1 PENDAHULUAN Latar Belakang Globalisasi memberi perubahan pada seluruh aspek kehidupan,dalam bidang,ilmu pengetahuan,teknologi dan sistem informasi (Yudha dan Nasir,2012). Berkembangnya dunia usaha yang memberi konsekuensi kepada persaingan yang semakin kompetitif dan perubahan cara pandang pelaku usaha untuk dapat mempertahankan eksistensinya dalam persaingan ekonomi yang semakin ketat.Modal intelektual dipandang memiliki peran yang sangat penting dalam penciptaan dan mempertahankan keunggulan kompetitif serta nilai bagi perusahaan. Modal intelektual menurut CIMA (2004) adalah kepemilikan dari pengetahuan dan pengalaman, pengetahuan profesional dan keahlian, hubungan yang baik, dan kapasitas penguasaan teknologi, yang jika diterapkan, akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi organisasi. Informasi Intellectual Capital merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan oleh investor. Hal ini disebabkan informasi Intellectual Capital dapat membantu investor untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang Bukh (2003) dalam Febriana (2013) .Fenomena pentingnya Intellectual Capital di Indonesia telah berkembang yaitu setelah munculnya PSAK no. 19 revisi (IAI, 2000) tentang aktiva tak berwujud. Meskipun aktiva tak berwujud tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai Intellectual Capital, namun lebih kurang Intellectual Capital telah mendapat perhatian. Pada PSAK no. 19 tersebut, disebutkan bahwa aktiva tak berwujud dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu aktiva tak berwujud yang eksistensinya dibatasi oleh ketentuan tertentu, misalnya hak paten, hak cipta, hak sewa, franchise terbatas dan tidak dapat dipastikan masa berakhirnya seperti merk dagang, proses dan formula rahasia, perpetual franchise dan goodwill. Pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan perusahaan bersifat sukarela (voluntary ).Belum ada peraturan yang mewajibkan perusahaan-perusahaan publik untuk mengungkapkan intellectual capital dalam laporan tahunannya. Oleh
41
Embed
PENDAHULUAN Latar Belakang...Latar Belakang Globalisasi memberi perubahan pada seluruh aspek kehidupan,dalam bidang,ilmu pengetahuan,teknologi dan sistem informasi (Yudha dan Nasir,2012).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi memberi perubahan pada seluruh aspek kehidupan,dalam
bidang,ilmu pengetahuan,teknologi dan sistem informasi (Yudha dan Nasir,2012).
Berkembangnya dunia usaha yang memberi konsekuensi kepada persaingan yang
semakin kompetitif dan perubahan cara pandang pelaku usaha untuk dapat
mempertahankan eksistensinya dalam persaingan ekonomi yang semakin ketat.Modal
intelektual dipandang memiliki peran yang sangat penting dalam penciptaan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif serta nilai bagi perusahaan. Modal intelektual
menurut CIMA (2004) adalah kepemilikan dari pengetahuan dan pengalaman,
pengetahuan profesional dan keahlian, hubungan yang baik, dan kapasitas penguasaan
teknologi, yang jika diterapkan, akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi
organisasi.
Informasi Intellectual Capital merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan
oleh investor. Hal ini disebabkan informasi Intellectual Capital dapat membantu
investor untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang
Bukh (2003) dalam Febriana (2013) .Fenomena pentingnya Intellectual Capital di
Indonesia telah berkembang yaitu setelah munculnya PSAK no. 19 revisi (IAI, 2000)
tentang aktiva tak berwujud. Meskipun aktiva tak berwujud tidak dinyatakan secara
eksplisit sebagai Intellectual Capital, namun lebih kurang Intellectual Capital telah
mendapat perhatian. Pada PSAK no. 19 tersebut, disebutkan bahwa aktiva tak
berwujud dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu aktiva tak berwujud yang
eksistensinya dibatasi oleh ketentuan tertentu, misalnya hak paten, hak cipta, hak
sewa, franchise terbatas dan tidak dapat dipastikan masa berakhirnya seperti merk
dagang, proses dan formula rahasia, perpetual franchise dan goodwill.
Pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan perusahaan bersifat
sukarela (voluntary ).Belum ada peraturan yang mewajibkan perusahaan-perusahaan
publik untuk mengungkapkan intellectual capital dalam laporan tahunannya. Oleh
2
karena itu perusahaan dapat memilih untuk mengungkapkan atau tidak
mengungkapkannya dalam laporan tahunan.
Purnomoshidi (2006) manfaat pengungkapan intellectual capital adalah
menginformasikan cara untuk memperoleh keunggulan kompetitif guna meningkatkan
daya saing, yaitu dengan lebih memberdayakan modal intelektual,yang diwujudkan
dalam bentuk aktivitas-aktivitas inovatif.Aktivitas inovatif ini meliputi pengetahuan,
keahlian dan pengalaman karyawan, prosedur operasi perusahaan, budaya , dan sistem
informasi pada perusahaan sehingga mampu melakukan diferensiasi produk/jasa yang
didasarkan pada pemberian nilai pada pelanggan.
Penelitian tentang pengungkapan intellectual capital sering dikaitkan dengan
tipe industri Woodcock dan Whiting (2009) meneliti pengungkapan intellectual
capital di perusahaan Australia dengan mengklasifikasikan jenis industri menjadi dua
kelompok berdasarkan Global Industry Clasification Standard (GICS),yaitu industri
yang padat Intellectual Capital (high-IC intensive industries) dan industri yang tidak
padat Intellectual Capital (low-IC intensive industries).Industri high intellectual
capital intensive merupakan perusahaan yang memiliki value added besar yang
berasal dari teknologi dan pengetahuan. Sedangkan industri low intellectual capital
intensive merupakan perusahaan-perusahaan yang lebih memanfaatkan sumber daya
alam dan masih menerapkan sistem tradisional .Hasil dari penelitian tersebut adalah
perusahaan yang termasuk dalam klasifikasi High-IC Intensive Industry akan memiliki
tingkat pengungkapan modal intelektual yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan
Low-IC Intensive Industry.
Williams (2001) membuktikan adanya pengaruh industry type exposure, yang
digolongkan ke dalam kelompok highly knowledge based dan low-based knowledge
terhadap jumlah pengungkapan modal intelektual. Temuan Williams tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam highly knowledge
based melakukan pengungkapan informasi modal intelektual lebih banyak dibanding
perusahaan-perusahaan yang low-based knowledge.Purnomoshidi (2006)
membuktikan bahwa tipe industri terbukti tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
3
modal intelektual. Industri-industri yang banyak melakukan aktivitas penelitian dan
pengembangan (research-intensive) ternyata tidak mengungkapkan modal intelektual
lebih banyak daripada perusahaan-perusahaan yang tidak banyak melakukan penelitian
dan pengembangan (not research-intensive).
Penelitian tentang intellectual capital juga sering dikaitkan dengan ukuran
(size) perusahaan.Artinah (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran
perusahaan terhadap pengungkapan intellectual capital pada lembaga keuangan yang
terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009 .Hasil dari penelitian tersebut adalah
terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan intellectual capital.
Susanto dan Supatmi (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik
perusahaan terhadap tingkat pengungkapan intellectual capital pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009,dengan hasil terdapat
pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan intellectual capital
dimana semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat
pengungkapan intellectual capital perusahaan. Karena dengan ukuran perusahaan yang
besar maka memiliki biaya yang lebih besar daripada perusahaan yang kecil.
Bukh, et al. (2005) melakukan penelitian tentang kepemilikan manajerial,jenis
industi, ukuran perusahaan,dan umur perusahaan terhadap pengungkapan modal
intelektual di Denmark yang hasilnya adalah jenis industri berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual di Denmark,sedangkan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual.
Penelitian yang dilakukan White, et al. (2007) berhasil menemukan bahwa
ukuran perusahaan, berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual.Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Fakhilatun, et al.(2009) ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Artinawati (2009) menemukan bahwa
faktor ukuran perusahaan, leverage,dan profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual di Indonesia. Wahyu (2009) menemukan faktor yang
mempengaruhi pengungkapan modal intelektual yaitu ukuran perusahaan.
4
Bening (2013) melakukan penelitian tentang analisis perbedaan pengungkapan
intellectual capital berdasarkan karakteristik perusahaan pada sektor perbankan,
dengan hasil tidak terdapat perbedaan pengungkapan intellectual capital perusahaan
berdasarkan ukuran perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan
ukuran kecil akan lebih berusaha untuk menarik minat investor dalam menanamkan
modal di perusahaannya dan untuk meningkatkan total aset yang mereka miliki,
dengan cara mengungkapkan informasi-informasi mengenai intellectual capital
dengan lebih terperinci dan lengkap.Sedangkan perusahaan dengan ukuran besar juga
mengungkapkan informasi mengenai intellectual capital secara lebih lengkap untuk
menunjukkan aktivitas tinggi mereka, baik aktivitas operasional ataupun administratif,
yang menyebabkan aset perusahaan meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
tingkat pengungkapan intellectual capital berdasarkan tipe dan ukuran perusahaan
pada seluruh perusahaan publik di Indonesia yang terdaftar di BEI tahun
2012.Penelitian ini adalah penelitian replikasi dari penelitian Bruggen et al (2009).
Perbedaan penelitian dengan penelitian sebelumnya adalah dalam pengelompokan tipe
industri.Pengelompokan tipe industri dalam penelitian sebelumnya menggunakan
perusahaan manufaktur dan non manufaktur,ukuran perusahaan diproksikan dengan
total aset perusahaan.Sedangkan penelitian ini berdasarkan tipe industri ,yaitu industri
yang padat Intellectual Capital(high-IC intensive industries) dan industri yang tidak
padat Intellectual Capital (low-IC intensive industries) serta ukuran perusahaan
diproksikan menggunakan nilai kapitalisasi pasar.Penelitian ini menggunakan uji beda
karena hasil penelitian sebelumnya yang tidak konsisten tentang pengaruh
pengungkapan intellectual capital berdasarkan tipe industri dan ukuran perusahaan.
Manfaat dari penelitian ini, 1) Bagi akademisi, diharapkan dapat memberikan
informasi yang lebih mendalam mengenai informasi intellectual capital pada laporan
tahunan perusahaan. 2) Bagi investor dan calon investor, diharapkan penelitian ini
dapat memberi masukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
5
3) Bagi perusahaan, supaya dapat lebih meningkatkan proporsi informasi mengenai
intellectual capital-nya pada laporan tahunan perusahaan, dalam rangka meningkatkan
keunggulan bersaing perusahaan dan kualitas dari laporan keuangan perusahaan itu
sendiri.
TELAAH TEORITIS
Teori Stakeholder
Berdasarkan teori stakeholder,manajemen dan organisasi diharapkan untuk melakukan
aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali
aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Tujuan utama dari teori stakeholder
adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka
dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-
hubungan di lingkungan perusahaan mereka.
Intellectual Capital
Di Indonesia, intellectual capital muncul sejak diterbitkannya PSAK No 19
(revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Akan tetapi, tidak dinyatakan secara
langsung sebagai intellectual capital. Menurut PSAK No 19, aktiva tidak berwujud
adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik
serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau
jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI,2007).
Intellectual capital seringkali didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan
dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang mana perusahaan
dapat menggunakannya dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan (Bukh et al:
2005).Keterbatasan dalam menjelaskan nilai perusahaan,mengakibatkan informasi
laporan keuangan seringkali dianggap kurang memadai sebagai laporan kinerja
keuangan,seharusnya ada informasi lain yang perlu disampaikan kepada para
pengguna laporan keuangan sehingga dapat menjelaskan nilai lebih yang dimilki oleh
perusahaan.
6
Intellectual capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai
pasar perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau
dari financial capitalnya. Hal ini berdasarkan suatu observasi bahwa sejak akhir 1980
an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang berdasar
pengetahuan telah menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan dalam laporan
keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh akuntan. (Roslender dan
Fincham, 2004:2 dalam Soelistijono, 2008). Intellectual capital dibedakan menjadi
tiga komponen utama, berdasarkan yang dikemukakan oleh International Federation
of Accountants (1998) dalam CIMA (2004), yaitu Human Capital, Relational Capital,
dan Organisational Capital.
(a) Human Capital
Didefinisikan sebagai pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dimiliki
ketika pegawai masuk atau meninggalkan suatu perusahaan. Keahlian dan
pengetahuan setiap pegawai sangat berbeda satu sama lain.
(b) Relational Capital
Didefinisikan sebagai seluruh sumber daya terkait dengan hubungan eksternal
perusahaan– pelanggan, pemasok, atau mitra (partners) dalam kegiatan penelitian
dan pengembangan (R & D). Relational capital terdiri dari bagian dari modal
manusia dan modal struktural yang terlibat dengan hubungan perusahaan dengan
para stakeholders (investor, kreditor, pelanggan, pemasok), ditambah persepsi
mereka tentang perusahaan.
(c) Organisational Capital
Didefinisikan sebagai pengetahuan yang berada dalam perusahaan yang
mencakup prosedur operasi perusahaan, sistem, budaya, dan database perusahaan
seperti penyimpanan data yang menjadi rahasia perusahaan dan dapat menjadi hak
kekayaan intelektual perusahaan dengan kepemilikan resmi di bawah nama
perusahaan langsung.
7
Pengungkapan Intellectual Capital
Hendriksen (1991) mendefinisikan pengungkapan sebagai penyajian sejumlah
informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian pasar modal yang efisien. Terdapat 2
jenis pengungkapan, pertama pengungkapan yang bersifat wajib (mandatory) yaitu
pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada
peraturan atau standar tertentu, sedangkan yang kedua bersifat sukarela (voluntary)
merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimun dari peraturan
yang berlaku. Pengungkapan modal intelektual merupakan pengungkapan yang
terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan intellectual capital dalam
laporan tahunan perusahaan bersifat sukarela ( voluntary ). Belum ada peraturan yang
mewajibkan perusahaan-perusahaan publik untuk mengungkapkan intellectual capital
dalam laporan tahunannya. Oleh karena itu perusahaan dapat memilih untuk
mengungkapkan atau tidak mengungkapkannya dalam laporan tahunan.
Tujuan pengungkapan Intellectual Capital adalah untuk mencatat, mengelola
dan mendokumentasikan proses berbasis pengetahuan serta menyediakan baik
manajemen dan pemangku kepentingan yang relevan dengan informasi kualitatif dan
kuantitatif baru (Warden, 2003).Pengungkapan intellectual capital yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakanindekspengungkapanyang terdiridari 30 item diukur
dalam tiga komponen meliputi Organizational Capital, Relational Capital, dan
Human Capital.
Tipe Industri
Global Industry Clasification Standard (GICS) adalah sebuah taksonomi
industri yang dikembangkan oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI) dan
S&P untuk digunakan oleh komunitas keuangan global. Berdasarkan Intellectual
Capitalintensity, GICS mengelompokkan industri menjadi 2, yaitu High-IC intensive
industries dan Low-IC intensive industries.High-IC intensive industries adalah
kelompok industri yang telah mampu memanfaatkan aset intelektualnya dengan baik
sehingga tercipta keunggulan kompetitif perusahaan dan dapat meningkatkan kinerja
8
perusahaan. Sehingga perusahaan yang termasuk dalam klasifikasi High-IC Intensive
Industry akan memiliki tingkat pengungkapan modal intelektual yang lebih tinggi
daripada perusahaan dengan Low-ICIntensive Industry.Contoh industri High-IC
intensive industries adalah automotive and allied products,cables,construction dan
contoh industri Low-ICIntensive Industryadalah adhesive,agriculture, forestry and
fishing,food and beverages
Berdasarkan teori stakeholder, perusahaan dengan High-IC Intensive Industry
akan melakukan pengungkapan modal intelektual lebih banyak, sebagai upaya untuk
memuaskan kebutuhan stakeholder akan informasi yang berkaitan dengan aktivitas
bisnis yang dilakukan perusahaan (Woodcock dan Whiting 2009).
Ukuran Prusahaan
Semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi pula tuntutan terhadap
keterbukaan informasi dibanding perusahaan yang lebih kecil. Dengan
mengungkapkan informasi yang lebih banyak, perusahaan mencoba mengisyaratkan
bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance) Istanti (2009). Perusahaan besar memiliki jumlah
pemegang saham yang banyak dan lebih menjadi sorotan di pasar modal, sehingga
perusahaan dituntut untuk mengungkapkan informasi untuk memenuhi kebutuhan
investor, kreditur, dan sebagainya.Purnomosidhi (2005) menyatakan ukuran
perusahaan digunakan sebagai variabel independen dengan asumsi bahwa perusahaan
yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak dan biasanya memiliki
banyak unit usaha dan memiliki potensi penciptaan nilai jangka panjang. Ukuran
perusahaan diproksikan menggunakan nilai kapitalisasi pasar pada setiap perusahaan
dengan mengalikan harga saham yang beredar dengan jumlah saham yang beredar.
9
Pengembangan Hipotesis
Perbedaan Pengungkapan Intellectual Capital berdasarkan Tipe Industri dalam
Laporan Tahunan Perusahaan
Menurut Omar et al. (2011) perbedaan metode dan kebijakan akuntansi yang
dianut tiap perusahaan menyebabkan terjadi perbedaan pengukuran dan
pengungkapan. Perbedaan tersebut menyebabkan tipe industri tertentu
mengungkapkan item modal intelektual lebih banyak dari perusahaan lain, tergantung
pada kebutuhan dan manfaat yang diperolehnya dari pengungkapan tersebut.
Abdolmohammadi (2005) memberikan bukti terdapat hubungan antara jenis industri
dengan jumlah pengungkapan komponen Intellectual Capital dalam laporan tahunan
perusahaan di Amerika. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat efek dari jenis
industri yang signifikan, yaitu dari kesepuluh kategori Intellectual Capital, delapan
diantaranya menunjukkan perbedaan yang signifikan antar jenis industri.Boedi (2008)
memberikan bukti bahwa terdapat perbedaan antara sektor industri baru dan lama
berkaitan dengan pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan
perusahaan, Penelitian Woodcock dan Whiting (2009) dalam “Intellectual Capital
Disclosures by Australian Companies”menunjukkan terdapat perbedaan tingkat
pengungkapan yang dilakukan pada perusahaan high-IC intensive industries dengan
perusahaan low-IC intensive industries.Perusahaan yang high-IC intensive industries
akan memberikan pengungkapan modal intelektual lebih banyak,karena sumber daya
pengetahuan dalam bentuk teknologi yang cukup,skill yang dimiliki oleh karyawan
yang baik, jaringan informasi yang luas,sehingga memungkinkan untuk melakukan
disclosure secara lebih luas dan lebih baik sebagai upaya untuk memuaskan kebutuhan
stakeholder akan informasi yang berkaitan dengan aktivitas bisnis yang dilakukan
perusahaan.Sedangkan pada perusahaan low-IC intensive cenderung melakukan
pengungkapan intelektualnya lebih sedikit.Karena kurang lengkapnya pengungkapan
intelectual capital pada laporan tahunan dalam perusahaan,serta kemampuan yang
dimiliki atau skill perusahaan.Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
10
H1:Terdapat perbedaan pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan
berdasarkan tipe industri
Perbedaan Pengungkapan Intellectual Capital berdasarkan Ukuran Perusahaan
dalam Laporan Tahunan Perusahaan
Asumsi utama yang melandasi digunakannya variabel ini dalam model
adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang
lebih banyak, dan biasanya memiliki berbagai macam unit usaha yang masing-masing
memiliki potensi penciptaan nilai jangka panjang yang berbeda (Hackstone dan
Milne,1996).Artinya,semakin banyak informasi yang perlu diungkapkan untuk
memberi gambaran yang lengkap suatu perusahaan kepada para stakeholders-nya.
Perusahaan dengan ukuran besar akan mengungkapkan intellectual capitalnya lebih
tinggi karena lebih banyak aktivitas-aktivitas bisnis yang diajalankan,meliputi
aktivitas operasi,aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi.Perusahaan dengan ukuran
perusahaan yang kecil akan mengungkapkan intellectual capital yang rendah karena
perusahaan kecil umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat dengan
perusahaan yang lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada
pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan sehingga
perusahaan kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan
besar (Marwata,2001)
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dapat dilihat melalui nilai kapitalisasi
pasar perusahaan.Dengan ukuran perusahaan yang besar maka pengungkapan
intellectual capital tinggi.Sedangkan dengan ukuran perusahaan yang kecil maka
pengungkapan intellectual capital rendah.Sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H2:Terdapat perbedaan pengungkapan Intellectual Capital berdasarkan ukuran
perusahaan dalam laporan tahunan
11
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan tahunan
(annual report) perusahaan tahun 2012. Data diambil dariwww.idx.co.iddan website
resmi perusahaan. Sampel yang dipilih dengan metode purposive sampling untuk
mewakili populasi. Adapun kriteria - kriteria yang digunakan dalam pengambilan
sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang telah terdaftar penuh (fully listed company) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2012.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan tahun 2012 melalui IDX atau
website resmi perusahaan, yang memuat data yang dibutuhkan dalam
penelitian secara lengkap.
Perusahaan yang dijadikan sampel termasuk di dalam pembagian klasifikasi menurut
GICS (Global Industries Classification Standard) yang dikembangkan oleh Morgan
Stanley Capital International (MSCI) dan Standard and Poors (S&P) mengacu pada
penelitian Woodcock et al (2009) dari pengelompokan tersebut tipe industri dibagi
menjadi 2 yaitu tipe industri High-IC Intensive Industries dan Low-ICIntensive
Industries Industry .Industri high intellectual capital merupakan perusahaan yang
memiliki value added besar yang berasal dari teknologi dan pengetahuan. Sedangkan
industri low intellectual capital merupakan perusahaan-perusahaan yang lebih
memanfaatkan sumber daya alam dan masih menerapkan sistem tradisional
(Woodcock et al, 2009).
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang
bersumber dari laporan tahunan (annual report) seluruh perusahaan publik yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012.