Top Banner

of 98

Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

Jul 06, 2018

Download

Documents

sri wahyuni
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    1/98

     

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    2/98

     Serial : Pendekar MabukJudul : 04. Perawan SesatPengarang : ?Penerbit : ?E-book : paulustjing

    1

    SEMILIR angin menghembus ke permukaan telaga.Air telaga bergerak-gerak bagai digelitik jemariperawan. Telaga yang tidak begitu luas itu dikelilingioleh pepohonan rindang berbatang tinggi. Teduh sekalisuasana di sekeliling telaga.

    Tiba-tiba tanpa angin tanpa badai, air telagaberkecipak dan muncrat ke atas. Sesosok tubuh melesatkeluar dari kedalaman telaga. Tubuh itu segerabersalto ke depan dan kejap berikutnya sepasang kakikekarnya telah menapak tanah. Jliggg...!

    Napas orang itu terhempas. Sebagian air ikutmenyembur keluar dari mulutnya. Matanya yang keciltapi tajam itu menatap sekeliling dengan penuhwaspada. Orang berpakaian hitam dengan alis kuningemas pada tepiannya itu segera kibaskan kepala.Rambut dan sekujur tubuhnya yang basah siratkan airke kanan-kiri. Ikat kepalanya dilepas dan diperas.

    Melihat dari bentuk kumisnya yang sedikit tebaldengan cambang tipis, sebuah pedang sarung perakberukir yang tetap tersemat di pinggang kirinya, iacukup dikenal di rimba persilatan. Para tokohmengenalnya dengan nama: Datuk Marah Gadai. Iatergolong salah satu dari sekian tokoh sakti yang punyahasrat untuk menguasai rimba persilatan di seluruhtanah Jawa. Ia punya harapan untuk menjadi penguasatanah Jawa, hingga tak segan-segan turunkan tangandan cabutkan pedang untuk membunuh siapa pun yangmenjadi penghalangnya.

    Datuk Marah Gadai memandangi air telaga dengan

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    3/98

     perasaan dongkol. Matanya yang berkesan bengis itusemakin tampak bengis, karena sebuah perasaankecewa yang dikarenakan oleh sesuatu hal semakinmenggerogoti jiwanya. Datuk Marah Gadai menggeramdalam keraguan bertindak.

    "Kutinggalkan telaga keparat ini, atau kucoba sekalilagi menyelam dan mencari di dasar telaga. Bila perlukuangkat semua tanah yang ada di dasar telaga ini!"

    Belum sampai Datuk Marah Gadai putuskanlangkah, tiba-tiba ia mendengar suara tawa terkekehdari atas pohon. Cepat-cepat Datuk Marah Gadaipalingkan wajah lemparkan pandangan ke atas.

    "Turun kau, Monyet!" sentak Datuk Marah Gadaidengan kasar.

    "Tak perlu kau suruh aku turun, aku memang sudahberniat turun sendiri. Karena kaulah orang yang kucari-cari beberapa waktu ini dan ternyata kutemukan disini! He, he, he...!"

    Orang di atas pohon itu segera melompat turun.Tubuhnya yang kurus kering bagaikan kipas dihembusangin. Rambutnya yang putih panjang meriap panjangbagaikan serabut akar kering melayang ke mana-mana.Orang yang bercelana hitam, berkain putih penutupdada, dan menggenggam tongkat kayu putih itu tak lainadalah Peramal Pikun dengan nama asli Renggono. Diaadalah kakak dari Cadaspati, murid Malaikat TanpaNyawa, yang tempo hari telah dibunuh oleh DatukMarah Gadai. (Baca serial Pendekar Mabuk dalamepisode: "Darah Asmara Gila").

    Tokoh tua yang lebih banyak cengengesan itumemang mempunyai kesaktian melebihi adiknya, tapiia tidak termasuk sebagai murid Malaikat Tanpa Nyawa.Bahkan dulu ia pernah bentrok dengan Malaikat TanpaNyawa, dan ia segera kabur karena sang adik membelagurunya. Namun sebagai seorang kakak, Peramal Pikuntak bisa tinggal diam melihat kematian adiknya di

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    4/98

     tangan Datuk Marah Gadai. Untuk itulah ia merasagembira karena bisa bertemu dengan pembunuhadiknya di tepi Telaga Manik Intan.

    Peramal Pikun hentikan tawanya sejenak.Pandangan matanya menjadi lebih tajam. Kata-katanyaterasa sedingin es.

    "Kau yang membunuh Cadaspati, adikku!""Benar!" jawab Datuk Marah Gadai bersikap

    menantang. "Apakah kau ingin menyusulnya? Akubersedia membantumu!"

    "Kau yang akan kususulkan ke sana untuk memintamaaf padanya!"

    Datuk Marah Gadai sunggingkan senyum tipis dansinis, pertanda meremehkan gertakan Peramal Pikun.

    "Rupanya biar tua kau masih punya nyali juga,Peramal Pikun! Seharusnya kau bisa bayangkan, adikmuyang terhitung lebih muda dan lebih lincah darimu itubisa kubunuh tanpa ampun lagi, apalagi kamu yangsudah tua renta tinggal tulang terbungkus kulit? Samasaja aku melawan ranting kering yang sudah waktunyarengas!"

    Peramal Pikun menyipitkan pandangan matanya.Tangan kanannya yang menggenggam tongkat meremaskuat. Kejap berikutnya ia sentakkan kepala tongkat kedepan, kaki merendah terbentang, tangan terangkat keatas.

    Wuuugh....!Sebuah gumpalan tenaga dalam dilancarkan melalui

    kepala tongkatnya. Tenaga dalam itu melesat ke dadaDatuk, tapi dengan cepat tangan kanan Datuk terangkatdi depan dada dengan dua jari mengeras berdiri danpunggung tangan itu menghadap ke arah depan. Daripunggung tangan itu keluar gelombang tenagapenangkis, sehingga di depan mereka terdengar suaraseperti dua benda empuk beradu.

    Beggh...!

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    5/98

     Kedua tubuh masih sama-sama tegak. Hanya kain

    dan rambut Peramal Pikun yang tersibak bagaidihembus angin balik. Sementara itu, Datuk MarahGadai sunggingkan senyum karena ia pun merasa sedikitterdorong oleh benturan tenaga dalam itu.

    Peramal Pikun mengendurkan urat-urat tangannyadan kembali bersikap seperti tadi. Tongkatnyaditapakkan ke tanah. Seakan apa yang dilakukan tadihanya untuk menguji kesigapan lawannya.

    Sang lawan pun menurunkan tangan dan berdiridalam sikap tenang seperti semula. Datuk Marah Gadaimelangkah ke samping dua tindak. Sengaja ia berdiribersandar pohon supaya timbul kesan menganggapenteng kehadiran Peramal Pikun.

    "Kalau kau menuntut kematian adikmu itu kuanggaptuntutan yang wajar. Tapi aku sangsi, apa kamu bisamengungguli ilmuku, Peramal Pikun?"

    Merasa diremehkan, Peramal Pikun sentakkantongkatnya ke tanah.

    Duggg...!Tak diduga-duga tubuh Datuk Marah Gadai

    tersentak ke atas dan nyaris jatuh ke tanah. RupanyaPeramal Pikun salurkan tenaga dalamnya melaluitongkat, dan tenaga dalam itu melesak masuk ketanah, lalu menyentak ke atas, membuat tubuh DatukMarah Gadai tersentak naik. Ada separo tombak tinggisentakan itu. Kalau saja Datuk Marah Gadai tidak bisacepat kuasai keseimbangan, ia akan jatuh terduduk ditanah. Untung ia segera kuasai keseimbangan tubuhnyayang sedikit gemuk itu, sehingga ia hanya terhuyung-huyung dan berhasil berpegangan batang pohon.

    "Datuk Marah Gadai!" kata Peramal Pikun dengantegas. "Perlu kau ketahui, kehadiranku menemui dirimubukan hanya menuntut balas atas kematian adikku, tapijuga ingin merebut Pusaka Tuak Setan yang kau ambildari Cadaspati, adikku itu."

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    6/98

     "Pusaka apa yang bisa diperoleh adikmu itu?! Tidak

    ada pusaka apa-apa yang bisa diperolehnya, karenaadikmu itu sebenarnya manusia tanpa isi, tak punyailmu apa-apa, sehingga tak bisa memperoleh pusakaapa pun! Menyesal juga aku telah bersusah payahmengejarnya, buang-buang waktu saja, dan ternyataPusaka Tuak Setan memang tidak ada padanya."

    "Hmmm... begitukah pengakuanmu, Datuk MarahGadai? Jika memang Cadaspati tidak memegang pusakaitu, tentunya kau sekarang telah memegangnya! Akulihat sendiri kau muncul dari kedalaman telaga!"

    "Ya. Memang aku muncul dari kedalaman telaga ini.Lantas apa maksudmu?"

    "Tentunya kau yakin jika Pusaka Tuak Setan itumasih ada di dasar telaga, dan kau segera memburunyasetelah kau bunuh adikku itu. Tentunya juga kausekarang sudah mendapatkannya, Marah Gadai!"

    Tawa Datuk Marah Gadai terlepas keras. Pada saatyang sama, Peramal Pikun berkata dalam hatinya.

    "Pasti dia sudah dapatkan pusaka itu. Kalau diatidak memperoleh Pusaka Tuak Setan dari Cadaspati,tak mungkin dia menyelam di dalam telaga dalamkeadaan tanpa melepas pakaian. Sengaja dia menyelamdengan berpakaian lengkap, karena keadaan itu bisadimanfaatkan olehnya untuk menyembunyikan PusakaTuak Setan di balik baju atau pinggangnya itu."

    Datuk Marah Gadai hentikan tawa. Tapi bibirnyamasih sunggingkan sisa senyum sinisnya, sambil iaperdengarkan suaranya yang sedikit besar itu.

    "Lucu sekali buatku. Dulu, sangkaku Cadaspatimembawa Pusaka Tuak Setan dari dasar telaga, sebabaku lihat dia muncul dari kedalaman telaga. Lalu akukejar dia sampai akhirnya kubunuh, dan ternyata diatidak pegang pusaka itu. Sekarang, aku muncul daridasar telaga tanpa membawa pusaka itu, tapi disangkaberhasil memperoleh pusaka itu. Tentunya kau tidak

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    7/98

     percaya jika kukatakan bahwa aku tidak memperolehbenda apa pun di dalam dasar telagaiItu! Satu pasir puntidak kubawa naik ke permukaan ini, Peramal Pikun.Harap kau mau percaya agar tak terjadi salah dugayang berakibat buruk, seperti nasib adikmu itu!"

    Peramal Pikun membatin, "Apa benar dia tidakdapatkan pusaka itu? Jika benar, lantas ke manaperginya pusaka itu? Siapa yang sudah berhasilmembawanya pergi? Atau... masih ada di dalam telagaini?"

    Sejurus setelah keduanya sama-sama diam, DatukMarah Gadai kembali perdengarkan suaranya,

    "Peramal Pikun, kurasa kau tak perlu curigapadaku. Pusaku itu memang tidak ada. Mungkin jugayang namanya Pusaka Tuak Setan hanya merupakankabar bohong saja. Pusaka itu tidak pernah ada daridulu sampai sekarang. Jadi, tak ada guna kitabersitegang memperebutkannya. Dan, aku tak bisaterlalu lama tinggal di sini, karena aku punya banyakurusan di tempat lain. Aku harus segera pergi!"

    "Tunggu!" cegah Peramal Pikun sambil melangkahsatu tindak.

    "Urusan kita belum beres, Marah Gadai!""Sudah kukatakan, Tuak Setan itu tidak ada!""Barangkali benar. Tapi urusan soal kematian

    adikku belum selesai. Kau harus menebusnya dengannyawa pula, Marah Gadai!"

    "Aku tidak tega jika harus meremukkan tulang-tulang tuamu, Renggono!" kata Datuk Marah Gadaimenyebutkan nama asli Peramal Pikun. Tetapi agaknyaorang berkumis putih dan beralis tebal putih itu tidakmau membiarkan lawannya pergi begitu saja.

    Saat Datuk Marah Gadai balikkan badan dan siapmelangkah, Peramal Pikun segera kibaskan tongkatnyake arah depan, dari kanan ke kiri. Wuuung...! Bunyikibasannya mirip suara gasing.

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    8/98

     Datuk Marah Gadai segera balikkan badan untuk

    menangkis pukulan tenaga dalam itu. Tapi ia telatbergerak. Tenaga dalam tanpa bentuk itu telahmenghantam bagian punggungnya. Bugg...! Tubuhorang berpakaian basah itu terjungkal ke depan tanpaampun lagi. Pakaian yang basah menjadi kotor karenatanah. Peramal Pikun melihat adanya peluang emasuntuk membunuh Datuk Marah Gadai. Maka, ujungtongkatnya yang bawah disentakkan ke depan denganmengerahkan tenaga dalamnya. Zuuut...!

    Crasss...!Ujung tongkat itu keluarkan cahaya merah yang

    membentuk seperti lempengan logam bundar. Sinarmerah itu melesat cepat ke arah Datuk Marah Gadai.

    Melihat kelebatan sinar merah, Datuk Marah Gadaitak punya kesempatan untuk menangkisnya, ia hanyatolakkan kaki kanannya ke tanah, dan tubuhnyamelesat naik dengan ringan dalam keadaan masihberbaring. Tubuh yang terangkat bagaikan terbang ituselamat dari sasaran sinar merah. Tetapi sinar itumenghantam bagian bawah pohon, memotong batangpohon itu bagaikan gergaji yang luar biasa tajamnya.

    Brukkk...! Pohon itu pun tumbang dengan potonganrapi bak irisan kue lapis. Datuk Marah Gadai sempatterhenyak melihat potongan serapi itu. Segera iasigapkan diri kembali dan palingkan wajah ke arahPeramal Pikun.

    "Bersyukurlah kau bisa selamat dari jurus 'KepakGaruda'-ku. Andai tidak, tubuhmu akan terpotongseperti pohon itu, Marah Gadai!"

    Datuk Marah Gadai menggeram sambil genggamkandua tangannya kuat-kuat. Matanya menatap bengistanpa senyum sedikit pun.

    "Tua pikun bikin penyakit kau ini, Renggono!Jangan merasa bangga dengan jurus mainanmu sepertiitu. Coba kau terima jurus 'Tapak Dewa'-ku ini, hiat...!"

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    9/98

     Kaki kanan Datuk Marah Gadai menendang ke

    depan dalam satu sentakan keras. Dari telapak kaki itukeluar sinar putih keperakan yang dulu nyarismelenyapkan nyawa Cadaspati di telaga itu juga.Peramal Pikun pernah melihat kehebatan jurus 'TapakDewa' itu. Ia tidak menghindar, karena ia mempunyaijurus tandingan sendiri.

    Maka ketika sinar putih keperakan itu melesat kearahnya, Peramal Pikun sentakkan jari tengah daritangan kanannya. Jari yang menyentak ke depan itukeluarkan nyala pijar api merah juga, dan menghantamsinar putih keperakan itu. Duarrr...!

    Benturan dua tenaga dalam dahsyat itu timbulkandentuman yang sempat membuat permukaan air telagaberguncang. Tubuh Datuk Marah Gadai terpental kebelakang, membentur batang pohon yang taditumbang. Sementara itu, tubuh Peramal Pikun hanyaterdorong ke belakang, dua langkah jaraknya.

    Datuk Marah Gadai cepat bangkitkan diri. Satu kakisentakkan ke tanah dan tubuhnya melesat bagaiterbang disertai pekik kemarahan. "Hiaaaaat...!"

    Melihat Datuk Marah Gadai melompat ke arahnya,Peramal Pikun tak mau tinggal diam, sehingga ia punsentakkan tumit sedikit dan tubuhnya melayangterbang menyongsong lawan. Mereka beradu pukulantenaga dalam di udara.

    Plak plak plak...! Begg...!Telapak tangan Datuk Marah Gadai berhasil

    menghantam dada Peramal Pikun. Tak ayal lagi tubuhkurus kering itu tersentak ke belakang dan jatuhberguling-guling.

    Darah keluar dari mulut Peramal Pikun. Kain putihyang menyilang dari pundak ke pinggang itu tampakhitam, terbakar oleh pukulan telapak tangan DatukMarah Gadai. Bekas pukulan itu masih mengepulkanasap tipis dan menyebarkan bau hangus sebuah kain.

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    10/98

     Datuk Marah Gadai sendiri masih berdiri tegak

    tanpa luka. Ia memandang lawannya dengan senyumsinis meremehkan. Jarak mereka antara tujuh langkah,tanpa penghalang benda apa pun.

    Pada saat itu, tongkat Peramal Pikun tergeletak ditanah akibat lepas dari pegangannya saat beradupukulan di udara tadi.

    Melihat tongkat ada di dekat kaki kanan, keadaantubuh masih separo berbaring, secepatnya PeramalPikun jejakkan kakinya ke kepala tongkat. Dalam satujejakan kaki, tongkat itu melesat sendiri menuju arahlawan. Wuuugh...!

    Trak... trak...! Dua tangan Datuk Marah Gadaisentakkan ke atas dari bawah tongkat yang hampirmengenai dadanya. Sentakan keras tangan itu membuattongkat membalik dan terlempar kuat, hingga melayangtinggi sampai akhirnya jatuh tepat di depan mataPeramal Pikun.

    Jlubh...! Tongkat itu jatuh dalam keadaan berdiridan menancap di tanah. Bagian kepala tongkat tetapmenghadap ke atas. Dengan sigap Peramal Pikun yangsudah terluka itu menangkap tongkat dan berusahauntuk bangkitkan badan.

    Tetapi Datuk Marah Gadai tak mau diam saja. Iasegera sentakkan kakinya lagi bagai menendang udarakosong, dan jurus 'Tapak Dewa' kembali dilancarkan kearah Peramal Pikun. Sinar putih keperakan itu melesatcepat menghantam Peramal Pikun, Wuuush...!

    Seperti dalam kisah Pusaka Tuak Setan, jurus maut'Tapak Dewa' itu pernah ditendangkan ke arahCadaspati. Tapi waktu itu Cadaspati bisa menghindar,dan yang menjadi sasaran adalah batu di belakangnya.Batu itu lenyap begitu saja ketika terhantam sinarputih keperakan. Batu itu tiba-tiba berubah menjadibubuk hitam yang lembut sekali.

    Begitu pula saat sinar putih keperakan itu

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    11/98

     menerjang tubuh Peramal Pikun, tiba-tiba tubuh itulenyap. Bekasnya tak ada, bahkan tongkatnya pun ikutlenyap. Tapi batu besar yang semula dipakai sandarantubuh Peramal Pikun ikut lenyap. Hilangnya batu Itumeninggalkan bekas bubuk hitam yang menggundukkecil di tanah.

    Datuk Marah Gadai heran dan membatin, "Aneh.Mengapa lenyapnya tubuh Peramal Pikun tidakmeninggalkan bekas apa pun, kecuali bekas darahnyayang tadi keluar dari mulut? Mestinya tubuh itu punmeninggalkan bekas debu seperti batu tersebut."

    Ketika Datuk Marah Gadai palingkan wajah keseberang telaga, ternyata tubuh Peramal Pikun ada disana, bersandar pada sebatang pohon. Orang itu masihdalam keadaan duduk dan menahan sakit di dadanya.

    "Setan! Cepat sekali ia berpindah tempat sejauhitu?" pikir Datuk Marah Gadai. Kemudian ia pun serukankata,

    "Jangan harap kau bisa lolos dari seranganku,Renggono!"

    Tanpa menghampiri lawannya, Datuk Marah Gadaikembali lancarkan tendangan mautnya yang dinamakanjurus 'Tapak Dewa'. Sinar putih keperakan kembalimeluncur cepat melebihi anak panah ke arah PeramalPikun yang keadaannya semakin parah. Wuuush...!

    Pohon yang dipakai sandaran Peramal Pikun itu ikutlenyap seketika karena dihantam sinar putihkeperakan. Pohon itu tinggalkan sisa serbuk putihkehijauan yang menggunduk di tanah. Tapi tubuhPeramal Pikun lenyap tanpa bekas lagi.

    Datuk Marah Gadai melebarkan matanya mencarike kanan-kiri, ternyata dia temukan tubuh lawannyasedang terbaring di atas tanah, di depan dua gugusanbatu cadas. Tongkatnya masih tergenggam di tangankanan. Wajahnya makin pucat pasi.

    "Hebat sekali dia. Bisa menghilang bagaikan

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    12/98

     siluman!" ucap batin Datuk Marah Gadai dengan nadaheran. "Padahal keadaannya separah itu, tapi ia masihbisa menghindari pukulanku dengan melesat cepat takterlihat oleh mataku. Agaknya, orang tua renta itutidak bisa ditumbangkan semudah menumbangkanadiknya. Kalau kugunakan pedangku, pastilah dia takakan bisa berkutik lagi. Tapi, haruskah akumenggunakan pusaka Pedang Lidah Iblis ini untukurusan seperti ini? Ah, tidak! Cukup dengan pukulankuyang melukai bagian dalamnya, tua renta itu akan matisendiri. Karena pukulan itu tidak akan mudah terobati!Sebaiknya kutinggalkan saja dia, supaya aku tidak borostenaga!"

    Tanpa tinggalkan pesan dan pamit. Datuk MarahGadai sentakkan kakinya dan melesat pergi dari TelagaManik Intan. Kepergiannya itu hanya bisa dilihat sajaoleh Peramal Pikun, tak dapat lagi ia cegah kepergianmusuhnya karena luka dalamnya terasa semakin parah.Peramal Pikun hanya bisa bicara dalam hatinya.

    "Tukang gadai itu minggat begitu saja! Setan! Akutak bisa mencegahnya. Pukulan tenaga dalamnya inisungguh luar biasa tingginya. Hampir saja aku tak kuatmenahan. Kalau saja jurus 'Tapak Dewa'-nya tadimengenaiku, habis sudah riwayatku di telaga ini. Hanyasaja... siapa orang yang telah memindahkan tubuhkudari tempat satu ke tempat yang lain? Pastilah diaorang berilmu tinggi, sampai gerakannya tak bisaterlihat oleh mataku sendiri!"

    ** *

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    13/98

     2

    TAMAN Perguruan Merpati Wingit dibangun denganberbagai keindahan, kenyamanan, dan keanehan.Selain air mancur yang muncrat ke atas tapi tak pernahkembali ke kolamnya, juga terdapat sebuah ayunanbertiang gawang. Ayunan itu mempunyai kursi tempatduduk untuk dua orang dengan punggung kursi terbuatdari bahan kayu berukir yang mempunyai bantalanempuk. Ayunan itu mempunyai atap tak terlalu lebar.Yang menjadi keanehan dari ayunan tersebut adalahtempat duduk itu tidak mempunyai tali atau besipengait. Kursi itu bagaikan mengambang di udara, tapibisa diayunkan maju mundur.

    Di atas ayunan itu, duduklah seorang pemudabercelana putih dan berbaju coklat tanpa lengan.Rambutnya riap-riapan dibiarkan begitu saja. Pemudatampan yang selalu berada tak jauh dari bumbungbambu tempat menyimpan tuaknya itu tak lain adalahmurid sinting si Gila Tuak, yaitu Suto Sinting!

    Kala itu Suto duduk di ayunan aneh dengan ke duamata lurus memandang ke setangkai mawar ungu, tapijelas pikirannya tidak berada di ujung kuncup-kuncupbunga mawar itu. Suto masih tak habis pikir mengapaorang-orang Perguruan Merpati Wangit itu bersikapbegitu baik padanya, namun juga begitu bodohtindakannya.

    Sejak Suto dirawat di Perguruan Merpati Wingitakibat tubuhnya mengepulkan asap dan berkelejotanbagaikan terbakar itu, ternyata banyak kejadian bodohyang dilakukan oleh murid-murid Merpati Wingit, yangpada umumnya perempuan itu.

    Seperti dikisahkan dalam episode : "Darah AsmaraGila", tubuh Suto menjadi seperti terbakar saat cairandari Tuak Setan itu tertelan masuk ke dalam mulutnya,ia terkapar di atas bukit itu, ditinggalkan olehlawannya si Mawar Hitam dari Pulau Hantu, sedangkan

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    14/98

     Peri Malam yang waktu itu membela Suto danmenyerang gurunya sendiri, dalam keadaan parahakibat pukulan sang Guru.

    Pada saat itulah Nyai Guru Betari Ayu datang danterkejut melihat keadaan Suto yang mirip sedangsekarat itu. Betari Ayu datang bersama Murbawati,muridnya, kemudian segera membawa lari tubuh yangberasap itu ke Perguruan Merpati Wingit, tempat BetariAyu duduk sebagai Guru dan ketua perguruan tersebut.

    Enam hari lamanya Suto dalam perawatan BetariAyu, demikian pula Peri Malam. Mereka dirawatberbeda kamar, sebab Betari Ayu selalumengistimewakan Suto dalam segala hal. Peri Malamyang sudah dianggap murid murtad oleh Mawar Hitamitu dirawat di dalam ruang penyembuhan, sedangkanSuto dirawat di dalam kamar pribadi Betari Ayu, yangtentu saja jauh labih bersih, lebih indah, dan lebihwangi dari ruang-ruang lainnya.

    Sebenarnya bagi Suto sendiri, tak perlu ia harusdirawat sedemikian khususnya. Karena Gila Tuakgurunya, pernah jelaskan bahwa siapa pun orangnyayang pernah telan Tuak Setan, tubuhnya akan menjadiseperti terbakar dan lemas tak berdaya selama satuhari penuh. Hari berikutnya orang itu akan sehatkembali dengan mempunyai satu kekuatan dalam mahadahsyat. Dan untuk pengendapan Tuak Setan di dalamtubuh orang yang meminumnya itu dibutuhkan waktusatu hari penuh.

    Tetapi, Nyai Betari Ayu tidak mengetahui hal itu. Iamenyalurkan hawa murninya ke dalam tubuh Suto,sebab sangkanya Suto terluka dalam karena suatupertarungan hebat. Tak disadari oleh Betari Ayu yangada di dalam raga Suto itu menjadi lebih besar danpunya kekuatan tersendiri, yaitu membentukgelombang tenaga yang dapat memancarkan daya pikatluar biasa lewat sorotan matanya. Daya pikat itu hanya

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    15/98

     berlaku untuk lawan jenisnya.

    Selama dua hari Suto selalu mendapat saluran hawamurni dari Nyai Betari Ayu. Sekalipun Suto sudahmerasa enak badannya, tapi Nyai Betari Ayu masihtetap mendesak Suto untuk tetap beristirahat danjangan banyak bergerak.

    Empat hari lamanya Suto selalu berada di kamarpribadi Nyai Betari Ayu. Selama empat hari itu pulasudah lima orang murid perempuan di situ yangminggat karena mereka begitu terpikat melihatketampanan Suto, tak terkuasai amukan birahi dancintanya, akhirnya mereka pergi satu persatu, bedawaktu dan beda tempat, tanpa kesepakatan.

    Betari Ayu sendiri hampir saja larut dalamkepicikan otaknya dan ingin pergi dari perguruan yangdipimpinnya. Karena selama tiga hari ia berada didalam kamar bersama Suto, namun Suto tidak maumemberikan sebentuk kemesraan yang diharapkanhatinya dan dituntut jiwanya. Pada hari ketiga itu,Nyai Betari Ayu sempat berkata,

    "Rasa-rasanya aku juga ingin pergi karena tak kuatlagi menahan rasa sakit yang menyiksa hati."

    "Apa yang membuat hatimu sakit dan tersiksa,Nyai?"

    "Sebentuk keinginan yang tak tersampaikan.""Apa keinginanmu itu, Nyai?"Lama sekali Betari Ayu yang memang ayu itu

    terdiam dan tundukkan wajahnya. Suto memandangidengan satu keheranan yang tidak dimengerti. Bahkankeheranannya itu kian bertambah besar setelahmengetahui Nyai Betari Ayu itu teteskan air mata.Perempuan itu bagaikan tak mau ingat lagikedudukannya, kewibawaannya dan kharismanyasebagai guru yang sangat dihormati dan ditakuti diperguruan tersebut. Perempuan itu menangis nyata-nyata di depan tamu istimewanya itu. Tak terpikir lagi

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    16/98

     rasa malu, tak terpikir lagi akan jatuh harga dirinya,Nyai letari Ayu ucapkan kata di sela tangisnya,

    "Aku ingin bercumbu denganmu, Suto...."Betari Ayu seperti bukan orang sakti lagi. Nyai

    Betari Ayu seperti bukan seorang Guru yang bijak danberkharisma lagi. Ia seperti tidak punya harga diri lagi.Ia menangis setelah mengucapkan kata itu sambilmenciumi telapak tangan Suto yang sejak tadidigenggam dan diremas-remasnya.

    Kala itu, Suto Sinting ucapkan kata lembut, "Nyai,aku tidak ingin memberikan kehangatan tubuhkukepada perempuan siapa pun juga. Karena gurukupernah bilang, setitik air yang tersembur keluar darikemesraanku, akan menghasilkan darah pendekar yangsukar dicari tandingannya. Jadi aku tidak beranisembarangan memberikan setitik air kemesraan kepadaperempuan yang belum jelas kedudukannya di dalamhatiku."

    "Ya. Aku percaya. Semua ini memang kelemahanku.Aku tidak bisa bertahan lagi. Hasratku ingin bercintadenganmu begitu besarnya, sehingga menutupkesabaranku, menutup kewibawaanku, menutupperasaan maluku, dan yang lebih parah, melemahkanjiwaku serta meracuni sukmaku!"

    "Nyai, maafkan aku," ucap Suto sambil usapkantangan ke rambut Nyai Betari Ayu dengan lembutsekali. Air mata Betari Ayu kian deras, kian gemetartubuhnya, kian berdebar hatinya dan detak jantungterasa kian cepat mendobrak dada. Pada saat-saatseperti ini, Nyai Betari Ayu merasa cemas, ingat bahwadirinya sedang mengidap penyakit laknat yangditimbulkan akibat pukulan 'Renggangpati' darilawannya.

    Pukulan 'Renggangpati' itu membuat sesakpernapasan jika Betari Ayu sedang dilanda birahi, danmembuat tubuhnya bisa kejang-kejang. Pukulan

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    17/98

     'Renggangpati' itu mengakibatkan penyumbatan padasaluran jantung dan paru-paru.

    Tapi anehnya, sejak bibirnya pernah dikecup olehSuto Sinting yang mempunyai bau aroma tuak (Bacaserial Pendekar Mabuk dalam episode: "Darah AsmaraGila"), sesak napas dan kejang-kejang tak pernah lagidialaminya. Betari Ayu tak tahu, bahwa saat bibirnyadikecup oleh Suto, pemuda itu merasakan adanyapenyakit yang melanda diri perempuan cantik itu.Pemuda itu segera salurkan kekuatan dalamnya untukpenyembuhan melalui sisa aroma tuak dalam mulutnya.Pemuda tampan itu pun tak pernah mengatakan hal itu,hingga sering membuat Betari Ayu terheran-herankepada dirinya sendiri.

    Cemas akan penyakit Renggangpati itu tetap sajaada, tetapi Betari Ayu tidak bisa menghilangkanperasaan ingin bercumbu dengan Pendekar Mabuk yangpunya daya pikat begitu tinggi itu. Hanya tangis lembutyang bisa dilakukan oleh Betari Ayu. Hanya meremas-remas jemari tangan Suto yang bisa diresapi oleh BetariAyu. Tak ayal lagi hal itu timbulkan iba di hati Suto.

    "Besok, atau lusa, atau malam nanti..., kalau akutak mampu lagi bertahan dari tuntutan gairah ini,biarkan aku pergi seperti murid-muridku itu, Suto,"tutur Betari Ayu begitu lirih dan mengharukan.

    "Jangan, Nyai," bisik Suto yang menempelkanmulutnya di sekitar telinga dan pelipis Betari Ayu."Jangan lakukan kebodohan hanya karena nafsu birahi.Kau orang terhormat, kau orang bijak, kau punya sikapdan watak yang dibutuhkan oleh manusia-manusia lain,agar bumi ini tidak dikuasai oleh orang-orang bersifatangkara murka, yang bergolongan hitam, yang sesatdan tidak tahu kehidupan manusiawi."

    Betari Ayu bisikkan kata di sela isak tangis, "Lebihbaik aku bertarung dengan tokoh sakti yang berilmutinggi, daripada harus bertarung melawan nafsu

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    18/98

     sendiri, Suto."

    "Ya. Memang lawan terberat adalah nafsu dirisendiri. Tetapi seseorang tidak bisa mencapaikesempurnaan dalam pertarungan ini. Setiap oranghanya bisa diwajibkan melawan nafsu pribadinya,karena memang itulah syarat yang dibutuhkan agarlayak dikatakan atau dijuluki sebagai pendekar sejati.Dia harus bisa mengalahkan lawan terberatnya jikaingin disebut oleh dirinya sebagai pendekar sejati,Nyai."

    "Aku mengerti, Suto. Aku mengerti. Tapi hanya bisamengerti, tak mampu lagi menjalani, Suto!" Tangis itusemakin mengisak haru. Tangan Suto kini semakinsering diremas-remasnya, juga diciumnya.

    "Nyai, agaknya tak ada jalan lain untukmenyelamatkan dirimu agar tidak pergi."

    Terdongak wajah Betari Ayu. Genangan air matanyaditembus oleh sinar mata yang berbinar-binar penuhharap. Bibirnya yang lembut dan sangat menawan ituberucap kata,

    "Kau mau menuruti keinginanku, Suto?""Ya.""Oh...!" cepat sekali Betari Ayu memeluk tubuh

    Suto. Tangisnya terisak di sana. Terpeluk erat tubuhnyaoleh tangan pemuda tampan itu. Terdengar pulasebuah bisikan lembut di telinganya.

    "Akan kuberikan kemesraan yang kau harapkan,tapi dengan caraku sendiri, Nyai...!"

    "Terserah caramu, Suto. Malu tak malu, akumemang pasrah padamu. Biarlah rendah kau pandangdiriku ini, yang penting aku tetap bisa membimbingmurid-muridku seterusnya...!"

    Suto sunggingkan senyum. Betari Ayu menerimasenyuman itu dengan jiwa bagaikan terbang dariraganya. Indah sekali rasa yang ada di dalam hati.Betari Ayu sangat menyukainya.

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    19/98

     "Kita duduk di lantai, Nyai."Betari Ayu anggukkan kepalanya, lalu turun dari

    pembaringan mengikuti Suto. Sejenak terdengar suara,klik... klik...! Pintu-pintu dikunci oleh Betari Ayu darijarak jauh. Suto tahu hal itu, sebuah cara menguncipintu dari jarak jauh yang hanya dilakukan oleh orang-orang berilmu tinggi. Lalu, Suto ucapkan kata,

    "Duduklah bersila di sana, saya duduk di sini, Nyai.""Perlukah kubuka sanggul rambutku?""Tidak perlu.""Pakaianku?"'Tidak perlu," jawab Suto lembut. "Kita akan

    bercumbu dalam bayangan, Nyai. Tapi nikmatnyamelebihi kenyataan."

    Betari Ayu desiskan tawa malu namun penuhkegembiraan, ia segera duduk bersila. Badannya tegak,sama seperti badan Suto yang duduk bersila tanpa jarakdi depan Betari Ayu. Kedua lutut Suto salingbersentuhan erat dengan lutut Betari Ayu.

    Suto angkatkan kedua tangan sebatas dada dengantelapak tangan terbuka, ia suruhkan demikian pulapada Betari Ayu. Lalu, kedua telapak tangan salingbertemu. Jemari mereka saling menelusup danmenggenggamlah tangan mereka.

    "Pejamkan mata, Nyai. Kosongkan pikiran agar akubisa masuk dalam pikiranmu," ucap Suto lirih sekali.

    Betari Ayu lakukan perintah. Lama ia pejamkanmata dan kosongkan pikiran. Makin lama makin terasadirinya disentuh hangat oleh jemari Suto. Terasa saatitu Suto menciumi wajahnya dengan lembut. Keduabibir itu saling berpagut mesra. Betari Ayu merasamenerima lumatan bibir Suto yang cukup hangat dannikmat. Kemudian ia pun merasa dirayapi oleh ciumanmesra Suto di sekujur tubuhnya. Sampai akhirnya iamerasa dibaringkan oleh Suto dan dipeluk erat-eratdalam satu irama cinta yang menggelora.

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    20/98

     Dalam sikap masih duduk berhadapan dan lutut

    bersentuhan, Betari Ayu tak sadar ucapkan katamendesah,

    "Oh, Suto..!"Betari Ayu tak sadar lontarkan ratapannya. Betari

    Ayu tak sadar gigitkan bibirnya sendiri. Betari Ayu taklagi mampu bertahan, maka menjeritlah ia sekeras-kerasnya.

    Lalu malam dibiarkan melenggang dalam sepi.Betari Ayu mulai buka matanya pelan, tepat pada

    saat itu Suto pun buka matanya sedikit-sedikit. Keduamata yang seolah-olah selesai melakukan pelayarancinta itu sama-sama memandang lembut. Betari Ayutersenyum, seolah memberi tanda bahwa ia telahmencapai kepuasan dari kencan mesra dalambayangan.

    Napas Suto tetap tenang dan teratur, ia sepertitidak melakukan satu gerakan pun. Tetapi napas NyaiBetari Ayu terengah-engah. Sekujur tubuhnya basaholeh keringat yang tercurah ruah.

    Ketika tangan yang saling genggam itu terlepaskan,Betari Ayu usapkan tangan menyapu keringatnya. Iatertawa malu, namun segera hamburkan diri memelukSuto. Ia bisikkan kata di telinga Suto.

    "Aku lega. Aku puas, Suto. Aku... aku seperti telahmenerima apa yang kuharapkan darimu. Indah sekali,Suto. Aku menyukainya walau itu dalam bayanganku.Aku ingin mengulangnya entah nanti atau esok pagi."

    "Tak bisa terlalu sering bercumbu dalam bayangan,Nyai. Karena kekuatan yang kusalurkan lewat detaknadi kita itu, dua kali lipat besarnya dengankekuatanku bertarung melawan musuh yang tangguh.Aku tak berani melakukannya terlalu sering, Nyai.Karena hal itu akan cepat membuat kekuatankusemakin berkurang."

    "Oh, kalau begitu kau memang harus istirahat Suto.

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    21/98

     Tapi, tentunya esok malam kekuatanmu sudah kembalipulih, Suto," sambil Betari Ayu sunggingkan senyum danlirikkan mata yang punya makna tersendiri. Suto hanyatertawa kecil. Dicubitnya pipi Betari Ayu, danperempuan itu tidak mengelak, melainkan justrubersandar rebah di dada Suto.

    Bayangan itu sempat melintas di pikiran Suto.Duduknya di atas bangku ayunan masih tetap tenang.Hatinya membatin,

    "Nyai Betari Ayu. memang cantik, lembut, danmenggairahkan. Tapi sayang ia bukan DyahSariningrum. Mengapa yang hadir dalam ingatankuhanya wajah Dyah Sariningrum, bukan wajah NyaiBetari Ayu. Rasa rinduku begitu besar, ingin segeradapat menemukan wanita idaman hatiku yang seringhadir dalam mimpi itu. Tapi di mana aku harustemukan dia? Kalau kutanyakan pada Nyai Betari Ayuapakah pertanyaan itu tidak menyinggung hatinya danmelukai cintanya? Aku tahu, Nyai Betari Ayu cinta samaaku. Tapi Nyai tidak memaksaku untu membalas. Diahanya memohon padaku agar aku tidak melarangdirinya untuk tetap mencintaiku sepanjang masa. Ah,perempuan itu sungguh aneh, namun menyenangkansekali sikapnya."

    Kala ia duduk di ayunan itu, adalah hari ketujuh iaberada di lingkungan Perguruan Merpati Wingit.Mestinya siang itu ia baringkan tubuh di atas ranjangberlapis kain lembut. Tapi ia lebih suka dudukmerenungi perjalanan hidupnya di taman yang berkesanteduh dan damai itu.

    Kejap berikutnya, mata Suto melirik ke arahserambi, dan di sana tampak seorang perempuan ayuberjubah kuning sutera mendekatinya. Perempuan ayuitu tak lain adalah Nyai Betari Ayu sendiri. Langkahnyaagak cepat, menandakan ada sesuatu yang amatpenting untuk segera dibicarakan.

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    22/98

     "Suto," sapa Nyai Betari Ayu dengan nada cemas

    tersembunyi."Ada apa, Nyai?""Seorang lagi muridku telah pergi, baru saja tadi!""Oh...," Suto hanya mengeluh dengan sikap turut

    prihatin atas langkah picik yang diambil oleh sangmurid.

    Betari Ayu ucapkan kata lagi, "Muridku yang pergitadi, mengatakan kepada temannya bahwa ia inginsekali berdekatan denganmu. Sebagai bukti gairahnyabegitu besar padamu, ia tunjukkan dengan minggat dariperguruan."

    "Kalau begitu, aku harus cepat pergi dari sini, Nyai.Jangan kau tahan lagi diriku, supaya muridmu tak pergiseluruhnya, gara-gara kehadiranku di sini."

    "Haruskah begitu, Suto?""Ya. Dan..., bagaimana dengan Peri Malam? Apakah

    dia sudah sembuh dari luka dalamnya?""Sudah. Dan dia sudah pergi tanpa pamit kemarin

    sore.""Dia pergi tanpa pamit? Tanpa berterima kasih

    padamu?""Dia bahkan menantangku ingin mengadakan

    pertarungan pribadi di suatu tempat. Dia akan kembaliuntuk menentukan waktunya. Karena dia cemburupadaku, melihat kau berada dalam perawatanku dantidur di kamar pribadiku. Dia cemburu, Suto!"

    ** *

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    23/98

     3

    SEJAUH ini, Nyai Betari Ayu masih belum tahubahwa Suto adalah juga murid Bidadari Jalang. Padahalperempuan yang menamakan dirinya Bidadari Jalangadalah lawan berat Nyai Betari Ayu. Malah di dalamhati Betari Ayu masih menyimpan dendam kepadaBidadari Jalang, sebab pukulan 'Renggangpati' ituditerimanya dari jurus maut Bidadari Jalang.

    Dulu, Betari Ayu adalah kekasih Datuk Marah Gadai.Tetapi sang kekasih digoda terus oleh Bidadari Jalang,hingga akhirnya terpikat dan meninggalkan Betari Ayu.Perginya Datuk Marah Gadai meninggalkan bekas lukayang sulit sembuh di hati Betari Ayu. Sejak saat itu,Betari Ayu tidak mau turun ke dunia persilatan, dan ialebih suka mengasingkan diri dengan membentukpasukan tersendiri, yaitu dengan cara mendirikanperguruan yang kebanyakan muridnya adalahperempuan. Kelak, Betari Ayu punya cita-cita untukmenyerang Bidadari Jalang dan Datuk Marah Gadaidengan mengerahkan murid-muridnya yang dianggappasukan tempurnya.

    Andai saja Betari Ayu tahu, bahwa Suto adalah jugamurid Bidadari Jalang, entah apa jadinya. MungkinBetari Ayu akan memusuhi Suto dan menaruh bencipula pada pemuda tampan itu, atau justrumelenyapkan dendam dan cita-citanya karena terpikatoleh kemesraan Suto Sinting. Dan karena Suto tahu duahal itu akan terjadi salah satunya, maka Suto tetaptidak mau menyebut-nyebut nama Bidadari Jalang didepan Nyai Betari Ayu.

    Suto memang jarang menyebutkan nama gurunyayang satu ini, sebab ada sedikit rasa malu menyebutkannama yang banyak cacat di kalangan para tokohpersilatan. Namun Bidadari Jalang seakan selalumenjadi musuh dari tiap masing-masing tokoh, karenamemang sebelum bertemu dengan Suto, tingkah

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    24/98

     Bidadari Jalang selalu menghadirkan perselisihan,terutama urusan lelaki. Suto tak mau dikatakan sebagaimurid jalang. Karenanya, ia lebih dikenal sebagai muridsi Gila Tuak, tokoh dari aliran putih yang namanyatertera pada urutan paling atas dari nama-nama tokohyang sulit ditumbangkan itu.

    Tak heran jika seseorang menyebutkan nama:murid si Gila Tuak, maka orang yang satunya akansegera terbayang wajah Suto Sinting, Pendekar Mabukyang ke mana-mana membawa bumbung tuaknya itu.Seperti halnya saat itu, saat sore mulai menua, seorangperempuan berpakaian serba ungu muda yang ketatdengan tubuhnya, melesat bagaikan terbang membawalari Peramal Pikun.

    Tiba di suatu gua, tubuh renta Peramal Pikun yanghabis terkena pukulan hebat dari Datuk Marah Gadai itudiletakkan oleh perempuan itu. Kemudian, tanganperempuan itu saling terkatup yang kiri dan yangkanan, ia duduk bersila di samping tubuh tua rentabertongkat putih. Perempuan itu melakukan semadibeberapa saat, kemudian kedua tangannya ditempelkandi dada Peramal Pikun.

    Kejap berikutnya, tubuh Peramal Pikun tersentak-sentak bagai meregang nyawa. Tapi asap kuning yangkeluar dari kedua telapak tangan yang menempel didada Peramal Pikun itu ternyata bukan asap beracun.Sebuah cara penyembuhan sedang dilakukan. PeramalPikun tersentak lagi dalam satu kejutan, lalu diamlemas dan terkulai. Ia bagaikan orang tertidur dengannyenyak.

    Kala ia bangun di pagi hari, badannya sudahkembali segar seperti sediakala. Napasnya longgar,nyeri di dada sudah tak ada. Tapi perempuan yangmenolongnya membawa ke gua itu tak diketahui dimana dia berada. Peramal Pikun mencari-carinyasejenak.

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    25/98

     "Seingatku dia seorang perempuan cantik," kata

    hati Peramal Pikun. "Seingatku dia berpakaian ungumuda, ketat dan badannya yang aduhai itu. Baju ungutanpa lengan, tapi rambutnya yang panjang sepunggungacak-acakan, seperti orang gila. Ia menyandang pedangdi punggungnya. Seingatku, sarung pedang dangagangnya terbuat dari gading berukir. Seingatku, digagang pedangnya ada benang-benang berumbai warnamerah darah. Tapi, Siapa dia? Belum pernah kutemukandirinya selama aku berkelana di rimba persilatan.Mungkinkah dia siluman dari negeri seberang?"

    Peramal Pikun yakin, perempuan berambut miriporang gila itu pastilah orang berilmu tinggi. Gerakannyabegitu cepat saat memindahkan tubuh Peramal Pikunagar terhindar dari serangan jurus 'Tapak Dewa' milikDatuk Marah Gadai. Luka dalam yang berat dan mampudisembuhkan dalam waktu cepat, merupakan ciri orangberilmu tinggi. Peramal Pikun percaya, bahwaperempuan itu jelas punya maksud tertentu sehinggamelakukan pertolongan terhadap dirinya,

    "Aku harus mencari perempuan itu. Paling tidak akuharus mengucapkan terima kasih atas pertolongannya,"pikir Peramal Pikun. Maka, ia pun keluar dari dalam guayang bau oleh kotoran kelelawar itu.

    Peramal Pikun terkejut begitu tiba di mulut gua,ternyata gua itu terletak di tebing curam, di bawahnyalaut yang bergolak dengan batu-batu karang runcingmirip gigi ikan raksasa. Meleset sedikit, habis sudahnyawa orang dihujam karang-karang runcing.

    "Kucing kudis!" umpat Peramal Pikun. "Bagaimanacaranya keluar dari gua ini? Tak ada jalan setapak pununtuk ke tempat datar. Gua ini seperti menempel padadinding karang yang merupakan tebing curam. Gua iniseperti tembok raksasa yang berlubang. Mencapai kedaratan di atasnya sungguh tinggi, mencapai ke lautjuga dalam. Lalu aku harus lewat mana?"

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    26/98

     Peramal Pikun garuk-garuk kepala. Matanya

    memandang sekeliling mencari jalan untuk memanjattebing ke atas atau menuruni tebing ke bawah. Tak adajalan sama sekali. Dinding tebing di samping kanan-kirigua sangat licin berlumut. Kalau memang harusmelompat ke laut, ujung-ujung karang runcing belumtentu ramah kepada kakinya. Bisa jadi tubuhnya yangtua renta itu menancap di salah satu karang runcingitu.

    "Monyet monyong!" Peramal Pikun umpatkan kata."Orang itu menolongku, tapi juga membunuhku kalaubegini caranya. Mengapa ia taruh aku di gua ini? Apagua-gua di tempat lain sudah penuh penghuninya? Danlagi, bagaimana caranya membawaku kemari? Apakahia membawaku dalam keadaan tubuhku disampirkan dipundak dan dia merayap turun dari atas sampaimencapai mulut gua ini?"

    Renggono sesalkan diri, mengapa saat ia dibawa kegua itu ia dalam keadaan pingsan? Padahal ketikaperempuan itu mendekatinya dan hendak mengangkattubuhnya, ia masih bisa memperhatikan ciri-ciriperempuan itu. Tapi ketika sudah berada di atasgendongan perempuan cantik, ia malahan pingsan.Andai tidak pingsan, ia bisa melihat bagaimana caranyaperempuan itu membawanya ke gua bertebing terjallurus itu.

    Wuusss...! Wuusss...!Seekor kelelawar masuk ke dalam gua. Kejap

    berikutnya, seekor lagi menyusul. Bahkan hampirmenyambar kepala Peramal Pikun. Mata tua itumemandang ke langit-langit gua. Tak ada lubang keluardi sana. Yang ada hanya dua kelelawar agak besarmenggantung dan mencicit menjelang petang. PeramalPikun gumamkan kata,

    "Mati aku kalau begini! Apa mungkin aku harushidup bersama kampret-kampret ini?!"

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    27/98

     Lelaki tua berkumis dan alis serba putih itu

    termenung. Kejap berikutnya ia tersentak, karena tiba-tiba di mulut gua telah berdiri sosok bayanganberambut mekar acak-acakan.

    "Nah, ini dia!" Peramal Pikun ucapkan kata bernadalega.

    Perempuan berpakaian ketat warna ungu muda itudatang. Pedang bergagang bentuk 'barang keramat'lelaki itu terlihat jelas terselempang di punggungnya.Pedang bergagang dan bersarung dari gading ukuran itujelas menandakan bukan sembarang pedang.

    Sisa cahaya sore masih merambah masuk melaluimulut gua. Peramal Pikun sengaja tidak berdiri, masihtetap duduk di tempatnya sambil memeluk tongkatputihnya. Perempuan itu mendekat, memandang tanpasenyum sedikit pun. Pandangan matanya bening tapitajam, seakan mempunyai kekuatan tersendiri dalamdirinya.

    "Terima kasih atas pertolonganmu," kata PeramalPikun setelah sempat salah tingkah dipandangi lamatanpa diajak bicara.

    "Aku tidak butuh terima kasihmu!" kata perempuanberpedang gading. Suaranya serak-serak galak.

    "Jadi apa yang kau butuhkan dariku?" tanya PeramalPikun.

    "Aku mencari pemuda tanpa pusar."Peramal Pikun terkekeh geli mendengarnya.

    Perempuan itu cepat sentakkan kaki kanannya,berkelebat menampar pipi Peramal Pikun.

    Plakkk...!Peramal Pikun hentikan tawa. Kalau ia tak ingat

    bahwa dirinya telah diselamatkan oleh perempuan itudari jurus mautnya Datuk Marah Gadai, pasti ia sudahmembalas dan melawan saat itu. Tapi ingat ke sana,Peramal Pikun tak mau kasih balasan. Ia hanyacemberutkan wajah dan berkata,

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    28/98

     "Kenapa kau menamparku? Kenapa pakai kaki?""Karena kau menertawakan diriku! Aku bertanya

    sungguh-sungguh!""Aku juga tertawa sungguh-sungguh," balas Peramal

    Pikun. "Aku baru dengar ada pemuda tanpa pusar. Itusesuatu yang lucu bagiku!"

    "Aku tidak sedang melucu!" sentak perempuan itu."Aku butuh pemuda tanpa pusar. Aku mencarinya."

    "Pemuda tanpa pusar...?!" gumam Peramal Pikun.Diam-diam, ia segera membuka kain penutup parutnyasendiri, meliriknya sebentar dan menggumam dalamhatinya, "Hmmm... yang ini ada pusarnya!"

    Perempuan itu kembali sentakkan suara, "Kalau kautak mau menunjukkan, aku terpaksa meninggalkanmudi gua ini sendirian!"

    "Mengapa kau mengancamku begitu? Kaumemaksaku harus menunjukkan pemuda tanpa pusar,sedangkan aku sendiri tidak tahu. Setiap laki-laki punyapusar, Jabrik!" geram hati Peramal Pikun.

    "Aku tahu. Tapi aku mencari yang tanpa pusar!""Aku tidak tahu! Aku sendiri punya pusar! Apa harus

    ditutup supaya kelihatannya tanpa pusar?!"Plakkk...!Cepat sekali kelebatan kaki itu menampar pipi

    Peramal Pikun menggunakan punggung telapakannya.Tangan Peramal Pikun berkelebat namun telat. Dua kalisudah pipinya ditampar perempuan. Ditamparnya pakaikaki. Jelas itu hal yang merendahkan dirinya sendiri.Tapi Peramal Pikun tetap sabarkan diri. Bahkan iasediakan diri untuk satu kali tamparan lagi.Menurutnya, tiga kali tamparan pakai kaki sudah cukupuntuk membayar jasa pertolongan perempuanberambut jabrik itu.

    "Mengapa kau bertanya padaku, Jabrik? Mengapakau seolah-olah yakin betul bahwa aku tahu di manaadanya pemuda tanpa pusar?"

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    29/98

     "Karena kulihat kau lebih tua dari lawanmu di

    telaga itu. Kau tua renta, dan aku yakin kau memangtokoh tua di rimba persilatan. Tentunya kau punyabanyak pengalaman!"

    "Pengalaman bertarung memang banyak, tapipengalaman memeriksa pusar orang belum punya,"jawab Peramal Pikun.

    "Jangan kau coba mendustai aku, Tua renta!""Aku tidak mendustaimu, Jabrik! Aku benar-benar

    tidak tahu."Perempuan jabrik itu menatap mata Peramal Pikun

    lekat-lekat. Ia temukan kejujuran dari sorot pandanganmata Peramal Pikun. Akhirnya ia mengalah, tak maudesak lagi orang tua renta itu. Ia duduk di sebuah batudatar. Ia pandangkan mata ke arah luar, mataharimakin hilangkan sinarnya. Gelap bertambah pekat didalam gua jika tidak segera ia lakukan sesuatu.

    Sebongkah batu diambilnya. Batu itu agak runcingujungnya. Lalu kedua telapak tangannya menggosokbatu itu dengan cepat. Mata Peramal Pikun hanyamemperhatikan tanpa mau berucap kata. Dan mataPeramal Pikun sedikit terperanjat melihat batu itumenyala dan kepulkan asap api.

    Gua menjadi terang. Batu itu bagaikan obor besaryang tergeletak berdiri di tanah gua. Peramal Pikuncuma sunggingkan senyum tipis. Segera ia angkattongkat, ia sodokkan ujungnya ke arah batu bernyalaitu. Jarak sodokan antara dua depa dari batu menyala.

    Blaap...!Batu itu padam seketika bagai ditiup angin kencang

    yang keluar dari ujung tongkat Peramal Pikun.Terdengar suara perempuan jabrik itu menggeram.Terbayang dalam gelap sebuah kaki akan bergerakmenampar seperti tadi. Maka, Peramal Pikun cepatangkat tongkat dan sodokkan ke arah tadi.

    Buusss...!

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    30/98

     Batu itu menyala kembali. Tampak wajah

    perempuan jabrik menatap penuh kemarahan. PeramalPikun nyengir. Kemarahan di wajah perempuan itu punreda setelah melihat batu nyala kembali.

    "Agaknya kita harus bermalam di sini," kataPeramal Pikun seperti bicara pada diri sendiri.Perempuan jabrik tidak beri jawaban apa-apa. Iapanggangkan kedua tangannya di atas batu berapi.Peramal Pikun pindah duduk agak dekat api. Lalu, iamelontarkan pertanyaan dengan sikap baik-baik.

    "Menurut ramalanku, kau orang berilmu tinggi."Perempuan cantik berambut jabrik hanya menatap

    wajah Peramal Pikun sebentar, lalu kembalimemandang api yang menyala, panggangkan keduatangannya.

    "Menurut ramalanku, kau perempuan yang keras,tegar, dan pemberani. Dan menurut ramalanku... kautidak punya suami!"

    "Apakah kerjamu meramal?" suara serak-serak galakitu terdengar tanpa irama. Datar-datar saja.

    "Dulu, kerjaku memang meramal, itulah sebabnyaaku punya julukan Peramal Pikun. Julukan itu munculdengan sendirinya, karena ramalanku selalu meleset.He he he...!"

    Perempuan jabrik menatap cepat. Tawa PeramalPikun terhenti dalam sekejap. Ia tarik napas panjangdan menghindar dari tatap mata si perempuan jabrik.

    "Boleh aku tahu namamu?" tanya Peramal Pikuntanpa pandang.

    "Tak perlu kau tahu namaku. Tapi kau perlu tahujulukanku."

    "Siapa julukanmu?""Perawan Sesat!""He he he...!"Plakk...!Tamparan ketiga pakai kaki mendarat tepat di pipi

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    31/98

     Peramal Pikun. Tangannya berkelebat tapi telatmenangkis. Peramal Pikun hanya tudingkan tangan kearah perempuan itu sambil ucapkan kata,

    "Sudah tiga kali. Impas! Aku tak punya hutang jasalagi padamu! Kali ini kau tampar pipiku lagi, kubalasdengan melemparkanmu ke laut sana!"

    "Kalau kau bisa, lakukan sekarang!""Nanti saja!" sambil peramal sial itu bersungut-

    sungut. Tapi tiba-tiba ia ingat nama julukan tadi, danperlu menegaskan sekali lagi dengan sebuah tanya,"Apa benar julukanmu Perawan Sesat?"

    "Ya."Peramal Pikun cepat tutup mulutnya dengan

    telapak tangan, serta palingkan wajah membelakangiPerawan Sesat. Hanya badannya yang tampak bergerakdiguncang tawa geli. Perawan Sesat tahu hal itu, tapi iatidak ambil peduli.

    "Dari mana asalmu, Perawan Sesat?""Bukit Garinda," jawab Perawan Sesat tanpa

    memandang Peramal Pikun."Bukit Garinda...?!" Peramal Pikun belalakkan mata

    sedikit. "Bukankah itu wilayah Partai Perempuan Sakti?""Ya.""O, jadi kau orang dari Perempuan Sakti?""Ya.""Aku kenal dengan salah seorang anggota

    Perempuan Sakti. Dulu aku pernah bentrok dengannyakarena salah paham, tapi sekarang sudah tak adamasalah lagi. Orang itu bernama Nyai Lembah Asmara!Apa kau kenal dengan nama itu?"

    Perawan Sesat tatapkan mata tajam-tajam ke matacekung Peramal Pikun. Lalu, kejap berikutnya iaucapkan kata tegas-tegas.

    "Itu nama guruku!""Ooo... jadi kau muridnya Nyai Lembah Asmara?!""Betul!"

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    32/98

     Peramal Pikun angguk-anggukkan kepala dalam

    senyum kemenangan masa lalunya. Tak sadar diaucapkan kata, "Cantik sekali dia...."

    Plakkk...!Satu tendangan kaki menampar kena di pipi

    Peramal Pikun. Cepat ia angkat tongkatnya. Tapi hasratuntuk mengibaskan tongkat ke kepala Perawan Sesatterhenti dan hilang seketika, karena ia ingat, PerawanSesat murid Nyai Lembah Asmara. Perempuan cantik itudikenalnya sebagai perempuan berdarah dingin. Musuhtak pernah lolos dari tangannya. Pasti mati sebelumminta ampun.

    Peramal Pikun ingat, dulu ia pernah terdesakmelawan Nyai Lembah Asmara, hampir sepuluh tahunyang lalu. Ilmu Ketua Partai Perempuan Sakti itu cukuptinggi. Menurut ukuran Peramal Pikun, sangat tinggi. Iadulu hampir mati di tangan Nyai Lembah Asmara. Iajadi jera bertemu dalam bentrokan dengan perempuanitu. Karenanya, saat ia akan membalas tamparanPerawan Sesat, ia urungkan niat, karena tak mau punyaurusan dengan Nyai Lembah Asmara.

    Peramal Pikun kendorkan ketegangannya, danlontarkan tanya,

    "Apakah mencari pemuda tanpa pusar itu utusandari gurumu?"

    "Ya.""Hmmm...," Peramal Pikun manggut-manggut. "Aku

    tahu sekarang maksudnya.""Jika kau tahu, tunjukkan di mana tempat pemuda

    tanpa pusar itu!""O, kalau tempat pemuda tanpa pusar aku tidak

    tahu. Siapa orangnya pun aku tidak tahu. Aku cumatahu tujuan dari gurumu itu dan...."

    "Kabar burung yang didengar oleh Guru,!" sahutPerawan Sesat. "Pemuda tanpa pusar itu telah diangkatmurid oleh tokoh tua dari golongan putih yang bergelar

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    33/98

     si Gila Tuak."

    "Hah...?!" Peramal Pikun sentakkan suara,belalakkan mata. Kaget ia mendengar nama si GilaTuak dibawa-bawa. Ia segera lontarkan tanya padaPerawan Sesat.

    "Jadi, menurut gurumu, pemuda tanpa pusar itumuridnya si Gila Tuak?"

    "Betul! Apa kau kenal dengan murid si Gila Tuak?""Kenal sekali. Dia yang bernama Suto Sinting,

    bergelar Pendekar Mabuk. Tapi..., aku tidak tahuapakah dia punya pusar atau tidak! Aku belum pernahmemeriksa perutnya!"

    "Suto Sinting...?!" geram suara serak Perawan Sesat.

    ** *

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    34/98

     4

    SINAR matahari pagi menerobos mulut gua. PeramalPikun terpaksa bersedia membantu Perawan Sesatmencari Suto Sinting. Tapi orang tua renta itu tidaktahu ke mana arahnya. Suto bisa ada di mana saja,menurutnya.

    Satu hal yang membuat Peramal Pikun bingung,bagaimana ia harus keluar dari gua bertebing tegaklurus itu. Tapi hatinya segera merasa lega setelah diaingat pada Perawan Sesat di sampingnya, tentunyaPerawan Sesat tidak akan tinggal diam.

    "Naiklah ke punggungku," kata Perawan Sesat."Aku...?!" Peramal Pikun menepuk dadanya sendiri."Iya. Kamu naik ke punggungku. Kugendong

    memanjat tebing terjal ini!" kata Perawan Sesat sambilmenyentak.

    Sambil tetap memegangi tongkat, Peramal Pikunmau tak mau naik ke punggung, digendong belakangoleh Perawan Sesat.

    "Pegang yang erat!""Ya," jawab Peramal Pikun sambil membayangkan,

    mungkin dulu beginilah ia dibawa oleh Perawan Sesatke dalam gua itu.

    "Hei, ada yang mengganjal di punggungku dengankeras! Apa ini? Jangan main-main kamu, Tua renta!"

    "Tongkatku yang mengganjal!""Tongkat yang mana?!""Tunggu kucabut sebentar," dan Peramal Pikun

    membetulkan letak tongkat putihnya. Sebentardiunjukkan kepada Perawan Sesat.

    "Tongkat yang ini maksudku!""Ya sudah! Pegangan yang kuat. Jatuh tidak

    kutanggung!"Peramal Pikun sangka dirinya akan dibawa terbang

    oleh Perawan Sesat. Tapi nyatanya tidak begitu.Dengan menggunakan ilmu aneh, Perawan Sesat

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    35/98

     merayap dinding tebing bertegak lurus itu dengancepat. Kaki dan tangannya bagaikan mengandungperekat yang amat kuat. Ia merayap cepat sepertiseekor cicak menggendong makanannya.

    Crap... crap... crap... crap...!Dalam waktu singkat, tubuh mereka sudah sampai

    di dataran atas tebing. Perawan Sesat sentakkanpunggungnya ke depan, dan tubuh Peramal Pikunterlempar jatuh telentang dengan meringis.

    "Uh...! Patah tulang pinggangku kalau beginicaranya!"

    "Cepatlah bangkit! Jangan seperti bayi yang belumdisapih!" perintah Perawan Sesat dengan tegasnya.

    Peramal Pikun berjingkat bangkit dalam satusentakan pinggang. Jleeg...! Kejap berikutnya ia sudahberdiri tegak dengan kedua kaki sedikit merendah.Lalu, kedua kaki itu ditegakkannya. Ia berkata kepadaperempuan yang punya keahlian merayap dinding itu.

    "Aku tak tahu arah mana yang pertama kali haruskita tuju. Seperti kataku tadi, Suto bisa ada di manasaja. Artinya dia susah dicari dan ditentukantempatnya."

    "Baik. Kalau begitu kita berpencar. Kau ke utaradan aku ke selatan!" kata Perawan Sesat.

    "Kalau aku temukan Suto, bagaimana aku harusmenghubungimu?"

    "Tahan napasmu, panggil namaku tiga kali,hembuskan napas ke atas. Paham?"

    "Paham. Kalau itu kulakukan, kau pasti akandatang?"

    "Kalau tidak, untuk apa aku memberi tahucaranya!"

    Setelah ucapkan kata itu, Perawan Sesat melesatpergi bagaikan kilat menuju ke arah selatan. PeramalPikuh sempat terbengong dalam gerutuannya.

    "Siapa saja kalau mendengar namanya dipanggil ya

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    36/98

     akan datang!" sambil ia segera langkahkan kaki ke arahutara.

    Perawan Sesat tiba di sebuah desa. Desa itu pernahdisinggahi Suto. Bahkan Suto pernah bermalam dirumah keluarga Kriyo Suntuk yang amat kagum dengankisah kependekaran. (Baca serial Pendekar Mabukdalam episode: "Darah Asmara Gila"). Didesa itu adakedai, dan di kedai itu Suto pun pernah singgah untukmengisi tuak dalam bumbungnya. Di sana, ia punpernah bertemu dengan lelaki berkumis tebal danberbadan besar, tinggi, jari tangannya sebesar pisangdalam arti kiasannya. Lelaki itu bernama Singo Bodong.

    Kedai itu sekarang dalam keadaan ramai pembeli.Perawan Sesat sengaja datang bersinggah di kedai itu.Sekadar minum adalah alasan yang tepat untukbertanya ke sana-sini tentang Suto Sinting. Ia duduk dibangku pojok, sementara di bangku sudutberseberangan ada pula perempuan yang ikutnongkrong di situ, berpakaian serba hitam dengantrisula terselip di pinggang kanannya.

    Kehadiran Perawan Sesat menjadi pusat perhatianpara pembeli di kedai itu, karena rambut acak-acakandan wajah cantik sangat menarik perhatian setiaporang. Pedang gading berukir itu pun membuat banyakmata mengaguminya.

    "Minum...!"katanya kepada pemilik kedai, seorangperempuan berbadan kurus.

    "Kopi atau teh panas, Nona?""Arak!" jawab Perawan Sesat.Wajah cantik yang sangar sempat bikin gemetar

    pria muda yang ada di samping kirinya. Pria muda itupun segera pindah tempat duduk, dan mata PerawanSesat memperhatikan dengan tajam, berkesan liar danganas.

    Minggirnya pria muda itu, lelaki berikat kepalaputih dengan baju merah lusuh menjadi orang terdekat

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    37/98

     jaraknya dari Perawan Sesat. Kepada lelaki itu PerawanSesat serukan tanya,

    "Hei, kau kenal dengan lelaki bernama SutoSinting?! Kalau kenal, tunjukkan di mana tempatnya.Aku perlu bertemu dengannya!"

    "Hmmm... anu... saya... saya tidak mengenalnya,Nona!"

    "Bodoh!""Iya. Hmmm... memang bodoh saya ini!" lelaki

    berbaju merah itu merendahkan diri dengan wajahpucat. Baru disentak dengan kata 'bodoh' saja wajahnyasudah langsung serupa dengan mayat.

    Arak pesanan disediakan oleh pemilik kedai.Perawan Sesat meneguknya dengan rakus. Dua orangpemuda berseberangan arah dengannya saling ber-kasak-kusuk,

    "Sayang sekali, cantik-cantik tapi rakus, ya?""Ssst...! Bukan begitu. Yang benar, sayang sekali

    rakus-rakus tapi cantik. Itu tidak akan menyinggungperasaannya kalau dia mendengarnya."

    "Ih, eh... rambutnya habis terkena racun apa ya,kok bisa awut-awutan begitu? Jangan-jangan dia habisdiperkosa?"

    "Ssst...! Jangan bilang begitu. Yang benar,rambutnya habis memperkosa siapa. Itu tidak akanmenyinggung perasaannya...."

    Wuuut...! Sepotong jadah atau ketan bakar tiba-tiba melesat cepat masuk ke mulut orang yang sedangbicara. Jruub...! Orang itu jadi mendelik, tak lagi bisaberucap kata apa pun kecuali,

    "Uhmm... uhhmmm... uuhmmm...!'' sambil tuding-tuding mulutnya sendiri. Maksudnya minta bantuantemannya untuk mencopotkan ketan bakar yangmelesak masuk ke mulut. Tapi temannya berlagak tidakmendengar, berlagak tundukkan kepala tak beraniberkutik.

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    38/98

     Perawan Sesat serukan kata, "Siapa di antara kalian

    yang tahu lelaki bersama Suto?! Ada atau tidak?!"Tak ada yang menjawab. Semua diam dan

    ketakutan. Perawan Sesat lemparkan pandangan kepemilik kedai. Perempuan tua yang kurus kering ituburu-buru gelengkan kepala sebelum ditanya.

    Perawan Sesat sentakkan suara kepada lelaki yangtertunduk di samping kirinya orang yang tersumbatketan bakar di mulutnya.

    "Hai, kau tahu tentang Suto Sinting?! Hei... akutanya padamu, Baju kuning!"

    Orang itu merasa ditanya, tapi tak berani jawabapa pun. Tak berani juga dongakkan wajah atautatapkan matanya ke arah perempuan berambut awut-awutan itu. Sikap takutnya bikin hati Perawan Sesatmakin jengkel. Sepotong pisang goreng dicomot, laludilemparkan ke orang itu. Wuuttt...!

    Tapp...!Ada tangan yang bisa menangkap lemparan cepat

    pisang goreng tersebut. Tangan itu milik perempuanberpakaian hitam dan bermata sedikit lebar. Sekarangperempuan itu tatap mata Perawan Sesat denganberani.

    Entah apa yang ada di benak Perawan Sesat, yangjelas ia tidak ulangi lagi lemparan tersebut. Ia diamdan meneguk arak pesanannya. Tetapi pada saat ituperempuan yang pegang pisang goreng lemparanPerawan Sesat tadi mengibaskan tangannya cepat-cepat. Pisang itu berubah jadi busuk dan mengeluarkanbelatung menjijikkan. Beberapa orang di dekatnyatersentak sampai ada yang menumpahkan makanan.

    Perawan Sesat hanya melirik sekejap sambilbangkit berdiri. Ia lemparkan sekeping uang kepadapemilik kedai, lalu ia tinggalkan kedai itu denganlangkah-langkah tegasnya.

    Perempuan yang berpakaian hitam segera

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    39/98

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    40/98

     "Suto Sinting amat bodoh kalau mau jadi kekasih

    orang macam kau! Masih banyak perempuan cantik didunia ini, mengapa dia pilih seekor kambing gununguntuk menjadi kekasihnya?"

    "Bangsat kau! Jaga mulutmu, Perempuan busuk! Didunia ini tidak ada perempuan lain yang pantas jadikekasih Pendekar Mabuk kecuali Dewi Murka."

    Perawan Sesat perdengarkan tawanya yangmengikik penuh kesan hinaan. Perempuan yangberpakaian serba hitam itu geletukkan giginya.Perawan Sesat tak tahu, bahwa Dewi Murka saat itusebenarnya dalam keadaan rapuh. Mudah dilumpuhkan.Karena, Dewi Murka baru beberapa hari yang laluterkena pukulan hebat dari Selendang Kubur, temanseperguruannya.

    Mereka bertarung di sebuah pantai karena perasaaniri Dewi Murka melihat Selendang Kubur tampak mesrabersama Suto. Keduanya sama-sama menaruh hati padaSuto Sinting. Sampai-sampai Dewi Murka tegamemfitnah teman seperguruannya dan mendesakSelendang Kubur untuk segera pulang ke padepokandengan alasan dipanggil oleh gurunya, yaitu Nyai BetariAyu. Padahal tujuan Dewi Murka hanya untukmenyingkirkan Selendang Kubur dari sisi Suto Sinting.Pertarungan itu membuat keduanya sama-sama terlukaberat. Keduanya sama-sama saling menghindar untukmenunggu waktu penyembuhan tiba. Setelah itukeduanya sama-sama akan bertarung lagi sampai mati.(Untuk jelasnya baca serial Pendekar Mabuk dalamepisode: "Darah Asmara Gila").

    Kini dalam perjalanan pulangnya, Dewi Murkamemerlukan waktu beristirahat beberapa hari. Dan iamendapat tumpangan di sebuah rumah salah satupenduduk desa tadi. Mestinya Dewi Murka masih harusberistirahat dua hari lagi, sambil melakukanpenyembuhan terhadap dirinya. Tapi, kehadiran

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    41/98

     Perawan Sesat membuatnya panas hati dan merasatidak rela jika Suto dicari perempuan berambut acak-acakan itu. Pikirnya,

    "Perempuan ini harus kusingkirkan juga, supayakelak hubunganku dengan Suto tak ada yangmengganggu lagi!"

    Itulah sebabnya dia menguntit Perawan Sesat danmelayani tantangan di atas bukit kapur. Sekalipunkesehatannya belum pulih, Dewi Murka tak pernahmerasa gentar beradu tanding dengan Perawan Sesat.

    "Dewi Murka! Tak peduli siapa dirimu, yang jelaskau tahu di mana Suto Sinting! Tunjukkan padakutempatnya atau kau kutelan habis di bukit ini juga!"

    "Jangan anggap diriku kecil, Perempuan Jabrik!Gunung pun bisa kuhancurkan apalagi kepalamu yangmirip landak itu!"

    "Jahanam!" geram Perawan Sesat dengan keduatangan telah menggenggam kuat-kuat. "Boleh kauberkoar di depan orang lain, tapi jangan sekali-kaliberkoar di depan Perawan Sesat!"

    "Berkoar di depanmu sama saja berkoar di depanorang gila! Kenapa harus takut?!" sambil Dewi Murkatersenyum sinis.

    Panas hati Perawan Sesat tak bisa dikendalikanlagi. Ia segera menggeram panjang bagaikan seekormacan, lalu kakinya menghentak satu kali ke tanah.Duuggg...!

    Buurrr...!Bukit kapur itu bergetar. Bagian bawahnya rontok

    sebagian. Bongkah-bongkah tanah kapur yang ada dibagian bawah melesat ke sana-sini. Dewi Murkamerasakan bukit kapur itu sedikit rendah dan menyusutdari ketinggian semula. Itu pertanda bagian bawahbukit itu melesat ke dalam tanah atau hancur dibeberapa bagian.

    Dewi Murka berkata dalam hatinya, "Gila! Bukit ini

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    42/98

     menjadi rendah sedikit dari semula. Hentakan kakinyaterasa dahsyat walaupun mungkin berlaku hanya untukseonggok bukit kapur seperti ini. Tapi aku tak perlugentar menghadapinya. Dia belum tahu jurus-jurusdahsyatku!"

    Terdengar suara Perawan Sesat menghentak,"Tunjukkan kesaktianrnu kalau kau benar-benar bisameruntuhkan sebuah gunung!"

    Dewi Murka tersenyum tipis. Berkesan lebih kalemdari Perawan Sesat. Lalu, ia pun menghentakkan kakikanannya ke tanah dengan keras. Duugg...!

    Krakk...! Tanah bagian atas bukit terbelah retak.Terpisah bagian tengah jarak antara Dewi Murkadengan Perawan Sesat. Dengan satu hentakan kakipula, Perawan Sesat kembalikan posisi retaknya tanahitu. Duug...! Kreep...!

    Terkesiap mata Dewi Murka melihat keretakankembali merapat dan pulih seperti sediakala.Sepertinya tak pernah terjadi keretakan.

    Di sisi lain, jauh di bawah bukit kapur itu, sepasangmata mengawasi peristiwa itu dari balik semak pohon.Sepasang mata itu berulang kali terbelalak melihatkedua perempuan tersebut beradu kesaktian ilmunya.Sepasang mata itu milik seorang lelaki berkumis yangmemperkenalkan dirinya kepada Suto beberapa waktuyang lalu dengan nama: Singo Bodong.

    Percakapan Perawan Sesat di kedai itudidengarnya, karena kebetulan ia sedang buang airkecil di belakang kedai. Mestinya ia ada di kedai itu.Tapi karena ingin buang air kecil, ia minta izin kepadapemilik kedai untuk ke kamar mandi. Ketika ia maukeluar kembali, ia dengar suara Perawan Sesatmenyebutkan nama Suto Sinting. Ia tak jadi keluar,karena ingin tahu apa yang dilakukan perempuanberambut jabrik itu. Dan diam-diam ia pun menguntitkepergian Perawan Sesat yang diikuti oleh Dewi Murka

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    43/98

     sampai di bukit kapur.

    Dari tempat persembunyiannya Singo Bodongmembatin, "Kedua perempuan itu manusia atau iblissampai punya kekuatan tenaga dalam seperti itu. Akusaja yang berbadan sebegini besar belum tentu bisagerakkan bukit kapur itu, eh... mereka yang jenisnyaperempuan dengan badan selangsing itu bisa bikin bukitretak dan menjadi rendah sedikit dari asalnya. Gila itudua perempuan."

    Mata Singo Bodong yang lebar itu kembalimengikuti peristiwa di atas bukit kapur. Agaknya kaliini Perawan Sesat sudah merasa cukup pamer ilmunya.Melihat lawannya tidak merasa gentar sedikit pun,Perawan Sesat segera sentakkan kedua kakinya dantubuhnya pun melesat terbang bagaikan seekor harimauhendak menerkam mangsanya.

    Pada saat itu Dewi Murka pun melompatmenyambut tubuh lawan yang melayang. Keduaperempuan itu saling beradu kecepatan pukulan diudara.

    Plak, plak, plak...! Buugh, bugh...!"Heegh...!" terdengar suara Dewi Murka memekik

    tertahan. Tubuhnya terlempar ke belakang dan jatuhbagai karung basah.

    Brukkk...!Perawan Sesat sudah sejak tadi daratkan kakinya

    dengan sigap di tanah berkapur itu. Ia berdiri tegakdengan tegarnya, memandang lawannya yang jatuhterkulai dan memuntahkan darah hitam dari mulutnya.Bahkan dari telinga dan hidung Dewi Murka jugamengeluarkan darah hitam kemerah-merahan.

    Dewi Murka berusaha untuk bangkit. Ia mencabuttrisula dari pinggangnya. Matanya memandang dengansedikit membeliak. Tetapi sebelum ia sempat bangkit,ia sudah kembali jatuh terkulai. Tubuhnya terjajar ditanah berkapur. Telantang menghadap langit.

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    44/98

     Semburan darah hitam kemerahan itu kembali keluardari mulutnya bersama tubuh yang menyentak kejangsatu kali.

    Perawan Sesat hempaskan napas lega, lalutinggalkan tempat itu tanpa mengucap sepatah katapun. Ia tampak tidak peduli sekali dengan keadaanlawannya. Cepat ia melompat, cepat pula ia melesathilang.

    Singo Bodong kehilangan jejaknya. Bingung mencarike mana perginya Perawan Sesat, sebagai sosokperempuan yang dikagumi ilmu dan kecepatan geraktangannya tadi. Karena tak bisa mengejar danmengikuti jejak kepergian Perawan Sesat, lelakiberkumis tebal melintang itu segera naik dengan susahpayah ke bukit kapur. Tepat ketika ia sampai di sana,Dewi Murka hembuskan napasnya yang terakhir.

    ** *

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    45/98

     5

    HANYA Singo Bodong yang tahu persis mengenaikematian Dewi Murka. Hanya Singo Bodong yangmelihat jelas Perawan Sesat telah membuat jiwa DewiMurka benar-benar nungging. Tapi siapa yang kenalDewi Murka di antara penduduk desa itu? Toh pada saatDewi Murka menginap beberapa hari di rumah keluargaGito Gepuk, ia memperkenalkan diri sebagai Wulansih,nama aslinya.

    Kalau saja mereka tahu nama Dewi Murka, makakematiannya akan tersebar ke mana-mana sebagaikematian murid Perguruan Merpati Wingit. Kalaukematian Dewi Murka tersebar, maka seorang pemudaberparas ganteng berpakaian hitam-hitam dengansenjata kapak dua mata itu tidak akan terus-menerusmencarinya. Pemuda yang memiliki senjata kapak KeboGeni ini tidak lain adalah Manusia Sontoloyo, yangdikenal dengan nama panggilan Dirgo Mukti.

    Mengapa Dirgo mencari Dewi Murka beberapa hariini?

    Itu adalah tugas. Tugas yang turun dan dikeluarkandari mulut Selendang Kubur, Selendang Kubur bersediamemberikan kehangatan tubuhnya kepada Dirgo, jikaDirgo Mukti sudah kembali memengal kepala DewiMurka.

    Kala itu, pertempuran Selendang Kubur denganDewi Murka sama-sama mengakibatkan luka dalam dikedua belah pihak. Mereka saling berpisah untuklakukan pengobatan masing-masing. Selendang Kuburbertemu dengan Dirgo, lalu ditolong dari keadaanparahnya, dibawa ke dalam gua tempat tinggal Dirgo,di pesisir pantai Karang Siru.

    Sebagai lelaki yang normal, Dirgo bisa menilaikecantikan dan kemulusan tubuh Selendang Kubur yangtidak jauh berbeda nilainya dengan Peri Malam.Sekalipun hati Dirgo terbakar cinta kepada Peri Malam,

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    46/98

     namun melihat kemontokan dada Selendang Kubur dandaya tarik lainnya, Dirgo tidak menolak untukmengulurkan tangannya mencari pelepas dahaga.

    Selendang Kubur kala itu dalam keadaan pingsan,lalu segera dibawa masuk ke dalam gua dandirawatnya.

    "Lukanya terlalu parah," gumam Dirgo Mukti sambilmemperhatikan tubuh Selendang Kubur yang dibujurkandi atas pembaringannya.

    "Dia terkena pukulan tenaga dalam yang tinggi didua tempat, jantung dan ulu hati. Terlambat sedikitpengobatannya, melayang sudah nyawa si cantik yangmenggairahkan ini. Hmmm... aku harus segeramenolongnya. Dengan begitu, dia berhutang nyawapadaku dan setidaknya tidak keberatan membayarhutangnya dengan kehangatan tubuhnya beberapa kali."

    Tetapi Manusia Sontoloyo itu sedikit ragu setelahmempertimbangkannya. Ia membatin kembali,

    "Pengobatan ini tidak cukup dengan penyaluranhawa murni ke dalam tubuhnya. Ia harus mendapatresapan getar nadi dari sekujur tubuhku. Dan resapangetar nadi ini belum pernah kulakukan kepada siapapun. Guru pernah berpesan untuk tidak melakukanpengobatan melalui resapan getar nadi jika tidakbenar-benar terpaksa. Karena jika aku gagal melakukanresapan getar nadi, maka nyawaku sendiri akanmelayang pergi dari ragaku. Tapi..., keadaanperempuan cantik ini mempunyai dua luka yangberbahaya dan harus cepat penanganannya. Hmmm...wajahnya makin pucat dan membiru. Agaknya pukulantenaga dalam yang tepat mengenai sudut jantungnyaini mengandung kekuatan racun berbahaya...!"

    Manusia Sontoloyo akhirnya memutuskan untukmelakukan pengobatan resapan getar nadi. Tanpa ragu-ragu ia melepas pakaian Selendang Kubur. Kalau sajaSelendang Kubur tidak dalam keadaan pingsan lama,

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    47/98

     tentu ia akan memberontak dan menolak. Justrukarena keadaan pingsan itulah Manusia Sontoloyoberani melakukan pengobatan cara resapan getar nadi.

    "Wah, indah sekali tubuh perempuan ini...?!"gumam Dirgo. Matanya tak berkedip menatapkemulusan tubuh yang sudah tanpa selembar benangpun itu. "Kalau saja tak ada luka membiru di bagian uluhati dan dada kirinya, sudah pasti tubuh ini akan mulusdan menggiurkan. Hmmm... dadanya begini montokdan kencang. Benar-benar sepasang dada yangmenantang untuk bertanding cinta. Sayang sekali diadalam keadaan terluka parah. Setidaknya kusalurkandulu hawa murniku melalui telapak tanganku!."

    Pada umumnya orang melakukan penyaluran hawamurni ke dalam tubuh si sakit dengan caramenempelkan kedua telapak tangan ke bagian yangterluka. Tetapi Manusia Sontoloyo membalikkantangannya, ia menggunakan punggung telapak tanganuntuk menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuhSelendang Kubur.

    Beberapa saat lamanya hal itu ia lakukan, hinggaakhirnya detak jantung Selendang Kubur kembalinormal. Tapi Selendang Kubur masih belum siuman!Tentu saja, sebab masih ada luka berat di ulu hatinya.Luka itu memang berhubungan dengan luka dibagianjantung, sebab mempunyai saluran darah yangmembawa racun. Racun itu menyebar di seluruh tubuhdan menjadi beku pada bagian ulu hati yang terluka. Inibisa menyebabkan pembusukan segera terjadi padabagian ulu hati tersebut. Pembekuan racun pada lukaitulah yang harus disembuhkan dengan resapan getarnadi.

    Maka, Manusia Sontoloyo pun segera melepaskanseluruh pakaiannya. Kini ia telungkupkan badan ketubuh Selendang Kubur. Kedua kakinya diusahakanmenggapit bagian paha dan betis Selendang Kubur.

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    48/98

     Kedua tangannya memeluk bagian dada sampaipunggung. Mulutnya mengatup rapat ke mulutSelendang Kubur. Lalu, pelukan dan gapitan itudiperkuat.

    Beberapa helaan napas berikutnya, tubuh DirgoMukti mulai tampak berkeringat. Tubuh itu menjadipucat sedikit demi sedikit. Keringatnya semakinbertambah. Bahkan pada bagian betis kakinya yangberbulu itu pun mengeluarkan butiran keringat. Sampaipada telapak kakinya pun berkeringat pula. Dan tubuhperempuan yang dipeluk erat dalam keadaan sepertiitu, mengeluarkan keringat berwarna kekuning-kuningan dari tiap lubang pori-pori tubuhnya.

    Setelah keringat yang keluar dari pori-pori kulittubuh Selendang Kubur itu berubah menjadi bening,maka Dirgo pun segera menghentikan resapan getarnadinya. Ia terengah-engah dan jatuh lemas begituturun dari ranjang. Sementara perempuan yang habismenjalani pengobatan aneh itu dalam keadaan sepertitertidur nyenyak. Wajah pucatnya mulai surut, warnalegam di dada dan ulu hati pun mulai memudar.

    Dirgo membiarkan perempuan itu masih telentangtanpa selembar benang pun. Beberapa saat setelah itu,manakala napas Dirgo sudah kembali teratur,keletihannya lenyap sudah, maka Dirgo Mukti segeraambil kain dan air tawar untuk membersihkan tubuhSelendang Kubur.

    Dengan penuh gairah Dirgo membasuh tubuh yangkini benar-benar tampak mulus, karena warna legam dikedua lukanya sudah hilang. Tetapi Selendang Kuburmasih belum bisa siuman walau napasnya telah teratur.Ketika ia dibasuh dengan kain basah sekujur tubuhnya,ia masih diam saja.

    "Indah sekali tubuh ini. Semuanya serba kencang,sampai ke bagian pantatnya. Hmm, hmm, hmm...!"gemas Dirgo dengan nakal, ia remas gumpalan-

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    49/98

     gumpalan yang bisa menimbulkan birahi itu.

    Semakin lama kenakalannya semakin bertambahjalang. Bukan hanya diremas saja bagian-bagian yangmenggumpal penuh tantangan itu, namun juga dipagut-pagutnya beberapa saat.

    "Selagi pingsan kurasa ia tak akan tahu kalau akutelah menikmati tubuhnya," pikir Dirgo dengan binal.Maka, ia pun bergegas kembali melepas apa saja yangmelekat di tubuhnya. Ia kembali bersikap seakanhendak melakukan resapan getar nadi.

    Tetapi lelaki yang bergelar Manusia Sontoloyo itumulai dilanda rasa kecewa.

    "Kurang ajar! Dia mengunci kedua pahanya hinggatak bisa dibuka sedikit pun!" geram Dirgo Mukti.

    Rupanya ia menjadi penasaran. Dirgo sentakkantangannya dengan menggunakan kekuatan tenagadalam untuk mendorong sesuatu yang berat. Tetapikedua paha Selendang Kubur terkunci rapat, tetap sajatak bisa direnggangkan sedikit pun. Dirgo mencobanyasekali lagi dengan jurus 'Sigar Jambe'. Kedua tangannyamerapat pada bagian pergelangan, lalu disentakkan kedepan dengan bergerak membuka tanpa menyentuhpaha itu. Tapi ternyata kedua paha tetap merapatkuat. Hanya sedikit terguncang tubuh Selendang Kubur,namun tidak membuat terpisah kedua kakinya.

    "Edan!" sentak Dirgo, yang akhirnya menyerahkalah. Ia tak bisa lakukan apa yang ia inginkan. Tanpasadar hasratnya kala itu sudah hilang karenakedongkolan hati dan lelahnya tenaga untuk membukapaha. Bahkan penggunaan jurus 'Sigar Jambe' itu telahmenguras tenaganya karena selalu membalik masuk kedalam dirinya.

    Hari berikutnya, saat Selendang Kubur telah lamasadar dari pingsannya, Dirgo mencoba mendekatidengan kenakalan tangannya. Tetapi Selendang Kuburberkelit dan menepisnya dengan perasaan tak suka

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    50/98

     kepada tindakan itu.

    "Jangan begitu, Selendang Kubur. Aku telahbersusah payah menolongmu, menyelamatkan nyawamudari luka parah itu, jika aku meminta upah satu kalisaja, bukankah itu tindakan yang bijaksana?"

    "Aku tidak mempunyai kebijakan seperti itu.""Tapi aku telah menyembuhkan lukamu, Selendang

    Kubur!""Aku tak keberatan kau kembalikan diriku seperti

    keadaan semula," jawab Selendang Kubur dengan keraskepala.

    Terdengar helaan napas Dirgo dalam kejapberikutnya, "Nasibku selalu buruk jika sudah berurusandengan perempuan!"

    Selendang Kubur tetap tegak terbujur dengankedua tangan terlipat di dada. Ia dengarkan apa punyang Dirgo Mukti ucapkan.

    "Berulang kali aku jatuh cinta pada perempuan,berulang kali cintaku selalu ditolak."

    "Urusan pribadi seperti itu sulit sekali dijajakimaknanya. Barangkali kau sangka aku benci padamu.Barangkali kau sangka aku menghinamu. Dan barangkalikau sangka aku jijik padamu. Tapi menurutku memangbegitulah sikap pribadi yang harus kumiliki."

    Selendang Kubur geserkan langkah dan duduk diatas batuan karang. Ucapannya berlanjut dari sana,tertuju untuk Dirgo yang ada tepat di samping kirinya.

    "Manusia punya pendirian dan sikap, punyapenilaian dan anggapan, yang belum tentu satu denganlainnya sama. Kalau kau lebih banyak berpikir dengangairahmu, aku lebih banyak berpikir dengan dendamku.Kalau kau lebih bangga dengan kemesraanmu, aku lebihbangga kalau dapatkan kepala Dewi Murka. Semuapunya alasan masing-masing yang tak mudah dipahamiorang lain."

    Dirgo Mukti geserkan langkah dan bungkukkan

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    51/98

     badan, lalu ia berucap, "Kau sungguh simpan dendamkesumat dengan Dewi Murka?"

    "Ya. Aku ingin penggal kepalanya. Siapa pun dapathadiahkan penggalan kepala Dewi, akan kuanggapsebagai orang yang patut dihormati!"

    Termasuk aku?""Tak peduli dirimu atau gelandangan mana pun

    juga, jika ia persembahkan hadiah padaku berupapenggalan kepala Dewi Murka, ia adalah manusia yangpatut kuhormati dan kudekati hatinya."

    Kata-kata itu punya pengertian lain buat ManusiaSontoloyo. Ia anggap dirinya mendapat tugas danperintah langsung dari mulut Selendang Kubur. Iamerasa, dengan menghadiahkan penggalan kepadaDawl Murka, maka Selendang Kubur akan pasrahmenyerahkan kehangatan tubuhnya yang makin lamamakin menantang gairah membakar birahi itu.

    Dengan modal anggapan itu, Manusia Sontoloyomemburu Dewi Murka ke arah selatan, sesuaiketerangan dari Selendang Kubur tentang arah pelarianDewi Murka. Tak heran jika Manusia Sontoloyo itumerambah ke pesisir selatan untuk mencari seorangperempuan berbaju serba hitam, bersenjata trisula,dan bernama Dewi Murka.

    Tapi ketika langkahnya hendak beralih darimenyusuri pantai ke kedalaman hutan, mendadaklangkah itu terhenti. Dirgo Mukti melompat mundurdalam satu sentakan kaki yang melenting tinggi diudara. Sebuah pohon kelapa rubuh tepat di depannyahalangi langkahnya.

    "Tak mungkin pohon itu rubuh sendiri. Batang dandaunnya masih segar. Pasti ada orang yang hendakberbuat jahat padaku, atau ingin menghadanglangkahku! Hemmm... mana orang itu?" pikir Dirgo.

    ** *

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    52/98

     6

    ORANG yang dicari Dirgo muncul di belakangnya.Kehadirannya tanpa hawa dan tanpa suara, Dirgosempat terperanjat sebentar melihat munculnyaperempuan jabrik berpakaian ungu muda ketat. Bukanrambut yang bikin Dirgo kaget, tapi bentuk tubuh yangbegitu menggiurkan yang bikin Dirgo terkesiap takberucap.

    Hati Dirgo jadi berdebar-debar memandang belahandada perempuan itu yang tampak mulus, menonjol dansekal-sekal montok. Sungguh suatu pemandangan yangharus diperhatikan tanpa kedipan mata barang sejenak.

    Tapi wajah perempuan itu tetap tanpa senyum.Kecantikan itu bagai gunung batu tersaput gumpalanes. Dingin sekali. Walaupun Dirgo sunggingkan senyum,perempuan berhidung kecil bangir dan bermata bundaritu tak tertarik untuk membalas senyuman Dirgo.

    "Luar biasa...," gumam Dirgo di dalam hatinya. Iapandangi perempuan yang berpinggul meliuk indahdengan pantat menonjol sekal itu. Ia nikmatikemolekan yang begitu langka itu sambil langkahkankaki kelilingi tubuh perempuan tersebut. Yang dipandang tak bergerak sedikit pun kecuali matanya yangmelirik dengan liar. Wajah bekunya sedikit tegakterdongak naik dagunya, menampakkan sebentukkeangkuhan yang angker.

    "He he he...!" Dirgo perdengarkan tawanya yangpelan mirip orang menelan minuman. Tiba di depanperempuan cantik berambut jabrik, Dirgo Muktihentikan langkahnya. Jarak mereka hanya tiga langkah.

    "Kaukah yang rubuhkan pohon itu?" tanya Dirgodengan kedua tangan selipkan jempol ke ikat pinggangdi depan perutnya. Perempuan itu sedikit miringkanwajah dalam pandang sipitnya. Semakin tajam mata itubak ujung tombak yang baru diasah dengan gerinda.

    "Kaukah yang tumbangkan pohon untuk

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    53/98

     menghadang langkahku?" ulang Dirgo.

    Perempuan itu menjawab dengan suara serak-serakangker namun menggairahkan.

    "Ya. Aku yang lakukan! Mau apa kau?!"Dirgo Mukti lebarkan senyum. "Justru aku yang

    seharusnya bertanya begitu mau apa kau menghadanglangkahku dengan cara begitu?"

    "Mau memastikan dirimu!" jawab perempuan yangkemudian mengaku bernama Perawan Sesat itu.

    "Apa yang perlu kau pastikan dari diriku, PerawanSesat?"

    "Apakah benar kau yang bernama Suto Sinting,murid si Gila Tuak itu?!"

    "Mengapa kau tanyakan hal itu?""Aku mencarinya.""Untuk apa?""Suatu keperluan penting.""Menyenangkan atau menyusahkan?!""Sangat menyenangkan."Dirgo manggut-manggut dalam senyuman,

    melangkah ke samping tiga pijak sambil membatin,"Perempuan ini boleh juga. Cantik tapi berkesan

    liar. Merangsang tapi berkesan angker. Perempuanseperti ini pasti punya gairah besar dalam bercinta.Tubuhnya serba kencang dan itu menunjukkan jaminankenikmatan yang luar biasa. Perempuan ini jauh lebihmenggiurkan dari Selendang Kubur atau pun PeriMalam. Hmmm... dia mencari Suto Sinting. Dia punyakepentingan yang menyenangkan. Apakah dia punyakencan dengan Suto Sinting? Atau barangkali dia inginmembuat kencan dengan murid si Gila Tuak itu?"

    Perawan Sesat ikuti gerakan langkah Dirgo.Matanya bagai tak mau lepas dari wajah Dirgo Mukti. Iamembatin pula di dalam hatinya,

    "Kurasa memang ini orangnya. Peramal Pikun itumemberi ciri ketampanan. Suto orang yang tampan,

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    54/98

     gagah, dan perkasa. Orang ini punya ciri seperti itu.Tapi apakah benar dia yang bernama Suto?"

    Kejap berikutnya keduanya saling pandang lagi.Lalu, Dirgo Mukti lontarkan tanya,

    "Dari mana asalmu, Perawan Sesat?""Jawab dulu pertanyaanku tadi, kaukah yang

    bernama Suto?!" sentak perempuan berpedang gading."Ya. Aku Suto Sinting!" jawab Manusia Sontoloyo

    dalam tipuannya.Perawan Sesat hembuskan napas lepas, seperti

    mengalami perasaan lega. Wajah dinginnya sedikitmencair. Keangkerannya mulai surut. Keangkuhannyakian menipis. Kekakuan sikapnya pun menjadi berubahsedikit santai.

    "Ada kepentingan apa kau mencariku?!" tanya Dirgo."Aku harus membawamu ke Bukit Garinda, Suto!""Untuk apa aku ke sana?""Guru ingin menemuimu.""Perlu apa gurumu menemuiku?" Dirgo ganti

    berlagak angkuh."Itu urusan pribadi Guru. Sebaiknya ikut saja

    perintahku, jangan bikin aku paksa dirimu dengankekerasan."

    "Bagaimana jika aku ingin kekerasan itu?" godaDirgo Mukti.

    "Kau akan menyesal nantinya, Suto!""Bagaimana jika aku ingin menyesal lebih dulu?"

    sambil Dirgo mendekati Perawan Sesat. Senyumnyamakin mekar, membuat Perawan Sesat menganggapkata-kata Dirgo tadi tidak bersungguh-sungguh.Karenanya perempuan itu tidak cepat tunjukkankekerasan sikapnya, ia diam saja ketika Suto palsuberdiri jarak satu langkah di depannya. Ia pandangterus lelaki tampan itu.

    "Aku mau kau bawa menghadap gurumu, tapi akuinginkan sesuatu darimu sebagai syarat utama."

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    55/98

     "Apa yang kau inginkan?""Kemesraan." jawab Manusia Sontoloyo itu.Perempuan berbibir menggemaskan itu tampak

    gelisah. Dirgo pegang kedua pundak Perawan Sesat.Hati perempuan itu makin resah. Dirgo melihat sikappasrah yang bergumul rasa gelisah. Dirgo gunakankesempatan itu untuk mencium pipi Perawan Sesat.

    "Jangan...," bisik perempuan itu. Tapi Dirgo nekatlakukan.

    Ciumannya mendarat penuh semangat di wajahkanan Perawan Sesat. Perempuan itu berusahamengelak walau tak banyak.

    "Jangan, Suto...."Perempuan itu menggelinjangkan kepala samping.

    Lehernya terbuka, dan Manusia Sontolo merenggutleher itu dengan sebuah kecupan memburu.

    "Jangan...," bisiknya lagi, lalu berlanjut, "Jangan disini, Suto!"

    Mendengar lanjutan kata Perawan Sesat, Dirgojustru hentikan ciumannya. Ia tarik kepala ke belakangdan pandang mata perempuan itu sambil tersenyumdalam tawa terkulum.

    "Apakah syarat itu harus kupenuhi?" bisik PerawanSesat sambil biarkan tangan Dirgo menelusuri masuk kebelahan dadanya.

    "Ya. Harus kau sendiri yang penuhi. Kalau kau tidakpenuhi syarat itu, aku tak mau menghadap gurumu."

    "Aku takut kau laporkan pada Guru.""Aku tak akan bilang apa pun padanya nanti.""Kau berani berjanji?""Aku berjanji dengan berbagai sanksi.""Apakah kau berani kehilangan nyawa jika sampai

    bocorkan rahasia?""Ambillah nyawaku jika aku dusta padamu!"Tap ..! Tangan Dirgo ditangkapnya kuat, lalu

    disentakkan lepas dari belahan dadanya yang

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    56/98

     membengkak itu. Tanpa berucap kata apa pun,Perawan Sesat sentakkan ujung kakinya. Tubuhnyamelenting ke udara dan bersalto dua kali untukmencapai bawah pohon rindang. Dirgo punmengikutinya dengan satu lompatan ringan dan bersaltodua kali di udara.

    Kejap berikut tubuh mereka sudah salingberhadapan. Tangan Dirgo mulai meraih lenganPerawan Sesat. Tubuh itu tertarik ke depan danterpeluk Dirgo. Kepala perempuan itu sengaja tengadahdengan bibir yang merekah. Dirgo segera melumat bibiritu dengan tangan meremasi punggung Perawan Sesat.

    Mulut perempuan itu terlepas dan lontarkan desahbersuara serak. Ia biarkan Dirgo menjamah sekujurtubuhnya. Karena ia sendiri merasa tidak bisamenghindar dari gairah yang kian memberontak danmelonjak-lonjak itu.

    Kejap berikut, keduanya sama-sama berpeluh.Kejap lain lagi, mereka telah siap berdiri untuktentukan langkah. Pakaian mereka sudah kembali rapi.Dan saat itu senyuman manis Perawan Sesat tampakmekar disuguhkan di depan Dirgo Mukti dengan sinarkepuasan.

    "Sudah kuduga, kau memang galak dalam bercinta,"kata Manusia Sontoloyo dengan senyum kemenangan.

    Perawan Sesat tersipu malu, namun ia lontarkankata lirih.

    "Memang begitulah aku. Tak boleh tersenggolkemesraan sedikit saja."

    Manusia Sontoloyo serukan tawanya, membuatPerawan Sesat makin tersipu namun penuh bangga diri.

    Tanpa terpikir oleh mereka, sepasang matamengintai sejak lompatan tubuh mereka mencaritempat bercumbu tadi. Sepasang mata itu mengikutiterus gerak-gerik dan suara mereka dari balik semakbelukar. Sepasang mata itu menahan napasnya kuat-

  • 8/16/2019 Pendekar Mabuk - 4. Perawan Sesat.pdf

    57/98

     kuat agar tidak didengar oleh kedua pasang insan yangtadi dilihatnya begitu bergelora mencapai puncakbirahinya.

    "Syarat sudah kupenuhi," kata Perawan Sesat"Sekarang kau harus mau menghadap Guru, Suto."

    "Ya. Aku akan menghadap gurumu!""Guru akan senang melihat aku datang bersamamu

    Suto Sinting!""Karena kau telah menyenangkan hatiku, maka