1 BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Selain itu pembangunan kesehatan juga merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Menurut Paradigma Sehat (2010) pembangunan kesehatan diharapkan dapat mewujudkan kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang semula hanya berupa penyembuhan saja, secara berangsur-angsur berkembang sehingga mencakup upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan peran serta masyarakat. Dalam paradigma sehat tersebut diharapkan akan mengubah cara pandang terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat baik secara makro maupun mikro. Secara makro berarti bahwa pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan, minimal memberi sumbangan dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat. Secara mikro berarti bahwa pembangunan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif dan preventif
21
Embed
PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74157/potongan/S2-2014... · Berkaitan dengan transisi demografi di Indonesia, menurut data dari lembaga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Selain itu pembangunan kesehatan
juga merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar
1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Menurut Paradigma Sehat (2010) pembangunan kesehatan diharapkan
dapat mewujudkan kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar terwujud
kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang
semula hanya berupa penyembuhan saja, secara berangsur-angsur berkembang
sehingga mencakup upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif),
upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang bersifat
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan peran serta
masyarakat.
Dalam paradigma sehat tersebut diharapkan akan mengubah cara pandang
terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat baik secara makro
maupun mikro. Secara makro berarti bahwa pembangunan semua sektor harus
memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan, minimal memberi sumbangan
dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat. Secara mikro berarti bahwa
pembangunan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif dan preventif
2
tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Keempat aspek tersebut
merupakan tanggung jawab dan tugas dari para pelayan kesehatan yang salah
satunya adalah tenaga fisioterapis.
Berbagai perubahan dalam masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya
berbagai macam transisi kesehatan, dimana transisi kesehatan ini terjadi karena
adanya transisi demografi dan transisi epidemiologi. Transisi demografi dapat
dilihat dari adanya peningkatan pendapatan, tingginya tingkat pendidikan di
masyarakat dan meningkatnya usia harapan hidup, sedangkan transisi
epidemiologi merupakan kecenderungan meningkatnya penyakit tidak menular
atau kronik.
Berkaitan dengan transisi demografi di Indonesia, menurut data dari
lembaga kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa angka harapan hidup
penduduk Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2010 angka
harapan hidup usia diatas 60 tahun mencapai 20,7 juta orang dan diprediksi akan
terus bertambah hingga mencapai 71 juta orang pada tahun 2050. Secara global
termasuk Indonesia, peningkatan angka harapan hidup untuk usia di atas 60 tahun
menjadi tren (Nursila, 2012). Meningkatnya jumlah kelompok usia lanjut
membawa konsekuensi meningkatnya penyakit-penyakit degeneratif di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seperti penyakit jantung koroner, diabetes
melitus, hipertensi, dan lain sebagainya. "Ibarat kendaraan bermotor, semakin tua
usianya, biaya perawatannya semakin mahal, keluhan-keluhannya juga semakin
beragam. Semua ini harus diantisipasi agar selain usia harapan hidupnya tinggi,
tetapi juga kualitas hidupnya baik," (Purnomo, 2012). Penyakit degeneratif
3
tersebut membutuhkan adanya longterm care, dan salah satunya adalah kebutuhan
untuk fisioterapi.
Menurut sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik,
angka usia harapan hidup di Propinsi DIY mengalami peningkatan yaitu mencapai
usia 74 tahun pada tahun 2010. Perkembangan angka usia harapan hidup di
Propinsi DIY disajikan dalam gambar berikut.
Gambar 1.1 Angka Usia Harapan Hidup di DIY
Sumber: BPS Provinsi DIY
Selain angka harapan hidup yang semakin meningkat, perubahan perilaku
yang terjadi di masyarakat akan berdampak kepada kesehatan dan tumbuh
kembang anak dan balita. Tumbuh kembang anak dan balita harus mendapatkan
pemantauan dan perhatian ekstra agar kelak bangsa Indonesia mampu bersaing
dengan bangsa lain dalam segala aspek kehidupan. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, No. 04
Tahun 2011, partisipasi anak dalam pembangunan menentukan kualitas hasil dan
4
manfaat pembangunan bagi anak-anak serta berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang anak.
Berkaitan dengan pertumbuhan dan kesehatan anak, di dalam kehidupan
sehari-hari banyak dijumpai berbagai macam karakter, sikap dan tingkah laku
anak-anak yang agak berbeda dari kebanyakan anak-anak yang lain. Hal ini
terkadang kurang diperhatikan dan disadari oleh para orang tua yang tidak
menyadari kemungkinan bahwa anak tersebut mengalami gangguan tumbuh
kembang atau mengalami cedera otak. Terlepas dari faktor penyebab gangguan
tumbuh kembang, jika tidak diperhatikan dan ditangani dengan cepat, maka dapat
merugikan anak di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sosial kelak.
Berdasarkan paparan di atas, peranan anak-anak dan balita di masa depan
sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, sedangkan meningkatnya usia
harapan hidup akan membutuhkan kualitas hidup agar dapat berpartisipasi dalam
pembangunan. Fisioterapi sebagai salah satu disiplin ilmu di bidang kesehatan
dapat berperan dalam bidangnya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
profesional yang bertanggung jawab atas kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat, khususnya dalam masalah kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
penderita, sehingga diupayakan penderita mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
secara mandiri dan mampu produktif tanpa dihalangi oleh permasalahan-
permasalahan kesehatan yang ada.
1.1. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal menghasilkan faktor-faktor yang
dipertimbangkan untuk pengambilan keputusan dan perumusan strategi yang
5
menguntungkan bagi perusahaan. Faktor lingkungan eksternal yang dianalisis
meliputi gambaran umum industri, pemain utama dalam industri, pasar sasaran
utama, kekuatan kompetitif serta hambatan dalam industri. Hasil dari identifikasi
faktor eksternal ini didapatkan dari pengumpulan data sekunder yang
dikumpulkan dari beberapa sumber dan data primer yang meliputi pengamatan
dan wawancara langsung dengan tenaga fisioterapis serta masyarakat sebagai
penguat informasi dari data sekunder tersebut.
1.1.1. Gambaran Umum Industri
Fisioterapi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang berupa intervensi
fisik non-farmakologis dengan tujuan utama kuratif dan rehabilitatif gangguan
kesehatan. Aplikasi fisioterapi dewasa ini terus menerus mengalami
perkembangan baik dari sisi prosedur pelaksanaan maupun alat-alat pendukung
yang digunakan. Industri yang terkait dalam perencanaan bisnis ini adalah industri
jasa (pelayanan) dan industri kesehatan, sehingga sedikit banyak harus memahami
dan mengetahui kondisi serta perkembangan dari industri jasa dan industri
kesehatan di Propinsi DIY. Saat ini industri jasa masih memainkan peranan yang
penting terhadap perekonomian di Propinsi DIY, seperti terlihat dalam tabel
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berikut ini. Secara nominal PDRB
Propinsi DIY mengalami kenaikan sebesar Rp. 18,86 trilyun rupiah selama kurun
waktu lima tahun yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
6
Tabel 1.1 Nilai PDRB DIY Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut