A. Judul Penelitian Meningkatkan Kemampuan Menghindari Perilaku Tercela Melalui Model Pembelajaran OME-AKE Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 6 Surabaya Tahun Pelajaran 2010-2011. B. Bidang Kajian Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada aspek Akhlak dengan materi pembelajaran Menghindari Perilaku Tercela Kelas VIII SMP, bidang kajian model pembelajaran OME-AKE. C. Pendahuluan Kemampuan menghindari perilaku tercela sebagai bagian dari aspek Pendidikan Agama Islam (PAI), telah dimulai sejak Sekolah Dasar (SD). Siswa SD kelas VI mulai diarahkan pada penguasaan kemampuan menghindari perilaku tercela dengan materi pembelajaran menghindari perilaku dengki dan bohong. Pada tahap ini siswa dipandang layak untuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. Judul Penelitian
Meningkatkan Kemampuan Menghindari Perilaku Tercela Melalui Model
Pembelajaran OME-AKE Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 6 Surabaya Tahun
Pelajaran 2010-2011.
B. Bidang Kajian
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada aspek Akhlak dengan
materi pembelajaran Menghindari Perilaku Tercela Kelas VIII SMP, bidang
kajian model pembelajaran OME-AKE.
C. Pendahuluan
Kemampuan menghindari perilaku tercela sebagai bagian dari aspek
Pendidikan Agama Islam (PAI), telah dimulai sejak Sekolah Dasar (SD).
Siswa SD kelas VI mulai diarahkan pada penguasaan kemampuan
menghindari perilaku tercela dengan materi pembelajaran menghindari
perilaku dengki dan bohong. Pada tahap ini siswa dipandang layak untuk
menerapkan serta memiliki kemampuan menghindari perilaku tercela,
walaupun pada taraf pengenalan melalui kisah Abu Lahab, Abu Jahal, dan
Musailamah Al Kadzab.
Berdasarkan uraian di atas, maka siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) seharusnya sudah mampu menerapkan serta memiliki kemampuan
menghindari perilaku tercela, karena bekal ke arah itu sudah diperoleh siswa
ketika di SD. Kenyataannya di SMP Negeri 6 Surabaya tidaklah demikian.
Pada kelas VII A semester genap tahun pelajaran 2009-2010 dari 30 siswa,
1
hanya 18 atau 60% siswa yang memiliki kemampuan menghindari perilaku
tercela, sedangkan sisanya 12 atau 40% siswa masih kurang memiliki
kemampuan menghindari perilaku tercela.
Setelah ditelusuri ternyata pembelajaran PAI menghadapi beberapa
kendala, antara lain; alokasi waktu yang tersedia belum memadai untuk
muatan materi yang begitu padat dan penting, pengembangan pendekatan,
strategi dan metode pembelajaran yang belum variatif serta rendahnya
perharian orang tua siswa terhadap pembelajaran PAI. Dari beberapa kendala
tersebut, kelemahan pembelajaran PAI lebih disebabkan oleh faktor guru,
guru kurang mampu mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat
menarik perhatian siswa dan merangsang siswa untuk belajar.
Kondisi demikian harus segera diatasi, sebab jika dibiarkan
ketidakmampuan siswa dalam menghindari perilaku tercela akan berlanjut
pada saat mereka di Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan di Perguruan
Tinggi (PT). Tanpa menyalahkan guru PAI di SD, guru PAI di SMP perlu
melakukan tindakan kongkrit untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005)
tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 41 Tahun 2007 (Permendiknas 41/2007) tentang Standar
Proses, maka proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
2
Hal ini dapat tercipta jika guru menguasai beberapa model pembelajaran baik
teoritis maupun praktis. Pembelajaran yang bervariasi diharapkan lebih
membangkitkan semangat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran,
sehingga kompetensi dasar (KD) yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Di antara model pembelajaran yang inovatif adalah model OME-AKE.
Nama model ini diambil dari singkatan kata-kata kunci pada sintaks yang
digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu Orientasi, Model, Eksplorasi,
Analisis, Komunikasi dan Evaluasi. Model ini dikembangkan oleh Yulianto,
dkk. (2008) terutama untuk pembelajaran bahasa Indonesia, namun model ini
juga dapat dikembangkan untuk mata pelajaran lain termasuk PAI.
Model OME-AKE didasarkan pada pendekatan pembelajaran kontekstual,
oleh karena itu komponen pembelajaran kontekstual yang meliputi
konstruktivisme, modelling, masyarakat belajar, inkuiri, bertanya, penilaian
autentik dan refleksi juga digunakan dalam model ini.. Ada tujuh prinsip
dalam pengembangan model OME-AKE, yakni berpusat pada siswa,
berdasarkan masalah, terintegrasi, berorientasi masyarakat, menawarkan
pilihan, sistematis dan berkelanjutan (Bambang Yulianto, dkk., 2008:24-28).
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penerapan model OME-AKE
sebagai model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran PAI (khususnya
pembelajaran Akhlak) merupakan suatu keniscayaan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui
penerapan model pembelajaran OME-AKE dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menghindari perilaku tercela.
3
D. Perumusan Masalah
Kemampuan menghindari perilaku tercela dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa dalam menerapkan serta memiliki kemampuan
menghindari perilaku tercela, setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang
diukur melalui rubrik identifikasi pada siklus I, siklus II dan siklus III.
Model OME-AKE dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk merubah paradigma dalam proses pembelajaran, yaitu dari
mengajar (teaching) menuju membelajarkan (learning). Dengan model
pembelajaran ini siswa diharapkan akan lebih berperan aktif terlibat dan
berpartisipasi dalam seluruh proses pembelajaran, melalui tahapan-tahapan,
orientasi pembelajaran, permodelan, eksplorasi topik, analisis dan pemecahan
masalah topik, pengkomunikasian hasil dan evaluasi atau refleksi.
Penelitian ini dilakukan pada siswa SMP Negeri 6 Surabaya kelas VIII A
semester ganjil tahun pelajaran 2010-2011, dengan subyek penelitian
sebanyak 30 siswa terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
Penelitian ini terbatas pada aspek Akhlak dengan SK menghindari perilaku
tercela.
Adapun permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi penerapan model OME-AKE dalam pembelajaran
Akhlak siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Surabaya semester ganjil tahun
pelajaran 2010-2011 ?
4
2. Apakah penerapan model OME-AKE dapat meningkatkan kemampuan
menghindari perilaku tercela siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Surabaya
tahun pelajaran 2010-2011 ?
E. Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model OME-AKE. Model
ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menghindari
perilaku tercela. Model OME-AKE menyajikan pembelajaran secara
kontekstual melalui sintaks orientasi, model, eksplorasi, analisis, komunikasi
dan evaluasi atau refleksi.
Indikator keberhasilan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah
meningkatnya kemampuan siswa dalam pembelajaran Akhlak, khususnya
dalam menghindari perilaku tercela yang diukur melalui rubrik identifikasi
pada siklus I, siklus II dan siklus III.
F. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengatasi kesulitan siswa
sekaligus membantu siswa kelas VIII A SMP Negeri 6 Surabaya tahun
pelajaran 2010-2011 dalam meningkatkan kemampuan menghindari perilaku
tercela. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Kemampuan siswa dalam menghindari perilaku tercela yang dicapai
setelah menyelesaikan proses pembelajaran.
5
2. Interaksi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran selama proses
pembelajaran berlangsung.
3. Persepsi siswa terhadap penerapan model OME-AKE dalam pembelajaran
Akhlak.
G. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran PAI, terutama bagi :
1. Siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan terhadap pembelajaran Akhlak.
2. Guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran yang sesuai.
3. Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan proses pembelajaran.
Penelitian ini akan menghasilkan inovasi bagi pembelajaran PAI di
sekolah, karena model pembelajaran yang dikembangkan merupakan
integrasi dan kolaborasi dari model-model pembelajaran telah ada. Dalam
model OME AKE terdapat pembelajaran kontekstual, karena ketujuh
komponen pembelajaran kontekstual juga digunakan dalam model ini. Dalam
model OME-AKE terdapat pembelajaran langsung, karena permodelan
sebagai pendekatan utama dalam pembelajaran langsung juga digunakan
dalam model ini. Dalam model OME-AKE terdapat pembelajaran kooperatif,
6
karena setiap sintaks pembelajaran dalam model ini juga dilakukan secara
berkelompok. Dalam model OME-AKE terdapat pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran inkuiri, karena dalam model ini terdapat sintaks
analisis dan pemecahan masalah topik.
H. Kajian Pustaka
1. Kemampuan Menghindari Perilaku Tercela
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kemampuan berarti
kesanggupan atau kecakapan, kata menghindari berarti menjauhkan diri dari
(sesuatu), kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan, sedangkan kata tercela berarti patut dicela atau
tidak pantas. (Depdiknas, 2003:707,402,858,201).
Dengan demikian secara etimologis kemampuan menghindari perilaku
tercela, berarti kesanggupan dalam menjauhkan diri dari perilaku yang tidak
pantas.
Dalam konteks Islam kata perilaku dikenal dengan istilah akhlak. Akhlak
terdiri atas, akhlakul mahmudzah atau akhlakul karimah yang berarti akhlak
yang baik atau perilaku terpuji dan akhlakul madzmumah atau akhlakus
syayyi’ah akhlak yang jelek atau perilaku tercela.
Dalam Permendiknas 22/2006 tentang Standar Isi mata pelajaran PAI di
sekolah, kemampuan menghindari perilaku tercela telah mulai dikenalkan
sejak SD. Siswa SD kelas VI mulai diarahkan pada penguasaan kemampuan
menghindari perilaku tercela dengan materi pembelajaran menghindari
7
perilaku dengki dan bohong. Pada tahap ini siswa dipandang layak untuk
menerapkan serta memiliki kemampuan menghindari perilaku tercela,
walaupun pada taraf pengenalan melalui kisah Abu Lahab, Abu Jahal, dan
Musailamah Al Kadzab.
Di SMP, kemampuan menghindari perilaku tercela mulai arahkan pada
kelas VIII. Pada semester ganjil dengan KD, menjelaskan pengertian ananiah,
ghadhab, hasad, ghibah, dan namimah, menyebutkan contoh-contoh perilaku
ananiah, ghadhab, hasad, ghibah, dan namimah serta menghindari perilaku
ananiah, ghadhab, hasad, ghibah, dan namimah dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pada semester genap dengan KD, menjelaskan pengertian perilaku
dendam dan munafik, menjelaskan ciri-ciri pendendam dan munafik serta
menghindari perilaku pendendam dan munafik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Model Pembelajaran OME-AKE
Dalam KBBI, kata model berarti pola, contoh, acuan atau ragam,
sedangkan kata pembelajaran berarti proses, cara atau perbuatan menjadikan
orang belajar. (Depdiknas, 2003 : 750,17). Model pembelajaran berarti pola
atau acuan dalam pembelajaran.
Dengan demikian secara etimologis, model pembelajaran adalah suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam merencanakan
pembelajaran.
Secara termonologis, model pembelajaran memiliki beberapa pengertian,
antara lain;
1. Menurut Joyce (1992), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
8
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.
2. Menurut Arends (1997), model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk sintaksnya, lingkungannya dan sistem pengelolaannya.
3. Menurut Sukamto (2000), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran. (Trianto, 2007:5-6).
Berdasarkan ketiga pengertian di atas, maka model pembelajaran
memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur
pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Kardi dan Nur,
dalam Trianto (2007:6) mengemukakan ciri-ciri tersebut, antara lain;
1. rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil;
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Yulianto, dkk., (2008) membagi pembelajaran menjadi enam model yaitu,
model pembelajaran kontekstual, pembelajaran langsung, pembelajaran
kooperatif, pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah dan model
pembelajaran OME-AKE. Sesuai dengan keperluan penelitian, berikut ini
akan disajikan model pembelajaran OME-AKE.
Nama model ini diambil dari singkatan kata-kata kunci pada sintaks yang
digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu Orientasi, Model, Eksplorasi,
Analisis, Komunikasi dan Evaluasi. Model ini dikembangkan oleh Yulianto,
9
dkk. (2008) terutama untuk pembelajaran bahasa Indonesia, namun model ini
juga dapat dikembangkan untuk mata pelajaran lain termasuk PAI.
Model OME-AKE adalah model pembelajaran yang dirancang untuk
merubah paradigma dalam proses pembelajaran, yaitu dari mengajar
(teaching) menuju membelajarkan (learning). Dengan model ini siswa lebih
berperan aktif terlibat dalam seluruh proses pembelajaran, melalui tahapan-
tahapan, orientasi pembelajaran, permodelan, eksplorasi topik, analisis dan
pemecahan masalah topik, pengkomunikasian hasil dan evaluasi atau refleksi.
Model OME-AKE terdiri atas enam sintaks seperti tersaji dalam tabel
berikut.
10
Tabel 1 : Sintaks Model OME-AKE
No. Sintaks Komponen Sasaran/Bentuk Kegiatan
1. Orientasi Pembelajaran
a. Pengkondisian kelasb. Penyampaian tujuanc. Penganalisisan tujuand. Pengaitan/hubungan materi
sebelumnya dengan materi baru
Individual
2. Permodelan a. Pemutaran kaset/CD/VCDb. Pendemonstrasianc. Penghadiran nara
sumber/praktisi/modeld. Penganalisisan model
IndividuKelompok- diskusi
3. Eksplorasi Topik
a. Penganalisisan sumber topikb. Pengidentifikasian topikc. Penyeleksian topik
IndividuKelompok- diskusi
4. Analisis dan Pemecahan Masalah Topik
a. Pengklasifikasian topikb. Pencarian bahan pemecahan
LEMBAR PENGAMATANPROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OME-AKEResponden Guru
No. Kegiatan 4 3 2 11. Membuka pembelajaran dan melakukan
apersepsi2. Penjelasan materi pembelajaran3. Penjelasan model pembelajaran OME-AKE4. Teknik pembagian kelompok5. Pengelolaan kegiatan pembelajaran6. Pemberian pertanyaan/tugas7. Kemampuan melakukan evaluasi8. Menentukan nilai individu/kelompok dan
memberikan penghargaan 9. Menyimpulkan materi pembelajaran10. Memberikan tindak lanjut dan menutup
pembelajaranJumlah
Keterangan : 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang
Keterangan :4 = jika selalu berusaha menghindari3 = jika satu-dua kali melakukannya2 = jika tiga kali melakukannya1 = jika lebih dari tiga kali melakukannya
Jumlah SkorN = ------------------- x 100
Skor Maksimal
Lampiran 4
PANDUAN WAWANCARA
Responden Siswa
1. Bagaimanakah pendapatmu tentang kegiatan pembelajaran yang baru