PERENCANAAN RUMAH SUSUN TAMBORA (ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN ELEMEN PERUMAHAN) Disusun Oleh : Risma R (083001300036) Wahyuni Rapita S. (083001300021) M. Tuah Indra Bintani (083001300011) Gafar Revindo Putra (083001300009) Hardika (083.12.012) Teknik Planologi Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan
Jakarta saat ini sangat marak melakukan pembangunan scara terus menerus, termasuk pembangunan rumah susun baru. hal ini dapat di menegerti karena jumlah penduduk di kota Jakarta sendiri semakin meningkat. namun, pemerintah hanya melakukan pembangunan rumah susun baru, tanpa memperhatikan rumah susun lama yang saat ini sudah tidak sesuai dengan standar rumah susun layak huni saat ini seperti yang terjadi di Rumah Susun Tambora Jakarta Barat. NB : Ini hanya bahan pelajaran, apabila ada kekurangan harap maklum. mohon jangan dicopy paste untuk tugas pribadi, cukup jadikan bahan tambahan dalam mengerjakan tugas.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERENCANAAN RUMAH SUSUN TAMBORA
(ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH SUSUN DENGAN
ELEMEN PERUMAHAN)
Disusun Oleh :
Risma R (083001300036)
Wahyuni Rapita S. (083001300021)
M. Tuah Indra Bintani (083001300011)
Gafar Revindo Putra (083001300009)
Hardika (083.12.012)
Teknik Planologi
Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan
Universitas Trisakti
2015
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Maksud dan Tujuan ............................................................................................ 3
1.4 Kerangka Berpikir dan Metode yang Digunakan .............................................. 4
rumah susun memiliki hubungan sosial yang rendah dengan sesama penghuni
serta dengan individu diluar rumah susun (Robert Giffort). Selain itu, berdasarkan
gagasan yang ditemukan oleh R. Giffort pada lingkungan orang miskin, kekerasan
lebih banyak terjadi pada bangunan rumah susun dibandingkan pada rumah tapak.
Pada dasarnya, Robert Giffort mengemukakan bahwa hunian bertingakat atau
rumah susun dapat mempengaruhi kondisi penghuninya yakni dapat berupa,
kepuasan, pengalaman, kondisi sosial, tingkat kriminalitas, kondisi anak-anak,
26
keadaan mental, status sosial ekonomi, hubungan kedekatan dengan anggota
keluarga, jenis kelamin dan umur penghuni yang tinggal di rumah susun.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu merupakan
salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya (Best, 1982). Pada umumnya
tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta
dan karakteristik suatu objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Dengan jelaskan
melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dimana pendekatan kuantitafi sendiri
merupakan metode peneltian yang bersifa deskriptif dan lebih banyak menggunakan
analisis. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan yang menjelaskan sebab-sebab
dalam fakta-fakta sosial yang terukur. Sedangkan metode kualitatif merupakan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ucapa pelaku yang sedang diamati.
Kemudian, selain itu metode yang juga dilakukan adalah metode penelitian
dengan menggunakan teknik kolerasi untuk mengukur hubungan antara dua variabel,
yang mana variabel yang dimakud adalah tingkat kepuasan yakni terdiri atas sub variabel
berupa kepadatan penghuni
3.2 Data dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan adalah data kependudukan dan data ketersediaan fasilitas
yang ada di rumah susun tambora. Data kependudukan dibutuhkan untuk mengukur
tingkat kepadatan penghuni yang mana berhubungan dengan tingkat kesesakan per satuan
rumahnya, sedangkan data ketersediaan fasilitas dibutuhkan untuk menilai kekurangan
dan kecukupan sarana, prasaran dan utilitas yang ada dir rumah susun Tambora.
Hasil dari penilaian tersebut nantinya akan mempengaruhi tingkat kepuasan
penghuni terhadap kondisi fisik bangunan hunian dan sarana, serta ketersediaan jaringan
atau prasarana dan utilitas yang ada di rumah susun. Berikut ini merupakan tabel variabel
penilitian serta sub variabelnya yang menjadi tolak ukur penelitian serta metodologi dan
sumber data yang digunakan.
28
Tabel 3.1
Tabel Keterangan Metodologi dan Variabel Penelitian
No. Variabel Metodelogi dan Sumber Data
1.
Kepuasan (Anthropos) Primer dan Sekunder- Kepadatan penghuni- Kebutuhan penghuni- Kenyamanan penghuni
- Observasi lapangan- Wawancara- Data kependudukan dalam angka
2.Hubungan Sosial (Society) Primer- Kekerabatan - Interkasi sosial
- Observasi lapangan- Wawancara
3.
Jaringan /Prasarana dan Utilitas (Network) Primer- Jalan penghubung rumah susun ke jalan
utama- Kelancaran darinase- Ketersediaan air bersih- Listrik
- Observasi lapangan- wawancara
4.
Alam lingkungan (Nature) Primer- Kebersihan- Aroma sekitar- Kebisingan
Observasi lapangan
5.
Kondisi fisik (Shell) Primer dan Sekunder- Dinding luar rumah susun- Ketersediaan sarana (sarana kesehatan,
lahan parkir, Tempat Pembuangan Sementara)
- Ruang bersama atau taman
- Observasi lapangan- Data ketersediaan fasilitas
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data berupa teknik observasi
lapangan dan wawancara. Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data
melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara langsung di lokasi penelitain.
Sedangkan metode wawancara adalah dengan melakukan tanya jawab pada pelaku yang
berada pada objek studi.
29
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Kondisi Bangunan Rumah Susun Tambora4.1.1 Batas Administrasi dan Sejarah Pembangunan Rumah Susun Tambora
Secara adinistratif, kawasan rumah susun Tambora masuk dalam wilayah kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, jakarta Barat. Dimana akses utama masuk ke kawasan rumah susun melalui jalan Angke Jaya yang merupakan cabang dari jalan utama yaitu jalan Prof.Dr.Latumenten. berikut ini merupaka peta orientasi letak rumah susun Tambora.
Gambar 4.1Peta Orientasi Rumah Susun Tambora
Sumber : Citera satelit dan observasi lapangan, 2015
Rumah susun Tambora dibangun untuk pemenuhan fungsi kebutuhan perumahan warga Tambora itu sendiri, yang mana rumah susun Tambora merupakan rumah susun yng dibangun dan dikelolah secara langsung oleh Pemda DKI yang pada awal beroperasinya dikendalikan oleh Bappem Proyek MHT pada tahun 1986 dan kemudian dilanjutkan pengelolaannya oleh Dinas perumahan DKI secara bertahap, dari rumah susun Tambora I, II, III, hingga Tambora IV.
30
Gambar 4.2Letak Blok Rumah Susun Tambora I, II, III, dan IV
Sumber : Citera Satelit (2015) dan hasil penelitian oleh Mohammad Ischak (2012)
Keberadaan rumah susun Tambora dilatar belakangi oleh kondisi wilayah kecamatan Tambora yang merupakan salah satu Kecamatan dengan kepadatan penduduk yang paling tinggi di DKI Jakarta dengan kualitas perumahan dan permukiman yang sangat rendah. Selain itu, penumpukan penduduk di daerah Tambora dipicu oleh letak lokasi yang strategis dari pusat kegiatan ekonomi, kemudian akses dari wilayah Tambora ke daerah tersebut relatid sangat dekat dan mudah serta didukung oleh prasarana jalan dan angkutan kota yang sangat memadai.
4.1.2 Klasifikasi Sistem Hunian di Rumah Susun TamboraRumah susun di Tambora memiliki sistem hunian sewa atau lebih dikenal
dengan sebutan Rumah Susun Sewa (Rusunawa). Dari empat kelompok rumah susun yang ada di Tambora, tiga diantara masuk dalam klasifikasi Rusunawa yaitu Rusun Tambora I, II, dan IV dengan tipe hunian dan jumlah unit yang berbeda-beda.
Secara lengkap dapat dilihat pada tabel klasifikasi dari empat kelompok rumah susun Tambora yang mana terdiri atas sembilan blok bangunan, dengan klasifikasi sebagai berikut :
Tabel 4.1Klasifikasi Sistem Hunai dari Empat Kelompok Rumah Susun Tambora
No. Nama Rumah Susun
Jumlah Blok
Type Hunian
Jumlah Unit
Sistem Hunian
1. Tamboa I 2 18 124 Sewa2. Tambora II 2 18 124 Sewa3. Tambora III A 1 21 80 Sewa – Beli4. Tambora III B 1 21 62 Sewa – Beli5. Tambora III C 1 18 48 Sewa
21 40 Sewa6. Tambora IV 2 21 180 Sewa
Jumlah 9 602Sumber : Penelitian oleh Mohammad Ischak, 2012
4.1.3 Kondisi Fisik Bangunan Rumah Susun TamboraKondisi fisik bangunan pada Rumah Susun Tambora sudah tidak layak
huni karena kurangnya pengelolaan secara rutin sehingga mengakibatkan perubahan secara fisik pada bangunan rumah susun tersebut, seperti tembok sudah berlumut dan kotor, terlalu padat penduduk, sarana dan prasarananya kurang memadai. Kondisi fisik bangunan rumah susun dapat diidentifikasi kualitasnya berdasarkan kondisi ruang jemur, parkir, kualitas pencahayaan, infrastruktur lingkungan berupa sarana, dinding bangunan rumah susun, serta ruang bersama atau taman yang berada di rumah susun Tambora.
a. Ruang jemurModel persatuan rumah susun pada rumah susun Tambora IV
dilengkapi dengan balkon, dimana berfungsi sebagai penyalur pencahayaan sinar matahari serta penerimaan udara segar. Namun, balkon tersebut menjadi ruang jemur bagi para penghuni. Hal ini dapat penyebabkan munculnya kesan kumuh dan mempengaruhi kualitas bangunan.
Gambar 4.3Kondisi Balkon sebagai Tempat Berjemur
Sumber : Observasi lapangan, 2015
31
Berdasarkan kejadian tersebut maka, desain rumah susun harus memperhatikan aktivitas utama penghuninya sekaligus perilaku penghuni dalam melakukan aktivitasnya. Dimana, kegiatan menjemur pakaian merupakan suatu kegiatan dasar yang dilakukan oleh penghuni rumah susun setiap harinya, sehingga harus diwadahi dalam mendesain rumah susun.
Pada dasarnya kegiatan menjemur pakaian di balkon cukup efisien karena bisa mengurangi pnggunaan lahan yang sembarangan serta mengurangi kejadian kehilangan barang, namun peletakan posisi balkon pada rumah susun Tambora yaitu pada bagian depan bagunan rumah susun, sehingga menyebabkan timbulnya kesan kekumuhan.
b. Lahan parkirLahan parkir di rumah susun Tambora berada pada depan bangunan
rumah susun dengan pembatas antara lahan parkir dan jaringan jalan hanya menggunakan bambu dan tali, hal ini juga menyebabkan terjadinya kesan kumuh.
Gambar 4.4Lahan Parkir Terletak di Depan Bangungan Rumah Susun
Sumber : Observasi lapangan, 2015
c. Kualitas pencahayaanKualitas bangunan juga dapat dilihat dari kualitas pencahayaan yang
dapat diterima oleh masing-masing unit hunian pada bangunan, kebutuhan tersebut sudah di desain oleh perencana sebelumnya dengan pembuatan balkon. Namun, keberadaan balkon tersebut menjadi kesalahan dalam penggunaannya karena dijadikan sebagai raung jemur bagi para penghuni, mengingat kondisi balkon sangat pas menjadi sebagai ruang untuk berjemur karena kesempatan dalam mendapatkan sinar matahari dan angin cukup baik
32
sehingga sangat mendukung kegiatan penghuni dalam menjemur pakaiannya.
d. Infrastruktur lingkunganKondisi lingkungan rumah susun Tambora sudah terbilang sebagai
rumah susun yang memilki kesan kumuh hal ini dapat dilihat dari tingkat kebersihan, kondisi bangunan serta kondisi kepadatan penduduk yang terkesan sangat padat, serta terkesan tanpa penanganan atau kurang dalam pengolahan. Infrastruktur lingkungan terdiri atas sarana dan utilitas yang dibangun pada lingkungan rumah susun susun. Namun, adapun kekuranagn yang ada pada rumah susun Tambora terkait dengan infrastruktur lingkungan yaitu beruapa sarana kesehatan, utilitas persampahan seperti TPS, taman bermain atau ruang bersama.
e. Dinding bangunan rumah susunKualitas kondisi fisik bangunan rumah susun dinilai paling utama
dan pertama kali dinilai dari kondisi luarnya, dimana dinding bangunan rumah susun Tambora sudah terlihat rapuh dan berlumut sehingga kesan kumuh dan pengolahan yang kurang baik sudah pasti melekat pada rumah susun tersebut.
Gambar 4.5Kondisi Dinding Bangunan Rumah Susun
Sumber : Observasi lapangan, 2015
4.2 Ketersediaan Sarana, Prasarana dan Utilitas di Rumah Susun TamboraSarana dan Prasarana yang ada pada kenyataannya masih terdapat beberapa
sarana yang tidak dipenuhi yaitu berupa sarana kesehatan, sarana lahan parkir, serta
33
sarana tempat pembuangan sampah sementara. Berikut ini merupakan tabel keterangan ketersediaan sarana pada rumah susun Tambora.
Tabel 4.2Keterangan Sarana di Rumah Susun Tambora
No.
SNI 03-7013-2004 Rumah Susun Tambora Keterangan
Sarana1. Peribadatan √ Kondisi bangunan sudah mulai
rapuh2. Balai Pengobatan ─ Belum tersedia3. Ruang Terbuka ─ Digunakan sebagai lahan parkir4. Taman Bermain ─ Anak-anak bermain di jalan
lingkungan rumah susun atau di lapangan olah raga
5. Lapangan Olahraga √6. Pelataran Usaha √ Berada dilantai dasar rumah susun7. Lahan Parkir ─ Di ruang terbuka depan rumah susun
Sumber : SNI 03-7013-2004 dan Observasi Lapangan, 2015
4.3 Kondisi Hubungan Antar Penghuni di Rumah Susun TamboraKondisi hubungan antar penghuni di rumah susun tambora cenderung memiliki
hubungan kekerabatan yang cukup tinggi pada penghuni yang tinggal di lantai yang sama. Namun, sebaliknya hubungan yang terjalin antara penghuni yang tinggal di lantai berbeda cenderung memiliki hubungan interaksi yang kurang. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kondisi individu penghuni pada rumah susun mempengaruhi kualitas hubugan sosial penghuni rumah susun tersebut. Dimana pada kondisi individu variabel terkait penelitian yang dilakukan adalah tingkat kepuasan individu penghuninya serta sub variabelnya adalah tingkat kepadatan penghuni, tingkat kebutuhan penghuni serta tingkat kenyamanan penghuni. Kepadatan penghuni diukur untuk menilai kesesakan hunian yang mana dapat mempengaruhi hubungan sosial berupa kekerabatan dan interkasi sosial yang terjadi di rumah susun Tambora tersebut.
34
BAB V
ANALISIS PERMASALAHAN
5.1 Pengaruh Kondisi Bangunan Rumah Susun Tambora Terhadap Kepuasan Individu Penghuninya
Kondisi bangunan yang dimaksud dalam penelitian yang dilakukan adalah menyangkut variabel dinding luar bangunan rumah susun, kondisi bangunan sarana, serta ruang bersama yang ada di rumah susun. Sedangkan kepuasan yang dimaksudkan pada penelitian yang dilakukan adalah menyangkut variabel kepadatan penghuni yaitu berupa kesesakan, kebutuhan penghuni, serta kenyamanan yang dapat dicapai oleh penghuni. Berikut ini merupakan analisis hubungan antara variabel dari kondisi bangunan yang ada di rumah susun dengan variabel kepuasan individu penghuni pada rumah susun Tambora.
1. Hubungan antara kepadatan atau kesesakan penghuni dalam rumah susun dengan kondisi dinding luar bangunan rumah susun Tambora
Kesesakan (crowding) dan kepadatan (densitiy) merupakan fenomena yang akan menimbulkan permasalahan bagi setiap permukiman maupun perumahan di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, di temukan bahwa rumah susun Tambora memiliki Kepadatan penghuni yang cukup tinggi dimana masih terdapat beberapa rumah yang memiliki jumlah anggota keluarga 5 sampai 6 orang, sedangkang tipe rumah yang ada di rumah susun Tambora hanya ada dua tipe yaitu tipe 18 dan tipe 21. Dengan jumlah anggota penghuni yang banyak, menjadikan ruang dalam rumah sangat tidak dapat memungkinkan untuk menampung seluruh aktifitas penghuninya.
Selain itu, kondisi rumah susun terlihat berantakan dan tidak terawat dan dibeberapa rumah terdapat beberapa barang yang diletakkan diluar rumah dan disenderkan didinding rumah. Sehingga kondisi dinding luar bangunan menjadi tidak terawat, hal ini tentunya membuat rumah susun tampak terkesan tidak terawat dan kumuh dan kemudian akan mempengaruhi nilai kepuasan setiap penghuni rumah susun.
2. Hubungan antara ketersediaan sarana dan kondisi bangunan sarana dengan Kebutuhan penghuni Rusun Tambora
Ketersediaan sarana dan kondisi bangunan yang ada di rumah susun Tambora masih memilki banyak kekurangan seperti tidak adanya sarana balai pengobatann, ruang terbuka, taman bermain, lahan parkir dan tempat pembuangan sampah sementara. Akibatnya, banyak penghuni yang menyalah gunakan sarana yang ada, seperti ruang terbuka digunakan sebagai lahan parkir. Kemudian, kondisi bangunan sarana seperti sarana peribadatan sudah mulai rapuh dan terkesan tidak terawat.
36
3. Hubungan antara kondisi fisik ruang terbuka atau taman dengan kenyamanan penghuni Rusun Tambora
Ruang terbuka pada rumah susun Tambora terjadi penyalah gunaan yaitu menjadi lahan parkir, sehingga ruang terbuka yang harusnya digunakan sebagai tempat berkumpulnya warga untuk berinteraksi dan saling mengenal menjadi minim. Akibatnya, kenyamanan penghuni rumah susun pada akhirnya akan terpengaruh karena kurangnya interaksi yang terjadi akibat tidak berfungsi dengan benarnya ruang terbuka yang ada di rumah susun Tampora tersebut.
5.2 Pengaruh Kondisi Bangunan Rumah Susun Tambora Terhadap Hubungan antar Penghuni
Seperti yang sebelumnya telah dibahas, kondisi bangunan rumah susun yang dimaksud dalam penelitian yang dilakukan adalah menyangkut variabel kondisi bangunan rumah susun yang duhuni dan kondisi bangunan sarana, serta kondisi ruang bersama. Adapun pada variabel hubungan antar penghuni atau hubungan sosial pada penghuni rumah susun mencangkup beberapa sub variabel yaitu kondisi kekerabatan antar penghuni serta interaksi sosial antar penghuni di rumah susun Tambora tersebut. Berikut ini merupakan analisa hubungan antara sub variabel dari variabel kondisi bangunan rumah susun Tambora dengan sub variabel dari variabel hubungan antar penghuni rumah susun Tambora.
1. Hubungan antara kondisi fisik dinding luar bangunan rumah susun dengan kondisi hubungan kekerabatan penghuni rumah susun Tambora
Kondisi fisik dinding luar bangunan pada rumah susun Tambora sudah kotor dan terkesan kumuh, karena banyak barang dalam rumah yang disimpan diluar rumah. Meskipun begitu, namun hubungan kekerabatan penghuni antar penghuni rumah susun yang berada di lantai yang sama menjadi cukup baik. Hal ini dikarenakan, terjadi rasa untuk saling menjaga barang yang berada diluar rumah.
2. Hubungan antara ketersediaan sarana dan kondisi fisik bangunannya dengan hubungan interakasi sosial penghuni rumah susun Tambora
Ketersediaan sarana dan prasarana yang dibangun pada rumah susun sesuai ketetapan pembangunan rumah susun yang ada pada SNI 03-7013-2004 dapat memberikan keberlangsungan kegiatan yang ada pada para penghuni rumah susun. Adanya bagian dan benda bersama pada rumah susun menimbulkan terjadinya interaksi sosial terhadap setiap penghuni rumah susun Tambora.
37
3. Hubungan antara kondisi fisik ruang bersama atau keberadaan taman bermain dengan kondisi kekerabatan dan interaksi sosial di rumah susun Tambora
Sesuai dengan ketentuan pembangunan rumah susun yang ada pada SNI 03-7013-2004 yaitu adanya fasilitas ruang bersama dan taman bermain, pada rumah susun Tambora dimanfaatkan dengan baik oleh para penghuninya dengan pemanfaatan itu terjadilah interaksi atau komunikasi sosial yang dialami oleh setiap penghuni. Dalam interaksi ataupun komunikasi sosial yang terjalin pada setiap penghuni rumah susun tambora ini menimbulkan rasa kebersamaan maupun keakraban.
5.3 Pengaruh Ketersediaan Utilitas dan Prasarana Rumah Susun Tambora Terhadap Kepuasan Individu Penghuninya
Variabel ketersediaan utilitas dan prasarana memiliki banyak sub variabel didalamnya, namun yang menjadi pokok pada penelitian yang dilakukan adalah sub variabel kondisi dan ketersediaan jalan penghubung antara rumah susun ke jalan utama, kondisi kelancaran drainase pada rumah susun Tambora, kondisi ketersediaan air bersih di rumah susun Tambora, serta kondisi utilitas jaringan listrik pada rumah susun tersebut.
Sedangkan pada variabel kepuasan individup penghuninya sendri, seperti yang telah di jelaskna sebelumnya bahwa sub variabel dari variabel kepuasan individu penghuni rumah susun adalah sub variabel mengenai kepadatan atau kesesakan penghuni, kebutuhan penghuni, serta kenyamanan yang dirasakan oleh penghuni. Maka, analisan hubungan antara dua variabel tersebut, yaitu variabel ketersediaan utilitias dan prasarana rumah susun dengan variabel kepuasan individu penghuninya dapat dibuat sebagai berikut.
1. Hubungan antara variabel ketersediaan jaringan jalan penghubung rumah susun pada jalan utama dengan variabel kebutuhan penghuni rumah susun Tambora
Jaringan jalan yang merupakan penghubung antara kaawasan rumah susun dengan kawasan diluar rumah susun sangat memadai dan mudah dijangkau, sehingga memudahkan para penghuni untuk melakukan aktifitasnya diluar kawasan rumah susun Tambora tersebut. Ketersediaan jaringan jalan pada rumah susun yaitu jalan penghubung, jalan utama, dan jalan lingkungan yang ada pada rumah susun berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiatan yang dilakukan pada para penghuninya. Maka dengan itu ketersediaan jaringan jalan penghubung dan utama sangat dibutuhkan oleh setiap penghuni rumah susun Tambora.
2. Hubungan antara kelancaran drainase rumah susun dengan kepadatan penghuni rumah susun Tambora
Dalam pembangunan rumah susun dibutuhkannya fasilitas fisik seperti jaringan drainase. Rumah susun Tambora memiliki jaringan drainase yang kurang
38
baik, dimana aliran limbah tidak mengalir begitu lancar dan cenderung terlihat dangkal karena tumpukan sampah dan lumpur. Tumpukan sampah yang ada pada dasarnya diakibatkan karena jumlah dan kondisi fasilitas TPS yang ada tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang ada di rumah susun tersebut, sehingga beberapa sampah banyak yang jatuh atau tertumpuk didalam saluran air.
3. Hubungan antara ketersediaan air bersih dan jaringan listrik rumah susun dengan kebutuhan dan kenyamanan penghuni rumah susun Tambora
Ketersediaan air bersih dan jaringan litrik pada rumah susun Tambora sudah terpenuhi dengan baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan penghuni rumah susun tersebut. Pemenuhan kebutuhan tersebut pada dasarnya akan mempengaruhi kenyamanan pada rumah susun tersebut.
5.4 Pengaruh Ketersediaan Sarana Rumah Susun Tambora Terhadap Kepuasan Individu Penghuninya
Secara empiris rumah susun Tambora yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan Rakyat masih belum dilengkapi atau tidak dilengkapi berbagai atribut yang menunjang pembangunan rumah susun. Berbagai persoalan yang terjadi pada Rusun Tambora adalah bersumber pada ketidakpuasan penghuni terhadap atribut rusun atau ketersediaan sarana, karena satu atau beberapa sarana pada rusun sewa tidak dipenuhi atau tidak dilengkapi sehingga mengurangi tingkat kepuasan penghuni.
Karakteristik personal suatu individu memunculkan harapan yang bervariasi karena dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, pendidikan, dan stuktur keluarga. Penghuni rusun kemudian membandingkan harapannya dengan kondisi lingkungan fisik dimana mereka tinggal, seperti luas bangunan, tipe bangunan, tariff sewa, dan lama kontrak.
5.5 Pengaruh Ketersediaan Ruang Bersama di Rumah Susun Tambora Terhadap Hubungan Sosial Penghuninya
Environment Determinism, yaitu pandangan yang beranggapan lingkungan fisik menentukan perilaku. Pada pandangan ini manusia dituntut mempunyai kemampuan adaptasi yang besar. Possibilism, yaitu pandangan bahwa lingkungan fisik memungkinkan dan membatasi
manusia melakukan kegiatan yang terutama didasarkan pada kriteria Cognition (Pengenalan):merupakan sesuatu yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan
persepsi , imajinasi, berpikir, nalar (reasoning),pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh lingkungan fisik, lingkungan social, kebudayaan,stratifikasi, pengalaman dan pendidikan individu.
Perception merupakan hasil pengalaman (stimulus) lingkungan yang langsung dikaitkan dengan suatu arti/makna.
Motivation(alasan),yaitu sesuatu yang erat kaitannya dengan kondisi fisik psikologis individu yang bersifat energetic, keterangsangan, keterarahan.
Attitude, yaitu sikap atau pendirian hasil kognisi individu yang mempengaruhi motivasi dan tindakan perilakunya terhadap lingkungan..
Ruang bersama pada rumah susun Tambora disalah gunakan sebagai lahan parkir, sehingga tidak sesuai dengan fungsi sewajarnya. Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan ruang bersama yang digunakan sesuai dengan fungsinya dapat memprerat hubungan anatr penghuni di rumah susun Tambora tersebut.
5.6 Pengaruh Ketersediaan Sarana Rumah Susun Tambora Terhadap Lingkungan Sekitarnya
Ketersediaan sarana rumah susun sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan penghuni serta dapat mempengaruhi nilai kepuasan yang dapat diperoleh oleh penghuni rumah susun tersebut. Adapun sarana yang harus ada dirumah susun berdasarkan SNI 03-7013-2004 adalah sarana peribadatan, balai pengobatan, ruang terbuka, raman bermain, lapangan olahraga, pelataran usaha, tempat pembuangan sampah sementara dan lahan parkir. Sedangkan, pada kenyataannya masih terdapat beberapa sarana yang tidak dipenuhi yaitu berupa sarana kesehatan, sarana lahan parkir, serta sarana tempat pembuangan sampah sementara. Keberadaan sarana pada rumah susun tambora mempengaruhi kondisi lingkungan sekitarnya, yaitu seperti jika lahan parkir disedikan di rumah susun tersebut maka penggunaan ruang terbuka akan sesuai dengan fungsi utamanya. Selain itu, hal ini juga akan menimbulkan kondisi lingkungan yang terkesan tertata rapih.
5.7 Hubungan Antara Individu Dengan Masyarakat penghuni Rumah Susun TamboraSub variabel yang akan dibahas pada variabel utama kepuasan individu penghuni
rumah susun adalah kepadatan penghuni, kebutuhan penghuni, serta kenyamaan penghuni. Sedangkan sub variabel pada variabel utama hubungan sosial masyarakat adalah kekerabatan dan interaksi sosial. Maka yang akan dianalisis dari kedua variabel tersebut adalah :
1. Hubungan antara kepadatan penghuni rumah susun dengan kondisi kekerabatan di rumah susun Tambora
Kondisi kepadatan penghuni yang terjadi di rumah susun Tambora seperti sebelumnya telah dijelaskan bahwa jumlah penghuni pada setiap rumah tidak sebanding dengan luas rumah yang dihuni. Namun, meskipun begitu kekerabatan yang terjalin pada setap anggota dalam rumah di rumah susun tambora akibat kepadatan menjadi semakin dekat.
2. Hubungan antara kenyamanan penghuni rumah susun dengan kondisi interaksi sosial penghuni rumah susun Tambora
39
Hubungan yang akan terjadi pada setiap penghuni dapat dianalisis dengan interaksi sosial yang terjadi bahwa bertemunya berbagai masyarakat ataupun kelompok sosial pada suatu wilayah dapat menimbulkan terjadinya kemungkinan proses sosial yaitu hubungan sosial yang didasari oleh interaksi sosial yang terjadi baik yang sifatnya positif ataupun yang sifatnya negatif . Sehingga interaksi sosial diposisikan sebagai dasar atau bentuk utama dari proses sosial, karena tanpa interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama, interaksi sosial juga dapat dianggap sebagai hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara manusia sebagai anggota masyarakat.
Tingkah laku individu dalam hubungannya dengan masyarakat penghuni rumah susun dapat menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam berbagai faktor yang dapat menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Sehingga terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan pelaku interaksi, yang lambat laun akan memunculkan pengaruh baik yang bersifat positif ataupun negatif. Dimana pengaruh yang sifatnya positif bisa saja bermuara pada pembentukan rasa kebersamaan/solidaritas diantara anggota masyarakat, yang mana ikatan kebersamaan/ solidaritas tersebut dapat dijadikan suatu kekuatan baik dalam menghadapi lingkungan pekerjaan maupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain bahwa pada dasarnya interaksi sosial diposisikan sebagai kunci dari semua kehidupan sosial. Dimana dalam hal ini pada Rumah Susun Tambora hubungan antara individu maupun masyarakat penghuni lainnya memunculkan sifat positif yaitu adanya rasa kebersamaan dengan wujud nyata seperti adanya kegiatan gotong royong.
5.8 Pengaruh Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah Susun Tambora Terhadap Kepuasan Penghuni di Rumah Susun
Kondisi lingkungan rumah susun yang menjadi variabel penelitian adalah kondisi kebersihaan sekitar rumah susun, kondisi aroma sekitar, serta kebisingan yang terjadi di rumah susun Tambora. Kemudian, sub variabel pada variabel kepuasan penghuni adalah kondisi kepadatan penghuni, kebutuhan penghuni, dan kenyamanan penghuni. Masing-masing sub variabel dari variabel tersebut akan dianalisis keterkaitannya seperti pada penjelasan berikut ini.
1. Hubungan antara kepadatan penghuni rumah susun dengan kondisi kebersihan lingkungan rumah susun Tambora
Seperti pembahasan yang sebelumnya mengenai kepadatan penghuni di rumah susun bahwa kepadatan terjadi karena luas dan jumlah penghuni yang tidak seimbang. Oleh karena itu karena kepadatan yang terjadi pada rumah susun Tambora, hal ini akan menunjukkan ketidakteraturan yang terjadi pada lingkungan rumah susun.
40
Dengan ketidakteraturan yang terjadi membuat lingkungan pada rumah susun menjadi tidak bersih.
2. Hubungan antara kebutuhan penghuni rumah susun dengan kebersihan rumah susun Tambora
Kebutuhan penghuni Rumah Susun Tambora sangat beraneka ragam dikarenakan jumlah penghuninya yang banyak dan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Dengan kebutuhan yang berbeda-beda tersebut, maka membuat penghuni yang berada pada Rumah Susun Tambora melakukan kegiatan menyangkut kebersihan secara masing-masing untuk rumah susun sesuai kebutuhan para penghuninya.
3. Hubungan antara kenyamanan penghuni rumah susun dengan kebisingan yang terjadi di rumah susun Tambora
Keberadaan rumah susun Tambora berada jauh pada sekitar jalan yang menimbulkan kebisingan terlalu keras, sehingga kebisingan yang terjadi tidak begitu menjadi masalah bagi para penghuni di rumah susun Tambora tersebut. Kemudian, menurut Georg Lippsmeier faktor-faktor atau persayaratan yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kemampuan mental dan fisik penghuni yaitu :
a. Radiasi mataharib. Pantulan dan penyerapanc. Temperatur dan perubahan temperaturd. Kelembapan udarae. Gerakan udara
Berdasarkan faktor-faktor tersebut serta kejadian yang terjadi pada rusun Tambora, faktor kebisingan tidak termasuk didalamnya. sehingga dapat disimpulkan bahwa kebisingan yang terjadi pada sekitar rumah susun Tambora tidak menjadi masalah bagi para penghuni yang tinggal di rumah susun tersebut.
5.9 Pengaruh Ketersediaan Utilitas dan Prasarana Rumah Susun Tambora Terhadap Kondisi Fisik Bangunannya
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa sub variabel dari variabel utama prasarana dan utilitas rumah susun yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sub variabel jaringan jalan penghubung rumah susun ke jalan utama, kelancaran jaringan drainase, ketersediaan air bersih, serta jaringan listrik. Sedangkan, sub variabel yang akan dibahas dari variabel kondisi fisik bangunan rumah susun adalah kondisi dinding luar rumah susun, kondisi bangunan sarana dam ketersediaannya, serta kondisi ruang bersama atau taman bermain pada rumah susun Tambora. Maka, yang akan dianalisis hubungannya seperti dibawah ini.
41
1. Hubungan kondisi dinding rumah susun dengan jaringan litrik di rumah susun Tambora
Berdasarkan SNI 03-7013-2004, Dinding luar rusun bertingkat tinggi menggunakan beton pracetak, sedangkan dinding pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton ringan, sehingga beban struktur dapat lebih ringan dan menghemat biaya pembangunan.
Pada rumah susun Tambora dinding luar menggunakan beton pracetak yang sesuai dengan SNI, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05 tahun 2007 Sistem kelistrikan dalam rusuna bertingkat tinggi harus dapat menjamin aspek keselamatan manusia, keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat listrik, dan perlindungan lingkungan, tetapi pada pemakaiannya kondisi dinding rumah susun Tambora sangat disayangkan karena adanya jalur jaringan listrik yang tidak beraturan sehingga menimbulkan dampak negatif seperti kerusakan pada kabel listrik maupun keindahan (estetika) pada rumah susun Tambora.
2. Hubungan kondisi ketersediaan sarana TPS dengan kelancaran drainase di rumah susun Tambora
Pada rumah susun dibutuhkannya ketersediaan sarana maupun prasarana contohnya adalah sarana TPS. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05 tahun 2007, Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-masing bangunan rusuna bertingkat tinggi, yang diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.
Untuk rumah susun Tambora TPS atau jaringan Persampahan yang disediakan kurang memadai atau luas lahan untuk TPS tidak sesuai dengan daya tampung sampah yang dihasilkan oleh setiap penghuni yang berada pada rumah susun tambora tersebut. Oleh karena kurangnya luas lahan TPS yang ada di rumah susun Tambora mengakibatkan penghuni membuang sampah pada jaringan drainase yang berada disekitar TPS yang mengakibatkan ketidaklancaran pada jaringan drainase.
42
43
BAB VI
DISKUSI
Bab ini membahas hasil penelitian yang dikaitkan dengan konsep dan teori dari berbagai ahli dan peraturan yang terkait dimana telah dibahas sebelumnya pada bab tinjauan pustaka dan analisis permasalahan yang terjadi di rumah susun Tambora. Seperti yang telah dibahas pada tujuan penelitian sebelumnya, yaitu ingin mengidentifikasi hubungan antar elemen perumahan dimana masing-masing elemen memiliki variabel dan sub variabel yang berbeda-beda. Maka temuan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
6.1 Hubungan Antar Variabel dari Elemen Perumahan6.1.1 Variabel Kondisi Bangunan dengan Variabel Kepuasan Individu Penghuni
Rumah Susun TamboraHasil analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa kepadatan yang tinggi
baik kepadatan penghuni maupun barang keperluan rumah didalam rumah menyebabkan kesesakan penghuni, yang mana pada akhirnya akan menyebabkan ruang dalam rumah menjadi tidak cukup untuk menampung segala aktifitas penghuninya. Ketidakmampuan ini akan menyebabkan kebutuhan ruang lebih untuk menyimpan barang-barang lainnya, sehingga pada akhirnya barang-barang yang tidak memiliki ruang penyimpanan tersebut dengan terpaksa disimpan diluar rumah. Seperti yang terjadi di Rumah Susun Tambora, kondisi rumah susun tersebut terlihat berantakan dan tidak terawat dan dibeberapa rumah terdapat beberapa barang yang diletakkan diluar rumah dan disenderkan didinding rumah. Sehingga kondisi dinding luar bangunan menjadi tidak terawat, hal ini tentunya membuat rumah susun tampak terkesan tidak terawat dan kumuh dan kemudian akan mempengaruhi nilai kepuasan setiap penghuni rumah susun.
Kemudian, ketersediaan dan kondisi bangunan sarana sangat berpengaruh pada keberlangsungan dan kegiatan yang akan dilakukan setiap penghuni rumah susun, yang mana sudah menjadi kebutuhan yang harus dibangun dalam lingkungan rumah susun. Serta, kondisi fisik ruang terbuka atau taman yang dibangun pada lingkungan rumah susun yang sesuai dengan peraturan yang ada dalam pembangunan rumah susun dapat menimbulkan kenyamanan dalam melakukan kegiatan setiap penghuni rumah susunnya.
6.1.2 Variabel Kondisi Bangunan dengan Varibel Hubungan Sosial Penghuni Rumah Susun Tambora
Hubungan kekerabatan yang terjadi pada rumah susun Tambora memiliki hubungan yang cukup erat bagi penghuni yang tinggal dilantai yang sama. Namun, sebaliknya hubungan kekerabatan penghuni yang tinggal di lantai yang berbeda tidak begitu dekat. Sehingga dapat ditemukan bahwa, terjadi pemisahan ruang lingkup hubungan sosial pada rumah susun Tambora.
Kemudian, kelengkapan dan kondisi bangunan sarana pada rumah susun menimbulkan interaksi sosial bagi setiap penghuni di rumah susun tersebut.
44
Interaksi yang terjadi tersebut akan menimbulkan rasa kebersamaan dan keakraban penghuni rumah susun.
6.1.3 Variabel Ketersediaan Utilitas dan Prasarana Rusun dengan Kepuasan Individu Penghuni Rumah Susun Tambora
Jaringan jalan yang ada pada rumah susun sangat dibutuhkan sebagai penghubung antara kawasan Rumah Susun Tambora dengan kawasan diluar Rumah Susun tersebut. Kemudian, prasarana seperti saluran drainase harus bisa mengalir hingga ke pembuangan akhir. Serta jaringan utilitas seperi air bersih dan listrik dapat mempengaruhi kenyamanan individu penghuni rumah susun yang nantinya akan berdampak pada nilai kepuasan penghuninya.
6.1.4 Variabel Ketersediaan Sarana Rusun dengan Kepuasan Individu Penghuni Rumah Susun Tambora
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan penghuni terhadap rusun yang di tinggali menurut Morris & Winter (2007), merupakan hasil dari interaksi karakteristik individual dengan karakteristik fisik rumah yang dihuninya. pada Rusun Tambora adalah bersumber pada ketidakpuasan penghuni terhadap atribut rusun atau ketersediaan sarana, karena satu atau beberapa sarana pada rusun sewa tidak dipenuhi atau tidak dilengkapi sehingga mengurangi tingkat kepuasan penghuni.
6.1.5 Variabel Ketersedaian Ruang Bersama dengan Hubungan Sosial Penghuni Rumah Susun Tambora
Pada dasarnya perilaku pemanfaatan ruang bersama di rumah susun harus dapat membentuk penghuninya menjadi satu komunitas yang dinamis.Seperti di katakan Newman (1990) untuk membentuk satu komunitas perlu rancangan ruang publik yang memberi keleluasaan penghuni unuk saling berkomunikasi. Namun pada rumah susun Tambora, ruang bersama digunakan sebagai lahan parkir, sehingga kesempatan masyarakat untuk beinteraksi dengan baik menjadi berkurang.
6.1.6 Variabel Ketersediaan Sarana Rusun dengan Lingkungan Rumah Susun Tambora
Ketersediaan sarana rumah susun sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan penghuni serta dapat mempengaruhi nilai kepuasan yang dapat diperoleh oleh penghuni rumah susun tersebut. Rusun Tambora masih terdapat beberapa sarana yang tidak dipenuhi yaitu berupa sarana kesehatan, sarana lahan parkir, serta sarana tempat pembuangan sampah sementara. Dengan tidak terpenuhi tersebut, maka penyalahgunaan sarana yang disediakanpun terjadi, yang mana pada akhirnya akan menimbulkan kesan yang tidak terawat dan tidak tertata rapih.
6.1.7 Variabel Hubungan Antara Individu dengan Masyarakat Sosial Rumah Susun Tambora
Interaksi sosial diposisikan sebagai kunci dari semua kehidupan sosial. Dimana dalam hal ini pada Rumah Susun Tambora, hubungan antara individu maupun masyarakat penghuni lainnya memunculkan sifat positif yaitu adanya rasa kebersamaan dengan wujud nyata seperti adanya kegiatan saling menjaga barang bersama. Pada rusun Tambora jumlah penghuni pada setiap rumah tidak sebanding dengan luas rumah yang dihuni. Namun, meskipun begitu kekerabatan yang terjalin pada setap anggota dalam rumah di rumah susun tambora akibat kepadatan menjadi semakin dekat.
6.1.8 Variabel Kondisi Lingkungan Sekitar Rusun dengan Kepuasan Penghuni Rumah Susun Tambora
Kepadatan yang terjadi pada rumah susun menyebabkan ketidak aturan pada lingkungan rumah susun dan menjadi terlihat tidak bersih, meskiipun pada dasarnya penghuni rumah susun juga melakukan kegiatan yang menyangkut kebersihan namun kepadatan yang berlebihan menimbulkan kesan kumuh, kotor dan tidak terawat. Persepsi tersebut pada dasarnya akan mempengaruhi tingkat kepuasan penghuni yang tinggal di rumah susun tersebut. Kemudian berdasarkan teori Georg. L faktor kebisingan di sekitar lingkugan rumah susun tidak menjadi salah satu peryaratan yang dapat mempengaruhi kenyamanan individu penghuninya. Teori ini sesuai dengan yang terjadi di rumah susun tambora.
6.1.9 Variabel Ketersediaan Utilitas dan Prasarana Rusun dengan Kondisi Fisik Bangunan Rumah Susun tambora
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05 tahun 2007 Sistem kelistrikan dalam rusuna bertingkat tinggi harus dapat menjamin aspek keselamatan manusia, keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat listrik, dan perlindungan lingkungan. Pada rusun tambora ketersediaan jaringan listrik dan air bersih sudah terpenuhi dengan baik, namun kondisi fisik bangunanrumah susun menjadi tidak rapih dikarenakan kabel penghubungn jaringan listrik tidak beraturan.
6.2 Masukan Dalam Mengatasi Permasalahan yang Terjadi Pada Rumah Susun Tambora
Permasalahan yang terjadi pada Rumah Susun Tambora pada dasarnya tidaklah begitu serius, karena hanya didasari oleh kurangnya beberapa sarana yang harus dilengkapi dan tidak sesuai dengan standar pembangunan perumahan rumah susun saat ini. Namun meskipun begitu., jika dilihat dari segi keterkaitan antar elemen perumahan maka hal ini menjadi cukup serius dan dapat mempengaruhi kualitas hidup penghuni yang ada dirumah susun tersebut. Adapun yang menjadi masalah dalam rumah susun
45
46
adalah ketidaksesuaian dengan peraturan dan standar pembanguna rumah susun saat ini dapat dilihat pada review permasalahan diagram berikut :
Diagram 6.1Perbedaan Kondisi Rumah Susun dengan Kondisi yang Seharusnya berikut
Masukan/Saran
Kondisi Rumah Susun Tambora
1. Kepadatan dan Kesesakan hunian tinggi
2. Interaksi dan hubungan sosial dibentengi dengan perbedaan lantai rumah
3. Jaringan drainase belum lancar dan kabel penghubung jaringan listrik masih berantakan
4. Kebersihan lingkunga belum teratasi dengan baik
5.Beberapa kabutuhan sarana belum terpenuhi
Kondisi seharusnya
1. Terdiri atas 2-4 penghuni
2. Terjalin hubungan kekerabatan yang baik, karena berada pada kawasan yang sama
3. Jaringan lancar, rapih dan bersih
4. Tercipta lingkungan yang bersih dan nyaman
5. Memenuhi
1. Meninjau kembali peraturan standar pembangunan rumah susun yang baru terkait kecocokan dalam pemilihan tipe rumah susun dengan jumlah penghuninya
2. Menyediakan sarana seperti ruang bersama atau taman bermain sebagai penunjang kegiatan penghuni sekaligus memfasilitasi penghuni dalam menjalin hubungan dengan masyarakat penghuni lainnya
3. Membuat program kegiatan gotong royong terjadwal guna menjaga kebersihan lingkungan rumah susun
4. Membuat program terjadwal mengenai pengecekan kondisi langsung rumah susun bagi pemerintah yang bersangkutan dalam pengelolaan rumah susun
Masukan
47
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 Hubungan Antar Elemen Perumahan di Rumah Susun TamboraBerdasarkan hasil analisis dari data yang didapatkan pada rumah susun Tambora,
maka dapat ditemukan beberapa kesimpulan mengenai keterkaitan antar elemen perumahan. Dimana elemen yang dimaksud adalah terdiri atas elemen anthropos, society, shell, network, and nature. Kelima elemen teresebut memilki banyak variabel berbeda-beda yang mana juga memilki sub variabel yang berbeda-beda juga.
Variabel yang digunakan pada elemen anthropos adalah variabel kepuasan penghuni, dimana sub variabelnya adalah kepadatan penghuni, kebutuhan penghuni, serta kenyamanan penghuni. Kemudian pada elemen society, variabel yang digunakan adalah hubungan sosial dengan sub variabel kekerabatan dan interaksi sosial penghuni. Pada elemen shell variabel yang digunakan adalah kondisi fisik rumah susun, yang mana sub variabelnya adalah kondisi dinding luar rumah susun, sarana, dan ruang bersama atau taman. Kemudian, pada elemen network variabel yang digunakan adalah utilitas dan prasarana rumah susun dengan sub variabel jalan penghubung rumah susun dengan jalan utama, kelancaran drainase, ketersediaan air bersih, serta jaringan listrik. Serta pada elemen terakhir yaitu elemen nature, variabel yang digunakan adalah kondisi alam lingkungan sekita dengan sub variabel pendukungnya berupa kebersihan lingkungan, aroma sekitar, dan kebisingan yang terjadi di rumah susun.
Dengan menghubungnya beberapa sub variabel dari vaariabel-hariabel tersebut, maka ditemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut :1. Kondisi fisik bangunan rumah susun saling memiliki keterkaitan erat dengan
kepuasan individu didalamnya, yaitu kondisi fisik bangunan yang kotor dan terkesan kumuh menimbulkan rasa kurang nyaman pada penghuninya.
2. Kondisi fisik bangunan rumah susun memiliki peran penting dalam menilai kondisi hubungan sosial penghuninya. Dimana, terjadi pembatasan interaksi antar penghuni pada lantai yang berbeda.
3. Ketersediaan dan kondisi kelancarana utilitas dan prasarana mempengaruhi kenyamanan penghuninya.
4. Ketersediaan sarana menjadi penentu pokok pada tingkat kekerabatan dan interaksi sosial penghuni rumah susun.
5. Kelengkapan sarana yang ada di rumah susun mempengaruhi tingkat kepuasan penghuninya
6. Ketersediaan sarana rumah susun sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan penghuni serta dapat mempengaruhi nilai kepuasan yang dapat diperoleh oleh penghuni rumah susun tersebut.
7. Kepadatan penduduk tidak begitu menjadi masalah dalam kondisi interaksi sosial dalam ruang lingkung rumah hunian di rumah susun
8. Kepadatan yang terjadi pada rumah susun menyebabkan ketidak aturan pada lingkungan rumah susun dan menjadi terlihat tidak bersih, meskiipun pada dasarnya
48
penghuni rumah susun juga melakukan kegiatan yang menyangkut kebersihan namun kepadatan yang berlebihan menimbulkan kesan kumuh, kotor dan tidak terawat.
9. Kondisi ketersediaan utilitas seperti kabel penghubung jaringan listrik mempengaruhi tampak pada kondisi bangunan rumah susun, dimana hal ini menyebabkan timbulnya kesan yang tidak terawat dan kumuh.
7.2 Masukan1. Meninjau kembali peraturan standar pembangunan rumah susun yang baru terkait
kecocokan dalam pemilihan tipe rumah susun dengan jumlah penghuninya2. Menyediakan sarana seperti ruang bersama atau taman bermain sebagai penunjang
kegiatan penghuni sekaligus memfasilitasi penghuni dalam menjalin hubungan dengan masyarakat penghuni lainnya
3. Membuat program kegiatan gotong royong terjadwal guna menjaga kebersihan lingkungan rumah susun
4. Membuat program terjadwal mengenai pengecekan kondisi langsung rumah susun bagi pemerintah yang bersangkutan dalam pengelolaan rumah susun
Rumah susun Tambora masih memliki beberapa kekurangan terkait penyediaan sarana, prasarana dan utilitas meskipun pada masa pembangunannya standar yang ada pada rumah susun saat ini sesuai pada masa itu. Namun, rumah susun lama seperti rumah susun Tabora perlu dilakukan peninjauan kembali mengenai kelengkapan sarana, prasarana serta utilitas yang ada dan kesesuaian terhadap standar pebangunan rumah susun saat ini, guna menyesuaikan perbedaan antara standar pembangunan dulu dengan pembangunan sekarang. Agar, kondisi fisik bangunan, ketersediaan prasarana yang ada pada rumah susun tambora dapat terpenuhi dan ditingkatkan lagi dengan baik. Sehingga, dapat menimbulkan kepuasan maupun kenyamanan terhadap setiap penghuninya.
49
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
SNI 03-7013-2004 Tentang Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2007
Purbosari.Annisa. 2012. Tugas Skripsi “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Bertempat Tinggal Di Kota Bekasi Bagi Penduduk Migran Berpenghasilan Rendah Yang Bekerja DI Kota Jakarta”. Mengenai definisi kenyamanan. Diambi dari http://core.ac.uk/download/files/379/11734629.pdf
Diah Kusumaningrum. Evaluasi Pengelolaan Prasarana Lingkungan Rumah Susun Surabaya (Studi Kasus : Rusunawa Urip Sumoharjo). Mengenai jaringan persampahan pada rumah susun. Diambil dari http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-15548-3308202011-Paper.pdf
Hartatik. Prwanita S. Sri N. 2010. Peningkatan Kualitas Hidup Penghuni di Rusunawa Urip Sumoharjo Pasca-Redevelopment. Mengenai kepuasan penghuni rumah susun. Diambil dari http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10741-Paper.pdf
Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Medan. 2011. Kajian Implementasi Rusun dan Rusunawa yang Sesuai dengan Karakter Masyarakat Perkotaan di Sumatera Utara. Diambil dari\http://balitbang.sumutprov.go.id/download.php?f=files/files/penelitian_balitbang/2011/exsum_RUMAH%20SUSUN.pdf.
Dafrimon. Gunawan T. 2012. Kualitas Kepuasan Penghuni Rumah Susun Perum Perumnas Palembang. Diambil darihttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=155289&val=4006&title=KUALITAS%20KEPUASAN%20PENGHUNI%20RUMAH%20SUSUN%20PERUM%20PERUMNAS%20PALEMBANG.
Mohammad Ishack. 2012. Desain Rumah Susun Sederhana dengan Pendekatan Perilaku Penghuni Untuk Meminimalkan Terjadinya Penurunan Kualitas Bangunan (Studi kasus : Rumah Susun Sederhana, Tambora Jakarta Barat). Diambil dari kumpulan makalah seminal nasionalhttp://eprints.unsri.ac.id/3671/1/Isi_Kumpulan_Makalah_Menuju_Arsitektur_BerEmpati.pdf
Timoticin K. 2001. Analisis Kepuasan Penghuni Perumahan Sederhana Di Denpasar Berdasarkan Faktor Lokasi, Prasarana, Sarana, Kualitas Bangunan, Desain dan Harga.http://dimensi.petra.ac.id/index.php/ars/article/view/15752/15744