Top Banner
1 PREFER ENSI PELAKU PASAR DALAM MEMILIH INSTRUMEN PASAR UANG ANTAR BANK SYARIAH: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dida Nurhaida Program Diploma III Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta 11440, Indonesia Coressponding Author Email: [email protected] ABSTRACT Purpose : This research aims to describe, compare and analyze the Sharia Banks’ preferences for selecting Islamic interbank money market instrument in Indonesia to manage their liquidity, what is the reason and research what factors determines market choices in the future. Design/Methodology/ Approach : Data collection through in-depth interviews through questionnaires to market participants consisting of 7 Islamic banks representing 97% of all Islamic Banking Institutions in Jakarta. The survey was conducted in October 2017. The empirical analysis tool used in this study is the AHP model based on several criteria for the preferences of market players. Findings : The liquidity instruments in the Sharia Interbank Money Market in Indonesia are still lack in variance. Among the 3 (three) instruments available: 1) Interbank Mudharaba Investment Certificate (SiMA), 2) Interbank Sharia Commodity Trading Certificate (SiKA), and 3) Sharia Repo, only SiMA is often transacted. Arguing that: 1) SiMA is most widely known and available in the market; 2) The mechanism of SiMA is not complicated, it‟s simple profit-sharing calculation and bookkeeping also easier; 3) SiMA is relatively easy to run especially for its settlement compared to Sharia Repo and SiKA which require underlying settlement. Keywords : Interbank Money Market, Islamic Banking, Bank Liquidity Management, Interbank Mudharaba Investment Certificate (SiMA), Interbank Sharia Commodity Trading Certificate (SiKA), Sharia Repo JEL Classification : E22, E50 PENDAHULUAN Fungsi dari manajemen likuiditas salah satunya adalah untuk memberikan keyakinan kepada para penyimpan dana bahwa mereka dapat menarik dananya kapan saja atau pada saat jatuh tempo (Ichsan, 2014). Oleh karena itu bank wajib mempertahankan sejumlah dana likuid guna memenuhi kewajiban tersebut. Konsep manajemen likuiditas di Bank Syariah tidak jauh berbeda dengan konsep manajemen likuiditas di bank konvensional. Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018 : 1-10 ISSN : 2442-9686 (online) DOI: http://dx.doi.org/10.25105/me.v26i1.5136 ISSN : 0853-3970 (print) Submission date: 01 Agustus 2019 Accepted date: 13 Agustus 2019
10

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Mar 19, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

1

PREFER ENSI PELAKU PASAR DALAM MEMILIH

INSTRUMEN PASAR UANG ANTAR BANK SYARIAH:

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Dida Nurhaida

Program Diploma III Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Trisakti

Jl. Kyai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta 11440, Indonesia

Coressponding Author Email: [email protected]

ABSTRACT

Purpose

: This research aims to describe, compare and analyze the Sharia

Banks’ preferences for selecting Islamic interbank money market

instrument in Indonesia to manage their liquidity, what is the

reason and research what factors determines market choices in the

future.

Design/Methodology/

Approach

: Data collection through in-depth interviews through questionnaires

to market participants consisting of 7 Islamic banks representing

97% of all Islamic Banking Institutions in Jakarta. The survey was

conducted in October 2017. The empirical analysis tool used in this

study is the AHP model based on several criteria for the

preferences of market players.

Findings : The liquidity instruments in the Sharia Interbank Money Market in

Indonesia are still lack in variance. Among the 3 (three)

instruments available: 1) Interbank Mudharaba Investment

Certificate (SiMA), 2) Interbank Sharia Commodity Trading

Certificate (SiKA), and 3) Sharia Repo, only SiMA is often

transacted. Arguing that: 1) SiMA is most widely known and

available in the market; 2) The mechanism of SiMA is not

complicated, it‟s simple profit-sharing calculation and

bookkeeping also easier; 3) SiMA is relatively easy to run

especially for its settlement compared to Sharia Repo and SiKA

which require underlying settlement.

Keywords : Interbank Money Market, Islamic Banking, Bank Liquidity

Management, Interbank Mudharaba Investment Certificate (SiMA),

Interbank Sharia Commodity Trading Certificate (SiKA), Sharia

Repo

JEL Classification : E22, E50

PENDAHULUAN

Fungsi dari manajemen likuiditas salah satunya adalah untuk memberikan keyakinan

kepada para penyimpan dana bahwa mereka dapat menarik dananya kapan saja atau pada

saat jatuh tempo (Ichsan, 2014). Oleh karena itu bank wajib mempertahankan sejumlah

dana likuid guna memenuhi kewajiban tersebut. Konsep manajemen likuiditas di Bank

Syariah tidak jauh berbeda dengan konsep manajemen likuiditas di bank konvensional.

Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018 : 1-10 ISSN : 2442-9686 (online)

DOI: http://dx.doi.org/10.25105/me.v26i1.5136 ISSN : 0853-3970 (print)

Submission date: 01 Agustus 2019 Accepted date: 13 Agustus 2019

Page 2: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018

2

Baik itu dari segi tujuan maupun resiko yang akan dihadapi. Perbedaannya terletak pada

akad yang digunakan pada saat melakukan kontrak (Cecchetti & Disyatat, 2012).

Saat ini instrume manajemen likuiditas yang ada di Bank Syariah adalah PUAS (Pasar

Uang Antar Bank Syariah) (Ismal, 2010). Pasar Uang antar bank berdasarkan prinsip

syariah adalah transaksi keuangan jangka pendek antar Bank Syariah berdasarkan prinsip

syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing. Apabila suatu bank mengalami

kekurangan likuiditas, maka bank tersebut dapat meminjam kepada bank lain melalui

instrumen PUAS (Bacha, 2009).

Terdapat tiga instrumen keuangan jangka pendek di Pasar Uang Syariah yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu: 1) Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank

(SiMA); 2) Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah antar Bank

(SiKA); dan 3) Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

dengan Bank Indonesia (Manan, 2017). Dari ketiga instrumen tersebut, Sertifikat

Investasi Mudharabah Antar Bank (SiMA) paling banyak di transaksikan dibandingkan

dua instrument lainnya, seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini:

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (OJK), Oktober 2017

Gambar 1

Total Surat Berharga Pasar Uang Syariah (SBPU Syariah)

Berdasarkan Jenis

Surat Berharga Pasar Uang Syariah yang dimiliki Bank Syariah berdasarkan jenisnya,

SPN Syariah merupakan yang paling banyak dimiliki, lalu SiMA, kemudian SPBU

Syariah lainnya. Sedangkan Surat Berharga Pasar Uang Syariah yang diterbitkan oleh

Bank Syariah berdasarkan jenisnya selama kurun waktu 2014 hingga Oktober 2017,

hanya SiMA. SPBU Syariah lainnya baru mulai diterbitkan pada bulan Juli 2017, dan

hanya 17% presentase nya terhadap total SPBU Syariah yang diterbitkan. Dimana dalam

kategori ini terdapat SiKA dan Repo Syariah.

01.0002.0003.0004.0005.0006.0007.0008.0009.000

10.000

Surat Perbendaharaan Negara Syariah

SBPU Syariah lainnya

Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank (SiMA)

Rp Milyar

Page 3: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Preferensi Pelaku Pasar dalam Memilih Instrumen Pasar Uang antar Bank Syariah: Pendekatan

Analytical Hierarchy Process (Ahp)

3

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (OJK), Oktober 2017

Gambar 2

Total Surat Berharga Pasar Uang Syariah (SBPU Syariah) yang diterbitkan

berdasarkan jenis

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa permasalahan yang tengah terjadi saat ini,

mengenai preferensi pelaku pasar dalam memilih instrumen Pasar Uang antar Bank

Syariah (PUAS), dengan melakukan survey dan in-deph interview kepada para pelaku

pasar yaitu key person dibagian Treasury di 7 (tujuh) Bank Syariah yang merupakan

“Seven big market players” di Jakarta. Melihat latarbelakang yang diajukan maka

rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini antara lain: Bagaimana

preferensi pelaku pasar dalam memilih instrumen PUAS? Mengapa SiMA lebih sering

digunakan sebagai alat dalam manajemen likuiditas Bank Syariah dibanding SiKA dan

Repo Syariah?; Apa yang diinginkan oleh pelaku pasar akan instrumen PUAS dimasa

yang akan datang?.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang untuk menganalisis preferensi pelaku pasar dalam memilih

instrumen pasar uang antar Bank Syariah. Sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan

beberapa bukti empiris. Untuk tujuan analitis, peringkat instrumen pasar uang antar Bank

Syariah dibuat menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil in

depth interview dengan responden. Responden yang menjadi sumber data dalam

penelitian ini dipilih berdasarkan atas pertimbangan bahwa mereka menguasai

permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan informasi yang lengkap dan

akurat. Pemilihan responden ditentukan dengan teknik purposive atau bertujuan, yakni

mempertimbangkan kriteria tertentu yang sesuai dengan topik penelitian. responden yang

dipilih pun harus memiliki kredibilitas yang baik dalam menjawab masalah penelitian.

Pada penelitian ini, yang menjadi responden kunci ialah Kepala Bagian Treasuri,

0500

1.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.5005.000

Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank (SiMA)

SBPU Syariah Lainnya

Rp Milyar

Page 4: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018

4

Manager Treasuri, dan Supervisor Treasuri di 7 (tujuh) Bank Syariah yang berkantor

Pusat di Jakarta, yang merepresentasikan 97% pangsa pasar Bank Syariah di Indonesia.

Skala ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala prioritas dengan

menggunakan kuesioner metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk memberikan

penilaian terhadap elemen-elemen permasalahan dari setiap level yang sedang diteliti

prioritasnya. Penilaian dinyatakan dalam skala numerik (skala 1 hingga 9) dengan

menggunakan skala sebagai berikut:

Skala 1 = sama pentingnya (equal importance)

Skala 3 = sedikit lebih penting (moderate importance of one over

another)

Skala 5 = jelas lebih penting (essential importance)

Skala 7 = sangat jelas lebih penting (demonstrated importance)

Skala 9 = mutlak lebih penting (extreme importance)

Skala 2, 4, 6, dan 8 = nilai antara (intermediate value)

Bagian pertama dari kuesioner dirancang untuk menghasilkan data mengenai kegunaan

Instrumen Pasar Uang Antar Bank Syariah dalam mengelola kebutuhan likuiditas Bank

Syariah. Tingkat kegunaan yang dirasakan dari produk-produk ini diukur dalam sembilan

skala kepentingan relatif, berkisar dari “Sama Pentingnya” hingga “Mutlak Lebih

Penting. Pada bagian kedua dari kuesioner, responden diminta untuk menunjukkan, apa

yang mereka lihat dari serangkaian kriteria dalam memilih Instrumen Pasar Uang Antar

Bank Syariah untuk mengelola likuiditas mereka. Bagian ketiga, adalah pertanyaan

terbuka untuk mengeksplorasi apa yang mereka harapkan untuk Instrumen Pasar Uang

Antar Bank Syariah di masa depan.

Pertanyaan yang diajukan meliputi:

1) Seberapa sering Anda menggunakan SiMA, SiKA, dan Syariah Repo sebagai alat

untuk mengelola manajemen likuiditas di perusahaan Anda?

2) Di antara 3 instrumen ini (SiKA, SiMA, dan Sharia Repo) mana yang paling Anda

sukai dalam hal: daya jual, fleksibilitas, likuiditas, mekanisme transaksi, penetapan

harga dan kontrak?

3) Di masa depan, apa yang menentukan pilihan Anda untuk instrumen Pasar Uang

antar Bank Syariah?

Struktur Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

Dalam Model AHP digunakan tiga tahapan hirarki data. Hirarki pertama merupakan

tujuan dari masalah, yaitu pemilihan Instrumen Pasar Uang Antar Bank Syariah. Pada

tingkat kedua terdapat kriteria yang merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan

dalam memilih Instrumen Pasar Uang Syariah Antar Bank Syariah. Sedangkan level

ketiga adalah alternatif yang merupakan jenis instrumen Pasar Uang Syariah Antar Bank

Syariah yang dipilih (Saaty & Forman, 1993).

Dengan menggabungkan setiap tingkat hirarki, struktur Analitical Hierarchy Process

(AHP) yang digunakan dalam analisis ini disajikan pada Gambar 1, yang datanya diolah

dengan menggunakan Super Decision software versi 2.4.0.

Page 5: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Preferensi Pelaku Pasar dalam Memilih Instrumen Pasar Uang antar Bank Syariah: Pendekatan

Analytical Hierarchy Process (Ahp)

5

Gambar 3 Struktur Analitical Hierarchy Process

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Perbandingan Preferensi Keseluruhan (Tujuan Utama)

Hasil perbandingan untuk preferensi keseluruhan atau tujuan utama diperoleh urutan

preferensi yaitu urutan prioritas dalam memilih instrumen pasar uang antar Bank Syariah.

Hasil dari perbandingan preferensi secara komprehensif dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Table 1

Perbandingan Berpasangan antar Kriteria Preferensi Pelaku Pasar Kriteria Bobot Ranking

Kontrak 0,05608 6

Fleksibilitas 0,27015 1

Likuiditas 0,26996 2

Harga 0,18636 3

Mudah diperdagangkan 0,12865 4

Mekanisme Transaksi 0,08881 5

Sumber: Super Decisions software output, data diproses (2017)

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden menilai kriteria fleksibilitas sebagai kriteria

paling penting untuk pilihan mereka dengan preferensi (27,02%), diikuti oleh likuiditas

(26,99%), harga (18,63%), dapat diperdagangkan (12,86%), mekanisme transaksi

(8,88%) dan kontrak (5,60%). Nilai rasio konsistensi (CR) berkisar antara 0,00000

hingga 0,08274 pada semua elemennya. Dengan nilai CR ≤ 0,10 maka penelitian dapat

dilanjutkan dengan analisa penelitian.

Matriks Perbandingan Elemen-Elemen pada Level 2 (Kriteria)

Tahap selanjutnya adalah perbandingan berpasangan dari tiga instrumen pasar uang antar

Bank Syariah yang dipilih, berdasarkan keenam kriteria yang telah disebutkan

sebelumnya. Dari data yang diperoleh dari reponden, nilai numerik antara elemen dari

Page 6: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018

6

masing-masing perbandingan berpasangan diproses dalam matriks perbandingan.

Ringkasan hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Perbandingan Berpasangan antar Alternatif berdasarkan Pertimbangan Masing-

Masing Kriteria

Instumen

Pasar

Uang

antar

Bank

Syariah

Kriteria Preferensi Pelaku Pasar

Kontrak Fleksibilitas Likuiditas Harga

Mudah

diperdagang

kan

Mekanisme

Transaksi

SiMA 0.67381 0.62501 0.11722 0.55842 0.42857 0.16700

SiKA 0.22554 0.13650 0.26837 0.12196 0.14286 0.16700

REPO (s) 0.10065 0.23849 0.61441 0.31962 0.42857 0.66600

Inconsiste

ncy ratio

0.08247 0.01759 0.07069 0.01759 0.00000 0.00000

Sumber: Super Decisions software output, data diproses (2017)

Alternatif pilihan teratas di bawah setiap kriteria dicetak tebal pada tabel 2. Untuk kriteria

kontrak, responden memilih SiMA (67,38%) sebagai instrumen likuiditas pertama,

kemudian SiKA pada urutan kedua (22,55%), dan Repo Syariah di posisi ketiga

(10,06%). Responden memilih SiMA sebagai pilihan utama karena alasan-alasan berikut:

1) kontrak SiMA lebih sederhana, sama seperti transaksi pasar uang biasa pada

umumnya, sedangkan kontrak SiKA lebih sulit karena melibatkan Bursa Berjangka (BBJ)

dalam bertransaksi; 2) SiMA lebih sederhana dan lebih mudah dipahami karena hanya

melibatkan satu kontrak sementara SiKa dan Repo Syariah lebih kompleks; 3) SiMA

mencerminkan lebih banyak prinsip syariah.

Dalam hal kriteria fleksibilitas, menunjukkan bahwa 62,50% responden menyatakan

SiMA sebagai pilihan pertama, 23,84% memilih Repo Syariah di tempat kedua, dan

13,65% memilih SiKA. Responden yang memilih SiMA, mengatakan bahwa: 1) SiMA

cukup fleksibel dan mudah ditransaksikan; 2) aset yang mendasarinya dapat

menggunakan aset riil dan aset keuangan dengan menggunakan akad Murabahah, Ijarah

dan lainnya; 3) pembukuan jelas dan 4) dapat dijual ke luar negeri. Responden yang

memilih Repo Syariah mengatakan bahwa: 1) untuk harga dan periode waktu Repo

Syariah lebih fleksibel. Sementara responden yang memilih SiKA mengatakan bahwa

SiKA memberikan kepastian kepada investor.

Hasil wawancara dengan responden untuk aspek likuiditas, responden memilih Repo

Syariah sebagai pilihan utama (61,44%), SiMA di tempat kedua (26,84%) dan SiKA di

tempat ketiga (11,72%). Responden yang memilih Repo Syariah sebagai pilihan utama,

mengatakan bahwa: 1) bagi hasil atau hasil dari Repo Syariah lebih pasti; 2) underlying

asset yang jelas dan aman (SBSB); 3) dapat dibayarkan kepada Bank Indonesia (BI) dan

Bank Konvensional. Responden yang memilih SiMA mengatakan bahwa: 1) SiMA dapat

dilakukan kapan saja selama ada batas antar bank. Sementara satu responden yang

memilih SikA mengatakan bahwa limit transaksi SiKA lebih besar.

Page 7: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Preferensi Pelaku Pasar dalam Memilih Instrumen Pasar Uang antar Bank Syariah: Pendekatan

Analytical Hierarchy Process (Ahp)

7

Responden memilih Repo Syariah sebagai pilihan utama (42,85%), untuk kriteria dapat

diperdagangkan dengan mudah sama halnya dengan SiMA, dan SiKA 14,26%.

Responden yang memilih Repo Syariah, menyatakan bahwa: 1) Repo Syariah dengan

Sukuk yang mendasarinya lebih jelas dan lebih aman karena dapat dijual jika mitra

memiliki wanprestasi; 2) lebih mudah dipahami dan umumnya mudah ditransaksikan; 3)

Repo Syariah dapat diperdagangkan, sedangkan SiMA dan SiKA tidak dapat

diperdagangkan. Responden yang memilih SiMA menyatakan bahwa: SiMA dapat

diterbitkan dalam mata uang rupiah dan mata uang asing sehingga dapat ditransaksikan

dengan bank di luar negeri. Sementara satu responden yang memilih SiKA menyatakan

bahwa SiKA memberikan kepastian kepada investor.

Terakhir, dalam hal mekanisme transaksi, responden memilih SiMA sebagai pilihan

utama (66,6%) dengan alas an sebagai berikut: 1) mekanisme transaksi SiMA tidak rumit,

perhitungan pembagian keuntungannya pun sederhana dan pembukuannya lebih mudah;

2) SiMA relatif mudah dijalankan terutama untuk settlement-nya dibandingkan dengan

Repo Syariah dan SiKA yang membutuhkan underlying asset dalam settlement-nya .

Bobot Global dari Alternatif dan Pemeringkat Akhir

Analis terakhir adalah perbandingan untuk preferensi secara keseluruhan atau tujuan

utama yang akan menentukan preferensi urutan alternatif yang ada dan urutan prioritas

dalam memilih instrumen pasar uang antar bank syariah. Hasil dari preferensi

perbandingan komprehensif dapat dilihat pada table 3 di bawah ini:

Tabel 3

Bobot Gobal dari Alternatif dan Pemeringkat Akhir Instumen Pasar Uang antar Bank Syariah Bobot Global Ranking

SiMA 0.49749 1

SiKA 0.13707 3

REPO (s) 0.36544 2

Sumber: Super Decisions software output, data diproses (2017)

Dari tabel 3, dapat disimpulkan bahwa, jika enam kriteria: kontrak, fleksibilitas, harga,

dapat diperdangkan dan mekanisme transaksi, dihitung secara agregat, hasilnya adalah

pelaku pasar memilih SiMA sebagai prioritas pertama dari instrumen pasar uang antar

Bank Syariah sebagai alat manajemen likuiditas dengan bobot presentase 49,75%. Pada

urutan berikutnya adalah Repo Syariah dengan bobot 36,54%, urutan ketiga SiKA

dengan nilai 13,70%. Konsitensi rasio pada level ini adlah 0,00 (di bawah 0,1) yang

berarti narasumber cukup konsisten dalam menentukan pilihannya

Harapan Pelaku Pasar terhadap instrumen Pasar Uang Antar Bank Syariah dimasa

yang akan datang.

Dari hasil wawancara, dimasa yang akan datang para pelaku pasar berharap ada

instrument pasar uang antar Bank Syariah yang sesuai dengan perkembangan dan

kebutuhan Bank Syariah, dengan mekanisme yang sederhana dan dapat diperjualbelikan

baik antar Bank Syariah itu sendiri maupun ke bank konvensional, baik dalam maupun

luar negeri. Para pelaku pasar pun berharap akan adanya instrumen yang harga nya lebih

Page 8: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018

8

menarik dari Bank Konvensional. Instument yang lebih mencerminkan prinsip syariah

dan gagasan akan adanya instrument interbank Wakalah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tidak bisa dipungkiri bahwa instrumen likuiditas di Pasar Uang antar Bank Syariah

masih sangat minim varian. Itupun dari 3 (tiga) instrumen yang tersedia yaitu 1) Sertifikat

Investasi Mudharabah Antar Bank (SiMA); 2) Sertifikat Perdagangan Komoditi

Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA); dan 3) Repurchase Agreement (Repo)

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia, hanya SiMA saja yang

sering ditransaksikan.

Beberapa alasan mengapa SiMA banyak diminati adalah (1). Instrumen ini paling banyak

tersedia di market; (2). Mekanisme SiMA tidak berbelit-belit, perhitungan bagi hasil

sederhana dan pembukuannya pun lebih mudah; (3). SiMA relatif mudah untuk

dijalankan terutama dalam hal settlement-nya dibandingkan Repo Syariah dan SiKA yang

memerlukan underlying asset.

Saran

Untuk mengembangkan Pasar Uang antar Bank Syariah, dalam menunjang kebutuhan

manajemen likuiditas Bank Syariah, Bank Indonesia (BI) selaku regulator perlu

melakukan inovasi terhadap instrument tersebut. Harapan para pelaku pasar akan

instrument PUAS dimasa yang akan datang adalah : (1). Instrumen pasar uang antar Bank

Syariah yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan Bank Syariah, dengan

meknisme yang sederhana dan dapat diperjual belikan ke bank konvensional dan ke luar

negeri; (2). Instrumen yang harga nya lebih menarik dari Bank Konvensional; (3).

Instumen yang lebih mencerminkan prinsip syariah; dan (4). Gagasan akan adanya

instrument interbank Wakalah.

DAFTAR PUSTAKA

Bacha, O. I. (2009). The Islamic Inter bank Money Market and a Dual Banking System :

The Malaysian Experience. Munich Personal RePEc Archive, (12699), 1–30.

Cecchetti, S. G., & Disyatat, P. (2012). Central Bank Tools and Liquidity Shortages.

SSRN Electronic Journal, 1–16. https://doi.org/10.2139/ssrn.1678162

Ichsan, N. (2014). Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah. Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah,

6(1), 82–103.

Manan, A. (2017). Aspek Hukum dan Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah

Indonesia. Jakarta: Kencana.

Ismal, R. (2010). How Do Islamic Banks Manage Liquidity Risk? An Empirical Survey

on the Indonesian Islamic Banking Industry. Kyoto Bulletin of Islamic Area

Studies, 3(2), 54–81.

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/8/PBI/2000 tentang Pasar Uang Antarbank

Page 9: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Preferensi Pelaku Pasar dalam Memilih Instrumen Pasar Uang antar Bank Syariah: Pendekatan

Analytical Hierarchy Process (Ahp)

9

Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tahun 2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum

Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 - Perubahan atas PBI No.5/8/PBI/2003

tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum

Peraturan Bank Indonesia No.14/1/PBI/2012 tanggal 4 Januari 2012 tentang Perubahan

atas Peraturan Bank Indonesia No.9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank

Berdasarkan Prinsip Syariah

Saaty, T. L., & Forman, E. H. (1993). The Hierarchon – A Dictionary of Hierarchies.

Pittsburgh: RWS Publications.

Page 10: PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Media Ekonomi Vol. 26 No. 1 April 2018

10