Page 1
1
PREFER ENSI PELAKU PASAR DALAM MEMILIH
INSTRUMEN PASAR UANG ANTAR BANK SYARIAH:
PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Dida Nurhaida
Program Diploma III Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta 11440, Indonesia
Coressponding Author Email: [email protected]
ABSTRACT
Purpose
: This research aims to describe, compare and analyze the Sharia
Banks’ preferences for selecting Islamic interbank money market
instrument in Indonesia to manage their liquidity, what is the
reason and research what factors determines market choices in the
future.
Design/Methodology/
Approach
: Data collection through in-depth interviews through questionnaires
to market participants consisting of 7 Islamic banks representing
97% of all Islamic Banking Institutions in Jakarta. The survey was
conducted in October 2017. The empirical analysis tool used in this
study is the AHP model based on several criteria for the
preferences of market players.
Findings : The liquidity instruments in the Sharia Interbank Money Market in
Indonesia are still lack in variance. Among the 3 (three)
instruments available: 1) Interbank Mudharaba Investment
Certificate (SiMA), 2) Interbank Sharia Commodity Trading
Certificate (SiKA), and 3) Sharia Repo, only SiMA is often
transacted. Arguing that: 1) SiMA is most widely known and
available in the market; 2) The mechanism of SiMA is not
complicated, it‟s simple profit-sharing calculation and
bookkeeping also easier; 3) SiMA is relatively easy to run
especially for its settlement compared to Sharia Repo and SiKA
which require underlying settlement.
Keywords : Interbank Money Market, Islamic Banking, Bank Liquidity
Management, Interbank Mudharaba Investment Certificate (SiMA),
Interbank Sharia Commodity Trading Certificate (SiKA), Sharia
Repo
JEL Classification : E22, E50
PENDAHULUAN
Fungsi dari manajemen likuiditas salah satunya adalah untuk memberikan keyakinan
kepada para penyimpan dana bahwa mereka dapat menarik dananya kapan saja atau pada
saat jatuh tempo (Ichsan, 2014). Oleh karena itu bank wajib mempertahankan sejumlah
dana likuid guna memenuhi kewajiban tersebut. Konsep manajemen likuiditas di Bank
Syariah tidak jauh berbeda dengan konsep manajemen likuiditas di bank konvensional.
Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018 : 1-10 ISSN : 2442-9686 (online)
DOI: http://dx.doi.org/10.25105/me.v26i1.5136 ISSN : 0853-3970 (print)
Submission date: 01 Agustus 2019 Accepted date: 13 Agustus 2019
Page 2
Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018
2
Baik itu dari segi tujuan maupun resiko yang akan dihadapi. Perbedaannya terletak pada
akad yang digunakan pada saat melakukan kontrak (Cecchetti & Disyatat, 2012).
Saat ini instrume manajemen likuiditas yang ada di Bank Syariah adalah PUAS (Pasar
Uang Antar Bank Syariah) (Ismal, 2010). Pasar Uang antar bank berdasarkan prinsip
syariah adalah transaksi keuangan jangka pendek antar Bank Syariah berdasarkan prinsip
syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing. Apabila suatu bank mengalami
kekurangan likuiditas, maka bank tersebut dapat meminjam kepada bank lain melalui
instrumen PUAS (Bacha, 2009).
Terdapat tiga instrumen keuangan jangka pendek di Pasar Uang Syariah yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu: 1) Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank
(SiMA); 2) Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah antar Bank
(SiKA); dan 3) Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
dengan Bank Indonesia (Manan, 2017). Dari ketiga instrumen tersebut, Sertifikat
Investasi Mudharabah Antar Bank (SiMA) paling banyak di transaksikan dibandingkan
dua instrument lainnya, seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini:
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (OJK), Oktober 2017
Gambar 1
Total Surat Berharga Pasar Uang Syariah (SBPU Syariah)
Berdasarkan Jenis
Surat Berharga Pasar Uang Syariah yang dimiliki Bank Syariah berdasarkan jenisnya,
SPN Syariah merupakan yang paling banyak dimiliki, lalu SiMA, kemudian SPBU
Syariah lainnya. Sedangkan Surat Berharga Pasar Uang Syariah yang diterbitkan oleh
Bank Syariah berdasarkan jenisnya selama kurun waktu 2014 hingga Oktober 2017,
hanya SiMA. SPBU Syariah lainnya baru mulai diterbitkan pada bulan Juli 2017, dan
hanya 17% presentase nya terhadap total SPBU Syariah yang diterbitkan. Dimana dalam
kategori ini terdapat SiKA dan Repo Syariah.
01.0002.0003.0004.0005.0006.0007.0008.0009.000
10.000
Surat Perbendaharaan Negara Syariah
SBPU Syariah lainnya
Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank (SiMA)
Rp Milyar
Page 3
Preferensi Pelaku Pasar dalam Memilih Instrumen Pasar Uang antar Bank Syariah: Pendekatan
Analytical Hierarchy Process (Ahp)
3
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (OJK), Oktober 2017
Gambar 2
Total Surat Berharga Pasar Uang Syariah (SBPU Syariah) yang diterbitkan
berdasarkan jenis
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa permasalahan yang tengah terjadi saat ini,
mengenai preferensi pelaku pasar dalam memilih instrumen Pasar Uang antar Bank
Syariah (PUAS), dengan melakukan survey dan in-deph interview kepada para pelaku
pasar yaitu key person dibagian Treasury di 7 (tujuh) Bank Syariah yang merupakan
“Seven big market players” di Jakarta. Melihat latarbelakang yang diajukan maka
rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini antara lain: Bagaimana
preferensi pelaku pasar dalam memilih instrumen PUAS? Mengapa SiMA lebih sering
digunakan sebagai alat dalam manajemen likuiditas Bank Syariah dibanding SiKA dan
Repo Syariah?; Apa yang diinginkan oleh pelaku pasar akan instrumen PUAS dimasa
yang akan datang?.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang untuk menganalisis preferensi pelaku pasar dalam memilih
instrumen pasar uang antar Bank Syariah. Sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan
beberapa bukti empiris. Untuk tujuan analitis, peringkat instrumen pasar uang antar Bank
Syariah dibuat menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil in
depth interview dengan responden. Responden yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini dipilih berdasarkan atas pertimbangan bahwa mereka menguasai
permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan informasi yang lengkap dan
akurat. Pemilihan responden ditentukan dengan teknik purposive atau bertujuan, yakni
mempertimbangkan kriteria tertentu yang sesuai dengan topik penelitian. responden yang
dipilih pun harus memiliki kredibilitas yang baik dalam menjawab masalah penelitian.
Pada penelitian ini, yang menjadi responden kunci ialah Kepala Bagian Treasuri,
0500
1.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.5005.000
Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank (SiMA)
SBPU Syariah Lainnya
Rp Milyar
Page 4
Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018
4
Manager Treasuri, dan Supervisor Treasuri di 7 (tujuh) Bank Syariah yang berkantor
Pusat di Jakarta, yang merepresentasikan 97% pangsa pasar Bank Syariah di Indonesia.
Skala ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala prioritas dengan
menggunakan kuesioner metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk memberikan
penilaian terhadap elemen-elemen permasalahan dari setiap level yang sedang diteliti
prioritasnya. Penilaian dinyatakan dalam skala numerik (skala 1 hingga 9) dengan
menggunakan skala sebagai berikut:
Skala 1 = sama pentingnya (equal importance)
Skala 3 = sedikit lebih penting (moderate importance of one over
another)
Skala 5 = jelas lebih penting (essential importance)
Skala 7 = sangat jelas lebih penting (demonstrated importance)
Skala 9 = mutlak lebih penting (extreme importance)
Skala 2, 4, 6, dan 8 = nilai antara (intermediate value)
Bagian pertama dari kuesioner dirancang untuk menghasilkan data mengenai kegunaan
Instrumen Pasar Uang Antar Bank Syariah dalam mengelola kebutuhan likuiditas Bank
Syariah. Tingkat kegunaan yang dirasakan dari produk-produk ini diukur dalam sembilan
skala kepentingan relatif, berkisar dari “Sama Pentingnya” hingga “Mutlak Lebih
Penting. Pada bagian kedua dari kuesioner, responden diminta untuk menunjukkan, apa
yang mereka lihat dari serangkaian kriteria dalam memilih Instrumen Pasar Uang Antar
Bank Syariah untuk mengelola likuiditas mereka. Bagian ketiga, adalah pertanyaan
terbuka untuk mengeksplorasi apa yang mereka harapkan untuk Instrumen Pasar Uang
Antar Bank Syariah di masa depan.
Pertanyaan yang diajukan meliputi:
1) Seberapa sering Anda menggunakan SiMA, SiKA, dan Syariah Repo sebagai alat
untuk mengelola manajemen likuiditas di perusahaan Anda?
2) Di antara 3 instrumen ini (SiKA, SiMA, dan Sharia Repo) mana yang paling Anda
sukai dalam hal: daya jual, fleksibilitas, likuiditas, mekanisme transaksi, penetapan
harga dan kontrak?
3) Di masa depan, apa yang menentukan pilihan Anda untuk instrumen Pasar Uang
antar Bank Syariah?
Struktur Model Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam Model AHP digunakan tiga tahapan hirarki data. Hirarki pertama merupakan
tujuan dari masalah, yaitu pemilihan Instrumen Pasar Uang Antar Bank Syariah. Pada
tingkat kedua terdapat kriteria yang merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan
dalam memilih Instrumen Pasar Uang Syariah Antar Bank Syariah. Sedangkan level
ketiga adalah alternatif yang merupakan jenis instrumen Pasar Uang Syariah Antar Bank
Syariah yang dipilih (Saaty & Forman, 1993).
Dengan menggabungkan setiap tingkat hirarki, struktur Analitical Hierarchy Process
(AHP) yang digunakan dalam analisis ini disajikan pada Gambar 1, yang datanya diolah
dengan menggunakan Super Decision software versi 2.4.0.
Page 5
Preferensi Pelaku Pasar dalam Memilih Instrumen Pasar Uang antar Bank Syariah: Pendekatan
Analytical Hierarchy Process (Ahp)
5
Gambar 3 Struktur Analitical Hierarchy Process
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Perbandingan Preferensi Keseluruhan (Tujuan Utama)
Hasil perbandingan untuk preferensi keseluruhan atau tujuan utama diperoleh urutan
preferensi yaitu urutan prioritas dalam memilih instrumen pasar uang antar Bank Syariah.
Hasil dari perbandingan preferensi secara komprehensif dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Table 1
Perbandingan Berpasangan antar Kriteria Preferensi Pelaku Pasar Kriteria Bobot Ranking
Kontrak 0,05608 6
Fleksibilitas 0,27015 1
Likuiditas 0,26996 2
Harga 0,18636 3
Mudah diperdagangkan 0,12865 4
Mekanisme Transaksi 0,08881 5
Sumber: Super Decisions software output, data diproses (2017)
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden menilai kriteria fleksibilitas sebagai kriteria
paling penting untuk pilihan mereka dengan preferensi (27,02%), diikuti oleh likuiditas
(26,99%), harga (18,63%), dapat diperdagangkan (12,86%), mekanisme transaksi
(8,88%) dan kontrak (5,60%). Nilai rasio konsistensi (CR) berkisar antara 0,00000
hingga 0,08274 pada semua elemennya. Dengan nilai CR ≤ 0,10 maka penelitian dapat
dilanjutkan dengan analisa penelitian.
Matriks Perbandingan Elemen-Elemen pada Level 2 (Kriteria)
Tahap selanjutnya adalah perbandingan berpasangan dari tiga instrumen pasar uang antar
Bank Syariah yang dipilih, berdasarkan keenam kriteria yang telah disebutkan
sebelumnya. Dari data yang diperoleh dari reponden, nilai numerik antara elemen dari
Page 6
Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018
6
masing-masing perbandingan berpasangan diproses dalam matriks perbandingan.
Ringkasan hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Perbandingan Berpasangan antar Alternatif berdasarkan Pertimbangan Masing-
Masing Kriteria
Instumen
Pasar
Uang
antar
Bank
Syariah
Kriteria Preferensi Pelaku Pasar
Kontrak Fleksibilitas Likuiditas Harga
Mudah
diperdagang
kan
Mekanisme
Transaksi
SiMA 0.67381 0.62501 0.11722 0.55842 0.42857 0.16700
SiKA 0.22554 0.13650 0.26837 0.12196 0.14286 0.16700
REPO (s) 0.10065 0.23849 0.61441 0.31962 0.42857 0.66600
Inconsiste
ncy ratio
0.08247 0.01759 0.07069 0.01759 0.00000 0.00000
Sumber: Super Decisions software output, data diproses (2017)
Alternatif pilihan teratas di bawah setiap kriteria dicetak tebal pada tabel 2. Untuk kriteria
kontrak, responden memilih SiMA (67,38%) sebagai instrumen likuiditas pertama,
kemudian SiKA pada urutan kedua (22,55%), dan Repo Syariah di posisi ketiga
(10,06%). Responden memilih SiMA sebagai pilihan utama karena alasan-alasan berikut:
1) kontrak SiMA lebih sederhana, sama seperti transaksi pasar uang biasa pada
umumnya, sedangkan kontrak SiKA lebih sulit karena melibatkan Bursa Berjangka (BBJ)
dalam bertransaksi; 2) SiMA lebih sederhana dan lebih mudah dipahami karena hanya
melibatkan satu kontrak sementara SiKa dan Repo Syariah lebih kompleks; 3) SiMA
mencerminkan lebih banyak prinsip syariah.
Dalam hal kriteria fleksibilitas, menunjukkan bahwa 62,50% responden menyatakan
SiMA sebagai pilihan pertama, 23,84% memilih Repo Syariah di tempat kedua, dan
13,65% memilih SiKA. Responden yang memilih SiMA, mengatakan bahwa: 1) SiMA
cukup fleksibel dan mudah ditransaksikan; 2) aset yang mendasarinya dapat
menggunakan aset riil dan aset keuangan dengan menggunakan akad Murabahah, Ijarah
dan lainnya; 3) pembukuan jelas dan 4) dapat dijual ke luar negeri. Responden yang
memilih Repo Syariah mengatakan bahwa: 1) untuk harga dan periode waktu Repo
Syariah lebih fleksibel. Sementara responden yang memilih SiKA mengatakan bahwa
SiKA memberikan kepastian kepada investor.
Hasil wawancara dengan responden untuk aspek likuiditas, responden memilih Repo
Syariah sebagai pilihan utama (61,44%), SiMA di tempat kedua (26,84%) dan SiKA di
tempat ketiga (11,72%). Responden yang memilih Repo Syariah sebagai pilihan utama,
mengatakan bahwa: 1) bagi hasil atau hasil dari Repo Syariah lebih pasti; 2) underlying
asset yang jelas dan aman (SBSB); 3) dapat dibayarkan kepada Bank Indonesia (BI) dan
Bank Konvensional. Responden yang memilih SiMA mengatakan bahwa: 1) SiMA dapat
dilakukan kapan saja selama ada batas antar bank. Sementara satu responden yang
memilih SikA mengatakan bahwa limit transaksi SiKA lebih besar.
Page 7
Preferensi Pelaku Pasar dalam Memilih Instrumen Pasar Uang antar Bank Syariah: Pendekatan
Analytical Hierarchy Process (Ahp)
7
Responden memilih Repo Syariah sebagai pilihan utama (42,85%), untuk kriteria dapat
diperdagangkan dengan mudah sama halnya dengan SiMA, dan SiKA 14,26%.
Responden yang memilih Repo Syariah, menyatakan bahwa: 1) Repo Syariah dengan
Sukuk yang mendasarinya lebih jelas dan lebih aman karena dapat dijual jika mitra
memiliki wanprestasi; 2) lebih mudah dipahami dan umumnya mudah ditransaksikan; 3)
Repo Syariah dapat diperdagangkan, sedangkan SiMA dan SiKA tidak dapat
diperdagangkan. Responden yang memilih SiMA menyatakan bahwa: SiMA dapat
diterbitkan dalam mata uang rupiah dan mata uang asing sehingga dapat ditransaksikan
dengan bank di luar negeri. Sementara satu responden yang memilih SiKA menyatakan
bahwa SiKA memberikan kepastian kepada investor.
Terakhir, dalam hal mekanisme transaksi, responden memilih SiMA sebagai pilihan
utama (66,6%) dengan alas an sebagai berikut: 1) mekanisme transaksi SiMA tidak rumit,
perhitungan pembagian keuntungannya pun sederhana dan pembukuannya lebih mudah;
2) SiMA relatif mudah dijalankan terutama untuk settlement-nya dibandingkan dengan
Repo Syariah dan SiKA yang membutuhkan underlying asset dalam settlement-nya .
Bobot Global dari Alternatif dan Pemeringkat Akhir
Analis terakhir adalah perbandingan untuk preferensi secara keseluruhan atau tujuan
utama yang akan menentukan preferensi urutan alternatif yang ada dan urutan prioritas
dalam memilih instrumen pasar uang antar bank syariah. Hasil dari preferensi
perbandingan komprehensif dapat dilihat pada table 3 di bawah ini:
Tabel 3
Bobot Gobal dari Alternatif dan Pemeringkat Akhir Instumen Pasar Uang antar Bank Syariah Bobot Global Ranking
SiMA 0.49749 1
SiKA 0.13707 3
REPO (s) 0.36544 2
Sumber: Super Decisions software output, data diproses (2017)
Dari tabel 3, dapat disimpulkan bahwa, jika enam kriteria: kontrak, fleksibilitas, harga,
dapat diperdangkan dan mekanisme transaksi, dihitung secara agregat, hasilnya adalah
pelaku pasar memilih SiMA sebagai prioritas pertama dari instrumen pasar uang antar
Bank Syariah sebagai alat manajemen likuiditas dengan bobot presentase 49,75%. Pada
urutan berikutnya adalah Repo Syariah dengan bobot 36,54%, urutan ketiga SiKA
dengan nilai 13,70%. Konsitensi rasio pada level ini adlah 0,00 (di bawah 0,1) yang
berarti narasumber cukup konsisten dalam menentukan pilihannya
Harapan Pelaku Pasar terhadap instrumen Pasar Uang Antar Bank Syariah dimasa
yang akan datang.
Dari hasil wawancara, dimasa yang akan datang para pelaku pasar berharap ada
instrument pasar uang antar Bank Syariah yang sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan Bank Syariah, dengan mekanisme yang sederhana dan dapat diperjualbelikan
baik antar Bank Syariah itu sendiri maupun ke bank konvensional, baik dalam maupun
luar negeri. Para pelaku pasar pun berharap akan adanya instrumen yang harga nya lebih
Page 8
Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018
8
menarik dari Bank Konvensional. Instument yang lebih mencerminkan prinsip syariah
dan gagasan akan adanya instrument interbank Wakalah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tidak bisa dipungkiri bahwa instrumen likuiditas di Pasar Uang antar Bank Syariah
masih sangat minim varian. Itupun dari 3 (tiga) instrumen yang tersedia yaitu 1) Sertifikat
Investasi Mudharabah Antar Bank (SiMA); 2) Sertifikat Perdagangan Komoditi
Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA); dan 3) Repurchase Agreement (Repo)
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia, hanya SiMA saja yang
sering ditransaksikan.
Beberapa alasan mengapa SiMA banyak diminati adalah (1). Instrumen ini paling banyak
tersedia di market; (2). Mekanisme SiMA tidak berbelit-belit, perhitungan bagi hasil
sederhana dan pembukuannya pun lebih mudah; (3). SiMA relatif mudah untuk
dijalankan terutama dalam hal settlement-nya dibandingkan Repo Syariah dan SiKA yang
memerlukan underlying asset.
Saran
Untuk mengembangkan Pasar Uang antar Bank Syariah, dalam menunjang kebutuhan
manajemen likuiditas Bank Syariah, Bank Indonesia (BI) selaku regulator perlu
melakukan inovasi terhadap instrument tersebut. Harapan para pelaku pasar akan
instrument PUAS dimasa yang akan datang adalah : (1). Instrumen pasar uang antar Bank
Syariah yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan Bank Syariah, dengan
meknisme yang sederhana dan dapat diperjual belikan ke bank konvensional dan ke luar
negeri; (2). Instrumen yang harga nya lebih menarik dari Bank Konvensional; (3).
Instumen yang lebih mencerminkan prinsip syariah; dan (4). Gagasan akan adanya
instrument interbank Wakalah.
DAFTAR PUSTAKA
Bacha, O. I. (2009). The Islamic Inter bank Money Market and a Dual Banking System :
The Malaysian Experience. Munich Personal RePEc Archive, (12699), 1–30.
Cecchetti, S. G., & Disyatat, P. (2012). Central Bank Tools and Liquidity Shortages.
SSRN Electronic Journal, 1–16. https://doi.org/10.2139/ssrn.1678162
Ichsan, N. (2014). Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah. Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah,
6(1), 82–103.
Manan, A. (2017). Aspek Hukum dan Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah
Indonesia. Jakarta: Kencana.
Ismal, R. (2010). How Do Islamic Banks Manage Liquidity Risk? An Empirical Survey
on the Indonesian Islamic Banking Industry. Kyoto Bulletin of Islamic Area
Studies, 3(2), 54–81.
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/8/PBI/2000 tentang Pasar Uang Antarbank
Page 9
Preferensi Pelaku Pasar dalam Memilih Instrumen Pasar Uang antar Bank Syariah: Pendekatan
Analytical Hierarchy Process (Ahp)
9
Berdasarkan Prinsip Syariah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tahun 2003 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 - Perubahan atas PBI No.5/8/PBI/2003
tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia No.14/1/PBI/2012 tanggal 4 Januari 2012 tentang Perubahan
atas Peraturan Bank Indonesia No.9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank
Berdasarkan Prinsip Syariah
Saaty, T. L., & Forman, E. H. (1993). The Hierarchon – A Dictionary of Hierarchies.
Pittsburgh: RWS Publications.
Page 10
Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018
10