BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Fungsi Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2014). Sedangkan manajemen kesehatan adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem yang berlangsung (Notoatmojo, 2007). Manajemen juga dipandang sebagai suatu proses, manajemen sebagai rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manajemen sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer. Adapun ciri-ciri manajemen adalah sebagai berikut. (a) ditujukan untuk mempermudah pencapaian tujuan organisasi, (b) suatu proses yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan, pengarahan dan sampai ke pengawasan dan evaluasi, (c) harus didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia, material dan sumber lain yang mendukung, (d) semua proses baik pendayagunaan dan maupun 7
36
Embed
PENELITIAN Sedangkan manajemen kesehatan adalah II.pdf · Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL
PENELITIAN
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Fungsi Manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2014). Sedangkan manajemen kesehatan adalah
penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat,
sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem yang
berlangsung (Notoatmojo, 2007).
Manajemen juga dipandang sebagai suatu proses, manajemen sebagai
rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manajemen sebagai suatu proses dapat
dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer. Adapun
ciri-ciri manajemen adalah sebagai berikut. (a) ditujukan untuk mempermudah
pencapaian tujuan organisasi, (b) suatu proses yang dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan, pengarahan dan sampai ke pengawasan
dan evaluasi, (c) harus didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia, material
dan sumber lain yang mendukung, (d) semua proses baik pendayagunaan dan maupun
7
penggerakkan dilakukan secara efektif dan efisien dan (e) manajer bertugas sebagai
penggerak dari semua sumber daya yang ada (Widjaya, 1997).
Fungsi-fungsi manajemen sangat dibutuhkan untuk kelangsungan program
dalam organisasi oleh karena beberapa hal, diantaranya. (a) manajemen sangat
diperlukan dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya, (b) manajemen sangat
diperlukan organisasi untuk membantu menjaga keseimbangan antara tujuan
organisasi yang ditetapkan, sasaran organisasi yang ada dan kegiatan-kegiatan yang
saling bertolak belakang dengan berbagai kepentingan dalam suatu organisasi dan (c)
merupakan suatu cara untuk mengukur efisiensi dan efektivitas suatu organisasi
(Handoko, 2001). Secara garis besar dapat dikelompokan menjadi beberapa fungsi
yaitu : fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi
penggerakan pelaksanaan (staffing, commanding, directing, coordinating), fungsi
pengawasan dan pengendalian (controlling, reporting) (“Manajemen Pelayanan
Kesehatan,” 2003).
Fungsi manajemen merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
keberhasilan suatu program. Hal ini didukung oleh sebuah penelitian kuantitatif yang
mendapatkan bahwa ada hubungan antara fungsi manajemen dengan keberhasilan
Program Pemberian Makanan Tambahan pada balita gizi buruk di Kabupaten Tegal
(Fatmaningrum, 2007). Demikian juga, penelitian kualitatif eksploratif yang
dilakukan untuk menganalisis pelaksanaan Program SDIDTK anak balita dan
prasekolah di Puskesmas Kota Semarang, dimana program ini tidak berjalan dengan
baik karena ada fungsi manajemen terutama fungsi pengorganisasian dan
penggerakkan yang belum maksimal dilaksanakan dalam pelaksanaan program ini
(Maritalia, 2009).
2.1.1.2. Perencanaan
Perencanaan (planning) adalah proses penentuan tujuan dan pedoman
pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada
(Hasibuan, 2014). Perencanaan merupakan fungsi dasar suatu manajemen, karena
fungsi lainnya seperti fungsi organizing, staffing, directing, dan controlling harus
direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan dikatakan bersifat dinamis karena
kegiatannya menyesuaikan dengan adanya perubahan kondisi dan situasi (Hasibuan,
2014). Dengan kata lain bahwa perencanaan merupakan sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah yang berkembang di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling
pokok, menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut (Herlambang, 2013).
Perencanaan yang baik mempunyai ciri sebagai berikut; (a) berorientasi ke
masa depan, artinya berkaitan erat dengan masa yang akan datang, (b) ada tujuan
yang telah ditetapkan organisasi beserta strategi untuk mencapainya, (c) strategi
untuk mencapainya ditetapkan berupa: kebijakan, strategi, peraturan, standar,
organisasi, prosedur kerja dan sebagainya, dan (d) memperhitungkan pemanfaatan
sumber dana dan sumber daya, ketetapan yang telah ditetapkan serta upaya
pemecahan masalah yang mungkin ada.
2.1.1.3.Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu kegiatan menentukan, mengelompokkan dan
mengatur beraneka kegiatan yang dibutuhkan dalam usaha mewujudkan tujuan
organisasi, penempatan orang dalam tiap kegiatan ini, penyediaan peralatan yang
dibutuhkan, menetapkan pendelegasian wewenang kepada setiap orang yang
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut (Hasibuan, 2014). Handoko dalam Maritalia
(2009), menyatakan bahwa pengorganisasian adalah upaya dalam menentukan
sumber daya yang dibutuhkan agar tujuan organisasi dapat tercapai, penyusunan
kelompok kerja, pembagian tugas dalam kelompok kerja, pendelegasian wewenang
dan pengkoordinasian. Adapun maksud dari masing-masing komponen tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan Sumber Daya
Dalam rangka mencapai tujuan organisasi sangat tergantung dari sumber daya
yang tersedia. Sumber daya manusia adalah salah satu sumber daya yang
sangat penting yang terdiri dari orang-orang yang akan melakukan kegiatan
organisasi. Apabila anggota organisasi mau melaksanakan kegiatan dengan
baik, berinisiatif dan berdedikasi tinggi, maka diharapkan berbagai kegiatan
dapat terlaksana dengan baik sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan.
Manajer harus mampu melakukan pencarian, penempatan dan pelatihan serta
meningkatkan keterampilan sumber daya sebaik mungkin sehingga dapat
diberikan tanggung jawab sebagai pelaksana kegiatan organisasi. Dalam
penentuan sumber daya dilakukan melalui proses perekrutan, penempatan,
peningkatan keterampilan melalui peningkatan kapasitas dan peningkatan
kemampuan segala sumber daya yang terlibat dalam organisasi agar
terselenggara berbagai kegiatan sesuai rencana untuk mencapai tujuan
organisasi.
b. Penyusunan Kelompok Kerja
Perangkat yang menyusun kelompok kerja/berbeda antar organisasi. Pada
organisasi yang lebih sederhana, dalam menyusun kelompok kerja bisa
dikerjakan oleh pemimpin organisasi. Untuk organisasi yang lebih kompleks
dalam menyusun kelompok kerja harus dilakukan oleh bagian yang khusus
dalam hal ini bagian kepegawaian yang sering juga diperlukan keterlibatan
pihak lain. Dalam menyusun kelompok kerja akan dihasilkan susunan
kelompok kerja sesuai dengan kebutuhan organisasi. Susunan setiap
kelompok kerja akan berbeda antar organisasi sesuai dengan bidang organisasi
tersebut.
c. Pembagian Tugas Kelompok Kerja
Pembagian tugas kelompok kerja dalam suatu organisasi bertujuan untuk
mencapai tujuan yang mana tidak dapat dicapai oleh orang-orang itu sendiri.
Beberapa orang bekerja sama dengan baik dan berkoordinasi, memungkinkan
pencapaian yang lebih baik daripada dilakukan secara orang per orang. Dasar
prinsip pembagian kerja akan memungkinkan terjadinya synergy. Pembagian
pekerjaan diarahkan agar efektif dan efisien dalam penggunaan peralatan
sehingga terjadi peningkatan produktivitas. Besar tingkat spesialisasi
pekerjaan suatu organisasi bisa diperkirakan dengan mengamati label-label
penunjuk pekerjaan yang berbeda-beda dan bagaimana cara pengelompokkan
pembagian tugas yang ada (Handoko, 2001).
d. Pendelegasian Wewenang
Wewenang (authority) adalah suatu hak yang dimiliki untuk melaksanakan
hal atau memberi perintah kepada orang lain untuk melaksanakan pekerjaan
agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Mendelegasikan wewenang
berarti melimpahkan wewenang serta tanggung jawab secara resmi kepada
orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan. Pendelegasian wewenang
memberi peluang kepada atasan dalam pencapaian hasil yang lebih baik
daripada dilakukan secara perorangan. Pendelegasian kewenangan dari
pimpinan kepada staf adalah sebuah proses yang perlu dilakukan supaya
organisasi dapat berjalan secara lebih efektif. Pendelegasian wewenang
memberi kemungkinan yang lebih besar kepada bawahan untuk berkembang.
Langkah-langkah dalam melakukan pendelegasian wewenang adalah
penjelasan tentang tugas yang dilaksanakan, spesifikasi dari keleluasaan
bawahan, memberi kebebasan kepada bawahan untuk berpartisipasi,
Pendelegasian wewenang harus melalui pemberitahuan kepada orang lain
bahwa sudah ada pendelegasian dan selalu lakukan pengawasan untuk feed
back.
e. Melakukan Koordinasi
Koordinasi merupakan suatu pengaturan kerja satu kelompok orang dengan
teratur agar tercipta satu kesatuan gerak langkah dalam usaha mencapai tujuan
organisasi dengan cara bersama-sama. Pengkoordinasian yang baik akan
tercapai bila ada pemberian informasi, penyebarluasan dan pemrosesan suatu
informasi. Semakin besar variasi pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi
semakin sering komunikasi harus dilakukan.
Koordinasi adalah suatu kegiatan yang berupaya dalam penyatuan berbagai
tujuan atau berbagai aktifitas dari unit-unit organisasi agar tercapai tujuan
utama maupun tujuan bersama agar kegiatan berjalan efektif dan efisien.
Melalui koordinasi diharapkan dapat mengurangi biaya agar tidak terjadi
pemborosan, efisiensi waktu, tenaga dan bahan (Handoko, 2001)
2.1.1.4. Penggerakan
Fungsi penggerakan yang biasa juga disebut dengan directing, actuating,
leading, dan pengarahan, merupakan hal yang paling penting dan paling berpengaruh
dalam keseluruhan kegiatan manajemen. Akan tetapi, penggerakkan akan dapat
dilaksanakan bila perencanaan, lembaga dan personalia sudah ditetapkan. Fungsi ini
sangat sulit untuk diterapkan sehubungan dengan rumitnya pengaturan para pekerja
karena mereka adalah mahkluk hidup yang mempunyai pikiran dan perasaan,
mempunyai harga diri, tujuan hidup dan sebagainya (Hasibuan, 2014).
Hal senada disampaikan oleh Terry (1990), yang mendefinisikan penggerakan
adalah suatu usaha membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan
bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha pencapaian organisasi (Hasibuan, 2014). Berdasarkan
hal tersebut maka kegiatan penggerakan diuraikan sebagai berikut. (a) Pemberian
pengarahan, penjelasan, informasi mengenai aktivitas yang berkaitan secara
keseluruhan agar sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan, (b) membuat
peraturan, perintah dalam upaya melaksanakan kegiatan, (c) memberikan contoh
bagaimana cara bekerja dan memperlihatkan sikap yang baik dalam bekerja dan (d)
dapat menyampaikan kelebihan dan kekurangan dalam bekerja, secara
obyektif(Widjaya, 1997).
2.1.1.5. Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi yang terakhir yang didefinisikan sebagai
suatu proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna menjamin bahwa
semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan telah berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya (Siagian, 2007). Sedangkan Harold Koontz dalam
Hasibuan (2014) menyamakan pengawasan dengan pengendalian yang merupakan
kegiatan pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar
rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat
terlaksana.
Fungsi pengendalian itu sendiri sangat erat kaitannya dengan fungsi perencanaan
dan kedua hal ini saling mengisi sehubungan beberapa hal yaitu; 1). pengendalian
harus terlebih dahulu direncanakan. 2). Pengendalian baru dapat dilaksanakan jika
ada perencanaan. 3). Pelaksanaan perencanaan akan baik, bila pengendalian
dilakukan dengan baik. 4). Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau
tidak setelah pengendalian atau penilaian dilakukan (Hasibuan, 2014). Adapun
tahapan dalam proses pengawasan adalah sebagai berikut.
1 Menetapkan standar untuk melaksanakan kegiatan (perencanaan)
2 Menentukan cara untuk mengukur cara melaksanakan kegiatan
3 Mengukur kegiatan yang telah dilaksanakan
4 Membandingkan kegiatan yang telah dilaksanakan dengan standard dan
melakukan analisa terhadap penyimpangan yang terjadi
5 Mengambil tindakan koreksi bila perlu(Handoko, 2001).
2.1.2. Manajemen operasional
Manajemen operasional didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas untuk
mengatur dan mengkoordinir faktor–faktor produksi secara efektif dan efisien untuk
dapat menciptakan dan menambah nilai dan benefit dari produk (barang atau jasa)
yang dihasilkan oleh sebuah organisasi(Anoraga, 2009).
Manajemen Operasional merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan
pembuatan barang, jasa, dan kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber
daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan(Herjanto, 2007). Hal yang sama
disampaikan oleh Agus Ahyari yang mengartikan manajemen operasional adalah
suatu proses kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian dari produksi dan proses produksi(Ahyari, 2002). Berdasarkan hal
tersebut maka manajemen operasional dapat digambarkan sebagai berikut.
Lingkungan
INPUT
1. Tenaga Kerja2. Modal3. Bahan baku4. Energi5. Tanah6. Informasi7. Manajerial
ProsesTransformasi
OUTPUTPRODUK
(Barang atau jasa)
Gambar 2.1 Manajemen OperasionalSumber : Anoraga, 2009
Proses transformasi tersebut terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan.
Dalam melakukan keempat proses di atas dibutuhkan peran dari manajer operasi
yang dapat mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi berbagai
keluaran (output) dengan jumlah yang sesuai dengan permintaan konsumen, selain itu
juga memperhatikan dan menanggapi kekuatan-kekuatan dari lingkungan eksternal
yang terus menerus berkembang(Anoraga, 2009).
Menurut Higgins (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen operasional
adalah :
1. Pimpinan (Manajer)
Setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan (manajer) akan berpengaruh
dalam beberapa hal seperti aturan-aturan, kebijakan-kebijakan dan prosedur
organisasi terutama permasalahan personalia, distribusi imbalan, gaya
komunikasi, cara yang digunakan untuk memotivasi, tehnik dan tindakan
pendisiplinan, interaksi antara karyawan dan kelompok, interaksi antar
kelompok, perhatian pada permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu
ke waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan kebutuhan karyawan.
2. Tingkah laku karyawan
Tingkah laku karyawan mempengaruhi melalui kepribadian mereka,
kebutuhan mereka, dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk
memuaskan kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan bagian
penting, karena cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses atau
gagalnya hubungan antar manusia.
3. Tingkah laku kelompok kerja
Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal persahabatan,
suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok dalam organisasi.
Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi secara formal utamanya
pada kelompok kerja dan informal sebagai kelompok persahabatan dan
kesamaan minat.
4. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada diluar oganisasi (ekternal)
yaitu sasaran dari kebijakan yang terdiri dari potensi penduduk dan sumber
daya alam, kondisi ekonomi, kemajuan tekhnologi, budaya lokal dan
dinamika politik lokal(Higgins, 2011).
2.1.3 Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR )
Masa remaja adalah merupakan suatu masa dimana terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat baik fisik, psikis maupun intelektual. Pola cepatnya
pertumbuhan dan perkembangan ini menjadikan remaja dimana saja berada memiliki
ciri-ciri yang khas seperti memiliki rasa ingin tahu yang besar, suka akan petualangan
dan selalu tertantang untuk melakukan sesuatu tanpa pertimbangan akan akibat dari
perbuatannya. Sifat ini ditunjang oleh adanya sarana di sekitar yang dapat memenuhi
rasa ingin tahu tersebut. Hal ini sering menjadi dilema didalam batinnya. Apabila
tindakan yang dilakukan dalam menanggulangi konflik ini tidak tepat, maka remaja
akan terjerumus ke dalam perilaku beresiko dan kemungkinan remaja akan
menanggung akibat lanjutannya dalam bentuk berbagai masalah kesehatan baik fisik,
psikis dan sosial yang akan diderita sepanjang hidupnya (D. K. RI, 2009a).
Memperhatikan kebutuhan remaja dan mempertimbangkan peran dan fungsi
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberikan kepada
masyarakat, seyogyanya Puskesmas senantiasa memberi pelayanan yang baik kepada
remaja yang merupakan salah satu komunitas masyarakat yang berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan. Pemberian pelayanan di Puskesmas sangat strategis dan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber
daya manusia dan luas cakupan Puskesmas meliputi seluruh wilayah yang sesuai
dengan keberadaan remaja baik di perkotaan maupun di pedesaan yang terpencil(D.
K. RI, 2009a).
Tujuan dari Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja adalah meningkatkan
pemberian layanan yang berkualitas, mendorong peningkatan penggunaan Puskesmas
oleh remaja dalam upaya memperoleh layanan kesehatan, meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku remaja dalam pencegahan permasalahan
kesehatan remaja, mengikutsertakan remaja mulai dari merencanakan, melaksanakan
dan mengawasi kegiatan pemberian pelayanan kesehatan yang diperuntukkan bagi
remaja(D. K. RI, 2009a).
Beberapa bentuk layanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan remaja dan
sesuai dengan keinginan para remaja, sudah dikenalkan kepada remaja dengan
sebutan PKPR yaitu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Pelayanan kesehatan ini
terdiri dari beberapa upaya kesehatan yaitu : promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Melihat permasalahan remaja yang ada, bagian yang memerlukan
penanganan yang lebih serius adalah upaya promotif dan preventif, tetapi dengan
selalu mengedepankan kepentingan remaja(D. K. RI, 2009a).
Pengertian PKPR adalah pelayanan yang diberikan kepada remaja, bisa diakses,
menyenangkan, menerima remaja dengan baik, menghargai remaja, menjaga rahasia,
peka akan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan kesehatan remaja
yang menjangkau remaja, dengan kegiatan yang bisa diterima oleh remaja, sesuai
kebutuhan, menyeluruh, efisien dan efektif(D. K. RI, 2009a).
Ada 2 (dua) hal mendasar yang harus dilakukan dalam PKPR yaitu pemberian
pelayanan yang peduli remaja dan adanya jejaring kerjasama lintas program dan
lintas sektor dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja.
2.1.3.1. Jejaring PKPR
Permasalahan sosial dan kesejahteraan adalah merupakan permasalahan yang
kompleks dimana yang menjadi penyebab dan cara meyelesaikan permasalahan tidak
mungkin dilaksanakan oleh satu sektor saja. Penyelesaian permasalahan remaja tidak
dapat dilakukan oleh pemerintah saja. Peran serta sektor terkait seperti organisasi non
pemerintah, swasta serta Lembaga Swadaya Masyarakat menjadi hal yang penting.
Masing-masing sektor mempunyai fungsi dan peranan tersendiri, oleh karena itu
perlu diatur dan disepakati agar bisa saling mendukung dan menjadi usaha yang
selaras dan dapat membantu keberlangsungan program melalui pendekatan kemitraan
seperti berikut :
1. Penjajakan dan kesepakatan awal
2. Menyamakan persepsi
3. Mengatur tanggung jawab dan peranan masing-masing sektor
4. Berkomunikasi dan berkoordinasi
5. Melaksanakan kegiatan
6. Pemantauan dan pengevaluasian
Jejaring kesehatan remaja merupakan suatu bentuk kerjasama aktif antara
beberapa pihak yang terdiri dari lintas sektor, lintas program, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta serta mitra potensial.
Agar jejaring bisa melaksanakan fungsinya agar berfungsi dengan baik sehingga
tercapai tujuan yang disepakati maka perlu ditetapkan beberapa hal antara lain :
1. Melaksanakan rapat rutin antar anggota jejaring.
2. Berkomunikasi secara teratur melalui sarana yang telah disepakati.
3. Informasi dasar nasional tentang upaya kesehatan remaja.
4. Keberadaan laman yang berhubungan dengan permasalahan remaja.
5. Mengusahakan peningkatan kemampuan SDM dan sarana prasarana anggota
jejaring.
Adanya jaringan yang bergerak dibidang kesehatan remaja memungkinkan
memperoleh beberapa manfaat seperti:
a. Adanya berbagai mitra yang terlibat memungkinkan jangkauan yang lebih
luas dibidang pelayanan kesehatan remaja.
b. Terlibatnya berbagai mitra (pemerintah, non-pemerintah dan swasta)
memungkinkan terlaksananya dan tercapainya program kesehatan remaja
yang efisien dan efektif sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan adanya
pengawasan dalam pemakaian dana.
c. Kesesuaian, koordinasi dan keselarasan dalam melaksanakan program
kesehatan remaja dari mitra jejaring memungkinkan percepatan mencapai
tujuan program.
d. Mengetahui sumber daya yang ada diantara mitra jejaring akan membuat
perencanaan program remaja bisa komprehensif dan terintegrasi.
e. Adanya efek sinergi dan manfaat yang saling menguntungkan diantara
anggota jaringan kesehatan remaja memberi manfaat ganda (multiplier effect)
positif sehingga antar anggota jejaring menjadi lebih baik.
f. Dalam mencapai tujuan program kesehatan remaja menjadi lebih ringan.
g. Kegiatan anggota menjadi lebih terarah dan professional.
2.1.3.2. Pemberian Pelayanan
Pemberian pelayanan PKPR disesuaikan dengan keadaan serta keperluan remaja
yang dilakukan di dalam maupun di luar Puskesmas, sedangkan untuk jumlah sasaran
bisa perorangan maupun kelompok, dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas,
petugas di institusi lain dan masyarakat, semuanya didasari dengan semangat
kemitraan. Beberapa kegiatan dalam PKPR meliputi :
1. Pemberian Informasi dan edukasi.
a. Kegiatan bisa dilakukan di Puskesmas maupun di luar Puskesmas, baik orang
per orang atau berkelompok.
b. Bisa dilakukan oleh pendidik di sekolah, konselor sebaya yang sudah dilatih
dari sekolah atau dari sektor lain yang terkait dengan menggunakan materi
dari Puskesmas dan sebaiknya berkoordinasi dengan petugas Puskesmas.
c. Beberapa metode bisa digunakan seperti ceramah tanya jawab, Focus Group
Discussion (FGD), diskusi interaktif melalui media cetak atau media
elektronik seperti ; radio, email, telepon/hotline dan SMS. Memakai media
KIE yang lengkap, dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran seperti
remaja, orang tua, guru maupun sasaran lain yang mendukung. Pemberian
informasi untuk remaja sebaiknya tidak menggurui dan bila perlu dilakukan
dengan santai, disini petugas lebih sebagai teman bagi remaja(D. K. RI,
2009a).
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memberi pelayanan kepada
remaja yang mengunjungi Puskesmas seperti;
a. Remaja yang datang ke Puskesmas ditangani sesuai penyakitnya, diberikan
pelayanan dengan berpedoman pada prosedur tetap penanganan sesuai
keluhan yang diderita.
b. Pemberi pelayanan kesehatan baik di Poli Umum, Poli KIA, Poli Gigi, UGD
dan lain-lain, dalam memberi pelayanan kepada remaja, diharapkan bisa
menggali permasalahan secara menyeluruh yang mungkin akan bermasalah
dimasa yang akan datang pada remaja, untuk selanjutnya jika ada
permasalahan lain yang diketemukan bila perlu agar dirujuk ke ruang
konseling.
c. Pemberi pelayanan kesehatan di Puskesmas untuk pasien remaja dari bagian