Top Banner
169 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017 Pendugaan Heterosis pada Hasil dan Komponen Hasil Gandum Roti (Triticum aestivum L.) Halaman 169-176 PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN HASIL GANDUM ROTI (Triticum aestivum L.) Estimation of Heterosis for Yield and Yield Components of Bread Wheat (Triticum aestivum L.) Nurwanita Ekasari Putri 1* , Yudiwanti Wahyu 2 , Surjono H. Sutjahjo 2 , Trikoesoemaningtyas 2 , Amin Nur 3 1 Mahasiswa Pascasarjana, Departemen AGH, Faperta IPB 2 Staf Pengajar, Departemen AGH, Faperta IPB. Telp (0251) 8629354/ 8629350 Fax (0251) 8629352 3 Peneliti Balitserealia, Maros *Penulis untuk korespondensi: [email protected] ABSTRACT Wheat is a subtropical plant that can still grow in several parts of Indonesia. Introduced wheat adaptation tests have been carried out by previous researchers. In the framework of developing tropical wheat, it is necessary to create national wheat varieties through breeding programs, one of which is through hybridization. The right choice of parents will support the production of varieties with high yield potential. Heterosis is very helpful in knowing crossing pairs that have the potential to be developed further. This study aims to determine the heterosis value in F1 wheat population. The genetic material used was 11 genotypes (five F1 populations and six parents) which were planted using Randomized Complete Block Design with 2 replications. Each experimental unit was planted in a plot of 1 m x 2 m with a spacing of 25 cm x 20 cm, the F1 population planted in the middle of the plot flanked by both parents. Observations are made on the yield characters and yield components. The results showed that positive heterosis on panicle length was shown by F1 HP1744 / Selayar and F1 VEE / Selayar. The number of seeds per panicle, seed weight per panicle, and number of seeds per plant had positive heterosis values in all F1 except F1 Guri 3 / Selayar while the number of spikelet per panicle had a negative heterosis for all F1 genotypes. Keywords: dominance degree, F1 population, Indonesia, tropic ABSTRAK Gandum merupakan tanaman subtropis yang masih bisa tumbuh di beberapa wilayah Indonesia. Uji adaptasi gandum introduksi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam rangka pengembangan gandum tropis maka perlu dilakukan perakitan varietas gandum nasional melalui program pemuliaan, salah satunya melalui hibridisasi. Pemilihan tetua yang tepat akan mendukung dihasilkannya varietas dengan potensi hasil yang tinggi. Heterosis sangat membantu dalam mengetahui pasangan persilangan yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai heterosis pada populasi F1 gandum. Materi genetic yang digunakan adalah 11 genotipe (lima populasi F1 dan enam tetua) yang ditanam dengan menggunakan
8

PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN …peripi.org/wp-content/uploads/2019/02/makalah-19-halaman-157-176-OK.pdfPeningkatan produksi tanaman biasanya ditembuh salah satunya dengan

May 11, 2019

Download

Documents

docong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN …peripi.org/wp-content/uploads/2019/02/makalah-19-halaman-157-176-OK.pdfPeningkatan produksi tanaman biasanya ditembuh salah satunya dengan

169

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pendugaan Heterosis pada Hasil dan Komponen Hasil Gandum Roti

(Triticum aestivum L.) Halaman 169-176

PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN HASIL

GANDUM ROTI (Triticum aestivum L.)

Estimation of Heterosis for Yield and Yield Components of Bread Wheat (Triticum aestivum L.)

Nurwanita Ekasari Putri1*, Yudiwanti Wahyu2, Surjono H. Sutjahjo2, Trikoesoemaningtyas2, Amin Nur3

1Mahasiswa Pascasarjana, Departemen AGH, Faperta IPB 2 Staf Pengajar, Departemen AGH, Faperta IPB. Telp (0251) 8629354/ 8629350

Fax (0251) 8629352 3 Peneliti Balitserealia, Maros

*Penulis untuk korespondensi: [email protected]

ABSTRACT

Wheat is a subtropical plant that can still grow in several parts of Indonesia. Introduced wheat adaptation tests have been carried out by previous

researchers. In the framework of developing tropical wheat, it is necessary to create national wheat varieties through breeding programs, one of which is through hybridization. The right choice of parents will support the production of

varieties with high yield potential. Heterosis is very helpful in knowing crossing pairs that have the potential to be developed further. This study aims to

determine the heterosis value in F1 wheat population. The genetic material used was 11 genotypes (five F1 populations and six parents) which were planted using Randomized Complete Block Design with 2 replications. Each experimental unit

was planted in a plot of 1 m x 2 m with a spacing of 25 cm x 20 cm, the F1 population planted in the middle of the plot flanked by both parents.

Observations are made on the yield characters and yield components. The results showed that positive heterosis on panicle length was shown by F1 HP1744 / Selayar and F1 VEE / Selayar. The number of seeds per panicle, seed weight per

panicle, and number of seeds per plant had positive heterosis values in all F1 except F1 Guri 3 / Selayar while the number of spikelet per panicle had a negative heterosis for all F1 genotypes.

Keywords: dominance degree, F1 population, Indonesia, tropic

ABSTRAK

Gandum merupakan tanaman subtropis yang masih bisa tumbuh di beberapa wilayah Indonesia. Uji adaptasi gandum introduksi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam rangka pengembangan gandum tropis maka perlu

dilakukan perakitan varietas gandum nasional melalui program pemuliaan, salah satunya melalui hibridisasi. Pemilihan tetua yang tepat akan mendukung

dihasilkannya varietas dengan potensi hasil yang tinggi. Heterosis sangat membantu dalam mengetahui pasangan persilangan yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai

heterosis pada populasi F1 gandum. Materi genetic yang digunakan adalah 11 genotipe (lima populasi F1 dan enam tetua) yang ditanam dengan menggunakan

Page 2: PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN …peripi.org/wp-content/uploads/2019/02/makalah-19-halaman-157-176-OK.pdfPeningkatan produksi tanaman biasanya ditembuh salah satunya dengan

170 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pendugaan Heterosis pada Hasil dan Komponen Hasil Gandum Roti (Triticum aestivum L.) Halaman 169-176

Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan 2 ulangan. Setiap satuan

percobaan ditanam pada plot berukuran 1 m x 2 m dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm, populasi F1 ditanam dibagian tengah plot yang diapit oleh kedua tetuanya. Pengamatan dilakukan pada karakter hasil dan komponen hasil. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa heterosis positif pada panjang malai ditunjukkan oleh F1 HP1744/Selayar dan F1 VEE/Selayar. Jumlah biji per malai, bobot biji per

malai, dan jumlah biji per tanaman memiliki nilai heterosis positif pada semua F1 kecuali F1 Guri 3/Selayar sedangkan jumlah spikelet per malai memiliki heterosis yang negatif untuk semua genotipe F1.

Kata kunci: derajat dominansi, Indonesia, populasi F1, tropis

PENDAHULUAN

Kebutuhan akan gandum di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Industri makanan yang berbahan dasar tepung terigu berkembang pesat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Menurut Listiyarini (2016) konsumsi

gandum pada tahun 2011-2012 sebesar 6.25 juta ton, tahun 2012-2013 mencapai 6.95 juta ton, tahun 2013-2014 menjadi 7.16 juta ton, dan tahun 2014-2015 naik menjadi 7.36 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

pemerintah melakukan impor 100% terutama dari negara Uni Eropa, Kanada, Rusia, Australia, dan Ukraina. Pada tahun 2013-2014 impor gandum sebesar 7.39

juta ton, tahun 2014-2015 mencapai 7.49 juta ton dan diproyeksikan tahun 2015-2016 naik menjadi 8.10 juta ton. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara pengimpor gandum peringkat kedua setelah Mesir. Ketergantungan

Indonesia dengan impor gandum dapat menyerap devisa negara. Peningkatan produksi tanaman biasanya ditembuh salah satunya dengan

membentuk hibrida yang umum terjadi pada tanaman menyerbuk silang. Briggle et al. (1963) menemukan adanya heterosis pada karakter hasil dan komponen hasil gandum. Mather dan Jinks (1982) menyatakan bahwa pemanfaatan

heterosis sangat ditentukan oleh nilai dan arah dari heterosis itu sendiri. Boland dan Balcott (1985) menegaskan heterosis sangat nyata ditemukan pada hasil per tanaman gandum. Khrisna dan Ahmad (1992) melaporkan nilai heterosis bobot

1,000 butir sebesar 14.6%, bobot per tanaman sebesar 12.52% pada gandum. Hussain et al. (2004) menyatakan bahwa nilai heterosis dan heterobeltiosis yang

positif ditemukan hampir semua persilangan F1. Kumar et al. (2011) melakukan pendugaan nilai heterosis gandum berdasarkan nilai tengah kedua tetua dan nilai tetua komersil dan hasilnya diperoleh beberapa F1 memiliki nilai heterosis yang

tinggi terhadap tetua komersil pada karakter bobot biji per tanaman. Kalhoro et al. (2015) mendapatkan 4 persilangan yang memiliki nilai heterosis yang positif

dan 2 persilangan yang memiliki nilai heterosis yang negatif,yiatu TD-1 x Moomal (-0.30%) dan SKD-1 x Moomal (-7.19%) pada jumlah biji per malai.

Program pemuliaan tanaman gandum di Indonesia sudah dimulai dengan

mengintroduksi gandum dari CYMMIT dan Negara lainnya, seperti India, Thailand, Slovakia. Saat ini telah dilepas beberapa varietas gandum, yaitu Timor (1981), Nias (1993), Selayar dan Dewata (2003), GURI 1, GURI 2 dan Ganesa 1

(2013), GURI 3, GURI 4, GURI 5, dan GURI 6 (2014) (Balitsereal, 2014). Varietas tersebut diperoleh melalui proses introduksi dan adaptasi sedangkan Genesa

dihasilkan melalui pemuliaan mutasi. Perakitan varietas gandum tropis di Indonesia juga dapat dilakukan melalui hibridisasi dari varietas yang ada.

Page 3: PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN …peripi.org/wp-content/uploads/2019/02/makalah-19-halaman-157-176-OK.pdfPeningkatan produksi tanaman biasanya ditembuh salah satunya dengan

171

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pendugaan Heterosis pada Hasil dan Komponen Hasil Gandum Roti

(Triticum aestivum L.) Halaman 169-176

Pendugaan nilai heterosis pada generasi F1 dapat membantu pemulia dalam

menentukan hibrida potensial yang akan dikembangkan. Kallo et al. (2006) menerangkan heterosis pada tanaman dapat dilihat dari peningkatan laju pertumbuhan, total biomassa, ketahanan terhadap cekaman, produksi dan

fitness. Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai heterosis dan derajat dominansi populasi F1.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 sampai Februari 2017 di KP Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Cipanas, Kab. Cianjur. Ketinggian

tempat penelitian adalah 1,100 m dpl. Materi genetik yang digunakan adalah Guri 1, Guri 3, HP1744, Jarissa,

VEE/PJN//2*TUI?/, dan Selayar. Kemudian dibentuk populasi F1 dengan menyilangkan 5 genotipe tetua sebagai betina dengan Varietas Selayar sebagai jantan. Oleh karena itu, diperoleh 5 populasi F1, yaitu Guri 1/Selayar, Guri

3/Selayar, HP1744/Selayar, Jarissa/Selayar, dan VEE/PJN//2*TUI?/Selayar. Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan 2 ulangan. Setiap satuan

percobaan ditanam pada plot berukuran 1 m x 2 m dengan jarak tanam 25 cm x

20 cm, masing-masing genotype F1 ditanam dibagian tengah plot yang diapit oleh kedua tetuanya.

Pengamatan dilakukan pada karakter hasil dan komponen hasil, yaitu jumlah anakan produktif, tinggi tanaman (cm), umur berbunga (hari), umur panen (hari), panjang malai (cm), jumlah spikelet, persentase floret hampa (%),

jumlah biji per malai, bobot biji per malai (g), jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman (g).

Data yang diperoleh dilakukan pendugaan nilai heterosis (Mayo, 1980) dan derajat dominansi (Petr & Frey, 1966). (1) Heterosis (Mayo, 1980)

H =

Keterangan: H = nilai duga heterosis MP = nilai tengah tetua

(2) Derajat dominansi Derajat dominansi dihitung untuk menduga aksi gen yang mengendalikan

suatu karakter. Derajat dominansi dihitung berdasarkan rumus pendugaan potensi rasip (hp) yang dikemukakan oleh Petr dan Frey (1966):

hp

Keterangan: hp = potensi rasio F1 = nilai rata-rata F1

MP = nilai tengah kedua tetua HP = rata-rata nilai tetua tertinggi

Pengelompokkan aksi gen berdasarkan nilai potensi rasio: 1) Tidak ada dominansi (hp = 0)

2) Dominan penuh (hp = 1) 3) Resesif penuh (hp = - 1)

Page 4: PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN …peripi.org/wp-content/uploads/2019/02/makalah-19-halaman-157-176-OK.pdfPeningkatan produksi tanaman biasanya ditembuh salah satunya dengan

172 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pendugaan Heterosis pada Hasil dan Komponen Hasil Gandum Roti (Triticum aestivum L.) Halaman 169-176

4) Dominan parsial ( 0 < hp < 1)

5) Resesif parsial ( -1 < hp < 0) 6) Over dominan (hp > 1 atau hp < -1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penampilan genotipe F1 dari masing-masing kombinasi persilangan berbeda-beda dan sangat dipegaruhi oleh tetua persilangan yang dipilih.

Kombinasi tetua yang sesuai akan menghasilkan penampilan F1 yang lebih baik dari kedua tetuanya atau tetua terbaiknya (Tabel 1).

Hasil suatu tanaman ditentukan oleh nilai dari masing-masing komponen

hasilnya. Jumlah anak produktif yang banyak pada tetua betina tidak selalu menghasilkan turunan F1 yang j memiliki jumlah anak produktif yang banyak

juga. Hal ini terlihat dari F1 Guri 3/Selayar (10) dan VEE/PJN//2*TUI?/Selayar (17). Hal yang sama juga terjadi pada karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, dan panjang malai (Tabel 1).

Tabel 1. Keragaan tetua dan turunan F1 beserta nilai heterosisnya

Genotipe JAP Titan (cm) UB (hari) UP (hari) PM (cm)

Tetua : Selayar 14.54 70.00 55.50 103.50 9.01 Guri 1 19.36 73.43 59.00 105.00 8.38

Guri 3 22.71 83.71 70.00 115.00 9.55 HP1744 20.88 67.44 56.50 101.50 8.51

Jarissa 18.70 84.00 96.00 152.00 12.11 VEE/PJN//2*TUI? 22.42 75.71 74.00 103.50 8.91 F1:

Guri 1/Selayar 22.50 72.50 65.50 107.00 8.69 Guri 3/Selayar 10.00 66.50 81.00 116.00 8.21 HP1744/Selayar 25.25 65.75 70.50 104.00 8.97

Jarissa/Selayar 13.33 68.33 66.00 126.00 8.86 VEE/PJN//2*TUI?/Selayar 17.00 74.00 74.00 114.50 9.00

Heterosis Guri 1/Selayar 0.33 0.01 0.14 0.03 0.00

Guri 3/Selayar -0.46 -0.13 0.29 0.06 -0.11 HP1744/Selayar 0.43 -0.04 0.26 0.01 0.02 Jarissa/Selayar -0.20 -0.11 -0.13 -0.01 -0.16

VEE/PJN//2*TUI?/Selayar -0.08 0.02 0.14 0.11 0.00

Keterangan: JAP= jumah anakan produkti; titan=tinggi tanaman; UB=umur berbunga;

UP=umur panen; PM= panjang malai

Peningkatan atau penurunan yang terjadi pada F1 dibandingkan dengan rataan kedua tetuanya dapat dilihat dari nilai heterosis. Pada F1 Guri 1/Selayar memiliki nilai heterosis yang positif pada jumlah anakan produktif, tinggi

tanaman, umur berbunga, umur panen, dan panjang malai. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan nilai dari karakter tersebut. Tiga

kombinasi persilangan mengalami penurunan tinggi tanaman (Guri3/Selayar, HP1744/Selayar, Jarissa/Selayar). Abdullah et al. (2001) melaporkan 3 dari 10 hibrida mengalami penurunan tinggi tanaman.

Jarissa memiliki umur berbunga dan panen yang paling lama (Tabel 1). Hibrida F1 Jarissa/ Selayar memiliki nilai heterosis yang negatif pada kedua

Page 5: PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN …peripi.org/wp-content/uploads/2019/02/makalah-19-halaman-157-176-OK.pdfPeningkatan produksi tanaman biasanya ditembuh salah satunya dengan

173

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pendugaan Heterosis pada Hasil dan Komponen Hasil Gandum Roti

(Triticum aestivum L.) Halaman 169-176

karakter tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa hibrida F1 Jarissa/ Selayar

memiliki umur yang lebih genjah dari tetua Jarissa dan hanya hibrida ini yang mengalami pengurangan umur berbunga dan umur panen dibandingkan hibrida lainnya.

Jumlah anakan produktif berkorelasi dengan karakter-karakter tersebut dan ini menjelaskan bahwa terjadi penurunan jumlah anakan produktif dan panjang

malai pada kombinasi persilangan ini. Menurut Choedhry et al. (2005) nilai duga heterosis yang negatif pada jumlah anakan produktif tidak diharapkan karena dapat menurunkan hasil. Tabel 1 menunjukkan peningkatan jumlah anakan

produktif tertinggi terdapat pada HP1744/Selayar sebesar 43%. Umur berbunga dan umur panen yang lebih cepat terdapat pada F1 Jarissa/Selayar, yang

ditunjukkan oleh nilai kedua karakter tersebut negatif. Nilai heterosis yang nol pada panjang malai (F1 Guri 1/Selayar dan F1 VEE/PJN//2*TUI?/Selayar mengindikasikan bahwa tidak terjadi pengurangan atau penambahan panjang

malai (Tabel 1). Jumlah spikelet menentukan jumlah dan bobot biji per malai. Jumlah

spikelet terbanyak dimiliki oleh tetua Jarissa namun tidak demikian yang terjadi

pada F1nya (Jarissa/Selayar). Jumlah spikelet mengalami pengurangan pada semua F1 yang ditunjukkan oleh nilai heterosisnya yang negatif. Baloch et al. (2016) menyatakan bahwa adanya korelasi positif antara jumlah spikelet per malai dan hasil per tanaman.

Setiap spikelet gandum terdiri dari 1-5 floret (Acquaah, 2007).

Berkurangnya persentase floret yang hampa dapat meningkatkan jumlah biji per malai. Semua F1 memiliki persentase floret yang berkurang kecuali pada F1 Guri

3/Selayar. Semua F1 mengalami peningkatan pada jumlah biji per malai, bobot biji per malai, jumlah biji per tanaman dan bobot biji per tanaman yang dapat dilihat dari nilai heterosisnya yang positif, kecuali F1 Guri 3/Selayar (Tabel 2).

Tabel 2. Keragaan tetua dan turunan F1 beserta nilai heterosisnya

Genotipe JS % JFH JBM BBM JBT BBT

Tetua : Selayar 25.60 65.62 25.55 0.82 286.80 7.96

Guri 1 19.41 54.91 36.55 0.92 284.89 8.00 Guri 3 21.48 63.28 31.54 0.96 476.20 13.15 HP1744 18.96 58.92 27.60 1.00 330.90 11.52

Jarissa 26.47 83.30 15.78 0.31 183.00 3.33 VEE/PJN//2*TUI? 23.65 56.27 46.68 0.95 659.14 13.06 F1:

Guri 1/Selayar 19.50 48.26 43.10 1.39 585.00 17.54 Guri 3/Selayar 16.40 68.17 21.10 0.70 100.50 3.35 HP1744/Selayar 19.80 50.18 35.50 1.37 565.00 18.93

Jarissa/Selayar 20.67 63.18 28.63 1.22 406.83 16.77 VEE/PJN//2*TUI?/Selayar 19.80 48.19 41.40 1.25 587.00 17.47

Heterosis Guri 1/Selayar -0.13 -0.20 0.39 0.60 1.05 1.20

Guri 3/Selayar -0.30 0.06 -0.26 -0.21 -0.74 -0.68 HP1744/Selayar -0.11 -0.19 0.34 0.51 0.83 0.94 Jarissa/Selayar -0.21 -0.15 0.39 1.15 0.73 1.97

VEE/PJN//2*TUI?/Selayar -0.20 -0.21 0.15 0.41 0.24 0.66

Keterangan: JS= jumlah spikelet; % JFH= % jumlah floret hampa; JBM=jumlah biji per

malai; BBM=bobot biji per malai; JBT=jumlah biji per tanaman; BBT=bobot biji per tanaman

Page 6: PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN …peripi.org/wp-content/uploads/2019/02/makalah-19-halaman-157-176-OK.pdfPeningkatan produksi tanaman biasanya ditembuh salah satunya dengan

174 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pendugaan Heterosis pada Hasil dan Komponen Hasil Gandum Roti (Triticum aestivum L.) Halaman 169-176

Bobot biji per tanaman pada semua F1 mengalami peningkatan

dibandingkan nilai tengah kedua tetuanya, kecuali F1 Guri 3/Selayar dengan nilai heterosis -68% (Tabel 2). Heterosis tertinggi pada karakter ini terdapat pada F1 Jarissa/Selayar. Hal ini diduga bahwa kedua tetua memiliki jumlah spikelet yang

banyak dan persentase jumlah floret hampa yang berkurang disbanding nilai tengah kedua tetua.

Aksi gen yang mempengaruhi suatu karakter tidak sama. Aksi gen merupakan interaksi intra dan inter alelik yang mempengaruhi fenotipe karakter (Allard, 1999). Sebagian besar karakter yang diamati dikendalikan oleh aksi gen

over dominan (Tabel 3 dan Tabel 4). Jumlah anakan produktif pada F1 HP1744/Selayar memiliki nilai heterosis tertinggi (43%) dan diikuti oleh F1 Guri

1/Selayar (33%) (Tabel 1). Karakter ini dikendalikan oleh aksi gen over dominan (Tabel 3). Akhter et al. (2003) menyatakan bahwa nilai heterosis yang signifikan pada suatu karakter maka mengindikasikan keberadaan dari aksi gen non aditif.

Tabel 3. Nilai potensi rasio dan aksi gen pada karakter yang diamati

Genotipe JAP Titan (cm) UB (hari) UP (hari) PM (cm) Potensi rasio (hp) : Guri 1/Selayar 2.30 0.46 -4.71 3.67 -0.01 Guri 3/Selayar -2.11 -1.51 -2.52 1.17 -3.91 HP1744/Selayar 2.38 -2.32 -29.00 1.50 0.83 Jarissa/Selayar 1.58 -1.24 0.48 -0.07 -1.10 VEE/PJN//2*TUI?/Selayar -0.37 0.40 -1.00 45.00 0.86 Aksi gen : Guri 1/Selayar Over

dominan Dominan parsial

Over dominan

Over dominan

Resesif parsial

Guri 3/Selayar Over dominan

Over dominan

Over dominan

Over dominan

Over dominan

HP1744/Selayar Over dominan

Over dominan

Over dominan

Over dominan

Dominan parsial

Jarissa/Selayar Over dominan

Over dominan

Dominan parsial

Resesif parsial

Over dominan

VEE/PJN//2*TUI?/Selayar Resesif parsial

Dominan parsial

Resesif penuh

Over dominan

Dominan parsial

Keterangan: JAP= jumah anakan produkti; titan=tinggi tanaman; UB=umur berbunga; UP=umur ipanen; PM= panjang malai

Tabel 4. Nilai potensi rasio dan aksi gen pada karakter yang diamati

Genotipe JS % JFH JBM BBM JBT BBT Potensi rasio (hp): Guri 1/Selayar -0.97 2.24 2.19 10.59 312.60 490.08 Guri 3/Selayar -3.47 -3.18 -2.48 -2.73 -2.97 -2.78 HP1744/Selayar -0.75 3.61 8.72 5.31 11.62 5.17 Jarissa/Selayar -12.41 1.28 1.63 2.55 3.31 4.80 VEE/PJN//2*TUI?/Selayar -4.95 2.73 0.50 5.81 0.61 2.73 Aksi gen : Guri 1/Selayar Resesif

parsial Over

dominan Over

dominan Over

dominan Over

dominan Over

dominan Guri 3/Selayar Over

dominan Over

dominan Over

dominan Over

dominan Over

dominan Over

dominan HP1744/Selayar Resesif

parsial Over

dominan Over

dominan Over

dominan Over

dominan Over

dominan Jarissa/Selayar Over

dominan Over

dominan Over

dominan Over

dominan Over

dominan Over

dominan VEE/PJN//2*TUI?/Selayar Over

dominan Over

dominan Dominan parsial

Over dominan

Dominan parsial

Over dominan

Keterangan: JS= jumlah spikelet; %JFH= % jumlah floret hampa; JBM=jumlah biji per malai; iiBBM=bobot biji per malai; JBT=jumlah biji per tanaman; BBT=bobot biji per tanaman

Page 7: PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN …peripi.org/wp-content/uploads/2019/02/makalah-19-halaman-157-176-OK.pdfPeningkatan produksi tanaman biasanya ditembuh salah satunya dengan

175

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pendugaan Heterosis pada Hasil dan Komponen Hasil Gandum Roti

(Triticum aestivum L.) Halaman 169-176

F1 Guri 3/Selayar dan Jarissa/Selayar memiliki aksi gen over dominan pada

karakter jumlah spikelet, % jumlah floret hampa, jumlah biji per malai, bobot biji per malai, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Semua F1 memiliki aksi gen over dominan pada karakter persentase jumlah floret hampa,

bobot biji per malai dan bobot biji per tanaman (Tabel 4).

KESIMPULAN

Peningkatan atau penurunan ditemukan pada karakter-karakter yang diamati pada semua kombinasi persilangan kecuali F1 VEE/PJN//2*TUI?/Selayar pada karakter panjang malai dengan nilai heterosis 0%. Genotipe F1

HP1744/Selayar memiliki peningkatan jumlah anakan produktif (heterosis=43%), panjang malai (heterosis= 2%), dan bobot biji per tanaman (heterosis=94%)

sehingga berpotensi dikembangkan sebagai hibrida. Aksi gen pada ketiga karakter tersebut adalah over dominan.

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. 1999. Principles of Plant Breeding. 2nd edition. John Wiley & Sons, Inc. Canada (US).

Abdullah, G.M., A.S. Khan, Z. Ali 2002. Heterosis study of certain important traits

in wheat. Int J Agri Biol. 4(3):326-327. Acquaah, G. 2007. Principles of Plant Genetics and Breeding. Blackwell

Publishing. Malden (US). Akhter, Z., A.K.M. Shamsuddin, M.M. Rohman, M.S. Uddin, M.M. Uddin, A.K.M.M.

Alam. 2003. Studies on heterosis for yield and yield components in wheat. J Biol Sci. 3(10): 892-897.

Balitserel (Balai Penelitian Serealia). 2014. Usulan pelepas varietas. Kementrian

Pertanian RI. Baloch, M., A.W. Baloch, N.A. Siyal, S.N. Baloch, A.A. Soomro, S.K. Baloch, N.

Gandahi. 2016. Heterosis analysis in F1 Hybrids of bread wheat. SindhUniv

Res Jour. (Sci Ser.). 48(2):261-264. Briggle, L.W. 1963. Heterosis in Wheat: a review. Crop Sci. (3):407-412. Boland, O.W., J.J. Walcott. 1985. Level of heterosis for yield and quality in a F1

hybrid wheat. Aust. J Agric. Res. (36):445-452. Hussain, F., M. Ashraf, S.S. Mehdi, M.T. Ahmad. 2004. Estimation of heterosis for

grain yield and its related traits in wheat (Triticum aestivum L.) under leaf rust conditions. J Biological Sciences. 4(5):637-644.

Chowdhry, M.A., N. Parveen, I. Khaliq, M. Kashif. 2005. Estimation of heterosis

for yield and yield components in bread wheat. J Agricultura & Social Sciences. 1(4):304-308.

Listiyarini, T. 2016. Naik ke peringkat dua dunia, impor gandum RI mencapai 8.1 juta ton. Artikel Ekonomi [Internet]. [diunduh 2016 Maret 10]. Tersedia pada: www. Beritasatu.com.

Kalhoro, F.A., A.A. Rajpar, S.A. Kalhoro, A. Mahar, A. Ali, S.A. Otho, R.N. Soomro, F. Ali, Z.A. Baloch. 2015. Heterosis and combining ability on F1 population of hexaploid wheat (Triticum aestivum L.). American Journal of

Plant Sciences. 6:1011-1026. Kallo, G., M. Rai, M. Singh, Kumar 2. 2006. Heterosis in Crop Plants. Researchco

Book Centre. New Delhi (IN).

Page 8: PENDUGAAN HETEROSIS PADA HASIL DAN KOMPONEN …peripi.org/wp-content/uploads/2019/02/makalah-19-halaman-157-176-OK.pdfPeningkatan produksi tanaman biasanya ditembuh salah satunya dengan

176 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Bogor, 3 Oktober 2017

Pendugaan Heterosis pada Hasil dan Komponen Hasil Gandum Roti (Triticum aestivum L.) Halaman 169-176

Krishna, R., Z. Ahmad. 1992. Heterosis for yield components and developmental

traits in spring wheat. Genetika Beograd. 24:127-132. Mayo, O. 1980. The Theory of Plant Breeding. Oxfod University Press. New York

(USA).

Peter, F.C., K.J. Frey. 1966. Genotypic correlation, dominance, and heritabilityof quantitative characters in oats. Crop. Sci. 6:259-262.