i PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI- LAKI (STUDI KASUS MASYARAKAT MUSLIM DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN ) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Dalam Ilmu Syari’ah Pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah ( Muamalat ) Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN S umatera Utara Medan Oleh : ASELY MUNAWAROH LUBIS NIM. 240909321 MEDAN 2013 M / 1434 H PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI- LAKI (STUDI KASUS MASYARAKAT MUSLIM DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN )
75
Embed
PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM MEMAKAI … MUNAWAROH.pdf · Bertujuan untuk mengetahui hukum memakai inai bagi laki-laki menurut pendapat madzhab Syafi’i, dan mengetahui
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM MEMAKAI
INAI BAGI LAKI- LAKI (STUDI KASUS MASYARAKAT
MUSLIM
DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 )
Dalam Ilmu Syari’ah Pada
Jurusan Hukum Ekonomi Syariah ( Muamalat )
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
IAIN S umatera Utara Medan
Oleh :
ASELY MUNAWAROH LUBIS NIM. 240909321
MEDAN 2013 M / 1434 H
PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM MEMAKAI
INAI BAGI LAKI- LAKI (STUDI KASUS MASYARAKAT
MUSLIM
DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN )
i
IKHTISAR
Skripsi ini berjudul “PENDAPAT MADZHAB SYAFI’I TENTANG HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI ( STUDI KASUS MASYARAKAT MELAYU MUSLIM DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN). Bertujuan untuk mengetahui hukum memakai inai bagi laki-laki menurut pendapat madzhab Syafi’i, dan mengetahui bagaimana pengetahuan, pendapat , dan respon masyarakat tentang hukum memakai inai bagi laki-laki di kecamatan Medan Maimun. Adapun peneltian ini merupakan metode penelitian lapangan.untuk mengetahui jawaban dari penelitian ini, maka penulis mengambil data dari berbagai studi kitab, buku, melakukan wawancara, dan angket yang di sebarkan kepada masyarakat .hasil penelitian ini dapat di simpulkan 94% masyarakat muslim dikecamatan Medan mimun memakai inai bagi laki-laki dalam perkawinan, 36% masyarakat muslim yang mengetahui tentang hukum memakakai inai bagi laki-laki, 48% masyarakat mengatakan boleh memakai inaibagi laki-lak, 14% masyarakat tidak setuju laki-laki memakai inai sama seperti menyerupai perempuan , dan 76% masyarakat kecamatan medan maimun mengatakan penganten laki-laki yang tidak memakai inai termasuk hal yang salah karena melanggar adat. Melihat dari pendapat madzhab Syafi’i dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang telah dilakukan masyarakat Muslim dikecamatan Medan Maimun yaitu memakai inai bagi penganten laki-laki dalam pernikahan sangat bertentangan dengan pendapat Madzhab Syafi’i tersebut karena penganten lelaki hukumnya haram memakai inai.
ii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحیم
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang selalu memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayahnya sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan, shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah membawa agama Islam sebagai
petunjuk yng benar dalam rangka mencapai kebahagian hidup dunia
akhirat.
Skripsi ini berjudul : PENDAPAT MADZHAB SYAFI’I TENTANG
HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI ( STUDI KASUS
MASYARAKAT MUSLIM DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN ). Skripsi
ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana
(S1) pada Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, semoga bantuan
dan dorongan yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan
mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat
dan
terima kasih yang tulus dan ikhas sebesar-besarnya kepada :
1. Rasa terimakasih terutama penulis sampaikan kepada bapak
Drs.H.A.sanusi Luqman,Lc MA selaku pembimbing I, dan kepada
bapak A.Zuhri,MA selaku pembimbing II yang telah membimbing
iii
dan mengarahkan penulisan selama penyusunan skripsi ini dari
awal hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ayahanda (H.ABD HAKIM LUBIS ) dan Ibunda ( HJ.AFNI ASLINA
BATUBARA) yang tercinta, yang telah memberikan kasih sayang,
memelihara, dan membesarkan dari kecil hingga sekarang,dan
memberi dorongan moril, materil, motivas,bimbingan,nasehat serta
doa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
3. Bapak Prof. Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis,MA selaku rektor IAIN SU
dan Bapak Drs.H.Saidurrahman,MA selaku Dekan Fakultas Syariah
IAIN SU, serta para pembantu Dekan (Dekan I,II, Dan III ).
Disamping itu juga tidak lupa saya ucapkan terimakasih banyak
kepada Ibu Hj. Fatimah Zahara, MA selaku ketua jurusan Hukum
Ekonomi Islam ( Muamalah). serta staff pegawai di Jurusan
Muamalah dan juga Bapak M.irwan Padli Nasution,MM selaku
Penasehat Akademik ( PA ) Kabag Akademik dan juga staf
pengajuar fakultas Syariah IAIN SU yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama belajar di
Fakultas Syariah IAIN SU Medan.
4. Terima kasih juga kepada bapak H.Mahmudin Pasaribu yang telah
memberikan motivasi dan pencerahan tentang judul skripsi yang
penulis bahas sekarang ini.
5. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kota Medan, beserta staff yang telah
membantu administrasi dalam mengeluarkan surat izin riset demi
kelancaran penelitian lapangan di Kecamatan Medan Maimun.
iv
6. Penulis juga mengucapkan terima kasih Kepada Bapak Camat
Kecamatan Medan Maimun yang telah memberikan penulis Izin
untuk mengadakan riset dan membantu penulis dalam proses
pengumpulan data-data yang di perlukan untuk menyelesaikan
skripsi ini. Dan juga karyawan yang telah memberikan informasi
dan keterangan dalam proses pengumpulan data yang penulis
perlukan.
7. Selanjutnya kepada Adinda-Adinda tersayang Maisaroh Lbs, Adina
Muktar Husein Lbs, Fitri Asyah Lbs. Fahrizal Muktar Lbs, dan
Anggi Sakinah Lbs yang telah banyak membantu dan memberi
motivasi serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Terima kasih juga penulis ucapakan kepada Dede Hafirman Said,
Intan Zoraya Surbakti, Suma Rezeki, Nora Feri yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam melaksanakan
penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.
9. Terimakasih kepada semua teman-teman Muamalah seperjuangan
khususnya stambuk 2009, kompak selalu,terus semangat dan
berjuang. terima kasih semua motivasi,doa dan dukungan yang
tiada henti kepada penulis,terima kasih atas pengertian dan
perhatianya, hanya allah yang mampu membalas kebaikan kalian.
10. Teman-teman kost nomor 40, kost yang ceria terima kasih telah
banyak membantu dan selalu menghibur dikala penulis patah
semangat, terima kasih motivasi yang telah diberikan kepada
penulis.
v
11. Semua yang mendukung yang tidak bisa disebutkan satu persatu
terima kasih untuk semangat dan doanya.
Untuk keseluruhannya penulis hanya dapat berdoa semoga amal
ibadah dan budi baik bapak/ibu dan teman-teman mendapat
balasan dari Allah SWT , Amiin.
Semoga karya ilmiah ini memberi mamfaat yang besar bagi penulis
serta bagi pembaca umunya,penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka demikianlah penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 04 November 2013
Penulis.
ASELY MUNAWAROH LUBIS NIM 240909321
vi
DAFTAR ISI
IKHTISAR .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar belakang masalah .......................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................... 15
C. Tujuan dan manfaat penelitian .............................. 15
D. Batasan istilah .......................................................... 16
E. Kerangka pemikiran ................................................ 18
F. Hipotesis................................................................... 18
G. Metode penelitian .................................................... 19
H. Sistematika pembahasan ........................................ 21
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................. 23
A. Letak Geografis ........................................................ 23
B. Letak Demografis..................................................... 24
BAB III TINJAUAN HUKUM TENTANG MEMAKAI INAI ........ 30
A. Pengertia inai ........................................................... 30
B. Pengertian memakai inai ........................................ 31
C. Sejarah awal mulanya inai ...................................... 32
vii
D. Dasar hukum memakai inai .................................... 33
E. Mamfaat memakai inai ........................................... 36
1. Dalam dunia medis ........................................... 36
2. Dalam perkawinan ............................................ 40
F. Pasangan yang boleh memakai
inai menurut hukum islam .................................... 41
Bugha dkk ( Depok : Gema Insani cet.1.2010 )h.485-486 47 Mahyuddin ibn Syarif An-Nawawi, Al-Majmu Syarah Al-Muhassab Jilid IV,
h.399.
48 Muhammad Syatho Addimiyathi, I’Anah Ath-Tholibin, Jilid II, h.340.
41
Dan Diharamkan mewarnai jari tangan laki-laki dan kedua kakinya
dengan inai atau seumpama yang demikian jika tidak ada baginya udzur
karena bahwasanya padanya menyerupai perempuan dan sesungguhnya
Alaihi as-Salam bersabda Allah melaknat laki-laki yang menyerupai
perempuan .
Dalam kitab Az-Zawajir karangan Imam an-Nawawi juga dikatakan
bahwa inai bagi jari dan tangan laki-laki adalah haram.
ب یدیھ ورجلیھ بالحناء اال تطبیاء بھ، أما من فال یجوز بل یحرم الرجل خض
49.باب التزیین ففي ھذا تشبھ بالنساء
Maka tidak boleh bahkan haram bagi laki-laki mewarnai ke dua
tangannya dan ke dua kakinya dengan inai melainkan untuk berobat
dengannya, adapun jika ia gunakan untuk perhiasan maka dalam hal ini
menyerupai perempuan.
Dan hukum pemakaian inai bagi jari tangan dan kaki laki-laki
diperjelas lagi oleh hadist-hadist yang shoheh riwayat Bukhori dan Abu
Daud
hadis shoheh riwayat bukhori yang berbunyi sebagai berikut :
لعن :عن ابن عباس قال,عن عكرمة,عن یحي,حدثنا ھشام,فضالة نا معاذ بنحد ث
:" النبي صلى هللا علیھ وسلم المخنشین من الرجال والمترجالت من النساء وقال
49 Ahmad Ibn Muhammad , Az- Zawajir, Jilid I h. 256.
42
فأخرج النبي صلى هللا علیھ وسلم فالنا وأخرج عمر :قال " أخرجوھم من بیوتكم
50.فالنا
Mu’adz bin Fadhalah menyampaikan kepada kami Hisyam, dari
Yahya, dari Ikrimah bahwa Ibnu Abbas berkata : Nabi SAW melaknat laki-
laki yang bertingkah laku menyerupai perempuan dan perempuan yang
bertingkah laku menyerupai laki-laki, beliau bersabda, usirlah mereka dari
rumah kalian. Nabi SAW pernah mengusir pulan sedangkan Umar
mengusir fulan.51
Dalam hadist lain disebutkan, sebagaimana di jelaskan di bawah ini
:
عن ابن,عن عكرمة,عن قتادة, حدثنا شعبة,جعفرحدثنا ,حدثنامحمد بن بشار
من المتشبھین وسلم علیھ هللا صلى هللا رسول لعن: عباس رضي هللا عنھما قال
52 وأخبرنا شعبة تابعھ عمر لرجلاب لنساء ا من ت المتشبھا و بالنساء الرجال
Muhammad bin Basyar menyampaikan kepada kami dari
Muhammad bin Ja’par, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Ikrimah bahwa
Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW melaknat lelaki yang menyerupai
perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki, Amar
meriwayatkan hadist yang sama dari Syu’bah.53
50 Al- Bukhori Al-jagpi, Shoheh Al-Bukhori, Jiid VII ,h.72. hadis no.5885
51 Abdullah ,Ensiklopedia Hadis. Jilid II, h.509
52 Al- Bukhori Al-jagpi, Shohih Al-Bukhori jilid VII, h.72. 53 As-sayyid Ahmad al-Hasim, Terjemahan Mukhtarul Hadist ( Bandung : PT.
Al-ma’arif, 1997)h, 624
43
Dijelaskan juga dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Abu daud
di bawah ini:
ل بن أن أبا أسامة أخبرھم عن مفض,لعالءحدثنا ھارون بن عبد هللا و محمد بن ا
أن : ھریرة عن أبي,عن أبي ھاشم,عن أبي یسارالقرشي,عن األوزاعي, یونس
ل النبي فق, قد خضب یدیھ ورجلیھ بالحناءبمخنث أتي علیھ وسلم صلى هللا النبي
, نساء لیتشبھ با ,یا رسول هللا: یلفق" مابال ھذا ؟": صلى هللا علیھ وسلم صلى
إني نھیت أن أقتل ": أال تقتلھ ؟ فقال ,یارسول : قالو, قیع نأمربھ فنفي إلى الف
54".المصلین
Menyampaikan Harun ibn Abdullah dan Muhammad ibn Al-Ala’i
dari Abu Usamah menceritakan kepada mereka dari Mufaddol ibn
Yunus,dari al-Ausa’i dari Abi Yasar Al-Qurasiya, dari Abi Hasyim, dari Abi
Hurairah " bahwasanya Suatu ketika mendatangkan kepada Rasulullah
SAW seorang banci yang mengecat kedua tangan dan kakinya dengan inai,
maka Rasulullah SAW berkata, "Mengapa orang ini?” para sahabat
menjawab, "Wahai Rasulullah, ia menyerupai perempuan." Maka
Rasulullah SAW memerintahkan agar ia diusir ke suatu daerah bernama
Naqi'. Mereka berkata, "Mengapa engkau tidak membunuhnya saja?"
Rasulullah SAW menjawab: "Aku dilarang membunuh orang yang
mengerjakan shalat."55
54 Sulaiman ibn Al-As’asa As-syajistani, Sunan Abi Daud, Jilid I, h. 801. hadis
ke 4928
55 Az-Zuhaili, Fiqih Islam, jilid IV , h. 239.
44
Berdasarkan penjelasan ulama–ulama tersebut tetang hukum
memakai inai adalah haram dan diperkuat oleh hadis-hadis,tetapi ada juga
ulama yang menyatakan boleh memakai inai bagi laki-laki dan tidak
haram.
Adapun pendapat selain haram di nyatakan oleh Ibnu Qodamah
sebagaimana disebutkan :
فیما التشبھ فیھ بالنساء ألن فلما خضب الرجال فذكر الشیخ انھ ال بأس بھ
56.حة وال دلیل للمنع لالصل ابا
Adapun mengenai memakai pacar pada lelaki, Ibnu Qudamah
berpendapat hal itu tidak masalah pada perkara yang tidak dianggap
menyerupai wanita, sebab hukum asal adalah boleh, serta tidak ada dalil
yang melarangnya.
C. PENGETAHUAN DAN PENDAPAT MASYARAKAT MUSLIM
KEC.MEDAN MAIMUN TENTANG MEMAKAI INAI BAGI LAKI-
LAKI
1. Pengetahuan masyarakat.
Pengetahuan sebagian Masyarakat Muslim kec.Medan Maimun
tentang memakai inai adalah diwajibkan karena sudah menjadi adat
setempat apalagi dalam adat melayu yang pakai resam melayu maka lelaki
yang akan menikah akan diwajibkan memakai inai. Menurut pengetahuan
mereka, Laki-laki yang memakia inai hanya khusus untuk perkawinan saja
sebatas adat.
56 Muhammad Ibn Ya’qub, Al- Furu’ Al- Kahfi, Jilid V, h.523.
45
Masyarakat Medan Maimun sebagian Masyarakatnya tidak
mengetahui kalau pemakaian ini bagi laki-laki itu hukumnya haram,tetapi
ada juga masyarakat yang mengetahui tentang hukumnya memakai inai
bagi laki-laki dan mengetahui kalau ada hadis yang menyerupai
perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki, tetapi kalau
pendapat-pendapat ulama tentang diharamkan inai bagi lak-laki tidak
banyak yang mengetahuinya.57
2. Pendapat masyarakat
Sebagian Masyarakat yang berada di kecamatan Medan Maimun
berpendapat boleh memakai inai bagi laki-laki, karena sudah menjadi adat
setempat, dan sebagian masyarakat setuju dengan pendapat madzhab
Syafi’i bahwa haram memakai inai bagi laki-laki meskipun dalam
pernikahan, tetapi ada masyarakat yang tidak setuju dan tidak mengetahui
tentang haramnya memakai inai bagi laki-laki, mereka berpendapat
memakai inai tidak ada pengaruhnya di agama maupun di Adat
setempat.58
D. PANDANGAN SERTA ALASAN RESPONDEN MASYARAKAT
TERHADAP HUKUM PEMAKAIAN INAI BAGI LAKI-LAKI
Menurut Madzhab Syafi’i haram hukumya laki-laki memakai inai,
begitu juga pendapat beberapa ulama sesuai dengan beberapa hadist nabi.
Sekalipun demikian masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui
hukumnya dan memakainya pada saat pesta pernikahan.
57 Amiruddin, Tokoh Agama , Wawancara Pribadi, Medan 12 September
2013
58 H. Hasan , Masyarakat Kecamatan Medan Maimun , Wawancara Pribadi,14 September 2013
46
Untuk itu penulis mengadakan penelitian terhadap pandangan
madzhab Syafi’i tentang hukum memakai inai bagi laki-laki. Penelitian ini
adalah penelitian lapangan yang dilakukan dalam beberapa bulan, dalam
penelitian ini menggunakan sumber data primer dan skunder, penulis
mengambil data dengan wawancara dan angket yang disebarkan kepada
masyarakat. Dalam sampel penelitian ini di khususkan kepada adat
melayu sebanyak 50 0rang, yang mana dilakukan wawancara serta
menyebarkan angket kepada beberapa tokoh Adat, Agama, ormas seta
penduduk setempat.
Dan mendapatkan hasil penelitian yang di jelaskan berdasarkan
tabel berikut :
Tabel 1
Alasan pengantin laki-laki memakai inai dalam perkawinan
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Karena sudah menjadi
adat tertentu
34 68
2 Karena sudah menjadi
kebiasaan
13 26
3 Tidak tahu 3 6
Jumlah 50 100
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa kebanyakan alasan masyarakat
muslim dikecamatan Medan Maimun tentang pengantin lelaki memakai
inai dalam perkawinan karena sudah menjadi adat setempat yaitu :
dengan persentase 68%,sedangkan karena sudah menjadi kebiasaan 26%
47
dan yang tidak tahu 6%.kemudian bagaimanakah pengetahuan
masyarakat tentang hukum memakai inai bagi laki-laki dapat kita lihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel II
Pengetahuan masyarakat tentang hukum memakai inai bagi laki-laki
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Boleh 10 20
2 Tidak boleh 22 44
3 Tidak tahu 18 36
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak masyarakat yang
mengetahui tentng tidak bolehnya memakai inai bagi laki-laki, yaitu : 44%
, jika dibandingkan dengan jawaban yang lain, yaitu yang mengatakan
boleh 20%, dan jawaban yang tidak tahu 36%. Kemudian madzhab apa
yang yang dipakai masyarakat kecamatan Medan Maimun, hal ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel III
Madzhab yang ada pada masyarakat kec.medan maimun
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (
%)
1 Madzhab Syafi’i 44 88
2 Madzhab Hanafi 0 0
3 Tidak Bermadzhab 6 12
Jumlah 50 100
48
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Masyarakat Muslim di
Kecamatan Medan Maimun 88% yang bermadzhab Syafi’i, kemudian 12%
Masyarakat yang tidak bermadzhab dan 0% yangbermadzhab hanafi.
Setelah diketahui bahwa Masyarakat Muslim kecamatan Medan
Maimun lebih banyak yang bermadzhab Syafi’i, maka pertanyaan
berikutnya adalah apakah dikecamatan medan maimun pernah diadakan
penyuluhan oleh pemerintah/ instansi tentang hukum memakai inai bagi
laki-laki,hal ini dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel IV
Penyuluhan pemerintah tentang hukum memakai inai
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah 2 4
2 Tidak pernah 34 68
3 Tidak tahu 14 28
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa 68% masyarakat Muslim
dikecamatan Medan Maimun menjawab bahwa tidak pernah ada
penyuluhan oleh instansi, sedangkan 28% menjawab tidak tahu ada
penyuluhan oleh instansi, dan 4% mengatakan pernah adanya
penyuluhan oleh instansi.
Dengan demikian setelah diketahuinya pengetahuan masyarakat
tentang peyuluhan di kecamatan Medan Maimun, maka perlu diketahui
bagaimana pandangan masyarakat kecamatan Medan Maimun tentang
49
pengantin laki-laki memakai inai,hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel V
Pandangan masyarakat jika pengantin laki-laki memakai inai
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Boleh 24 48
2 Tidak boleh 21 42
3 Tidak tahu 5 10
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pandangan masyarakat jika
pengantin laki-laki memakai inai 48% mengatakan boleh ,sedangkan 42%
mengatakan tidak boleh dan tidak tahu 10%.
Setelah mengetahui tentang jawaban Masyarakat Muslim
kecamatan Medan Maimun tentang pengantin laki-laki memakai inai,
maka selanjutnya yang harus diketahui adalah bagaimanakah pendapat
Masyarakat tentang kewajiban memakai inai bagi laki-laki , hal ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel VI
Pendapat masyarakat tentang kewajiban memakai inai bagi pengantin
laki-laki
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Wajib/harus 10 20
2 Tidak wajib 34 68
3 Tidak tahu 6 12
50
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 68% pendapat Masyarakat
Muslim dikecamatan Medan Maimun mengatakan tidak wajib memakai
inai bagi pengantin laki-laki, sedangkan 20% mengatakan wajib/harus
memakai inai bagi laki-laki dan 12% mengatakan tidak tahu tentang
kewajiban memakai inai bagi laki-laki.
Setelah mengetahui pendapat masyarakat tentang kewajiban
memakai inai maka selanjutnya yang perlu diketahui adalah bagaiman
responden masyarakat tentang pengantin laki-laki yang tidak memakai
inai. Ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel VII
Respon masyarakat terhadap pengantin laki-laki yang tidak memakai inai
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Melanggar adat 38 76
2 Melanggar agama 4 8
3 Tidak tahu 8 16
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 76% responden Masyarakat
Muslim di kecamatan medan maimun mengatakan melanggar adat bagi
laki-laki yang tidak memakai inai, sedangkan 8% responden Muslim
dikecamatan Medan Maimun mengatakan melanggar Agama bagi laki-laki
yang tidak memakai inai, dan 16% mengatakan tidak tahu.
51
Setelah mengetahui tentang respon Masyarakat yang tidak
memakai inai, kemudian yang harus diketahui adalah dampak memakai
inai bagi kesehatan.
Tabel VIII
Dampak memakai inai terhadap kesehatan
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Ada 30 60
2 Tidak ada 11 22
3 Tidak tahu 9 18
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 60% pendapat masyarakat
muslim yang ada di kecamatan medan maimun mengatakan ada dampak
memakai inai bagi kesehatan ,sedangkan 22% mengatakan tidak ada
dampaknya memakai inai bagi kesehatan dan 9% mengatakan tidak tahu
tentang dampak memakai inai bagi kesehatan.
Setelah mengetahui dampak pemakaian inai bagi kesehatan, maka
selanjutnya yang harus dketahui adalah respon masyarakat setelah
mengetahui hukum memakai inai tidak dianjurkan oleh Islam,hal ini
dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel IX
Tanggapan masyarakat setelah mengetahui hukum memakai inai tidak
dianjurkan oleh Islam
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Masih, karena sudah 23 46
52
menjadi adat tertentu
2 Tidak, karena takut
melanggar hukum
Islam
21 42
3 Tidak tahu 6 12
Jumlah 50 100
Dari tabel ini dapat kita lihat bahwa 46% responden Masyarakat
Muslim yang ada dikecamatan Medan Maimun masih memakai inai
karena sudah menjadi adat, 42% respon yang tidak memakai nya lagi
karen takut melanggar hukum Islam dan 12% yang merespon tidak tahu.
Setelah mengetahui hukum tidak dianjurkan memakai inai bagi
laki-laki, maka yang perlu diketahui lagi bagaiman respon masyarakat
tentang laki-laki memakai inai seperti menyerupai perempuan, dpat kita
lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel X
Respon masyarakat laki-laki memakai inai sama seperti menyerupai
perempuan
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Setuju 35 70
2 Tidak setuju 7 14
3 Tidak tahu 8 16
Jumlah 50 100
53
Dari tabel di atas ini dapat dilihat bahwa respon masyarakat
tentang laki-laki memakai seperti menyerupai perempuan dapat dilihat
dari alternatif jawaban, 70% mengatakan setuju , sedangkan 14%
mengatakan tidak setuju, dan 16% mengatakan tidak tahu.
Dari uraian dan penjabaran hasil angket diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa para responden muslim yang ada di kecamatan medan
Maimun lebih banyak responden yang belum mengetahui hukum
memakai inai bagi laki-laki, dari pada yang sudah mengetahui. Dan para
responden yang mengetahui tentang hukum memakai inai bagi laki-laki
dalam Islam adalah haram, maka sebagian mereka mengikuti pendapat
tersebut, tetapi ada juga yang tidak mengikuti karena sudah menjadi adat
.
E. ANALISIS PENULIS
Hukum memakai inai bagi laki-laki adalah diharamkan dalam
hukum Islam,karena laki-laki yang memakai inai sama seperti menyerupai
perempuan berdasarkan pendapat-pendapat para ulama dan hadis-hadis.
Dalam keterangan yang disebutkan oleh Madzhab Syafi’i djelaskan bahwa
inai adalah pakaian perempuan sehingga tidak boleh dipakai oleh laki-laki,
dan Allah melaknat laki-laki yang menyerupai pakaian perempuan.
Namun Sekarang ini ditengah masyarakat kita perbuatan berinai
bagi laki-laki masih ada, walaupun ada diantaranya telah mengetahui
tentang keharamannya, khususnya kepada pengantin lelaki pada malam
majelis berinai, tetapi ada juga masyarakat yang tidak mengetahui tentang
hukumnya memakai inai bagi laki-laki.
54
Tetapi kalau laki-laki memakai inai tanpa keinginan pribadi
melainkan karena adat juga tidak dibolehkan dalam Islam, jika laki- laki
tersebut dipaksa untuk memakainya dalam majelis berinai, maka hal yang
diperlukan adalah kesepakatan dengan calon mempelai wanita serta
musyawarah dengan keluarga, apakah mempelai laki-laki tetap memakai
inai atau tidak memakainya dalam pernikahan
Dari penelitian yang didapat di jawaban hasil angket dalam hal
pemakaian inai bagi laki-laki khususnya dalam pernikahan dikecamatan
Medan Maimun, 94% Masyarakat Muslim pernah memakai inai bagi laki-
laki, dengan penggolongan 68% berpendapat pemakaian inai tersebut
karena sudah menjadi adat setempat, dan 26% berpendapat karena sudah
menjadi kebiasaan.
Penelitian yang telah didapatkan dari hasil angket yang telah
disebar kepada para masyarakat muslim kecamatan Medan Maimun,
masih banyak dari mereka yang belum mengetahui tentang hukum
memakai inai bagi laki-laki, hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang
menunjukkan bahwa 64% Masyarakat Muslim dikecamatan Medan
Maimun belum mengetahui tentang hukum memakai inai bagi pengantin
laki-laki dalam Islam dan hanya 36% masyarakat yang mengetahui
tentang haramanya laki-laki memakai inai.
Kemudian dari hasil angket dapat diketahui bahwa ada 48%
Masyarakat yang mengatakan boleh memakai inai bagi laki-laki, 42% yang
mengatakan tidak boleh memakai inai bagi laki-laki dan 10% mengatakan
tidak mengetahuinya. Seperti yang telah diterangkan pada angket diatas
76% mengatakan pengantin laki-laki yang tidak memakai inai termasuk
55
hal yang salah karena sudah melanggar adat, 8% mengatakan melanggar
Agama, dan 16% yang mengatakan tidak tahu. pada angket diatas juga
kelihatan bahwa 70% masyarakat kecamatan Medan Maimun setuju laki-
laki memakai inai seperti menyerupai perempuan, 14% tidak setuju dan
16% yang brpendapat tidak tahu.
Jika hasil angket / wawancara dikaitkan dengan pendapat madzhab
Syafi’i diatas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang telah dilakukan
Masyarakat Muslim dikecamatan Medan Maimun yaitu memakai inai bagi
pengantin laki-laki dalam pernikahan sangat bertentangan dengan
pendapat Madzhab Syafi’i yang menyatakan pengantin lelaki dilarang
memakai inai, kecuali jika ada udzur dan untuk berobat dengannya.
56
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari apa yang dijelaskan pada bab sebelumnya maka penulis
mengambil kesimpulan yaitu:
1. Pengetahuan sebagian masyarakat muslim kec.Medan Maimun
tentang memakai inai bagi laki-laki diwajibkan karena sudah menjadi
adat setempat apalagi adat melayu yang pakai resam melayu maka
lelaki yang akan menikah diwajibkan memakai inai. Menurut mereka,
Laki-laki yang memakai inai hanya khusus untuk perkawinan saja
dan hanya sebatas adat. Masyarakat Medan Maimun tidak
mengetahui kalau pemakaian inai bagi laki-laki itu hukumnya
haram,tetapi ada sebagian mereka yang mengetahui kalau ada hadis
yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-
laki, tetapi kalau pendapat-pendapat ulama tentang diharamkan inai
bagi lak-laki mereka tidak mengetahuinya. Sedangkan Pendapat
sebagian Masyarakat yang berada di kecamatan Medan Maimun
berpendapat boleh memakai inai bagi laki-laki, karena sudah menjadi
adat setempat, dan sebagian masyarakat setuju dengan pendapat
madzhab Syafi’i bahwa haram .memakai inai bagi laki-laki meskipun
dalam pernikahan, tetapi ada masyarakat yang tidak setuju dan tidak
mengetahui tentang haramnya memakai inai bagi laki-laki, mereka
berpendapat memakai inai tidak ada pengaruhnya di agama maupun
di Adat setempat.
57
2. Pendapat Madzhab Syafi’i haram hukumnya laki – laki memaka inai
di tangan dan di kedua kakinya,karena inai termasuk pakaian
perempuan , maka laki-laki yang memakainya termasuk menyerupai
perempuan. Dalam hadis disebutkan bahwa Allah melaknak laki- laki
yang menyerupai perempuan. Madzhab Syafi’i berpendapat berinai
bagi pengantin laki- laki pada tangan dan kakinya haram karena
hanya merupakan adat semata- mata yang tidak ada di syariatkan di
dalam Islam, dan tidak dibenarkan mewarnai jari tangan dan kakinya
dengan inai kecuali perempuan. Al-Hafizh Rahimahullah berkata,
"Adapun mengecat kedua tangan dan kedua kaki maka tidak boleh
bagi pria, kecuali untuk pengobatan. Berdasarkan hal ini, maka apa
yang dilakukan kebanyakan pengantin laki-laki menggunakan inai
pada jari tangan dan kaki sebagai bagian dari acara pernikahan ini
bertentangan dengan dalil – dalil. Hikmah pengharaman ini adalah
karena laki- laki yang meniru lawan jenisnya itu telah keluar dari
fitrah dan watak yang telah di berikan Allah Yang Maha Bijak Tuhan
Semesta Alam
3. Pandangan sebagian Masyarakat Melayu dikecamatan Medan
Maimun tentang pemakain inai bagi laki-laki khusus dalam
pernikahan adalah diwajibkan karena mereka mengikuti adat yang
sudah menjadi tradisi dari dulu. Dan laki-laki diwajibkan memakai
inai dalam perkawinan.
Sedangkan alasan responden Masyarakat Kec. Medan Maimun 94%
Masyarakat Muslim pernah memakai inai bagi laki-laki, dengan
58
penggolongan 68% berpendapat pemakaian inai tersebut karena
sudah menjadi adat setempat, dan 26% berpendapat karena sudah
menjadi kebiasaan. 64% masyarakat muslim dikecamatan Medan
Maimun belum mengetahui tentang hukum memakai inai bagi
pengantin laki-laki dalam Islam dan hanya 36% masyarakat yang
mengetahui tentang haramanya laki-laki memakai inai. 48%
masyarakat yang mengatakan boleh memakai inai bagi laki-laki, 42%
yang mengatakan tidak boleh memakai inai bagi laki-laki dan 10%
mengatakan tidak mengetahuinya. 76% mengatakan pengantin laki-
laki yang tidak memakai inai termasuk hal yang salah karena sudah
melanggar adat, 8% mengatakan melanggar agama , dan 16% yang
mengatakan tidak tahu. 70% masyarakat kecamatan Medan Maimun
setuju laki-laki memakai inai seperti menyerupai perempuan, 14%
tidak setuju dan 16% yang berpendapat tidak tahu.
SARAN.
Dari kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Kepada Masyarakat khususnya laki – laki di kecamatan Medan
Maimun hendaknya bisa mencari tahu hukum haramnya laki- laki
memakai inai saat pernikahan.
2. Kepada tokoh masyarakat, serta pemerintah hendaklah
mensosialisakan kepada masyarakat tentang hukum memakai inai
bagi laki- laki agar tidak salah langkah.
59
3. Kepada Masyarakat Medan Maimun khusunya laki- laki muslim
agar tidak lagi memakai inai dalam pernikahan karena hal tersebut
di haramkan dalam Islam.
4. Kepada Ormas Islam dan lembaga- lembaga Islam untuk berperan
aktif dalam mensosialisasikan keharaman memakai inai bagi laki-
laki Kecuali dipakai untuk pengobatan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Al- Bukhori Al-Ja’pi, Abi Abdullah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughiroh Ibn Barzabah , Shohih Al-Bukhori, Jilid VII . Beirut : Dar Al- Kitab Al- Amaliyah, 1992.
Abi Daud Sulaiman Ibn Al-As’asa As-Sajistani, Al-Hafidz , Sunan Abi Daud
Jilid I. Beirut : Dar Al-Aalam, 2003. Ahmad Al-Hasyimiy, As-Sayyid , Tarjamah Mukhtarul Hadist . Bandung :
PT. Al-Ma’arif, 1997. AL- Malibari, Zainuddin , Fathul Muin, Jilid I. Semarang : Karya Thaha
Putra, 1980. Abdullah, Subhan Dkk , Ensiklopedia Hadis Shohih Al- Bukhari, Jilid II.
Jakarta :Al-Mahira , Cet I, 2012. Al-Wazan, Amin Ibn Yahya , Al-fatawa Al-Jami’ah lil maratil muslimah, .
Wasallam. Jakarta : Griya ilmu.2004. Amiruddin , Tokoh Agama ,Wawancara pribadi, Medan, 12 September 2013 Daud abu ,Sunan Abu daud, Jilid II.Beirut : Dar Al Fikri , 1887. Departemen Agama RI, Alqur’an dan Tafsirnya, Jilid II, Jakarta : Lentera
Abadi cet I, 2010.
Data statistik , kecamatan Medan Maimun.
Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan hadis, Jilid 6 tentang Kemukjizatan
Tumbuhan dan Buah-buahan. Fachruddin , Amir Hamzah Dkk , Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Jilid I.
Jakarta : Darul Haq, cet VII,2012. Ghoffar, Abdul, Fiqh Wanita edisi lengkap. Jakarta : Pustaka Al- Kautsar,
cet XX.2006. Haitami , Ibnu Hajar .Al-Fatawa Al-kubra Al- Fiqhiyah, Jilid IV. Beirut :
Dar Al- Fikri,1989. Hawani, Nadirsah, Fiqh Wanita . Jakarta : Sinar Grafika Offset, cet I, 2011. Hasan, H,Masyarakat kecamatan Medan Maimun, Wawancara pribadi,
lelaki.html Ibnu Al-Aripi As- Sayyid Muhammad Syatho Addimiyathi, Abi Bakar
Masyhur bil - Assayid Al- Akbari’i I’anah Ath-Tholibin, Jilid II. Semarang : Hikmah Keluarga. t.th
Ismail, Tengku, Tokoh Adat melayu, Wawancara Pribadi, Medan,12
September 2013 Jat Ahmat , Fiqh Sunnah Wanita. Jakarta : Pustaka al-Kautsar, cet I. 2008. Nukman, H. Masyarakat Medan Maimun,Wawancara Pribadi, Medan, Rabu
1 Mei 2013. Muhammad al-jamal, Ibrahim. Piqih Wanita . Semarang : CV. Asy-Syifa,
1987. Mahyuddin ibn Syarif An-Nawawi , Abi Zakaria , Al-Majmu Syarah Al-
Muhassab ,Jilid II. Beirut : Dar Al-Fikri. t.th Muhammad Sayyid,Abdul Basith, Terapi Herbal dan Pengobatan Nabi
Muhammad ShallAllahu Alaihi Wasallam. Jakarta : Penebar Plus.2008.
63
Muhammad Dikki, Tengku, keturunan Raja Deli,Wawancara
Pribadi,Medan, 29 April 2013. Mohar, Tengku , Ketua harian Kerajaan istana Maimun , Wawancara
Pribadi, Medan 10 September 2013. Savitri, Evika Sandi.Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam .
Yogyakarta : Uin Malang. t.th Syaiful, M. Keturunan Melayu Istana Maimun , Wawancara pribadi ,
Medan, 14 September 2013 Syafaruddin, Tengku, Sekretaris Harian Kerajaan Istana Maimun,
Wawancara Pribadi, Medan, 10 September 2013. Www.piss kitab .com / 2012 /03 / 1034. Piqih wanita dn pria html Zaharrudin, Al-Ustadz / Tokoh Agama , Wawancara Pribadi, Medan 4 Mei
2013 Zulkarnaen, Tengku, Keturunan Adat Melayu Istana Maimun , Wawancara
Pribadi, Medan ,14 September 2013
64
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purba-Baru kecamatan Lembah Sorik Marapi
Kabupaten Mandailing Natal pada tanggal 25 Agustus 1989 , Putri Pertama
dari pasangan Suami Istri, H. Abdul Hakim Lubis dan Hj. Afni Aslina
Batubara.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Desa Purba-baru
Kecamatan Lembah Sorik Marapi Tahun 2002, tingkat SLTP di MTS
Musthafawiyah Purba-baru Tamat Tahun 2005 , dan Tingkat SLTA di MAS
Musthafawiyah Purba-baru Tamat Tahun 2008.
kemudian Penulis melanjutkan Kuliah Ke Perguruan Tinggi Institut
Agama Islam Negeri Sumatera Utara Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam ,
Jurusan Muamalah( Hukum Ekonomi Syari’ah ) mulai tahun 2009 .