I. PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangTanaman jagung adalah protandry dimana pada
sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari
sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Penggunaan varietas
unggul belum menjamin meningkatnya hasil secara optimal bila
benihnya tidak bersertifikat (bermutu). Keuntungan menggunakan
benih yang bermutu adalah menghemat jumlah pemakaian benih
persatuan luas areal tanaman, tingkat keasaman, serta fisik tanam
relatif seragam, dan dapat mengurangi besarnya hasil atau susut.
Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dianjurkan memakai
benih yang bermutu dari varietas unggul (Sutherland, 1999).Tanaman
jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara
penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (favorable
genes) pada genotip yang homozigot justru akan berakibat depresi
inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya
rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya
tinggi justru diperoleh dari tanaman uang komposisi genetiknya
heterozigot (Walden, 1978).Perkawinan antar spesies merupakan salah
satu cara yang digunakan dalam meningkatkan keragaman genetik bahan
pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi untuk
mendapatkan varietas yang memiliki sifat unggul. Varietas bersifat
unggul tersebut nantinya dilepas sebagai varietas unggul. Untuk
mendapatkan varietas unggul dapat ditempuh melalui beberapa metode.
Metode pemuliaan tanaman ini sangat ditentukan oleh sistem
penyerbukan atau cara perkembangbiakan tanaman. Metode untuk
tanaman menyerbuk sendiri berbeda untuk tanaman menyerbuk silang.
Metode untuk tanaman yang dikembangbiakan secara seksual berbeda
dengan yang dikembangkan secara seksual (Sunarto, 1997).
1.2TujuanAdapun tujuan dari persilangan dalam praktikum ini
adalah mempelajari proses penyerbukan dan persilangan antara
tanaman jagung yang berbeda varietas antara jangung manis dan
jagung pulut.1.3 Manfaat1. Mengetahui proses penyerbukan dan
persilangan antara tanaman jagung yang berbeda varietas.2. Menambah
informasi ilmu pengetahuan yang di peroleh baik secara materi
maupun secara praktek.3. Menambah kemampuan praktikan dalam
membudidayakan tanaman jagung.4. Mengetahui teknik persilangan
tanaman jagung yang berbeda varietasnya.5. Mengetahui hasil dari
persilangan tanaman jagung yang berbeda varietas.
I. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Biologi Jagung A. Klasifikasi
ilmiahMenurut Singosari (2009), klasifikasi tanaman jaagung adalah
sebagai berikut:Kerajaan: PlantaeDivisi: SpermatophytaSubdivisi:
AngiospermaeKelas : MonocotyledoneaeOrdo: PoalesFamili:
PoaceaeGenus: ZeaSpesies: Zea. mays LJagung merupakan tanaman
semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. B.
Morfologi JagungJagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang
tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000
kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit
melalui pemuliaan tanaman (Singosari, 2009).Tinggi tanaman jagung
sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.
Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas
teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat
menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak
memiliki kemampuan ini (Singosari, 2009).Bunga betina jagung berupa
"tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut".
Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik (Singosari,
2009).Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada
tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman
(Singosari, 2009).Batang jagung tegak dan mudah terlihat,
sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun
yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin (Singosari, 2009).Daun jagung adalah daun
sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.
Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae.
Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.
Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi
defisit air pada sel-sel daun (Singosari, 2009).Jagung memiliki
bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua
floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.
Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di
antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan
lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas
prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5
hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri) (Singosari,
2009).
C. KeanekaragamanMenurut Singosari (2009), jagung dikelompokkan
berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, di kiri
latar depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe mutiara.
Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bulir/biji yang
bermacam-macam. Di dunia terdapat enam kelompok kultivar jagung
yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma
yang membentuk bulirnya:1. Indentata (Dent, "gigi-kuda")2. Indurata
(Flint, "mutiara")3. Saccharata (Sweet, "manis")4. Everta (Popcorn,
"berondong")5. Amylacea (Flour corn, "tepung")6. Glutinosa (Sticky
corn, "ketan")7. Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling
primitif dan anggota subspesies yang berbeda dari jagung budidaya
lainnya)Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung
dibuat dikenal berbagai tipe kultivar:1. galur murni, merupakan
hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih2. komposit, dibuat
dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk
keseragaman dan sifat-sifat unggul.3. sintetik, dibuat dari
gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya
gabung umum) dan seragam4. hibrida, merupakan keturunan langsung
(F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui
menghasilkan efek heterosis (Singosari, 2009).Warna bulir jagung
ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron),
mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu,
hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki
bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir
terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda
(Singosari, 2009).
D. Macam-Macam JagungMenurut Benyamin (1993), jagung dibedakan
menjadi beberapa macam, macam-macam jagung antara lain:1. Jagung
PulutMenurut Bates et al. (1943) dalam Alexander dan Creech (1977),
kandungan endosperm jagung pulut hampir semuanya amilopektin. Pada
jagung pulut terdapat gen resesif wx dalam keadaan homosigot (wxwx)
yang mempengaruhi komposisi kimia pati sehingga menyebabkan rasa
yang enak dan gurih.Hasil jagung pulut umumnya rendah, hanya 2-2,5
t/ha dan tidak tahan penyakit bulai. Sampai saat ini pemuliaan
jagung pulut belum banyak mendapat perhatian, terutama dalam
peningkatan potensi hasilnya, padahal permintaan jagung pulut terus
meningkat, terutama untuk industri jagung marning. Untuk itu perlu
diintrogresikan gen jagung pulut ke jagung putih yang bijinya lebih
besar, produktivitasnya lebih tinggi, danmemiliki nilai biologis
yang tinggi atau dengan membentuk jagung puluthibrida yang berdaya
hasil tinggi dan berbiji lebih besar.2. Jagung ManisJagung manis
(sweet corn) umum dikonsumsi sebagai jagung rebus atau jagung kukus
(steam), terutama bagi masyarakat di kota-kota besar. Jagung ini
dikonsumsi dalam bentuk jagung muda, mempunyai rasa manis dan enak
karena kandungan gulanya tinggi. Jagung manis mempunyai biji-biji
yang berisi endosperm manis, mengkilap, tembus pandang sebelum
masak dan berkerut bila kering. Pada varietas jagung manis terdapat
suatu gen resesif yang mencegah perubahan gula menjadi pati
(Purseglove 1992). Gen yang sudah umum digunakan adalah su2
(standard sugary) dan sh2 (shrunken). Gen su2 merupakan gen
standar, sedangkan gen sh2 menyebabkan rasa lebih manis dan dapat
bertahan lebih lama atau disebut supersweet. Apabila kedua gen
berada dalam satu genotipe maka disebut sugary supersweet. Menurut
Straughn (1907) dalam Alexander dan Creech (1977), kandungan gula
pada biji yang masak berbeda pada setiap kultivar jagung manis,
bergantung pada derajat kerutannya. Kerutan yang dalam lebih banyak
mengandung gula dibandingkan kerutan yang dangkal.3. Jagung Biomas
TinggiKebutuhan hijauan pakan jagung cacah semakin meningkat,
terutama di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Sulawesi
Selatan telah mengeksporsilase jagung ke Korea Selatan dan Jepang.
Korea Selatan mengharapkan impor biomas jagung cacah dari Indonesia
sekitar 1-2 juta/tahun.Untuk biomas jagung cacah, tanaman jagung
dipanen pada saat tongkolnya masih muda (setengah dewasa atau fase
masak susu) atau pada saat tanaman berumur 65-75 hari bagi varietas
berumur masak fisiologis 90-110 hari. Tanaman dipanen dengan cara
memotong batang pada permukaan tanah, kemudian seluruh bagian
tanaman (batang, daun, tongkol muda) dicacah dengan mesin, ukuran
cacah sekitar 5,0 cm, kemudian difermentasi menjadi silase.
Balitsereal telah meneliti varietas jagung dan populasi tanaman
optimum untuk biomas hijauan (jagung cacah). Varietas bersari bebas
(komposit) Lamuru dengan populasi 357.142 batang/ha memberikan
biomas segar 120,0 t/ha dan hasil biji 4,1 t/ha dengan nilai R/C
2,8 (Subandiet al. 2004). 4. Jagung Umur Genjah Varietas jagung
berumur genjah diperlukan untuk menyesuaikan pola tanam pada lahan
sawah dan pemanfaatan ketersediaan air setelah panen padi. Jagung
berumur genjah berpeluang terhindar dari kekeringan sehingga dapat
mengurangi risiko kegagalan panen (Subandi et al. 1988).Tanaman
jagung pada lahan tegalan sering mengalami kekeringan pada fase
pengisian biji. Cekaman kekeringan akan menurunkan hasil biji,
bobot tongkol, memperlambat waktu berbunga, dan memperbesar
interval berbunga (perbedaan antara antesis dan keluarnya rambut
tongkol), memperpendek tanaman, dan meningkatkan jumlah tanaman
yang mandul. Vasal et al. (1995) melakukan seleksi untuk umur
genjah dan hasiltinggi terhadap tujuh populasi jagung selama 5-9
daur. Kemajuan seleksi 87-123 kg/ha per daur seleksi. Troyer dan
Larkins (1987) melaporkan kemajuan seleksi selama 11 daur terhadap
10 populasi jagung. Kemajuan seleksi rata-rata per daur 167 kg/ha
hasil biji dan satu hari lebih genjah untuk keluar rambut tongkol
dibandingkan populasi dasar. Di beberapa daerah seperti Madura,
petani menanam jagung umur genjah yang ditumpangsarikan dengan
kacang hijau. Petani lebih menyukai varietas jagung dengan ukuran
biji kecil dan warna biji oranye sebagai bahan pangan pokok atau
diekspor untuk pakan burung. Varietas lokal berumur genjah umumnya
berdaya hasil rendah sehingga perlu diperbaiki. Balitsereal telah
melepas varietas jagung umur genjah (82 hari), berbiji kuning, dan
potensi hasil tinggi (9,0 t/ha) dengan nama Gumarang yang berasal
dari populasi MS.K(RRS)C2. E. Pemuliaan Jagung1. Syarat
PertumbuhanCurah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus
merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan
cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim
kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak
optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan
persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya
humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan
ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah
dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan
ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (Singosari, 2009).
a. Syarat benihBenih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik,
fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari
90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam,
sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).b.
Pengolahan LahanTanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20
cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase
sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm.
Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di
daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha)
dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan
sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang
sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit
layu pada tanaman jagung.2. Teknik Penanamana. Tumpang sari
(intercropping)Melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama
atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan
kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi
gogo (Dahlan, 1994).b. Tumpang gilir (Multiple Cropping)Dilakukan
secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan
faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh:
jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll (Dahlan,
1994).
c. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)Pola tanam dengan
menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok
(dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh:
jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen
disisipkan kacang panjang (Dahlan, 1994).d. Tanaman Campuran (
Mixed Cropping ) :Penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh
tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi
satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan
penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi
kayu (Dahlan, 1994).e. Lubang Tanam dan Cara TanamLubang tanam
ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir
benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin
panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen
lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman
/lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm
(1 tanaman/lubang) (Dahlan, 1994).f. Pengelolaan Tanaman1.
Penjarangan dan PenyulamanTanaman yang tumbuhnya paling tidak baik,
dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan
tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan,
karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh.
Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati,
dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih
serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman
(Dahlan, 1994).
2. PenyianganPenyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan
pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau
cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu
perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat
mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari
(Dahlan, 1994).
3. PembumbunanPembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan
untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan
menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya
aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan
waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman
diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan
cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang (Dahlan, 1994).4.
Pengairan dan PenyiramanSetelah benih ditanam, dilakukan penyiraman
secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar
tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang
diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada
parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung (Dahlan, 1994).F.
Hama dan Penyakit1. Hamaa. Lalat bibit (Atherigona exigua
Stein)Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang
terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu,
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit
dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning
kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur
putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1)
penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman
yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun.
(4) semprot dengan PESTONA (Dahlan, 1994).b. Ulat PemotongGejala:
tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai
dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih
muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis
ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera).
Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari
dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah);
(3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI (Dahlan, 1994).2.
Penyakita. Penyakit bulai (Downy mildew)Penyebab: cendawan
Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis,
merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara
lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku,
pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun
terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu
mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian
pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman
dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.
Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan;
(2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas
tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif
diawal tanam dengan GLIO (Dalan, 1994).b. Penyakit bercak daun
(Leaf bligh)Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala:
pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan
dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung
daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian
berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah
menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna
coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi
lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO (Dahlan,
1994).c. Penyakit karat (Rust)Penyebab: cendawan Puccinia sorghi
Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua
terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat
serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan
ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur
kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3)
sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO (Dahlan, 1994).d. Penyakit
gosong bengkak (Corn smut/boil smut)Penyebab: cendawan Ustilago
maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo
maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol
sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall),
pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar.
Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman
dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA
(Dahlan, 1994).e. Penyakit busuk tongkol dan busuk bijiPenyebab:
cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae
(Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol,
biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan
kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian:
(1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak
tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam (Dahlan,
1994).Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan
pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia
yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan
tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO
810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki (Dahlan, 1994).f. Panen dan
Pasca Panen1. Ciri dan Umur PanenUmur panen + 86-96 hari setelah
tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum
bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar,
dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan
ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis
(Dahlan, 1994).2. Cara PanenPutar tongkol berikut
kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung (Dahlan, 1994).3.
PengupasanDikupas saat masih menempel pada batang atau setelah
pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan
sehingga cendawan tidak tumbuh (Dahlan, 1994).4.
PengeringanPengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari)
hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering (Dahlan,
1994).5. PemipilanSetelah kering dipipil dengan tangan atau alat
pemipil jagung (Dahlan, 1994).6. Penyortiran dan
PenggolonganBiji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja
yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah,
biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur,
hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan
(Dahlan, 1994).
G. Metode Seleksi1. Seleksi Massa (Mass Selection)Seleksi massa
adalah pemilihan individu secara visual untuk karakterkarakter yang
diinginkan. Seleksi massa tidak melibatkan evaluasi famili. Seleksi
massa dapat dijadikan dasar untuk domestikasi tanaman menyerbuk
silang dan dasar pemeliharaan bentuk asal (true type) dari spesies
tanaman yang menyerbuk silang, sebelum dikembangkan program
perbaikan tanaman (Deptan, 2007).Seleksi massa efektif untuk
karakter yang mempunyai heritabilitas tinggi, karena pemilihan
hanya berdasarkan genotipe individu-individu tanaman pada satu
lokasi dan satu musim. Pada tanaman jagung, seleksi massa dipilih
berdasarkan tetua betina karena genotipe tetua betina diketahui
dengan pasti.(Deptan, 2007).Untuk karakter yang dipilih sebelum
berbunga, seleksi dapat dilakukan terhadap kedua tetua jantan
maupun tetua betina. Tanaman yang tidak terpilih dibuang atau
dibuat persilangan buatan antara tanaman terpilih. Seleksi
berdasarkan kedua tetua akan memberikan kemajuan seleksi yang lebih
besar daripada seleksi berdasarkan satu tetua saja (Deptan,
2007).Gardner dan Snusta (1981) telah berhasil meningkatkan hasil
biji jagung varietas Hays-Golden dengan total respon kenaikan 23%
dari populasi asal selama 10 generasi seleksi massa (di atas 10
tahun), dan respon tiap generasi adalah 2,8%, dengan beberapa
teknik untuk memperbaiki efisiensi seleksi individu tanaman.a.
Seleksi dibatasi pada hasil saja, pengukuran yang lebih teliti pada
biji-bijiyang telah dikeringkan sampai kadar air konstan.b. Luas
lahan percobaan 0,2-0,3 ha, tanaman dipelihara dengan pemberian
pupuk, irigasi, dan pengendalian gulma untuk memperkecil keragaman
lingkungan.c. Lahan percobaan dibagi menjadi petak-petak yang lebih
kecil dengan ukuran 4 m x 5 m.d. Petak-petak seleksi terdiri atas
empat baris, masing-masing 10 tanaman.e. Intensitas seleksi 10%
dilakukan secara seragam terhadap 4.000-5.000 tanaman, empat
tanaman unggul dipilih dari masing-masing petak kecil yang terdiri
atas 40 tanaman.
3. Seleksi Satu Tongkol Satu Baris (Ear-to-Row)Seleksi satu
tongkol satu baris pada jagung, yang pada tanaman lain disebut
head-to-row, atau satu malai satu baris, merupakan halfsib
selection yang awalnya dirancang oleh Hopkins (1899) dalam Dahlan
(1994) di Universitas Illinois untuk menyeleksi kandungan minyak
dan protein pada jagung. Teknik seleksi ini merupakan modifikasi
dari teknik seleksi massa yang menggunakan pengujian keturunan
(progeny test) dari tanaman yang terseleksi, untuk membantu
memperlancar seleksi yang didasarkan atas keadaan fenotipe individu
tanaman. Kelemahan seleksi ini adalah kemungkinan terjadinya silang
dalam cukup besar karena pemilihan pada satu tongkol hanya satu
baris. Timbulnya inbreeding akan mengurangi kemajuan genetik pada
proses seleksi.Dalam seleksi, setelah pencampuran biji-biji tetua,
diseleksi kembali fenotipe-fenotipe individu tanaman yang baik
untuk diteruskan ke siklus berikutnya. Tanaman di dalam baris-baris
keturunan adalah saudara tiri (half sibs). Dengan demikian, metode
ini memasukkan pengujian tanpa ulangan dari keturunan-keturunan
bersari bebas dari tanaman terpilih (Dahlan, 1994).
4. Seleksi Pedigri (Pedigree Selection) Menurut Dahlan (1994),
seleksi pedigri dibedakan menjadi :a. Musim 1: Ditanam populasi
dasar sekitar 3.000-5.000 tanaman, dipilih 300-400 tanaman dengan
karakter yang dikehendaki dan dibuat silang diri untuk menghasilkan
galur S1. Panen dilakukan secara terpisah dari masing-masing
tanaman hasil silang diri yang mempunyai karakter yang
diinginkan.b. Musim 2: Biji yang diperoleh pada musim 1 (S1) dari
tiap tongkol ditanam satu baris, 25 tanaman. Seleksi secara visual
dilakukan antara famili dan dalam famili (baris), dan dipilih 3-5
tanaman dari baris yang terpilih untuk dilakukan silang diri. Panen
dilakukan secara terpisah untuk masing-masing tongkol, dipilih 1-3
tongkol hasil silang diri untuk tiap baris terpilih dan diperoleh
biji S2.c. Musim 3: Biji S2 ditanam satu tongkol satu baris dengan
15-25 tanaman. Seleksi diteruskan antara baris dan dalam baris.
Pilih 3-5 tanaman dari baris yang terpilih untuk dibuat silang
diri. Panen dilakukan secara terpisah untuk masing-masing tongkol
dan akan diperoleh biji S3.d. Musim 4: Biji (S3) yang terpilih
ditanam kembali seperti pada musim 3. Silang diri dilakukan sampai
generasi keenam (S6) untuk memperoleh galur yang mendekati
homozigot. Dalam pembentukan galur dapat dilakukan seleksi terhadap
hama dan penyakit utama dengan inokulasi buatan.
5. Seleksi Curah (Bulk Selection)Seleksi dengan metode curah
dilakukan dengan mencampurkan biji daritongkol hasil silang diri
dalam jumlah yang sama. Seleksi dilakukan sampai empat generasi dan
evaluasi daya gabungnya dilakukan pada galur S4. Modifikasi dapat
dilakukan dengan mengevaluasi daya gabung pada S1 dan galur
terpilih digunakan untuk silang diri, tetapi biji dari 1-3 tongkol
hasil silang diri dari galur terpilih dicampur dan silang diri
dilanjutkan hingga mencapai homozigot. Seleksi curah dapat
menghemat biaya dan dapat dilakukan dengan banyak populasi
sekaligus (Dahlan, 1994).
6. Modifikasi Seleksi PedigreeMetode seleksi ini merupakan
kombinasi antara seleksi pedigree dan seleksi curah. Dari populasi
dasar dipilih tanaman yang diinginkan (300-400 tanaman), dan
dilakukan silang diri. Pada saat panen dipilih tongkol yang baik
dari tanaman hasil silang diri. Generasi selanjutnya ditanam satu
baris 10-25 tanaman tiap tongkol, dan dipilih baris tanaman dengan
karakter yang diinginkan. Dibuat silangdiri 3-5 tanaman dari baris
terpilih (Dahlan, 1994).Setelah panen dari tiap baris terseleksi
dipilih 1-3 tongkol dan diambil biji yang sama tiap tongkol untuk
ditanam dalam satu baris 10-25 tanaman. Seleksi curah dalam famili
dilakukan beberapa generasi berikutnya. Seleksi pedigree dilakukan
lagi apabila galur akan dievaluasi daya gabungnya. Dapat pula
diseling antara metode seleksi pedigree dan seleksi curah (Dahlan,
1994).Prosedur lainnya, biji S1 ditanam satu baris satu tongkol
(ear to row), seleksi dilakukan antarbaris dan dalam baris.
Biji-biji hasil silang diri diambil dengan jumlah yang sama,
dicampur sebagai populasi S2. Seleksi curah diteruskan sampai
dilakukan evaluasi galur. Dalam seleksi curah ada kemungkinan
tanaman yang pendek akan tersingkir karena persaingandengan tanaman
yang lebih tinggi, sehingga pertumbuhannya kurang maksimal dan akan
diperoleh galur yang tanamannya tinggi (Dahlan, 1994).7. Seleksi
Dapur Tunggal (Single Hill Selection, Single Seed Descent)Metode
seleksi dapur tunggal berfungsi mempertahankan keragaman dan dapat
digunakan untuk pembentukan RIL (Recombinant Inbred Lines). RIL
digunakan untuk kajian genetik dan analisis molekuler. Dalam
seleksi ini, tiap tanaman hanya diambil satu biji untuk generasi
berikutnya. Dari populasi dasar dipilih tanaman yang mempunyai
karakter yang diinginkan untuk disilangdirikan. Setelah panen,
diambil satu biji dari tiap tongkol dan dicampur menjadi satu. Biji
campuran ini ditanam lagi dan dibuat silang diri dari masing-masing
tanaman (Dahlan, 1994).Seleksi dilakukan tanpa membuat silang diri
tanaman yang terserang hama penyakit, rebah, dan yang memiliki
karakter lain yang tidak diinginkan. Setelah panen, diambil lagi
satu biji dari tiap tongkol dan dicampur. Pekerjaan ini dilakukan
beberapa generasi sampai tahap evaluasi galur. Apabila mula-mula
dilakukan silang diri 500 tanaman, maka dari generasi ke generasi
berikutnya jumlah tanaman yang berkurang hanya sedikit (Dahlan,
1994).8. Seleksi Fenotipe Berulang (Phenotypic Recurrent
Selection)Seleksi fenotipe berulang adalah seleksi dari generasi ke
generasi dengan diselingi oleh persilangan antara tanaman-tanaman
terseleksi agar terjadi rekombinasi. Sparague dan Brimhall (1952)
telah menggunakan prosedur seleksi ini dalam meningkatkan kadar
minyak yang tinggi pada varietas jagung Stiff Stalk Synthetic.
Langkah-langkah pelaksanaan seleksi fenotip berulang adalah: a.
Musim 1: Ditanam 100 tanaman S0 dan dilakukan persilangan sendiri
(selfing), bijinya diuji untuk menentukan kandungan minyaknya.b.
Musim 2: Seleksi 10% tongkol S1 dengan persentase minyak tertinggi
ditanam satu tongkol satu baris dan saling silang (intercrossing).
Biji-biji dengan jumlah yang sama dari tiap tongkol dicampur dan
ditanam kembali untuk diseleksi pada generasi berikutnya.
9. Seleksi Berulang untuk Daya Gabung Umum (Recurrent Selection
forGeneral Combining Ability)Seleksi ini awalnya disarankan oleh
Jenkins (1978), dengan anggapan bahwa daya gabung dapat ditentukan
sejak dini. Prosedur seleksi adalah sebagai berikut:a. Musim 1:
Dipilih tanaman dari populasi dasar dengan karakter yang
diinginkan. Tanaman terpilih kemudian disilangdirikan (selfing)
untuk memperoleh galur S1. Pada saat panen hanya dipilih tanaman
yang masih menunjukkan karakter yang diinginkan.b. Musim 2:
Sebagian benih S1 digunakan untuk pembuatan persilangan antara
galur S1 dengan populasi asal (silang puncak). Populasi digunakan
sebagai tetua penguji. Sisa benih S1 disimpan untuk digunakan dalam
rekombinasi.c. Musim 3: Evaluasi famili saudara tiri (silang
puncak) dilakukan dalam rancangan acak kelompok atau latis umum
(generalized lattice) dengan 2-4 ulangan pada 1-3 lokasi.
Berdasarkan evaluasi ini dipilih famili superior.d. Musim 4:
Rekombinasi famili terpilih menggunakan biji S1 dengan cara
disaling-silangkan untuk membentuk populasi baru (C1).e. Musim 5:
Populasi hasil rekombinasi pada musim 4 dibuat silang diri seperti
pada musim I untuk membentuk daur kedua (C2) dan seterusnya.
10. Seleksi Berulang Timbal Balik (Reciprocal Recurrent
Selection)Seleksi berulang timbal balik memerlukan lima musim tanam
dengan prosedur yang sama dengan yang telah dijelaskan pada
perbaikan populasi, yaitu:a. musim 1: pembuatan galur S1, musim 2:
pembuatan silang puncak (topcross), musim 3: evaluasi silang
puncak, musim 4: rekombinasi galur terpilih, musim 5: pembuatan
galur S1.
11. Seleksi Silang Balik (Backcross)Prosedur seleksi silang
balik digunakan untuk memperbaiki galur yang sudah ada tetapi perlu
menambah karakter yang lain seperti ketahanan terhadap hama
penyakit. Galur yang hendak diperbaiki adalah tetua pengulang
(recurrent parent), karakter-karakternya tetap dipertahankan,
kecuali karakter yang hendak diintrogresikan dari tetua donor.
Galur A (tetua pengulang) disilangkan dengan galur donor X,
selanjutnya F1 atau F2 disilangkan kembali dengan galur A. Dari
beberapa silang balik dengan galur A akan diperoleh galur A yang
karakternya sama dengan galur A, tetapi mengandung gen yang
diinginkan yang berasal dari galur X. Dalam silang balik harus
jelas karakter yang diinginkan sehingga dapat diikuti selama proses
seleksi.Tanaman F1 mengandung 50% gen-gen galur A, silang balik 1
(BC1) 75%, bc2 meningkat menjadi 87,5%, bc3 menjadi 93,8%, dan bc4
meningkat menjadi 96,9%. Namun dalam proses back cross harus
diikuti oleh kemampuan daya gabungnya agar tidak sampai berubah
dari galur pasangannya dalam pembuatan hibrida.12. Seleksi Gamit
(Gameet Selection)Seleksi gamit dianjurkan oleh Stadler pada tahun
1974 (Jugenheimer 1985). Apabila frekuensi zigot p2 maka frekuensi
gamit adalah p, sehingga seleksi gamit lebih efisien karena p>
p2. Prosedur untuk memperbaiki galur A adalah dengan populasi P,
sehingga silang tunggal A/B memiliki karakter lebih unggul
dibanding persilangan A/B sebagai berikut:a. Musim 1: Tanaman
terpilih dari populasi P dikumpulkan dan dicampur tepung sarinya
untuk menyerbuki tanaman galur A. Satu tongkol hasil persilangan
merupakan famili tiri (half sib) dari banyak tetua jantan.b. Musim
2: Gunakan tepungsari tanaman F1 untuk silang diri dan menyerbuki
tanaman galur B.c. Musim 3: Evaluasi silang puncak hasil
persilangan pada musim 1 dengan menggunakan pembanding hibrida A/B.
Dipilih galur-galur yang memiliki hasil silang puncak lebih tinggi
dari hasil hibrida A/B.d. Musim 4: Galur S2 terpilih
disilangdirikan, proses ini diteruskan hingga diperoleh galur
murni.H. Sifat Agronomi Jagung 1. Kandungan gizi Jagung Biji jagung
kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium.
Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering
biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa
dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh
patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak
berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam
pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung
amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen
dan sukrosa (Deptan, 2007).Menurut Deptan (2007), kandungan gizi
Jagung per 100 gram bahan adalah: Kalori : 355 Kalori,Protein : 9,2
gr,Lemak : 3,9 gr,Karbohidrat : 73,7 gr,Kalsium : 10 mg,Fosfor :
256 mg,Ferrum : 2,4 mg,Vitamin A : 510 SI,Vitamin B1 : 0,38 mg, dan
Air : 12 gr.Sumber Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan
karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein
yang lebih banyak.
2. PemanfaatanSelain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan,
saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif.
Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer
sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu
perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik
menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan (Deptan,
2007).
I. Pemuliaan Tanaman1. Pengertian Pemuliaan TanamanPemuliaan
tanaman adalah kegiatan mengubah susunan genetik individu maupun
populasi tanaman untuk suatu tujuan. Pemuliaan tanaman
kadang-kadang disamakan dengan penangkaran tanaman, kegiatan
memelihara tanaman untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian; pada
kenyataannya, kegiatan penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan.
Selain melakukan penangkaran, pemuliaan berusaha memperbaiki mutu
genetik sehingga diperoleh tanaman yang lebih bermanfaat.Pelaku
pemuliaan tanaman disebut pemulia tanaman. Karena pengetahuannya,
seorang pemulia tanaman biasanya juga menguasai agronomi dan
genetika. Tugas pokok seorang pemulia tanaman adalah merakit
kultivar yang lebih baik: memiliki ciri-ciri yang khas dan lebih
bermanfaat bagi penanamnya. 2. Tujuan Pemuliaan TanamanTujuan dalam
program pemuliaan tanaman didasarkan pada strategi jangka panjang
untuk mengantisipasi berbagai perubahan arah konsumen atau keadaan
lingkungan. Pemuliaan padi, misalnya, pernah diarahkan pada
peningkatan hasil, tetapi sekarang titik berat diarahkan pada
perakitan kultivar yang toleran terhadap kondisi ekstrem (tahan
genangan, tahan kekeringan, dan tahan lahan bergaram) karena
proyeksi perubahan iklim dalam 2050 tahun mendatang. Tujuan
pemuliaan akan diterjemahkan menjadi program pemuliaan.Ada dua
tujuan umum dalam pemuliaan tanaman: peningkatan kepastian terhadap
hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang
dihasilkan.Peningkatan kepastian terhadap hasil biasanya diarahkan
pada peningkatan daya hasil, cepat dipanen, ketahanan terhadap
organisme pengganggu atau kondisi alam yang kurang baik bagi usaha
tani, serta kesesuaian terhadap perkembangan teknologi pertanian
yang lain. Hasil yang tinggi menjamin terjaganya persediaan bahan
mentah untuk diolah lebih lanjut. Usaha perbaikan kualitas produk
adalah tujuan utama kedua. Tujuan semacam ini dapat diarahkan pada
perbaikan ukuran, warna, kandungan bahan tertentu (atau penambahan
serta penghilangan substansi tertentu), pembuangan sifat-sifat yang
tidak disukai, ketahanan simpan, atau keindahan serta keunikan.
3. Sejarah Pemuliaan TanamanKegiatan pemuliaan tanaman dapat
dikatakan sebagai tekanan evolusi yang sengaja dilakukan oleh
manusia. Pada masa prasejarah, pemuliaan tanaman telah dilakukan
orang sejak dimulainya domestikasi tanaman, namun dilakukan tanpa
dasar ilmu yang jelas.Para petani pada masa-masa awal pertanian
selalu menyimpan sebagian benih untuk pertanaman berikutnya dan
tanpa sengaja melakukan pemilihan (seleksi) terhadap tanaman yang
kuat karena hanya tanaman yang kuat mampu bertahan hingga
panenPerkembangan seleksi lebih lanjut telah menunjukkan
kesengajaan dan terkait dengan tingkat kebudayaan masyarakat
penanam. Bulir jagung terseleksi dari teosinte yang bulirnya keras
serta terbungkus sekam, lalu menjadi jagung bertongkol namun
bulirnya masih terbungkus sekam, dan akhirnya bentuk yang berbulir
tanpa sekam dan lebih mudah digiling menjadi semakin banyak
ditemukan. 4. Pemuliaan pada masa pramodernPada awal milenium
pertama dan paruh pertama milenium kedua telah terjadi pertukaran
komoditi pertanian yang berakibat migrasi sejumlah bahan pangan.
Pisang menyebar dari Asia Tenggara maritim ke arah barat hingga
pantai timur Afrika. Berbagai tanaman rempah, seperti merica dan
ketumbar, dan tanaman "suci", seperti randu alas dan beringin,
menyebar dari India ke Nusantara. Namun demikian, pertukaran
tanaman yang intensif terjadi setelah penjelajahan orang
Eropa.Meskipun penyebaran tanaman telah terjadi sebelum
kolonialisme, Zaman Penjelajahan (sejak abad ke-14) dan
kolonialisme (penjajahan) yang menyusulnya telah membawa pengaruh
yang dramatis dalam budidaya tanaman.
J. Hibridisasi. Hibridisasi bertujuan untuk memperoleh kombinasi
genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih tetua
yang berbeda genotipenya. Terdapat dua macam
hibridisasi,Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang
antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman
menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program
pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Pada tanaman menyerbuk
silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua
atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas
hibrida. Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas
keragaman (Alfikri, 2011).
III. METODE PRAKTIKUM3.1 Waktu dan TempatKegiatan praktikum
Pemuliaan Tanaman ini dilaksanakan pada hari. Bertempat di Jl.
Soekarno Hatta, Kampus STIPER, Kec. Sengatta Utara, Kab. Kutai
Timur. Propinsi Kalimantan Timur.
3.2 Alat dan BahanA. Alat: 1. Cangkul2. Sekop3. Ember 4. Timba
5. Amplop Penutup6. Alat ukur7. Karung8. Kamera9. Alat tulisA.
Bahan:1. Jagung manis2. Jagung Pulut3. Top soil4. Polybag5. Pasir6.
Pupuk kandang
3.3 Metode Praktimum1. Menyiapkan Media Tanam dalam polybag.2.
Menanam benih jagung dari varietas bonanza dan paramita kedalam
polybag tersebut dua biji perpolybag.3. Setelah berumur 1 minggu
masing-masing polybag hanya di sisahkan 1 tanaman dalam setiap
polybag.4. Pemeliharaan tanaman sesuai dengan petunjuk teknis
budidaya tanaman jagung. Dari mulai penanaman, penyiraman,
pemupukan, pemberantasan hama penyakit, pemyiangan, pembubunan,
dll5. Setelah tongkol keluar di lakukan isolasibungga jantan dan
bunga betina dengan cara membungkus dengan amplop (kertas) dimana
isolasi dilakukan sebelum bunga mekar.6. Parameter pengamatan yang
di ambil yaitu bentuk struktur bulir jagung dan warna dari hasil
persilangan.7. Menyilangkan kedua jenis varietas jagung yang di
amati yaitu jagung bonanza dan jagung paramita.
LEMBARAN ASISTENSI PEMULIAN TANAMANNAMA : MARCELINUS LILINGNIM :
11542111000744P.STUDY : AGROTEKNOLOGINOTANGGALHAL YANG
DIPERBAIKITTD/PRAF