1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini penerapan Good Corporate Governance tengah marak dilakukan di Indonesia, perusahaan – perusahaan yang ada di Indonesia mulai gencar menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang sehat. Perusahaan-perusahaan terus berusaha menjaga kelangsungan hidup usahanya, dan berusaha meningkatkan pertumbuhan bisnisnya untuk jangka panjang. Good Corporate Governance merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengurangi Agency Problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap tindakan manajemen, membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi resiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham (Rebecca, 2011). Sehingga, untuk mengurangi Agency Problem manajemen dituntut untuk mendahulukan kepentingan pemegang saham (stakeholders) dibandingkan kepentingan manajemen sendiri. Pemegang saham berhak untuk memperoleh informasi mengenai kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Dan manajemen memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara transparan mengenai informasi kinerja perusahaan. Pengungkapan (disclosure) atas informasi perusahaan dapat dilihat melalui laporan tahunan dan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Laporan tahunan perusahaan akan menggambarkan secara jelas mengenai kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Sedangakan laporan keuangan akan menjadi acuan mengenai kinerja keuangan perusahaan. Selanjutnya laporan keuangan
60
Embed
PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7631/3/T1_232010130_Full... · komite audit) dan kualitas audit terhadap pengungkapan Corporate
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini penerapan Good Corporate Governance tengah marak
dilakukan di Indonesia, perusahaan – perusahaan yang ada di Indonesia mulai
gencar menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang sehat. Perusahaan-perusahaan
terus berusaha menjaga kelangsungan hidup usahanya, dan berusaha
meningkatkan pertumbuhan bisnisnya untuk jangka panjang.
Good Corporate Governance merupakan mekanisme yang digunakan
untuk mengurangi Agency Problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap
tindakan manajemen, membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi
resiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham (Rebecca, 2011).
Sehingga, untuk mengurangi Agency Problem manajemen dituntut untuk
mendahulukan kepentingan pemegang saham (stakeholders) dibandingkan
kepentingan manajemen sendiri. Pemegang saham berhak untuk memperoleh
informasi mengenai kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Dan
manajemen memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan (disclosure)
secara transparan mengenai informasi kinerja perusahaan.
Pengungkapan (disclosure) atas informasi perusahaan dapat dilihat
melalui laporan tahunan dan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan.
Laporan tahunan perusahaan akan menggambarkan secara jelas mengenai kondisi
perusahaan yang sesungguhnya. Sedangakan laporan keuangan akan menjadi
acuan mengenai kinerja keuangan perusahaan. Selanjutnya laporan keuangan
2
perusahaan akan dinilai berkualitas apabila laporan keuangan tersebut telah
diaudit oleh auditor independen.
Kualitas audit yang dilakukan atas laporan keuangan juga dilihat dari
aspek auditor, dimana auditor tersebut merupakan auditor Big Four atau auditor
Non Big Four. Laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big Four akan
menyajikan laporan keuangan yang berkulitas dan memiliki reputasi yang baik.
Penerapan Good Corporate Governance (CGG) dalam perusahaan juga
akan mendorong dilakukannya Corporate Social Responsibility. Karena salah satu
prinsip dalam GCG adalah responsibility, sehingga perusahaan yang telah
menerapkan GCG akan mulai memperhatikan aspek social dan lingkungan
sebagai bentuk pertanggung jawaban sosialnya
Selain dari penerapan Good Corporate Governance yang mendorong
penerapan Corporate Social Responsibility, kualitas audit juga mempengaruhi
pengungkapan atas Corporate Social Responsibilty. Dengan kualitas audit yang
baik dan memadai perusahaan akan cenderung mengungkapkan penerapan
Corporate Social Responsibilty nya dalam laporan tahunannya.
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hapsoro (2012)
meneliti tentang pengaruh Corporate Governance (proporsi kepemilikan
institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan ukuran
komite audit) dan kualitas audit terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
dan proporsi komisaris independen tidak terbukti berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR, sedangkan ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit dan
3
kualitas audit terbukti berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Dalam
penelitian tersebut, variabel CSR diukur dengan Corporate Social Responsibility
Disclosure Index (CSRDI).
Sedangkan menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaihatu
(2009) mengenai Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia
menunjukkan bahwa Corporate Governance dengan seluruh variabel
pembentuknya berpengaruh positif terhadap kualitas corporate social
responsibility disclosure pada perusahaan go public.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Hapsoro (2012). Dalam penelitian ini, terdapat beberapa perbedaan dengan
penelitian Hapsoro (2012), antara lain:
Periode penelitian, Hapsoro (2012) menggunakan periode penelitian tahun
2009, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tahun 2011 - 2012 sebagai
tahun pengamatan, karena peneliti ingin mengetahui hasil dari bagaimana
pengaruh kinerja manajemen tahun sebelumnya (2011) terhadap pengungkapan
CSR tahun berikutnya (2012).
Sampel penelitian, dalam penelitian Hapsoro (2012) sampel yang diteliti
menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam
penelitian ini, peneliti akan mengkhususkan sampel pada perusahaan
pertambangan yang terdafar di BEI. Pengkhususan sampel dapat menghindari
hasil penelitian yang bias, dikarenakan perbedaan karakteristik perusahaan yang
terdaftar di BEI. Selain itu, perusahaan pertambangan merupakan suatu organisasi
yang melakukan kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang rentan menimbulkan
4
kerusakan lingkungan, sehingga corporate social responsibility yang diterapkan
oleh perusahaan akan beragam dan banyak jumlahnya.
Pengukuran Corporate Social Responsibility (CSR), dalam penelitian
Hapsoro (2012), CSR diukur dengan menggunakan metode Corporate Social
Responsibility Disclosure Index (CSDI), Dalam penelitian ini, pengukuran CSR
akan dilakukan dengan menggunakan metode Opportunity Cost Approach (OCA)
yang dihitung berdasarkan social cost yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan
menambahkan tiga variabel lain, yaitu biaya employee relations (besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk pelatihan), community services (biaya program kepedulian
social) dan environmental awareness (biaya untuk program lingkungan hidup)..
Pemilihan pengukuran yang berbeda dilakukan supaya dapat diperoleh hasil yang
lebih terperinci dan dapat terhindar dari unsur subyektivitas dalam menentukan
indeks pengukuran, serta untuk melihat kontribusi masing-masing perusahaan
melaui biaya kegiatan CSR yang dikeluarkan.
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian yang diambil
adalah Pengaruh Corporate Governance (dimana corporate governance terdiri
atas proporsi kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi
komisaris independen, dan ukuran komite audit) Dan Kualitas Audit Terhadap
Corporate Social Responsibility (dimana Corporate Social Responsibility diukur
dengan menggunakan variabel employee relations sebagai proksi perilaku
perusahaan terhadap para karyawannya, community services yang
mengindikasikan bagaimana tanggungjawab perusahaan pada masyarakat dan
5
sekitarnya, serta environtmental awareness sebagai proksi dari bentuk keterlibatan
sosial perusahaan terhadap lingkungan hidup) Pada Perusahaan Pertambangan
Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011 - 2012.
Persoalan Penelitian
Persoalan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah
apakah good corporate governance dan kualitas audit berpengaruh positif
terhadap corporate social responsibility.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh proporsi kepemilikan institusional, pengaruh ukuran dewan komisaris,
pengaruh proporsi komisaris independen, pengaruh ukuran komite audit dan
pengaruh kualitas audit terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perusahaan dalam kaitannya
dengan sistem pengelolaan perusahaan, setelah dilakukannya penelitian ini
diharapkan perusahaan dapat menerapakan good corporate governance sehingga
kesadaran perusahaan untuk melakukan corporate social responsibility dapat terus
meningkat.
6
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
penerapan corporate governance dan kualitas audit terhadap pengungkapan
corporate social responsibility.
KERANGKA TEORITIS
Landasan Teori
Agency Theory
Agency theory berasumsi bahwa masing-masing individu termotivasi oleh
kepentingannya sendiri-sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
kepentingan principal dan kepentingan agent (Antonia, 2008). Teori Keagenan
sendiri merupakan perbedaan kepentingan, antara manajemen dengan
stakeholders, dimana manajemen memiliki keinginan untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan dirinya sendiri, sementara stakeholders memiliki keinginan supaya
manajemen dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham atau
pemilik.
Menurut Hapsoro (2012), Agency Theory menjelaskan mengenai pihak –
pihak yang terlibat dalam perusahaan (manajer dan pemilik perusahaan) dalam
berperilaku, karena memiliki kepentingan yang berbeda. Manajer mempunyai
tanggung jawab untuk dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang
sahamnya, sedangkan manajer juga memiliki keinginan untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan dirinya.
Teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan
7
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agent tersebut ( Jensen dan Meckling, 1976 dalam Permanasari, 2010).
Good Corporate Governance
Good Corporate governance merupakan mekanisme yang digunakan
untuk mengurangi agency problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap
tindakan manajemen, membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi
risiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham (Rebecca, 2011).
Tujuan dari good corporate governance ialah untuk menciptakan nilai
tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan. Secara teoritis, pelaksanaan good
corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kinerja keuangan, pengurangan resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan
komisaris dengan keputusan – keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan
pada umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan
investor (Tjanger, 2003 dalam Hapsoro 2012).
Kepemilikan Intitusional
Kepemilikan intitusional adalah kepemilikan saham oleh pihak – pihak
yang berbentuk institusi atau yayasan, bank, perusahaan asuransi, perusahaan
investasi, dan pension, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan institusi
lainnya. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena sumber daya
mereka lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Oleh karena
menguasai saham mayoritas, maka pihak institusional dapat melakukan
pengawasan terhadap kebijakan manajemen secara lebih kuat dibandingkan
dengan pemegang saham lainnya (Tamba, 2011).
8
Kepemilikan institusional menyebabkan pengawasan yang ketat terhadap
kinerja manajemen sehingga secara otomatis manajemen akan menghindari
perilaku yang merugikan principal, semakin besar kepemilikan institusional maka
semakin kuat kendali yang dilakukan pihak eksternal terhadap perusahaan
(Tamba, 2011).
Ukuran Dewan Komisaris
Jumlah ukuran dewan komisaris di perusahaan memainkan peran penting
dalam pemantauan perusahaan dan pengambilan keputusan strategis, ukuran
dewan komisaris yang besar dapat mambantu dalam pemantauan lebih, membantu
perusahaan dalam menyediakan sumber daya kritis dan menghilangkan ketidak
pastian lingkungan, dan mengurangi dominasi CEO (Kusrinanti dan Syariffudin,
2012).
Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka semakin mudah
untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan semakin efektif
(Sembiring 2005, dalam Utami dan Rahmawati, 2009).
Proporsi Komisaris Independen
Dewan komisaris independen menggambarkan puncak dari sistem
pengendalian pada perusahaan besar, yang memiliki peran ganda yaitu peran
untuk memonitoring dan melakukan pengawasan terhadap manajemen (Antonia,
2008).
Semakin kompeten dewan komisaris independen maka semakin
mengurangi kemungkinan kecurangan dalam pelaporan keuangan karena secara
9
umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen (Antonia,
2008).
Ukuran Komite Audit
Komite audit harus terdiri atas individu – individu yang mandiri dan tidak
terlibat dengan tugas sehari – hari dari manajemen yang mengelola perusahaan,
serta memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif
(Hapsoro, 2012).
Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang , diketuai oleh komisaris
independen perusahaan dengan proporsi tiga puluh persen untuk terselenggaranya
pengelolaan korporasi yang baik (Kusumaning, 2004 dalam Antonia, 2008).
Kualitas Audit
Kualitas audit yang baik merupakan salah satu faktor pendukung
penerapan corporate governance yang baik dimana audit merupakan kendali bagi
manajemen dalam menyusun laporan keuangan yang wajar yang sesuai dengan
standar akuntasi yang berlaku ( Susanto dan Siregar, 2010).
Perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
berukuran besar akan menyajikan laporan keuangan yang lebih berkualitas
berdasarkan regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki kualitas, reputasi,
dan kredibilitas disbanding KAP berukuran kecil (Hapsoro, 2012).
Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan atau
dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan yang
10
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis,
sosial dan lingkungan (Untung, 2008 dalam Tamba, 2011).
Pengungkapan CSR terdiri dari tujuh kategori yaitu lingkungan, energy,
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain – lain tenaga kerja, produk, serta
keterlibatan masyarakat dan umum (Hapsoro, 2012).
Dalam penelitian ini, corporate social responsibility akan diukur dengan
menggunakan tiga variabel lain, sehingga akan diperoleh hasil yang terperinci dan
diperoleh hasil yang lebih tepat. Variabel – variabel lain yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
Employee Relations
Employee relations merupakan suatu hubungan yang dibina oleh
perusahaan dengan para karyawannya (Fitri, 2008).
Employee relations meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang –
orang dalam perusahaan tersebut. Dimana aktivitasnya meliputi : rekruitmen,
program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi dan lainnya
(Permanasari, 2010).
Community Services
Community Services merupakan suatu hubungan yang mengidikasikan
bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan sekitarnya (Fitri,
2008).
Community services mencakup aktivitas kemasyrakatan yang diikuti oleh
perusahaan misalnya, aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan
seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya (Permanasari, 2010).
11
Environmental Awareness
Environmental awareness merupakan bentuk keterlibatan sosial
perusahaan terhadap lingkungan hidup (Fitri, 2008).
Environmental awareness meliputi aspek lingkungan dari proses produksi,
yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan opersi bisnis, pencegahan
dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan
konversi sumber daya alam (Permanasari, 2010).
Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Pengaruh Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Corporate Social
Responsibility.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak
institusional, yang melakukan monitoring secara efektif yang dapat mendorong
manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Rebecca, 2011).
Kerena investor institusional biasanya memegang mayoritas saham,
sehingga memiliki kendali yang kuat atas kebijakan-kebijakan dan pemantauan
kinerja manajemen. Termasuk didalamnya pemantauan dalam pengambilan
keputusan yang tidak hanya bersifat keuangan. Namun juga yang bersifat sosial
maupun lingkungan yang akan berdampak pada karyawan, masyarakat, dan
lingkungan disekitar perusahaan. Sehingga untuk menunjang kelangsungan hidup
perusahaan maka investor institusional akan terus mendorong manajemen untuk
12
melakukan kegiatan CSR yang berkaitan dengan karyawan employee relaitions),
masyarakat (Community services) dan lingkungan (environtmental awareness).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tamba (2011) mengenai
Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan, menunjukan bahwa besarnya kepemilikan institusional berpengaruh
positif terhadap luas pengungkapan CSR.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H1 a: Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
employee relations.
H1 b : Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
community services.
H1 c: Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
environmental awareness.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Corporate Social
Responsibility
Ukuran dewan komisaris yang besar dapat membantu perusahaan dalam
menyediakan sumber daya kritis dan menghilangkan ketidakpastian lingkungan
dan mengurangi dominasi CEO (Kusrinanti dan Syafruddin, 2012)
Jumlah dewan komisaris dalam perusahaan sangat memainkan peran
penting dalam pemantauan dan pengambilan keputusan strategis perusahaan,
termasuk mengenai pengungkapan informasi perusahaan. Dewan komisaris
sebagai puncak dari system pengelolaan internal perusahaan memiliki peran
pengawasan. Komposisi dewan komisaris akan menentukan kebijakan perusahaan
13
termasuk praktik penerapan corporate social responsibility. Salah satu fakor
penunjang keberlanjutan perusahaan adalah ketika perusahaan memperhatikan
aspek social dan lingkungan. Dengan begini dewan komisaris akan terus
mendorong manajemen untuk melakukan kegiatan CSR yang berkaitan dengan
karyawan (employee relations), masyarakat community services) dan lingkungan
(environtmental awareness).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Utami dan Rahmawati
(2009), mengenai Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris,
Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Umur Perusahaan Terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure, menunjukkan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility disclosure.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H2 a : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap employee
relations.
H2 b : Ukuran dewan komisari berpengaruh positif terhadap community
services
H2 c: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
environmental awareness.
Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Corporate Social
Responsibility
Keberadaan dewan komisaris independen akan semakin menambah
keefektifan pengawasan, juga dianggap sebagai solusi untuk mengawasi masalah
keagenan (Hapsoro, 2012).
14
Secara umum dewan komisaris independent memiliki pengawasan dan
monitoring yang lebih baik terhadap manajemen. Selain itu komisaris independent
juga dapat memberikan arahan serta petunjuk bagi para pengelola perusahaan.
Termasuk didal mengenai memberikan arahan dan petunjuk dalam menentukan
kebijakan-kebijkan yang ditetapkan. Supaya tidak hanya kebijkan yang hanya
memebrikan keuntungan bagi para pemegang saham saja, namun juga kebijakan
yang dapt memebri manfaat untuk para pekerja, komunitas social, dan lingkungan.
Dengan adanya arahan dari dewan komisaris independent maka manajemen juga
akan semakin terdorong untuk melakukan kegiatan CSR yang berkaitan dengan
karyawan (employee relations), masyarakat community services) dan lingkungan
(environtmental awareness).
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaihatu (2009),
mengenai Good Corporate Governance Terhadap Penerapannya di Indonesia
menunjukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap
kualitas pengungakapan CSR perusahaan.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H3 a : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap
employee relations.
H3 b : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap
community services.
H3 c : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap
environmental awareness.
15
Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Corporate Social Responsibility
Komite audit beranggotakan komisaris independen dan terlepas dari
kegiatan manajemen sehari – hari serta mempunyai tanggung jawab utama untuk
membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya (Hapsoro,
2012).
Komite audit dibentuk guna mengawasi laporan keuangan, sehingga
dengan dibentuknya komite audit akan membuat pengawasan perusahaan menjadi
lebih memadai. Komite audit juga memberikan rekomendasi atas kebijakan-
kebijakan perusahaan dengan lebih adil dan objektif. Serta mendorong perusahaan
untuk mengungkapkan seluruh kegiatan perusahaan secara wajar. Termasuk
ketika memberi rekomendasi mengenai kegiatan CSR yang dapat meningkatkan
citra perusahaan bagi masyarakat luas, ketika kegiatan CSR tersebut di ungkapkan
dalam laporan kinerja perusahaan. Dimana kegiatan CSR yang direkomendasikan
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan karyawan (employee relations),
masyarakat community services) dan lingkungan (environtmental awareness).
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hapsoro (2012),
mengenai Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibilty, menemukan bahwa ukuran komite
audit berpengaruh positif terhadap CSR.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H4 a : Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap employee
relations.
16
H4 b : Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap community
services.
H4 c: Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap environmental
awareness.
Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Corporate Social Responsibility.
Perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Public (KAP) yang
berukuran besar akan menyajikan laporan keuangan yang lebih berkualitas
berdasarkan regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki kualitas, reputasi,
dan kredibilitas disbanding KAP ukuran kecil (Hapsoro, 2012).
Auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan strategi pelaporan
perusahaan secara keseluruhan. Secara teori KAP Big Four seharusnya lebih
berkualitas dibandingkan dengan jasa audit yang diberikan KAP Non Big Four.
Jasa yang diberikan akan lebih independen dan transaparan. Dengan andanya
audit yang transparan atas laporan keuangan dan laporan tahunan, perusahaan
akan terdorong untuk melakukan kegiatan CSR dan mengungkapkan nya dalam
laporan Keuangan dan Laporan Tahunan perusahaan, supaya pendapat yang
diberikan oleh KAP bersifat positif bagi kelangsungan dan citra baik perusahaan.
Untuk itu perusahaan akan melakukan kegiatan CSR yang berhubungan dengan
karyawan (employee relations), masyarakat community services) dan lingkungan
(environtmental awareness).
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hapsoro (2012),
mengenai Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap
17
Pengungkapan Corporate Social Responsibilty, menemukan bahwa kualitas audit
berpengaruh positif terhadap CSR.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H5 a : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap employee relations.
H5 b : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap community services.
H5 c: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap environmental
awareness.
Model Penalarannya
METODE PENELITIAN
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
terdiri dari data akuntansi yang berupa data laporan keuangan, dan data laporan
tahunan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui
website www.idx.co.id pada tahun 2001 dan 2012.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI, sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel berdasarkan