1

3 M

1

3

2 N

2 3

0

2

3

1 1 Pilihan

pertama

2 1

1

5

2

1

1 2 Pilihan kedua

1 2 2

2 3 1 1

2

1

2 Pilihan ketiga 2 1 2 1 1 1

2

3 1

1 Total 2 4 4 3 2 3 8 1 5

6 1 1 1 5 * ) Reliabilitas skala ini diuji dengan teknik tes retest

Bab 4 Metodologi Penelitian 61

Page 76: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

4) Skala Ranking

Contoh: Petunjuk: Isilah pertanyaan tersebut dengan singkat!

Ijazah sekolah formal tertinggi yang dimiliki: ................... Golongan/Pangkat: ..........................................................

Contoh lainnya: Petunjuk: Berilah angka 1 sampai 10 pada masing-masing anggota

organisasi yang aktif berbicara dalam rapat di bawah ini: A ............................. B ............................. C .............................

5) Skala Thurstone Skala ini dikembangkan oleh Thurstone pada tahun 1920-an, yang bertujuan untuk mengurutkan responden berdasarkan ciri-ciri tertentu. Prosedur menyusun skala ini adalah sebagai berikut. a) Peneliti mengumpulkan beratus-ratus pertanyaan yang relevan dengan

masalah. b) Selanjutnya, pertanyaan yang beratus-ratus tadi diajukan kepada 50-300

Perilaku pemimpin saya di kantor sehari-hari adalah

a. Membuat keputusan dan mengumumkannya. b. Menjual keputusan.

c. Memberikan ide dan mengundang pertanyaan. d. Memberikan keputusan sementara yang dapat diubah.

e. Memberikan persoalan, meminta saran-saran, dan membuat keputusan.

f. Merumuskan batas-batasnya/meminta pada kelompok untuk membuat keputusan.

g- Mengizinkan bawahan untuk melakukan fungsi dalam batas- batas yang dirumuskan atasan.

62 Metodologi Penelitian Sosial

Page 77: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

responden yang independen untuk memberikan pengelompokan pertanyaan tadi.

c) Jumlah kelompok pertanyaan selalu ganjil, biasanya 5 sampai 9 dan mempunyai nilai netral di tengahnya.

d) Pertanyaan yang nilainya menyebar dibuang, sedangkan nilai yang hampir mendekati digunakan untuk membuat skala.

Prosedur di atas agak sukar dilaksanakan peneliti dan memerlukan waktu yang relatifbanyak, karena itu skala ini jarang digunakan. Contoh dari skala ini adalah sebagai berikut.

Contoh: Petunjuk: Berilah tanda silang (x) pada huruf yang tersedia pada setiap

pertanyaan atau pemyataan! 1 = sangat setuju 9 = sangat tidak setuju

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Saya menyenangi cara berdagang orang Cina

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Saya ingin mengetahui kelebihan-kelebihan berdagang lainnya dari orang Cina dan seterusnya.

Bentuk lainnya dari skala ini ialah seperti contoh di bawah ini.

Petunjuk: Berilah tanda centang (V) untuk pemyataan yang Anda setujui dan tanda silang (x) untuk yang tidak disetujui.

1. Saya menyenangi suasana kerja di kantor ini

2. Teman sekeija jarang melaksanakan teguran langsung kepada saya, walaupun saya salah.

dan seterusnya.

6) Skala Likert

Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert (1932) yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap sesuatu objek. Karena pembuatannya relatif mudah dan tingkat reliabilitasnya

Bab 4 Metodologi Penelitian 63

Page 78: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

tinggi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pertanyaan atau pemyataan dengan skala Likert adalah sebagai berikut. a) Bentuk standar skala Likert adalah 1 sampai 5. b) Sebaiknya, jumlah item dibuat berkisar 25 sampai 30 pertanyaan atau

pemyataan untuk mengukur sebuah variabel, sehingga reliabilitasnya cenderung tinggi.

c) Buatlah item dalam bentuk positif dan negatif dalam proporsi yang seimbang serta ditempatkan secara acak. Persyaratan lainnya seperti petunjuk-petunjuk menyusun angket.

Contoh 1 Petunjuk: Berilah tanda centang (V) pada kolom yang disediakan!

5 = sangat setuju 4 = setuju 3 = ragu-ragu 2 = tidak setuju 1 = sangat tidak setuju

Variasi lain dari bentuk di atas, angka-angka dalam kolom boleh saja diganti dengan bunyi petunjuknya. Misalnya, untuk kolom 1 boleh saja langsung dituliskan sangat tidak setuju, demikian seterusnya.

Contoh 2 Petunjuk: Berilah tandasilang (x) pada salah satu jawaban yang paling

cocok menurut Anda!

Pengawasan sudah beijalan dengan baik

a. sangat setuju b. setuju

Pemyataan/pertanyaan 1 2 3 4 5

1. Pengawasan sudah berjalan

dengan baik

2. dan seterusnya

64 Metodologi Penelitian Sosial

Page 79: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

c. ragu-ragu d. tidak setuju e. sangat tidak setuju

Contoh 3 Petunjuk: Berilah lingkaran pada angka yang sesuai dengan pendapat

Anda.

7) Skala Guttman Skala ini dikembangkan oleh Louis Guttman (1944). Skala ini disebut juga dengan istilah scalogram, scale analysis, dan reproducibility. Skala ini sebenamya merupakan pengembangan dari bentuk skala Borgadus. Karena skala Borgadus mempunyai kelemahan adanya bias dalam mengisi. Hal ini disebabkan urutan pertanyaan atau pemyataannya jelas dari sukar ke mudah, atau sebaliknya. Guttman memperbaiki cara ini dengan penyusunan secara acak sehingga responden perlu berhati-hati dalam mengisinya. Contoh: Berilah tanda centang (V) pada salah satu pertanyaan yang paling

disetujui!

1. Pengawasan sudah beijalan dengan baik

1 2 3 4 5 sangat tidak tidak ragu-ragu setuju sangat

setuju setuju setuju

Bab 4 Metodologi Penelitian 65

Page 80: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

8) Skala Perbedaan Semantik (Semantic Differential) Skala ini dikembangkan oleh Charles Osgood dan Tannenbaum pada tahun 1957. Responden diminta untuk memberikan penilaiannya terhadap suatu konsep atau objek tertentu. Misalnya, kepemimpinan, sikap wiraswasta, keadaan iklim organisasi, prosedur keija, dan sebagainya. Skala ini terdiri atas tujuh kolom dengan bipolar yang saling bertentangan. Untuk menghindarkan bias, maka polar positif dan negatif disusun secara acak. Sifat bipolar dapat ditentukan melalui pengalaman pribadi atau meminta pendapat pakamya. Contoh: Petunjuk: Berilah tanda centang (V) pada kolom yang disediakan!

1. Bolehkah eks Tapol berpidato di depan umum?

2. Perlukah eks Tapol yang dekat rumah Anda

dipindahkan?

3. Perlukah buku karangan eks Tapol dibuang?

4. Perlukah eks Tapol yang bekerja di kantor

Anda dipecat?

5. Perlukah eks Tapol dipindahkan dari daerah

Anda ke daerah lainnya?

Kerja Sama di Kantor Saya

Bersahabat

Dingin

Terbuka

Membosankan

Baik

Intim

dan seterusnya

Bermusuhan

Hangat

Tertutup

Menyenangkan

Buruk

Renggang

66 Metodologi Penelitian Sosial

Page 81: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

d. Keuntungan Angket Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut.

Keuntungan angket tertutup adalah mudah diolah, responden tidak perlu menuliskan buah pikirannya, pengisian menggunakan waktu yang singkat, dan dapat menjaring responden yang relatif banyak karena kemungkinan dikembalikan sangat besar.

Keuntungan angket terbuka adalah responden dapat mengungkapkan buah pikirannya, dan berguna apabila peneliti ingin mengetahui keadaan responden lebih mendalam.

e. Kelemahan Angket Kelemahan angket tertutup adalah responden tidak punya kesempatan untuk menjawab lebih bebas, dan ada kemungkinan responden asal mengisi saja.

Kelemahan angket terbuka adalah sukar mengolahnya, perlu waktu yang relatif panjang untuk mengisinya, dan nilai jawaban sering tidak sama. 4. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.

Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data yang diambil dari dokumen cenderung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak, maka peneliti ikut salah pula mengambil datanya.

Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder, sedangkan data-data yang dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan angket cenderung merupakan data primer atau data yang langsung didapat dari pihak pertama. .

J. KESALAHAN UMUM PENGGUNAAN ANGKET, WAWAN-CARA, DAN OBSERVASI DALAM PENELITIAN

Kesalahan yang sering dijumpai dalam menggunakan angket, wawancara, dan observasi dalam penelitian adalah sebagai berikut. 1. Peneliti menggunakan angket untuk masalah-masalah yang sebenamya

lebih efektif dengan teknik pengumpulan data lainnya.

Bab 4 Metodologi Penelitian 67

Page 82: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

2. Peneliti menyusun angket secara tergesa-gesa sehingga tidak sempat mengadakan pilot-study atau try-out.

3. Peneliti menanyakan banyak hal sehingga banyak menyita waktu responden untuk mengisinya.

4. Peneliti mengabaikan format, bahasa, mutu cetakan, dan lain-lain, sehingga dapat mengurangi minat responden untuk berpartisipasi.

5. Peneliti mengabaikan proporsi sampel yang tidak menjawab atau mengembalikan angket.

6. Interviewer tidak membuat rencana wawancaranya dengan matang serta tidak menggunakan kerangka wawancara yang sistematis.

7. Interviewer kurang terlatih melakukan wawancara. 8. Interviewer tidak bemsaha mengurangi bias yang ada pada dirinya. 9. Interviewer menggunakan bahasa yang sukar dipahami pihak interviewee.

68 Metodologi Penelitian Sosial

Page 83: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

10. Interviewer menanyakan hal-hal yang di luar pengetahuan interviewee. 11. Observer kurang terlatih mendapatkan data yang sahih dan andal. 12. Observer bertingkah sedemikian rupa sehingga mengganggu suasana

pihak yang diobservasi. 13. Format observasi yang memerlukan keija keras di pihak observer. 14. Penelitian yang dikompromikan dengan mengubah desain agar

mendapatkan kemudahan administrasi. 15. Peneliti menggunakan instrumen penelitian yang kurang dikuasai

sepenuhnya.

K. TEKNIKANALISIS DATA Dalam subbab ini diuraikan teknik analisis data beserta alasannya mengapa teknik itu yang dipakai. Lambang atau notasi yang dipakai di dalam ramus haras diuraikan dengan jelas dan lengkap.

Dalam subbab ini perlu disebutkan teknik analisis apa yang dipakai, teknik analisis univariat, atau teknik analisis bivariat ataukah multivariat atau kombinasinya. Teknik analisis univariat untuk uraian deskripsi tentang latar belakang subjek serta variabel yang diteliti dengan penyajian frekuensi, tabel, tabel silang, grafis, dan sebagainya yang sesuai.

Ada dua analisis yang perlu diuraikan di sini, yaitu pengujian persyaratan analisis, seperti uji normalitas, homogenitas, validitas dan reliabilitas, linieritas; pengujian hipotesis.

Teknik analisis statistika yang digunakan tergantung dari rumusan masalah serta jenis data yang dipakai. Instrumen penelitian yang diujicobakan haruslah diuji validitas dan reliabilitasnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang bersifat menyeluruh, utuh, terpadu, jelas, singkat, dan sistematis. Berikut ini

Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan 69

Page 84: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

diketengahkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian hasil penelitian dan pembahasan.

A. HASIL PENELITIAN Dalam subbab ini penyajian hendaknya dalam bentuk yang ringkas dan komunikatif. Bahan-bahan yang disajikan meliputi hal-hal berikut. 1. Deskripsi latar belakang subjek dan wilayah populasi penelitian. 2. Deskripsi variabel pokok (key variables) yang diteliti, misalnya analisis

variabel tunggal dan ganda disajikan dalam bentuk grafik, tabel silang, persentase, dan lain-lain.

3. Pengetesan hipotesis (jika ada) perlu dikemukakan hal-hal yang menyangkut hipotesis penelitian, hipotesis nol (nihil), dan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesisnya dengan menyertakan besamya nilai taraf signifikansi dan deraj at kebebasan yang digunakan.

4. Hasil hitungan, hendaknya disajikan secara ringkas dalam bentuk tabel-tabel atau matrik, sedangkan semua data kasar termasuk tabel keija hendaknya dimasukkan dalam lampiran.

5. Uraian cara menarik kesimpulan dari pengetesan hipotesis harus dikemukakan dengan jelas. Apabila uraian menunjuk suatu sumber di dalam lampiran, maka nomor

lampiran dan halamannya hendaklah disebutkan. Setiap penyajian hasil penelitian disajikan selalu disertai dengan penafsiran atau pembahasannya dengan jelas.

Urutan hasil penelitian seharusnya sama dengan urutan hipotesis. Karena salah satu ciri penulisan ilmiah yang harus dipenuhi adalah konsistensi urutan penulisannya. Hasil penelitian misalnya memuat histogram, poligon, tabel distribusi frekuensi, serta tabel hasil perhitungan korelasi dan regresi. Hasil pengolahan data dengan program komputer diletakkan pada lampiran saja dan diberi nomor lampirannya. Setiap hal yang dilampirkan harus disebutkan pada bagian isi laporan penelitian. Misalnya, pada bab hasil penelitian, untuk perhitungan korelasi lihat pada Lampiran. Hasil penelitian inilah yang akan menj adi kesimpulan penelitian di bab ini nanti. Secara ringkas bab hasil penelitian berisikan data deskriptif berupa salah satu atau lebih sesuai tujuan penelitian dan hipotesis seperti Gambar 5.1 berikut.

70 Metodologi Penelitian Sosial

Page 85: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Untuk memutuskan teknik analisis korelasi yang tepat dalam menganalisis data kuantitatif dapat menggunakan Tabel 5.1 berikut.

Gambar 5.A Statistika DeskripW (Me WMan dan Schumacher, 200V)

Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan 71

Page 86: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

B. PEMBAHASAN Pembahasan atau penafsiran analisis data dilakukan secara teoretis, baik kuantitatif maupun kualitatif. Pembahasan harus tepat, cermat, dan sistematis. Apabila ditemukan hasil yang menarik untuk dibahas dan di dalam penelitian lain juga terdapat hal yang sama hendaklah dikemukakan dalam pembahasan ini. Dalam pembahasan disertakan pula beberapa keterbatasan dari penelitian ini.

Pembahasan yang bermutu, antara lain berisikan penjelasan mengapa hasil penelitian ini mendukung atau bertentangan dengan teori dan/atau hasil penelitian terdahulu yang relevan dan sudah diungkapkan di Bab 2

Tabel 5.1 Keputusan untuk Memilih Teknik Analisis Korelasi yang Tepat

Interval/Ratio Ordinal Nominal

m > 2 m = 2 Interval/Ratio

Pearson product moment, r< (hubungan linear) (jika nonlinear, monotonic: kedua data diturunkan menjadi ordinal) \

Interval/ratio variabel diturunkan menjadi ordinal jika data tidak normal

Point biserai: rp*

Ordinal .............. " \ Sperman’s rho, rs (hubungan linear)

\

(Variabel ordinal diturunkan menjadi nominal)

k > 2

Cramer’s C (V, Dc)

Nominal

k = 2

Phi, <t> (dikotomi)

(Black, 1999)

72 Metodologi Penelitian Sosial

Page 87: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Landasan Teoretis. Dalam penelitian kuantitatif dijelaskan mengapa hasil penelitian menemukan angka-angka seperti itu sehingga hipotesis diterima atau ditolak. Jadi, landasan teoretis dan hasil-hasil penelitian yang relevan, di samping untuk menghasilkan kerangka berpikir juga sebagai “pisau” dalam menganalisis hasil penelitian di Bab 4.

Setelah dibandingkan dengan teori-teori terdahulu dan hasil-hasil penelitian yang relevan, langkah selanjutnya adalah memberikan sesuatu yang perlu ditindaklanjuti di masa depan. Untuk memberikan tindak lanjut, sebaiknya didukung oleh teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Misalnya, tindak lanjutnya adalah agar pengawasan lebih ditingkatkan karena menurut teori McGregor, pada hakikatnya manusia baru mau bekerja atau taat dengan aturan apabila diawasi secara efektif. Karena pembahasan berkenaan dengan hasil penelitian yang akan menjadi kesimpulan dan yang dibahas adalah hasil penelitian, maka saran-saran harus berkaitan dengan kesimpulan yang diajukan. Hasil pembahasan inilah yang akan menjadi saran-saran pada Bab 6 nanti.

KESIMPULAN, DISKUSI, IMPLIKASI, DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan kesimpulan, diskusi, implikasi, dan saran yang dikemukakan secara terpisah pada subbab masing-masing.

A. KESIMPULAN Kesimpulan merupakan pemyataan singkat, jelas, dan sistematis dari keseluruhan hasil analisis dan pembahasan serta pengetesan hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Kesimpulan harus berdasarkan hasil penelitian. Kesimpulan untuk penelitian kuantitatif berisikan hipotesis ditolak atau diterima pada taraf signifikansi sekian persen. Urutan kesimpulan harus sama dengan urutan hasil penelitian. Urutan hasil penelitian harus sama

Bab 6 Kesimpulan, Diskusi, Implikasi, dan Saran 73

Page 88: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

dengan urutan hipotesis.

B. DISKUSI Subbab ini hanya diadakan jika temyata terdapat kesenjangan antara pemikiran teoretis dengan hasil empiris yang menyebabkan ditolaknya suatu hipotesis penelitian yang seharusnya kita terima. Atau hasil penelitian yang kita peroleh bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu lainnya. Dengan kata lain, teijadi perbedaan antara teori yang kita kemukakan untuk membangun hipotesis (secara deduktif) dengan pembuktiannya dari analisis data lapangan (secara induktif). Yang menjadi masalah ialah bagaimana kita mendiskusikannya. Untuk memecahkan masalah ini ada dua cara. 1. Penelitian yang bersifat profesional pada proyek-proyek swasta

khususnya, bukanlah masalah karena waktu, tenaga, dan biaya relatif masih tersedia. Jadi, mereka dapat kembali teijun ke lapangan guna mengumpulkan data-data baru lagi, yang diharapkan dapat menunjang diterimanya hipotesis penelitian. Karena ada kemungkinan jumlah data-datanya kurang banyak atau salah dalam menghitung jumlah anggota sampel, atau mungkin salah dalam membuat alat pengumpul data (instrumen penelitian).

2. Penelitian yang bersifat akademis guna meraih gelar tertentu atau penelitian dengan dana dari proyek pemerintah, maka dengan ditolaknya hipotesis penelitian yang seharusnya diterima adalah masalah. Karena terbatasnya waktu, biaya, dan tenaga. Di pihak lain, tidak ada ketentuan dari perguruan tinggi, atau pemerintah yang mengharuskan peneliti teijun ke lapangan kembali. Dengan demikian, biasanya seorang peneliti atau tim peneliti mengajukan dugaan-dugaan yang menjelaskan mengapa hipotesis penelitiannya ditolak. Misalnya, mengemukakan alasan bahan teori yang dipakai berasal dari Barat sehingga besar kemungkinan tidak cocok dengan lingkungan sosial budaya Indonesia.

C. IMPLIKASI Dalam subbab ini peneliti harus mampu mengemukakan berbagai implikasi

74 Metodologi Penelitian Sosial

Page 89: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

dari hasil penelitiannya, baik secara teoretis, yaitu untuk perkembangan ilmu pengetahuan maupun bagi penerapan praktis dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan.

D. SARAN Dalam subbab ini peneliti dapat mengajukan saran dari hasil penelitian kalau memang ada. Jika memang tidak ada saran yang harus diajukan, maka peneliti tidak boleh memaksakan diri untuk membuat saran yang tanpa dasar. Dalam mengajukan saran, hendaklah disebutkan secara tersurat untuk siapa saran itu ditujukan. Saran yang diajukan hendaklah jelas, terinci, serta dapat dilakukan oleh pihak yang menerima saran (operasional).

Saran-saran berasal dari pembahasan dan harus berkaitan dengan kesimpulan. Urutannya pun harus sama dengan kesimpulan. Inti dari saran adalah jelas ditujukan kepada siapa, seperti yang terdapat dalam manfaat praktis penelitian di Bab 1 dan cara-cara praktis melakukan saran-saran tersebut.

Bab 6 Kesimpulan, Diskusi, Implikasi, dan Saran 75

Page 90: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

BAB 7 PENELITIAN KUALITATIF

A. PENDAHULUAN Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Oleh karena itu,

penelitian ini disebut metode kualitatif. Istilah lain penelitian kuantitatif adalah the postpositivistic, ethnographic, pheno-menological, subjective, case study, fieldwork, soft data, symbolic interaction, inner perspective, ethnomethodological, descriptive, participant observation. Chicago School, life history, ecological, qualitative, humanistic, dan perspektif emic (mengutamakan pendapat responden).

Pohon penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman (2004) seperti Gambar 7.1.

Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.

Responden dalam metode kualitatif berkembang terns {snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan. Alat pengumpul data atau instrumen penelitian dalam metode kualitatif ialah si peneliti sendiri. Jadi, peneliti merupakan key instrument, dalam mengumpulkan data, si peneliti harus teijun sendiri ke

76 Metodologi Penelitian Sosial

Page 91: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

lapangan secara aktif. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik angket tidak digunakan dalam pengumpulan data. Langkah-langkah penelitian seperti Gambar 7.2.

Gambar 7.1 Pohon Penelitian Kualitatif Menurut Miles dan Huberman (2004)

* Anthropological Oft life history £&

i'communV'A ^ - ... - ' study ^ ^ mettiodology

^ \ X'-- \ Ethno- ^ Ethnography of <;4

graphy \ communication

Participant . observation j \strategies

,» ... NonreaCtive *”3^

(unobtrusive) fek research A*

Field

study/

Nonparticipant .. observation Interview" Oral history^' Uterary ^ - ..strategies

strategies^*

a u- \-J Philosophy

“H i

V/ »“_V,wt Y * ii #

Bab 7 Penelitian Kualitatif 77

Page 92: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

B. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KUALITATIF Sebenamya, tidak ada langkah yang baku dalam penelitian kualitatif. Karena langkah-langkahnya tidak linier seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan sirkuler sehingga dapat dimulai dari mana pun.

Jadi, dalam penelitian kualitatif, langkah-langkah penelitian tidak dapat ditentukan dengan pasti seperti halnya penelitian kuantitatif, karena langkah-langkah dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang tegas. Tidak terdapatnya batas yang tegas ini disebabkan desain dan fokus penelitiannya dapat berubah-ubah atau bersifat emergent. Walaupun demikian, langkah-langkah penelitian kualitatif dapat dibagi atas orientasi melalui bacaan, wawancara ke lapangan; eksplorasi, yaitu mengumpulkan data berdasarkan fokus penelitian yang sudah jelas; member check, yaitu memeriksakan laporan sementara penelitiannya kepada responden atau kepada pembimbing.

Gambar 7.2 Prosedur Penelitian

78 Metodologi Penelitian Sosial

Page 93: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Tujuan member check ialah agar responden dapat memberikan informasi baru lagi atau responden dan pembimbing dapat menyetujui kebenarannya sehingga hasil penelitian lebih dapat dipercaya.

Walaupun demikian, tidak terdapat langkah-langkah yang pasti untuk memudahkan uraian langkah-langkah setiap penelitian maka pada bagian ini disajikan langkah-langkahnya seperti pada Gambar 7.2.

1. Studi Pendahuluan Studi pendahuluan berguna untuk menjajaki keadaan di lapangan, masalah apakah kiranya yang layak dan penting untuk diteliti. Studi lapangan bersifat anjuran sebelum mengadakan penelitian, baik untuk penelitian kuantitatif maupun kualitatif.

Masalah pada mulanya sangat umum, kemudian mendapatkan fokus yang ditujukan pada hal-hal yang lebih khusus. Akan tetapi, fokus itu masih dapat berubah.

2. Pembuatan Pradesain Penelitian Teori yang digunakan tidak dapat ditentukan sebelumnya secara apriori. Penelitian tidak bertujuan untuk menguji atau membuktikan teori seperti dalam metode kuantitatif, melainkan untuk dikembangkan yang akhimya menemukan teori baru berdasarkan data yang didapatkannya di lapangan.

Secara garis besamya, proses penelitian kualitatif seperti Gambar 7.3 berikut ini.

Teori mana yang dijadikan pegangan tidaklah dapat dipastikan. Akan tetapi, tidak berarti bahwa penelitian kualitatif tidak memerlukan teori sama sekali. Karena dalam menafsirkan makna, peneliti memerlukan teori yang mendukungnya.

Populasi tidak ada dalam penelitian ini dan pengertian sampling ialah pilihan peneliti sendiri secara purposif disesuaikan dengan tujuan penelitiannya. Yang menjadi sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan

Gambar 7.3 Proses Penelitian Grounded (Stuart A. Schlegel, 1984: 13)

Bab 7 Penelitian Kualitatif 79

Page 94: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

informasi yang relevan saja. Sampel berupa peristiwa, manusia, dan situasi yang diteliti. Responden yang dijadikan sampel kadang-kadang dapat menunjukkan orang lain yang relevan untuk mendapatkan data, demikian seterusnya, sehingga sampel bertambah terus yang disebut snowball sampling. Untuk memperoleh data tertentu sampel dapat diteruskan untuk mencapai taraf redundancy, yaitu dengan menggunakan sampel baru lainnya temyata tidak menambah informasi baru yang bermakna.

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif ialah si peneliti sendiri, umumnya dengan observasi partisipasi.

Analisis data berarti mencoba memahami data secara verstehen, mendapatkan maknanya. Analisis dilakukan sejak penelitian dimulai sampai penelitian selesai.

3. Seminar Pradesain Setelah pradesain selesai dibuat, maka perlu diseminarkan. Seminar ini berguna untuk mendapatkan umpan balik terhadap hal-hal yang perlu mendapatkan perbaikan. Setelah pradesain mendapat persetujuan pembimbing, barulah penelitian teijun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang relevan.

4. Memasuki Lapangan Langkah awal dalam usaha memasuki lapangan ialah memilih lokasi situasi sosial. Setiap situasi sosial mengandung unsur tempat, pelaku, dan kegiatan.

Tempat ialah wadah di mana manusia melakukan kegiatan tertentu. Misalnya, kantor, sekolah, pasar, dan sebagainya.

Pelaku ialah semua orang yang terdapat dalam wadah tertentu. Misalnya, kepala kantor, pegawai, pembeli, dan sebagainya.

Kegiatan ialah aktivitas yang dilakukan orang dalam wadah tertentu. Kegiatan yang saling berhubungan disebut peristiwa.

Empat hal yang harus diperhatikan dalam memasuki lapangan adalah mengadakan hubungan formal dan informal, mendapatkan izin, memupuk rasa saling menghormati dan mempercayai, dan mengidentifikasi responden sebagai informan.

80 Metodologi Penelitian Sosial

Page 95: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

5. Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan meliputi tempat, pelaku, dan kegiatan seperti yang telah disinggung di atas. Ketiga dimensi itu dapat dirumuskan sebagai berikut. a. Ruang atau tempat ditinjau dari penampilan fisiknya. b. Pelaku, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi. c. Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu. d. Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu. e. Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu. f. Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan. g. Waktu, yaitu urutan kegiatan. h. Tujuan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai orang berdasarkan makna

perbuatan orang. i. Perasaan, yaitu emosi yang dirasakan dan dinyatakan.

6. Analisis Data

Data harus segera dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan. Tujuan analisis data ialah untuk mengungkapkan data apa yang masih perlu dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab, metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru, dan kesalahan apa yang harus segera diperbaiki.

Menurut Bogdan dan Biklen (1992), analisis data ialah proses pencarian dan penyusunan data yang sistematis melalui transkrip wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap yang ditemukan. Sedangkan menurut Spradley (1997), analisis data merujuk pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-bagiannya, hubungan di antara bagian-bagian, dan hubungan bagian-bagian itu dengan keseluruhan. Nasution (1988) menyatakan bahwa analisis data ialah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya (mengategorikannya) dalam pola atau tema. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna terhadap analisis, menjelaskan pola atau kategori, serta mencari hubungan antara berbagai konsep.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis data ialah kegiatan analisis mengategorikan data untuk mendapatkan pola hubungan,

Bab 7 Penelitian Kualitatif 81

Page 96: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

tema, menaksirkan apa yang bermakna, serta menyampaikan atau melaporkannya kepada orang lain yang berminat.

Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besamya dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Reduksi Data Jika dalam penelitian kualitatif terdapat data yang bersifat kuantitatif, yaitu dalam bentuk angka-angka, maka sebaiknya angka-angka jangan dipisahkan dari kata-katanya secara kontekstual sehingga tidak mengurangi maknanya.

Data yang didapat di lapangan langsung diketik atau ditulis dengan rapi, terinci, serta sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Data- data yang terkumpul semakin bertambah, biasanya mencapai ratusan bahkan ribuan lembar. Oleh karena itu, laporan tersebut harus dianalisis sejak dimulainya penelitian. Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian kita, kemudian dicari temanya. Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek-aspek tertentu.

b. Display Data Data yang semakin bertumpuk-tumpuk itu kurang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan display data. Display data ialah menyajikan data dalam bentuk matriks, network, chart atau grafik, dan sebagainya. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data.

c. Pengambilan Keputusan dan Verifihasi Sejak semula peneliti berusaha mencari makna dari data yang diperolehnya. Untuk maksud itu, ia berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi, dari data yang didapatnya itu, ia mencoba mengambil kesimpulan. Mula-mula kesimpulan itu kabur, tetapi lama-kelamaan semakin jelas karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung. Verifikasi dapat dilakukan dengan singkat, yaitu dengan cara mengumpulkan data baru.

Ada lima versi dalam analisis data, yaitu versi (1) Miles dan Huberman,

82 Metodologi Penelitian Sosial

Page 97: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

(2) Keeves, (3) Bogdan dan Biklen, (4) Supradley, dan (5) Taylor dan Renner.

1) Model Penelitian Kualitatif Versi Miles dan Huberman Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi. a) Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis memo, dan lain sebagainya, dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak

Tabel 7.1 Contoh Analisis dan Display Data

Bab 7 Penelitian Kualitatif 83

Page 98: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

relevan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengategorisasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data

Data Lapangan Observasi (0)

Wawancara (W) Dokumentasi (D)

Topik Kategori

(Emik, Etik)

Pola atau Tema atau Konsep (Patterns)

Timbul Pertanyaan Baru untuk

Pengumpulan Data Lebih Lanjut Sampai Jenuh (Redudancy)

1- ...........

2. r \

\

4. ^ 2. --------------- > 1.

3. / \

\

4- v \

\

5-^^ \

^2 --------------- 1.

/ /

6 / /

/

/

/

7 \ /

/

8 --------------- ^3 \

\

/ \

10 \ \

\ \

\ \

\ \

\ \

\

12

2 2.

^4----

13 /

7 /

14 /

/

84 Metodologi Penelitian Sosial

Page 99: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

sedemikian rupa sehingga akhimya data yang terkumpul dapat diverifikasi.

b) Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami. Tata keija analisis digambarkan Miles dan Huberman (2004) sebagai berikut.

Gambar 7.4 Komponen-Komponen Analisis Data: Model Alir H;.

c) Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan, dan kekokohannya. Peneliti harus menyadari bahwa dalam mencari makna, ia harus menggunakan pendekatan emik, yaitu dari kacamata key inf or man, dan bukan penafsiran maknamenurut pandangan peneliti (pendekatan etik). Sebagai contoh, makna “keris” yang dianggap pusaka leluhur akan berbeda dengan makna keris yang dijual sebagai cindera mata di tempat objek wisata. Model interaktif yang menggambarkan keterkaitan ketiga kegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi digambarkan seperti Gambar 7.5 berikut.

Masa Pengumpulan Data REDUKSI DATA

PENYAJIAN DATA

-------------------------------------------- ANALISIS DATA

Selama Pasca

PENARIKAN KESIMPULANA/ERIFIKASI DATA

Selama Pasca

Bab 7 Penelitian Kualitatif 85

Page 100: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Pada gambar tersebut tampak adanya ketiga kegiatan yang saling terkait dan merupakan rangkaian yang tidak berdiri sendiri. Penyajian data selain berasal dari hasil reduksi, perlu juga dilihat kembali dalam proses pengumpulan data untuk memastikan bahwa tidak ada data penting yang tertinggal. Demikian pula jika dalam verifikasi temyata ada kesimpulan yang masih meragukan dan belum disepakati kebenaran maknanya, maka kembali ke proses pengumpulan data. Tindakan memvalidasi data sangat penting dalam penarikan kesimpulan. 2) Metode Penelitian Kualitatif Versi Keeves (1992) Keeves mengajukan strategi analisis yang meliputi empat tahap utama, yaitu design of investigation, collection of data, analysis of data, dan summarizing and integrating the findings. Dalam tahap analisis, ia memadukan atau memodifikasi model interaktif yang diusulkan oleh Miles dan Huberman. Untuk memperoleh makna dari fakta atau bukti empirik, Keeves menawarkan

12 taktik yang dapat dipakai peneliti, yakni sebagai berikut. a) Counting, untuk memastikan apakah suatu pola yang ditemukan benar

ada atau sering terjadi. b) Noting patterns and themes, dengan tekstual atau sajian matriks pola-

pola yang muncul dengan mudah dapat terlihat. c) Inputingplausibility, untuk mempertimbangkan pola tandingan untuk

membandingkan dengan pola yang sudah ditemukan. d) Clustering, untuk membuat klasifikasi dan pengklasteran kejadian atau

86 Metodologi Penelitian Sosial

Page 101: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

orang berdasarkan perilaku atau karakteristik tertentu. e) Using metaphor, dipergunakan untuk mengetes ide dan memperoleh

kritik dari kolega. f) Splitting categories, dilakukan dengan membuat skema klasifikasi

pengkodean. g) Combining categories, jika kategori terlalu kecil dapat digabungkan ke

dalam kategori yang lebih besar untuk mencakup hal yang lebih luas. h) Composition, memerhatikan komposisi, tidak ada yang terlalu banyak

atau terlalu sedikit, tetapi keseimbangan kategori. i) Noting relation, mencatat keterkaitan kategori. j) Finding mediating factors, mencari faktor yang mungkin merupakan mata rantai yang menghubungkan dua gejala yang diteliti. k) Building a logical chain of evidence, membangun hubungan logis di antara bukti. 1) Constructing a causal chain, membangun hubungan kausal. Dalam

membangun hubungan kausal peneliti harus mengacu pada urutan waktu (sekuensial) di antara faktor yang merupakan mata rantai suatu kejadian.

Bab 7 Penelitian Kualitatif 87

Page 102: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Keeves mengingatkan bahwa dalam penarikan kesimpulan dapat terjadi kekeliruan atau bias yang disebabkan oleh hal-hal berikut. 1) Kesalahan menyeluruh, yaitu peneliti mengabaikan hal-hal yang

merupakan outlier. 2) Bias elite, yaitu peneliti lebih memercayai informasi dari para elite.

3) Going native, yaitu peneliti menerima persepsi dan eksplanasi atas kejadian yang teijadi sebelumnya oleh responden yang diteliti tanpa kepakaran dan pengalaman penelitian yang diperlukan dalam kegiatan penelitian.

Untuk melakukan konfirmasi terhadap temuan, Keeves menyarankan cara-cara yang diusulkan oleh Miles dan Huberman (2004) sebagai berikut.

Gambar 7.5 Analisis Data Versi Keeves

88 Metodologi Penelitian Sosial

Page 103: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

1) Memeriksa kerepresentatifan key informan dan informan yang ditemui. 2) Memeriksa pengaruh peneliti, apakah kehadiran peneliti memenga- ruhi

situasi dan perilaku masyarakat. 3) Triangulasi, melakukan check, recheck, dan cross check untuk

melakukan verifikasi atau validasi data. 4) Memberi bobot pada bukti; bukti kuat dan yang tidak atau kurang kuat

yang akan digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan. 5) Membuat kontras dan komparasi. 6) Mengkaji kasus-kasus outlier. 7) Menggunakan kasus pengecualian. 8) Mencari hubungan yang palsu. 9) Membuat replika temuan melalui penelitian lanjut secara terpisah. 10) Memeriksa keterangan tandingan. 11) Melihat bukti negatif. 12) Memperoleh umpan-balik dari responden.

3) Model Penelitian Kualitatif Versi Bogdan dan Biklen Bogdan dan Biklen membedakan waktu analisis menjadi dua, yaitu analisis sewaktu masih di kancah (analysis in the field) dan analisis sesudah selesai di lapangan. Langkah-langkah yang dianjurkan pada analisis di kancah sebagai berikut. 1) Dorong dirimu untuk mengadakan penelitian yang mendalam. Peneliti

harus memfokuskan masalah penelitian setelah mengkaji secara keseluruhan dari semua hal yang dikumpulkan di lapangan. Apa yang dapat dilakukan dan yang menarik minat peneliti. Hal ini dimaksudkan untuk mempersempit skopa, tetapi mendalam dalam proses pengumpulan data.

2) Dorong dirimu untuk membuat keputusan sesuai dengan tipe penelitian yang ingin dicapai. Peneliti harus membuat keputusan untuk memilih tipe kajian yang akan dilakukan (studi kasus, sejarah kehidupan, observasional, dan lain-lain).

3) Kembangkan pertanyaan analisis. Pertanyaan yang akan diajukan harus secara erat terkait dengan tipe penelitian yang akan dilakukan. Pertanyaan yang telah disiapkan sebelum tiba di kancah harus dianalisis ketepatannya. Peneliti kualitatif membuat distingsi antara substansi pertanyaan teoretik dan pertanyaan formal. Pertanyaan substansif

Bab 7 Penelitian Kualitatif 89

Page 104: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

berfokus pada setting tertentu atau subjek tertentu. Untuk mengubah pertanyaan substantif ke dalam pertanyaan formal, ubah kata atau kalimatnya dengan menghilangkan frasa atau kata sifat. Ini dimaksudkan agar mempermudah pemahaman atas pertanyaan yang dilakukan peneliti.

4) Rencanakan pengumpulan data yang akan ditemukan melalui pengamatan. Tanyakan pada diri sendiri apa yang belum diketahui dan cari jawabannya serta rencanakan di mana, kepada siapa akan bertanya, kapan dilakukan, dan sebagainya.

5) Tulis beberapa komentar pengamat tentang ide-ide umum. Gunakan catatan lapangan (fildnotes) untuk merekam semua informasi dan komentar peneliti.

6) Tulis memo untuk dirimu sendiri tentang apa yang sedang Anda teliti. Memo ini akan membantu di dalam melakukan refleksi terhadap isu yang muncul di kancah dan bagaimana hal itu terkait dengan teori yang lebih besar, metodologi, dan substansi isu.

7) Uji coba tema terhadap subjek. Cobakan gagasan dan tema kepada subjek sebagai key informan bagi narasumber untuk melakukan analisis awal.

8) Mulai memunculkan literatur sementara Anda sewaktu masih di lapangan. Ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam melakukan analisis. Satu hal yang harus dijaga adalah jangan sampai justru mengambil alih konsep, ide, atau model dari buku yang dibaca dan membutakan bagaimana melihat atau memahami data Anda.

9) Bermain dengan metaphor, analogi-analogi, dan konsep-konsep. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat berpikir lebih dalam tentang beragam aspek yang ada di kancah dan membandingkannya dengan yang ada di kancah lain untuk mengembangkan ide menjadi suatu konsep.

Analisis sesudah pengumpulan data dilakukan dengan mengembangkan kategori koding. Misalnya, dengan membuat klasifikasi berdasarkan

hal berikut. a) Pengaturan atau kode konteks tentang hal ihwal konteks dari setting

penelitian. b) Definisi kode-kode situasi. Bagaimana responden memahami,

mendefinisikan, dan mempersepsi suatu topik atau setting. c) Perspektif subjek. Bagaimana persepsi responden tentang apa yang

90 Metodologi Penelitian Sosial

Page 105: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

sedang Anda pelajari. d) Cara berpikir tentang orang dan objek. Bagaimana cara berpikir

responden mengenai orang dan objek. e) Proses. Urutan kejadian, kronologi kejadian, perubahan status, dan lain-

lain. f) Kegiatan-kegiatan. Kegiatan yang dilakukan rutin atau reguler dan

aksidental oleh responden. g) Strategi-strategi. Cara responden melakukan sesuatu untuk mencari

tujuan. h) Hubungan-hubungan dan struktur sosial. Pola-pola hubungan dan

struktur sosial. i) Metode-metode. Cara-cara yang dilakukan peneliti dan responden dalam

suatu kegiatan. j) Sistem pengkodean preassigned. Peneliti mencoba menerapkan sistem

koding untuk mengevaluasi apakah sistem koding sudah memadai, jika temyata ada yang belum terwadahi, maka perlu dilakukan perbaikan dalam kategorisasi/klasifikasi sampai semua data masuk dalam sistem koding.

4) Model Penelitian Kualitatif Versi Spradley Spradley (1980) menyajikan tiga jenis analisis data, yaitu analisis domain, analisis taksonomi, dan analisis komponen. Dalam melakukan analisis peneliti menyesuaikan tipe analisisnya dengan data yang dikumpulkan lewat pengamatan dan wawancara.

a) Analisis Domain dalam Observasi Tujuannya untuk mengkaji secara sistematik tentang sesuatu hal untuk menentukan bagian, relasi di antara bagian, dan hubungannya secara keseluruhan. Dalam analisis ini, dicari pola-pola yang ada melalui artefak kultural, perilaku kultural, dan pengetahuan kultural. Ada dua konsep berbeda yang perlu dipahami peneliti, yaitu konsep situasi sosial (hubungan antardua orang atau lebih yang menciptakan situasi sosial) dan makna kultural dari tempat, aktor, aktivitas, objek, waktu, dan tujuan yang ada di dalam situasi sosial, dan/atau melatarbelakangi terjadinya situasi sosial. Sebagai contoh, ada tiga orang bertemu di ruang pesta akan berbeda situasi konteksnya jika mereka bertemu di ruang Unit Gawat Darurat.

Langkah-langkah yang disarankan adalah sebagai berikut.

Bab 7 Penelitian Kualitatif 91

Page 106: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

(1) Pilih hubungan semantik tunggal.

Contoh:

(2) Menyiapkan lembar kerja untuk pengelompokan data sesuai dengan bentuk hubungan semantiknya.

(3) Memilih sebuah contoh suatu paragraf dari catatan lapangan, dan coba memasukkan ke dalam lembar kerja.

(4) Cari istilah atau kata yang mewadahi semua jenis data yang dikelompokkan.

(5) Ulangi dengan cara yang sama sehingga semua data lapangan selesai dimasukkan.

(6) Buatlah daftar yang memuat semua domain yang teridentifikasi. Ada dua tujuan yang dapat dicapai, yaitu mengidentifikasi kategori kultural dan menggambarkan kultur yang diteliti.

b) Analisis Taksonomi Suatu taksonomi adalah seperangkat kategori yang disusun atas dasar hubungan semantik tunggal. Langkah-langkah yang disarankan adalah sebagai berikut. (1) Pilih sebuah domain untuk analisis taksonomi. (2) Cari persamaan berdasarkan hubungan semantik yang sama. (3) Cari tambahan tenninologi. Contohnya, gum, tutor, widyaiswara,

pamong, dan dosen memiliki kemiripan dalam melaksanakan

No. Hubungan Bentuk Contoh

1. Pencantuman murni X adalah suatu jenis Y Duku adalah jenis buah 2. Spasial X adalah suatu tempat di Y Kamar di dalam rumah 3. Sebab-akibat X adalah akibat Y Prestasi akibat belajar 4. Rasional X alasan untuk Y Belajar untuk prestasi 5. Lokasi aksi X untuk Y Dapur untuk memasak 6. Fung si X dipakai untuk Y Pisau untuk memotong 7. Means-ends X cara untuk membuat Y Menjahit cara untuk membuat

pakaian

8. Sekuen X adaiah langkah Y Memeriksa adalah langkah

diagnosis 9. Atribut X adalah atribut Y Toga adalah atribut wisuda

92 Metodologi Penelitian Sosial

Page 107: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

pembelajaran. (4) Pilih untuk mengembangkan domain inklusif. (5) Buatlah kontras suatu taksonomi tentatif dengan berbagai cara, seperti

diagram, garis, dan titik. (6) Fokuskan observasi untuk memeriksa analisis. Hasil analisis yang

didapat akan mendorong untuk melakukan observasi lanjutan sampai mendapatkan gambaran umum pola kultur secara keseluruhan.

(7) Susunlah taksonomi dengan lengkap.

c) Analisis Komponen Analisis komponen adalah cara pencarian secara sistematis terhadap atribut atau makna komponen yang bertautan dengan kategori kultural. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. (1) Pilih sebuah domain untuk analisis. (2) Simpan seluruh kontras sebelumnya yang ditemukan. (3) Siapkan sebuah lembaran keija paradigma. (4) Identifikasikan dimensi kontras yang bemilai dua unsur (ya/tidak). (5) Gabungkan hubungan dimensi kontras yang dekat menjadi satu. (6) Siapkan pertanyaan kontras untuk atribut yang tertinggal. (7) Laksanakan pengamatan selektif untuk menemukan informasi yang

tertinggal. (8) Siapkan sebuah paradigma lengkap.

Dalam penyajian data, peneliti harus dapat mendeskripsikan secara naratif dengan tema-tema yang sesuai dengan jenis analisis yang dilakukan. Untuk analisis wawancara juga dianalisis dengan cara yang sama.

5) Model Penelitian Kualitatif Versi Taylor dan Renner Taylor dan Renner (2003) memberikan lima langkah dalam menganalisis data kualitatif, yaitu siap memahami data, fokus analisis, informasi kategori, identifikasi pola berupa hubungan antarkategori, dan interpretasi.

a) Siap Memahami Data Analisis yang baik tergantung pemahaman terhadap data. Untuk analisis kualitatif, hal ini berarti Anda membaca dan membaca kembali teks. Jika Anda memiliki rekaman, Anda harus mendengarkannya beberapa kali. Tulis beberapa kesan bersama-sama data yang dikumpulkan. Kesan dapat pula dituliskan kemudian. Sebelum menganalisis, pertimbangkan kualitas data yang

Bab 7 Penelitian Kualitatif 93

Page 108: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

akan diproses. Waktu yang cukup dan usaha untuk menganalisis dapat memberikan kesan yang bernilai lebih banyak. Jelaskan keterbatasan dan level analisis yang Anda pertimbangkan secara tepat dari data yang tersedia.

b) Fokus Analisis Tujuan penelitian dan apa yang ingin Anda cari. Mengidentifikasi dan menulis sejumlah pertanyaan kunci yang ingin Anda analisis. Cara ini membantu Anda untuk memutuskan bagaimana memulai. Fokuslah pada pertanyaan atau topik serta periode waktu (frekuensi) atau peristiwa. Fokuslah pada kasus individual atau kelompok. Anda akan mendapatkan gambaran menyeluruh tentang: (1) satu kasus, misalnya keluarga atau agensi; (2) satu individual, misalnya satu orang; (3) satu kelompok, misalnya 10 orang.

Peneliti dapat menggabungkan (1), (2), dan (3) sesuai kebutuhan.

c) Informasi Kategori Beberapa peneliti cenderung mengategorikan informasi sebagai pengkodean atau pengindeksan data. Pengkategorian tidak seperti angka dalam analisis kuantitatif. Berilah makna berupa kata-kata sebelum Anda: (1) mengidentifikasi tema atau pola, seperti ide-ide, konsep-konsep,

perilaku, interaksi, insiden, terminologi, atau frasa yang digunakan, dan (2) mengorganisasikan semuanya ke dalam kategori inheren.

d) Identifikasi Pola Berupa Hubungan Antarkategori Seperti halnya mengorganisasikan data, baik pertanyaan maupun kasus, Anda akan memulainya dengan melihat pola dengan menghubungkan kategori.

e) Interpretasi Langkah terakhir dari analisis kualitatif adalah menginterpretasikan pola atau tema. Hasil interpretasi ini harus diperiksa kredibilitas, transferabi- litas, dependabilitas, dan konfirmabilitasnya.

Laporan penelitian kualitatif dikatakan ilmiah jika persyaratan validitas, reliabilitas, dan objektivitasnya sudah terpenuhi. Oleh karena itu, selama proses analisis hal-hal tersebut selalu mendapat perhatian.

Istilah validitas, reliabilitas, dan objektivitas dalam penelitian kuantitatif berbeda dalam penelitian kualitatif. Perbedaannya seperti Tabel 7.2 berikut.

94 Metodologi Penelitian Sosial

Page 109: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Tabel 7.2 Perbedaan Istilah dalam Kuantitatif dan Kualitatif

Beberapa usaha agar persyaratan tersebut di atas dipenuhi adalah sebagai berikut.

(a) Kredibilitas Kredibilitas ialah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep responden. Agar kredibilitas terpenuhi, maka waktu yang digunakan penelitian harus cukup lama; pengamatan yang terus-menerus; mengadakan triangulasi, yaitu memeriksakan kebenaran data yang telah diperolehnya kepada pihak-pihak lain yang dapat dipercaya; mendiskusikannya dengan teman seprofesi; menganalisis kasus negatif, yaitu kasus-kasus yang bertentangan dengan hasil penelitian pada saat- saat tertentu; menggunakan alat-alat bantu dalam mengumpulkan data, seperti tape recorder, tustel, video, dan sebagainya; menggunakan member check, yaitu memeriksa kembali informasi responden dengan mengadakan pertanyaan ulang atau mengumpulkan sejumlah responden untuk dimintai pendapatnya tentang data yang telah dikumpulkan.

(b) Transferabilitas Transferabilitas ialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya. Dalam penelitian kualitatif biasanya bekerja dengan sampel yang kecil mengakibatkan sangat sukar untuk mengadakan generalisasi sepenuhnya yang dapat dipercaya. Transferabilitas dapat ditingkatkan dengan cara melakukan penelitian di beberapa lokasi. Suatu yang berlaku pada lokasi lain belum tentu sama dengan lokasi lainnya. Oleh karena itu, perlu mempelajari beberapa kelompok lain sampai terdapat kesamaan kesimpulan mengenai suatu gejala atau

Aspek Metode Kuantitatif Metode Kualitatif

Nilai kebenaran validitas internal kredibilitas (credibility) Penerapan aplikasi validitas eksternal

fittingness transferability (generalisasi)

Konsistensi reliabilitas auditability, dependability Netralitas objektivitas

confirmability (dapat dibenarkan)

95 Metodologi Penelitian Sosial

Page 110: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

konsep.

(c) Dependabilitas dan Konfirmabilitas Dependabilitas ialah apabila hasil penelitian kita memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diulangi pihak lain. Dalam penelitian kualitatif sukar dapat diulangi pihak lain, karena desainnya yang emergent, lahir selama penelitian berlangsung. Untuk membuat penelitian kualitatif memenuhi dependabilitas, maka perlu disatukan dengan konfirmabilitas. Hal ini dikerjakan dengan cara audit trail. Dalam penulisan tesis atau disertasi, audit trail ini dilakukan oleh pembimbing. Pembimbing inilah yang berhak memeriksa kebenaran data serta penafsirannya. Agar pembimbing mudah melakukan audit trail, maka peneliti hendaknya menyiapkan data mentah, hasil analisis data, dan hasil sintesis data, yaitu tafsiran, kesimpulan, tema, pola, hubungan dengan kepustakaan, dan laporan akhir.

C. CIRI-CIRI METODE KUALITATIF Ciri-ciri metode kualitatif adalah sebagai berikut. 1. Sumber data berada dalam situasi yang wajar (natural setting), tidak

dimanipulasi oleh angket dan tidak dibuat-buat sebagai kelompok eksperimen.

2. Laporannya sangat deskriptif. 3. Mengutamakan proses dan produk. 4. Peneliti sebagai instrumen penelitian (key instrument). 5. Mencari makna, dipandang dari pikiran dan perasaan responden. 6. Mementingkan data langsung (tangan pertama), karena itu pengumpulan

datanya mengutamakan observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi.

7. Menggunakan triangulasi, yaitu memeriksakan kebenaran data yang diperoleh kepada pihak lain.

8. Menonjolkan rincian yang kontekstual, yaitu menguraikan sesuatu secara rinci tidak terkotak-kotak.

9. Subjek yang diteliti dianggap berkedudukan yang sama dengan peneliti, peneliti bahkan belajar kepada respondennya.

10. Mengutamakan perspektif emic, yaitu pendapat responden daripada

96 Metodologi Penelitian Sosial

Page 111: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

pendapat peneliti sendiri (etic). 11. Mengadakan verifikasi melalui kasus yang bertentangan. 12. Sampel dipilih secara purposif. 13. Menggunakan audit trail, yaitu memeriksa data mentah, analisis, dan

kesimpulan kepada pihak lain, biasanya pembimbing. 14. Partisipasi peneliti tidak mengganggu natural setting. 15. Analisis data dilakukan sej ak awal sampai penelitian berakhir. 16. Desain penelitian tampil selama proses penelitian (emergent).

D. PERBEDAAN METODE KUANTITATIF DENGAN KUALI-TATIF

Perbedaan antara metode kuantitatif dengan kualitatif seperti Tabel 7.3 berikut ini. Tabel 7.3 Perbedaan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif

Kuantitatif Kualitatif

Latar Belakang Masalah Nomotetis Rumusan masalah Mantap

Ideografis

Pertanyaan penelitian Emergent (sementara)

Tujuan

Menguji teori Mengembangkan Teori Mendapatkan hubungan Mencari makna

antara variabel (verstehen} Atomistic (parsial) Wholistic (menyeluruh)

Generalisasi Khusus Teori yang Digunakan

Mantap Sementara

Bab 7 Penelitian Kualitatif 97

Page 112: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Hipotesis

Mantap Sementara

Penyusunan Teori

Logika deduktif Logika induktif (dari umum ke khusus) (dari khusus ke umum)

Waktu penelitian

Cepat/terbatas lama/bebas

Sampel

Banyak Sedikit Tetap Snowball (Bertambah terus) Umumnya acak Purposive (bertujuan) Representatif Tidak representatif

Teknik Pengumpulan Data Tanpa angket Umumnya angket Observasi partisipasi Wawancara berstruktur Tidak berstruktur

Instrumen Penelitian

Angket, wawancara, dokumentasi, Peneliti sendiri observasi (human instrument)

Analisis Data

Statistik (angka) Nonstatistik (kata) Deduktif Induktif Setelah data terkumpul Terus-menerus

Hubungan dengan Responden

Kurang intim Intim Hubungan peneliti-responden Setara Jangka pendek Jangka panjang

Usulan Desain

Mantap Emergent Projektif Retrospektif Langkahnya jelas Bebas

98 Metodologi Penelitian Sosial

Page 113: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Pendekatan Konsep

Grand Theory Grounded Theory Hipotesis Pertanyaan penelitian Menerima atau menoiak hipotesis Mendapatkan makna

Gabungan Teoretis

Realisme, positivisme Idealisme Empirisme logis Interaksi simbolis Struktur Kultur Teori sistem Fenomenologi, etnometodologi

Gabungan Akademis

Sosiologi, psikologi, ekonomi, Sosiologi, sejarah, dan antropologi dan politik

Data

Kuantitatif (angka-angka) Kualitatif (kata-kata) Perhitungan, pengukuran, dan Ucapan responden, catatan

statistik lapangan Dokumen kantor (resmi) Dokumen pribadi Variabel operasional Fotografi

Metode atau Teknik

Survei Observasi

Angket tertutup Wawancara terbuka Observasi terstruktur Observasi partisipasi Eksperimen quasi Meninjau sejumlah dokumen

Masalah yang Muncul

Kontrol variabel lain Prosedur tidak standar Validitas Reliabilitas Angket asal diisi saja atau diisi orang lain Analisis kasus negatif Sampel tidak mewakili Snowball, (perlu waktu lama

agar data jenuh (redundancy))

Alur Bekerja

Teori-hipotesis-kumpulkan data Kumpulkan data-generalisasi- -anattsis-simputkan konsep/hipotesis/teori

Bab 7 Penelitian Kualitatif 99

Page 114: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Gambar 7.7 dan 7.8 berikut ini menjelaskan perbedaan antara perancangan penelitian kuantitatif dengan kualitatif.

- Populasi

- Sampel

Probabilitas - Random

Sederhana - Sistematis - Random

stratified - Cluster

Nonprobabilitas - Convenience - Bertujuan - Kuota

PERANCANGAN PENELITIAN KUANTITATIF

Sejarah Seleksi Regresi

Pretesting Instrumentasi Subject attrition Maturasi Diffusion of treatment Pengaruh eksperimen Replikasi perlakuan Pengaruh subjek Kesimpulan statistik

Validitas Eksternal

Etika dan

Pertimbangan Hukum

Etika Hambatan hukum

Gambar 7.7 Perancangan Penelitian Kuantitatif (McMillan dan Schumacher, 2001)

Validitas Reliabilitas Sumber lokasi dan penilaian instrumen Pengembangan instrumen

Populasi Ecological

Prosedur

100 Metodologi Penelitian Sosial

Page 115: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

- Dilema di lapangan - Perhatian dialog informal - Kerahasiaan dan tanpa nama - Penipuan, privacy, dan pemberdayaan - Kekesalan, kepedulian, dan keterbukaan

Gambar 7.8 Perancangan Penelitian Kualitatif (McMillan dan Schumacher, 2001)

Pengumpulan dan Analisis Data

Strategi Meningkatkan

Validitas

PERANCANGAN PENELITIAN KUALITATIF

- Menambah waktu penelitian - Strategi multimetode - Verbatim accounts - Low-inference descriptors - Penelitian beragam - Data dicatat secara mekanikal - Peneliti aktif - Pemeriksaan anggota - Kasus negatif

Penemuan atau Penjelasan dari

• Proporsi • Praktik pendidikan • Pengambilan

keputusan Emancipatory

Strategi Pemilihan Sampling

Seleksi lapangan Sampling komprehensif Variasi maksimal Jaringan kerja Tipe kasus Besar sampel

Pemunculan Kriteria untuk Penelitian Kualitatif

- Autentik - Penambahan kriteria

Teman sejawat Catatan lapangan Jurnal penelitian Perimbangan etika Pertimbangan catatan etika Audibilitas Temuan bukti formal yang menguatkan Refleksi kritis

Perencanaan Permulaan pengumpulan data Pengumpulan data dasar Penyelesaian pengumpulan data

Pengembangan Temuan Kualitatif

- Peran peneliti - Pemilihan informan - Konteks sosial - Pengumpulan dan

analisis data - Naratif autentik - Typicality - Analytical premises - Penjelasan alternatif - Penambahan kriteria

untuk tujuan

Etika Penelitian Peran dan Reciprocity

Bab 7 Penelitian Kualitatif 101

Page 116: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

E. MENJEMBATANI PERBEDAAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF DENGAN METODE PENELITIAN KUALITATIF

Walaupun kita sudah mengetahui perbedaan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, kita tidak perlu mempertentangkannya. Peneliti yang bijaksana mempunyai pengetahuan yang luas dan dalam di bidang penelitian khususnya, baik kuantitatif maupun kualitatif. Orang yang terlalu fanatik dengan salah satu metode saja dan menganggap bahwa hanya itulah satu-satunya metode yang paling baik, mungkin untuk menutupi dirinya dari ketidaktahuannya terhadap metode lainnya. Karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua metode kualitatif dapat memecahkan masalah. Demikian pula halnya dengan metode kuantitatif, tidak semua metode kuantitatif dapat memecahkan masalah. Seperti halnya dengan obat, maka tidak ada yang dapat menyembuhkan semua penyakit.

Pembela yang fanatik terhadap metode kualitatif ataupun kuantitatif, saling menyerang, dan mendiskreditkan satu sama lainnya; seolah-olah pihaknya yang paling benar. Untuk itu kita tidak perlu terseret oleh pembelaan yang ekstrem yang bersifat membenarkan dirinya sendiri. Sebaliknya, dengan sikap yang kritis, hendaknya kita dapat menempatkan kedua metode penelitian itu pada fungsinya masing-masing. Kedua metode penelitian itu mempunyai kegunaannya masing-masing dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dengan caranya sendiri-sendiri.

Masalahnya ialah metode mana yang kita pakai dalam penelitian kita? Jawabnya ialah tergantung dari masalah dan jenis data penelitiannya. Sebagai contoh, jika ingin meneliti distribusi peredaran uang di suatu daerah maka metode kuantitatiflah yang lebih cocok. Jika ingin meneliti kebudayaan suatu suku, maka metode kualitatiflah yang lebih sesuai.

Jujun S. Sumantri (1988) menyatakan bahwa penelitian kualitatif sebaiknya diikuti oleh penelitian kuantitatif, agar dapat memberikan kenyataan yang lebih akurat yang berguna dalam kegiatan prediksi dan kontrol. Sebagai contoh, kita melalui penelitian kualitatif telah berhasil menemukan adanya pengaruh informasi langsung dari para petugas dan pengaruh tidak langsung dari media terhadap modemisasi masyarakat. Selanjutnya, jika kita diminta memutuskan mana yang perlu mendapat prioritas utama antara kedua faktor yang memengaruhi modemisasi itu, maka perlu dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif.

102 Metodologi Penelitian Sosial

Page 117: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Setelah kita mengetahui langkah-langkah metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, diharapkan dapatlah kita membuat kerangka usulan penelitian dan kerangka laporan penelitian. Contoh-contohnya adalah sebagai berikut.

F. CONTOH KERANGKA USULAN PENELITIAN

KERANGKA USULAN PENELITIAN KUALITATIF

Nama : Fathimatussholihah

Nomor Mahasiswa: 94.02.08.1968

Alamat rumah : Jl. Pramuka V K. 30 Bandung

A. Judul Penelitian

(Singkat, tetapi cukup jelas menggambarkan tema penelitian).

B. Ruang Lingkup/Bidang Ilmu Pengetahuan: Administrasi Negara

C. Latar Belakang Masalah (Jelaskan dengan singkat situasi atau keadaan di balik masalah yang akan diteliti, dan alasan-alasan mengapa judul itu penting untuk diteliti, serta jelaskan pula kegunaan teoretis dan praktis hasil penelitian itu).

D. Penelaahan Studi Pustaka (Tinjauan Pustaka)

(Bagian ini berisikan penelaahan studi pustaka dan daftar pustakanya. (1) Penelaahan pustaka berisikan penjelasan singkat tentang teori- teori yang ada sangkut pautnya dengan masalah yang diajukan. Penelaahan menunjukkan adanya penemuan-penemuan teori dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan masalah, baik yang mendukung maupun yang bertentangan dengan pendapat peneliti. Dengan demikian, diperoleh gambaran yang lengkap dan sistematis tentang duduknya permasalahan yang akan diteliti. Untuk kutipan- kutipan harus dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Daftar pustaka, yaitu daftar dari semua bahan bacaan yang dikutip dalam penelaahan studi pustaka di atas).

E. Tuj uan Penelitian

Bab 7 Penelitian Kualitatif 103

Page 118: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

(Tujuan Penelitian dapat berupa salah satu atau kombinasi dari tujuan teoretis dan tujuan praktis).

F. Metodologi

1. Tempat Penelitian :

2. Populasi : 3. Sampel : (Sebutkan tekniksampling yang

dipakai dan besarnya anggota sampel, serta prosedur pengambilannya)

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data: 5. Alat Pengumpulan Data: (Sebutkan apakah alat itu sudah

baku, modifikasi atau buatan sendiri). 6. Analisis Data : (Jikamenggunakan statistik,

sebutkan teknik statistik mana yang dipakai).

G Jadwal Penelitian (Rencana pelaksanaan penelitian perlu dijabarkan dalam bentuk satuan waktu dan disusun dalam bentuk Gant Chart yang secara kronologis menggambarkan kegiatan masing-masing. Jumlah waktu penelitian jangka melebihi batas drop out sekolah).

104 Metodologi Penelitian Sosial

Page 119: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

G. CONTOH SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN KUANTI-TATIF (UNTUK YANG MENGGUNAKAN SAMPEL)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................

ABSTRAK .......................................................................

DAFTAR TABEL (jika ada) .............................................................

DAFTAR GAMBAR (jika ada) ........................................................

DAFTAR LAMPIRAN (jika ada) .....................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ A. ............................................................................... Latar Belakang Masalah ............................................................. B. ............................................................................... Identifikasi Masalah........................................................... C. ............................................................................... Pembatasan Masalah .......................................................... D. ............................................................................... Perumusan Masalah ........................................................... E. ............................................................................... Tujuan Penelitian .......................................................................... F................................................................................. Manfaat Penelitian .......................................................................... .

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............................................... A. Pengawasan Melekat dan Disiplin Keija .....................

1. Kebijaksanaan tentang Pengawasan Melekat dan Disiplin PNS ......................................................

2. Makna dan Hakikat Pengawasan Melekat dan Disiplin PNS ......................................................

3. F aktor-F aktor yang Memengaruhi Pengawasan Melekat dan Disiplin PNS...................................

Bab 7 Penelitian Kualitatif 105

Page 120: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

4. Pengukuran Pengawasan Melekat dan Disiplin PNS....................................................................

5. Peranan Pimpinan dalam Peningkatan Pengawasan Melekat dan Disiplin PNS ................................................

B. ............................................................................... Kerangka Berpikir dan Pengajuan Hipotesis.......................................

1. Hubungan Pengawasan Melekat dengan Disiplin PNS ..........................................................................

2. ......................................................................... Perbedaan Disiplin PNS Pria dan Wanita.....................................

C. ............................................................................... Pengajuan Hipotesis ...........................................................................

BAB 3 METODE PENELITIAN , .................................................... A. ............................................................................... Pendekatan Penelitian ........................................................ B. ............................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... C. Rancangan Penelitian (Gambarkan Hubungan antara

Variabelnya) .............................................................. D. ............................................................................... Populasi dan Sampel ....................................................................... E. ............................................................................... Teknik Pengambilan Sampel ......................................................... F................................................................................. Asumsi (jika ada) ........................................................................... G Instrumen Penelitian ......................................................

1. Pengembangan Instrumen (Buat Kisi-Kisinya) 2. ......................................................................... Uji Validitas Hasil Uji Coba Instrumen ............................ 3. ......................................................................... Uj i Reliabilitas Hasil Uj i Coba Instrumen ........................

H. Teknik Analisis Data .................................................. 1. ......................................................................... Uji Persyaratan Analisis ...................................................

a. ..................................................................

106 Metodologi Penelitian Sosial

Page 121: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Normalitas .......................................................... b. Homogenitas (j ika membedakan variabel) c. .................................................................. Linieritas

2. Penetapan Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ..........................................................................

3. ......................................................................... Penetapan Teknik Analisis ..........................................................

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... A. Deskripsi Data ...........................................................

1. Karakteristik Pengawasan Melekat Pimpinan 2. ........................................................................ Karakteristik Disiplin PNS.......................................... 3. ........................................................................ Karakteristik Pimpinan ............................................... 4. ........................................................................ Karakteristik Kelompok PNS ......................................

B. Pengujian Persyaratan Analisis (Hanya untuk penelitian kuantitatif).................................................................. 1. ............................................................................................................... UjiNormalitas ............................................................. 2. Uji Homogenitas Varians (jika membedakan) .. 3. .............................................................................................................. Uj i Linieritas (j ika menghubungkan)................................ 4. .............................................................................................................. Komparasi (jika ada) .................................................................... 5. .............................................................................................................. Korelasi (jika ada) .................................................................... 6. .............................................................................................................. Regresi (jika ada) ....................................................................

C. .............................................................................. Pengujian Hipotesis ...........................................................................

1. Hubungan antara Pengawasan Melekat dengan Disiplin PNS ....................................................................

Bab 7 Penelitian Kualitatif 107

Page 122: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

2. Perbedaan Disiplin PNS Pria dengan Wanita (jika ada) ...........................................................................

D. .............................................................................. Pembahasan Hasil Penelitian..............................................

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, IMPLIKASI, DAN SARAN A. .............................................................................. Kesimpulan ....................................................................... B. .............................................................................. Diskusi (j ika ada) ............................................................................. C. .............................................................................. Implikasi

1. ........................................................................ Teoretis 2. ........................................................................ Praktis

D. .............................................................................. Saran 1. ........................................................................ Bagi PNS 2. ........................................................................ Bagi Pimpinan Kantor ........................................................ 3. ........................................................................ Bagi Inspektur Jenderal ...................................................... 4. ........................................................................ Bagi Para Peneliti .......................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... LAMPIRAN (jika ada) H. CONTOH SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN

KUALITATIF Penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan gejala secara menyeluruh (wholistic) yang sesuai dengan situasi lapangan apa adanya (contextual) melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen (human instrument) kunci. Penelitian semacam ini semakin bersifat deskriptif dan menggunakan logika berpikir induktif (dari khusus ke umum atau dari data lapangan menjadi kesimpulan umum). Penggunaan teori-teori yang relevan sebagai “pisau analisis” data kualitatif dapat menghasilkan deskripsi yang bermutu tinggi, yang maknanya mendalam. Proses dan makna dari sudut pandang subjek yang diteliti lebih ditonjolkan dalam penelitian ini. Ciri-ciri penelitian kualitatif tersebut mewamai bentuk laporannya. Oleh karena itu,

108 Metodologi Penelitian Sosial

Page 123: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif, inovatif, mendalam, dan menunjukkan ciri-ciri alamiah.

Laporan penelitian kualitatif harus memiliki fokus yang jelas. Fokus dapat berupa masalah, objek evaluasi, atau pilihan kebijakan. Laporan penelitian kualitatif harus memiliki struktur dan bentuk yang konsisten, dapat memenuhi maksud yang tercermin dalam fokus penelitian. Penulisan laporan penelitian kualitatif dapat menggunakan salah satu dari tiga altematif di bawah ini.

I. Altematif 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Kajian Teori G Pertanyaan Penelitian

BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Pendekatan Penelitian dan Kedudukan Peneliti C. Lokasi Penelitian D. Tahap-Tahap Penelitian E. Sumber Data F. Prosedur Pengumpulan Data G Pemeriksaan Keabsahan Data H. Analisis Data

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA (hanya yang dikutip saja, urut abjad)

LAMPIRAN (antara lain berisi catatan lapangan atau field note diberi nomor

Bab 7 Penelitian Kualitatif 109

Page 124: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

urutan lampirannya serta disebut pada bagian isi merujuk pada halaman berapa. Lampiran dilakukan jika dimasukkan ke dalam bagian isi dianggap terlalu mengganggu).

2. Altematifl BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN BAB III

METODE PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA (hanya yang dikutip saja, urut abjad)

LAMPIRAN (Jika ada dan disebutkan dalam bagian isi)

3. Altematif 3 BAB I PENDAHULUAN

BAB II dan seterusnya memuat hasil-hasil penelitian yang diperoleh. Judul

A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian

C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian

F. Kajian Teori G Metode Penelitian

110 Metodologi Penelitian Sosial

Page 125: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

dan isi setiap subbab hasil penelitian disesuaikan dengan tema- tema yang dihasilkan dari analisis data melalui pengkodean terbuka, berproses, dan selektif.

BAB ... PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

I. CONTOH SISTEMATIKA LAPORAN CAMPURAN PENELITIAN METODE KUALITATIF DENGAN PENELITIAN KUANTITATIF

Pada penelitian campuran metode kualitatif dengan metode kuantitatif harus dijelaskan kedudukan setiap metode. Apakah metode kuantitatif digunakan untuk memperoleh hasil yang akan dipakai sebagai landasan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam secara kualitatif? Atau apakah metode kualitatif dipakai untuk memperoleh landasan yang kuat dalam penelitian kuantitatif? Laporan penelitian dengan metode campuran kualitatif dengan kuantitatif harus mempunyai fokus yang jelas, dan memenuhi kaidah penggunaan metode kuantitatif (persyaratan analisis kuantitatif harus dipenuhi). Penulisan laporan campuran metode kualitatif dengan metode kuantitatif dapat menggunakan sistematika seperti berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Kajian Teori G Kerangka Berpikir H. Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis

BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Pendekatan Penelitian dan Kedudukan Peneliti C. Populasi dan Sampel D. Lokasi Penelitian

Bab 7 Penelitian Kualitatif 111

Page 126: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

E. Tahap-Tahap Penelitian F. Sumber Data G Prosedur Pengumpulan Data H. Analisis Data I. Pemeriksaan Validitas Temuan

BAB in DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA (hanya yang dikutip saja, urut abjad) LAMPIRAN-

LAMPIRAN (Jika ada dan disebutkan dalam bagian isi)

J. CONTOH SISTEMATIKA LAPORAN CAMPURAN PENELITIAN METODE KUANTITATIF DENGAN PENE-LITIAN KUALITATIF

Penulisan laporan campuran metode kuantitatif dengan metode kualitatif dapat menggunakan sistematika seperti berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN

BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Pendekatan Penelitian dan Kedudukan Peneliti

A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian C. Perumusan Masalah

D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian

F. Kajian Teori G Kerangka Berpikir

H. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian

112 Metodologi Penelitian Sosial

Page 127: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

D. Lokasi Penelitian E. Tahap-Tahap Penelitian F. Sumber Data G Prosedur Pengumpulan Data H. Analisis Data I. Pemeriksaan Validitas Temuan

BAB III DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA (hanya yang dikutip saja, unit abjad) LAMPIRAN-

LAMPIRAN (Jika ada dan disebutkan dalam bagian isi)

K. PENILAIAN MUTU LAPORAN PENELITIAN KUANTITATIF

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi

Judul

1. Menuliskan secara singkat, jelas, dan menarik

2. Mencerminkan ruang lingkup masalah yang relevan dengan program studi

3. Mencerminkan variabel bebas dan terikat

4. Mencerminkan target populasi

Latar Belakang Masalah

5. Menjelaskan rasional atau justifikasi penelitian dilihat dari latar belakang pemilihan masalah

6. Mengemukakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan di lokasi yang

Bab 7 Penelitian Kualitatif 113

Page 128: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi

akan diteliti berdasarkan pengamatan sekilas peneliti

7.

Memaparkan secara ringkas teori, hasil penelitian, kesimpulan seminar, diskusi ilmiah, ataupun pengalaman dan pengamatan pribadi, sehingga layak diadakan penelitian lebih lanjut

8. Menjelaskan secara ringkas dampak negatif bila tidak segera diteliti

Identifikasi Masalah

9. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

10. Menginventarisasikan masalah-masalah yang muncul (kedalaman masalah) yang relevan dengan setiap variabel penelitian

11. Menuliskan dalam kalimat tanya (sebaiknya)

Pembatasan Masalah

12. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

13. Memilih satu masalah atau lebih dari identifikasi masalah.

14.

Memilih berdasarkan pertimbangan metodologis, kelayakan di lapangan (data empiris tersedia), dan memerhatikan keterbatasan peneliti tanpa mengorban- kan kebermaknaan, konsep, dan per- masalahan yang diteliti

Rumusan Masalah

15. Menuliskan secara jelas, singkat, dan sistematis

16. Merumuskan masalah berdasarkan pembatasan masalah

114 Metodologi Penelitian Sosial

Page 129: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi 17.

Mencerminkan variabel penelitian (deskripsi, komparasi, hubungan, pengaruh, atau kombinasi)

18. Menghindari tumpang tindih (over lapping) dengan identifikasi masalah

19. Menuliskan dalam kalimat tanya (se- baiknya)

Tujuan Penelitian

20. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

21. Menyatakan target penelitian yang akan dicapai berdasarkan perumusan masalah

Manfaat Penelitian

22. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

23. Menjelaskan manfaat temuan penelitian secara teoretis (untuk siapa?)

24. Menjelaskan manfaat temuan penelitian secara praktis (untuk siapa)

25. Menjelaskan kelayakan untuk diteliti berdasarkan manfaat penelitian

Kajian Pustaka (Teori)

26. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

27. Mengutip teori yang relevan dengan variabel dan masalah yang diteliti

28. Mengandung definisi setiap teori (variabel)

29. Menyebutkan asumsi teori

30. Menganalisis berbagai teori yang relevan dengan variabel dan perumusan masalah (komentar kritis analitis tentang

Bab 7 Penelitian Kualitatif 115

Page 130: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi

kelebihan dan kelemahan teori, perbedaan (pertentangan) atau persamaannya dalam hal apa? Dan mengapa?

31.

Menggunakan asumsi dalam memberi alasan terhadap teori yang dipilih sebagai grand theory

32. Menunjukkan minimal lima referensi asing relevan yang dikutip

33. Menunjukkan minimal satu sumber internet yang relevan dengan yang dikutip

34. Melakukan sintesis terhadap teori relevan agar diperoleh legitimasi konsep- tual terhadap variabel yang diteliti

35.

Menganalisis hasil penelitian yang relevan serta menyebutkan perbedaannya dengan penelitian Anda sehingga diperoleh keorisinilan penelitian

36. Mengutip berdasarkan referensi mutakhir (lebih dari 50% dari daftar pustaka)

Kerangka Berpikir

37. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

38. Menggambarkan pola komparasi dan/ atau hubungan dan/atau pengaruh masing- masing variabel berdasarkan kajian teori dengan bahasa sendiri (tanpa adakutipan)

Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian

39. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

40. Merupakan hasil deduksi dari teori yang dipilih {grand theory) di Bab II

41. Menyatakan perbedaan dan/atau hubungan dan/atau pengaruh dua variabel atau lebih

116 Metodologi Penelitian Sosial

Page 131: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi 42.

Menuliskan dalam kalimat pemyataan (deklaratif). Jika tidak ada hipotesis, harus dibuat pertanyaan penelitian dalam kalimat tanya (introgatif)

43. Mengubah rumusan masalah dari kalimat tanya menjadi kalimat pemyataan (untuk hipotesis). Menjabarkan rumusan masalah (untuk pertanyaan penelitian)

Jenis Penelitian

44. Memilih sesuai dengan masalah yang diteliti

45. Menjelaskan alasan memilih jenis penelitian tersebut

Definisi Operasional Variabel Penelitian

46. Menitikberatkan pada pengertian yang diberikan peneliti (bahasa si peneliti sendiri) berbentuk definisi keija variabel yang akan diteliti

47. Mengandung indikator-indikator setiap variabel untuk dijabarkan menjadi item angket

Subjek Penelitian atau Populasi dan Sampel

48. Menjelaskan alasan pemilihan populasi

49. Memberikan alasan pemilihan teknik sampling yang dipakai

50. Memberikan alasan rumus besar sampel yang dipakai untuk mendapatkan sampel yang representatif

Asumsi Penelitian

51. Menyatakan secara eksplisit, tidak ber- makna ganda

Bab 7 Penelitian Kualitatif 117

Page 132: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi 52.

Mempunyai fungsi sebagai alasan pe- milihan teori

53. Mempunyai fungsi sebagai alasan dalam pembahasan

54. Menyatakan yang teijadi sekarang, bukan yang seharusnya teijadi (ideal)

Instrumen Penelitian

55. Memilih instrumen sesuai dengan masalah penelitian

56. Memilih instrumen sesuai dengan keadaan responden penelitian

57. Memilih instrumen sesuai dengan jenis penelitiannya

58.

Menjelaskan alasan teknik validitas yang dipilih

59. Menuliskan referensi kriteria valid

60. Menjelaskan alasan teknik reliabilitas yang dipakai

61. Menuliskan referensi kriteria reliabel

62. Melampirkan bukti uji coba instrumen (print-out)

Teknik Pengumpulan Data

63. Memberikan alasan teknik pengumpulan datayang dipilih. Untuk hasil belajar harus dihitung indeks kesulitan dan daya beda

64. Menjelaskan proses pengumpulan data

Teknik Analisis Data

65. Menuliskan referensi persyaratan analisis

66. Menggunakan teknik statistik yang tepat dengan permasalahan dan skala peng- ukuran

118 Metodologi Penelitian Sosial

Page 133: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi

67. Memberikan alasan teknik statistik yang dipilih

68. Menuliskan referensi rumus yang dikutip

Hasil Penelitian dan Pembahasan

69.

Mendeskripsikan data (tabel, gambar, keadaan kelompok, simpangan baku, angka baku), hasil uji beda, korelasi, regresi, dan sebagainya secara lugas (belum dikomentari peneliti)

70.

Melampirkan data mentah (data lapangan)

71.

Melampirkan hasil-hasil perhitungan statistik

72.

Menafirkan hasil penelitian dan menjelaskan, “mengapa dan bagaimana hasil-hasil penelitian itu teijadi?” dengan dukungan kajian teori di Bab II. Pembahasan akan menjadi lebih penting jika hipotesis penelitian ditolak

73.

Membandingkan temuan penelitian dengan kajian teori dan/atau hasil penelitian terdahulu yang relevan sekali- gus menjelaskan “mengapa berbeda (ber- tentangan)?” atau “mengapa sama (men- dukung penelitian dengan dukungan kajian teori di Bab 11)?”

74. Menjawab rumusan masalah atau hipotesis penelitian berdasarkan data lapangan secara rinci dan konsisten

75. Membahasnya sudah menggunakan asumsi penelitian

76. Membahasnya sampai pada “what next?” atau pemecahan masalahnya (jalan keluamya).

Bab 7 Penelitian Kualitatif 119

Page 134: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Mutu Bahasa: Menggunakan bahasa yang baik dan benar (baku). Menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang di- sempumakan.

Mutu Tata Tulis: Menggunakan pedoman penulisan tesis/disertasi yang berlaku.

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi

Kesimpulan

77. Menuliskan secara singkat, jelas, dan tegas (setiap kesimpulan diusahakan maksimal lima kalimat saja)

78. Mengurutkan kesimpulan agarkonsisten dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian (kalau tidak ada hipotesis)

79. Menyimpulkan dari hasil penelitian dan pembahasan

80. Membuktikan hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian secara konsisten

81. Mencapai tujuan penelitian

Implikasi

82. Menjelaskan konsekuensi dari kesimpulan

Saran

83. Menyarankan atas dasar kesimpulan, pembahasan, dan implikasi

84. Menyebutkan saran ditujukan untuk siapa (konsisten dengan manfaat penelitian)

85. Menyebutkan langkah-langkah operasio- nal (caranya) secara rinci dan spesifik

120 Metodologi Penelitian Sosial

Page 135: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

L. PENILAIAN MUTU LAPORAN PENELITIAN KUALITATIF

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi

Judul

1. Menuliskan secara singkat, jelas, dan menarik

2. Mencerminkan fenomena yang akan diteliti dan relevan dengan ruang lingkup program studi

Latar Belakang Masalah

3. Menjelaskan rasional atau justifikasi penelitian dilihat dari latar belakang pe- milihan masalah

4. Mengemukakan fenomena aktual di lokasi penelitian yang perlu segera diteliti berdasarkan pengamatan sekilas peneliti

5.

Memaparkan secara ringkas teori, hasil penelitian, kesimpulan seminar, diskusi ilmiah, ataupun pengalaman dan pengamatan pribadi sehingga layak diteliti lebih lanjut

6. Menjelaskan secara ringkas dampak negatif bila tidak segera diteliti

Fokus Penelitian

7. Menuliskan secara singkat dan jelas

8. Memilih satu atau lebih dari berbagai masalah pada latar belakang masalah.

9. Memilih berdasarkan pertimbangan metodologis, kelayakan di lapangan (data empiris tersedia), dan memerhatikan ke- terbatasan peneliti tanpa mengorbankan kebermaknaan, konsep, dan permasalah- an yang diteliti.

Bab 7 Penelitian Kualitatif 121

Page 136: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi

Rumusan Masalah

10. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

11. Menulis berdasarkan pembatasan masalah

12. Menuliskan dalam kalimat tanya (introgatif)

Tujuan Penelitian

13. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

14.

Menyatakan target penelitian yang akan dicapai

15. Mengacu pada rumusan masalah

Manfaat Penelitian

16. Menuliskan secara singkat dan jelas

17. Menjelaskan manfaat temuan penelitian secara teoretis

18. Menjelaskan manfaat temuan penelitian secara praktis

19. Menjelaskan kelayakan untuk diteliti berdasarkan manfaat penelitian

Kajian Pustaka, Kerangka Berpikir, dan Pertanyaan Penelitian

20. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

21. Menganalisis berbagai teori yang relevan dengan perumusan masalah secara kritis analisis

22. Menganalisis hasil penelitian yang relevan serta menyebutkan perbedaan- nya dengan penelitian Anda sehingga diperoleh keorisinilan penelitian

122 Metodologi Penelitian Sosial

Page 137: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi 23.

Mengutip dari buku, hasil penelitian yang relevan, sumber lain yang mutakhir (internet), atau daftar pustaka tahun 2000 ke atas lebih dari 50%

Kerangka Berpikir

24. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

25.

Menggambarkan fenomena yang akan diteliti dengan bahasa sendiri (tanpa kutipan)

Pertanyaan Penelitian

26. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

27. Menuliskan dalam kalimat introgatif

Metode Penelitian

28. Menyesuaikan dengan masalah yang diteliti

29. Menjelaskan alasan dipilihnya pendekatan itu

30. Mengadakan studi pendahuluan yang memuat strategi pemilihanseMng

31. Memberikan alasan teknik pengumpulan data yang dipilih

32. Menjelaskan proses pengumpulan data

33. Menunjukkan berkas catatan lapangan

34. Menjelaskan langkah-langkah peng- kodean/kategorisasi

35. Menunjukkan bukti data yang direduksi

36. Menunjukkan bukti pengkodean/ pengkategorisasian

37. Menunjukkan bukti triangulasi (tanda

Bab 7 Penelitian Kualitatif 123

Page 138: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0
Page 139: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi

tangan atau paraf dari pihak-pihak yang dipercaya)

38. Menunjukkan bukti persetujuan teman sejawat yang relevan

39. Menunjukkan bukti member check

40. Menunjukkan alat bantu dalam pengumpulan data (jika ada)

41. Menunjukkan bukti transferabilitas di lokasi lain (jika ada)

42. Menganalisis kasus negatif (jika ada)

43. Menunjukkan bukti audit trail berupa bukti data mentah, hasil analisis data, kesimpulan, dan laporan akhir

44.

Menunjukkan bukti perpanjangan masa penelitian (jika waktu penelitian diperpanjang)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

45.

Mendeskripsikan hasil penelitian disertai bukti-bukti lengkap yang cocok dengan catatan lapangan (belum di- komentari peneliti)

46.

Menafsirkan hasil penelitian dan menjelaskan “mengapa dan bagaimana hasil-hasil penelitian itu terjadi?” dengan dukungan kajian teori yang telah ditulis di Bab II

47.

Membandingkan temuan penelitian dengan kajian teori dan/atau hasil penelitian terdahulu yang relevan sekali- gus menjelaskan “mengapa berbeda?” atau “mengapa sama?” dengan dukungan kajian teori di Bab II

48. Menjelaskan “what next?” atau pemecah- an masalah (jalan keluar)

Bab 7 Penelitian Kualitatif 141

Page 140: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Mutu Bahasa: Menggunakan bahasa yang baik dan benar (baku). Menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang di- sempumakan.

Mutu Tata Tulis: Menggunakan pedoman penulisan tesis/disertasi yang sedang berlaku.

No. Aspek Memenuhi Tidak Memenuhi 49.

Menjawab pertanyaan penelitian secara konsisten

50. Menerangkan konsep-konsep yang ditemukan (jika ada)

51.

Menguji kebenaran hipotesis yang ditemukan dengan kasus negatif (jika menemukan hipotesis)

Kesimpulan dan Saran

52. Menuliskan secara singkat, jelas, dan sistematis

53. Mengurutkannya agar konsisten dengan pertanyaan penelitian

54.

Merujuk pada hasil penelitian dan pembahasan

55. Menyimpulkan dari hasil penelitian

56. Menyarankan dari pembahasan

57.

Menyebutkan saran ditujukan untuk siapa (konsisten dengan manfaat penelitian)

58. Menyebutkan langkah-langkah operasional (caranya) secara rinci dan spesifik

59. Memberikan sumbangan bermakna bagi

kehidupan sosial

128 Metodologi Penelitian Sosial

Page 141: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

BAB 8 PENELITIAN DESKRIPTIF

A. PENDAHULUAN Kata deskriptif berasal dari bahasa Inggris, descriptive, yang berarti bersifat menggambarkan atau melukiskan sesuatu hal. Menggambarkan atau

melukiskan dalam hal ini dapat dalam arti sebenamya (harfiah), yaitu berupa gambar-gambar atau foto-foto yang didapat dari data lapangan atau peneliti menjelaskan hasil penelitian dengan gambar-gambar dan dapat pula berarti menjelaskannya dengan kata-kata. Keduanya dalam laporan penelitian dapat digunakan agar saling melengkapi. Ada ungkapan bahwa gambar atau lukisan dapat memberi makna lebih dari sejuta kata. Pelaku atau responden yang menjadi objek dan subjekpenelitian, kegiatan atau kejadian yang diteliti, dan konteks (lingkungan) tempat penelitian dilakukan dilaporkan dengan cara deskriptif sehingga pembaca memahami dengan baik laporan hasil penelitiannya. Banyak sekali penelitian deskriptif yang dapat dilakukan oleh peneliti. Sebagai contoh, guru ingin mengetahui gambaran tentang faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar siswanya. Kepala sekolah ingin mengetahui prestasi kerja (kinerja) gurunya. Pengawas sekolah ingin mengetahui kineija kepala sekolah, kinerja pendidik (guru), kineija tenaga kependidikan (nonguru), dan kinerja sekolah. Bab ini berisikan karakteristik atau ciri-ciri penelitian deskriptif berikut contoh-

contohnya, dan contoh-contoh sistematika laporan penelitiannya.

Bab 8 Penelitian Deskriptif 129

Page 142: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Untuk lembaga pendidikan biasanya memiliki sistematika laporan penelitiannya masing-masing. Demikian pula sponsor-sponsor penelitian, memiliki sistematika laporan penelitiannya masing-masing.

B. CIRI-CIRI PENELITIAN DESKRIPTIF Penelitian deskriptif dapat berupa kuantitatif (angka), kualitatif (angka), dan dapat pula kombinasi keduanya. Penelitian deskriptif kuantitatif berupa angka dapat digambarkan dalam bentuk statistik deskriptif, antara lain berupa skala pengukuran, hubungan, grafik portrayais, variabilitas, dan sentral tendensi. Untuk mempeijelas apa yang dimaksud dengan statistik deskriptif beserta contoh-contohnya, dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata apa yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperasaan, dan bertindak) seperti itu tidak seperti lainnya, direduksi, ditriangulasi, disimpulkan (diberi makna oleh peneliti), dan diverifikasi (dikonsultasikan kembali kepada responden dan teman sejawat). Minimal ada tiga hal yang digambarkan dalam penelitian kualitatif, yaitu karakteristik pelaku, kegiatan atau kejadian- kejadian yang teijadi selama penelitian, dan keadaan lingkungan atau karakteristik tempat penelitian berlangsung. Penelitian deskriptif gabungan kuantitatif dengan kualitatif mengandung kedua hal yang telah dijelaskan di atas.

C. JENIS-JENIS PENELITIAN DESKRIPTIF DAN PERSYARATANNYA

Jenis-jenis penelitian deskriptif kuantitatif ada empat jenis, yaitu biasa, komparasi, korelasi, dan regresi. Sesuai dengan fungsi ilmu, yaitu untuk menerangkan, memprediksikan, dan mengontrol; maka statistik deskriptif bertugas untuk menerangkan. Statistik komparasi, korelasi, dan regresi bertugas untuk memprediksi dan mengontrol.

Penelitian deskripsi biasa umumnya menggunakan statistik sederhana, seperti persentase, diagram, grafik, median, modus, distribusi frekuensi, mean, simpangan baku, dan angka baku; komparasi (perbedaan) dengan menggunakan uji t untuk dua kelompok atau analisis of varians (anova atau anava) untuk lebih dari dua kelompok; hubungan (korelasi) dengan menggunakan teknik korelasi;

130 Metodologi Penelitian Sosial

Page 143: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

pengaruh dengan menggunakan teknik regresi atau analisis jalur (path analysis). Minimal ada empat syarat agar penelitian deskriptif komparasi dapat

dilaksanakan. 1. Kedua kelompok atau lebih yang akan dibandingkan homogen atau setara

(relatif seimbang), karena tidak adil dan tidak masuk akal membandingkan dua hal yang tidak seimbang.

2. Kedua kelompok atau lebih yang akan dibandingkan anggota- anggotanya dipilih secara acak (random) agar objektivitasnya tinggi.

3. Kedua kelompok atau lebih yang akan dibandingkan masing-masing kelompoknya berdata interval agar analisisnya dapat menggunakan pendekatan statistik parametrik dengan teknik uji t atau anova.

4. Kedua kelompok atau lebih yang akan dibandingkan masing-masing kelompoknya berdistribusi normal agar pendekatan statistik parametrik dengan teknik uji t atau anova dapat dilakukan, jika tidak normal maka digunakan pendekatan statistik nonparametrik, hasil statistik parametrik lebih utama daripada pendekatan statistik nonparametrik. Tidaklah logis membandingkan dua kelompok atau lebih yang tidak setara, tidak acak, tidak normal, dan tidak berdata interval. Penelitian deskriptif korelasi adalah penelitian untuk mengetahui apakah

ada hubungan antara dua variabel atau lebih dan untuk mengetahui berapa besamya sumbangan (kontribusi) variabel terikat (independent variable) atau X terhadap variabel bebasnya (dependent variable) atau Y. Selama ada bahasa Indonesianya, kata korelasi lebih baik diganti dengan kata hubungan untuk judul penelitian deskriptif korelasi. Istilah korelasi sebenamya lebih tepat digunakan dalam statistik, bukan untuk judul.

Minimal ada empat syarat agar penelitian deskriptif korelasi dapat dilaksanakan. 1. Kedua kelompok atau lebih yang akan dikorelasikan anggota- anggotanya

dipilih secara acak agar objektivitasnya tinggi. 2. Kedua kelompok atau lebih yang akan dikorelasikan data anggota-

anggotanya beijenis interval agar pendekatan statistik parametrik dengan teknik korelasi Pearson dapat digunakan.

3. Kedua kelompok atau lebih yang akan dihubungkan masing-masing kelompoknya berdistribusi normal agar pendekatan statistik parametrik dengan teknik korelasi Pearson dapat dilakukan, jika tidak normal maka digunakan pendekatan statistik nonparametrik, hasil statistik parametrik

Bab 8 Penelitian Deskriptif 131

Page 144: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

lebih utama daripada pendekatan statistik nonparametrik, tidak logis kita mengkorelasikan data yang normal dengan yang tidak normal, data yang tidak normal tidak dapat diramalkan.

4. Kedua kelompok atau lebih yang akan dihubungkan adalah linier karena hanya variabel yang sudah jelas ada hubungan linier saja yang dapat dihubungkan. Tidaklah logis menghubungkan dua kelompok atau lebih yang tidak acak, tidak berdata interval, tidak normal, dan tidak linier. Penelitian deskriptif regresi adalah penelitian untuk mengetahui apakah

ada pengaruh antara variabel terikat (independent variable) atau X terhadap variabel bebasnya (dependent variable) atau Y. Beberapa peneliti menulis judul, “Korelasi antara ... dengan ... di Namun, mereka tidak konsisten mengapa ketika akan menggunakan teknik regresi tidak menuliskan judul, “Regresi... terhadap ... di...?”.

Minimal ada empat syarat agar penelitian deskriptif regresi dapat dilaksanakan. 1. Kedua kelompok atau lebih yang akan diregresikan anggota- anggotanya

dipilih secara acak agar objektivitasnya tinggi. 2. Kedua kelompok atau lebih yang akan diregresikan data anggota-

anggotanya beijenis interval agar pendekatan statistik parametrik dengan teknik regresi dapat digunakan.

3. Kedua kelompok atau lebih yang akan dihubungkan masing-masing kelompoknya berdistribusi normal agar pendekatan statistik parametrik dengan teknik regresi dapat dilakukan, j ika tidak normal maka teknik regresi tidak dapat digunakan.

D. CONTOH PENELITIAN DESKRIPTIF BIASA 1. Deskriptif Biasa Keefektifan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, profil perilaku kepemimpinan kepala sekolah, pelaksanaan supervisi manajerial pengawas sekolah, pelaksanaan supervisi akademik pengawas sekolah, pelaksanaan program sekolah, motivasi mengajar guru, dan sebagainya. Penelitian deskripsi biasa umumnya hanya mengandung satu variabel saja.

2. Deskriptif Komparasi Perbandingan antara hasil belajar siswa yang rajin belajar dengan yang malas belajar. Penelitian seperti ini disebut penelitian adhock, karena tanpa diteliti saja

132 Metodologi Penelitian Sosial

Page 145: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

sudah dapat diramalkan pasti ada bedanya. Contoh yang agak ekstrem; perbandingan mutu sekolah antara sekolah yang lengkap, modem, dan mutakhir sarana dan prasarananya dengan sekolah yang kurang lengkap sarana dan prasarananya. Perbandingan daya beli orang kaya dengan orang miskin, dan seterusnya. Penelitian demikian, tanpa ditelitipun sudah dapat diketahui hasilnya pasti berbeda. Telitilah sesuatu yang hasilnya mungkin ada bedanya atau tidak. Sebagai contoh, perbedaan antara guru yang mendapat tunjangan profesi dengan guru yang belum mendapat tunjangan profesi terhadap prestasi belajar siswa. Yang penting, setelah diketahui ada bedanya, apa perlakuan (treatment) atau tindak lanjut berikutnya.

3. Deskriptif Korelasi a. Hubungan antara motivasi keija dengan kepuasan keija gum di.... b. Hubungan antara motivasi dan kemampuan keija dengan kineija gum di.... c. Hubungan antara sifat-sifat pemimpin, kepatuhan pengikut, dan iklim

organisasi sekolah dengan keefektifan kepemimpinan kepala sekolah di .... d. Hubungan kriteria sukses, sifat-sifat pemimpin, penggunaan kekuasan,

kesetiaan pengikut, dan situasi terhadap perilaku kepemimpinan di....

Perhatikan! Padanan hubungan adalah dengan bukan pengaruh. Untuk membuat judul, peneliti tidak boleh seenaknya membuat judul sesuai selera hatinya. Judul tidak turun dari mimpi atau dari langit, tetapi dari teori siapa yang hendak kita uji melalui hipotesis. Teori yang hendak kita uji disebut grand theory. Para peneliti pemula atau peneliti yang belum profesional biasanya membuat judul hanya berdasarkan selera pribadinya saja. Padahal penelitian kuantitatif menggunakan prinsip berpikir deduktif, yaitu dari hal umum ke hal khusus atau dari grand theory menjadi kerangka berpikir dan akhimya menjadi hipotesis. Inilah kesalahan prinsip dan fatal yang banyak dilakukan oleh para peneliti hingga saat ini.

Grand theory menyatakan ada hubungan antara X dengan Y atau X berhubungan dengan Y atau dalam bentuk gambar X ► Y.

Dari hasil bacaan kita itulah dibuat kerangka berpikir dan akhimya menjadi hipotesis untuk diterima atau ditolak berdasarkan data lapangan. Judulnya adalah Hubungan X dengan Y di ... Kesimpulannya, ide judul dari grand theory tidak dari mimpi si peneliti, tetapi dari grand theory dan rumusan masalah. Contoh judul a dari teori Porter dan Lawler. Contoh judul b dari

Bab 8 Penelitian Deskriptif 133

Page 146: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

teori Suteirmester. Contoh judul c dari teori Hoy & Miskel. Contoh judul d dari teori Gary Yukl. Teori-teori yang dicontohkan ini sudah sangat terkenal di lingkungan manajemen pendidikan.

4. Deskriptif Regresi a. Pengaruh motivasi keija terhadap kepuasan keija guru di.... b. Pengaruh motivasi dan kemampuan keij a terhadap kineij a guru di.... c. Pengaruh sifat-sifat pemimpin, kepatuhan pengikut, dan iklim organisasi

sekolah terhadap keefektifan kepemimpinan kepala sekolah di.... d. Pengaruh kriteria sukses, sifat-sifat pemimpin, penggunaan kekuasaan,

kesetiaan pengikut, dan situasi terhadap perilaku kepemimpinan di...

Perhatikan! Padanan pengaruh adalah terhadap bukan dengan. Untuk membuat judul, peneliti tidak boleh seenaknya membuat judul sesuai selera hatinya. Judul berasal dari teori siapa yang hendak kita uji melalui hipotesis. Teori yang hendak kita uj i disebut grand theory. Grand theory tersebut menyatakan ada pengaruh antara X terhadap Y atau kalimatnya berbunyi X berpengaruh terhadap Y atau kalimatnya berbunyi Y dipengaruhi oleh X. Dari hasil bacaan kita itulah dibuat kerangka berpikir dan akhimya menjadi hipotesis untuk diterima atau ditolak berdasarkan data lapangan. Judulnya adalah: Pengaruh X terhadap Y di .... Kesimpulannya, ide judul dari grand theory tidak dari mimpi si peneliti, tetapi dari grand theory dan rumusan masalah.

Beda hubungan dengan pengaruh adalah hubungan menggunakan teknik korelasi, sedangkan pengaruh menggunakan teknik regresi atau analisis jalur. Hubungan bersifat searah, sedangkan pengaruh bersifat dua arah (timbal balik). Contoh hubungan: raj in pangkal pandai, hemat pangkal kaya, ada kupu-kupu berarti akan ada tamu. Men dung tanda-tanda akan hujan. Orang rajin diharapkan akan pandai. Orang hemat diharapkan akan kaya. Tidak dapat berlaku sebaliknya, seperti orang pandai diharapkan rajin. Orang kaya diharapkan hemat.

Contoh pengaruh: kebodohan berpengaruh terhadap kemiskinan, kemiskinan berpengaruh terhadap kejahatan, olahraga berpengaruh terhadap kesehatan, makanan berpengaruh terhadap kesehatan. Semuanya dapat dibolak-balik. Seperti, kemiskinan berpengaruh terhadap kebodohan karena orang miskin tidak mampu membiayai pendidikannya apalagi mengikuti perkembangan iptek yang canggih, modem, dan mahal.

134 Metodologi Penelitian Sosial

Page 147: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Kejahatan berpengaruh terhadap kemiskinan karena orang yang tadinya kaya teijerumus dalam judi, berfoya-foya, narkoba, minuman keras, dan kejahatan lainnya, akhimya akan jatuh miskin. Kesehatan berpengaruh terhadap olahraga dan makanan karena orang yang sehat dapat berolahraga dan makan tanpa pantangan.

E. CONTOH SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN DES-KRIPTIF KUANTITATIF

(Untuk sampel sama dengan populasinya atau seluruh populasi digunakan sebagai sampel)

Hal-hal yang disajikan dalam laporan penelitian kuantitatif pada umumnya bersifat kompleks, mulai dari isi kajian terhadap berbagai teori yang bersifat substantif dan mendasar sampai kepada hal-hal yang bersifat operasional teknis. Karena kompleksnya materi yang dilaporkan, maka laporan perlu diatur sedemikian rupa sehingga pembaca laporan dapat dengan mudah menemukan setiap bagian yang dicarinya dan dapat memahaminya secara tepat. Berdasarkan pemikiran tersebut, isi bagian laporan penelitian deskriptif kuantitatif disajikan dalam bentuk sistematika seperti berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Perumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Analisis Teoretis B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir D. Pertanyaan Penelitian

Bab 8 Penelitian Deskriptif 135

Page 148: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data B. Hasil Penelitian C. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi

C. Saran

DAFTAR PUSTAKA (hanya yang dikutip saja, unit abjad) LAMPIRAN-

LAMPIRAN (Jika ada dan disebutkan dalam bagian isi)

BAB IH METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

B. Rancangan Penelitian C. Definisi Operasional Variabel Penelitian D. Subjek Penelitian E. Asumsi Penelitian F. Instrumen Penelitian

G Teknik Pengumpulan Data H. Teknik Analisis Data

136 Metodologi Penelitian Sosial

Page 149: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

PENELITIAN PERCOBAAN (EKSPERIMEN)

A. PENDAHULUAN Penelitian percobaan bertujuan untuk mengetahui apakah sesuatu metode, prosedur, sistem, proses, alat, bahan, serta model efektif dan efisien (produktif) jika diterapkan di suatu tempat. Jika kita hubungkan dengan penelitian deskriptif komparasi di Bab 8, maka kesimpulannya perlu ditindaklanjuti dengan perlakuan (treatment). Penelitian percobaan ingin mengujicobakan perlakuan agar dapat diketahui layak atau tidaknya suatu metode, prosedur, sistem, proses, alat, bahan, dan model perlakuan itu diterapkan di suatu objek atau tempat. Bab ini terdiri atas ciri, jenis, dan contoh penelitian percobaan.

B. CIRI-CIRI PENELITIAN PERCOBAAN Ciri-ciri penelitian percobaan adalah adanya sesuatu perlakuan yang akan dicobakan, dan adanya objek yang menjadi sasaran perlakuan. Sebagai contoh, suatu perlakuan yang akan dicobakan antara lain adalah model peningkatan mutu sekolah, maka yang menjadi objek atau dikenai perlakuan antara lain kepala sekolah, guru, tenaga administrasi sekolah, siswa, dan komite sekolah. Di samping itu, perlakuan juga dapat dikenakan pada struktur organisasi sekolah, budaya sekolah, iklim organisasi sekolah, peraturan tata tertib sekolah, perpustakaan, laboratorium, bengkel praktik, dan sebagainya. Suatu perlakuan yang akan dicobakan tentu saja dipilih dengan asumsi atau keyakinan bahwa sesuatu yang diperlakukan tersebut adalah mengubah keadaan lebih baik dari sebelum adanya perlakuan.

Dengan asumsi dan/atau keyakinan bahwa perlakuan yang dicobakan memang merupakan metode, prosedur, sistem, proses, alat, bahan, dan model yang baik dari sebelumnya; maka metode, prosedur, sistem, proses, alat, bahan, dan model tersebut harus tidak yang seperti biasanya dilakukan atau terjadi, tetapi harus beda dari biasanya; lebih bermutu; lebih hemat biaya, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, dalam penelitian percobaan, peneliti diwajibkan

Bab 9 Penelitian Percobaan (Eksperimen) 137

Page 150: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

merumuskan hipotesisnya.

C. JENIS-JENIS PENELITIAN PERCOBAAN Ada tiga jenis penelitian eksperimen yang dapat dilakukan, yaitu percobaan dengan studi kasus satu kali tembak (one shot case study)', percobaan dengan perbandingan perlakuan tanpa pretest, percobaan dengan perbandingan sempuma dengan pretest, pemberian perlakuan berbeda, dan posttest.

1. Percobaan dengan Studi Kasus Satu Kali Tembak (One Shot Case Study)

Model jenis penelitian percobaan dengan studi kasus satu kali tembak dapat digambarkan sebagai berikut.

L B

L adalah perlakuan dan B adalah pemberian tes yang dilakukan oleh peneliti. Tes tidak harus formal dan tertulis, tetapi dapat juga berupa tanya jawab nonfomal. Contoh: kepala sekolah akan meneliti penerapan model manajemen partisipatif di sekolahnya. Untuk itu, ia meminta warga sekolah menerapkan manajemen partisipatif dalam rangka mewujudkan keija tim yang efektif. Karena peneliti (dalam hal ini kepala sekolah) berasumsi manajemen partisipatif dapat mewujudkan tim kerja yang efektif, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Penerapan manajemen partisipatif berpengaruh pada kerja tim yang efektif, atau

Melalui manajemen partisipatif, keefektifan kerja tim dapat meningkat.

Warga sekolah diberi arahan dan kesempatan berkonsultasi dengan kepala sekolah tentang penerapan manajemen partisipatif. Setelah kepala sekolah menilai cukup waktunya (sesuai dengan kontrak usulan penelitian), kepala sekolah mengadakan tes terhadap warga sekolah bagaimana cara- cara menerapkan manajemen partisipatif. Tes tidak harus tertulis dan formal, tetapi dapat berupa wawancara nonformal. Kepala sekolah menanyakan bagaimana melaksanakan manajemen partisipatif yang baik kepada warga sekolah yang dikenai perlakuan. Jawaban dan nilai yang didapat dicatat. Nilai dari pemberian pertanyaan ini merupakan nilai hasil percobaan. Dalam laporan penelitian percobaan, kepala sekolah yang bersangkutan melaporkan apa saja yang

138 Metodologi Penelitian Sosial

Page 151: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

dilakukan, kemudian juga dilaporkan bagaimana nilai dari hasil tes tersebut. Jika laporan hasil penelitiannya masuk akal (logis), lengkap dan tuntas, serta dilampiri bukti- bukti yang mendukung, terutama telah terjadi pelaksanaan model manajemen partisipatif dengan hasil yang baik maka penelitiannya dinyatakan berhasil.

2. Percobaan dengan Perbandingan Perlakuan Tanpa Pretest Untuk penelitian percobaan jenis model kedua ini, sebagai contoh, kepala sekolah dapat melakukan hal yang sama, tetapi membandingkan dua kelompok warga sekolah. Warga sekolah dibagi dalam dua kelompok yang relatif setara (seimbang komposisi anggotanya). Kelompok 1 disebut Kelompok Percobaan (KP) karena mereka diberi pengarahan tentang cara-cara melakukan manajemen partisipatif. Sedangkan kelompok 2 disebut Kelompok Kontrol (KK) karena mereka tidak diberikan pengarahan tentang cara-cara melakukan manajemen partisipatif dan berfungsi sebagai kelompok kontrol. Model jenis eksperimennya adalah sebagai berikut.

Untuk penelitian percobaan jenis kedua ini, peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitiannya sebagai berikut.

Ada perbedaan kemampuan menerapkan manajemen partisipatif antara warga sekolah Kelompok Percobaan dengan warga sekolah Kelompok Kontrol, atau Manajemen partisipatif dapat mengefektifkan tim kerja.

Warga sekolah yang termasuk Kelompok Percobaan (KP) dan Kelompok Kontrol (KK) diminta mengumpulkan pendapat-pendapatnya tentang pengalaman terbaik (best practice) mereka tentang penerapan manajemen partisipatif. Selanjutnya, kepala sekolah memeriksa atau mencermati pendapat-pendapat mereka, kemudian hasilnya dicatat. Setelah beberapa waktu sesuai kesepakatan dengan warga sekolah kelompok 1, nilai-nilai hasil pengamatan tersebut dianalisis, dicari rata- rata, kemudian dibandingkan dengan rata-rata nilai kelompok 2 atau Kelompok Kontrol (KE) menggunakan rumus uji t. Dengan menggunakan uji dapat diketahui apakah

KP : L B KK: L, B,

Bab 9 Penelitian Percobaan (Eksperimen) 139

Page 152: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

ada perbedaan atau tidak ada perbedaan antara KP dengan KE.

3. Percobaan dengan Perbandingan Sempurna dengan Pretest, Pemberian Perlakuan Berbeda, dan Posttest

Melalui penelitian percobaan jenis ini, kepala sekolah misalnya, dapat mengetahui secara mumi hasil dari perlakuan, karena sebelum diberi perlakuan kualitas manajemen partisipatif kedua kelompok warga sekolah diteliti terlebih dahulu sehingga dapat diketahui bagaimana posisi awal dari kedua kelompok warga sekolahnya. Dalam hal ini yang dibandingkan adalah perolehan sebagai akibat dari adanya perlakuan yang berbeda. Sebagai contoh, Kelompok 1 (KP) diberi perlakuan model manajemen partisipatif X dan Kelompok 2 (KK) diberi perlakuan model manajemen partisipatif Y. Jika dari hasil tes awal rata-rata kelompok 1 (KP) adalah 80 dan rata-rata Kelompok 2 (KK) 70, sebenamya tidak masalah. Yang dicermati bukan besamya nilai sesudah perlakuan diberikan, tetapi perbedaan perolehan, yaitu selisih antara sesudah dikurangi sebelum perlakuan.

Setelah masing-masing kelompok diberi perlakuan, yang dilihat adalah peningkatannya. Jika nilai rata-rata Kelompok 1 (KP) menjadi 90 dan nilai rata-rata Kelompok 2 (KK) menjadi 85, maka perlakuan pada Kelompok 2 (KK) itulah yang lebih baik, karena peningkatan Kelompok 1 (KP) hanya 10, sedangkan peningkatan Kelompok 2 (KK) adalah 15. Apabila dibandingkan posisi awal dan posisi akhir dua kelompok tersebut dapat tergambar dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 9.1 Tabel Posisi Nilai Rata-rata Kelompok 1 (KP) dan Nilai Rata-rata Kelompok 2 (KK)

Posisi Nilai Rata-rata Kelompok 1 (KP)

Nilai Rata-rata Kelompok 2 (KK)

Sebelum Perlakuan 80 70

Sesudah Perlakuan 90 85

Dampak Perlakuan 10 15 Model penelitian percobaannya adalah sebagai berikut.

KP : B, L,

KK : B2 l2 B2.2

140 Metodologi Penelitian Sosial

Page 153: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Dibandingkan dengan penelitian percobaan jenis 2, yaitu penelitian percobaan jenis percobaan tanpa pretest, perbedaannya hanya pada penilaian manajemen partisipatif sebelumnya, baik pada Kelompok 1 (KP) maupun Kelompok 2 (KK). Langkah-langkah perlakuannya dapat sama dengan penelitian percobaan jenis 2. Karena sejak awal sudah diketahui nilai pretest-nya, maka setelah kelompok diberi posttest, peneliti membandingkan perolehan setelah masing-masing kelompok (KP dan KK) diberi perlakuan. Dalam hal ini, peneliti bukan menguji dampak adanya perlakuan, tetapi menguji perlakuan mana yang lebih efektif, apakah L( atau Lr Apabila peneliti ingin merumuskan hipotesis penelitiannya, maka hipotesis penelitiannya dapat diajukan sebagai berikut.

Ada perbedaan dampak antara perlakuan X dengan perlakuan Y atau

Perlakuan Y mempunyai dampak lebih besar dibanding dengan perlakuan X, atau

Perlakuan X mempunyai dampak yang lebih baik daripada perlakuan Y.

Dengan adanya tiga jenis penelitian percobaan tersebut, mungkin ada pertanyaan, dapatkah seorang peneliti melakukan ketiga jenis penelitian percobaan tersebut sekaligus? Jawaban secara teoretisnya adalah dapat. Namun, ditinjau dari segi etika penelitian, kurang etis. Karena jika peneliti menginginkan melakukan tiga penelitian sekaligus, subjeknya harus berbeda, perlakuannya juga berbeda, supaya peningkatan profesi peneliti mempunyai makna dan berwibawa.

PENELITIAN EVALUATIF

A. PENDAHULUAN Penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program atau untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan suatu program. Manfaat penelitian evaluatif adalah untuk memberikan rekomendasi pelaksanaan program yang lalu dan untuk memperbaiki pelaksanaan program yang akan dilaksanakan berikutnya. Karena begitu

Bab 9 Penelitian Percobaan (Eksperimen) 141

Page 154: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

pentingnya sebuah rekomendasi, maka untuk melaksanakan penelitian evaluatif dituntut adanya persyaratan khusus yang harus dipatuhi olehpenelitinya.

Bagi pemimpin, misalnya kepala sekolah, penelitian evaluatif ini penting kedudukannya. Pemimpin yang tugas pokoknya sehari-hari memberikan pembinaan kepada bawahannya perlu mengetahui keefektifan pelaksanaan program sekolah yang menjadi pembinaannya.

Dalam melaksanakan penelitian evaluatif, diperlukan adanya standar tolok ukur/kriteria/indikator kineija. Pengertian evaluasi di sini adalah mengumpulkan data lapangan apa adanya, kemudian dibandingkan dengan standar/tolok ukur/kriteria/indikator kineija yang telah disepakati bersama antara yang melaksanakan program dengan yang akan mengevaluasi program. Program yang baik biasanya sudah mengandung indikator kineija (target pencapaian). Bab ini menguraikan ciri-ciri penelitian evaluatif dan langkah-langkah penelitian evaluatif.

142 Metodologi Penelitian Sosial

Page 155: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

B. CIRI-CIRI DAN PERSYARATAN PENELITIAN EVALUATIF Penelitian evaluatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Ada program yang sudah dilaksanakan, sudah terlaksana atau belum

bukanlah masalah. 2. Ada standar/tolok ukur/kriteria/indikator kinerja yang terukur untuk

setiap kegiatan pada program tersebut. 3. Hasil penelitian untuk umpan balik pelaksanaan program berikutnya.

C. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN EVALUATIF Langkah-langkah penelitian evaluatif adalah sebagai berikut. 1. Mempelajari isi program, antara lain kegiatan program dan indikator

kineija atau target yang ingin dicapai. 2. Membuat tabel pengumpulan data seperti berikut ini.

3. Mengumpulkan data dengan mengisi tabel di atas. 4. Kolom 5 diisi dengan cara realisasi dibagi target dikali 100%. Contoh:

Target gum mengajar/mata pelajaran di kelas = 32x/tahun Rata-rata realisasi (pelaksanaan) = 16x/tahun Tingkat keefektifan = 16/32x 100% = 50%

5. Kolom 5 dijumlahkan ke bawah. 6. Hitung persentase rata-rata dengan cara hasil perjumlahan kolom 5

dibagi jumlah kegiatan pada kolom 1. 7. Tentukan kriteria tingkat keefektifan dengan empat altematif di bawah

ini.

Altematif 1 jika ingin menggunakan lima interval. 0% - 20% = sangat tidak efektif

Tabel Pengumpulan Data

No. Kegiatan Indikator Kinerja

atau Target Pencapaian

Realisasi atau

Pelaksanaan

Tingkat Keberhasilan atau Tingkat Keefektifan

(effectiveness)

1 2 3 4 5

Bab 10 Penelitian Evaluatif 143

Page 156: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

21 % - 40% = tidak efektif 41%- 60% = cukup efektif 61%- 80% = efektif 81%- 100%= sangat efektif

Altematif 2 jika ingin menggunakan empat interval. 0% - 25% = sangat tidak efektif 26% - 50% = tidak efektif 51%- 75% = efektif 76% - 100% = sangat efektif

Altematif 3 jika ingin menggunakan tiga interval. 0% - 30% = tidak efektif 31%- 60% = efektif 61%- 100%= sangat efektif

Altematif 4 jika ingin menggunakan dua interval. 0% - 50% = tidak efektif 51%- 100%= efektif

Peneliti bebas ingin memilih altematif yang mana. Semakin banyak interval yang dipakai semakin halus pengevaluasiannya.

8. Bandingkan langkah 6 dengan langkah 7 di atas untuk menyimpulkan tingkat keefektifan yang ditemukan oleh penelitian evaluatif ini.

144 Metodologi Penelitian Sosial

Page 157: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

A. PENDAHULUAN ^ ” Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa Inggrisnya adalah class deiibn ['resetiriiPi atau 'sering disingk&t action 'tesMrM Saja; ©iSfcb&f PTK karehaptosfes'^neritiEih'ihiimelakukantmdakdttpferb'aikatfdiikefeyang diteliti.

rPTK!:s'ahga’t'b!efmanfeat bagi guru ataurkepatefseke!a-h atati pengawas sek$l#i'tinkik! meningkatkan hasil belaj&g Siswai;<Sute atau kepafe’sekfelSh atau pehga#aS'^k0lahyfag'penielitifiiM^a>beMjfali’iintuk memperbaiki meuxk mengajarguru dalam rangkaimeffiSigkailcaii 'hasil belajar siswa di kelas lebih cocok-jika‘ttlengguriakan PTK mi. Karena

danm-elaktikan tindakan pefbaikan, maka penelitiannya disebut PTK. ra-,;.

3ika pengawas dan kepala sekolah ingin melakukan tindakan perbaikan kin'eqa Sektilah^ffiaka^ pfenelitiaM^a°Sfebeniatftya iebih -tepat disebut Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) karena tcmpatnya di sekolah bukan di kelas. Demikian pula halnya, jika peh’gawas sekolah'ingin melakukan tirt'Micaii' pehmgK^tan kinfeija kepaM sekolah ^an’g thenj ad! pembmaannya. penelitiannya juga disebut PTS. Penelitian-'■Trfidakan Sekolah se-^ii^iS'd’ii’itl^kat menjadi ^T^W^'Namiin^dalarti kenyataannya. mereka umumnya lebih suka menyebutr.ya PT K. Karena P'T^iebih toeinkgyarkkat atau populer daiipada^SlA’paptaiinainanya;

! •. - ... j -j.... , k.,. ......... L.

entah PTK atau PTS, yang penting substansi yang ‘drfeliti, mettidd yang

Scrd ' (/ I- Pe Aelitian- Mndakan Kelas

TINDAKAN KELAS

Page 158: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

digunakan, bahasa yang digunakan, notasi ilmiah yang digunakan, dan sistematika laporan penelitian yang digunakan, sudah memenuhi persyaratan ilmiah.

Perbedaan antara perlakuan dalam penelitian percobaan dengan PTK atau PTS adalah perlakuan atau tindakan dalam penelitian percobaan dicermati dampaknya terhadap hasil, sedangkan tindakan dalam PTK atau PTS, tindakan yang dicermati adalah unsur-unsur yang ada di dalam proses tindakan itu sendiri. Bab ini berisikan ciri-ciri PTK dan PTS, prinsip-prinsip tindakan, dan sistematika laporan PTK atau PTS.

B. CIRI-CIRI PTK DAN PTS 1. PTK

Ciri-ciri PTK adalah sebagai berikut. a. Adanya niat untuk meningkatkan mutu profesional dan kinerj a guru

sekolah secara keseluruhan dan peningkatan hasil belajar siswa. b. Tertuju pada peningkatan mutu kineija pengawas sekolah, kepala

sekolah, dan guru yang melaksanakan PTK itu sendiri. c. Tindakan kelas yang diberikan pengawas sekolah, kepala sekolah, dan

guru harus dapat dilihat dalam unjuk keija subjek tindakan secara nyata dapat diamati oleh peneliti.

d. Pemberian tindakan kelas harus dilakukan sendiri oleh peneliti sendiri, tidak boleh minta bantuan orang lain.

e. Berlangsung dalam siklus atau putaran empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

f. Bukan menjelaskan tentang materi, tetapi tentang cara, metode, prosedur, atau langkah-langkah.

g. Tindakan kelas yang diberikan pada subjek tindakan kelas harus baru dan kreatif (tidak seperti biasanya).

h. Tindakan kelas harus bersifat dapat dilaksanakan (operasional) dan praktis (mudah) serta sesuai dengan kondisi kelas.

i. Tindakan kelas merupakan kesepakatan bersama antara peneliti dengan subjek tindakan, bukan paksaan.

146 Metodologi Penelitian Sosial

Page 159: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

j. Ketika tindakan kelas berlangsung, harus ada pengamatan secara sistematis terhadap proses dan hasil.

k. Keberhasilan tindakan kelas dibahas dalam kegiatan refleksi, dan hasilnya digunakan sebagai masukan bagi perencanaan siklus berikutnya.

1. Siklus dilakukan minimal dua kali.

2. PTS Ciri-ciri PTS adalah sebagai berikut. a. Adanya niat untuk meningkatkan mutu profesional kepala sekolah,

kinerja kepala sekolah, dan kinerja sekolah secara keseluruhan. b. Tertuju pada peningkatan mutu kinerja pengawas sekolah dan kepala

sekolah yang melaksanakan PTS itu sendiri. c. Tindakan sekolah yang diberikan pengawas sekolah dan kepala sekolah

harus dapat dilihat dalam unjuk keija subjek tindakan secara nyata yang dapat diamati oleh peneliti.

d. Pemberian tindakan sekolah harus dilakukan sendiri oleh peneliti sendiri, tidak boleh minta bantuan orang lain.

e. Berlangsung dalam siklus atau putaran empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

f. Bukan menjelaskan tentang materi, tetapi tentang cara, metode, prosedur, atau langkah-langkah.

g. Tindakan sekolah yang diberikan pada subjek tindakan sekolah harus baru dan kreatif (tidak seperti biasanya).

h. Tindakan sekolah harus bersifat dapat dilaksanakan (operasional) dan praktis (mudah) serta sesuai dengan kondisi kelas.

i. Tindakan sekolah merupakan kesepakatan bersama antara peneliti dengan subjek tindakan, bukan paksaan.

j. Ketika tindakan sekolah berlangsung, harus ada pengamatan secara sistematis terhadap proses dan hasil.

k. Keberhasilan tindakan sekolah dibahas dalam kegiatan refleksi, dan hasilnya digunakan sebagai masukan bagi perencanaan siklus berikutnya.

1. Siklus dilakukan minimal dua kali.

Bab 11 Penelitian Tindakan Kelas 147

Page 160: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

eu;:j«tRIN8Wj#R!NSIR TINDAKAN, id . i^ A Dalam melaksanakan tindakan, peneliti sebaikr.ya rr.enerapkar. nrinsip- 1

£MP, yaitu LegaiistissAityi ada da§a!r‘Htiktiittnya', mefntltd^Mi^tfffiJ'da,ri aturah yang ;fceriaku;‘ReatistisJartmya dapat diwujudkan atau dapat dilaksanakan dengan baik. Prakns artmya mudah dilaksanakan, murah biayanya, dan hemat waktunya.

PTK dan PTS merupakan salah satu dari kegiatan ilmiah,ryang hasilnya dapat dilaporkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah (KTI). Oleh karena itu, bentuk laporannya harus mengikuti alur perialarari yahg funtiit' dan Derfar qainlijdukung ojeh feori-teori yang relevan. Selahjutny'a, ide a^au* ga^sap,^ng ash dan penulisnya, dituliskan secara jelas sebab baglaii iniiah yang"merupakan orisinilitas yang harus ditonjolka!ri peneliti. AjdagV|n ,.ajur pemikiran dimaksud dapat digambarkan seperti

aini'si didoAvz mdisbnii 'Aoidut r>b>r;q u ’ j d k i •

939 Waslb , ., , .

sI,Jno;fc,i-n5qo i niAsnstinhb tBOub ;sti : -am;b fbAosj. .Z'JU-XA i?.;.bno>! miimh isijfoa; s > r ( i •

iJibnsq ;n;>:nn ncl/dBqJ&SifYffiM&flno;;■

intoo? rifilijiTaiiiijsq

Jika tidak dilaksanakan .Jim; nub zonaia Jika^aksgngkari; , nub biz^HMAMMUJAUMi-b ztulsdib /fslo^3bAi?fflR^RIK^i#PT3. zul'Aiz riBBaiyjaz'ioq >%£d nnAu^mn isgncfog aRAm,,' b:

Gambar 11.1 Alur Penalaran PTK dan PTS (Oirektorat Tendik, Oit. PVPTK, Depdiknas, 2007) -i^XKub iErmimn rrem

7.V>\ 'Metiutoia&i \fferfelitidn 'Sosial

iiilanoq risk) nifJVtesattefek; - - i b bib/ ► Tujuan ‘ v .j [

nsb : :: Teori --------- > Pemantapan

,sbolnm jrugnu'his) iqsl3] .<.?nr.T.-r-.;r

uficv ,qsr>Ei 3 nq r

Page 161: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

J. . Masalaji.. . . - j r : ; ^ .rnubo silunoq i/n ncqs^ii'jniiq ;rm■ ihO iqnicMasal&h' ialahi jbesenlkngaiijkeadaami !sekardiigi|^J^eM-)(^^ngan .ruinkeadaan yang [dihai^kaao(tfasii?o/i?eji)i nE'Jguudijn'jnaui :.nm

I ;ifeaSaSH;kdIas*S^kaM^’JfuH%e{igi}W^ffigffijcera-

membosankan, tidakfe3^§^^^^J^il,bgl^§Fj5gpdalf.

iyaugi ilito«oq nti'Ai;;4i;1 i i m f e r a k t i f i s a k t i f j a b e t a h , m;§.nob ns>fB ini / 1 t & f e ® - . ^ a i l i h a s i 1;U^Daj&rrtiiL^gi. an^^iMksafeMii#. pro1 agar ;,y;/>v n r . r ! - n e t ! > ! i i -

: , a k t i f 3®t'dM^riiSk^Matt^kg0,5^Kfffi'kkna, dan hasil belajar t&Sggi?kfls<i fl icb n^arraD lansa/b

2: 'Tiijuan fitobsdiuq nr^dMuT :rk«noO Tujuan ialah sesuatu yang ingin dicapai.1t’ujuah penelitian dirumuskan

(wciijdalmskdirmatidanganskatkf’HataiJyaii^ %fea<fito d^niddpdtnli^mati, n;:>':;rdm'!a^uTiMe^atm:.)gagasaB:.pe®d,iti

y^n^itdla}ri.dirama!i)e^dssfiit|iM te®i^ang;dSeimuicakan>;i/J.fK;M:' idr*-. rklcs H>>k;bt; ixii luirisO :<nniis.

Contoh: Untuk mengetahui dengan menerapkan multimetode, proses tindakatrhfiri alaif feBeaff §fs4a aktif, betah, menyenangkan, bermapia, dan hasil belajar m$mngkaijdarL50 menjadi 75.

f nEsne^ioT] \2V>4>I& !_ ! 3. Kajiameorratatrkajian pustaka

11_ ,— ----------------- t rp Kajian teori &ta*E|£ajian^a^ategn^lipatt^kaj^n teori dan hasil

penelitian terdahulu vapg.rele.yan , ^ Mj / " ' . 2 _ j nBfsrtEDnsia4! j / •—, '

Contoh: Jikajgfejneliti iiigin~nrerangkatk^iBlmat guru menggunakan r_._jnnltild£lQjde yang aktii-krcatif, harus ada teori yang I nr,En5a>U!9<? j , Jft Z^mZ. 4 • ,

i..__jdHijdiaskan b£h^rraetOT£aktif-ijeati|ttapat meningkatkan rpinat belaj apMswapdin berdeMpak j^a kenaikan hasil

belajkfsiS^a. C* ^ * \—'

4. Pemantapan

yaitu menerapkan teori yang dipilih(fifiQflc,m0atera!Bkaii masalah.

Page 162: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

m

150 Metodologi Penelitian Sosial

Page 163: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Dalam pemantapan ini penulis belum langsung mengenakan teori pada data yang dikumpulkan-karena belum mulai penelitian-tetapi bam menghubungkan ide atau gagasan dengan teori yang dipilih. Pemantapan ini dikemukakan dalam bahasa asli penulis di Bab I untuk mengawali pengajuan ide atau gagasan.

5. Ide atau gagasan asli peneliti Ide atau gagasan asli peneliti ialah pemikiran peneliti yang benar- benar bam berupa metode atau cara yang akan dilakukan peneliti dalam PTK atau PTS. Pengajuan ide atau gagasan ini akan dengan cepat dinilai benar dan tepat jika lebih dahulu sudah dijelaskan tentang kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam praktik sehari-hari yang disertai dengan data pendukung. Contoh: Tindakan perbaikan multimetode dengan pendekatan revolusi

pembelajaran.

Ada beberapa model PTK atau PTS, tetapi prinsip dasamya sama saja, yaitu adanya empat tahap, mulai dari perencanaan sampai dengan siklus. Berikut ini adalah salah satu bentuk model PTK atau PTS.

Perencanaan

Pelaksanaan

l^r Pengamatan

Perencanaan 1 ----------

1 Refleksi

Refleksi SIKLUS I

Bab 11 Penelitian Tindakan Kelas 151

Page 164: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Pengamatan

Gambar 11.2 Salah Satu Mode! PTK atau PTS (DirektoratTendik, Dit. PMPTK, Depdiknas, 2007)

152 Metodologi Penelitian Sosial

Page 165: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Satu siklus (satu putaran) meliputi empat langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. 1. Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan peneliti saat akan

memulai tindakannya. Agar perencanaan mudah dipahami oleh objek yang melakukan tindakan maka peneliti membuatpanduan tindakan yang menggambarkan apa yang harus dilakukan objek yang melakukan tindakan (kepala sekolah atau guru atau nonguru atau siswa); kapan dan berapa lama dilakukan; di mana dilakukan; fasilitas yang diperlukan; jika tindakan sudah selesai, apa tindak lanjutnya.

2. Pelaksanaan ialah penerapan dari perencanaan di atas. Hal yang harus diperhatikan peneliti adalah apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan?; bagaimana kelancaran proses tindakan yang dilakukan objek yang melakukan tindakan?; bagaimanakah situasi proses tindakan?; apakah objek yang melakukan tindakan mampu melaksanakan tindakan dengan penuh semangat?; bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan itu?

3. Pengamatan ialah pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hal- hal yang diamati adalah unsur-unsur dari proses tindakan dalam pelaksanaan di atas. Antara pelaksanaan dengan pengamatan bukan urutan karena waktu terjadinya bersamaan. Pengamatan harus menggunakan format pengamatan. Akan lebih baik jika pengamatan dilengkapi video untuk merekam peristiwa ketika guru sedang mengajar misalnya, kemudian dibahas bersama ketika refleksi. Siapakah yang dapat melakukan pengamatan? a. Pengamatan dapat dilakukan oleh orang lain, yaitu pengamat yang

diminta oleh peneliti untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan, bertugas mengamati apa saja yang dilakukan oleh objek yang diteliti.

b. Pengamatan dapat dilakukan oleh peneliti sendiri, yaitu apa yang sedang ia lakukan, sekaligus mengamati apa yang dilakukan oleh objek yang diteliti dan bagaimana proses berlangsung.

Altematif a lebih baik daripada b karena hasil pengamatan lebih asli dan objektif. Kesulitannya adalah peneliti hams mencari teman yang

Bab 11 Penelitian Tindakan Kelas 153

Page 166: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0
Page 167: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

$

Mi

& St f C/3 ;r-+- (—*

S.* a

If ¥ 3 5 1 v;

> g> P P. 3 3 Si OQ

05 a- sr

W

a

cfc £&> rt: Q»~

' S &• &-- t-Jef 1> - 3"

c£ cs ^ £<?__ £>-, g-_. ft

I

C

C 2p -' £

L

c/3 C

~ p-.- >-t B

p *

m <

05 g

? 0

S’ QT

CT

?r c 03 S' t

»-► ■-o tr

s- a. & 3r « J*

tufc. ii, Gj4 •—.

m

Page 168: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

BAB II KAJIAN TEORETIS ATAU KAJIAN PUSTAKA

Dipilih teori yang mendukung judul dan untuk memecahkan masalah pada rumusan masalah. Teori yang dikutip bukan hanya sekadar untuk paj angan belaka, tetapi harus dikaji. Teori yang dikutip dikaji dengan cara membandingkan dan membedakan berbagai pendapat yang dikutip, kelebihan dan kelemahan masing-masing pendapat. Kesimpulannya menurat peneliti. Peneliti berpihak pada pendapat siapa dan sebutkan alasan-alasan rasionalnya.

BAB IH METODE PENELITIAN Berisikan waktu dan tempat penelitian, objek yang melakukan tindakan, langkah-langkah PTK atau PTS, misalnya dengan mengutip Gambar 11.2 di atas dilengkapi dengan penjelasannya.

BAB IVPELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEM-BAHASAN

Dalam laporan penelitian termasuk PTK dan PTS adalah merupakan bagian inti. Oleh karena itu, porsi tulisannya harus yang paling banyak. Hal-hal yang harus masuk dalam Bab IV dan urutannya adalah sebagai: a. Gambaran tentang setting penelitian. b. Gambaran umum, yaitu uraian pelaksanaan penelitian secara urut dan

runtut. c. Uraian masing-masing siklus. d. Penyajian data dan analisis yang dilakukan oleh peneliti. e. Pembahasan terhadap proses pelaksanaan dan hasil penelitian.

Perbedaan antara yang dijelaskan di Bab III dengan Bab IV adalah Bab III masih menjelaskan setting dan model tindakan secara selintas menurut perencanaan penelitian, sedangkan apa yang disajikan di Bab IV adalah yang teijadi dalam kenyataan dan lebih rinci. Di sinilah letak nilai laporan PTK atau PTS. Jika guru, pengawas, atau kepala sekolah tidak melakukan sendiri PTK atau PTSnya, maka laporan yang dibuat tidak serinci jika dibuat sendiri.

Sambil menjelaskan proses pelaksanaan tindakan tersebut, sekaligus peneliti menjelaskan bagaimana pengamatan dilakukan. Jika menggunakan

156 Metodologi Penelitian Sosial

Page 169: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

format atau instrumen pengamatan, lembar pengamatannya harus dilampirkan. Apabila guru atau pengawas menggunakan model diskusi dengan topik tertentu untuk masing-masing siswa, peneliti harus menjelaskan objek-objek yang menjadi fokus pengamatan, misalnya topik setiap siswa, kemampuan masing-masing ketika menyusun laporan, bagaimana gaya melaporkan, dan sebagainya. Demikian juga untuk pengawas, semestinya melaporkan keunikan dari masing-masing guru yang dibina.

Ketika peneliti mengadakan refleksi, pengamat yang melakukan pengamatan dan seluruh objek yang melakukan tindakan harus dijelaskan bagaimana melibatkannya. Dengan demikian, peneliti mempunyai dua kumpulan data, yaitu yang diperoleh melalui pengamatan dan yang melalui refleksi. Dari kumpulan data ini peneliti menjelaskan bagaimana menarik kesimpulan, dan bagaimana memanfaatkan data yang diperoleh untuk menyempumakan tindakannya.

Pada pembahasan, peneliti harus dapat menjelaskan keterkaitan antara peristiwa yang terjadi siklus demi siklus untuk memperoleh kesimpulan penelitiannya. Sebaiknya, peneliti menghubungkan dengan teori yang sudah dipilih untuk mendukung tindakannya, kemudian juga dikaitkan dengan masalah awal dan lain-lain, termasuk bagaimana hasil yang diperoleh. Pembahasan harus komprehensif, dalam bentuk kaitan antara praktik dengan teori, antara data dengan teori, dan antara hasil dengan teori. Peneliti yang sudah menguasai PTK atau PTS akan dapat menyampaikan kelemahan yang diperbuat atau kekuatan yang seharusnya dilakukan, tetapi belum sempat dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Kesimpulan yang dikemukakan menjawab pertanyaan penelitian. Kesimpulan harus singkat dan jelas.

Bab II Penelitian Tindakan Kelas 157

Page 170: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0
Page 171: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

ir>-^.'4 nAyc:y:j\ :y>yi iyhmx

S,ail§nJJfeSFtfs-r5ifefe dffiljal}afe;!lS^|jada^^|5a;:dafi’lia^s:-^sreiyMf'd’eiigaBi adS^rig- dMi idSy'aiig1

Gaif^afe^ttgiakaffdifeJ^afti@l^peMrMfiteaiiJSafa 'niharQs;Iega ;BS'ti^,J

yrs^naq auUoi iimUisai yn/5^ Uoinn-'A'Jifi 'j .a^oLj/. 'sxxi

.runoqid nu,?.\y;mui yufkj.;;ir-ynx>r;its njijqxr^rn^l ,:vavAy \yA\\y

Au.’nu Bjjjjj rujiAicnsQ n:.,h . A A A I oqsdorn HVJ^J nnv-rri'ny^i-d inu<j yni^sni-r.nitnm ri/ib iM'Ainu-iA ns>hoqB:hm rr/ri!-;rjri;oa /<•::■!;c^rioq

.l!;;idib :;J/I!:V

ntdsfilcfom shuy ibi riBgaaq r i; :.>bn3 '! nfijbbcyf^in i;i.bn:X| n ^ y y A nrAzBhiib gxncfi

-i&AahmlunAuAnl^m u>in{ >b;do dxrube nub ni>ii>r«r>;:ii 'j<! sub ir.yriuqraorii ittisriaq

,nM>umob jiBgnsG .eyfinGJiudibin yyyyyyyiyyl iulsjiain jifiBviisb nBlsrnBgnaq

ixiinhmrfoloisqib gai-;^ uj:tr(,i*t«hrir,li.tq.rnu>i ihijnarn snfixnifigsd !!;;>iKr;b!n3fn ijilonsq

ini utiih nfii.sjqinuM hbU .i^lofbi Aulau doloiaqih snnv BUsb nB>ilSK'ifiSJTf'jrn

nncfnii-yrsd nv,h .r>‘;ii;q;ni*o>!

nBiijirmqfnsvnocfi

iiEJiKjhsirai nsigsbjroio Inqab suie/I jjilanaq f ns«Bfk:drxraq.x;bc*-I itetoioqmam xuinLi

ciAilz inisb aul>iia ibsjial yna-; .'jwijsiioq eicim; riBgnsb ne;>!gaodijri«rrar?i itibnsq

.Bv/mBUibnuq nduqrniwwf

G§ii[rifiibijmyii .r>-{ttnid6btfi) ynuinbnarn Au'jiu riiliqib rlfibyK asiav h-yj! ligKri

BHKrniiigfid >[02.001131 ,«iBl-niBl rifib Ikwb ilfiLsfcBrn ntfijjnab nniini^ib atiJinsi iulfiod

rnaicb .liensiknqmoji emml nBHcrindrno*! .rbioiuqib yrmv iiasrf bibixib nisb jioal nss.rwb

f>»eb mine .rtooJ nfignob iii^/nq mctuc IfiGEb nB>tE 2T(I ubJb XT'S' (WBugfmtt ricbiJK

i>t!G'{ iJibno'f .hovJ ficynyb <infiv nnJEiiiayi lifije i stidiuqib ;;jnnv ;iBx{f>mol3>!

nBiiisqnisvnsrii .nn'J.srAdib hiqmot mobc! iq/uo} .rifdidBlib Kvnancrb,-:

'AMIK& 7i/;Q 7 HAS

ufii«qini«3>i .A

.ncilibnaq nfi svnBlisq dfiWBjnsm n&>bi.urn3>iib ym;v (ir,\uqmizaX

. Maipitohi^i ■Bmg.Utian 'Sositfb.

Page 172: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

DAFTAR PUSTAKA

.Hfibj neb JBignK ^mnn xiBluqmicisX

Daftar Puitaka

Page 173: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

DAFTAR PUSTAKA

Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Razavich Arghar. 1972. Introduction tot Research in F^ducafion. Thi^ Edition.. New York: $9tt* Rinehart ^nd Winston.

Babbie, Earl. 2004. The Practice of Social Resecirch^-X^.$cJi£ion. . „,Belmout . CA: Thomson Wadworth.A. . . . . i;. ■, ;; Bailey, Kenneth. 1 9 7 8 . . T h e 7 ,u,Free, Prqs_s New Yorl^., ,f 11 . r , t j v,.i.;.,,,,rri(rr54 Black, Thomas R. \99%>]Qg^^^Q^i^^m>e{^^ieftrc^J\^yff^el Social ..u . ^cfence55,London: Sa^ePubljcatj^n^f.j - ',rr A Bogdan, RpJ^.Q.ydian San Jsnopg^jikJpg;J^82 Qualtia^^Rv^ irch for

Education An Jntrpdy,cpigq, jp Thepryc-anfl. Metjjod^. ,AUy|| and Bacon, Inc. Boston. . . . ,1(

Borg, Walter dan Meredith D. Gall. 1983. Educational Research An Introduction Fourth Edition. New York: Longman. ‘ '

\ V:ii 1 Bryman, A!en. 2001,. Soc,ial Research Method^..Npw, York: Oxport

University Press. ’ ’** ' , J ^ ' B. ukju Pedpman J? epulisan .Tegis Sekolah Xjnggi I^u, Admitiistrasi

Daftar Puitaka

Page 174: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

DAFTAR PUSTAKA

,IS[,eg,&ra RepublikIndonesi.% 19.8y7.Jaic^t^,, j , f , „Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design Choosing

Among Five Traditions. London: Sage Publications. . 2003. Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed

Methods Approach. Second Edition. London: Sage Publications. Direktorat Tenaga Kependidikan. 2007. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

pada Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah Buku 2 KTI Laporan Hasil Penelitian. Jakarta: Dit. PMPTK Depdiknas.

Edwards, Allen L. 1984. Techniques of Attitude Scale Construction. London: Appleton Century Crofts, Inc.

Gay, L.R. 1981. Educational Research Competencies for Analysis & Application. Second Edition. London: Charles E. Merril Publishing Company.

Goetz, Judith Preissle dan Margaret Diane LeCompte. 1984. Etnography and Qualitative in Educational Academic Press. London: Academic Press, Inc.

Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Research. Jilid 1 dan 2. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Hammersley, Martin dan Paul Atkinson. 1983. Etnography Principles in Practice. London: Tavistock Publication.

Ibrahim, Abd. Syukur dan Machrus Syamsuddin. 1985. Penemu Teori Beberapa

Daftar Puitaka

Page 175: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Strategi. Jakarta: Usaha Nasional Indonesia. IKIP Jakarta. 1988. Pedoman Penulisan Ilmiah. IKIP Yogyakarta. 1987. Pedoman Penulisan Tesis IKIP Yogyakarta. Isaac, Stepphen dan William B. Micahel. 1963. Handbook in Research and

Evaluation. Thirds Edition. Edits Publishers. San Diego. Keeves, John P. 1992. The IEA Technical Handbook. The Nederland Harque, The

Amsterdam. Kerlinger, Fred N. 1986. Foundation of Behavioral Research. Third Edition. Holt,

Rinehart and Winston. New York. Kidder, Louise H. 1981. Research Methods in Social Relations. Fourth Edition.

Holt, Rinehart and Winston. New York. Kirk, Jerome dan Marc L. Millr. 1986. Reliability and Validity in Qualitative

Research. London: Sage Publications. Koentjaraningrat. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia. Krathwohl, David R. 1976. How to Prepare a Research Proposal. Second Edition.

New York: Syracuse University. . 1985. Social and Behavioral Science Research. San Francisco:

Jossey-Bass Publishers. Lawson, George W. Jr. Technical Co-Operation for Administrative Improvement.

The Annals of the American Academy of Political and Social Studies. No. 323. May, 1959.

Lincoln, Yvonna S dan Egon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. London: Sage Publications.

Me Intyre, Lisa J. 2005. Need to Know: Social Science Research Methods. New York: Me Graw Hill.

Me Millan, James H. dan Sally Schumacher. 2001. Research in Education. Fifth Edition. New York: Longman.

Mercado, Cesar M. 1982. Langkah-Langkah Penelitian Sosial Pedoman di Dalam Persiapan Usulan Penelitian dan Manuskrip Tesis. Surakarta: Hapsara.

Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1994. An Expanded Sonscebook Qualitatif Data Analysis. 2nd Edition. London: Sage Publication.

. 2004. Qualitative Data Analysis A Sourcebook of New Methods.

Daftar Pustaka 161

Page 176: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

London: Sage Publications. Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. Mueller, Daniel J. 1986. Measuring Social Attitudes A Handbook for Researcher

and Practitioners. New York: Teachers College Press.

Daftar Pustaka 162

Page 177: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Nasutionv'19'83. Meid.de Research Reneiitian■ Ilniiaki. B &nduhg; Jemmars. . .fviY '.-vm'/ .ivY/^u U -w. M A i

Metode P&iteliiian N'atUr'dlistiki Kuhlit&tifi Bandung; larsito. ,v/A ■ ■

H'a#a\vi;',Hkdarf.' \9%5.‘Metode Penelitian Bidang Sosidl\ Yogyakarta; Gajah Mada Press.

Wfefodk PeriBiMrt. 1985. Jakarta: Ghaha. ;

Newman, Lawrence W. 2003. Social Research Methods Qualitative and Quantitative 'Approches^ Fifth Edition.1 Boston: AB. Republic of Indonesia Lembaga Administrasi Negara, i 980. Research

Methods in Administration. Jakarta: IBRpiJNPROF.irX.’T. .................. . 1977. Research in Public Administration; Selected Reading.

Jakarta: IBRD PROJECT. . 1977. Selected Reading on the Management, of Research.

. Jakarta: IBRD PROJECT. s . : Sanusi, Achmad. 1985. Garis Bcsar Pokok-Pokok Perkuliahan t :MptodoJo^i' ^dmjnistrasi.'P.§ndid;ikan. B^dungj FPS LKIP - Bandung. . ^ , f. ,, §chle^el, Stuart A., 1986. Penelitian Grounded dalam Llmu-llmu Sosiql.

Surakarta: FISIPOI. UN'S. ‘ ^ i ^ Sekaran, Uma. 1984. Research Methods for Kfanagexq:, A;, Kill Build- . ing

Approach. New York: John Wiley & Sons. Si,lyemiap.„ David. ;20,00i Doing Qualita tive, Research A Practical ffand-

book. London: Sage Publications. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survei.

Jakarta: LP3ES. , Sugiono, 2004. Pengantar Metode Penelitian. Bandung: Alpabeta. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikar}, Kompeiensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. —.. 2606C Penehtiay \ualiiatif-Naturahstik dalam Pendidfkan.

J Yogyakarta: Penerbit Usaha Keluarga. Surakhmad, Winarno. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik.

163 Metodologi Penelitian Sosial

Page 178: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Bandung: Tarsito. Suriasumantri, Jujun S. 1983. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Sinar Harapan. ——. 1988. Menjembatani Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Jakarta: Kompas. Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali. Soewamo, Bambang. 1987. Metode Kuantitatif dalam Penelitian Sosial dan

Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. P2LPTK. Spradley, James P. 1980. The Ethnographic Interview. New York: Holt, Rinehart

and Winston. . 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and

Winston. Stone, Donald C. 1963. Common Administrative Obstackles to Development: A

Summary of Findings. Strauss, Anselm L. 1987. Qualitative Analysis for Social Sciences. Cambridge:

Cambridge University Press. Taylor, Ellen dan Marcus Powell Renenr. 2003. Analyzing Qualitative Data.

Madison: Program Development and Evaluation. Voekell, Edward L. 1983. Educational Research. New York: Mac Millan

Publishing Co., Inc. Zeller, Richard A dan Edward G. Carmines. 1980. Measurement in the Social

Sciences the Link Between Theory and Data. Cambridge: Cambridge University Press.

Page 179: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

LAMPIRAN

Page 180: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0
Page 181: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

LAMPIRAN 1

MONOGRAM HARRY KING UNTUK< N 2000

Gambar 1. Nomogram untuk kalkulasi persentase rasio sampling (R) dibutuhkan untuk memastikan 90%, kepercayaan yang tidak terbatas (Em ) dalam perkiraan contoh dari suatu persentase populasi dalam sampling acak sederhana dari persentase populasi dalam suatu ukuran N populasi.

PRESENTASI RASIO SAMPLING

R.

POPULATION UKURAN POPULASI, N

30

40

50

60

70

80

90

100

10

20 ■

30 ■ % 40 • 50

60

70 •

80

90

95

99

150

200

300

400

500

600 700 800 900 1000

1500 2000

Kevakinan 80%

85%

95% 99%

± Ego: KESALAHAN MAKSIMUM DARI PERKIRAAN PERSEOTASE 1 I \ KESALAHAN /

\ DI ATAS 15% /

•0,5 •

0.8

Catatan: Grafik menunjukkan nilai kepercayaan hanya 90%. Upat gandakan nilai R atau E dengan mengalikan faktor-faktor di bawah ini untuk interval kepercayaan yang baru.

BanvaKnva faKtor

0.780 0,876 1.195 1575

166 Metodologi Penelitian Sosial

Page 182: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

LAMPIRAN 2

TABELUNTUKUKURANSAMPELRANDOMYANG DIPERLUKAN ATAS SUATU POPULASI N KASUS, SEHINGGA PERSENTASE SAMPEL P ± 0,5 DARI

PERSENTASE POPULASI P DENGAN TINGKAT KEYAKINAN SEBESAR 95%

Catatan: N adalah penentuan besamya populasi sampel. S adalah penentuan besarnya sampel.

N S N S N S

10 10 220 140 1200 291 15 14 230 144 1300 297 20 19 240 148 1400 302 25 24 250 152 1500 306 30 28 260 155 1600 310 35 32 270 159 1700 313 40 36 280 162 1800 317 45 40 290 165 1900 320 50 44 300 169 2000 322 55 48 320 175 2200 327 60 52 340 181 2400 331 65 56 360 186 2600 335 70 59 380 191

2800 338 75 63 400 196 3000 341 80 66 420 201 3500 346 85 70 440 205 4000 351 90 73 460

210 4500 354 95 76 480 214 5000 357 100 80 500 217 6000 361 110 86 550 226 7000 364 120 92 600 234 8000 367 130 97 650 242 9000 368 140 103 700 48

10000 370 150 108 750 254 15000 375 160 113 800 260 20000 377 170

118 850 265 30000 379 180 123 900 269 40000 380 190 127 950 274 50000 381 200 132

1000 278 75000 382

210 136 1100 285

100000 384

Lampiran 167

Page 183: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

PROFIL PENULIS

Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. Ia tamat Sarjana Muda Pendidikan Teknik Sipil di IKIP Surabaya (1972), Saijana Pendidikan Teknik Gedung di IKIP Yogyakarta (1976), Magister Administrasi Pendidikan di IKIP Bandung (1986). Magister Teknik Sipil di UAY Yogyakarta (2000). Doktor Administrasi Pendidikan di IKIP Bandung 1996.

Ia seorang Dosen IKIP Yogyakarta (1987) sampai sekarang dan aktif memberikan penataran-penataran di Diklat Penjenjangan Karier PNS dan Metodologi Penelitian.

Mata pelajaran yang dibina adalah Manajemen Pendidikan. Sampai diterbitkannya buku ini, penulis telah mempublikasikan 18 hasil penelitian dan 115 karya tulis ilmiah yang pada umumnya bertaraf nasional.

Ia juga sebagai Dosen Luar Biasa di LAN RI Bandung dalam mata kuliah Pengantar Statistik, Statistik Sosial I, dan Statistik Sosial II sejak tahun 1986 sampai sekarang. Sebagai penulis buku Pengantar Statistik (2006) Bumi Aksara dan Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (2006) Bumi Aksara.

Profit Penulis 169

Page 184: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0

Purnomo Setiady Akbar, S.Pd. M.Pd., APU. Lahir di Medan 23 Januari 1956. Telah menulis 50 artikel yang diterbitkan oleh berbagai majalah dan surat kabar ibu kota dan daerah, dua pada majalah/jumal luar negeri. Mempublikasikan 20 hasil penelitian.

Mengikuti berbagai seminar dan workshop tentang Penelitian dan Statistika. Terakhir Januari 1988 tentang Research Management di Balitttan, Paris.

Pada tahun 1991-1992 menjadi konsultan metodologi penelitian dan statistik pada PUSDIKLAT PAP I dan PAP II Jakarta. Pada tahun 1993 menjadi konsultan statistik penelitian pada PPST-UI.

Mulai tahun 1979 aktif sebagai peneliti pada Balitbang Dikbud Depdikbud. Tahun 1984 sampai saat ini aktif sebagai pengajar statistik dan metodologi pada berbagai Perguruan Tinggi di Medan, Bandung, dan Jakarta.

Memperoleh Sarjana Pendidikan Teknik tahun 1982 dari IKIP Surabaya. Magister Pendidikan Teknologi Kejuruan tahun 1987 dari IKIP Jakarta. Program Doktor di Pascasaijana IKIP Bandung bidang studi Pengembangan Kurikulum Kejuruan.

Sejak 1 Agustus 2000, ditetapkan sebagai Ahli Peneliti Utama (APU) bidang pendidikan pada Balitbangdiknas, Depdiknas.

170 Metodologi Penelitian Sosial

Page 185: difarepositories.uin-suka.ac.id penelitian sosial.pdfEdisi kedua Cetakan pertama, April 2008 Perancang kulit, Fahmi S Dicetak oleh Sinar Grafika Offset ISBN (13) 978-979-010-428-0