1 Pendahuluan Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia yang melibatkan beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen. Selama 10 tahun terakhir, volume perdagangan kopi dunia dalam bentuk ekspor dan impor terus meningkat rata-rata 1,8% per tahun dan volume perdagangannya mencapai 4,99 juta ton per tahun. Areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai lebih dari 1,291 juta hektar dimana 96% diantaranya adalah areal perkebunan kopi rakyat. Laju perkembangan areal kopi di Indonesia rata-rata mencapai sebesar 1,9 - 2,2 % per tahun. Di kalangan pecinta kopi Indonesia, kopi menjadi minuman tersendiri yang memiliki cita rasa yang berbeda-beda. Saat ini para penikmat kopi dimanjakan dengan citarasa kopi luwak. Kopi yang dihasilkan dari pencernaan tidak sempurna hewan musang luwak menjadi kopi termahal di pasaran dunia. Kopi yang dijual dengan harga $100 - $600 per pon atau sekitar Rp 1.000.000,- - Rp 6.000.000,- per setengah kilogram (Sandoval, 2010). Menurut data yang dikeluarkan oleh Duta Luwak Brodher's Link, kopi luwak ternak jenis robusta dan arabica berkisar Rp 60.000 - Rp 210.000 per 250 gram. Sedangkan kopi luwak hutan jenis robusta dan arabica berkisar Rp 110.000 - Rp 260.000 per 250 gram. Untuk satu kilogramnya kopi luwak ternak berkisar Rp 200.000 - Rp 800.000. Untuk satu kilogram kopi luwak hutan berkisar Rp 400.000 – Rp 1.000.000. Dapat diambil contoh, apresiasi baik terhadap produk kopi luwak Indonesia di negeri ginseng Korea sangat luar biasa. Kopi luwak sudah menjadi gengsi tersendiri bagi masyarakat Korea perkotaan pada umumnya. Laporan Perdagangan KBRI Indonesia di Korea, Dody Edward mengungkapkan, harga secangkir kecil kopi luwak Indonesia di Korea dihargai hingga 50.000 Won Korea atau setara Rp 400.000. Kondisi ini menjadi peluang positif menciptakan ekspor produk kopi Luwak Indonesia. Sumber: Suhendra – detikFinace Gambar 1. Grafik ekspor kopi luwak ke Korea Melihat grafik diatas terjadi penurunan pada tahun 2009 karena keterbatasan produksi kopi luwak dalam negeri yang masih belum optimal. Dengan kondisi ini produksi kopi luwak harus ditingkatkan dengan cara memperluas pemasaran
15
Embed
Pendahuluan Latar Belakang€¦ · 3 Manfaat a. Meningkatkan perekonomian dalam sektor perkebunan khususnya pada ekspor kopi luwak b. Menambah jumlah produksi kopi luwak secara keseluruhan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia
yang melibatkan beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen.
Selama 10 tahun terakhir, volume perdagangan kopi dunia dalam bentuk ekspor
dan impor terus meningkat rata-rata 1,8% per tahun dan volume perdagangannya
mencapai 4,99 juta ton per tahun. Areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai
lebih dari 1,291 juta hektar dimana 96% diantaranya adalah areal perkebunan kopi
rakyat. Laju perkembangan areal kopi di Indonesia rata-rata mencapai sebesar 1,9
- 2,2 % per tahun.
Di kalangan pecinta kopi Indonesia, kopi menjadi minuman tersendiri yang
memiliki cita rasa yang berbeda-beda. Saat ini para penikmat kopi dimanjakan
dengan citarasa kopi luwak. Kopi yang dihasilkan dari pencernaan tidak sempurna
hewan musang luwak menjadi kopi termahal di pasaran dunia. Kopi yang dijual
dengan harga $100 - $600 per pon atau sekitar Rp 1.000.000,- - Rp 6.000.000,-
per setengah kilogram (Sandoval, 2010).
Menurut data yang dikeluarkan oleh Duta Luwak Brodher's Link, kopi luwak
ternak jenis robusta dan arabica berkisar Rp 60.000 - Rp 210.000 per 250 gram.
Sedangkan kopi luwak hutan jenis robusta dan arabica berkisar Rp 110.000 - Rp
260.000 per 250 gram. Untuk satu kilogramnya kopi luwak ternak berkisar Rp
200.000 - Rp 800.000. Untuk satu kilogram kopi luwak hutan berkisar Rp 400.000
– Rp 1.000.000.
Dapat diambil contoh, apresiasi baik terhadap produk kopi luwak Indonesia di
negeri ginseng Korea sangat luar biasa. Kopi luwak sudah menjadi gengsi
tersendiri bagi masyarakat Korea perkotaan pada umumnya. Laporan Perdagangan
KBRI Indonesia di Korea, Dody Edward mengungkapkan, harga secangkir kecil
kopi luwak Indonesia di Korea dihargai hingga 50.000 Won Korea atau setara Rp
400.000. Kondisi ini menjadi peluang positif menciptakan ekspor produk kopi
Luwak Indonesia.
Sumber: Suhendra – detikFinace
Gambar 1. Grafik ekspor kopi luwak ke Korea
Melihat grafik diatas terjadi penurunan pada tahun 2009 karena keterbatasan
produksi kopi luwak dalam negeri yang masih belum optimal. Dengan kondisi ini
produksi kopi luwak harus ditingkatkan dengan cara memperluas pemasaran
2
produk kopi Indonesia termasuk kopi luwak. Salah satu jalan yang dapat
dilakukan adalah dengan mengikutsertakan Kementerian Pertanian dan daerah
penghasil kopi di Tanah Air untuk memberikan kebijakan yang semestinya.
Selain itu, salah satu hal yang mempengaruhi terjadinya penurunan ekspor
kopi luwak khususnya untuk Negara Korea adalah pada pembudidayaan musang
yang masih relatif sedikit jumlahnya di Pulau Jawa. Selama ini Sumatera Selatan
menjadi sentra ekspor kopi luwak karena banyak memiliki lahan untuk
perkebunan kopi maupun peternakan musang, sedangkan di Pulau Jawa masih
dalam skala kecil dalam jumlah ekspor kopi.
Pasar sasaran untuk produk kopi luwak ini khususnya pasar Internasional
adalah Jepang, Korea Selatan serta sejumlah negara lain di Eropa, Amerika, serta
Asia Timur yang mayoritas penduduknya mengkonsumsi kopi luwak dengan
jumlah besar. Bahkan rakyat Pilipina ikut mencari dan mengumpulkan kotoran
luwak di setiap perkerjaan mereka. (Analisa, 2011)
Indonesia terkenal sebagai negara produsen kopi spesialti berkualitas
tinggi dan harga di pasar global sangat mahal, seperti Gayo Coffee, Mandheling
Coffee, Lintong Coffee, Java Coffee, Bali Kintamani Coffee, Flores Bajawa
Coffee, Toraja Coffee, Lampung Coffee, dan Kopi Luwak yang merupakan kopi
termahal di dunia. Kopi-kopi spesialti ini bisa terus dikembangkan karena
permintaannya di pasar dunia sangat tinggi. Selain secara tradisional kopi ini
mampu menembus pasar Eropa dan Amerika Serikat, belakangan terbuka pasar
baru ke China dengan sasaran konsumen penikmat kopi sekitar 350 juta orang.
(Daddy Kusdriana, 2011)
Produksi kopi luwak yang masih terbatas secara nasional mendorong gagasan
ini dapat terealisasi di Perkebunan Kalibendo Banyuwangi Jawa Timur sebagai
produsen kopi luwak demi membantu terwujudnya Indonesia menjadi produsen
yang kopi luwak terproduktif di pasar internasional.
Permasalahan
a. Tantangan mengembangbiakkan musang luwak untuk menghasilkan kopi
luwak berkualitas
b. Tantangan menghasilkan kopi luwak berkualitas dari luwak yang sudah di
budidayakan
c. Bagaimana menjalin komunikasi yang baik kepada seluruh perkebunan
swasta dan PTPN untuk mewujudkan Indonesia sentra produksi kopi luwak?
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penanganan pasca panen kopi adalah :
a. Mengembangkan produksi kopi luwak di Perkebunan Kalibendo Kopi
Banyuwangi
b. Mengembangbiakkan musang luwak selain untuk produksi kopi luwak dan
juga untuk kelestarian musang luwak
c. Menigkatkan produksi komoditi kopi luwak secara nasional
3
Manfaat
a. Meningkatkan perekonomian dalam sektor perkebunan khususnya pada
ekspor kopi luwak
b. Menambah jumlah produksi kopi luwak secara keseluruhan
c. Dapat mensejahterakan kehidupan perekonomian di masyarakat sekitar dari
nilai tambah kopi luwak
Gagasan
Deskripsi Ciri dan Perilaku Musang Luwak
Musang Luwak atau Common Palm Civet bertubuh sedang berukuran sekitar
50 cm dengan ekor panjang mencapai 45 cm dan berat rata-rata 3,2 kg. Tubuh
Luwak ditutupi bulu berwarna kecoklatan dengan moncong dan ekor berwarna
kehitaman.
Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan mamalia yang
bersifatarboreal (hidup di pepohonan) meski sering juga turun di atas tanah.
Musang Luwak juga merupakan binatang nokturnal yang beraktifitas di malam
hari. (Cranbrook, Earl of, 1987)
Musang Luwak merupakan hewan omnivora. Makanan utamanya adalah
buah-buahan lembek seperti buah kopi, mangga, pepaya, dan rambutan. Namun
Luwak juga memakan telur, serangga, burung dan mamalia kecil.
Pencernaan Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) sangat sederhana sehingga
biji-bijian yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya.
Keberadaan mikroba terutama bakteri asam laktat diduga merupakan mikroba
yang berperan dalam proses fermentasi selama dalam saluran pencernaan binatang
luwak. Binatang luwak untuk menghasilkan kopi berspesifikasi kopi luwak yang
bermutu tinggi didasari atas dugaan adanya peranan bakteri asam laktat (BAL)
dalam fermentasi kopi luwak. Pada pencernaan binatang luwak terdapat enzim
karboksi peptidase, amino peptidase, dan peptidase yang dapat meningkatkan cita
rasa dari kopi. (Megawati, 2010)
Dari sinilah kemudian Luwak dikenal sebagai penghasil kopi pilihan
berkualitas baik yang kerap disebut Kopi Luwak. Selain itu, kebiasaan makan
hewan ini membuatnya mempunyai peranan penting dalam ekologis sebagai
pemencar biji yang baik yang kemudian dapat tumbuh menjadi benih-benih pohon
baru di hutan. (Corbet, G.B. and J.E. Hill, 1992)
Habitat yang disukai adalah hutan, semak-semak, hutan sekunder, perkebunan,
dan di sekitar pemukiman manusia. Musang luwak (Paradoxurus
hermaphroditus) dapat hidup di daerah dataran rendah hingga di daerah dengan
ketinggian 2.500 meter dpl.
Pada siang hari musang luwak tidur di lubang-lubang kayu, atau jika di
perkotaan, di ruang-ruang gelap di bawah atap. Hewan ini melahirkan 2-4 anak,
yang diasuh induk betina hingga mampu mencari makanan sendiri.
Tantangan Budidaya Luwak
Hingga saat ini, terdapat dua jenis musang yang biasa dibudidayakan untuk
menghasilkan kopi luwak yaitu Musang Bulan (Tilu) dan Musang Binturung
(Musang Molen). Di lampung barat kedua jenis musang itu hidup liar.