1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di banyak negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan segera menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai penyebab kematian dan disabilitas. Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian tertinggi adalah PTM, yaitu penyakit kardiovaskuler 31,9% termasuk hipertensi 6,8% dan stroke 15,4% (Riskesdas,2007) Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. (Rahajeng,2009)
64
Embed
Penelitian Hubungan Hipertensi Pada Lansia dengan Aktivitas Fisik
Penelitian Hubungan Hipertensi Pada Lanjut Usia dengan Aktivitas Fisik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di banyak negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular
(PTM) seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan segera menggantikan
penyakit menular dan malnutrisi sebagai penyebab kematian dan disabilitas.
Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa
proporsi penyebab kematian tertinggi adalah PTM, yaitu penyakit
kardiovaskuler 31,9% termasuk hipertensi 6,8% dan stroke 15,4%
(Riskesdas,2007)
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat
ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut
tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. (Rahajeng,2009)
Berdasarkan hasil survei Dinkes Propinsi Jawa Timur pada tahun 2008
Hipertensi merupakan penyakit terbanyak peringkat ke-3 di puskesmas
sentinel dengan angka 11,77 %, pada tahun 2009 naik ke peringkat 2 dengan
angka 17,39%, pada tahun 2010 turun lagi ke peringkat 3 dengan angka
12,41%. (Dinkes Jatim,2008)
Di posyandu lansia Dusun Buntut Desa Mojoruntut Kecamatan
Krembung Sidoarjo, sekitar 80% lansia yang berkunjung mengalami
1
2
hipertensi. Ditempat tersebut pernah diadakan program senam lansia tapi tidak
berjalan. (Sidoarjo,2013)
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg. (Kuswardhani,2006)
Hipertensi dikelompokkan menjadi dua, yaitu Hipertensi esensial atau
idiopatik, dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan 95% dari
semua kasus hipertensi dan masih dicari etiologinya. Beberapa faktor
dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi, yaitu
Genetik, Jenis kelamin, Usia, Natrium, Obesitas, Perokok, Aktivitas Fisik, dan
Stress. Hipertensi sekunder sekitar 5% telah diketahui penyebabnya dan dapat
dikelompokkan menjadi: penyakit parenkim ginjal 3%, penyakit renovaskuler
1%, Endokrin 1%. ( Gray,2005)
Olahraga yang teratur berkaitan dengan penurunan penyakit jantung
koroner sebesar 20-40%. (Gray,2005)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang
dikemukakan adalah apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi para lanjut usia di Dusun Buntut, Desa Mojoruntut Kecamatan
Krembung, Sidoarjo, bulan oktober tahun 2013 ?
3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi
para lanjut usia di Dusun Buntut, Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung
Sidoarjo, bulan oktober tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi aktivitas fisik para lanjut usia di Desa Mojoruntut
Kecamatan Krembung Sidoarjo.
2. Mengidentifikasi kejadian hipertensi para lanjut usia di Desa
Mojoruntut Kecamatan Krembung Sidoarjo.
3. Menganalisis hubungan aktivitas fisik para lanjut usia dan kejadian
hipertensi para lanjut usia di Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung
Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat,
a. Masyarakat bisa mengerti tentang apa saja yang menjadi penyebab
hipertensi sehingga dapat mencegahnya.
b. Masyarakat bisa mengetahui hubungan kegiatan fisik dengan
angka kejadian hipertensi.
2. Bagi Puskesmas Kecamatan Krembung, sebagai masukan untuk
penyusunan kebijakan dan program pembangunan kesehatan atau
merumuskan program baru.
4
3. Bagi Institusi Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya, sebagai
masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu
Kedokteran Komunitas.
4. Bagi peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
lapangan, serta sebagai kewajiban dalam menyelesaikan tugas Ilmu
Kedokteran Komunitas.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tidak berubah sesuai dengan umur. tekanan darah
sistolik (TDS) > 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) >
90 mmHg. The joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI) dan
WHO/lnternational Society of Hypertension guidelines subcommittees
setuju bahwa TDS & keduanya digunakan untuk klasifikasi hipertensi.
(Kuswardhani,2006)
Hipertensi dikelompokkan menjadi dua, yaitu Hipertensi esensial atau
idiopatik, dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan 95% dari
semua kasus hipertensi dan masih dicari etiologinya. Beberapa faktor
dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi, yaitu Genetik,
Jenis kelamin, Usia, Natrium, Obesitas, Perokok, Aktivitas Fisik, dan
Stress.Hipertensi sekunder sekitar 5% telah diketahui penyebabnya dan dapat
dikelompokkan menjadi: penyakit parenkim ginjal 3%, penyakit renovaskuler
1%, Endokrin 1%. (Gray,2005)
Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistol tanpa disertai peningkatan
diastole lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi dengan peningkatan
diastole tanpa sistol sering terjadi pada dewasa muda (Tambayong,2000)
5
6
Olahraga atau senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk
mengurangi berat badan dan mengelola stress dua faktor yang mempertinggi
hipertensi. Pada tahun 1993. American Collage of Sport Medicine (ACSM)
menganjurkan latihan-latihan aerobic (olahraga ketahanan) yang teratur serta
cukup takarannya untuk mencegah risiko hipertensi. Dengan melakukan
gerakan yang tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak 3-4 hari
perminggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan
sistolik dan diastolik. Menurut American Society of Hypertension (ASH),
pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala
kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks
dan saling berhubungan. (Informasi Lengkap Untuk Penderita Dan Keluarga
Hipertensi,2008)
Olahraga yang teratur berkaitan dengan penurunan penyakit jantung
koroner sebesar 20-40%. (Gray,2005)
B. Epidemiologi
Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal
dari ketuaan, insiden hipertensi pada lanjut usia adalah tinggi. Setelah umur
69 tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun 1988-
1991 National Health and Nutrition Examination Survey menemukan
prevalensi hipertensi pada kelompok umur 65-74 tahun sebagai berikut:
prevalensi keseluruhan 49,6% untuk hipertensi derajat 1 (140-159/90-99
mmHg), 18,2% untuk hipertensi derajat 2 (160-179/100-109 mmHg), dan
6.5% untuk hipertensi derajat 3 (>180/110 mmHg). Ditengarai bahwa
7
hipertensi sebagai faktor risiko pada lanjut usia. Pada studi individu dengan
usia a 50 tahun mempunyai tekanan darah sistolik terisolasi sangat rentan
terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler. (Kuswardhani,2006)
Diperkirakan 50 juta orang dewasa amerika serikat menderita hipertensi.
Hipertensi merupakan factor resiko untuk arteri koroner, gagal jantung kongestif,
stroke dan gagal ginjal. Orang Amerika keturunan Afrika cenderung menderita
hipetensi lebih berat dan pada usia yang lebih dini, serta memiliki resiko stroke
dan infark miokard dua kali lebih besar disbanding dengan orang kulit putih.
(Brashers,2008)
C. Patofisiologi
Baik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.
TDS meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD
meningkat samapi umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap
atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin
mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah`dan penurunan
kelenturan arteri dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai
dengan umur. Scperti diketahui, takanan nadi merupakan predictok terbaik
dari adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi
pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan
normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan
pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluhn darah besar
meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan
ini menyebabkan penurunan kelenturan aorta dan pembuluh darah besar dan
8
mengakibatkan pcningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas
baroreseptor juga berubah dengan umur. (Kuswardhani,2006)
Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat
menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada
pemantauan terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga
menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi
pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik. Perubahan
keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik beta dan vasokonstriksi
adrenergik alfa akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan
selanjutnya mengakibatkan pcningkatan resistensi pembuluh darah perifer
dan tekanan darah. Resistensi Natrium akibat peningkatan asupan dan
penurunan sekresi juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun
ditemukan penurunan renin plasma dan respons renin terhadap asupan garam,
sistem renin-angiotensin tidak mempunyai peranan utama pada hipertensi
pada lanjut usia Berbagai perubahan di atas bertanggung jawab terhadap
Intepretasi RP = Lansia yang tidak beraktifitas fisik memiliki resiko
Hipertensi 2,26 kali lebih tinggi dari pada lansia yang beraktivitas fisik.
Keterangan :
Jika Rasio Prevalensi (RP ) = 1, maka faktor risiko tidak berpengaruh atas
timbulnya efek atau dikatakan bersifat netral.
35
Jika Rasio Prevalensi (RP ) > 1, maka faktor resiko merupakan penyebab
timbulnya penyakit.
Jika Rasio Prevalensi (RP ) < 1, maka faktor resiko bukan menjadi
penyebab toimbulnya penyakit bahkan merupakan faktor protektif.
2. Analisis karakteristik lansia dengan hipertensi maupun lansia non
hipertensi (Jenis kelamin, dan usia).
a. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil kuisioner dari 51 responden didapatkan
jumlah responden laki-laki sebanyak 11 orang yang menderita
hipertensi dan 2 orang yang menderita non hipertensi. Responden
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang yang menderita
hipertensi dan 15 orang yang menderita non hipertensi.
b. Usia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan usia lanjut
menjadi 4 yaitu: Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut
usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, usia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Aktivitas fisik bukan hanya dilihat dari faktor fisik saja
melainkan dari faktor psikis seperti rekreasi, silaturrohim, dan lain-
lain. Selain itu, hubungan aktivitas fisik lansia dengan hipertensi
36
berkaitan juga dengan pengetahuan atau wawasan tentang hubungan
kedua variabel tersebut. Akan tetapi, dalam kesempatan ini belum
dilakukan penelitian tentang hal-hal tersebut dikarenakan keterbatasan
waktu.
Dari hasil Musyawarah Masyarakat Desa Mojoruntut,
Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo bulan tanggal 25 Oktober
2013 tentang hipertensi bersama Dokter Muda IKKOM Kelompok D
FK-UWKS dihasilkan sebuah kesepakatan sebagai berikut:
1. Menggiatkan kembali kegiatan senam lansia dengan
pelaksanaan sekali dalam seminggu di masing-masing dusun
2. DM IKKOM KELOMPOK D FK UWKS memfasilitasi contoh
CD (cassete disk) senam lansia untuk tiap dusun (5 dusun).
3. Dua hal penting yang harus diperhatikan:
a. Masyarakat disarankan rutin mengikuti posyandu lansia.
b. Masyarakat disarankan untuk menjaga pola hidup sehat.
Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk membiasakan
dan mengarahkan lansia untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai
demi kesehatan masing-masing lansia. Untuk itu, demi terlaksananya
kegiatan tersebut diatas maka perlu dilakukan pengawasan pelaksanaan
hasil musyawarah ini dari beberapa pihak terkait, dan kerjasama lintas
sektoral.
Menurut American Collage of Sport Medicine (ACSM)
aktifitas fisik seperti latihan aerobic (olahraga ketahanan) yang teratur
37
serta cukup takarannya bisa mencegah risiko hipertensi. Dengan
melakukan gerakan yang tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak
3-4 hari perminggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10
mmHg pada bacaan sistolik dan diastolik.
38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Aktivitas Fisik
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa aktivitas fisik
yang sering dilakukan lansia bisa berupa olah raga, bertani,
bersepeda, jalan-jalan, dan lain-lain.
2. Kejadian Hipertensi
Subjek penelitian berjumlah 51 responden yang terdiri dari 34
orang menderita hipertensi dan 14 orang tidak menderita
hipertensi. Kejadian hipertensi berdasar jenis kelamin lebih banyak
terjadi pada wanita sedangkan berdasarkan umur cenderung lebih
banyak pada usia 45-59 tahun.
3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan kejadian Hipertensi
Probabilitas Lansia yang tidak beraktifitas fisik memiliki resiko
hipertensi 2,26 kali lebih tinggi dari pada lansia yang beraktivitas
fisik. Sehingga dapat disimpulkan adan hubungan antara aktivitas
fisik dengan angka kejadian hipertensi para lansia di Dusun Buntut,
Desa Mojoruntut, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo.
38
39
B. Saran
1. Saran Untuk Puskesmas
Supaya hasil dari penelitian ini bisa dijadikan masukan bagi
Puskesmas Krembung dalam rangka menurunkan angaka kejadian hipertensi
pada lansia.
2. Saran Untuk Masyarakat
Untuk melaksanakan hasil MMD (Musyawarah Mufakat Desa)
berupa:
1. Menggiatkan kembali kegiatan senam lansia dengan
pelaksanaan sekali dalam seminggu di masing-masing dusun
2. Dua hal penting yang perlu diperhatikan:
a. Masyarakat disarankan rutin mengikuti posyandu lansia.
b. Masyarakat disarankan untuk menjaga pola hidup sehat
sejak umur balita.
3. Saran Untuk Untuk Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk meneliti tentang pengetahuan lansia antara
hubungan aktifitas fisik dengan hipertensi.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. (2003). Prosedur penelitian: suatu pendekatan. Edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Armilawati,dkk. (2007). Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian epidemiologi. Makassar: Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.
Aisyiyah, Farida Nur. (2009). Faktor Risiko Hipertensi Pada Empat Kabupaten/Kota Dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi Di Jawa Dan Sumatera.(Online),(http:// repository .ipb.ac.id/ handle / 123456789 /1224 , diakses 15 november 2013)
Chobanian A . (2003). JNC VII Report 18th Annual Scientific Meeting and Exposotion of American Society of Hypertension. New York, USA.
Dalimartha,Setiawan,dkk. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Gray Huon .H,dkk. (2005). Lecture Notes Kardiologi ed.4. Surabaya: Erlangga Medical Series
Jafar Nurhaedar. 2010. Hipertensi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.
Kowalski, Robert E. (2010). Terapi Hipertensi. Bandung : Mizan Pustaka
Krisnatuti D, Yenrina R. (2005). Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung Koroner. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Krummel DA. (2004).Food, Nutrition and Diet Therapy. USA: Saunders Corporation.
Kuswardhani RA Tuty, (2006). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. (Online), Jurnal Penyakit Dalam Vol.7 No.2 mei 2006. Denpasar: Divisi Geriatri. Bagian Penyakit Dalam FK Unud, RSUP Sanglah. (http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/download/3757/2755, diakses 15 November 2013)
Martiani ayu, Lelyana Rosa. (2012). Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan Minum Kopi (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Pada Bulan Januari-Februari 2012). Journal of Nutrition Collage vol.1 no. 1 Hal. 78-85 2012. (http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/5/jkptumpo-gdl-vendyikfha-233-1 abstrak-i.pdf, diakses 15 November 2013)
Rahajeng Ekowati, Sulistyowati Tuminah. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah kedokteran Indonesia, Vol. 59 No. 12 Ed. Desember 2009. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Sastroasmoro S, Ismael S. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi III. Jakarta: Sagung Seto.
Sudjana S. (2001). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.
Sudarso (2007). Membuat Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan. Surabaya: Duatujuh.
Tambayong Jan. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan .Jakarta: EGC.
Tesfaye F et al. (2007). Association between body mass index and blood pressure across three population in Africa and Asia. Journal of Human Hypertension.
42
LAMPIRAN
Hubungan Aktivitas Fisik pada Lansia dengan Hipertensi di Dusun Buntut Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Sidoarjo
KUESIONER PENELITIAN
I. Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb, Salam Sejahtera
Dengan hormat,
Kami dokter muda dari Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya akan meneliti di wilayah puskesmas Krembung, tentang “Hubungan
Aktivitas Fisik pada Lansia dengan Hipertensi di Dusun Buntut Desa
Mojoruntut Kecamatan Krembung Sidoarjo”. Besar harapan kami bapak/ibu
bersedia menjadi responden penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik pada
usia lansia dengan angka kejadian hipertensi. Sebelumnya kami ucapkan terima
kasih kami atas partisipasi bapak/ibu. Semoga penelitian ini bermanfaat untuk kita
semua
23 Oktober 2013,
Peneliti
42
43
II. INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Jenis kelamin : pria/ wanita
Umur : tahun
Alamat :
Bersedia mengisi kuesioner untuk menunjang penelitian yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik pada Lansia dengan Hipertensi di Desa Mojoruntut” yang diadakan dokter muda fakultas kedokteran universitas wijaya kusuma Surabaya pada Oktober 2013 dengan sukarela, tanpa paksaan apapun.
23 Oktober 2013
( )
44
III. PETUNJUK PENGISIAN
1. Silang jawaban yang sesuai dengan anda
2. Isi titik-titik yang tersedia jika ditanyakan
3. Perhatikan pertanyaan dengan seksama
IV. KUESIONER
Aktifitas Fisik: Diisi oleh peneliti
1. Apakah menurut anda olah raga itu penting?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda berolah raga?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika ya, berapakali seminggu anda berolah raga?
a. setiap hari
b. Lebih dari 2x dalam seminggu
c. Kurang dari 2x dalam seminggu
4. Jika ya, berapa lama anda berolah raga?
a. >30 menit
b. <30 menit
5. Apakah anda sering melakukan aktifitas fisik di usia anda saat ini?