PENDIDIKAN AGAMA PADA MAJELIS TA’LIM IKRAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK REMAJA Skripsi Diajukan kepada Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana PAI (S.Pd.I) Disusun oleh: MARIAH 106011000117 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
81
Embed
PENDIDIKAN AGAMA PADA MAJELIS TA’LIM IKRAMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2454/1/98154-MARIAH-FITK.pdfberkontribusi membantu membentuk akhlak mulia para
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDIDIKAN AGAMA PADA MAJELIS TA’LIM IKRAMI
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBENTUKAN
AKHLAK REMAJA Skripsi
Diajukan kepada Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar sarjana PAI (S.Pd.I)
Disusun oleh:
MARIAH
106011000117
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
i
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Mariah
NIM : 106011000117
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini Saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
berdasarkan undang-undang yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jakarta, 9 November 2010
Penulis
Mariah
vi
ABSTRAK
Mariah 106011000117 Pendidikan Agama pada Majelis Ta’lim IKRAMI dan Pengaruhnya terhadap Pembentukan Akhlak Remaja. Akhlak merupakan hal utama yang menjadi tujuan pendidikan islam. Isu-isu tentang kemerosotan akhlak selalu menarik menjadi perbincangan baik di kalangan para ahli maupun masyarakat umum. Semakin canggihnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin mudahnya untuk mengaksesnya menyebabkan semakin mudahnya segala hal yang kita butuhkan di dunia ini. Akan tetapi selain dampak positif tersebut, dewasa ini dampak negatif dari kemajuan teknologi pun mulai merusak kehidupan masyarakat. Dampak negatif ini sangat jelas terlihat pada kehidupan remaja dan perlu adanya solusi untuk mencegah agar generasi penerus bangsa tidak tercemari dengan hal-hal negatif dari perkembangan zaman ini.
Salah satu solusi tesebut adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan agama baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pada masyarakat atau lingkungan banyak sekali hal yang bisa membantu agar para remaja mampu membentengi diri mereka dari hal-hal negatif salah satunya adalah dengan adanya Majelis Ta’lim Remaja. Majelis Ta’lim ini dikelola dan dikembangkan oleh remaja yang manfaatnya dirisakan oleh remaja itu sendiri.
Salah satunya adalah Majelis Ta’lim Remaja yang berada di wilayah kedaung-Pamulang tepatnya di Jl. Aria Putra RT 07/ RW 10. Majelis Ta’lim ini telah berdiri sejak tahun 1994 yang telah banyak memberikan kontribusi pada para jama’ahnya melalui pendidikan agama yang diselenggarakannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pendidikan agama yang diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja Al Ikhwaniyah atau IKRAMI berkontribusi membantu membentuk akhlak mulia para remaja di wilayah sekitar Masjid Al-Ikhwaniyah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang dan sampel diambil dari jumlah populasi yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan rumus prosentase dan untuk melihat tingkat pengaruhnya digunakan rumus product moment dari carl pearson.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis maka tingkat pengaruh pendidikan agama terhadap pembentukan akhlak remaja berada pada level sedang dengan indeks korelasi 0,44 yang menunjukan ada pengruh positif yang signifikan antara pendidikan agama pada Majelis Ta’lim IKRAMI dengan pembentukan akhlak remaja yang menjadi anggota jama’ahnya. Dan untuk nilai koefisien determinasinya yakni 19,36% yang berarti sebanyak 19,36% pembentukan akhlak remaja dipengaruhi oleh pendidikan agama yang diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
iii
KATA PENGANTAR Bismillahirohmanirahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad saw, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada seluruh muslimin
dan muslimat.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, senantiasa penulis panjatkan kepada-Nya. Karena
atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian skripsi ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak
mungkin dapat hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan penyusunan
laporan Penelitian skripsi ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan
do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penilitian
skripsi ini dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bpk. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bpk. Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk. Drs. Sapiuddin Shidiq. MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Eri Rossatria, M.Ag, Dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih Ibu
atas segala nasehat-nasehat yang engkau berikan. Biarlah Allah swt. yang akan
membalas segala jasamu
5. Ibu Dr. Hj. Siti Salmiah, MA, Dosen pembimbing Skripsi. Berkat jasa Beliau,
penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian skripsi ini dengan
baik, yang senantiasa mencurahkan dan memberikan waktu dan tenaganya
dalam rangka membimbing penulis menjadi pendidik yang professional.
iv
6. Ayah Bundaku tercinta, Bapak Endom dan Ibu Enur yang senantiasa
memberikan kasih sayang serta dukungan moril dan materil. Juga tak henti-
hentinya memanjatkan do’a kepada Allah swt untuk penulis, agar senantiasa
mendapatkan ridho-Nya di setiap langkah perjuangan ini dalam menempuh
perjalanan yang berliku untuk menggapai kesuksesan.
7. Seluruh Keluarga Besar Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI Kedaung-Pamulang,
khususnya Teh Euis, terimakasih atas segala bantuan dan do’anya. Mudah-
Mudahan Allah swt. membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada
Penulis.
8. Kakak-kakak dan adik penulis, A_ndin-Teh Nur, A_Budi-Tante Hera, A_Iwan-
Teh Indah, Om Mama. Keponakan tercinta yang selalu mengganggu saat
penulis menyelesaikan skripsi ini Deni, Rafli, Ramli, Raihan dan Fahri
Terimakasih atas segala dukungan dan kritiknya selama ini. Deni, Rafli, Ramli,
Raihan dan Fahri, mudah-mudahan kalian menjadi anak-anak yang cerdas yang
selalu bersyukur dalam hidup kalian.
9. Mas Oby, Terimakasih atas pinjaman komputer dan printernya, serta
motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini. Mudah-mudahkan Allah swt
memudahkan apa yang kita harapkan dan selalu bersyukur akan apa yang kita
punya saat ini.
10. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan PAI angkatan 2006 khususnya kelas C
dan kakak-kakak kelas yang pernah merasa meminjamkan buku kepada penulis.
Terimakasih semua.
11. Idha afandi, El-bhe, Uni, Idhaso, Ikenk, Lily, kebersamaan kita mungkin akan
terhenti tapi tidak untuk cinta dan kasih sayang yang selalu kalian berikan.
Mudah-mudahan kebersamaan kita selama ini membuat penulis selalu
bersyukur akan segala takdir yang Allah swt. berikan.
12. Kawan-kawan DE-TE, khususnya Mba Lil, Alung dan semua pihak yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung
turut memberikan do’a dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini.
v
Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah
mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik
dari-Nya. Amin.
Akhirul kalam, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kekurangan yang terdapat dalam laporan penelitian skripsi ini, dan dengan kerendahan
hati penulis menerima kritik dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga
laporan penelitian skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
Jakarta, 11 November 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN……………………….……………….………. i
LEMBAR PENGESAHAN ………………………….……………..……... ii
KATA PENGANTAR …………….………………………………..……....iii
ABSTRAK ...…………………………………………………….…..……....vi
DAFTAR ISI …………………………………………………..….……….. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ …. 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. …. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ .... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORITIS
1. Pendidikan Agama ................................................................ 8
a. Pengertian Pendidikan Agama ........................................ 8
b. Tujuan Pendidikan Agama .............................................. 10
c. Fungsi Pendidikan Agama .............................................. 11
2. Majelis Ta’lim Remaja .......................................................... 12
a. Pengertian Majelis Ta’lim Remaja .................................. 12
b. Tujuan Majelis Ta’lim Remaja ........................................ 14
c. Fungsi Majelis Ta’lim Remaja ......................................... 15
3. Pembentukan Akhlak ………………………………………. 16
a. Pengertian Akhlak ……………………………………… 16
b. Macam-macam Akhlak ………………………………… 17
viii
d. Proses Pembentukan Akhlak …………………………… 18
4. Remaja …………………………………………………....... 22
a. Pengertian Remaja ........................................................... 22
b. Pembagian Masa Remaja .................................................. 23
B. Kerangka Berpikir………………………………………….…... 24
C. Hipotesis………………………………………………….…….. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian ……………………………………….…… 26
B. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………….…... 26
C. Populasi dan Sampel …………………………………............... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 27
E. Teknik Analisis dan Pengolahan Data …………………………. 28
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL
ANALISIS
A. Gambaran Umum Lokasi penelitian ...........................................32
1. Sejarah singkat ......................................................................32
2. Keadaan tenaga pengajar dan jama’ah IKRAMI ................ 33
B. Deskripsi Data ............................................................................. 33
C. Analisa dan Interpretasi Data ……………………………….…. 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... .... 58
B. Saran .................................................................................. .... 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... .... 60
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Tabel. 1: Indeks korelasi product moment
Tabel. 2: Kisi-kisi Instrument Penelitian
Tabel. 3: Mengikuti pengajian di Majelis ta’lim IKRAMI
Tabel. 4: Senang mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim IKRAMI
Tabel. 5: Majelis Ta’lim IKRAMI memberikan banyak pengetahuan tentang
agama
Tabel. 6: Ustad/ Ustadzah memberikan pengetahuan tentang ibadah sehari-hari
seperti shalat wajib, shalat sunat, puasa dan sebagainya.
Tabel. 7: Pengetahuan agama yang disampaikan ustad/ ustadzah beragam
(variatif)
Tabel. 8: Bosan mendengar pengetahuan agama yang disampaikan Ustad/
Tabel. 18: Majelis Ta’lim IKRAMI mengenalkan untuk mencintai lingkungan
dengan berbagai kegiatan seperti tadabur alam dan sebagainya
x
Tabel. 19: Saya mendapatkan pelajaran untuk selalu berakhlak mulia dimanapun
saya berada
Tabel. 20: Pendidikan agama yang disampaikan di Majelis Ta’lim IKRAMI
melengkapi pengetahuan agama yang saya dapatkan dari sekolah
Tabel. 21: Mengikuti pengajian pada Majelis ta’lim IKRAMI membuat
pengetahuan tentang ibadah saya bertambah
Tabel. 22: Ustad/ ustadzah memberi nasehat saat saya dalam kesulitan atau saat
saya berbuat salah
Tabel. 23: Saya sediakan waktu untuk melaksanakan shalat sunat
Tabel. 24: Kesibukan membuat saya meninggalkan shalat wajib
Tabel. 25: Terasa berat bagi saya untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan
Tabel. 26: Saya selalu melaksanakan puasa sunat di luar bulan Ramadahan
Tabel. 27: Saya menyesal akan kesalahan-kesalahan yang telah saya lakukan
Tabel. 28: Saya tidak rela menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan
Tabel. 29: Dalam pergaulan, saya memilih-milih teman
Tabel. 30: Hanya pada orang tertentu saja saya berbicara halus dan sopan
Tabel. 31: Tanpa di minta saya memaafkan kesalahan orang lain
Tabel. 32: Saya amat sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain
Tabel. 33: Saya tunjukan perhatian pada yang lebih muda dengan rasa sayang
Tabel. 34: Saya berbaik sangka pada siapa saja dalam pergaulan
Tabel. 35: Saya hormati orang tua dengan penuh kesantunan
Tabel. 36: Saya tidak mau berinteraksi dengan orang dari agama lain
Tabel. 37: Hati saya gelisah saat saya berkata bohong
Tabel. 38: Saya menggunakan air dan listrik seperlunya
Tabel. 39: Saya berani untuk berkata jujur meskipun hal itu membuat saya celaka
Tabel. 40: Saya membiarkan hewan yang sedang menderita di jalan
Tabel. 41: Saya mencoret-coret tembok, pohon dan apapun untuk membuat hati
senang
Tabel. 42: Saya berakhlakul karimah (berakhlak mulia) dimanapun saya berada
Tabel. 43: Hasil antara Variabel X dan Y
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya seluruh aspek kehidupan manusia telah diatur oleh syari’at
islam. Baik itu hubungan dan perilaku kita kepada sang pencipta, sesama
manusia, maupun sesama mahluk Allah swt lainnya. Akan tetapi dewasa ini
seiring berkembangnya kemajuan ilmu dan teknologi, banyak diantara kita
yang tidak mampu lagi mengindahkan tatanan syari’at agama dan lebih
mementingkan kehidupan dunia. Sehingga tidak dapat kita pungkiri bahwa
salah satu penyebab kemunduran dan kehancuran umat islam adalah ketika
sebagian perilaku umat islam tidak sesuai dengan ajaran dan norma agama.
Sebagaimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada
kemajuan teknologi sampai kini, adalah sifat fasilitatif (memudahkan)
kehidupan manusia yang hidup sehari-hari sibuk dengan berbagai macam
problema yang semakin mengemelut. Teknologi menawarkan berbagai macam
kemudahan dan kesenangan yang semakin beraneka ragam yang membuat kita
semakin mudah menjalankan kehidupan karena segala hal yang kita butuhkan
dapat terpenuhi dengan kecanggihannya.
Akan tetapi selain dampak positif, dampak-dampak negatif dari teknologi
modern telah mulai terasa di depan mata kita, yang pada prinsipnya
berkekuatan melemahkan daya mental spiritual/jiwa yang sedang tumbuh
2
berkembang dalam berbagai bentuk penampilan dan gaya-gayanya. Tidak
hanya nafsu mutmainah yang dapat diperlemah oleh rangsangan negatif dari
teknologi elektronis dan informatika, melainkan juga fungsi-fungsi kejiwaan
lainnya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi)
diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologis-elektronis dan
informatika seperti komputer, foto-copy jarak jauh, video cassett recorder dan
komoditi celluloid (film, video-disc) dan sebagainya.1
Kurang selektifnya masyarakat muslim dalam menerima dampak
informasi terhadap kemajuan IPTEK tersebut mengakibatkan banyak perilaku
masyarakat muslim modern yang bertentangan dengan tatanan syariat islam
yang pada gilirannya membawa kerusakan moral/krisis akhlak karena
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak diiringi dengan
meningkatnya pengetahuan mereka akan agama.
Krisis akhlak yang semula hanya menerpa sebagian kecil elite politik
(penguasa), kini telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan
pelajar. Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan seringkali diarahkan kepada
dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Dunia pendidikan benar-benar
tercoreng wajahnya dan tampak tidak beradaya untuk mengatasi krisis
tersebut. Hal ini bisa dimengerti, karena pendidikan berada digaris terdepan
dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas, dan secara moral
memang harus berbuat demikian. Itulah sebabnya belakangan ini banyak
sekali seminar yang digelar kalangan pendidikan yang bertekad mencari solusi
untuk mengatasi krisis akhlak. Para pemikir pendidikan menyerukan agar
kecerdasan akal diikuti dengan kecerdasan moral, pendidikan agama dan
pendidikan moral harus siap menghadapi tantangan global, pendidikan harus
berkontribusi yang nyata dalam mewujudkan masyarakat yang semakin
berbudaya dan sebagainya.2
Selain berpengaruh terhadap masyarakat pada umumnya, kemajuan ilmu
Pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh yang besar bagi perilaku 1Muzayin Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat (suatu pendekatan filosofis, pedagogis, psikososial dan kultural). (Jakarta: Golden Terayon Press, tanpa tahun), h. 13 2Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h 219
3
remaja baik perilaku mereka terhadap orang tua, guru-guru maupun orang-
orang disekitarnya. Banyak diantara mereka yang tidak lagi mematuhi aturan-
aturan yang diberikan orang tua, guru-guru serta aturan-aturan yang ada di
lingkungan masyarakat. Sehingga banyak muncul kasus-kasus kenakalan
remaja seperti tawuran, pergaulan bebas, penggunaan obat-obat terlarang dan
hal-hal lain yang tidak baik yang seharusnya tidak dilakukan.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa
dewasa yang penuh tanggung jawab yang diperkiraan usia 13-21 tahun. Pada
masa ini seseorang masih belum dikatakan dewasa karena meski pada lahirnya
remaja terlihat seperti orang dewasa pada umumnya akan tetapi, baik sifat
maupun sikapnya masih mencerminkan kekanak-kanakan. Sehingga
pengaruh-pengaruh negatif dari luar khususnya kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi amat cepat terserap dan jika remaja tersebut tidak dibina
sebagaimana mestinya, maka dengan sangat mudah membentuk watak dan
perilaku negatif bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya,
remaja ingin disebut sebagai orang dewasa yang mampu mengatur diri mereka
sendiri. Akan tetapi disisi lain mereka belum mampu menghidupi dirinya
secara mandiri karena masih bergantung pada orang tuanya.
Salah satu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang paling sering
digunakan oleh remaja adalah akses internet yang saat ini semakin mudah dan
murah. Jika kemajuan teknologi internet tersebut digunakan untuk menambah
pengetahuan maka hal tersebut tentunya sangat baik akan tetapi jika si
penggunanya memanfaatkan teknologi internet hanya untuk hal-hal yang tidak
baik, seperti mencuri, menonton ataupun membaca hal-hal yang tidak
semestinya maka dengan sangat mudah akan merusak akhlak mereka. Pada
sisi lain, pendidikan agama yang diberikan sekolah belum memadai dan
memenuhi kebutuhan rohani (ketenangan jiwa) para remaja sehingga perlu
adanya dukungan orang tua dan partisipasi aktif masyarakat untuk
memberikan pendidikan agama.
Pada dasarnya keluarga merupakan wadah awal pendidikan agama
berlangsung. Pendidikan agama yang diberikan orang tua amat berpengaruh
4
pada perilaku remaja Pendidikan agama memiliki peran yang penting dalam
pembentukan akhlak remaja. Sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta
dewasa ini memberikan pendidikan agama sesuai keyakinan yang dianut
peserta didiknya masing-masing. Akan tetapi, pendidikan agama yang
diberikan sekolah belum memadai dan memenuhi kebutuhan rohani para
remaja saat ini mengingat pendidikan agama yang diberikan pada sekolah
umum berkisar 1-2 jam pelajaran saja. Sehingga perlu adanya partisipasi
masyarakat untuk memberikan pendidikan agama khususnya bagi remaja.
Salah satunya adalah dengan jalan membentuk atau mendirikan Majelis
Ta’lim khusus bagi remaja atau lembaga pendidikan non formal lain yang
mampu membina akhlak remaja. Adanya lembaga pendidikan non formal
seperti Majelis Ta’lim Remaja diharapkan dapat membantu untuk memenuhi
kebutuhan rohani remaja. Perkembangan Majelis-Majelis Ta’lim berawal dari
swakarsa dan swapercaya masyarakat berkat motivasi agamanya kemudian
mengembang terus seiring dengan tuntunan pembangunan.
Majelis Ta’lim merupakan salah satu lembaga pendidikan islam yang
bersifat non formal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan
mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan
jama’ahnya serta memberantas kebodohan umat islam agar dapat memperoleh
kehidupan yang bahagia dan sejahtera dan di ridhai Allah SWT.3
Sesuai dengan makna yang terkandung dalam Majelis Ta’lim yang berarti
wadah atau tempat menuntut ilmu, Majelis Ta’lim biasanya memiliki visi,
misi dan diselenggarakan dalam upaya menambah pengetahuan pendidikan
agama pada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan agama yang
diselenggarakan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan rohani para remaja
dengan memperhatikan perkembangan kedewasaannya. Bukan hanya
berbentuk ceramah yang pada akhirnya sering dikatakan masuk telinga kanan
lalu keluar dari telinga kiri. Hal tersebut tentu saja kurang efektif karena hanya
menyentuh ranah kognitif remaja saja sedang ranah afektif kurang mendapat
3Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. I hal. 201.
5
perhatian. Pendidikan agama yang diberikan harus dapat membimbing para
remaja agar mereka dapat hidup dengan akhlak yang baik serta memiliki rasa
kepedulian sosial yang tinggi. Hal tersebutlah yang merupakan tujuan pertama
Majelis Ta’lim karena ”Pembinaan akhlak mulia bukanlah hal yang ringan di
tengah-tengah perkembangan masyarakat yang semakin dinamis ini.
Perubahan sosial dan cepatnya arus informasi produk ilmu pengetahuan dan
teknologi dan berkembangnya masyarakat industri modern tidak selalu sesuai
dengan nilai-nilai Qur’ani.”4
Salah satunya Majelis Ta’lim tersebut adalah Majelis Ta’lim Remaja
Masjid Jami’ Al Ikhwaniyah, yang telah lama terbentuk sejak lama dan
memberikan banyak pengetahuan terhadap para jama’ahnya yang bertujuan
untuk membina akhlakul karimah remaja daerah sekitar. Upaya untuk
membina akhlak remaja terus dilakukan Majelis Ta’lim ini akan tetapi
semakin kuatnya pengaruh negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mengakibatkan mulai semakin lemahnya pengaruh yang diberikan
Majelis Ta’lim ini terhadap akhlak remaja.
Dari latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ”PENDIDIKAN AGAMA PADA MAJELIS
TA’LIM IKRAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PEMBENTUKAN AKHLAK REMAJA
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang pemikiran diatas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Akibat kemajuan ilmu Pengetahuan dan teknologi menyebabkan sebagian
remaja di daerah sekitar Masjid Jami Al Ikhwaniyah Kedaung-Pamulang
mulai melalaikan ajaran dan syariat agama.
2. Kurang selektifnya remaja di daerah sekitar Masjid Jami Al Ikhwaniyah
Kedaung-Pamulang dalam menerima berbagai informasi dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi 4Said Agil Husin. Aktualisasi nilai-nilai Qur’ani. Jakarta: Ciputat Press, 2005. h. 37
6
3. Kurangnya jam dan optimalisasi pelajaran pendidikan agama di sekolah
4. Kurangnya efektifnya peran Majelis Ta’lim Masjid Jami Al Ikhwaniyah
sebagai alternatif wadah pengajaran agama.
5. Kurangnya pembinaan akhlak remaja sehingga mudahnya membentuk
watak dan perilaku negatif remaja di daerah sekitar Masjid Jami Al
Ikhwaniyah Kedaung-Pamulang.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi permasalahan sebagaimana disebutkan diatas,
agar tidak terjadi kesimpangsiuran maka penulis membatasi permasalahan
yang ada hanya pada “ Kurangnya efektifnya peran Majelis Ta’lim Masjid
Jami Al Ikhwaniyah sebagai alternatif wadah pengajaran agama.” dan
”Kurangnya pembinaan akhlak remaja sehingga mudahnya membentuk watak
dan perilaku negatif remaja di daerah Kedaung-Pamulang.”
Pembentukan akhlak remaja yang maksud adalah cara yang dilakukan
oleh Majelis Ta’lim untuk membentuk akhlakul karimah (akhlak mulia) pada
remaja baik akhlak kepada Allah, sesama manusia, maupun terhadap
lingkungan. Pendidikan agama yang dimaksud adalah pendidikan agama
islam atau pendidikan islam.
Dari pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
”Sejauhmana pengaruh pendidikan agama pada Majelis Ta’lim Remaja
IKRAMI dalam membentuk akhlak mulia Remaja?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian:
a. Untuk menjelaskan sejauh mana pendidikan agama yang
diselenggarakan Majelis ta’lim remaja IKRAMI dapat berkontribusi
pada pembentukan akhlak mulia remaja.
7
b. Untuk melihat tingkat pengaruh pelaksanaan pendidikan agama yang
diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI dapat berkontribusi
pada pembentukan akhlak mulia remaja.
2. Manfaat penelitian:
a. Bagi remaja hasil penelitian ini diharapkan memberikan semangat
yang lebih besar untuk terus mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan Majelis Ta’lim IKRAMI.
b. Bagi Majelis Ta’lim IKRAMI hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi yang nyata mengenai perannya terhadap
pembinaan akhlak remaja.
c. Bagi masyarakat hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi mengenai perkembangan Majelis Ta’lim IKRAMI dan dapat
turut berkontribusi dalam membina akhlak remaja.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Pendidikan Agama
a. Pengertian Pendidikan Agama
Pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah “bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.”1
Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi “semua
perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
(melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta
keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk
menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik
jasmani maupun rohani.”2
Disamping itu pendidikan sering juga diartikan sebagai suatu usaha
manusia untuk membimbing anak yang belum dewasa ketingkat
kedewasaaan, dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab
1Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Al Ma’arif,
1980), Cet. 4 h. 1 2Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 92
9
atas segala perbuatannya dan dapat berdiri diatas kaki sendiri
(mandiri).
Adapun pengertian pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003 yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
2009), h. 3 4Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
1999), h. 1 5Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan islam, (Bandung.: PT. Al
Ma’arif, 1980), h. 23 6Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 11
10
Pendidikan islam juga dapat dikatakan sebagai usaha sadar untuk
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala
potensi yang dianugerahkan oleh Allah swt. kepadanya agar mampu
mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di
bumi dalam pengabdiannya pada Allah Swt. Pendidikan islam
merupakan upaya untuk menanamkan pengetahuan agama sebagai
pedoman di dalam hidup yang terutama harus diawali dari lingkungan
keluarga karena merupakan tempat utama pendidikan diberikan.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan islam merupakan
usaha sadar orang dewasa untuk memberikan pengetahuan dan nilai-
nilai islam kepada anak didik agar mereka memiliki kepribadian
muslim sesuai dengan syari’at islam.
b. Tujuan Pendidikan Agama
Tujuan pendidikan islam dalam buku Solusi Islam Atas
Problematika Umat karya Adi Sasono adalah ”menyadarkan manusia
agar dapat mewujudkan penghambaan diri kepada Allah sang pencipta
baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.”7
Hal ini menunjukan bahwasanya konsep pendidikan islam tidak
terlepas dari konsep ke-Tuhanan karena segala sesuatunya didasarkan
pada sang pencipta. Pendidikan islam diharapkan mampu membentuk
kepribadian seseorang menjadi seorang hamba Allah yang mampu
menjalankan segala perintah Allah swt dan menjauhi segala
larangannya.
Sedangkan dalam buku Teologi Pendidikan karya Jalaluddin,
menegaskan bahwasanya tujuan pendidikan islam dirumuskan dari
nilai-nilai filosofis yang multi dimensi. “Salah satu dimensi tersebut
adalah dimensi moral dimana pendidikan islam dilaksanakan sebagai
upaya untuk membentuk pribadi manusia yang bermoral. Melalui
7Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan dan
Dakwah), (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 87.
11
pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran moral, nilai-nilai
asasi kemanusiaan yang dimilikinya, sehingga membentuk makhluk
yang bermoral”.8
Konsep moral atau akhlak dalam teologi pendidikan karya jalaludin
merupakan hal utama yang menjadi tujuan pendidikan islam. Hal ini
menunjukan bahwa tujuan pendidikan islam adalah membentuk
manusia yang berakhlak mulia.
Dalam Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) karya Prof.
H.M. Arifin, M.Ed diterangkan bahwasanya tujuan utama pendidikan
islam adalah “membina dan mendasari anak didik dengan nilai-nilai
agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama islam, sehingga ia
mampu mengamalkan syariat agama islam secara benar sesuai
pengetahuan agama”.9
Tidak jauh berbeda dengan yang dinyatakan oleh Dra. Nuryanis
dalam dalam buku Panduan Pendidikan Agama Islam pada
Masyarakat, tujuan pendidikan agama antara lain mengusahakan agar
masyarakat berkembang ke arah yang lebih baik sesuai dengan ajaran
agama yang diawali dengan akhlak yang baik dan perbutan yang
baik.10
Dapat dikatakan bahwasanya tujuan pendidikan islam adalah untuk
menjadikan manusia senatiasa bertaqwa pada Allah swt serta memiliki
akhlak yang mulia, memiliki wawasan yang tinggi mengenai
pengetahuan agama serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi
terhadap sesama maupun lingkungan sekitarnya.
8Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002). h. 93 9H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), h. 5. 10Nuryanis, Pedoman Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat, (Jakarta: Diditjen
Kelembagaan Agam islam, 2003), h.14
12
c. Fungsi Pendidikan Agama
Mengenai fungsi pendidikan islam itu sendiri yakni: “(1.)
Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. serta
akhlak mulia, (2.) Kegiatan pendidikan dan pengajaran, (3.)
Mencerdaskan kehidupan bangsa. (4.) Fungsi semangat studi
keilmuan dan IPTEK.”11
Menurut Djamaludin dan Abdullah Aly mengatakan bahwa
pendidikan agama Islam memiliki empat macam fungsi, berikut ini:
1. Menyiapkan generasi muda untuk memegang pernan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.
2. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua ke generasi muda.
3. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
4. Mendidik anak agar beramal shaleh di dunia ini untuk memperoleh hasilnya di akhirat kelak.12
2. Majelis Ta’lim Remaja
a. Pengertian Majelis Ta’lim Remaja
Majelis Ta’lim terdiri dari dua kata yakni kata Majelis dan Taklim.
Kata Majelis dalam kamus Al Munawir karya Ahmad Warson
Munawwir yakni berasal dari kata: مجلس -یجلس -جلس yang berarti
tempat duduk, tempat sidang, dan dewan. Sedangkan mengenai kata
Ta’lim dalam sumber yang sama dijelaskan bahwa kata Ta’lim berasal
dari kata: تعلیما -یعلم - علم yang berarti pengajaran. Pengajaran yang
dimaksud adalah pengajaran agama.13
11Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,
(Jakarta: Raja Grafindo persada, 2005), h. 43-44. 12Djamaluddin Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian majelis
adalah pertemuan atau perkumpulan orang yang banyak atau bangunan
tempat orang berkumpul.
Jadi secara bahasa Majelis Ta’lim dapat diartikan sebagai tempat
untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama islam. Selain
itu pengertian Majelis Ta’lim dirumuskan pula pada Musyawarah
Majelis Ta’lim se-DKI Jakarta yang berlangsung 9-10 juli 1980 yakni,
Pengertian Majelis Ta’lim yaitu lembaga pedidikan non-formal islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara teratur dan berkala, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan lingkungannya dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa pada Allah swt.14
Majelis Ta’lim merupakan salah satu lembaga pendidikan islam
non formal yang dalam pengajarannya diajarkan pengetahuan
mengenai islam baik itu masalah aqidah, fiqh ataupun sejarah,
menanamkan akhlak luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan keterampilan jama’ahnya serta memberantas
kebodohan umat islam agar dapat memperoleh kehidupan yang
bahagia dan sejahtera dan di ridhai oleh Allah swt.
”Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang bersifat sebagai pengganti,
penambah, dan/pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.”15
Bila dilihat dari struktur oraganisasinya, Majelis ta’lim adalah
termasuk oraganisasi pendidikan luar sekolah (non formal) yang
bercirikan khusus kegamaan islam. Hal ini berdasarkan undang-
undang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2009
pasal 26 yakni ”satuan pendidikan non-formal terdiri atas lembaga
14Suwito (ed), Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara (Studi Perkembangan
Sejarah dari Abad 13 hingga Abad 20 M), (Bandung: Angkasa. 2005), h.141 15Undang-undang SISDIKNAS…, h. 17
14
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, Majelis Ta’lim serta satuan pendidikan sejenis.”16
Dan bila dilihat dari segi tujuan, Majelis Ta’lim adalah termasuk lembaga atau sarana dakwah islam yang secara self-standing dan self disciplined (berdiri sendiri) dapat mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Yang keberadaannya sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Rasulullah sendiri menyelenggarakan sistem ta’lim secara periodik dirumah sahabat Arqam di Mekah dimana pesertanya tidak dibatasi oleh usia, lapisan sosial maupun rasial. Dikalangan anak-anak pada zaman Nabi juga dikembangkan kelompok pengajian khusus yang disebut Al Kuttab yang mengajarkan baca Al Qur’an, yang pada masa-masa selanjutnya menjadi semacam pendidikan formal untuk anak-anak, karena disamping baca Al Qur’an juga diajarkan ilmu agama seperti fiqh, ilmu tauhid, dan sebagainya.17
Dengan demikian menurut pengalaman historis islami itu sistem
Majelis Ta’lim telah berlangsung sejak awal penyebaran islam di
Benua Arabia, kemudian menyebar keseluruh penjuru dunia Islam di
Asia, Afrika dan indonesia pada khususnya sampai saat ini dan Majelis
Ta’lim merupakan cikal bakal wadah pendidikan islam yang terus
berkembang menjadi lembaga-lembaga pendidikan formal saat ini.
Majelis Ta’lim sebagai lembaga pendidikan nonformal harus terus
mengupayakan untuk menambah maupun melengkapi pendidikan
agama yang ada lembaga formal yang telah ada sehingga keduanya
besinergi membentuk kekuatan untuk mendidik generasi muda.
Sedangkan Majelis Ta’lim Remaja (MTR) adalah Majelis Ta’lim
yang jama’ahnya adalah para remaja dan biasanya di pimpin oleh
seorang ustad yang berasal dari lingkungan sekitar para remaja
tersebut dan seluruh pengelolaannya dilakukan oleh para remaja.
b. Tujuan Majelis Ta’lim Remaja
Pada dasarnya tujuan Majelis Ta’lim baik itu Majelis Ta’lim kaum
ibu, kaum bapak,dan remaja tidak ada perbedaannya.
16Undang-undang SISDIKNAS…, h.18 17H. M. Arifin, Kapita Selekta ..., h.118-119
15
Dalam Ensiklopedia Islam dijelaskan bahwasanya tujuan Majelis
Ta’lim yakni: ”(1.) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
beragama dikalangan masyarakat, (2.) Meningkatkan amal ibadah
mayarakat (3.) Mempererat silaturahmi jama’ah, (4.) Membina kader
dikalangan umat islam.”18
Sedangkan berdasarkan musyawarah Majelis Ta’lim se-DKI tujuan
Majelis Ta’lim adalah membina dan membangun hubungan yang baik
antara manusia dengan Allah swt. manusia dengan sesamanya dan
lingkungannya dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa
pada Allah swt.
c. Fungsi dan Peran Majelis Ta’lim Remaja
Mengenai fungsi dan peran Majelis Ta’lim, tidak lepas dari
kedudukanya sebagai alat dan sekaligus media pembinaan kesadaran
beragama. Sifat yang tidak terlalu ketat dan mengikat menjadikan
Majelis Ta’lim sebagai wadah dakwah islam yang cukup efektif dan
efisien dalam penyebaran ajaran islam. Sehingga dapat dikatakan
keberadaan Majelis Ta’lim amat penting.
Sebagai lembaga pendidikan nonformal, Majelis Ta’lim berfungsi
dan berperan sebagai berikut:
1. Membina dan mengembangkan ajaran dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa pada Allah swt.
2. Sebagai taman rekreasi rohaniah karena penyelenggaraannya bersifat santai
3. Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi masal yang dapat menghidupsuburkan dakwah dan ukhuwah islamiyah
4. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dan umara dengan umat
5. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat bangsa pada umumnya.19
18Depag (ed), Ensiklopedia Islam. (Jakarta: Depag, 1987), Jilid 2, h. 357 19Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ( Lintasan Sejarah Pertumbuhan
dan perkembangan), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cet-1, h. 206
16
Upaya pembangunan melalui peran Majelis Ta’lim pun dapat
dikembangkan jika Majelis Ta’lim sebagai wadah pembinaan remaja
dapat berjalan dengan efektif dalam upaya membina akhlak remaja
karena remaja adalah generasi penerus bangsa yang bukan hanya
cerdas secara intelektual tetapi juga harus bermoral.
Upaya pembangunan haruslah didasari dengan pendidikan, agar
pembangunan berjalan dengan baik maka terlebih dahulu diupayakan
pembenahan dalam bidang pendidikan dan pada dasarnya lembaga
pendidikan non-formal seperti Majelis Ta’lim merupakan bagian dari
sistem pendidikan nasional oleh karena itu meskipun pada umumnya
pendidikan agama pada Majelis Ta’lim tidak terstruktur/terprogram
dengan baik layaknya pendidikan di sekolah atau madrasah akan tetapi
untuk mencapai hasil yang baik diperlukan perencanaan
penyelenggaraan pendidikan seperti, pendidik atau narasumber, peserta
didik atau jama’ah, metode serta materi yang diajarkan di Majelis
Ta’lim sehingga upaya untuk membentuk atau membina akhlak remaja
melalui pendidikan agama menjadi lebih baik.20
3. Pembentukan Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa, yakni bentuk
jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis antara lain
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Dalam
kepustakaan, akhlak diartikan juga “sikap yang melahirkan perbuatan
(perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk, seperti telah
disebut diatas.”21
“Menurut Imam Al Ghazali akhlak merupakan jamak dari Al
khuluq yang berarti ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang
20Teuku Amiruddin, Reorientasi Manajemen pendidikan islam, (Yogyakarta: UII
Press, 2000), h. 84 21Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press 2008), h.
346
17
konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh
perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan
pikiran dan timbangan.”22
عبارة عن ھیئة فى النفس راسخة ،عنھا تصدر األفعال بسھولة
بحیث ویسرمن غیر حاجة إلى فكر ورویة ، فإن كانت الھیئة
میت تلك الھیئة تصدر عنھا األفعال الجمیلة المحمودة عقال وشرعا س
خلقا حسنا وان كان الصادر عنھا األفعال القبیحة سمیتا الھیئة ا لتى
ھي المصدر خلقا سیئا
Akhlak adalah suatu sikap (hay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’ maka disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut di sebut akhlak yang buruk.23
Menurut sebagian ahli bahwa akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Akhlak merupakan pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia. Dan dapat berupa kata hati atau intuisi yang selalau cenderung kepada kebenaran. Pandangan seperti ini menunjukan bahwa akhlak akan tumbuh dengan sendirinya walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras yang sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat kedua ini umumnya datang dari ulama-ulama islam yang cenderung pada akhlak seperti ibnu maskawaih, ibnu Sina, imam Al Ghazali dan lain-lain termasuk kelompok yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha.24
Sedangkan Ibnu Maskawaih sebagai ahli dalam bidang akhlak
mengungkapkan bahwa akhlak ialah
22Zainudin, Seluk-Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),
h. 102 23Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulya, 2005), Cet. Ke-2, h. 29 24Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997) h. 154
18
فس داعیة لھا إلى أفعا لھا من غیر فكر ورویةحال للن
“akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan”.25
Sejalan dengan pendapat Ibnu Maskawaih dalam Ensiklopedia
Islam dikatakan bahwa akhlak adalah “suatu keadaan yang melekat
pada jiwa manusia yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa melalui pemikiran, pertimbangan atau penelitian”. 26
Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwasanya akhlak adalah
suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang melahirkan
perbuatan-perbuatan baik maupun buruk tanpa adanya pemikiran dan
pertimbangan terlebih dahulu sebelumnya.
b. Macam-macam Akhlak
Menurut Prof. Moh. Ardani dalam bukunya Akhlak Tasawuf secara
garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Akhlak yang terpuji (Akhlakul Karimah/Al Mahmudah), yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu (rendah hati), husnudzdzon (berprasangka baik), optimis, suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan lain-lain.
2. Akhlak tercela (Akhlakul Madzmumah), yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol Ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti takabur (sombong), su’udzudzon (berprasangka buruk) tamak, pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas dan lain-lain.27
25Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulya, 2005), Cet. Ke-2, h. 27 26Hasan Muarif Hambari, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1997), Cet. 4, h. 102 27Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, h. 49-59
19
Sementara itu, menurut Aminudin dalam bukunya Pendidikan Agama
untuk perguruan tinggi objek atau sasaran akhlak dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
1. Akhlak kepada Allah (khalik), antara lain beribadah kepada Allah yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan perintahNya, berzikir kepada Allah yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondsi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hai, berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah.
2. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua, yaitu akhlak kepada Rasulullah, mencintai Rasulullah dengan sepenuh hati dan mengikuti semua sunahnya. Akhlak kepada sesama manusia biasa seperti orang tua, diri sendiri, akhlak kepada keluarga, karib kerabat, serta akhlak terhadap tetangga dan lain-lain.
3. Akhlak terhadap lingkungan baik bernyawa mauput tak bernyawa. Seperti, sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam,dan lain-lain.
c. Proses Pembentukan Akhlak
Pada dasarnya para ahli bependapat bahwasanya pembentukan akhlak
merupakan tujuan dari pendidikan islam. Seperti yang dikemukakan oleh
Muhammad Athiyah al Abrasyi dalam karyanya Dasar-dasar pokok
pendidikan islam, mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa
dari pendidikan islam, dan islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan
budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan islam, mencapai suatu
akhlak yang sempurna merupakan tujuan sebenarnya dari pendidikan.28
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan pertama dalam islam. Hal ini
dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw. yang
utama yakni adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
إنما بعثت أل تمم مكارم األ خال ق ”Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran
budipekerti.”29
28M. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1970), h.1 29Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, h. 26
20
Keutamaan akhlakpun digambarkan oleh hadits Nabi saw sebagai berikut:
نین إیمانا أحسنھم خلقاأكمل المو م Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang
yang sempurna budi pekertinya. (HR Turmudzi).30
Dalam Al Qur’an pun banyak ayat yang memerintahkan kita untuk
mempunyai akhlak mulia diantaranya:
Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau Menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa.
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
”Perhatian islam terhadap pembinaan Akhlak terdapat dalam seluruh
ajaran islam. Ajaran islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan
erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terpuji.
Iman yang tidak disertai amal salih dinilai sebagai iman yang palsu,
bahkan dianggap sebagai kemunafikan”.31
30 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, h. 26 31Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 157
21
Dalam buku Akhlak Tasawuf karya Abudin Nata yang Beliau kutip dari
pemikiran Al Ghazali menyatakan bahwa pembinaan akhlak dalam islam
juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun islam. Hasil analisis Al-
Ghazali terhadap rukun islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan
akhlak. Rukun islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat
syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. ”Kalimat ini mengandung
pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk dan patuh pada
aturan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan Rasul-
Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.”32
Selanjutnya rukun islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima
waktu. Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari
perbuatan keji dan munkar.33
Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an yakni Surat Al Ankabut ayat 45,
yaitu:
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Selanjutnya dalam rukun islam yang ketiga, yaitu zakat juga
mengandung didikan akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya
dapat membersihkan diri dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan
membersihkan hartanya dari hak orang lain. ”Pelaksanaan zakat yang
32Abudin Nata, Akhlak…, h. 158 33Abudin Nata, Akhlak Tasawuf…, h. 159
22
berdimensi akhlak yang bersifat sosial ekonomis ini dipersubur lagi
dengan pelaksanaan shadaqah yang bentuknya tidak hanya berupa materi
tetapi juga non materi.”34
Begitu juga islam mengajarkan ibadah puasa sebagai rukun islam yang
keempat, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam
waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri
dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang.35
Selanjutnya rukun islam yang kelima adalah ibadah haji dalam ibadah
haji ini pun nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan
dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun islam
lainnya. ”Hal ini bisa difahami karena ibadah haji ibadah dalam islam
bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu
disamping harus menguasai ilmunya juga harus sehat fisiknya, ada
kemauan keras, bersabar dalam menjalankannnya dan harus mengeluarkan
biaya yang tidak sedikit. Serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan
dan lainnya.”36
Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah
pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu.
Untuk ini Al Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan yaitu dengan
cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.
Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari cara-cara diatas dalam hal
pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. ”Akhlak yang baik tidak
dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan pelarangan sebab
tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya
seseorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjaan itu.”37
Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara
senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya dari
pada kelebihannya.
34Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., h. 159 35Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., h. 160 36Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., h. 161 37Abudin Nata, Akhlak Ttasawuf…, h. 163
23
Pada kenyatannya dilapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui
berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus
dikembangkan, ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan
pembinaan tersebut ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-
pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasulnya,
shormat kepada ibu bapak, sayang kepada sesama mahluk Tuhan dan
seterusnya.
Pembinaan remaja menjadi amat penting mengingat sedikitnya ada
empat faktor yaitu:
1. Pada saat ini banyak keluhan yang disampaikan orang tua, para guru dan orang yang bergerak di bidang sosial mengeluhkan tentang perilaku sebagian para remaja yang amat mengkhawatirkan. Di antara mereka sudah banyak terlibat dalam tawuran, penggunaan obat-obat terlarang, minuman keras, pembajakan bis, penodongan, pelanggaran seksual dan perbuatan kriminal.
2. Bahwa pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran islam. Fazlur rahman dalm bukunya Islam bahwa inti ajaran islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an adalah akhlak yang bertumpu keimanan kepada Allah swt dan keadilan sosial.
3. Bahwa akhlak yang mulia sebagaimana dikemukakan para ahli bukanlah terjadi dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat pada umumnya.
4. Bahwa pembinaan akhlak terhadap para remaja amat penting dilakukan, mengingat secara psikologis usia remaja adalah usia yang berada dalam goncangan dan mudah terpengaruh sebagai akibat dari keadaan dirinya yang masih belum memiliki bekal pengetahuan, mental dan pengalaman yang cukup. Akibat dari keadaan yang demikian, para remaja mudah sekali terjerumus kedalam perbuatan-perbutan yang menghancurkan masa depannya sebagaimana disebutkan diatas.38
4. Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai
perubahan, baik fisik maupun psikis.
38Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 215-217
24
1. Perubahan Fisik Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau pada awal masa remaja, yaitu sekitar 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria. Hormon-hormon baru di produksi oleh kelenjar endokrin, dan ini membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder.
2. Perubahan Emosionalitas Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal tadi adalah perubahan dalam aspek emosional pada remaja dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah tersebut seperti timbulnya perasaan rindu, menyayangi, perasaan cinta dan lain-lain.
3. Perubahan Kognitif Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan emosional tersebut makin dirumitkan oleh fakta bahwa individu juga sedang mengalami perubahan kognitif. Perubahan dalam kemampuan berpikir ini diungkapkan oleh Piaget sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan berikutnya.39
Dalam buku Perananan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja ditambahkan bahwa perubahan atau perkembangan
masa remaja diatandai sebagai berikut:
1. Perkembangan Sosial Pada masa ini remaja sudah memiliki kemampuan untuk
memahami orang lain, sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasannya.
2. Perkembangan Moral Pada Masa ini timbul dorongan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat di nilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga psikologisnya.40
b. Pembagian Masa Remaja
Masa remaja menurut Drs. M. Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi
umum dan perkembangan berlangsung dari umur 15/16 tahun sampai
39Hendrianti Agustiani, Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya
Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), h. 30
40Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h.103
25
usia 21 tahun atau berlangsung saat individu matang secara seksual
sampai mencapai usia matang secara hukum. ”Masa remaja ini di bagi
dua bagian, yaitu pertama, masa remaja awal, yang berlangsung hingga
17 tahun dan kedua, masa remaja akhir yang berlangsung hingga
mencapai usia kematangan resmi secara hukum yaitu umur 21 tahun.”41
Sejalan dengan pendapat Drs. M. Alisuf Sabri, menurut TB Aat
Syafaat, S.Sos, M.Si dkk dalam buku Pendidikan Agama Islam dalam
Mencegah Kenakalan Remaja dijelaskan mengenai rentang usia remaja
yaitu: ”(1.) Masa pubertas (12-14 tahun), (2.) Masa remaja awal (14-16
tahun), (3.) Akhir masa pubertas (17-18 tahun), (4.) Periode remaja
Adolesen (19-21 tahun).”42
B. KERANGKA BERPIKIR
Kita ketahui bersama bahwasanya masa remaja merupakan masa yang amat
penting bagi kehidupan seseorang. Jika masa remaja seseorang dilaluinya dengan
baik dan mendapatkan pengetahuan yang baik pula maka masa dewasanya akan
menjadi baik pula terlepas dari pengaruh-pengaruh buruk yang mungkin saja
dihadapinya pada masa dewasa.
Selain keluarga, masyarakat harus ikut berpartisifasi dalam upaya membentuk
akhlak remaja. Pendirian Majelis Ta’lim Remaja merupakan alternatif sarana
pendidikan non-formal bagi remaja. Melalui pendidikan agama yang
diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja, remaja akan mendapat pengetahuan yang
lebih banyak selain dari sekolah. Sehingga pendidikan agama yang
diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja menjadi penting karena jika pendidikan
agama pada Majelis Ta’lim tersebut berkualitas atau baik maka akan memberikan
pengaruh yang positif bagi pembentukan akhlak remaja. Sebaliknya, jika
pendidikan agama yang diselenggarakan tidak berkualitas atau kurang baik maka
tidak akan mempengaruhi pembentukan akhlak remaja menjadi baik.
41Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1993. hal. 160 42Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama …, h.101
26
C. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang penulis
angkat yang selanjutnya perlu adanya pengujiaan hipotesis untuk membuktikan
kebenarannya. Adapun pada penelitian ini penulis mengajukan dua hipotesis
yakni:
1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara variabel pendidikan
agama pada Majelis Ta’lim dengan pembentukan akhlak remaja
2. Tidak ada pengaruh positif yang signifikan antara variabel pendidikan
agama pada Majelis Ta’lim dengan pembentukan akhlak remaja
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu objek penelitian.
Pada penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu:
1. Pendidikan agama pada Majelis Ta’lim sebagai variabel bebas yang
disimbolkan dengan huruf X
2. Pembentukan akhlak remaja sebagai variabel terikat yang disimbolkan
dengan huruf Y
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu sejak bulan Agustus-
Oktober
Adapun mengenai lokasi penelitian, yakni Majelis Ta’lim Remaja
Jami’ Al- Ikhwaniyah yang membentuk Ikatan Remaja Masjid Jami’ Al
Ikhwaniyah (IKRAMI) yang berada di wilayah RT 07/ RW 10 Kedaung-
Pamulang.
27
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja yang mengikuti
pengajian Majelis Ta’lim Remaja Jami’ Al Ikhwaniyah sebanyak 30
orang
2. Sampel
Beradasarkan keterangan dari buku prosedur Penelitian Ilmiah karya
Prof. Dr. Suharsimi Arikuto bahwasanya jika jumlah populasi kuang
dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi.1 Karena populasi penelitian ini kecil
maka sampel penelitian ini akan diambil sebanyak populasi yang ada.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian lapangan
(field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan langsung ke objek
penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Angket, yaitu merupakan suatu daftar atau rangkaian pertanyaan
tertulis yang diberikan kepada responden untuk mengetahui
pendapat/persepsi mereka tentang pendidikan agama pada Majelis
Ta’lim IKRAMI
b. Studi Dokumentasi yaitu menghimpun bahan-bahan keterangan
mengenai Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI seperti Struktur
organisasi, dan sejarah berdirinya.
c. Observasi, yaitu Pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
terhadap fenomena-fenomena yang menjadi sasaran pengamatan
seperti kondisi saat dilakukan kegiatan pengajian, metode/cara
penyampaian materi pelajaran serta ragam materi yang disampaikan