1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah militer memiliki usia yang sangat panjang. Salah satu teks sejarah lama Histoire de la guerre du Peloponnese (Sejarah Perang Peloponesos) yang ditulis Thucydide abad ke-5 merupakan sejarah militer. Setelah tahun 1870 miningkatnya minat Perancis terhadap sejarah militer, dengan alas an sebagai berikut. Pertama, dalam rangka mengenang kemenangan tentara terhadap musuh. Kedua, pentingnya pengkajian strategi militer. Yayasan La Sabretache yang didirikan untuk mengumpulkan benda-benda yang berhubungan dengan kemiliteran menjadi cikal bakal Museum Tentara di Perancis tahun 1896. Sejak awal, kemerdekaan Indonesia telah menghadapi berbagai ujian, mulai dari peristiwa berdarah merebut senjata tentara Jepang, masuknya NICA, pemberontakan PKI Madiun 1948 1 , pemberontakan daerah, pengepungan istana presiden hingga gagalnya parlemen hasil pemilu 1955 menetapkan konstitusi nasional. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, adalah sumber dari seluruh tatanan dan kehidupan politik bagi Indonesia sebagai negara yang baru. Kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia bukanlah sesuatu yang diraih tanpa perjuangan. Perjuangan yang panjang dan penuh dengan lika-liku pada akhirnya menghasilkan proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan oleh 1 Peristiwa instabilitas nasional pada awal kemerdekaan dapat dibaca diantaranya dalam Nugroho Noto Susanto, (PJ), 1985. Tiga Puluh Tahun Indonesia Merdeka, (Ed Lux). Jakarta: Citra Lamtorogung Persada. hlm. 71. Cet ke-5
25
Embed
PENDAHULUAN Sejarah militer memiliki usia yang sangat ...eprints.uny.ac.id/8633/2/BAB 1 - 07406244045.pdf · ... Indonesia tidak mempunyai militer. Pada masa pemerintahan kolonial
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah militer memiliki usia yang sangat panjang. Salah satu teks sejarah
lama Histoire de la guerre du Peloponnese (Sejarah Perang Peloponesos) yang
ditulis Thucydide abad ke-5 merupakan sejarah militer. Setelah tahun 1870
miningkatnya minat Perancis terhadap sejarah militer, dengan alas an sebagai
berikut. Pertama, dalam rangka mengenang kemenangan tentara terhadap musuh.
Kedua, pentingnya pengkajian strategi militer. Yayasan La Sabretache yang
didirikan untuk mengumpulkan benda-benda yang berhubungan dengan
kemiliteran menjadi cikal bakal Museum Tentara di Perancis tahun 1896.
Sejak awal, kemerdekaan Indonesia telah menghadapi berbagai ujian, mulai
dari peristiwa berdarah merebut senjata tentara Jepang, masuknya NICA,
presiden hingga gagalnya parlemen hasil pemilu 1955 menetapkan konstitusi
nasional. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, adalah
sumber dari seluruh tatanan dan kehidupan politik bagi Indonesia sebagai negara
yang baru. Kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia bukanlah sesuatu yang
diraih tanpa perjuangan. Perjuangan yang panjang dan penuh dengan lika-liku
pada akhirnya menghasilkan proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan oleh
1 Peristiwa instabilitas nasional pada awal kemerdekaan dapat dibaca
diantaranya dalam Nugroho Noto Susanto, (PJ), 1985. Tiga Puluh Tahun Indonesia Merdeka, (Ed Lux). Jakarta: Citra Lamtorogung Persada. hlm. 71. Cet ke-5
2
Ir. Sukarno dan Moh. Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik awal
dimulainya kehidupan baru bagi bangsa ini.
Ternyata Presiden Soekarno tidak membentuk tentara bersamaan dengan
diproklamirkannya kemerdekaan RI, mengangkat Supriyadi sebagai menteri
Keamanan dan Hankam secara absteinsi. Ketidakpastian negara meletakkan dasar
tentara dan pertahanan nasional pada awal kemerdekaan menyebabkan kelahiran
tentara Indonesia berbeda dengan negara lain. Tentara Indonesia dibangun atas
desakan tentara KNIL dan PETA karena kepentingan revolusi kemerdekaan.
Nugroho Notosusanto2 menyebutkan militer Indonesia sebagai tentara patriot
revolusioner. Tentara lahir karena revolusi kemerdekaan yang berintikan tentara
peninggalan penjajah (PETA dan KNIL) dan milisi rakyat yang terbentuk secara
tidak sengaja karena patriotisme membela negara. Sehari sesudah pernyataan
kemerdekaan itu, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mulai mengadakan
siding sebanyk tiga kali, untuk membicarakan hal-hal yang sehubungan dengan
telah berdirinya Republik Indonesia3.
Salah satu organ yang perlu dimiliki oleh pemerintah suatu negara ialah
militer, yang merupakan satu kelompok orang-orang yang di organisir dengan
2 Nugroho Notosusanto, 1985. Prajurit dan Pejuang, Persepsi dan
Implementasi Dwi Fungsi ABRI, Jakarta: Sinar Harapan, Cet II , hlm 17. Pendapat ini tidak disepakati Burhan Magenda yang menyebutkan tentara Indonesia sebagai Tentara Revolusioner, lahir karena revolusi kemerdekaan, lihat Amos Permutter, 1984, The Militery and Politic In Modern times on Profesional, Prerian ang Revolusioner, (terjm) Sahat Simamora. Jakarta: Rajawali. hlm. 42
3 Harun Al Rasyid. (1968). Sekitar Proklamasi, Konstitusi, dan Dekrit Presiden. Djakarta: Pelita Ilmu. hlm. 11-13.
3
disiplin untuk melakukan pertempuran, yang dibedakan dari orang-orang sipil.4
Militer pada masa awal kemerdekaan belum jelas statusnya, masih diambang
awan.
Pada masa pemerintahan kolonial, Indonesia tidak mempunyai militer. Pada
masa pemerintahan kolonial militer hanya dimiliki oleh pemerintah dan orang-
orangnya hanya berasal dari orang Eropa atau Belanda dan sedikit sekali dari
orang pribumi. Pembentukan militer pada masa kolonial pada tangal 4 Desember
1830 oleh Van den Bosh, untuk meredem konflik atau serangan dari tentara
kerajaan ditanah Jawa. Nama pasukan yang dibentuk oleh pemerintah Hindia
Belanda adalah Oost Indische Leger (Tentara Hindia Timur). Tahun 1836 Raja
Willem I menghendaki pemberian status sebagai Koninklijk Leger (Tentara
Kerajaan), sehingga nama lengkapnya adalah Koninklijk Nederlandche Oos
Indische Leger (KNIL)5.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia 1942-1945 sifat pergerakan
berubah menjadi sangat militan, dengan berbagai doktrin yang diberikan pasukan
Jepang kepada rakyat Indonesia terutama para pemuda. Mobilitas penduduk
Indonesia oleh pemerintah Jepang mempercepat proses penyerapan dan
pengetahuan tentang kemiliteran yang dimiliki Jepang6. Pada masa itu, Jepang
4 Yahya A. Muhaimin, 2005. Perkembangan iliter dalam Politik di
Indonesia 1945-1966. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 1.
5 Petrik Matanasi, 2007. KNIL Bom Waktu Tinggalan Belanda. Yogyakarta: Medpress. hlm. 17
6 Suyatno Kartodirdjo, 1997. “Kepemimpinan ABRI dalam Perspektif sejarah.” Dalam Djoko Subroto, Visi ABRI Menatap Masa Depan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres. hlm. 120
4
sedang menjalankan pertempuran menghadapi pasukan sekutu atau dikenal
dengan Perang Dunia II dan Perang Pasifik. Jepang membutuhkan pasukan untuk
membantu tentara Jepang dalam perang tersebut. Karena Jepang terus menghadapi
kekalahan maka pemerintahan Jepang di Indonesia mengambil keputusan untuk
melatih rakyat Indonesia tentang militer untuk membantu tentara Jepang melawan
Sekutu.
Para pemuda dilatih kemiliteran dalam PETA (Pembela Tanah Air), Haiho7
dan Gyugun8. Pasukan Jepang juga melatih kemiliteran kepada seluruh lapisan
masyarakat dengan membentuk organisasi-organasasi semi-milter seperti
Keibondan dan Seinendan.9 Militer ini dibentuk oleh Jepang dikarenakan Jepang
tidak menginginkan Indonesia lepas dari pemerintahanya, maka Jepang
membentuknya dengan alasan untuk mempertahankan Indonesia terhadap
serangan Sekutu.
7 Heiho adalah pembantu prajurit Jepang baik digaris depan pertempuran maupun digaris belakang. Heiho dibentuk atas kehendak kementrian angkatan darat. Anggota Heiho mendapatkan pendidikan militer selama 2bulan kemudian disebarkan dalam satuan-satuan yang diperbantukan kepada angkatan perang Jepang. Atim Supomo, dkk. 1996. Brimob Polri Jateng dan DIY dalam Lintasan Sejarah. Semarang: Brigade Mobile Polri Polda Jateng. hlm. 19
8 Gyugun adalah angkatan bersenjata yang dibentuk di Sumatra yang hampir sama kedudukannya dengan PETA di Jawa. Latihan militer diselenggarakan oleh Sumatra Gunseibu di Bukittinggi selama 6 bulan. Latihan militer dimulai pada bulan November 1943. Harsja W. Bachtiar, 1988, Siapa Dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Angkatan Darat (TNI-AD). Jakarta: Djambatan. hlm. 41
9 Pembentukan Keibondan (Barisan Pembantu Polisi) dan Seinendan (Barisan Pemuda) diumumkan pada tanggal 29 April 1943 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang. Kedua oragnisasi ini bertugas untuk mempersiakan para pemuda baik mental maupun teknis untuk memberikan sumbangan kepada usaha pertahanan Jepang garis belakang, terutama didaerah propinsi, desa, pabrik-pabrik dan perkebunan. Keibondan adalah barisan pemuda sebagai pembantu polisi Jepang.
5
Awal masuk Jenderal Besar A.H. A.H. Nasution dalam dunia militer dan
menjabat sebagai anggota Badan Pembantu Prajurit di bawah pimimpinan Otto
Iskandardinata, yang bertugas membantu kesejahteraan prajurit PETA10. Setelah
Proklamasi Kemerdekaan ia aktif dalam kepemimpinan pemuda dan menjadi
penasehat Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Bandung.
Setelah terbentuknya TKR, A.H. Nasution diangkat menjadi Kepala Staf
Komandan TKR Jawa Barat dengan pangkat kolonel. Tidak lama kemudian ia
diangkat sebagai Panglima Divisi III/TKR Priangan yang kemudian menjadi
Divisi I/Siliwangi sampai tahun 1948.
Tujuan skripsi ini adalah, untuk mengetahui aktivitas A.H. Nasution dalam
politik yang dimana letak pondasi ikutsertanya TNI dalam kancah politik tidak
luput dari peran dan pemikiran dari A.H. Nasution yang terkenal yaitu tentang
Jalan Tengah, dan juga mengetahui tentang aktivitas A.H. Nasution dalam Militer.
Dimana sejarah perjuangan TNI AD tidaklah lepas dari polesan tangan dari
seorang Jenderal A.H. Nasution. Jenderal Besar Soedirman dikenal sebagai Bapak
TNI sedangkan A.H. Nasution dikenal sebagai Bapak TNI AD.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peranan A.H. Nasution dalam Bidang Politik?
2. Bagaimana Peranan A.H. Nasution dalam Bidang Militer?
3. Apakah Dampak dari Dwi Fungsi ABRI?
10 A.H. Nasution, 1993, M.E.M.O.A.R senerai Kiprah sejarah diangkat dari
majalah Tempo. Buku kesatu. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, hlm. 13
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a) Melatih daya pikir, analisis dan objektif terhadap fenomena yang terjadi
dalam masyarakat sehingga dapat mengambil hikmahnya.
b) Sebagai sarana untuk melatih diri secara langsung dalam
mempraktekkan dan mengaplikasikan metodologi penulisan sejarah
sehingga dapat memperluas dan memperdalam wawasan dalam
meningkatkan mutu karya sejarah.
c) Merupakan upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sebagai pendidik sekaligus sejarawan
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui latar belakang, karier A.H. Nasution hingga tahun
1966.
b) Untuk mengetahui peranan A.H. Nasution dalam perpolitikan Indonesia
sampai dengan tahun 1966
c) Untuk mengetahui dampak dari pemikiran A.H. Nasution tentang
reorganisasi TNI AD dan masuknya TNI AD ke dalam dunia politik.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pembaca
a) Dengan membaca skripsi ini diharapkan dapat mengetahui sejarah
perkembangan TNI AD antara tahun 1945-1966.
b) Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi pembaca.
7
c) Setelah membaca skripsi ini diharapkan pembaca akan mengetahui
pelaksanaan dan dampak yang ditimbulkan dengan pemberlakuan
reorganisasi dan masuknya TNI AD ke ranah politik.
2. Bagi Penulis
a) Sebagai tolak ukur kemampuan penulis dalam meniliti, menganalisis,
dan merekonstruksi suatu peristiwa sejarah serta menyajikan dalam
bentuk karya sejarah.
b) Dengan skripsi ini diharapkan penulis dapat berpikir lebih kritis dan
objektif dalam menyikapi setiap permasalahan yang ada.
c) Penulis dapat belajar banyak tentang sejarah perkembangan kemiliteran
di Indonesia.
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka mempunyai arti, peninjauan kembali pustaka-pustaka yang
terkait (review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu kajian
pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan
penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan—tidak selalu harus
tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi—tetapi termasuk pula
yang seiring dan berkaitan (collateral). Leedy (1997) bahwa semakin banyak
seorang peneliti mengetahui, mengenal dan memahami tentang penelitian-
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang berkaitan erat dengan topik
penelitiannya), semakin dapat dipertanggungjawabkan caranya meneliti
permasalahan yang dihadapi.
8
Penulisan karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Hal ini dimaksudkan
supaya penulis dapat memperoleh data-data atau informasi yang selengkap-
lengkapnya mengenai permasalahan yang dikaji. Kajian pustaka atau teori yang
menjadi landasan pemikiran.11 Dalam penulisan ini penulis menggunakan
beberapa literature sebagai bahan kajian pustaka.
Objek dari penulisan skripsi ini yaitu A.H. Nasution juga merupakan
seorang penulis buku tentang sejarah perjuangan Indonesia, sejarah militer, dan
politik, bahkan menulis tentang pengalaman pribadinya di bidang militer dan
politik. Sumber atau buku yang menjadi kajian pustaka antara lain, Yahya A.
Muhaimin. (2005). Perkembangan Militer Dalam Politik Di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. A.H. Nasution. (1966). ABRI
Penegak Demokrasi UUD 1945. Djakarta; Seruling Masa. Feith, Herbert dan
Lance Castles (ed). (1970). Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. Jakarta;
LP3ES. Skripsi Puji Astuty. (2006). Peranan Abdul Haris A.H. Nasution Dalam
Modernisasi TNI-AD (1948-1952), Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta. A.H. Nasution. (1966).
Tjatatan-tjatatan Sekitar Politik Militer Indonesia. Djakarta; CV. Pembimbing.
Hendri Supriyatmono, 1994. A.H. Nasution, Dwi fungsi ABRI dan Kontribusi Ke
Arah Reformasi Politik: Tinjauan Kebijaksanaan Politik Jendral A.H. Nasution
tahun 1955-1959. Surakarta; UNS Pers dan Yayasan Pustaka Nusatama.
11 Jurusan Pendidikan Sejarah. 2006, Pedoman Penulisan Tugas Akhir
Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah, FISE UNY, hlm. 3.
9
A.H. Nasution terlahir dari keluarga yang agamis, ia mendapat pendidikan
agama yang keras dari orang tuanya. Hal ini terlihat dari keteguhannya dalam
melaksanakan sholat lima waktu tepat pada waktunya dalam kondisi apapun juga.
Setelah menamatkan diri di Holands Inlandse School (HIS) Kotanopan, A.H.
Nasution melanjutkan sekolahnya di sekolah guru yang bernama “Sekolah Raja”.
Disekolah itu dia banyak membaca buku-buku tentang sejarah luar negeri,
misalnya sejarah negeri Belanda, sejarah Revolusi Perancis dan lain sebagainya
yang semua itu ikut membentuk kepribadiannya12. Dia juga banyak mendengar
cerita-cerita tentang pergerakan nasional yang kemudian membuatnya begitu
tertarik sehingga kemudian memutuskan untuk masuk sekolah kemiliteran.
Perjalanan karier Abdul Haris A.H. Nasution mengalami masa-masa transisi
bisa dikatakan perjalanan karier A.H. Nasution mengalami pasang surut. Pernah di
berhentikan sebagai KSAD selama 3 tahun, dan diangkat kembali oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 27 Oktober 1955 masa Kabinet Burhanuddin. Perjalanan
militernya dimulai setelah menjadi anggota Badan Pembantu Prajurit yang
bertugas membantu kesejahteraan prajurit PETA, kemudian menjadi kepala staf
komandemen I/Jawa Barat, Kepala staf TKR, Kepala Staf Angkatan Darat
(KSAD) dijabat tahun 1945 sampai tahun 1952 dan dilantik kembali tahun 1955
sampai tahun 196213.
12 Eko Endarnoko (ed). 1993. Memoar: Senarai Kiprah Sejarah. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, hlm. 221.
13 A.H. Nasution, 1989, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid IIa: Kenangan Masa Gerilya. Jakarta: Haji Masagung, hlm. 4.
10
Untuk melaksanakan rasionalisasi dikalangan TNI AD dicetuskan oleh Z.
Baharudin, seorang anggota KNIP dari fraksi sayap kiri14, dalam bentuk mosi
yang diajukan pada bulan Desember 1947.15 Mosi itu memuat dua hal pokok
yaitu, rasionalisasi dalam kesatuan angkatan perang (darat, laut, udara) serta
dalam komando dan pimpinan angkatan perang. Tujuan politis dari mosi tersebut
adalah keinginan untuk menempatkan TNI sepenuhnya di bawah kekuatan sipil
karena kekecewaan mereka atas TNI yang tidak dapat menahan gerak maju
tentara Belanda pada saat itu.16
Pelaksanan reorganisasi dan rasionalisasi mulai dilaksanakan pada masa
kabinet Hatta.17 Langkah yang diambil Hatta dalam upaya mereorganisasi dan
merasionalisasi TNI AD adalah dengan mengurangi jumlah personelnya.
Tujuannya adalah membentuk tentara yang kecil tetapi efisien di bawah komando,
juga untuk mencapai sedikit perimbangan antara pendapatan dengan belanja
negara dan alat-alat negara.18 Reorganisasi dan rasionalisasi TNI AD bisa
dipandang sebagai isu politik yang menimbulkan dampak psikologis pada tentara,
14 Fraksi sayap kiri adalah fraksi adalah fraksi pimpinan Amir Syarifudin
yang melakukan gerakan oposisi dengan mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR). Anggota FDR terdiri dari kalangan angkatan bersenjata dan lascar rakyat, laskar merah, laskar buruh. Tujuannya adalah untuk mendominasi kekuasaan pemerintah. (Todiruan Dydo. 1990. Pergolakan Politik Tentara Sebelum dan Sesudah G30 S/PKI. Jakarta: Golden Teroyan Press. hlm. 49. )
15 A.H. Nasution. 1989, loc.cit.,
16 Ibid.
17 Amrin Imran, dkk. 1971. Sejarah Perkembangan Angkatan-Darat. Jakarta: Departemen pertahanan dan Keamanan Pusat Sejarah ABRI. hlm. 12