This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Vonny Ells1, Norce L. Saleky2, Ninik Tri Utami3, Jevri Terok4, Marlina Nasrani J.5 1,2,3,4,5Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt
Abstract: Christian Religious Education is one thing that is very important to be taught to everyone. Christian religious education is not an option for everyone but is a very important thing because it is a mandate given by God to humans with the aim that humans can teach God's truth specifically in the family. This article provides an understanding of the importance of Christian Religious Education in the Family. By using a qualitative approach and using a case study description method, it is concluded that Christian Religious Education in the family is something that is very ungen to be implemented in today's Christian families.
Keywords: Christian education; Christian family
Abstrak: Pendidikan Agama Kristen merupakan satu hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada semua orang. Pendidikan Agama Kristen bukan suatu pilihan bagi setiap orang tetapi merupakan suatu hal yang sangat penting karena merupakan mandat yang diberikan oleh Allah kepada manusia dengan tujuan agar manusia dapat mengajarkan mengenai kebenaran Allah secara khusus dalam keluarga. Artikel ini memberikan sebuah pemahaman betapa pentingnya Pendidikan Agama Kristen di Keluarga. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskripsi studi kasus, disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan sesuatu yang sangat ungen untuk dilaksanakan di dalam keluarga Kristen masa kini. Kata Kunci: keluarga Kristen; pendidikan agama Kristen
PENDAHULUAN Pada masa ini Pendidikan Agama Kristen di keluarga Kristen seringkali kurang
mendapat perhatian bahkan diabaikan oleh banyak keluarga-keluarga Kristen. Ada
banyak keluarga Kristen yang melepaskan tanggung jawabnya dalam melaksanakan
Pendidikan Agama Kristen di keluarga dan memberikan tanggung jawab itu kepada
gereja dan sekolah-sekolah. Kebanyakan orang Kristen bila ditanyakan mengenai
Pendidikan Agama Kristen akan menyebutkan hanya sekolah minggu, katekisasi dan
Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah.1 Bahkan terlalu sering orang tua atau
keluarga pada masa kini menyerahkan beban Pendidikan Agama Kristen kepada
sekolah-sekolah dan gereja untuk memikul tanggung jawab terbesar dalam
memberikan Pendidikan Agama Kristen tersebut kepada anak-anak mereka.2
Sehingga orang Kristen lupa bahwa lembaga pendidikan terbaik di dunia adalah
1 L. Humes, Arah Pendidikan Kristen Jilid I, (Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil
Indonesia, 1983), 23. 2 Kenneth Barney, Rumah Tangga Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1982), 25.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
keluarga dan kebanyakan masyarakat atau keluarga pada masa kini telah melalai-
kan kesempatan ini dan mencoba menjadikan sekolah, televisi, dan juga gereja
sebagai gantinya.3
Melihat akan beberapa pendapat di atas, sudah jelas bahwa ada banyak kelu-
arga-keluarga Kristen pada masa kini yang memberikan tanggung jawabnya dalam
melaksanakan Pendidikan Agama Kristen kepada sekolah-sekolah dan gereja saja
dan memiliki pemahaman yang keliru atau kurang benar tentang PAK di keluarga.
Hal tersebut jika dibiarkan dapat memberi pengaruh yang buruk bagi keluarga-
keluarga itu sendiri, bagi gereja dan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Orang
Kristen harus tahu bahwa gereja itu terdiri dari keluarga-keluarga, dan masyarakat
juga terdiri dari keluarga-keluarga, jadi jika kehidupan rohani keluarga-keluarga
Kristen rapuh, maka hal ini juga mempengaruhi kehidupan rohani dalam gereja dan
masyarakat yang lebih luas. apabila keluarga rapuh maka gereja pun akan rapuh.
Jadi jika kita menginginkan gereja dan bangsa yang kuat maka kita harus membina
keluarga-keluarga untuk menjadi keluarga yang kuat. Itulah sebabnya gereja dan
keluarga harus bekerja sama memikirkan bagaimana caranya untuk dapat membina
atau membangun keluarga yang kokoh dalam pendidikan Agama Kristen.
Artikel ini bertujuan menegaskan pentingnya Pendidikan Agama Kristen di
Keluarga. Tesis penelitian ini adalah, mengajarkan tentang Pendidikan Agama Kris-
ten di Keluarga itu sangat penting, supaya setiap keluarga Kristen tahu bahwa
Pendidikan Agama Kristen di keluarga dapat menolong setiap anggota keluarga
untuk mengenal siapa Kristus dan mampu melaksanakan Pendidikan Agama Kristen
itu di dalam keluarga.
METODE PENELITIAN Untuk mengungkapkan persoalan Pendidikan Agama Kristen di keluarga,
maka dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini
merupakan studi pustaka dengan mendeskrupsikan beberapa kasus pembelajaran
PAK di Keluarga. Studi ini merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, ling-
kungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami
sesuatu hal4 khususnya digunakan untuk dapat mengungkapkan secara mendalam
dan luas tentang pendidikan agama Kristen di keluarga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga Pendidikan Agama Kristen adalah merupakan soal yang amat penting dalam
kehidupan gereja dan umat-Nya. Sejak gereja yang paling tua hingga gereja di abad
modern ini gereja terus menggumuli peranan Pendidikan Agama Kristen dalam ke-
hidupan Kristen. Pertama-tama bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan tugas
utama gereja, kemudian berkembang ke luar gereja, lingkungan keluarga, masya-
3 Tim Lahaye, Kebahagiaan Pernikahan Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 87. 4 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 187-188.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
rakat hingga lingkungan pendidikan. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman yang
benar tentang Pendidikan Agama Kristen dan tujuan Pendidikan Agama Kristen.
Pendidikan Agama Kristen adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami
dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus, yang dinyatakannya dalam
kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungannya.5
Pendidikan Agama Kristen juga berarti proses pengajaran dan pembelajaran
yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung pada kuasa Roh
Kudus yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, yang
melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan
kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi
mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung
dan perintah yang mendewasakan para murid.6
Pengertian yang lain tentang Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang
sadar, sistematis, dan berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan atau
memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan,
atau kepekaan-kepekaan, maupun hasil dari usaha tersebut.7 Dengan demikian
Pendidikan Agama Kristen adalah dengan menerima pendidikan itu, segala pelajar,
muda dan tua, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri, dan
oleh dan dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan jemaatNya yang
mengakui dan mempermuliakan namaNya di segala waktu dan tempat,8 karena
Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang berisi ajaran tentang iman
Kristen, yang menekankan ketiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan (kognitif),
sikap dan nilai-nilai (afektif) dan ketrampilan (psikomotor) yang berdasarkan iman
Kristen.9
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang
dilakukan secara sadar, sistematis dan berkesinambungan untuk mewariskan dan
menumbuhkan serta mengembangkan peserta didik agar dengan pertolongan Roh
Kudus dapat memahami kasih dan rencana Allah melalui Yesus Kristus dalam
setiap aspek kehidupannya dan menyatakannya dalam kehidupan sehari-hari baik
terhadap sesama maupun terhadap lingkungannya dan mengakui serta memuliakan
nama Yesus Kristus di segala waktu dan tempat. Dan didalamnya menekankan
ketiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan, sikap dan nilai-nilai serta ketrampilan.
Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah: Pertama, untuk menjadikan mere-
ka murid-murid yang meyakinkan baik dengan kata-kata maupun perbuatan di
tengah-tengah dunia, jadi tujuan akhir dari Pendidikan Agama Kristen adalah
5 Dame Taruli Simamora dan Rida Gultom, Pendidikan Agam Kristen Kepada Remaja dan Pemuda,
(Medan: Mitra, 2011), 10. 6 Ibid, 11. 7 J. M. Nainggolan, Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Generasi Info Media, 2008), 2. 8 E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 39. 9 Hardi Budiyana, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2011), 4.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
menjadikan peserta didik murid sejati, apa pun arti dari ungkapan menjadi murid.10
Kedua, untuk membimbing individu-individu pada semua tingkat perkembangan-
nya, dengan cara pendidikan kontemporer, menuju pengenalan serta pengalaman
akan tujuan serta rencana Allah dalam Kristus melalui setiap aspek kehidupan, dan
juga untuk memperlengkapi mereka demi pelayanan yang efektif. Di dalam tujuan
yang kedua ini, ada dua tujuan akhir, yakni: pengenalan serta pengalaman akan
tujuan dan rencana Allah dalam Kristus,dan menjadi pelayan yang efektif.11
Komisi PAK dari Dewan Gereja-gereja di Indonesia pernah merumuskan
tujuan akhir dari Pendidikan Agama Kristen dengan kata-kata sebagai berikut:
“Mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang
nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang ke da-
lam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam kasih-
nya terhadap Allah dan sesamanya manusia, yang dihayati dalam hidupnya sehari-
hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus yang
hidup.”12 Nainggolan berpendapat bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Kristen
mengandung tiga aspek penting yaitu: Pertama; Aims, yaitu tujuan yang akan
dicapai pada akhirnya (menuju kedewasaan iman). Kedua; Goals, yaitu tujuan yang
hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu (paket). Dan ketiga; Objektives, yaitu
tujuan yang hendak dicapai dalam suatu proses belajar-mengajar dalam satu kali
tatap muka. Definisi yang paling tepat dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama
Kristen adalah untuk mencapai kedewasaan iman. Seluruh proses Pendidikan
Agama Kristen haruslah bertujuan untuk membawa peserta didik kepada taraf
kedewasaan iman.13 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama
Kristen adalah untuk membawa peserta didik mengenal Allah di dalam Yesus
Kristus dan menjadikan peserta didik dewasa di dalam iman serta menyatakan iman
tersebut di dalam kehidupannya setiap hari.
Pentingnya Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan suatu keharusan yang
harus dilaksanakan bukan suatu pilihan, seperti yang dijelaskan oleh Howard
Hendriks, seorang profesor pendidikan Kristen di Seminary Teological Dalas.
Howard mengatakan: “Christian education is not an option, it is an order, it is not a
luxury, it is a life. It is not something nice to have, it is something nesessary to have.
It is not a part of the work the church, it is the work of the church. It is not
extraneous, it is essential. It is our obligation, not merely an option”. (Pendidikan
Kristen bukan pilihan, tetapi suatu perintah; itu bukan merupakan sebuah barang
yang mewah, tetapi sebuah kehidupan. Itu bukan sesuatu hal yang bagus sehingga
harus dimiliki tetapi suatu kebutuhan yang harus dimiliki. Itu bukan merupakan
sebagian dari pekerjaan gereja, tetapi itu adalah pekerjaan gereja. Itu bukan sesuatu
10 Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 30. 11 Ibid., 31. 12 Ibid. 13 J.M. Nainggolan, Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Generasi Info Media, 2008), 2.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
Melihat akan akibat-akibat buru tersebut di atas maka seharusnya ini menjadi
pendorong bagi keluarga-keluarga Kristen untuk melaksanakan Pendidikan Agama
Kristen di keluarga dengan serius.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga Pendidikan Agama Kristen di keluarga harus dilakukan dan yang menjadi guru
dalam mengajar anak-anak dalam Pendidikan Agama Kristen adalah orang tua.
Soerjono Soekanto menegaskan bahwa Ayah dan ibu sebagai orang tua yang paling
bertanggung jawab terhadap anak-anak sejak mereka dilahirkan, dan alangkah
sedihnya bila pendidikan si anak terpaksa harus diserahkan kepada pihak lainnya
yang kurang dapat menyadari tanggung jawabnya, misalnya saja sering kita temui
bagaimana anak-anak diserahkan atau ditinggalkan di rumah bersama pembantu.31
Jadi, sebenarnya tugas mendidik itu bukan tugas bapak saja, atau ibu saja tetapi
tugas kedua-duanya sebagai orang tua. Dan orang tua harus ingat bahwa mereka
bukan saja sebagai orang tua dari anak-anak mereka tetapi juga sebagai guru dalam
keluarga. Oleh karena mereka juga adalah guru dalam keluarga, maka perlu sekali
orang tua mengajarkan segala hal supaya anak-anak bertambah dalam pengetahuan.
Norman Wright memberikan empat prinsip yang harus diperhatikan oleh orang tua
sebagai seorang guru atau pendidik yaitu: Pertama, Children Learn by Imitation
(Anak Bertambah Pengetahuan Oleh Peniruan). Kedua, Indiiduals Learn Better When
They Ask to be Taught Something (Seorang anak akan belajar lebih baik dengan
banyak bertanya). Ketiga, For children, learning is more likely to occur when the
learning activity is enjoyable or has an obvious purpose in it. (Anak belajar lebih baik
kalau pelajaran itu menarik perhatian mereka atau kalau ada tujuan yang jelas).
Keempat, Children and adults learn more easily if learning has immediate meaning
(Anak belajar lebih baik kalau ada arti atau makna yang diterapkan pada waktu
belajar).32
Mengenai isi pengajaran dapat kita lihat dalam Ulangan 6:1 yang berkata:
“Inilah perintah yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas
perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk
mendudukinya.” Menurut ayat ini, isi pengajaran yang harus diajarkan dalam
Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga adalah “ketetapan” dan “peraturan
Allah.” Secara ringkas isi dari Pendidikan Agama Kristen, menurut Dobson menca-
kup lima konsep Alkitabiah yang harus dengan sengaja diajarkan kepada anak-anak
yaitu: mengajar anak mengasihi Tuhan Allah, mengajar anak mengasihi sesama
manusia, mengajar anak melakukan kehendak Tuhan, Mengajar anak berpegang
pada perintah-perintah Tuhan, dan Mengajar anak menguasai diri.
Di atas telah dibahas tentang orang tua adalah sebagai pendidik atau guru
dalam keluarga. Di mana orang tua diperintahkan Allah untuk mengajar anak-
anaknya. Sebagai pendidik atau guru yang baik orang tua harus mengetahui cara-
cara atau metode yang efektif untuk mengajar anak-anaknya. Tetapi kadang-kadang
31 Soerjono Soekanto, Anak dan Perilakunya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 106. 32 H. Norman Wright, The Family That Listens, (Wheaton Illinois: Victor Books, 1978), 57.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
orang tua telah berusaha mengajar namun tidak berhasil. Ini disebabkan oleh
karena mereka tidak tahu cara untuk mengajar anak-anaknya. James dan Merry
berkata: “Banyak orang tua memperlemah kekuatan mengajar mereka dan meng-
gunakan metode-metode yang tidak efektif.33 Dan memang banyak sekali orang tua
yang mengajar dengan tidak menggunakan metode yang efektif, dan tidak tahu
caranya untuk mengajar anaknya. Akibat dari ketidaktahuan dan ketidakberhasilan
dalam mengajar maka cenderung orang tua memberikan tanggung jawab itu kepada
orang lain. Itu sebabnya orang tua harus berusaha memikirkan metode apa yang
baik yang dapat digunakan dalam mengajar, karena dengan demikian orang tua
dimotivasikan untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Hal
tersebut diatas juga dijelaskan oleh James Slaughter demikian: By having some
understanding of effective teaching methods the parent – teacher finds himself better
equipped and more highly motivated to full fill his responsibility in the home. More
than any other factor it keeps him from accomplishing the work of teaching his
children spiritual things.34 Melihat betapa pentingnya orang tua harus mengetahui
cara mengajar yang efektif maka ada beberapa metode yang dapat membantu orang
tua dalam mengajar, yaitu:
Mengajar Anak Melalui Perkataan
Orang tua dapat mengajar anak-anak melalui perkataan. Rasul Paulus juga
menunjukkan bagaimana ia juga mengajar anak-anak rohaninya melalui perkataan-
perkataannya. Dalam Filipi 4:9 dikatakan: “Dan apa yang telah. . . kamu dengar dan
apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.” Kata “dengar” menunjukkan
bahwa Rasul Paulus mengajar dengan perkataan. Joyce dan Isaac serta Margaret
berkata bahwa dengan berbicara kita menolong anak-anak kita supaya mereka
memahami kebenaran-kebenaran Allah. Kita juga dapat menerangkan bagaimana
caranya hidup yang menyenangkan Allah. Dan inilah cara yang baik karena dengan
kata-kata kita dapat menerangkan banyak hal kepada anak-anak kita.35
Juga di dalam Ulangan 6:6–7 menjelaskan bahwa di dalam mengajar yang
harus dilakukan oleh orang tua sambil duduk, berjalan, berbaring dan bangun yaitu
mereka harus berbicara, dan hal-hal yang harus dibicarakan adalah perintah-
perintah Allah, inilah salah satu cara kita mengajar anak-anak kita. Tetapi kaadang
kala orang tua tidak mempunyai waktu untuk berbicara kepada anak-anak oleh
karena kesibukan mereka. Itu sebabnya orang tua sebaiknya selalu menyediakan
waktu bersama anak-anak untuk dapat berbicara walaupun di tengah kesibukan
mereka. Pengajaran dengan perkataan merupakan cara yang baik, dengan kata-kata
kita dapat menerangkan banyak hal kepada anak-anak kita. Tetapi perlu diingat
33 James dan Mary Kenny, Dari Bayi Sampai Dewasa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), 63. 34 James R. Slaugther, The Christian Educator’s Hand Book On Teaching, (Canada, England:
Victor Books, 1998), 298. 35 Joyce Coon, Isaac & Margaret Sembiri, Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen, (Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, t.t.), 200-201.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
bahwa perkataan saja belum cukup, kita harus mengajar anak dengan perkataan
tetapi juga teladan yang baik bagi mereka.
Mengajar Anak Melalui Teladan
Menjadi “teladan” selalu diulang-ulang dalam Alkitab, misalnya dalam Filipi
4:9 berkata: “dan apa yang telah . . . kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat
padaku, lakukanlah itu.” Kata-kata “kamu lihat padaku” di sini menunjukkan bahwa
Paulus mengajar melalui teladannya. Ia mengajar hal-hal yang harus dilakukan
dalam kehiduapan mereka dengan perkataan kemudian melalui teladannya, ia
menunjukkan bagaimana mereka harus melakukan perkataan itu.36 Paulus telah
menjadi teladan bagi anak-anak rohaninya. Itu sebabnya Paulus menyuruh orang-
orang supaya menirunya, oleh karena Paulus telah meniru teladan Kristus seperti
yang dikatakan dalam 1 Korintus 11:1 yang berkata: “Jadilah pengikutku, sama
seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Inilah yang patut dilakukan oleh orang
tua, di mana orang tua harus meniru Kristus dan memberikan suatu teladan yang
baik kepada anak-anaknya. Sarumpaet mengatakan bahwa mengajar anak dengan
memberikan teladan akan lebih berhasil dari pada memberitahukan segala
peraturan dan nasehat tanpa contoh. Dan orang tua akan lebih tidak berhasil dalam
mengajar anaknya jika isi perkataannya bertentangan dengan kehidupannya.37
Benarlah apa yang dikatakan James bahwa: “Parents can use modeling in a highly
effective way to teach children in the family.38
Mengajar Melalui Kebaktian Keluarga
Kebaktian keluarga adalah waktu yang khusus bagi keluarga dan merupakan
persekutuan dengan Allah setiap hari. Di dalam kebaktian keluarga ini ada kesem-
patan untuk mengajar hal-hal rohani kepada anak-anak. Para navigator berkata
bahwa suatu metode yang mungkin dapat kita gunakan untuk mengajar anak-anak
ialah dengan mengadakan kebaktian atau persekutuan keluarga.39 Clyde juga
mengemukakan bahwa salah satu ciri seorang anak ialah anak selalu berubah, maka
kebaktian keluarga sangat penting bagi seorang anak oleh karena pandangan
hidupnya dibentuk oleh pengertian rohaninya, ini menolong menentukan akan
menjadi apa ia kelak.40
Jadi kebaktian keluarga bukan saja merupakan kesempatan untuk mengajar
hal-hal rohani saja tetapi juga dapat membina suatu persekutuan yang akrab, di
mana orang tua dan anak-anak mendapat kesempatan untuk berdoa bersama dan
saling bertukar pendapat tentang kehidupan anak dan sebagainnya. Maka sudah
seharusnya kita sebagai orang tua menyediakan waktu untuk mengadakan kebak-
tian keluarga. Tetapi sayang pada zaman ini banyak keluarga yang tidak menga-
dakan kebaktian keluarga dengan alasan terlalu sibuk, malas dan lain sebagainnya.
Ini semua menjadi hambatan dalam melaksanakan kebaktian keluarga.
36 Ibid., 201. 37 R.I. Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1987), 55. 38 Slaugther, The Christian Educator’s Hand Book On Teaching, 300. 39 Navigator, Orang Tua dan Anak-anak, 73. 40 Clyde Narramore, Mengadakan Renungan Keluarga, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, t.t.), 9.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
anak kita untuk berdoa mengucap syukur dan mengingatkan anak bagaimana
Tuhan telah melindungi dari malam hingga pada pagi hari. Berkenaan dengan
tempat dan waktu pengajaran, Masmukit mengatakan bahwa orang tua harus meng-
ajarkan anaknya bukan saja di rumah melainkan juga jika berada dalam perjalanan,
bukan Cuma di waktu senggang melaikan juga jika sedang sibuk.45 Jadi waktu untuk
mengajar adalah sepanjang waktu dan harus diingat bahwa pemupukan rohani anak
tidak mengenal batas waktu dan tempat.
KESIMPULAN Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan suatu keharusan yang
harus dilaksanakan bukan suatu pilihan. Oleh karena Pendidikan Agama Kristen di
keluarga itu merupakan suatu keharusan maka otomatis itu merupakan sesuatu
yang sangat penting. Pendidikan Agama Kristen di keluarga penting karena itu
merupakan perintah Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap keluarga Kristen
dan memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan keluarga Kristen. Jika dalam
keluarga memegang peranan yang terpenting dalam Pendidikan Agama Kristen,
maka keluarga itu akan kokoh dan sehat. Kalau keluarga sehat dan kokoh maka
masyarakat pun turut menjadi kokoh dan sehat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama
Kristen sebaiknya mulai diajarkan dalam lingkup keluarga.
Dengan mengajarkan Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga maka akan
dihasilkan keluarga yang bahagia, jemaat yang bahagia dan juga masyarakat yang
bahagia. Karena jika kehidupan rohani keluarga-keluarga kristen rapuh, maka hal
ini juga mempengaruhi kehidupan rohani dalam gereja dan masyarakat yang lebih
luas. Dimana keluarga rapuh maka gerejapun akan rapuh. Jadi jika kita
mengingingkan gereja dan bangsa yang kuat maka kita harus membina keluarga-
keluarga untuk menjadi keluarga yang kuat dan bertumbuh dalam kehidupan
rohaninya.
REFERENSI __________. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 2003 Bakker, F.L. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996 Barney, Kenneth. Rumah Tangga Kristen. Malang: Gandum Mas, 1982. Budiyana, Hardi. Dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta: ANDI Offset,
2011 Dobson, James. Masalah Membesarkan Anak, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Dwijosiswojo Masmukit. Pendidikan anak-anak Dalam Keluarga Kristen. Surabaya:
Yakin, 1980 _________. Eight Translation New Testement, Wheaton Illinois: Tyndale House
Publishers, 1974 _________. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1997 Haystead, Wes. Mengajar Anak Tentang Allah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988
45 Masmukit Dwijosiswojo, Pendidikan anak-anak Dalam Keluarga Kristen, (Surabaya: Yakin,
1980), 13.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
Gunarsa Y. Singgih & Singgih D. Gurnarsa. Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Haystead Wes. Mengajar Anak Tentang Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988 Hendriks Howard. Christian Education Foundation For The Future, Chicago: Moody
Press., 1991 Homrighausen, E. G. dan Enklaar, H. I. Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1993. Humes L. Arah Pendidikan Kristen Jilid I, Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran
Injil Indonesia, 1983. Joyce Coon, Isaac & Margaret Sembiri. Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen.
Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Lahaye, Tim. Kebahagiaan Pernikahan Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000 Laufer, Ruth. Pedoman Pelayanan Anak, Batu Malang: Yayasan Persekutuan
Pekabaran Injil Indonesia Departemen Anak dan Pemuda, 1983 Narramore, Clyde. Mengadakan Renungan Keluarga, Bandung: Yayasan Kalam
Hidup. Nainggolan J.M. Strategi Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: Generasi Info Media,
2008 Nuhamara Daniel. Pembimbing PAK, Bandung: Jurnal Info Media, 2007. Para Navigator. Orang Tua dan Anak-anak, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1980. Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka,
1976. Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Sarumpaet, R.I. Rahasia Mendidik Anak, Bandung: Indonesia Publishing House, 1987. Sembiri, Margaret, Coon Joyce dan Isaac. Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Simamora Dame Taruli dan Rida Gultom. Pendidikan Agam Kristen Kepada Remaja
dan Pemuda, Medan: Mitra, 2011. Slaughter, James R. The Christian Educator’s Hand Book on Teaching, Canada: Victor
Books, 1988. Soekanto Soerjono. Anak dan Perilakunya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985. Thiessen, Henry. Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1995. Wiersbe, Warren W. Kaya di Dalam Kristus, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Wright H. Norman. The Family That Listens, Wheaton Illinois: Victor Books, 1978. Young, E. Sepuluh Kiat Untuk Membesarkan Anak. Kunci Kebahagiaan Orang Tua.