PROPOSAL PENELITIAN PASCASARJANA DANA ITS TAHUN 2020 Pendekatan Sistem Inovasi dalam Menerapkan Strategi Difusi Inovasi Aplikasi Sistem Manajemen Transportasi di BUMN Logistik Tim Peneliti: Ketua: Dr. Ir. Tatang Akhmad Taufik, MSc., IPU (Departemen Manajemen Teknologi/Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital/Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Anggota 1: Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, MEng. (Departemen Teknik Kimia Industri/Fakultas Vokasi/Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Anggota 2: Gita Widi Bhawika, S.ST., M.MT. (Departemen Manajemen Teknologi/Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital/Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Anggota 3 (Mahasiswa Pascasarjana): Tamara Latifah Jasmine (Departemen Manajemen Teknologi/Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital/ Institut Teknologi Sepuluh Nopember) DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2020
42
Embed
Pendekatan Sistem Inovasi dalam Menerapkan Strategi Difusi ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROPOSAL
PENELITIAN PASCASARJANA
DANA ITS TAHUN 2020
Pendekatan Sistem Inovasi dalam Menerapkan Strategi Difusi Inovasi
Aplikasi Sistem Manajemen Transportasi di BUMN Logistik
Tim Peneliti:
Ketua: Dr. Ir. Tatang Akhmad Taufik, MSc., IPU
(Departemen Manajemen Teknologi/Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital/Institut
Teknologi Sepuluh Nopember)
Anggota 1: Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, MEng.
(Departemen Teknik Kimia Industri/Fakultas Vokasi/Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
Anggota 2: Gita Widi Bhawika, S.ST., M.MT.
(Departemen Manajemen Teknologi/Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital/Institut
Teknologi Sepuluh Nopember)
Anggota 3 (Mahasiswa Pascasarjana): Tamara Latifah Jasmine
(Departemen Manajemen Teknologi/Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital/ Institut
Teknologi Sepuluh Nopember)
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN PASCASARJANA
DANA ITS TAHUN 2020
1. Judul Penelitian : Pendekatan Sistem Inovasi dalam Menerapkan Strategi Difusi
Inovasi Aplikasi Sistem Manajemen Transportasi di BUMN
Logistik
2. Ketua Tim
a. Nama : Dr. Ir. Tatang Akhmad Taufik, M.Sc., IPU
b. NIP : 195909041986031003
c. Pangkat/Golongan : Pembina Utama/IVe
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Departemen : Manajemen Teknologi
f. Fakultas : Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital ITS
g. Alamat Kantor : Jalan Cokroaminoto 12A Surabaya 60264
h. Telp/HP/Fax : 081218625699
3. Jumlah anggota : 2 orang
4. Jumlah mahasiswa terlibat : 1 orang
5. Besaran Dana
a. Dana ITS Tahun 2020 Rp 50.000.000
b. Sumber lain (sebutkan jika ada) Rp 0
Jumlah Rp 50.000.000
Surabaya, 8 Maret 2020
Ketua Pusat Penelitian Ketua Tim Peneliti
Internet of Things dan Teknologi Pertahanan
Dr. Dhany Arifianto, S.T., M.Eng. Dr. Ir. Tatang Akhmad Taufik, M.Sc.
NIP 197310071998021001 NIP 195909041986031003
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... vi
BAB I RINGKASAN ............................................................................................................... 1
BAB II LATAR BELAKANG
2.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 2
2.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
2.3 Tujuan Khusus Penelitian ........................................................................................... 3
Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian dari menggunakan inovasi, kemudian memutuskan apakah
akan mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda tergantung
pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat
mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.
5. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Setelah sebuah keputusan diambil, pengambil keputusan kemudian akan mencari
pembenaran atas keputusannya. Dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan
seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima
inovasi setelah melakukan evaluasi.
10
Proses pengambilan keputusan inovasi dapat dilihat pada gambar berikut (Rogers, 2003):
A Model of Five Stages in the Innovation-Decision Process
When the individualis exposed to
the innovation‟sexistence and
gains an
understanding of how it
functions
When the individual
forms a favorable or
unfavorable attitude
toward the innovation
When the individual
engages in activities that
leads to a choice to adopt
or reject the innovation
When the individual putsan
innovation into useWhen the individual seeks
reinforcement for an innovation-
decision already made but may
reverse the decision if exposed to
conflicting messages about it
When the individualis exposed to
the innovation‟sexistence and
gains an
understanding of how it
functions
Gambar 3.2 Model Proses Pengambilan Keputusan Inovasi (Rogers, 2003)
Sumbangan pemikiran penting lain dari Rogers (2003) adalah terkait dengan
psikografis sikap dan perilaku masyarakat terhadap inovasi (gambar berikut).
Menurutnya, pada umumnya hanya sebagian kecil dari masyarakat yang “terbuka”
terhadap inovasi. Kelompok ini, yang sekitar 16%, biasanya dianggap sebagai “early
market yang potensial” bagi adopsi inovasi. Karena itu, perusahaan atau organisasi
penghasil invensi perlu memiliki strategi manajemen yang tepat dalam mendorong
adopsi dan difusi (termasuk komersialisasi) inovasi kepada komunitas calon adopternya.
11
Early Market
Mass Market/Followers
End of Life
Kelompok Adopter
Uku
ran
De
man
d (
Po
ten
sial
)
Early Followers Late Followers LaggardsEarly AdoptersInnovators
34% 34%13,5%2,5% 16%
Techies: Try it!
Visionaries: Get ahead of the herd!
Pragmatists: Stick with the herd!
Conservatives: Hold on!
Skeptics: No way!
Sumber : Diadopsi dari model Rogers (2003).
Gambar 3.3 Profil Psikografik Adopter Inovasi.
“Memodifikasi” profil psikografik adopter inovasi yang telah digambarkan oleh
Rogers, Moore menggunakan gambar technology adoption life cycle tersebut untuk
menceriterakan perjalanan dari sebuah perusahaan teknologi dari masa merintis yang
berfokus pada pengembangan teknologi hingga akhirnya berhasil menguasai mayoritas
pasar, alias market leader (Gambar 3.4). Menurutnya, pola perilaku dan sudut pandang
(mindset) dari setiap kelompok pasar tersebut berbeda-beda. Khususnya antara visionary
dan pragmatist efek domino sangat jarang terjadi. Oleh karenanya untuk bisa “bergerak”
dari kelompok visionary ke kelompok pragmatist butuhlah sebuah strategi yang berbeda.
Di dalam buku tersebut Moore mengilustrasikan seperti strategi sekutu di pertempuran
yang terkenal “Battle of Normandy”.
Dua prinsip yang dapat disimpulkan dari penjelasannya untuk bisa menyebrangi
jurang (the chasm) tersebut adalah: (1) sasar beachhead segment (yaitu niche market) dan
(2) sediakan whole product.
12
Early Adopters
Early Majority 34% Late Majority
34%
Laggards16%
PRAGMATISTSStick with the
herd!
CONSERVATIVESHold on!
SKEPTICSNo way!
TECHLESTry it!
VISIONARIESGet Ahead!
Innovators2.5%
Early Market
Late Market
Technology Adoption Life Cycle Model
Mainstream Market
“THECHASM
”
Sumber : Diadopsi dari Geoffrey A Moore (Crossing the Chasm, 2014)
Gambar 3.4 Ilustrasi Isu Crossing the Chasm pada Technology Adoption Life Cycle
(Moore, 2014)
3.4 Konsep “Kesiapan Teknologi” (Technology Readiness)
Salah satu faktor penting keberhasilan penerapan teknologi atau inovasi teknologi
dan keberhasilan difusi inovasi adalah “kesiapan teknologi” (technology readiness).
Namun kesiapan teknologi memiliki pengertian yang beragam:
1. Pengertian “subyektif”: kesiapan teknologi diartikan sebagai seberapa siap atau
matang (mature) suatu teknologi dapat diterapkan sesuai dengan fungsi yang
ditujukannya (rancangan kegunaannya). Dalam hal ini, “tingkat kesiapan atau
kesiapterapan teknologi / TKT atau technology readiness level (TRL) merupakan
“indikator” yang menunjukkan seberapa siap atau matang suatu teknologi untuk
diterapkan dalam dunia nyata dan diadopsi oleh pengguna (calon pengguna).
2. Pengertian ”obyektif”: memiliki arti seberapa siap seseorang (komunitas
masyarakat tertentu) menerima dan mengadopsi suatu teknologi (baru) untuk
diterapkan sesuai dengan fungsi yang ditujukannya. Indikator yang biasanya
digunakan adalah technology readiness Index (TRI) (Parasuraman, 2000). TRI
merupakan “indikator” yang menunjukkan seberapa siap seseorang (komunitas
masyarakat tertentu) menerima dan mengadopsi suatu teknologi untuk diterapkan
dalam dunia nyata dan diadopsi oleh pengguna (calon pengguna)
13
3. Pengertian pada “beragam level”: yang diperkenalkan oleh UNDP (2013): yaitu
suatu kerangka kerja (framework) untuk memahami pengertian “kesiapan” bagi
alih/transfer dan pengembangan teknologi (UNDP, 2013: “Technology Readiness:
A framework for understanding what it means to be ready for technology transfer
and development).
Suatu kerangka kerja (framework) untuk memahami pengertian “kesiapan” bagi alih/transfer dan pengembangan teknologi[Technology Readiness: A framework for understanding what it means to be ready for technology transfer and development (Sumber: UNDP, 2013)].
Gambar 3.5 Kesiapan Teknologi
dalam Konteks Technology Transfer and Development (UNDP, 2013)
3.5 Tingkat Kesiapan Teknologi (Technology Readiness Level/TRL)
“Tingkat Kesiapan Teknologi” (Technology Readiness Level/TRL) sebagai suatu
cara pengukuran yang sistematis terkait kesiapan suatu teknologi, mulai digagas di
lingkungan The National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada 1970an.
Kemudian di akhir 1990 semakin dikembangkan dengan metode kuantitatif. Tingkatan
kesiapan suatu teknologi dapat diukur dengan skala 1 – 9 sebagaimana diringkas pada
tabel berikut.
Tabel 3.1 Tingkat Kesiapan Teknologi / TKT (Technology Readiness Level / TRL)
TKT (TRL) Penjelasan
1. Prinsip dasar dari teknologi
diteliti dan dilaporkan
Tingkat terendah dari kesiapan teknologi. Riset ilmiah dimulai untuk
diterjemahkan kedalam riset terapan dan pengembangan. Contoh-
contohnya misalnya berupa studi makalah menyangkut sifat-sifat
dasar suatu teknologi (technology's basic properties).
14
Tabel 3.1 Tingkat Kesiapan Teknologi / TKT (Technology Readiness Level / TRL)
TKT (TRL) Penjelasan
2. Formulasi konsep dan/atau
aplikasi teknologi
Invensi dimulai. Saat prinsip-prinsip dasar diamati, maka
aplikasi praktisnya dapat digali/dikembangkan. Aplikasinya
masih bersifat spekulatif dan tidak ada bukti ataupun analisis
yang rinci yang mendukung asumsi yang digunakan. Contoh-
contohnya masih terbatas pada studi makalah.
3. Pembuktian konsep (proof-of-
concept) fungsi dan/atau
karakteristik penting secara
analitis dan eksperimental
Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal
ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium
untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang
elemen-elemen terpisah dari teknologi. Misalnya komponen-
komponen yang belum terintegrasi ataupun mewakili.
4. Validasi kode, komponen
dan/atau breadboard validation
dalam lingkungan laboratorium
Komponen-komponen teknologi yang mendasar diintegrasikan
untuk memastikan agar bagian-bagian tersebut secara bersama
dapat bekerja/berfungsi. Keadaan ini masih memiliki keandalan
yang relatif rendah dibanding dengan sistem akhirnya.
Misalnya integrasi piranti/perangkat keras tertentu (sifatnya ad
hoc) di laboratorium.
5. Validasi kode, komponen
dan/atau breadboard validation
dalam suatu lingkungan yang
relevan
Keandalan teknologi yang telah terintegrasi (breadboard
technology) meningkat secara signifikan. Komponen-
komponen teknologi yang mendasar diintegrasikan dengan
elemen-elemen pendukung yang cukup realistis sehingga
teknologi yang bersangkutan dapat diuji dalam suatu
lingkungan tiruan/simulasi. Dengan contoh misalnya integrasi
komponen di laboratorium yang telah memiliki keandalan
tinggi ('high fidelity').
6. Demonstrasi model atau
prototipe sistem/subsistem
dalam suatu lingkungan yang
relevan
Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal
ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium
untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang
elemen-elemen terpisah dari teknologi. Misalnya komponen-
komponen yang belum terintegrasi ataupun mewakili.
7. Demonstrasi prototipe sistem
dalam lingkungan/aplikasi
sebenarnya
Prototipe mendekati atau sejalan dengan rencana sistem
operasionalnya. Keadaan ini mencerminkan langkah
perkembangan dari TKT/TRL 6, membutuhkan demonstrasi
dari prototipe sistem nyata dalam suatu lingkungan
operasional, seperti misalnya dalam suatu peswat terbang,
kendaraan atau ruang angkasa. Dengan contoh misalnya
pengujian prototipe dalam pesawat uji coba (test bed aircraft).
15
Tabel 3.1 Tingkat Kesiapan Teknologi / TKT (Technology Readiness Level / TRL)
TKT (TRL) Penjelasan
8. Sistem telah lengkap dan
memenuhi syarat (qualified)
melalui pengujian dan demonstrasi
dalam lingkungan/ aplikasi
sebenarnya
Teknologi telah terbukti bekerja/berfungsi dalam bentuk
akhirnya dan dalam kondisi sebagaimana yang
diharapkan. Pada umumnya, TKT ini mencerminkan akhir
dari pengembangan sistem yang sebenarnya. Contohnya
termasuk misalnya uji pengembangan dan evaluasi dari
sistem dalam sistem persenjataan sebagaimana dirancang
dalam rangka memastikan pemenuhan persyaratan
spesifikasi desainnya.
9. Sistem benar-benar teruji/terbukti
melalui keberhasilan pengoperasian
Aplikasi (penerapan) teknologi secara nyata dalam bentuk
akhirnya dan di bawah kondisi yang dimaksudkan
(direncanakan) sebagaimana dalam pengujian dan evaluasi
operasional. Pada umumnya, ini merupakan bagian/aspek
terakhir dari upaya perbaikan/penyesuaian (bug fixing)
dalam pengembangan sistem yang sebenarnya. Contoh-
contohnya termasuk misalnya pemanfaatan sistem dalam
kondisi misi operasional.
Sumber : Mankins (1995) dan Graettinger, et al., (2002).
Bagaimana konsep dan penerapannya dalam program/kegiatan ilmu pengetahuan,
teknologi dan inovasi (IPTEKIN) di Indonesia, termasuk terkait dengan “pemetarencanaan
teknologi” (technology roadmapping), dibahas dalam Taufik (2004 dan 2003). Secara
ringkas hal tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 3.6 Keterkaitan Umum Penentuan Tingkat Kesiapan Teknologi
dan Program Teknologi
16
Prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan
Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified) melaluipengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/ aplikasisebenarnya
Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/aplikasi nyata(sebenarnya)
Demonstrasi model atau prototipe Sistem/subsistem dalam suatulingkungan yang relevan
Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilanpengoperasian
Validasi kode, komponen dan/atau breadboard validation dalam suatu lingkungan
Validasi kode, komponen dan/atau breadboard validation dalam lingkungan laboratorium
Pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/ataukarakteristik penting secara analitis dan eksperimental
Formulasi konsep dan/atau aplikasi teknologi
Kelayakan Teknis(Technical Feasibility)
Kelayakan Enjiniring(Engineering Feasibility)
Teruji dalam Layanan(Proven in Service)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Lingkup FungsiPrototyping
Tujuan UtamaPrototyping
De
sk &
Re
sear
ch L
abR
eal
Wo
rld
Sim
ula
ted
Wo
rld
LolosAlpha Test
LolosBeta Test
Sumber : Dimodifikasi seperlunya dari Taufik (2004 dan 2003).
Gambar 3.7 TKT dan Fungsi Pengembangan Prototipe
dalam Program Teknologi
Pengukuran TRL secara praktis ada awalnya dikembangkan dengan menggunakan
Kalkulator TRL di awal 2000an (TRL Calculator ver2.2 dari William L. Nolte, AFRL:
Air Force Research Laboratory, 2005). Nolte, mengeluarkan versi “alfa” TRL
Calculator pada Januari 2002, versi “beta” (v1.0) pada Maret 2002, versi v1.1 pada
Agustus 2002.
Selanjutnya penulis beserta tim BPPT mengadopsinya dalam “Teknometer”,
memberikan workshop dan pelatihan-pelatihan serta menerapkannya pada beragam
kesempatan praktis, baik di lingkungan BPPT, perguruan tinggi dan lembaga litbang.
Buku Panduan Teknometer juga diadopsi oleh Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan
Mutu Industri – Kementerian Perindustrian dengan judul “Panduan Teknis Pengukuran
Tingkat Kesiapterapan Teknologi Hasil Litbang Industri” pada 2013. Kemudian
Kemenristekdikti mengeluarkan Permenristekdikti Nomor 42 tahun 2016 tentang
Pengukuran dan Penetapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi, yang pada prinsipnya sama
dengan yang disusun oleh BPPT.
3.6 Indeks Kesiapan Teknologi (Technology Readiness Index/TRI)
Indeks Kesiapan Teknologi (Technology Readiness Index / TRI) pada awalnya
dikembangkan oleh Parasuraman pada tahun 2000. Pengertian mendasar technology
17
readiness dalam hal ini diartikan sebagai kecenderungan seseorang dalam
menggunakan dan memanfaatkan teknologi baru dalam mencapai tujuan mereka baik
dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam dunia pekerjaan (people’s propensity to
embrace and use new technology for accomplishing goals in home life and at work).
Ada empat hal penting yang dapat mempengaruhi tingkat kesiapan pengguna
dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi (Parasuraman, 2000, dan
Walczuch, et al, 2007). Empat hal tersebut adalah:
• Optimism
Dibutuhkan “pandangan-pandangan yang positif” terhadap teknologi. Selalu
percaya bahwa adanya teknologi dapat meningkatkan kontrol, fleksibilitas dan
efisiensi didalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pekerjaan.
• Innovativeness
Perlu adanya kecenderungan, sifat dan kebiasaan untuk menjadi pelopor dalam
penggunaan “teknologi terbaru” dan dapat menggunakan teknologi yang terus
diperbarui.
• Discomfort
Ada rasa “ketidaknyamanan” dalam penggunaan teknologi dalam keseharian atau
dunia pekerjaan. Kecenderungan masih menggunakan cara-cara yang tradisional.
• Insecurity
Ada rasa “ketidakamanan” dari para pengguna dalam menggunakan teknologi
salah satunya karena alasan pribadi atau privacy.
3.7 Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model/TAM)
Penerimaan teknologi oleh pengguna merupakan bidang penelitian yang dianggap
semakin penting sejak 1970an. Salah satu pendekatan yang paling banyak memperoleh
perhatian dan dinilai baik secara akademis maupun dalam penerapan praktisya adalah
yang dikembangkan oleh Fred Davis (1989).
Technology Acceptance Model (TAM) pada dasarnya dikembangkan dari Theory
of Reasoned Action (TRA) yang dikemukakan Ajzen dan Fisbein (1980). TRA
mengungkapkan bahwa perilaku sosial dimotivasi oleh sikap dan intensi atau maksud
untuk berperilaku (perform). TRA menjelaskan adanya reaksi dan persepsi pengguna
Teknologi Informasi (TI) yang pada akhirnya akan mempengaruhi sikapnya dalam
penerimaan terhadap teknologi tersebut. Menurut TRA, para individu sering
berperilaku seakan mereka bermaksud melakukannya dalam konteks dan waktu yang
tersedia.
18
TAM mengadopsi keterkaitan/hubungan kausalitas untuk menjelaskan bagaimana
variable eksternal mempengaruhi keyakinan, sikap, intensi perilaku dari pengguna, dan
penggunaan nyata dari teknologi. Karena itu, TAM sering dijadikan landasan teoritis
untuk menjelaskan dan memprediksi keberterimaan oleh seseorang atas teknologi
informasi. Tujuan utama TAM adalah memberikan penjelasan tentang penentuan
penerimaan komputer secara umum, memberikan penjelasan tentang perilaku atau
sikap pengguna dalam suatu populasi (Davis et.al., 1989).
Konstruksi TAM didasarkan pada 2 asumsi, yaitu:
1. Persepsi kegunaan (perceived usefulness/PU), yaitu penilaian subyektif bahwa
penggunaan sistem informasi (teknologi) akan meningkatkan kinerja tugasnya; dan
2. Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use/PEOU), yaitu tingkat
harapan pengguna bahwa sistem yang digunakan tak membutuhkan upaya sulit untuk
digunakan.
Berdasarkan konstruksi ini, PU dan PEOU membentuk keyakinan pengguna akhir
pada suatu teknologi sehingga dapat memprediksi sikapnya terhadap teknologi, yang