1 PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK PEMESINAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN I KLATEN MELALUI PENERAPAN BELAJAR MANDIRI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan Oleh : AGUSTINUS PENTAPAGIYONO S 810908101 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
236
Embed
PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK …... · Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut Siklus I ... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK PEMESINAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN I KLATEN
MELALUI PENERAPAN BELAJAR MANDIRI
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
AGUSTINUS PENTAPAGIYONO
S 810908101
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK PEMESINAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN I KLATEN
MELALUI PENERAPAN BELAJAR MANDIRI
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten)
Disusun Oleh :
Agustinus Pentapagiyono
NIM. S810908101
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada Tanggal :
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Sri Yutmini M. Pd. Prof. Dr. Soetarno Joyoatmojo, M . Pd.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. Mulyoto, M Pd.
3
PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK PEMESINAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN I KLATEN
MELALUI PENERAPAN BELAJAR MANDIRI
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten)
Disusun Oleh :
Agustinus Pentapagiyono
NIM. S810908101
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Pada Tanggal : 11 Februari 2010
Jabatan : Nama Tanda Tangan
Ketua : Prof. Dr. Mulyoto, M. Pd. .............................
Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M. Pd. .............................
Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. Sri Yutmini, M. Pd. .............................
2. Prof. Dr. Sutarno Joyoatmojo, M. Pd. .............................
Mengetahui, Ketua Program studi
Direktur PPs UNS, Teknologi Pendidikan,
Prof. Dr. Suranto, M. Sc., Ph. D Prof. Dr. Mulyoto, M. Pd. NIP. 131472192 NIP. 130367766
4
MOTTO
Setiap Tetesan Keringat Mempunyai Kekuatan
untuk Memecahkan Sebongkah Batu
5
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur peneliti ke hadirat Tuhan Yang Penuh Kasih, karya ini
dipersembahkan kepada :
1. Almamaterku Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Keluarga Besar SMK Kristen 1 Klaten.
3. Bapak/Ibu dosen pembimbing.
4. Rekan- rekan Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasacasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ayah, ibu dan saudaraku terkasih, yang sudah memberi dukungan dan doa.
6. Kristiana Suryaningsih tersayang.
6
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Agustinus Pentapagiyono
NIM : S 810908101
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul Pencapaian Kompetensi
Siswa Teknik Pemesinan Sekolah Menengah Kejuruan Kristen I Klaten Melalui
Penerapan Belajar Mandiri (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI TPB SMK
Kristen 1 Klaten), adalah benar- benar karya saya sendiri. Hal- hal yang bukan karya
saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjuk dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar saya peroleh dari tesis
tersebut.
Surakarta, Januari 2010
Yang membuat pernyataan,
Agustinus Pentapagiyono
KATA PENGANTAR
7
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih, atas limpahan
berkatnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mencapai derajat Magister pada Program Studi Teknologi Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Tesis ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini secara tulus penulis menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. dr. Much Syamsulhadi, Sp. Kj. (K), selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
belajar di Program Pascasarjana UNS Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M. Sc., Ph. D., selaku Direktur Program Pascasarjana (PPs)
UNS Surakarta beserta staf yang telah memberikan ijin dan dukungan demi
terlaksananya penelitian dalam rangka penulisan tesis ini.
3. Prof. Dr. Mulyoto, M. Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana (PPs) UNS Surakarta beserta staf yang telah memberikan
ijin dan dukungan demi terlaksananya penelitian ini..
4. Prof. Dr. Sri Yutmini, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan
penulisan tesis ini.
8
5. Prof. Dr. Sutarno Joyoatmojo, M. Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar
telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
6. Drs. Suyoto, selaku mantan Kepala SMK Kristen 1 Klaten yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk belajar di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Drs. Sugeng Prasetyo, selaku Kepala SMK Kristen 1 Klaten yang telah
memberikan ujin penelitian dan penulisan tesis ini.
8. Rekan- rekan guru dan karyawan SMK Kristen 1 Klaten yang telah banyak
membantu kelancaran belajar penulis.
9. Rekan- rekan mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan, khususnya kelas
paralel V Solo yang telah saling memberikan dukungan belajar dan penulisan
tesis ini.
10. Keluargaku dan sahabat- sahabat terkasih yang telah mendukung semangat dan
doa.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidaklah sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran penulis terima dengan senang hati. Semoga Tuhan Yang Maha Kasih
memberkati dan melimpahkan anugerah-Nya atas budi baik yang telah ditaburkan.
Penulis berharap laporan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi SMK
Kristen 1 Klaten dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Surakarta, Januari 2010
Penulis
9
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL …………………………………………………………………...………… . i
PERSETUJUAN ……………………………………………………… ……..…….. ii
PENGESAHAN ………………………………………………………………...….. iii
MOTTO ……………………………………………………………………………. iv
PERSEMBAHAN ………………………………………………………………….. v
PERNYATAAN ……………………………………………………………............ vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….... xii
DAFTAR DIAGRAM ………………………………………….………………..... xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………… xvi
ABSTRAK ……………………………………………………………...….……. xviii
ABSTRACT ……………………………...………………………………...…….. xix
BAB I. Pendahuluan ………………………….…….………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah …………….…….………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………….…………………………...…… 7
C. Tujuan Penelitian………………….………………………...………………. 8
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….……………. 8
10
BAB II. Kajian Pustaka ……………………………………………….………….... 10
A. Deskripsi Teori…………………………………………….……………….. 10
1. Desain Instruksional…………………………….…………………...… 10
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi ……………….…………………. 12
b. Kompetensi …………………………………….………………… ..14
c. Belajar Mandiri ………………………………….………………... 16
2. Proses Pembelajaran ………………………………………………….. 19
a. Pembelajaran Praktik Di Sekolah Kejuruan …....…………………..20
b. Block Schedulling ……………………………………………….... 22
3. Evaluasi ………………………………………………………………. 24
a. Pengukuran dan Penilaian ………………………………………… 24
b. Authentic Asssessment ……………………………………………. 33
c. Self Assessment ………………………………………....………… 39
B. Kajian Penelitian Yang Relevan ……………………………………..…… 40
C. Kerangka Berfikir …………………………………………….…………… 43
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan ………………………........…………….… 44
BAB III. Metodologi Penelitian …………………………………….…………….. 45
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….…………….… 45
1. Tempat Penelitian …………………………………….………………. 45
2. Waktu Penelitian …………………………………………………….. 45
B. Pendekatan Penelitian …………………………………….……………….. 46
C. Rencana Tindakan . ……………………………………………………….. 48
D. Subjek Penelitian ……………………………….…………………………. 55
11
E. Data dan Sumber Data ………………………….…………………………. 56
F. Teknik Pengumpulan Data ………………...…….………………………… 56
G. Uji Validitas Data …………………………………………………………. 57
H. Teknik Analisa Data ……………………………………………………..... 58
I. Indikator Kinerja …………………………………...……………………… 58
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan………………….…………………….. 59
A. Deskripsi Latar Penelitian …………………………….…………………… 59
1. Deskripsi Latar Penelitian ……………………….…………….……….. 59
2. Deskripsi Pembelajaran dan Penilaian Kompetensi Teknik Pemesinan....61
B. Temuan Penelitian………………………………………………………..... 82
1. Deskripsi Pembelajaran Siklus I ……….……………………………… 82
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran dan Penilaian …….………….. 90
b. Pelaksanaan Tindakan ……………………….……………………... 92
c. Observasi ……………………………………………………………. 86
d. Refleksi ……………………………………………………………… 89
2. Deskripsi Penelitian Siklus II ………………………………………….. 90
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran dan Penilaian ………………… 90
b. Pelaksanaan Tindakan ……………………………………….……… 92
c. Observasi ………………………………………………………….… 93
d. Refleksi dan Evaluasi Hasil Penelitian Pada Siklus II……….……... 99
3. Deskripsi Penelitian Siklus III ………………………….…….……….. 105
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran dan Penilaian …………….…. 106
b. Pelaksanaan Tindakan ...………………………………….…..……. 108
12
c. Observasi ……………………………...…………………...………. 111
d. Refleksi dan Evaluasi Hasil Penelitian Pada Siklus III ……………116
4. Deskripsi Program Remidiasi …….………………………….………....119
a. Perencanaan Program Remidiasi ………………..……...………….. 119
b. Pelaksanaan Program Remidiasi …………………………………… 120
c. Hasil Penilaian Program Remidiasi ………………….……...…...… 121
5. Deskripsi Program Pengayaan ………………...………………………. 121
a. Perencanaan Program Pengayaan……………..………..……….….. 121
b. Pelaksanaan Program Pengayaan………………………...………… 122
c. Hasil Penilaian Program Pengayaan ………. ……………..…….… 122
C. Pembahasan…………………………………………………….…..…….. 123
D. Keterbatasan Penelitian ………………………………………..….…...… 126
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………..….…….…. 128
A. Kesimpulan …………………………………………………..…….…….. 128
B. Implikasi Hasil Penelitian ……………………………………..…….…… 128
C. Saran ………………………………………………………..……….….... 130
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..…..…………. 131
LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 134
13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 01. Pedoman Penilaian Praktik Produksi …………………………..……... 40
11. Job Sheet Praktik Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut …………….. 145
12. Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut Tahap Siklus I
( Job 1 B)…………...…………………………………………………. 162
13. Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut Siklus II (Job
1C )…………………….……………………………………….………… 163
14. Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut Siklus II (Job
1D) ……………………………………………………………….……… 164
15. Komparasi Nilai Siswa pada Siklus I dan Nilai Siklus II ……….............… 165
16. Komparasi Nilai Siklus II dan Siklus III …………………………………… 166
17
17. Hasil Penghitungan Jumlah Benda Kerja Bubut Program Pengayaan dan Remedial
……………………………………………..……………………….. 167
18. Pencapaian Siklus I, Silus II, Siklus III, rerata, Pengayaan/remidiasi, dan Nilai
Akhir………………………………………………………..…………...…….. 168
19. Instrumen Pengukuran Kemandirian Belajar ……………………………….. 169
20. Skala Sikap Kemandirian Belajar Siswa Siklus I .......................…………… 171
21. Skala Sikap Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus II .............. …….……… 173
22. Skala Sikap Kemandirian Belajar Siswa Siklus III ...................……..……… 175
23. Diagram Nilai Siklus I, Sikus II, siklus III ……………………….………… 177
24. Diagram Nilai Akhir 1 dan Nilai Akhir II …………………………………... 178
25. Catatan Lapangan .............................................................................................179
18
ABSTRAK
Agustinus Pentapagiyono (S 810908101). Pencapaian Kompetensi Siswa Teknik Pemesinan Sekolah Menengah Kejuruan Kristen 1 Klaten Melalui Penerapan Belajar mandiri. Tesis. Program Pascasarjana Unversitas Sebelas Maret Surakarta. 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pencapaian standar kompetensi Mengoperasikan Mesin Bubut, praktik pemesinan Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal 5, 51 melalui penerapan belajar mandiri dengan langkah block schedulling dan self assessment.
Metode Penelitian yang digunakan adalah tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan subjek penelitian siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 40 siswa, sebagai kolaborator adalah teman sejawat, yaitu guru praktik pemesinan bernama Sunardi, S. Pd. dan Suryanto, S. Pd. Siklus aktivitas meliputi; penetapan fokus masalah penelitian, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi, dan perencanaan tindak lanjut. Pengumpulan data dengan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Analisis data menggunakan analisis kritis dan analisis komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian standar kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut pada siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 mencapai nilai KKM sebesar 5,51 melalui penerapan strategi belajar mandiri dengan langkah block schedulling dan self assessment. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti merekomendasikan bahwa strategi belajar mandiri dapat diterapkan dalam pembelajaran praktik pemesinan di SMK Kristen 1 Klaten.
Kata kunci : Penerapan Belajar Mandiri, Pencapaian Kompetensi Dasar,
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut.
19
ABSTRACT
Agustinus Pentapagiyono, (S 810908101). The Competence Achievement of Mechanical Engineering Students in Sekolah Menengah Kejuruan Kristen 1 Klaten through Personal Learning Implementation. Thesis. Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University. Surakarta.
The aim of the research is to know the improvement of the competence standard achievement of turning from grade XI TPB students of SMK Kristen 1 Klaten in the 2009/2010 school year in order to reach the Minimum Passing Criteria of 5,51 (five point fifty-one) through personal learning implementation in block schedulling and self assessment steps.
The research used the classroom action research. There are 40 students from grade XI TPB of SMK Kristen 1 Klaten in the 2009/2010 school year. The collaborator was the peer teacher of mechanical practice named Sunardi, S. Pd. and Suryanto, S. Pd. The research activities cycle includes determining the research process focus, planning, acting, observing, analizing and reflecting, and planning the follow-up action. Technique of collecting data was observation, documentation, and interview. Meanwhile, the data analysis used critical and comparative analysis.
The result of the research shows that there is an improvement of the competence standard achievement of turning from grade XI TPB students of SMK Kristen 1 Klaten in the 2009/2010 school year reaching the Minimum Passing Criteria of 5,51 (five point fifty-one) through personal learning implementation. Based on this research, we can recommend that personal learning strategy can be implemented on mechanical practice of SMK Kristen 1 Klaten.
Keywords : Personal Learning Implementation, Standard Competence
Achievement, Minimum Passing Grade, Turning.
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi semakin terasa dalam beberapa hal terutama yang berkaitan dengan
perkembangan IPTEK serta media informasi dan komunikasi massa telah berpengaruh
tehadap kehidupan sehari-hari. Hal ini mengisyaratkan bahwa persaingan antar bangsa
di dunia berlangsung semakin ketat. Arus barang dan jasa, serta tenaga ahli akan
melintas dengan mudah tanpa hambatan. Keberhasilan usaha dalam pasar terbuka
ditentukan oleh produktivitas dan efisiensi dalam berproduksi.
Satryo Soemantri Brodjonegoro seperti dikutip Supriyono Raharjo (2006:1)
mengemukakan bahwa di satu sisi, globalisasi membuka peluang baru untuk mengakses
suasana pembelajaran yang lebih baik dan pengetahuan yang lebih maju, dan di sisi lain
memberikan peluang besar untuk melindungi keinginan bangsa saat memerlukan
investasi sumber daya baru dan peraturan yang sesuai, termasuk standardisasi dan
sertifikasi. Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 memperlemah dunia usaha karena
pengaruh kondisi finansial membuat kekacauan anggaran perusahaan. Perusahaan yang
sudah tidak mampu mengelola secara maksimal akan mengurangi produksi, dan
berakibat pengurangan pekerja secara besar-besaran.
Komaruddin seperti dikutip Soetarno Joyoatmojo (2003:4) mengemukakan
perlunya pembentukan tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja tinggi dalam
21
pengembangan sumber daya insani. Pendidikan dan pelatihan perlu dikembangkan ke
arah penguasaan proses produksi, peningkatan produktivitas, kemampuan tenaga kerja
dalam mendayagunakan teknologi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
adalah jawaban terhadap tuntutan dan tantangan tersebut. Pengelolaan pendidikan
kejuruan yang menghasilkan tenaga kerja harus menjadi titik berat perhatian utama agar
mampu merubah struktur dan kualitas tenaga kerja yang memiliki daya saing yang
produktivitasnya tinggi dalam membangun ekonomi masyarakat.
Secara umum kondisi sikap mental (akhlak dan moral) tenaga kerja Indonesia
cukup memprihatinkan. Hal ini terlihat dari rendahnya tingkat kedispilinan, kejujuran,
tingginya tingkat korupsi, nepotisme, politik uang dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan perilaku negatif. Kelemahan sumber daya manusia yang ada selalu dikaitkan
dengan lemah dan rendahnya mutu pendidikan dan pelatihan di Indonesia, dan seolah-
olah tanggung jawab dari persoalan-persoalan ini diletakkan hanya pada lembaga-
lembaga pendidikan dan pelatihan.
Produktivitas tinggi berdampak pada tingginya upah yang diterima para pekerja
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. Potensi perkembangan suatu negara sangat
dipengaruhi oleh perbedaan sumber daya manusia dalam jumlah serta tingkat
keterampilannya, pandangan budayanya, etos kerjanya, serta keinginan untuk
meningkatkan diri. Pengembangan sumber daya manusia menjadi titik berat karena
manusia yang menjadi pengelola dan pemanfaat sumber daya alam, sebagai kunci masa
depan bangsa. Pendidikan merupakan salah satu upaya penting untuk meningkatkan
kemampuannya yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup individu dalam
memenuhi kebutuhan pribadinya maupun hidup bermasyarakat.
22
Setiap SMK menyadari betapa pentingnya menghasilkan angkatan kerja yang
terdidik dan terampil, mampu mengikuti perkembangan teknologi agar dapat memiliki
daya saing yang baik pula. Seseorang atau masyarakat masa depan akan ditentukan oleh
pengalaman belajar dalam hidupnya, sehingga SMK perlu merancang sistem
pembelajaran yang akan menyediakan kemungkinan-kemungkinan masa depan tersebut.
Pendidikan sangat penting untuk menentukan masa depan, baik masa depan sekolah,
peserta didik, maupun industri. Pendidikan perlu memotivasi hal- hal yang mengarah
pada berbagai penemuan mengenai mengapa, kapan, apa, dan bagaimana peserta didik
mudah belajar dengan metode-metode belajar yang baru, cara belajar ketrampilan dasar
yang lebih baik, dan cara mengelola sumber belajar.
Sekolah kejuruan akan menjadi efektif dan efisien bila merupakan replika dari
keadaan di lapangan kerja. Agar sekolah kejuruan bisa berjalan efektif dan efisien maka
sekolah kejuruan harus memberikan pengetahuan dan keterampilan kejuruan yang
sesuai kondisi di lapangan kerja. Dengan adanya kondisi yang identik antara sekolah
kejuruan dan lapangan kerja diharapkan siswa akan responsif dan terbiasa berfikir di
lingkungan kerja.
Visi yang ditetapkan oleh SMK Kristen 1 Klaten adalah: “SMK Kristen 1 Klaten
menjadi sekolah bertaraf internasional pada tahun 2015 yang mampu menghasilkan
insan berbudi pekerti luhur, terampil, mandiri, dan berdedikasi berdasarkan kasih
kepada Tuhan, sesama, dan lingkungannya” .
Kekuatan yang dimiliki oleh SMK Kristen 1 Klaten adalah: (1) dikelola oleh
yayasan keagamaan yang cukup kuat; (2) daya saing dan etos kerja pendidik yang
23
tinggi; (3) memiliki jaringan yang kuat dengan lembaga pendidikan nasional,
internasional, dan dunia usaha/dunia industri; (4) memiliki bengkel dan peralatan yang
memadai untuk kegiatan praktikum; (5) dipercaya masyarakat. Beberapa kelemahan
yang dimiliki oleh SMK Kristen 1 Klaten adalah: (1) jumlah tenaga pengajar yang
terbatas; (2) keterbatasan sarana dan prasarana seiring dengan perkembangan teknologi
dan pasar kerja; dan (3) implementasi visi dan misi yang belum optimal. Sedangkan
tantangan yang dihadapi yang dimiliki SMK Kristen 1 Klaten adalah; (1) kondisi siswa
yang pada umumnya dari golongan ekonomi menengah ke bawah, (2) tuntutan
perkembangan teknologi yang tidak bisa dihindari; dan (4) munculnya pesaing-pesaing
handal di sekitarnya. Di samping itu peluang yang dimiliki SMK Kristen 1 Klaten
adalah: (1) peminat/calon siswa cukup besar; (2) permintaan tenaga lulusan cukup
besar; (3) jaringan yang baik dengan berbagai pihak (stakeholder).
Berdasarkan observasi lapangan terhadap kegiatan pembelajaran praktik
pemesinan melalui wawancara dan dokumentasi nilai hasil praktik mata pelajaran
praktik pemesinan di SMK Kristen 1 Klaten diperoleh informasi bahwa diklat praktik
pemesinan diselenggarakan dengan mengacu pada job sheet yang dibuat bersama. Hasil
yang dicapai siswa belum sepenuhnya dapat mencapai kompetensi dalam waktu yang
sudah tertera pada job sheet. Terpenuhinya waktu yang telah ditentukan akan
memberikan kepuasan bagi kedua pihak (Dwi Atmoko 2007:1). Pemesan merasa senang
jika pada saat yang telah ditentukan dapat memiliki barang yang diidamkan. Sedangkan
bagi perusahaan akan bangga jika dalam mengadakan perjanjian selalu dapat menepati
waktunya. Banyak siswa tidak mampu mencapai standar minimal dan menyelesaikan
24
sesuai waktu yang ditetapkan. Tidak adanya pembelajaran teori membuat lemahnya
penguasan teori, juga berkibat pada rendahnya kualitas praktik.
Evaluasi pembelajaran praktik di Program Keahlian Teknik Pemesinan
menerapkan standard penilaian acuan patokan yaitu standard industri ATMI dengan
pencapaian nilai/skor 5,51. Hal yang dinilai meliputi; keterampilan melaksanakan tugas
merupakan penilaian komprehensif, sistematik, dan kupasan teratur pada sebuah
aktifitas organisasi. Penilaian mandiri dalam lingkup pendidikan mencakup pembuatan
justifikasi dalam pekerjaannya sendiri, membantu dalam mengkritisi pekerjaannya, dan
mengidentifikasi kekuatan maupun kelemahannya. ` Penilaian mandiri (self-assessment)
di SMK Kristen 1 Klaten merupakan penilaian yang dibuat sedemikian rupa, sehingga
siswa dapat mengukur, menilai, dan mengevaluasi benda kerja praktiknya. Pedoman
penilaian praktik bengkel yang digunakan oleh SMK Kristen 1 Klaten tersebut
mengadopsi pada pedoman penilaian yang diterapkan Akademi Teknik Mesin Industri.
Penilaian praktik pemesinan menggunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 01. Pedoman Penilaian Praktik Pemesinan
Skoring Deskripsi
10- 7,81
Kualitas tinggi, execution baik, presisi. Waktu pengerjaan lebih cepat dari estimasi. Mempunyai pengetahuan yang luar biasa dalam cara kerja. Tidak pernah datang terlambat, atribut lengkap. Kreativitas tinggi, penuh inisiatif dalam penyelesaian masalah .Sangat antusias dalam menangani pekerjaan
7,8- 6,41
Kualitas baik. Waktu pengerjaan lebih cepat dari rata-rata. Cara kerja dan penggunaan alat, serta perawatan baik. Datang tepat waktu, pernah datang terlambat dan pernah ijin, atribut lengkap. Melakukan pekerjaan tanpa menunggu perintah.Menunjukkan minat yang besar pada pekerjaan
57
6,40- 5,51
Kualitas rata-rata. Waktu pengerjaan rata-rata. Pengetahuan cukup baik. Kadang datang terlambat dan sering ijin. Selalu menunggu perintah yang tidak perlu. Mempunyai perhatian yang cukup
5,50- 3,61
Kualitas dibawah rata-rata. Waktu pengerjaan agak lambat, banyak bicara. Pengetahuan kurang baik dan asal kerja. Sering datang terlambat tanpa alasan. Pekerjaan dilakukan sekedar rutinitas dan menunggu perintah serta banyak membuang waktu. Sikap kerja acuh tak acuh.
3,60- 0
Kualitas jelek, banyak kesalahan. Waktu pekerjaan lambat sekali, menghambat rekan kerja. Pengetahuan sangat kurang. Meninggalkan tugas tanpa ijin. Tidak ada inisiatif dan banyak kesalahan fatal. Bekerja dengan setengah hati, sering meninggalkan area kerja
Pedoman skoring : Baik Sekali (10- 7,81), Baik (7,8- 6,41), Sedang (6,40- 5,51), Kurang (5,50- 3,61), Kurang Sekali (3,60- 0)
Kajian dari penelitian yang relevan diperlukan untuk melengkapi kajian teori yang
diperlukan dalam penelitian ini, beberapa kajian hasil penelitian yang relevan
ditambahkan sebagai berikut :
1. Penelitian Fx. Supriyono Raharjo
Fx. Supriyono Raharjo, Guru SMK Mikael Surakarta dalam penelitiannya
dengan judul ”Pembentukan Karakter dan Pengembangan Kompetensi Siswa
Pendidikan Teknik di SMK Katolik Santo Mikael Surakarta dan Surakarta
Competency and Technology Center melalui Penerapan Total Quality Management”.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses pendidikan dan pelatihan
di SMK Katolik Santo Mikael ( SMK Mikael) dan Surakarta Competency and
58
Technology Center (SCTC), dengan penekanan pada proses pembentukan karakter
dan pengembangan kompetensi siswa. Hasil penelitian menunjukkan; (1) SMK
Mikael dan SCTC berorientasi pada kepuasan pelanggan dan standar mutu, dengan
menggunakan pola Production Based Training (PBT). SMK Mikael menggunakan
sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai manajemen pendidikan dan latihan,
sedangkan SCTC Surakarta mengadopsi sistem manajemen Akademi Tehnik Mesin
Industri (ATMI), (2) SMK Mikael dan SCTC menyelenggarakan pembentukan
karakter dan pengembangan kompetensi lulusan melalui kegiatan intra kurikuler
(pendidikan teori dan praktik bengkel) dan kegiatan ekstrakurikuler, (3), kurikulum
yang digunakan SMK Mikael adalah kurikulum 2004, implementasinya mengarah
pada kebutuhan pasar, sedangkan SCTC mengadopsi kurikulum ATMI yang juga
berorientasi pada kebutuhan pasar. Kurikulum keduanya mengarah pada kurikulum
dalam keterkaitan dan kesesuaian dengan dunia usaha dan dunia industri, (4)
besarnya jumlah peminat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan jumlah
lulusan yang diserap pasar kerja setiap tahunnya, mengindikasikan bahwa pendidikan
dan pelatihan di SMK Mikael dan SCTC berjalan baik.
Kerelevanan penelitian ini adalah mengkaji tentang pencapaian kompetensi
siswa pendidikan teknik mesin siswa Sekolah Menengah Kejuruan.
2. Penelitian Dwi Atmoko
Penelitian Dwi Atmoko (2008) berjudul ”Efektivitas Penggunaan Job sheet Pada
Praktik Pemesinan Kelas II Teknik Pemesinan (Studi Kasus di SMK Kristen 1
Klaten).
59
Penelitian ini bertujuan untuk; (1) Mengetahui waktu ideal yang perlu
dialokasikan untuk pengerjaan job membubut lurus, bertingkat dan konis di
pemesinan, (2) Mengetahui hubungan antara waktu dengan hasil praktik, (3)
Mengetahui hubungan antara penguasaan teori pengantar praktik dengan hasil
praktik. Kerelevanan penelitian ini adalah mengkaji tentang pencapaian kompetensi
siswa Teknik Pemesinan yang meliputi efektivitas penggunaan job sheet, waktu
pengerjaan, dan hasil praktik.
C. Kerangka Berfikir
Kegiatan pembelajaran yang terjadi saat ini di Program Keahlian Teknik Pemesinan
belum memuaskan . Hal ini terlihat dari belum tercapainya pencapaian standard
kompetensi yang ditetapkan oleh semua siswa. Kurang maksimalnya pencapaian standar
diidentifikasi penyebabnya, yaitu; siswa kurang termotivasi untuk mengerjakan job-nya,
siswa sering ragu untuk bekerja sendiri sehingga sering terlambat penyelesaian tugasnya
akibat bergerombol melihat dahulu temannya yang sedang bekerja. Penerapan strategi
belajar mandiri diharapkan dapat meningkatkan daya saing/kompetisi terhadap
temannya, karena siswa dapat bekerja sendiri di section mesinnya sesuai jadwal blok
yang sudah ditetapkan. Bila pada jadwal yang ditetapkan siswa tidak mampu
menyelesaikan tugasnya maka akan tertinggal dengan temannya.
60
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan diawali dengan suatu kajian terhadap
masalah tersebut secara sistematis. Hasil kajian tersebut digunakan untuk dasar dalam
mengatasi masalah. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun kemudian
dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan
refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refleksi ini
kemudian melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan rencana tindakan berikutnya.
Tahapan-tahapan diatas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu
kualitas keberhasilan tertentu tercapai.
Diagram 01. Kerangka berfikir
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan
Hasil kinerja kemampuan awal dan kemandirian siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010 tidak mencapai KKM
Dilakukan upaya pencapaian kompetensi dasar sekurang- kurangnya memperoleh nilai KKM sebesar 5,51 (lima koma lima satu)
Melalui strategi pembelajaran mandiri melalui langkah block schedulling dan self assessment diduga dapat mencapai kompetensi nilai KKM sebesar 5,51 (lima koma lima satu) secara klasikal 75 % dari jumlah siswa
Siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten dapat mencapai nilai KKM 5,51(lima koma lima satu) sebesar 100% secara klasikal dari jumlah siswa keseluruhan
61
Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka berfikir diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah:
“ Penerapan strategi belajar mandiri melalui langkah block schedulling dan self
assessment dapat meningkatkan pencapaian kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan
Mesin Bubut Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan kelas XI semester gasal di
SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
sebesar 5, 51 (lima koma lima satu) secara keseluruhan”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas XI TPB semester gasal Tahun Ajaran
2009/2010 SMK Kristen 1 Klaten, yang lokasinya di Jalan Diponegoro, Gumulan,
Klaten, Jawa Tengah. Jumlah siswa kelas XI TPB sebanyak 40 orang siswa. Penelitian
ini dilakukan pada kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut Program
Studi Keahlian Teknik Pemesinan.
2. Waktu Penelitian
62
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal Tahun Ajaran 2009/2010, yaitu
bulan Juli- Oktober 2009. Rancangan pelaksanaan penelitian ini secara garis besar
PDTM 3 2 114 56 170 Melaksanakan penanganan material secara manual 1 38 38 Menggunakan peralatan pembandingan dan/ atau alat ukur dasar
1 38 38
Mengukur dengan alat ukur mekanik presisi 1 38 38 menggunakan perkakas tangan 1 38 38 Menggunakan perkakas bertenaga dgn operasi digenggam
1 38 38
Menginterprestasikan sketsa 2 76 76 Membaca gambar teknik 3 84 84
Menggunakan Mesin untuk operasi dasar 2 56 56 Melakukan pekerjaan dengan mesin bubut 2 56 56 Melakukan pekerjaan dengan mesin frais 2 56 56 Melakukan pekerjaan dengan mesin gerinda 2 56 56 Menggunakan mesin bubut (kompleks) 2 60 60 Memfrais (kompleks) 2 60 60 Menggerinda pahat dan alat potong 2 60 60 Mengeset nesin dan program mesin NC/CNC (dasar) 2 60 60 Memprogram mesin NC/CNC dasar 2 60 60 Mengoperasikan mesin NC/CNC dasar 2 60 60 On The Job Training 528 JUMLAH 10 7 0 380 364 360 1104 MULOK Mengelas dengan proses las busur manual 3 114 114 Mengelas dengan proses las oksi-asetilin 2 76 76 Bhs. Jawa 1 0 0 38 0 0 38 Pengembangan diri 192 JUMLAH 32 28 32 38 0 114
JUMLAH JAM TOTAL 4198
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 menjabarkan
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas
SMK/MAK bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
86
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Hakikat Belajar adalah aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku
(behavioral change) pada individu yang belajar. Sedangkan hakikat mengajar adalah
membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir,
sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.
Pembelajaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kejuruan Teknik
Kejuruan Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan SMK Kristen 1 Klaten tahun
ajaran 2009/2010 dapat dilihat dalam tabel 05 dan tabel 06 sebagai berikut;
Tabel 05. Dasar Kompetensi Kejuruan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Sem Ket
1. Menjelaskan dasar kekuatan bahan dan komponen mesin
1.1 Mendeskripsikan prinsip dasar mekanika
1.2 Menjelaskan komponen/elemen mesin.
1
2. Menjelaskan prinsip dasar kelistrikan dan konversi energi
2.1 Mendeskripsikan prinsip dasar kelistrikan mesin
2.2 Mendeskripsikan prinsip dasar motor bakar
2.3 Menjelaskan prinsip dasar turbin.
3
87
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Sem Ket
3. Menjelaskan proses dasar perlakuan logam
3.1 Menjelaskan pembuatan dan pengolahan logam
3.2 Menguraikan unsur dan sifat logam
3.3 Mendeskripsikan proses perlakuan panas logam
3.4 Mendeskripsikan proses korosi dan pelapisan logam
3.5 Mendeskripsikan proses pengujian logam.
1
4. Menjelaskan proses dasar teknik mesin
4.1 Menjelaskan proses dasar pemesinan
4.2 Menjelaskan proses dasar pengelasan
4.3 Menjelaskan proses dasar fabrikasi logam
4.4 Menjelaskan proses dasar pengecoran logam
4.5 Menjelaskan proses dasar pneumatik dan hidrolik
4.6 Menjelaskan proses dasar otomasi.
3
5. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
5.1 Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
5.2 Melaksanakan prosedur K3.
2
Tabel 06. Kompetensi Kejuruan Teknik Pemesinan (014)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Sem Ket
1. Melaksanakan penanganan material secara manual
1.1 Mengangkat material secara manual
1.2 Menggerakkan/mengganti material secara manual.
1
2. Menggunakan peralatan pembandingan dan/atau alat ukur dasar
2.1 Menjelaskan cara penggunaan peralatan pembandingan dan/atau alat ukur dasar
2.2 Menggunakan peralatan pembandingan dan/atau alat ukur dasar
2.3 Memelihara peralatan pembandingan dan/ atau alat ukur dasar.
1
88
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Sem Ket
3. Mengukur dengan alat ukur mekanik presisi
3.1 Menjelaskan cara penggunaan alat ukur mekanik presisi
3.2 Menggunakan alat ukur mekanik presisi
3.3 Memelihara alat ukur mekanik presisi.
2
4. Menggunakan perkakas tangan
2.1 Menjelaskan jenis, fungsi dan cara penggunaan perkakas tangan
2.2 Menggunakan macam-macam perkakas tangan.
2
5. Menggunakan perkakas bertenaga/operasi digenggam
3.1 Menjelaskan jenis, fungsi dan cara penggunaan perkakas bertenaga
3.2 Menggunakan macam-macam perkakas bertenaga.
2
6. Menginterpretasikan sketsa
6.1 Menyiapkan sket tangan
6.2 Mengartikan detil sket tangan.
1 - 2
7. Membaca gambar teknik
1.1 Mendeskripsikan gambar teknik
1.2 Memilih teknik gambar yang benar
1.3 Membaca gambar teknik.
3
8. Menggunakan mesin untuk operasi dasar
8.1 Menjelaskan cara mengeset mesin
8.2 Menjelaskan cara mengoperasikan mesin
3
9. Melakukan pekerjaan dengan mesin bubut
9.1 Memproses bentuk permukaan pendakian
9.2 Menjelaskan teknik pengoperasian mesin bubut
9.3 Mengoperasikan mesin bubut
9.4 Memeriksa komponen sesuai dengan spesifikasi.
3
10. Melakukan pekerjaan dengan mesin frais
10.1 Menjelaskan cara pengoperasian mesin frais
10.2 Mengoperasikan mesin frais
10.3 Mengecek komponen untuk penyesuaian dengan rinciannya.
4
11. Melakukan pekerjaan dengan mesin gerinda
11.1 Menentukan kebutuhan kerja
11.2 Memilih roda gerinda dan perlengkapannya
11.3 Menjelaskan cara pengoperasian mesin gerinda
11.4 Mengoperasikan gerinda
11.5 Memeriksa komponen-komponen untuk kesesuaian secara spesifik.
4
89
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Sem Ket
12. Menggunakan mesin bubut (kompleks)
12.1 Melakukan persiapan kerja secara tepat
12.2 Mengikuti sisipan indentifikasi dari organisasi standar internasional atau standar lain yang sesuai
12.3 Melakukan berbagai macam pembubutan.
5
13. Memfrais (kompleks)
13.1 Memasang benda kerja
13.2 Mengenali insert menurut standar ISO
13.3 Melakukan pengefraisan benda rumit.
5
14. Menggerinda pahat dan alat potong
14.1 Menetapkan persyaratan pekerjaan
14.2 Memilih alat dan roda gerinda pemotong dan perlengkapan yang sesuai
14.3 Menggerinda pahat dan alat potong
14.4 Memeriksa komponen sesuai spesifikasi.
6
15. Mengeset mesin dan program mesin NC/CNC (dasar)
15.1 Memahami instruksi kerja
15.2 Memasang fixture/perlengkapan/ alat pemegang
15.3 Melakukan pemeriksaan awal
15.4 Melakukan pengaturan mesin NC/CNC (numerical control/ computer numerical control)
15.5 Menginstruksi operator mesin
15.6 Mengganti tooling yang rusak.
5
16. Memprogram mesin NC/CNC (dasar)
16.1 Mengenal bagian-bagian program mesin NC/CNC
16.2 Menulis program mesin NC/CNC
16.3 Melaksanakan lembar penulisan operasi NC/CNC
16.4 Menguji coba program.
6
17. Mengoperasikan mesin NC/CNC (Dasar)
17.1 Memahami instruksi kerja
17.2 Melakukan pemeriksaan awal
17.3 Mengoperasikan mesin CNC/NC
17.4 Mengawasi kerja mesin/proses CNC/NC.
6
90
Penelitian tindakan kelas ini mengambil pembelajaran praktik pada Standar
Kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut dengan Kompetensi Dasar
Mengoperasikan Mesin Bubut.
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah
menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan
kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik
mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM harus
ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta
didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik
dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah
setelah melewati proses pembelajaran kareana sudah ditetapkan dari awal.
Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan
ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai
akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik
yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik
untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan
layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah
melampaui kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil
musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan
yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Kriteria ketuntasan minimal menjadi
acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu
91
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk
mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat
diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan
minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam
menyikapi hasil belajar peserta didik.
Penetapan Ketuntasan Belajar berisi tentang Kriteria dan mekanisme penetapan
Ketuntasan Minimal Per Mata Pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah dengan
mempertimbangkan hal-hal sbb:
a. Ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator adalah 0 – 100 %, dengan batas
kriteria ideal minimum 75 %.
b. Sekolah harus menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) tiap Mata
Pelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan rata- rata siswa,
kompleksitas, dan sumber daya pendukung.
c. Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah batas kriteria ideal, tetapi secara
bertahap harus dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis
kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta
didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar
mata pelajaran tertentu. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada peristiwa yang
dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua peristiwa yang mempunyai
pengaruh langsung pada proses belajar siswa.
92
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah
menempatkan peserta didik sebagai subjek didik, yakni lebih banyak mengikutsertakan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran mencakup pula peristiwa-
peristiwa yang dimuat dalam bahan-bahan cetak, gambar, perencanaan, penilaian,
evaluasi hasil pembelajarannya. Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan
diagnostik. Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual,
dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik
(klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan/konsultasi sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individual peserta didik, perkembangan, dan analisis kesulitan
yang dialami sehingga potensi masing-masing peserta didik berkembang secara optimal.
Penilaian merupakan proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka
atau deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. Sedangkan
penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Data merupakan sumber informasi
yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang dimaksud
berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu
kompetensi. Jadi, penilaian merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi.
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti
yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan melalui berbagai
bentuk antara lain: penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian
93
tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian melalui kumpulan hasil
kerja/karya peserta didik (portofolio), dan penilaian diri.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana
yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang
dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak
dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang
dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak
merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan, dan
dapat menganalisa perkembangan belajarnya.
Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam penilaian adalah sebagai berikut.
a. Memandang penilaian dan kegiatan pembelajaran secara terpadu.
b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai
cermin diri.
c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pembelajaran untuk
menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.
d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
e. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam
pengamatan kegiatan belajar peserta didik.
f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian dapat dilakukan
dengan cara tertulis, lisan, produk portofolio, unjuk kerja, proyek, dan pengamatan
tingkah laku.
94
g. Melakukan penilaian secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil, dalam bentuk: penilaian masing-masing job, Evaluasi kemajuan
belajar dapat langsung dilakukan saat penilaian/konsultasi.
h. Penilaian kompetensi pada uji kompetensi melibatkan pihak sekolah dan Institusi
Pasangan/Asosiasi Profesi, dan pihak lain terutama DU/DI. Idealnya, lembaga yang
menyelenggarakan uji kompetensi ini independen, yakni lembaga yang tidak dapat
diintervensi oleh unsur atau lembaga lain.
Agar penilaian objektif, pendidik harus berupaya secara optimal untuk :
a. Memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja peserta didik dari sejumlah penilaian
b. Membuat keputusan yang adil tentang penguasaan kompetensi peserta didik dengan
mempertimbangkan hasil kerja (karya).
Kegunaan penilaian antara lain sebagai berikut:
b. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan
kelemahan dirinya dalam proses pencapaian kompetensi.
c. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik
sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
d. Memberi umpan balik bagi pendidik/guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
e. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas
pendidikan.
95
f. Memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Dinas Pendidikan Daerah) dalam
meningkatkan kualitas penilaian yang digunakan.
Penilaian memiliki fungsi untuk:
a. Menggambarkan sejauhmana peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
b. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu memahami
dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk perencanaan
program belajar, pengembangan kepribadian, maupun untuk penjurusan (sebagai
bimbingan).
c. Menemukan kesulitan belajar, kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan
peserta didik, dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik/guru menentukan
apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
e. Pengendali bagi pendidik/guru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan peserta
didik.
Rumusan penilaian benda kerja, yaitu penilaian ukuran/dimensi benda kerja
dengan alat ukur mekanik, menggunakan pedoman sebagai berikut :
a. Toleransi ISO
1) ukuran masuk toleransi ......................................................................... nilai 10
2) ukuran di luar toleransi .......................................................................... nilai 0
b. Toleransi khusus
1) ukuran masuk toleransi khusus ............................................................. nilai 10
96
2) ukuran di luar toleransi khusus ............................................................. nilai 1
c. Toleransi umum
1) ukuran masuk toleransi umum .............................................................. nilai 10
2) penyimpangan ukuran sebesar toleransi umum..................................... nilai 4
3) penyimpangan ukuran selanjutnya.......................................................... nilai 1
d. Restart
Semua ukuran dianggap gagal ................................................................... nilai 0
e. Produksi massal
Nilai disesuaikan dengan prosentase dari jumlah produk yang dianggap benar.
Rumusan penilaian benda kerja praktik bengkel, yaitu penilaian kualitas permukaan/
surface quality benda kerja dengan alat ukur pembanding, menggunakan pedoman
sebagai berikut;
Nilai surface quality ditentukan sebagai berikut :
1) sesuai tanda pengerjaan (N) yang ditentukan .................................. nilai 10
2) lebih dari tanda pengerjaan (N) yang ditentukan.............................. nilai 10
3) kurang dari tanda pengerjaan (N) yang ditentukan :
untuk ukuran ISO.............................................................................. nilai 1
Secara khusus penilaian pada job 1A, 1B, 1C, dan 1D menggunakan pedoman toleransi
ukuran umum yang rumusannya dapat dilihat dalam tabel 07 sebagai berikut :
97
Tabel 07. Toleransi Ukuran Umum
Rough Nom 43
1 A
Tol 0, 8 Rough Nom 42 25 23 5 1 x 45 °
1 B
Tol 0, 8 0, 5 0, 5 0, 2 0, 2 Middle Nom 40 23 21 2 x 45 °
1C
Tol 0, 3 0, 2 0, 2 0, 1 Middle Nom 38 22 18 10 2 x 45 °
1 D
Tol 0, 3 0, 2 0, 2 0, 1 0, 1
B. Temuan Penelitian
1. Deskripsi Pembelajaran Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran dan Penilaian
Pembelajaran pada siklus I direncanakan pada pertemuan – 5 dan pertemuan -6,
siswa akan dibagi ke dalam 2 kelompok belajar, yaitu kelompok I (nomor absen 1-20)
pada seksi mesin bubut dan mesin gergaji, dan kelompok II (nomor absen 21-40) pada
seksi mesin frais, gerinda, sekrap, dan kerja bangku (bench work). Pertemuan - 5 untuk
kelompok I dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2009, sedangkan untuk kelompok II pada
tanggal 10 September 2009. Pertemuan- 6 untuk kelompok I dilaksanakan pada tanggal
31 Juli 2009, sedangkan untuk kelompk II dilaksanakan pada tanggal 14 September
2009.
Pembelajaran praktik pada Siklus I berguna untuk mendeskripsikan sejauh mana
kompetensi siswa dalam bekerja dengan mesin bubut. Siswa yang masuk pada seksi
mesin bubut mengerjakan job 1A dan 1B. Job 1A merupakan pekerjaan facing/ bubut
rata muka, hasil praktik job 1A tidak dinilai, karena hanya bersifat pengenalan
98
pembubutan. Pada saat penilaian job 1A, guru membimbing siswa untuk mengukur
benda kerjanya sendiri dan menilai secara objektif hasil pekerjaannya sebagai
pengetahuan dasar utama untuk mengerjakan job mesin bubut selanjutnya. Tahap ini
berguna untuk memotivasi siswa bagaimana siswa harus tahu tentang pengukuran,
pedoman penilaian, dan objektivitas siswa dalam menilai hasil pekerjaannya.
Selanjutnya setelah siswa mengerjakan job 1A pada, maka dilanjutkan dengan
mengerjakan job 1B. Job 1B mencakup kompetensi membubut facing, membubut
lurus, dan membubut chamfer 1x45°. Pada kompetensi 1B diadakan penilaian bersama
antara guru dan siswa, yang berfungsi juga sekaligus sebagai konsultasi/evaluasi
pekerjaan yang dilakukan oleh siswa.
Perencanaan tindakan pembelajaran disiapkan secara baik agar pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian berjalan lancar, antara lain;
1) Mensosialisasikan upaya pencapaian kompetensi dasar Mengoperasikan Mesin
Bubut.
2) Mensosialisasikan pembelajaran praktik dengan strategi belajar mandiri (personal
learning).
3) Mensosialisasikan teknik penilaian mandiri (self assessment).
4) Menentukan materi pembelajaran praktik pada tindakan siklus I, secara keseluruhan
yang terangkum dalam tabel 08 berikut :
Tabel 08. Materi Pembelajaran Siklus I
Bulan Pertemuan
ke-
Tindakan Kompetensi Dasar dan
indikator
Waktu
Juli - 5 - 6 - 3. Mengoperasikan Mesin:
3.1. Siswa dapat mengatur
12 jam
99
September putaran mesin
3.2. Siswa dapat setting
pencekaman
3.3. Siswa dapat
mengoperasikan mesin
bubut
@ 45
menit
5) Menyiapkan media pembelajaran dan penilaian yang mendukung kelancaran
tindakan pembelajaran dan penilaian, seperti mengecek mesin dan kelengkapannya,
coolan, alat ukur, alat potong, lembar rekap nilai, lembar presensi, lembar kehadiran,
lembar pencatatan bahan.
6) Mendiskripsikan secara jelas peran guru sebagai fasilitator, konsultan pembelajaran
bagi siswa, dan sebagai observer. Peran guru sebagai fasilitator adalah sebagai
penyedia segala fasilitas pembelajaran praktik. Peran guru sebagai konsultan adalah
melayani segala pertanyaan siswa dalam mengerjakan jobnya, dan sebagai motivator
yang mendorong siswa untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan kerja
pemesinan. Sebagai observer bertugas mengamati perilaku dan perkembangan
belajar siswa.
7) Melakukan simulasi/contoh pengerjaan job dengan mesin perkakas.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada pertemuan – 5 dan pertemuan -6,
siswa sudah dibagi ke dalam 2 kelompok belajar, yaitu kelompok I (nomor absen 1-20)
pada seksi mesin bubut dan mesin gergaji, dan kelompok II (nomor absen 21-40) pada
seksi mesin frais, gerinda, sekrap, dan kerja bangku (bench work). Pertemuan - 5 untuk
100
kelompok I dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2009, sedangkan untuk kelompok II pada
tanggal 10 September 2009. Pertemuan- 6 untuk kelompok I dilaksanakan pada tanggal
31 Juli 2009, sedangkan untuk kelompok II dilaksanakan pada tanggal 14 September
2009.
Pada Siklus I siswa belajar tentang merencanakan kerja mesin bubut, identifikasi
kebutuhan bahan dan alat, perhitungan putaran mesin, pencekaman benda kerja, dan
proses pemakanan benda kerja hingga memperoleh hasil sesuai dengan job 1B, yang
meliputi penilaian unjuk kerja praktik pembubutan lurus, bertingkat, facing, chamfer,
kehalusan, dan performan. Pada awal pembelajaran praktik disampaikan materi
pengantar untuk dapat mengerjakan job dengan baik. Secara umum gambaran
pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut :
1) Acara tatap muka dimulai; 1) guru menyampaikan ulasan singkat tentang materi
praktik yang akan dikerjakan, yaitu siswa diharapkan dapat menyetting benda kerja,
mengatur putaran mesin, mengerjakan dan finishing job, 2) guru menjelaskan
prosedur pembelajaran dan penilaian yang akan dilaksanakan, yaitu pembelajaran
mandiri dan penilaian mandiri, termasuk tugas guru lain sebagai instruktur,
konsultan, dan assessor.
2) Siswa mempersiapkan pekerjaannya yang meliputi pembuatan perencanaan kerja
(work preparation), identifikasi material dan bahan, bekerja pada masing-masing
section, mengukur benda kerja dan menilaianya sendiri dengan bimbingan guru.
Pada pekerjaan praktik di siklus I ini tuntutan toleransi yang dipakai masih toleransi
umum dengan kualitas permukaan N9
101
3) Pada saat pengukuran dan penilaian langsung diadakan diskusi dan konsultasi
singkat oleh guru tentang hasil kerja siswa, sehingga siswa bisa langsung
mengevaluasinya. Siswa diberi kepercayaan untuk mengukur dan menilai
pekerjaannya tanpa/dengan bantuan guru. Penilaian mandiri ini dirasa sangat berguna
bagi siswa, karena akan membuat siswa benar-benar tahu job yang dikerjakannya,
siswa juga merasa puas dengan hasil kerjanya sesuai dengan kualitas benda kerja
yang dihasilkan, selain itu siswa juga berlatih untuk jujur menilainya.
4) Pada akhir pembelajaran guru memberikan ulasan singkat tentang temuan- temuan
praktik pemesinan, sehingga siswa langsung tahu kesalahan maupun
keberhasilannya.
c. Observasi
Hasil pencapaian nilai kompetensi terlihat dalam tabel 09 sebagai berikut :
Tabel 09. Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut
Siklus I ( Job 1B)
No. N a m a Nilai Ket No. N a m a Nilai Ket 1 Rudi Harcahyo 9,2 K 21 Johan Feri Susanta 9,72 K 2 Sugiyanto 4,73 BK 22 Kiki Ary Setyawan 3,16 BK 3 Teguh Jatmika 7,47 K 23 Nanung Sambudi 8,24 K 4 Tri Hari Yadi 6,69 K 24 Prasca Sundari AB 9,72 K 5 Untung Prasetyo 6,48 K 25 Samiaji 5,53 K 6 Widianto 4,18 BK 26 Septiyadi Haryono 8,06 K 7 Yhoga Atya A 5,26 BK 27 Sukarno 7,05 K 8 Yohan Kristyawan 4,36 BK 28 Tri Setiawan 6,5 K 9 Yosep Prastowo M 5,51 K 29 Wahyu Dimas PS 9,6 K
10 Ade Windarto 5,53 K 30 Wahyu Febriyanto 8,7 K 11 Agus Priyanto 5,38 BK 31 Wahyu Novianto 1,36 BK 12 Aldiyan Santan 5,37 BK 32 Wahyu Nugroho 6,65 K 13 Alfa Nanda N 6,8 K 33 Yayan Pratama 7,88 K
102
14 Bagus Aditya N 6,45 K 34 Aan Nurdiyanto 7,6 K 15 Catur Hartomo 6 K 35 Andi Nugroho 7,36 K 16 Dodik Haryadi 6,99 K 36 Anto Dwi Santoso 5,73 K 17 Dwi Haryono 6,96 K 37 Ari Sutejo 7 K 18 Dwi Jayanto 7,3 K 38 Ary Yuda Tama 6,02 K 19 Edi Dwi Saputra 3,51 BK 39 Daru Suyatno 4,7 BK
20 Heri Sulistyanto 7,95 K 40 Eli Dwi Prastyo 7,3 K
Hasil penilaian unjuk kerja praktik:
Jumlah nilai siswa kurang dari KKM = 10 (BK = belum kompeten)
Jumlah nilai siswa mencapai KKM = 30 (K = kompeten)= 75 %
Sedangkan kondisi kemandirian belajar dapat dilihat dalam tabel 10 sebagai
berikut :
Tabel 10. Kemandirian Belajar Siswa Siklus I :
No. N a m a Skor Ket No. N a m a Skor Ket
1 Rudi Harcahyo 183
T 21 Johan Feri Susanta 195
T
2 Sugiyanto 214
T 22 Kiki Ary Setyawan 226
T
3 Teguh Jatmika 191
T 23 Nanung Sambudi 207
T
4 Tri Hari Yadi 190
T 24 Prasca Sundari A B 190
T
5 Untung Prasetyo 201
T 25 Samiaji 195
T
6 Widianto 193
T 26 Septiyadi Haryono 179
T
7 Yhoga Atya Aditama 228
T 27 Sukarno 203
T
8 Yohan Kristyawan 191
T 28 Tri Setiawan 191
T
9 Yosep Prastowo M 215
T 29 Wahyu Dimas P S. 193
T
10 Ade Windarto 174
S 30 Wahyu Febriyanto 202
T
11 Agus Priyanto 186
T 31 Wahyu Novianto 183
T
12 Aldiyan Santan 187
T 32 Wahyu Nugroho 189
T
13 Alfa Nanda Nugroho 177
S 33 Yayan Pratama 198
T
14 Bagus Aditya N 178
T 34 Aan Nurdiyanto 188
T
15 Catur Hartomo 170
S 35 Andi Nugroho 186
T
16 Dodik Haryadi 194
T 36 Anto Dwi Santoso 202
T
103
17 Dwi Haryono 181
T 37 Ari Sutejo 202
T
18 Dwi Jayanto 210
T 38 Ary Yuda Tama 192
T
19 Edi Dwi Saputra 197
T 39 Daru Suyatno 181
T
20 Heri Sulistyanto 195
T 40 Eli Dwi Prastyo 214
T
Keterangan : TS = Tinggi sekali T = Tinggi S = Sedang R = Rendah RS = Rendah Sekali
Analisis pencarian fakta dilakukan dengan melakukan dialog terbuka dengan
subjek penelitian, yaitu siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten untuk menggali
berbagai permasalahan yang timbul saat bekerja dengan mesin bubut. Selain itu
dilakukan diskusi dengan teman sejawat, yaitu guru sebagai kolaborator tentang
berbagai penyebab kegagalan siswa mencapai nilai KKM. Beberapa hasil dialog dan
observasi langsung dengan beberapa siswa kelas XI TPB saat pembelajaran praktik,
dan mendiskusikannya dengan kolaborator ternyata memperkuat dugaan terdapat
kesulitan belajar (CL 1, CL 2, CL 6), yang dirangkum dalam tabel 11 sebagai berikut :
Tabel 11. Asumsi Faktor Penyebab Masalah
No Faktor Penyebab masalah
1. Siswa a. Belum berani bekerja dengan cepat, karena masih belum
familier dengan mesin bubut sehingga masih banyak yang
melihat temannya dalam bekerja.
b. Belum bisa merencanakan pekerjaan secara cepat sebelum
memulai pekerjaan, sehingga proses pengerjaan berjalan
lambat.
c. Belum bisa memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada
etiket, yang didalamnya terdapat dimensi benda kerja,
ketentuan toleransi, tingkat kekasaran, waktu pengerjaan,
deburing.
104
2. Guru Kurang memberi dukungan dan motivasi kepada siswa untuk
mengerjakan jobnya secara mandiri, cepat, dan tepat.
3. Sarana a. Mesin bubut yang terdiri dari berbagai tipe menuntut
pemahaman yang agak lama sesuai dengan spesifikasinya
yang tidak sama.
b. Pahat bubut yang tidak tajam/tidak memenuhi syarat untuk
bekerja padahal siswa belum dibekali kemampuan untuk
menggerinda secara mandiri
c. Kondisi alat ukur yang tidak standar
4. Proses
Pembelajaran
a. Pembimbingan kurang maksimal karena rasio guru : siswa
adalah 2:40, sedangkan standar rasio yang baik adalah 1: 6-8
b. Guru tidak selalu siap di ruang konsultasi/penilaian
5. Materi ajar Pengerjaan benda kerja menuntut feeling pemesinan, sedangkan
siswa belum terbiasa dengan mesin perkakas
6. Penilaian Belum dilakukan secara mandiri, terlihat dengan adanya siswa
yang masih bingung item mana yang akan dinilai, dan bagaimana
pedoman skoringnya
d. Refleksi
Kompetensi kejuruan Teknik Pemesinan dinilai berdasarkan hasil unjuk kerja
praktik pemesinan. Hasil yang diperoleh pada penilaian kompetensi Melakukan
Pekerjaan dengan Mesin Bubut, dengan Standar kompetensi Mengoperasikan Mesin
Bubut, pada awal pembelajaran praktik pemesinan kelas XI Teknik Pemesinan tahun
pelajaran 2009/2010 hasilnya 10 siswa dari 40 siswa memperoleh hasil kurang dari
KKM yang ditetapkan sebesar 5, 51.
Kompetensi dasar yang harus dimiliki pada kompetensi Melakukan Pekerjaan
dengan Mesin Bubut adalah kemampuan ketrampilan, sehingga penilaian yang paling
105
tepat adalah penilaian benda kerja hasil praktik. Penyebab utama siswa belum mencapai
KKM diduga karena siswa belum familier dengan pengoperasian mesin bubut/perkakas,
kurang terampil pembacaan alat ukur, kurang memahami metode penilaian yang
dipakai, dan belum bisa merencanakan pekerjaan secara sistematis (CL 9).
Kondisi praktik pemesinan pada awal pembelajaran terlihat siswa masih sering
bergerombol dalam mengerjakan benda kerja, melihat-lihat temannya yang bekerja,
lama dalam mengerjakan perencanaan kerja (lembar work preparation), tidak
memeperhatikan aturan penggunaan kecepatan mesin (n). Pada kondisi awal ini guru
harus lebih banyak membimbing dan memotivasi siswa supaya berani
berinisiatif/mengambil resiko dalam bekerja dengan mesin (CL 9).
2. Deskripsi Penelitian Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran dan Penilaian
Perencanaan tindakan pembelajaran disiapkan secara baik agar pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian berjalan lancar, antara lain ;
1) Mensosialisasikan upaya pencapaian kompetensi dasar Mengoperasikan Mesin
Bubut.
2) Mensosialisasikan pembelajaran praktik dengan strategi belajar mandiri (personal
learning).
3) Mensosialisasikan teknik penilaian mandiri (self assessment).
4) Menentukan materi pembelajaran praktik pada tindakan siklus II, secara keseluruhan
yang terangkum dalam tabel 12 berikut :
Tabel 12. Materi Pembelajaran Praktik Tindakan Siklus II
106
Bulan Pertemuan
ke-
Tindakan Kompetensi Dasar dan
indikator
Waktu
Juli -
September
7 – 8
(6/8/2009)
dan
(1/10/2009)
1 3. Mengoperasikan Mesin:
3.1. Siswa dapat
menjelaskan proses
pembubutan sesuai
job yang ada
3.2. Siswa dapat
melakukan
penjelasan langkah
penyelesaian
pekerjaan
3.3. Siswa dapat
mengoperasikan
mesin bubut
12 jam
@ 45
menit
Pertemuan – 7 untuk kelompok I dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2009, untuk
kelompok II dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2009.Pertemuan - 8 untuk
kelompok II dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2009, untuk kelompok II
dilaksanakan pada tanggal 12 September 2009.
5) Menyiapkan media pembelajaran dan penilaian yang mendukung kelancaran
tindakan pembelajaran dan penilaian, seperti mengecek mesin dan kelengkapannya,
coolan, alat ukur, alat potong, lembar rekap nilai, lembar presensi, lembar kehadiran,
lembar pencatatan bahan.
6) Mendeskripsikan secara jelas peran guru sebagai fasilitator, konsultan pembelajaran
bagi siswa, dan sebagai observer. Peran guru sebagai fasilitator adalah sebagai
penyedia segala fasilitas pembelajaran praktik. Peran guru sebagai konsultan adalah
107
melayani segala pertanyaan siswa dalam mengerjakan jobnya, dan sebagai motivator
yang mendorong siswa untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan kerja
pemesinan. Sebagai observer bertugas mengamati perilaku dan perkembangan
belajar siswa.
7) Melakukan simulasi/contoh pengerjaan job dengan mesin perkakas.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan II, yaitu pertemuan -7 (tanggal 6 Agustus 2009 dan
tanggal 1 Oktober 2009), dan pertemuan -8 (tanggal 8 Agustus 2009 dan 3 Oktober
2009), siswa belajar tentang merencanakan kerja mesin bubut, identifikasi kebutuhan
bahan dan alat, perhitungan putaran mesin, pencekaman benda kerja, dan proses
pemakanan benda kerja hingga memperoleh hasil sesuai dengan job 1C, yang meliputi
penilaian unjuk kerja praktik pembubutan lurus, bertingkat, facing, chamfer, kehalusan,
dan performan. Pada awal pembelajaran praktik selalu disampaikan materi pengantar
untuk dapat mengerjakan job dengan baik. Secara umum gambaran pembelajaran pada
siklus II adalah sebagai berikut;
1) Acara tatap muka dimulai; a) guru menyampaikan ulasan singkat tentang materi
praktik yang akan dikerjakan, yaitu siswa diharapkan dapat menyetting benda kerja,
mengatur putaran mesin, mengerjakan dan finishing job, b) guru menjelaskan
prosedur pembelajaran dan penilaian yang akan dilaksanakan, yaitu pembelajaran
mandiri dan penilaian mandiri, termasuk tugas guru lain sebagai instruktur,
konsultan, dan assessor.
108
2) Siswa mempersiapkan pekerjaannya yang meliputi pembuatan perencanaan kerja
(work preparation), identifikasi material dan bahan, bekerja pada masing-masing
section, mengukur benda kerja dan menilaianya sendiri dengan bimbingan guru.
Pada pekerjaan praktik di siklus II ini tuntutan toleransi yang dipakai masih toleransi
umum dengan kualitas permukaan N8.
3) Pada saat pengukuran dan penilaian langsung diadakan diskusi dan konsultasi
singkat oleh guru tentang hasil kerja siswa, sehingga siswa bisa langsung
mengevaluasinya. Siswa diberi kepercayaan untuk mengukur dan menilai
pekerjaannya meskipun tanpa/dengan bantuan guru. Penilaian mandiri ini dirasa
sangat berguna bagi siswa, karena akan membuat siswa benar-benar tahu job yang
dikerjakannya, siswa juga merasa puas dengan hasil kerjanya sesuai dengan kualitas
benda kerja yang dihasilkan, selain itu siswa juga berlatih untuk jujur menilainya.
4) Pada akhir pembelajaran guru memberikan ulasan singkat tentang temuan- temuan
praktik pemesinan, sehingga siswa langsung tahu kesalahan maupun
keberhasilannya.
c. Observasi
Observasi dilakukan bersama teman sejawat, yaitu guru pengampu praktik
pemesinan kelas XI TPB, yang terdiri dari 3 orang pada pembelajaran dan penilaian
praktik dengan menerapkan strategi belajar mandiri dan penilaian mandiri untuk
mengetahui perilaku maupun perkembangan belajar siswa.
1) Hasil observasi motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dan penilaian tindakan
siklus II. Menurut Mc. Donald seperti dikutip Oemar Hamalik (2004:158),
motivation is an energy change within the person characteristized by affective
109
arousal and anticipatory goal reaction, yang artinya motivasi adalah perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivation is the activation or energization of goal-oriented behavior. Motivation
may be intrinsic or extrinsic. The term is generally used for humans but,
theoritically, it can also be used to describe the causes for animals behavior as well.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Motivation). Artinya, motivasi adalah aktivasi atau
pengenergian dari kebiasaan yang berorientasi pada tujuan, dan tujuan itu
membentuk kebiasaan yang sama baik.
In psychology, motivation refers to the initiation, direction, intensity, and persistence
of behavior. Motivation is a temporal and dynamic state that should not be confused
with personality or emotion. It involves having the desire and willingnes to do
dalam psikologi, motivasi adalah langkah awal, langsung, dan kuat dari sebuah
kebiasan. Motivasi mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi merupakan suatu proses, yang menentukan karakter dari proses tersebut
dengan melihat petunjuk dari tingkah lakunya. Motivasi ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dimulai dengan adanya
perubahan energi dalam pribadi yang menggerakkannya untuk tertarik dan
melakukan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini terjadi penurunan pencapaian nilai
kompetensi. Setelah diadakan dialog dengan siswa diperoleh keterangan bahwa
motivasi siswa menurun dalam mengerjakan job 1C, disebabkan karena adanya
110
penurunan semangat mengerjakan, yaitu kompetensi pada job 1C lebih sulit dari job
sebelumnya (1B). Disamping itu siswa belum sepenuhnya siap karena harus bekerja
pada mesin yang spesifikasinya lain antara satu dengan lainnya (CL 3).
2) Hasil kemandirian belajar dampak pembelajaran dan penilaian tindakan Siklus II,
disajikan dalam tabel 13 sebagai berikut :
Tabel 13. Kemandirian Belajar Siswa pada Siklus II
No. N a m a Skor Ket No. N a m a Skor Ket
1 Rudi Harcahyo 206
T 21 Johan Feri Susanta 195
T
2 Sugiyanto 201
T 22 Kiki Ary Setyawan 218
T
3 Teguh Jatmika 190
T 23 Nanung Sambudi 213
T
4 Tri Hari Yadi 191
T 24 Prasca Sundari A B 204
T
5 Untung Prasetyo 179
T 25 Samiaji 179
T
6 Widianto 208
T 26 Septiyadi Haryono 174
S
7 Yhoga Atya Aditama 213
T 27 Sukarno 218
T
8 Yohan Kristyawan 210
T 28 Tri Setiawan 200
T
9 Yosep Prastowo M 216
T 29 Wahyu Dimas P S. 193
T
10 Ade Windarto 182
T 30 Wahyu Febriyanto 207
T
11 Agus Priyanto 199
T 31 Wahyu Novianto 178
T
12 Aldiyan Santan 178
T 32 Wahyu Nugroho 193
T
13 Alfa Nanda Nugroho 205
T 33 Yayan Pratama 197
T
14 Bagus Aditya N 204
T 34 Aan Nurdiyanto 191
T
15 Catur Hartomo 181
T 35 Andi Nugroho 196
T
16 Dodik Haryadi 211
T 36 Anto Dwi Santoso 208
T
17 Dwi Haryono 179
T 37 Ari Sutejo 220
T
18 Dwi Jayanto 210
T 38 Ary Yuda Tama 174
S
19 Edi Dwi Saputra 198
T 39 Daru Suyatno 208
T
20 Heri Sulistyanto 201
T 40 Eli Dwi Prastyo 199
T
111
3) Pencapaian kompetensi dasar Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut dalam tabel
14 :
Tabel 14. Pencapaian nilai kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin
Bubut siklus II (Job 1C)
No. N a m a Nilai Ket No. N a m a Nilai Ket 1 Rudi Harcahyo 5,44 BK 21 Johan Feri Susanta 2,76 BK 2 Sugiyanto 6,66 K 22 Kiki Ary Setyawan 3,51 BK 3 Teguh Jatmika 7,10 K 23 Nanung Sambudi 4,09 BK 4 Tri Hari Yadi 7,01 K 24 Prasca Sundari AB 5,67 K 5 Untung Prasetyo 2,72 BK 25 Samiaji 8,70 K 6 Widianto 3,69 BK 26 Septiyadi Haryono 8,07 K 7 Yhoga Atya A 6,44 K 27 Sukarno 4,32 BK 8 Yohan Kristyawan 6,66 K 28 Tri Setiawan 3,27 BK 9 Yosep Prastowo M 6,43 K 29 Wahyu Dimas PS 9,08 K
10 Ade Windarto 5,71 K 30 Wahyu Febriyanto 5,53 K 11 Agus Priyanto 5,64 K 31 Wahyu Novianto 6,92 K 12 Aldiyan Santan 5,30 BK 32 Wahyu Nugroho 3,51 BK 13 Alfa Nanda N 4,74 BK 33 Yayan Pratama 5,61 K 14 Bagus Aditya N 5,84 K 34 Aan Nurdiyanto 7,20 K 15 Catur Hartomo 5,61 K 35 Andi Nugroho 4,13 BK 16 Dodik Haryadi 4,12 BK 36 Anto Dwi Santoso 2,68 BK 17 Dwi Haryono 4,80 BK 37 Ari Sutejo 7,60 K 18 Dwi Jayanto 7,72 K 38 Ary Yuda Tama 7,60 K 19 Edi Dwi Saputra 5,37 BK 39 Daru Suyatno 6,23 K
20 Heri Sulistyanto 5,35 BK 40 Eli Dwi Prastyo 4,09 BK
Hasil penilaian unjuk kerja praktik:
Jumlah nilai siswa kurang dari KKM = 18(BK = belum kompeten)
Jumlah nilai siswa mencapai KKM = 22 (K = kompeten) = 55 %
4) Komparasi nilai siswa pada siklus I dan nilai siklus II dapat dilihat dalam tabel 15
sebagai berikut :
112
Tabel 15. Komparasi Nilai Siswa pada Siklus I dan Siklus II
No. N a m a Siklus I Siklus II Selisih Ket
1 Rudi Harcahyo 9,2 5,44 3,76 Turun 2 Sugiyanto 4,73 6,66 1.93 Naik 3 Teguh Jatmika 7,47 7,1 0,37 Turun 4 Tri Hari Yadi 6,69 7,01 0.32 Naik 5 Untung Prasetyo 6,48 2,72 3,76 Turun 6 Widianto 4,18 3,69 0,49 Turun 7 Yhoga Atya A 5,26 6,44 1.18 Naik 8 Yohan K 4,36 6,66 2.3 Naik 9 Yosep P M 5,51 6,43 0.92 Naik 10 Ade Windarto 5,53 5,71 0.18 Naik 11 Agus Priyanto 5,38 5,64 0.26 Naik 12 Aldiyan Santan 5,37 5,3 0,07 Turun 13 Alfa Nanda N 6,8 4,74 2,06 Turun 14 Bagus Aditya N 6,45 5,84 0,61 Turun 15 Catur Hartomo 6 5,61 0,39 Turun 16 Dodik Haryadi 6,99 4,12 2,87 Turun 17 Dwi Haryono 6,96 4,8 2,16 Turun 18 Dwi Jayanto 7,3 7,72 0.42 Naik 19 Edi Dwi Saputra 3,51 5,37 1.86 Naik 20 Heri Sulistyanto 7,95 5,35 2,6 Turun 21 Johan Feri S 9,72 2,76 6,96 Turun 22 Kiki Ary S 3,16 3,51 0.35 Naik 23 Nanung S 8,24 4,09 4,15 Turun 24 Prasca SAB 9,72 5,67 4,05 Turun 25 Samiaji 5,53 8,7 3.17 Naik 26 Septiyadi H 8,06 8,07 0.01 Naik 27 Sukarno 7,05 4,32 2,73 Turun 28 Tri Setiawan 6,5 3,27 3,23 Turun 29 Wahyu D PS 9,6 9,08 0,52 Turun 30 Wahyu F 8,7 5,53 3,17 Turun 31 Wahyu Novianto 1,36 6,92 5.56 Naik 32 Wahyu Nugroho 6,65 3,51 3,14 Turun 33 Yayan Pratama 7,88 5,61 2,27 Turun 34 Aan Nurdiyanto 7,6 7,2 0,4 Turun 35 Andi Nugroho 7,36 4,13 3,23 Turun 36 Anto Dwi S 5,73 2,68 3,05 Turun
5) Komparasi kemandirian siswa pada Siklus I dengan Siklus II dapat dilihat dalam
tabel 16 sebagai berikut :
Tabel 16. Komparasi Skor Kemandirian Belajar Siswa pada Siklus I dan
Siklus II
No. N a m a Siklus I Siklus II Selisih Ket
1 Rudi Harcahyo 183 206 23 Turun
2 Sugiyanto 214 201 13 Naik
3 Teguh Jatmika 191 190 1
Naik
4 Tri Hari Yadi 190 191 1
Turun
5 Untung Prasetyo 201 179 22
Naik
6 Widianto 193 208 15
Turun
7 Yhoga Atya A 228 213 15
Naik
8 Yohan K 191 210 19
Turun
9 Yosep P M 215 216 1
Turun
10 Ade Windarto 174 182 8
Turun
11 Agus Priyanto 186 199 13
Turun
12 Aldiyan Santan 187 178 9
Naik
13 Alfa Nanda N 177 205 28
Turun
14 Bagus Aditya N 178 204 26
Turun
15 Catur Hartomo 170 181 11
Turun
16 Dodik Haryadi 194 211 17
Turun
114
17 Dwi Haryono 181 179 2
Naik
18 Dwi Jayanto 210 210 0
Naik
19 Edi Dwi Saputra 197 198 1
Turun
20 Heri Sulistyanto 195 201 6
Turun
21 Johan Feri S 195 195 0
Naik
22 Kiki Ary S 226 218 8
Naik
23 Nanung S 207 213 6
Turun
24 Prasca SAB 190 204 14
Turun
25 Samiaji 195 179 16
Naik
26 Septiyadi H 179 174 5
Naik
27 Sukarno 203 218 15
Turun
28 Tri Setiawan 191 200 9
Turun
29 Wahyu D PS 193 193 0
Naik
30 Wahyu F 202 207 5
Turun
31 Wahyu Novianto 183 178 5
Naik
32 Wahyu Nugroho 189 193 4
Turun
33 Yayan Pratama 198 197 1
Naik
34 Aan Nurdiyanto 188 191 3
Turun
35 Andi Nugroho 186 196 10
Turun
36 Anto Dwi S 202 208 6
Turun
37 Ari Sutejo 202 220 18
Turun
38 Ary Yuda Tama 192 174 18
Naik
39 Daru Suyatno 181 208 27
Turun
40 Eli Dwi Prastyo 214 199 15
Naik
d. Refleksi dan Evaluasi Hasil Penelitian Pada Siklus II
Refleksi merupakan implementasi dalam upaya pencapaian kompetensi dasar
Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut, yang akan menjawab tentang; 1) apa
115
yang berhasil ?; 2) apa yang belum berhasil ?; 3) mengapa hal itu terjadi ?; 4)
bagaimana selanjutnya ?
1. Apa yang berhasil ?
a) Peningkatan kompetensi siswa, berupa:
(1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan memahami dan
membaca gambar kerja, kemampuan membaca dan menggunakan alat
ukur dengan benar, kemampuan memahami tentang geometri alat
potong
(2) Ketrampilan (skill), yaitu kemampuan mengoperasikan mesin lebih
baik dan aman, sehingga dapat bekerja dengan baik, kemampuan
bekerja secara sistematis , mampu menganalisa langkah kerja
(3) Sikap (attittude), yaitu disiplin, berani bertanya, diskusi, dan mengerti
akan tanggung jawabnya.
b) Dampak proses belajar yang berhasil diciptakan dalam upaya pencapaian
kompetensi dasar Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut suatu
penelitian tindakan kelas di kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten,
meskipun belum mencapai nilai KKM secara klasikal 100% dari jumlah
siswa sebanyak 40 siswa, tetapi ada peningkatan dari dampak proses
pembelajaran sebelumnya, adalah :
(1) Kemandirian belajar siswa untuk merencanakan pekerjaannya lebih
sistematis, mampu menganalisa kebutuhan alat berupa pahat, caliper,
mengoperasikan mesin-mesin bubut yang beraneka macam jenisnya.
116
(2) Tingkat kemandirian juga terlihat dengan peningkatan interaksi dan
inisiatif siswa yang lebih aktif untuk bertanya dan berdiskusi dengan
guru atau temannya, disamping itu siswa mulai berani untuk
mengerjakan job-nya sendiri.
(3) Siswa lebih paham dengan kriteria penilaian yang diterapkan sehingga
memahami benar tentang tuntutan produk yang diinginkan
2. Apa yang belum berhasil ?
Berkurangnya jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dari 30 menjadi 24
perlu dicari penyebabnya. Observasi dan wawancara dilakukan pada siklus II.
Menurut Sukarno dan Wahyu F, diakatakan bahwa saat siswa bekerja dengan
mesin bubut menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya mampu mencekam
benda kerja dengan baik, setting pahat yang belum pas, dan pengaturan putaran
mesin yang belum pas. Pencekaman yang kurang tepat menyebabkan benda
kerja berputar oling, sehingga hasil pekerjaan tidak simetris bulat. Benda kerja
yang tidak simetris bulat sangat terlihat bila diadakan pencopotan berkali-kali
kemudian dikerjakan. Siswa juga belum menerapkan sepenuhnya pengaturan
kecepatan putar mesin bubut secara tepat, biasanya siswa bekerja pada putaran
yang lebih tinggi dari putaran yang diijinkan. Putaran yang terlalu tinggi
menyebabkan benda kerja mempunyai momen torsi yang tinggi sehingga mata
pahat lebih cepat tumpul tanpa disadari oleh siswa. Akibat selanjutnya dari
mata pahat yang tumpul adalah proses pembubutan/pemakanan menjadi
lambat. Observasi pada dokumen nilai menunjukkan bahwa pada pekerjaan
chamfer sering tidak tepat ukurannya. Pekerjaan chamfer sebenarnya mudah,
117
tetapi siswa sering mengabaikannya, padahal nilainya setara dengan ukuran-
ukuran lain. Selain pekerjaan chamfer, pekerjaan deburing juga banyak
diabaikan. Pekerjaan deburing penting untuk dikerjakan sebagai finishing
untuk menghindari kesalahan pengukuran dan membantu memperbaiki
performan/tampilan. Performan benda kerja meliputi pekerjaan deburing dan
pandangan. Penampilan benda kerja merupakan hal yang sangat penting
diajarkan, karena mempengaruhi “kepuasan pelanggan”. Benda kerja masih
banyak yang cacat akibat pencekaman yang berulang/berganti-ganti,
pemukulan saat setting, dan kehalusan permukaan yang kurang tepat sebagai
akibat pahat yang tumpul dan setting pahat yang tidak tepat sudutnya (CL 4).
3. Mengapa hal itu terjadi ?
Hasil refleksi dan analisis lapangan menunjukkan bahwa penyebab belum
berhasilnya upaya pencapaian kompetensi dasar mengoperasikan mesin bubut
adalah :
a) Keraguan dalam bekerja menyebabkan siswa kurang berani untuk bekerja
sepenuh hati, sehingga hasil yang diperoleh juga tidak maksimal.
b) Perpindahan mesin yang berbeda karakternya menyebabkan siswa harus
belajar mengoperasikan mesin dari awal lagi, sehingga proses pekerjaan
agak terhambat.
c) Siswa belum mampu sepenuhnya memahami geometri pahat bubut maupun
mengasah pahat bubut sendiri, sehingga pada saat tumpul tetap digunakan
118
untuk bekerja. Penggunaan pahat yang tumpul membuat pekerjaan lama
selesainya, dan kualitas permukaan yang tidak sesuai dengan tuntutan.
d) Siswa belum bisa membaca gambar kerja sepenuhnya, maupun memahami
kaidah penilaian yang dipakai, sehingga bekerja tanpa tujuan yang jelas.
4. Bagaimana selanjutnya ?
Dampak pada proses pembelajaran dari tindakan perlu ditingkatkan supaya
mencapai produk yang semakin baik, maka perlu dilaksanakan pembelajaran
dan penilaian tindakan siklus III, perencanaan harus lebih disempurnakan
dengan meningkatkan kualitas pembelajaran berdasarkan data-data yang
diperoleh dari refleksi pada siklus II. Berdasarkan Catatan lapangan (CL 7) ,
ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan pada tindakan untuk siklus III
sebagai perbaikan pada siklus II, antara lain ;
a) Meningkatkan perilaku belajar siswa ke arah yang lebih baik, dengan cara
memberikan evaluasi, apresiasi, dan motivasi untuk menyelesaikan job
secara cepat dan tepat sesuai tuntutan waktu dan kualitas produk yang
diminta. Siswa perlu didorong untuk “memberikan kepuasan pada
pelanggan” dalam menghasilkan produk kerja praktik, sesuai tuntutan yang
ada pada pedoman penilaian bahwa ada penambahan nilai bila mengerjakan
job lebih awal dengan nilai diatas 7,00 akan ada penambahan nilai, dan
pengurangan nilai bila terlambat dalam mengerjakan jobnya.
b) Meningkatkan kemandirian belajar siswa dengan cara memberi dorongan
supaya siswa lebih berani untuk menyelesaikan jobnya secara cepat,
mengambil risiko untuk berani gagal/sukses. Dorongan ini bertujuan untuk
119
meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk segera bekerja dengan cepat
tanpa banyak menunggu instruksi dari guru.
c) Meningkatkan pemahaman siswa tentang proses pengerjaan job dengan
mesin bubut, menyetting pahat dan pencekaman benda kerja yang lebih
tepat, memahami geometri pahat dan fungsinya. Pemahaman proses
pembubutan perlu ditingkatkan supaya ada kepastian dalam bekerja,
meliputi penulisan lembar work preparation, mengecek material,
identifikasi proses, identifikasi kebutuhan alat potong, identifikasi cooling,
identifikasi proses kerja, identifikasi putaran mesin, dan proses finishing.
Pemahaman clamping/pencekaman perlu ditingkatkan karena banyak siswa
yang belum bisa menyetting benda kerja pada cekam, sering benda kerja
masing oling saat berputar, sehingga memperngaruhi performan benda
kerja. Pemahaman tentang geometri pahat sangat membantu dalam bekerja,
karena siswa sering tidak tahu penyebab pekerjaan tidak efektif karena
mata pahat yang tumpul.
d) Membantu mengasah pahat yang tumpul. Pada saat mengasah pahat, siswa
dibimbing bagaimana memahami fungsi masing-masing sudut, baik itu
sudut baji, sudut buang, maupun sudut bebas. Setelah siswa cukup paham
dengan geomteri pahat bubut bisa mengasah sendiri tanpa bimbingan guru.
e) Menjelaskan adanya job pengayaan bagi yang mengerjakan job lebih awal
dengan produk sesuai tuntutan kualitas dan waktu, serta memberi job
remidiasi bagi yang nilai unjuk kerjanya dibawah tuntutan. Baik job
pengayaan maupun job remidiasi berfungsi untuk menambah nilai.
120
f) Meningkatkan upaya komunikasi dan konsultasi antara guru dan siswa saat
melakukan penilaian.
3. Deskripsi Penelitian Siklus III
Pada pelaksanaan siklus III, yaitu pada pertemuan -9 (tanggal 27 Agustus dan 8
Oktober 2009) , dan pertemuan -10 (tanggal 29 Agustus dan 10 Oktober 2009), siswa
mengerjakan job 1D, yang pada dasarnya materi praktik sama dengan siklus II. Pada
pelaksanaan tindakan III, siswa belajar tentang merencanakan kerja mesin bubut,
identifikasi kebutuhan bahan dan alat, perhitungan putaran mesin, pencekaman benda
kerja, dan proses pemakanan benda kerja hingga memperoleh hasil sesuai dengan job
1D, yang meliputi penilaian unjuk kerja praktik pembubutan lurus, bertingkat, facing,
chamfer, kehalusan, dan performan.
a. Perencanaan tindakan pembelajaran dan penilaian
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pembelajaran pada siklus II, selanjutnya
disusun rencana pembelajaran dan penilaian tindakan pada siklus III sebagai upaya
untuk meningkatkan kompetensi mengoperasikan mesin bubut siswa kelas XI TPB
semester 3 tahun ajaran 2009/2010 untuk mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
sebesar 5, 51 melalui penerapan strategi belajar mandiri.
Rencana pembelajaran dan penilaian tindakan III merupakan hasil revisi dalam
rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian pada siklus III, yang dinilai
belum mencapai nilai KKM secara klasikal 75 % dari jumlah siswa keseluruhan
sebanyak 40 siswa, bahkan mengalami penurunan jumlah siswa yang mencapai nilai
121
KKM dari 30 siswa menjadi 23 siswa. Beberapa upaya perbaikan yang akan
dilaksanakan pada siklus III mengacu pada refleksi yang dilakukan setelah siklus II,
yaitu ;
1) Meningkatkan perilaku belajar siswa ke arah yang lebih baik, dengan cara
memberikan evaluasi, apresiasi, dan motivasi untuk menyelesaikan job secara cepat
dan tepat sesuai tuntutan waktu dan kualitas produk yang diminta. Menekankan lagi
bahwa dalam format penilaian ada kolom penambahan nilai bila mengerjakan job
lebih awal dengan nilai diatas 7,00, dan ada pengurangan nilai bila terlambat dalam
mengerjakan jobnya.
2) Meningkatkan kemandirian belajar siswa dengan cara memberi dorongan supaya
siswa bekerja dengan cepat tanpa banyak menunggu instruksi dari guru.
3) Meningkatkan pemahaman siswa tentang proses pengerjaan job dengan mesin bubut,
menyetting pahat dan pencekaman benda kerja yanglebih tepat, memahami geometri
pahat dan fungsinya. Pemahaman proses pembubutan perlu ditingkatkan supaya ada
kepastian dalam bekerja, meliputi penulisan lembar work preparation, mengecek
material, identifikasi proses, identifikasi kebutuhan alat potong, identifikasi cooling,
identifikasi proses kerja, pencekaman, identifikasi putaran mesin, dan proses
finishing.
4) Membantu mengasah pahat yang tumpul pada saat mengasah pahat, siswa dibimbing
bagaimana memahami mengasah pahat sesuai fungsi masing-masing sudut, baik itu
sudut baji, sudut buang, maupun sudut bebas.
5) Meningkatkan upaya komunikasi dan konsultasi antara guru dan siswa saat
melakukan penilaian.
122
Adapun rencana pembelajaran dan penilaian tindakan pada siklus III disusun
sebagai berikut :
1) Menjelaskan ulang atau penyegaran kembali tentang upaya pencapaian kompetensi
dasar mengoperasikan mesin bubut dengan cara mendeskripsikan langkah kerja,
menganalisa kesulitan/masalah yang akan timbul, dan mencoba mencari trik
bagaimana menyelesaikannya secara cepat dan tepat.
2) Menentukan materi pembelajaran pada tindakan siklus III, secara keseluruhan yang
terangkum dalam tabel 16 berikut :
Tabel 17. Materi Pembelajaran Praktik Tindakan Siklus III
Bulan Pertemuan
ke-
Tindakan Kompetensi Dasar dan
indikator
Waktu
Juli -
September
9 - 10 2 3. Mengoperasikan Mesin:
3.1. Siswa dapat
menjelaskan proses
pembubutan sesuai job
yang ada
3.2. Siswa dapat melakukan
penjelasan langkah
penyelesaian pekerjaan
3.3. Siswa dapat
mengoperasikan mesin
bubut
12 jam
@ 45
menit
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan siklus III, yaitu pada pertemuan -9 (tanggal 27 Agustus dan 8
Oktober 2009) , dan pertemuan -10 (tanggal 29 Agustus dan 10 Oktober 2009), siswa
123
belajar tentang merencanakan kerja mesin bubut, identifikasi kebutuhan bahan dan alat,
perhitungan putaran mesin, pencekaman benda kerja, dan proses pemakanan benda
kerja hingga memperoleh hasil sesuai dengan job 1D, yang meliputi penilaian unjuk
kerja praktik pembubutan lurus, bertingkat, facing, chamfer, kehalusan, dan performan.
Pelaksanaan tindakan siklus III. Secara umum gambaran pembelajaran pada siklus III
adalah sebagai berikut;
1) Acara tatap muka dimulai; 1) guru menyampaikan ulasan singkat tentang materi
praktik yang akan dikerjakan, yaitu siswa diharapkan dapat menyetting benda kerja,
mengatur putaran mesin, mengoperasikan mesin bubut, mengerjakan benda kerja dan
finishing job, 2) guru menjelaskan prosedur pembelajaran dan penilaian yang akan
dilaksanakan, yaitu pembelajaran mandiri dan penilaian mandiri, termasuk tugas
guru lain sebagai instruktur, konsultan, dan assessor.
2) Siswa mempersiapkan pekerjaannya yang meliputi pembuatan perencanaan kerja
(work preparation), identifikasi material dan bahan, bekerja pada masing-masing
section, mengukur benda kerja dan menilainya sendiri dengan bimbingan guru. Pada
saat pengukuran dan penilaian lansgsung diadakan diskusi dan konsultasi singkat
oleh guru tentang hasil kerja siswa, sehingga siswa bisa langsung mengevaluasinya.
Siswa diberi kepercayaan untuk mengukur dan menilai pekerjaannya meskipun
tanpa/dengan bantuan guru. Penilaian mandiri ini dirasa sangat berguna bagi siswa,
karena akan membuat siswa benar-benar tahu job yang dikerjakannya, siswa juga
merasa puas dengan penilaian terhadap benda hasil kerjanya sesuai dengan kualitas
benda kerja yang dihasilkan, selain itu siswa juga berlatih untuk jujur menilainya.
124
3) Pada akhir pembelajaran guru memberikan ulasan singkat tentang temuan- temuan
praktik pemesinan, sehingga siswa langsung tahu kesalahan maupun
keberhasilannya, yang berguna untuk mengerjakan job selanjutnya.
c. Observasi
Observasi dilakukan bersama dengan teman sejawat sebagai kolaborator pada
saat pembelajaran dan penilaian tindakan III untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
kompetensi siswa, dan perilaku siswa dengan menerapkan strategi belajar mandiri
pada siswa kelas XII TPB SMK Kristen 1 Klaten. Observasi yang dilakukan melalui
dokumentasi nilai praktik dan penyebaran angket kemandirian belajar siswa.
1) Hasil observasi pencapaian nilai praktik
Hasil penilaian tentang kompetensi dasar Mengoperasikan Mesin Bubut job 1D
setelah diadakan pembelajaran dan pengukuran benda kerja hasil praktik dapat
dilihat dalam tabel 18 sebagai berikut;
Tabel 18. Pencapaian nilai kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin
Bubut Siklus III (Job 1D)
No. N a m a Nilai Ket No. N a m a Nilai Ket 1 Rudi Harcahyo 6,56 K 21 Johan Feri Susanta 6,80 K 2 Sugiyanto 6,70 K 22 Kiki Ary Setyawan 8,00 K 3 Teguh Jatmika 6,18 K 23 Nanung Sambudi 8,01 K 4 Tri Hari Yadi 4,90 BK 24 Prasca Sundari AB 7,54 K 5 Untung Prasetyo 5,52 K 25 Samiaji 3,78 BK 6 Widianto 6,74 K 26 Septiyadi Haryono 7,25 K 7 Yhoga Atya A 7,75 K 27 Sukarno 7,75 K 8 Yohan Kristyawan 8,00 K 28 Tri Setiawan 6,54 K 9 Yosep Prastowo M 6,24 K 29 Wahyu Dimas PS 8,51 K
125
10 Ade Windarto 5,75 K 30 Wahyu Febriyanto 8,00 K 11 Agus Priyanto 7,52 K 31 Wahyu Novianto 6,54 K 12 Aldiyan Santan 7,25 K 32 Wahyu Nugroho 4,98 BK 13 Alfa Nanda N 7,21 K 33 Yayan Pratama 6,23 K 14 Bagus Aditya N 6,04 K 34 Aan Nurdiyanto 7,70 K 15 Catur Hartomo 5,06 BK 35 Andi Nugroho 7,38 K 16 Dodik Haryadi 4,07 BK 36 Anto Dwi Santoso 4,85 BK 17 Dwi Haryono 7,27 K 37 Ari Sutejo 6,40 K 18 Dwi Jayanto 9,98 K 38 Ary Yuda Tama 7,80 K 19 Edi Dwi Saputra 7,90 K 39 Daru Suyatno 7,80 K
20 Heri Sulistyanto 7,92 K 40 Eli Dwi Prastyo 6,24 K
Hasil penilaian unjuk kerja praktik:
Jumlah nilai siswa kurang dari KKM = 6 (BK = belum kompeten)
Jumlah nilai siswa mencapai KKM = 34 (K = kompeten) = 85 %
2) Komparasi nilai siklus II dan siklus III dapat dilihat dalam tabel 19 berikut :
Tabel 19. Komparasi Nilai Siklus II dan Siklus III
No. N a m a Siklus
II Siklus
III Selisih Ket 1 Rudi Harcahyo 5,44 6,56 1,12 Naik 2 Sugiyanto 6,66 6,7 0,04 Naik 3 Teguh Jatmika 7,1 6,18 0,92 Turun 4 Tri Hari Yadi 7,01 4,9 2,11 Turun 5 Untung Prasetyo 2,72 5,52 2,8 Naik 6 Widianto 3,69 6,74 3,05 Naik 7 Yhoga Atya A 6,44 7,75 1,31 Naik 8 Yohan K 6,66 8 1,34 Naik 9 Yosep P M 6,43 6,24 0,19 Turun 10 Ade Windarto 5,71 5,75 0,04 Naik 11 Agus Priyanto 5,64 7,52 1,88 Naik 12 Aldiyan Santan 5,3 7,25 1,95 Naik 13 Alfa Nanda N 4,74 7,21 2,47 Naik 14 Bagus Aditya N 5,84 6,04 0,2 Naik 15 Catur Hartomo 5,61 5,06 0,55 Turun 16 Dodik Haryadi 4,12 4,07 0,05 Turun 17 Dwi Haryono 4,8 7,27 2,47 Naik 18 Dwi Jayanto 7,72 9,98 2,26 Naik
126
19 Edi Dwi Saputra 5,37 7,9 2,53 Naik 20 Heri Sulistyanto 5,35 7,92 2,57 Naik 21 Johan Feri S 2,76 6,8 4,04 Naik 22 Kiki Ary S 3,51 8 4,49 Naik 23 Nanung S 4,09 8,01 3,92 Naik 24 Prasca SAB 5,67 7,54 1,87 Naik 25 Samiaji 8,7 3,78 4,92 Turun 26 Septiyadi H 8,07 7,25 0,82 Turun 27 Sukarno 4,32 7,75 3,43 Naik 28 Tri Setiawan 3,27 6,54 3,27 Naik 29 Wahyu D PS 9,08 8,51 0,57 Turun 30 Wahyu F 5,53 8 2,47 Naik 31 Wahyu Novianto 6,92 6,54 0,38 Turun 32 Wahyu Nugroho 3,51 4,98 1,47 Naik 33 Yayan Pratama 5,61 6,23 0,62 Naik 34 Aan Nurdiyanto 7,2 7,7 0,5 Naik 35 Andi Nugroho 4,13 7,38 3,25 Naik 36 Anto Dwi S 2,68 4,85 2,17 Naik 37 Ari Sutejo 7,6 6,4 1,2 Turun 38 Ary Yuda Tama 7,6 7,8 0,2 Naik 39 Daru Suyatno 6,23 7,8 1,57 Naik
40 Eli Dwi Prastyo 4,09 6,24 2,15 Naik
Jumlah siswa yang nilainya naik = 30 siswa
Jumlah siswa yang nilainya turun = 10 siswa
3) Kemandirian belajar siswa pada siklus III dapat dilihat dalam tabel 20 berikut :
Tabel 20. Kemandirian Belajar Siswa pada Siklus III
No. N a m a Skor Ket No. N a m a Skor Ket
1 Rudi Harcahyo 187
T 21 Johan Feri Susanta 216
T
2 Sugiyanto 205
T 22 Kiki Ary Setyawan 241
T
3 Teguh Jatmika 195
T 23 Nanung Sambudi 207
T
4 Tri Hari Yadi 201
T 24 Prasca Sundari A B 206
T
5 Untung Prasetyo 210
T 25 Samiaji 207
T
6 Widianto 206
T 26 Septiyadi Haryono 209
T
7 Yhoga Atya Aditama 230
T 27 Sukarno 226
T
127
8 Yohan Kristyawan 197
T 28 Tri Setiawan 218
T
9 Yosep Prastowo M 235
T 29 Wahyu Dimas P S. 204
T
10 Ade Windarto 169
S 30 Wahyu Febriyanto 215
T
11 Agus Priyanto 203
T 31 Wahyu Novianto 198
T
12 Aldiyan Santan 200
T 32 Wahyu Nugroho 219
T
13 Alfa Nanda Nugroho 211
T 33 Yayan Pratama 218
T
14 Bagus Aditya N 215
T 34 Aan Nurdiyanto 218
T
15 Catur Hartomo 201
T 35 Andi Nugroho 206
T
16 Dodik Haryadi 205
T 36 Anto Dwi Santoso 199
T
17 Dwi Haryono 191
T 37 Ari Sutejo 221
T
18 Dwi Jayanto 214
T 38 Ary Yuda Tama 172
S
19 Edi Dwi Saputra 197
T 39 Daru Suyatno 212
T
20 Heri Sulistyanto 209
T 40 Eli Dwi Prastyo 226
T
4) Komparasi kemandirian belajar siswa pada siklus II dan siklus III dapat dilihat dalam
tabel 21 sebagai berikut ;
Tabel 21. Komparasi Kemandirian Belajar Siswa pada Siklus II dan Siklus III
No. N a m a Siklus II Siklus III Selisih Ket
1 Rudi Harcahyo 206 187 19
Turun
2 Sugiyanto 201 205 4
Naik
3 Teguh Jatmika 190 195 5
Naik
4 Tri Hari Yadi 191 201 10
Naik
5 Untung Prasetyo 179 210 31
Naik
6 Widianto 208 206 2
Turun
7 Yhoga Atya A 213 230 17
Naik
8 Yohan K 210 197 13
Turun
9 Yosep P M 216 235 19
Naik
128
10 Ade Windarto 182 169 13
Turun
11 Agus Priyanto 199 203 4
Naik
12 Aldiyan Santan 178 200 22
Naik
13 Alfa Nanda N 205 211 6
Naik
14 Bagus Aditya N 204 215 11
Naik
15 Catur Hartomo 181 201 20
Naik
16 Dodik Haryadi 211 205 6
Turun
17 Dwi Haryono 179 191 12
Naik
18 Dwi Jayanto 210 214 4
Naik
19 Edi Dwi Saputra 198 197 1
Turun
20 Heri Sulistyanto 201 209 8
Naik
21 Johan Feri S 195 216 21
Naik
22 Kiki Ary S 218 241 23
Naik
23 Nanung S 213 207 6
Turun
24 Prasca SAB 204 206 2
Naik
25 Samiaji 179 207 28
Naik
26 Septiyadi H 174 209 35
Naik
27 Sukarno 218 226 8
Naik
28 Tri Setiawan 200 218 18
Naik
29 Wahyu D PS 193 204 11
Naik
30 Wahyu F 207 215 8
Naik
31 Wahyu Novianto 178 198 20
Naik
32 Wahyu Nugroho 193 219 26
Naik
33 Yayan Pratama 197 218 21
Naik
34 Aan Nurdiyanto 191 218 27
Naik
35 Andi Nugroho 196 206 10
Naik
36 Anto Dwi S 208 199 9
Turun
129
37 Ari Sutejo 220 221 1
Naik
38 Ary Yuda Tama 174 172 2
Turun
39 Daru Suyatno 208 212 4
Naik
40 Eli Dwi Prastyo 199 226 27
Naik
5) Komparasi nilai Siswa pada siklus I, Siklus II, dan Siklus III dan rerata nilai untuk
ketiga siklus dapat dilihat dalam tabel 22 sebagai berikut :
TABEL 22. Komparasi nilai Siswa pada siklus I, Siklus II, dan Siklus III dan
rerata nilai :
No. N a m a NS1 NS2 NS3 r ket 1 Rudi Harcahyo 9,2 5,44 6,56 7,07 K 2 Sugiyanto 4,73 6,66 6,7 6,03 K 3 Teguh Jatmika 7,47 7,1 6,18 6,92 K 4 Tri Hari Yadi 6,69 7,01 4,9 6,2 K 5 Untung Prasetyo 6,48 2,72 5,52 4,91 BK 6 Widianto 4,18 3,69 6,74 4,87 BK 7 Yhoga Atya A 5,26 6,44 7,75 6,48 K 8 Yohan Kristyawan 4,36 6,66 8 6,34 K 9 Yosep Prastowo M 5,51 6,43 6,24 6,06 K 10 Ade Windarto 5,53 5,71 5,75 5,66 K 11 Agus Priyanto 5,38 5,64 7,52 6,18 K 12 Aldiyan Santan 5,37 5,3 7,25 5,97 K 13 Alfa Nanda N 6,8 4,74 7,21 6,25 K 14 Bagus Aditya N 6,45 5,84 6,04 6,11 K 15 Catur Hartomo 6 5,61 5,06 5,56 K 16 Dodik Haryadi 6,99 4,12 4,07 5,06 BK 17 Dwi Haryono 6,96 4,8 7,27 6,34 K 18 Dwi Jayanto 7,3 7,72 9,98 8,33 K 19 Edi Dwi Saputra 3,51 5,37 7,9 5,59 K 20 Heri Sulisyanto 7,95 5,35 7,92 7,07 K 21 Johan Feri Susanta 9,72 2,76 6,8 6,43 K 22 Kiki Ary Setyawan 3,16 3,51 8 4,89 BK 23 Nanung Sambudi 8,24 4,09 8,01 6,78 K
130
24 Prasca Sundari AB 9,72 5,67 7,54 7,64 K 25 Samiaji 5,53 8,7 3,78 6 K 26 Septiyadi Haryono 8,06 8,07 7,25 7,79 K 27 Sukarno 7,05 4,32 7,75 6,37 K 28 Tri Setiawan 6,5 3,27 6,54 5,44 BK 29 Wahyu Dimas PS 9,6 9,08 8,51 9,06 K 30 Wahyu Febriyanto 8,7 5,53 8 7,41 K 31 Wahyu Novianto 1,36 6,92 6,54 4,94 BK 32 Wahyu Nugroho 6,65 3,51 4,98 5,05 BK 33 Yayan Pratama 7,88 5,61 6,23 6,57 K 34 Aan Nurdiyanto 7,6 7,2 7,7 7,5 K 35 Andi Nugroho 7,36 4,13 7,38 6,29 K 36 Anto Dwi Santoso 5,73 2,68 4,85 4,42 BK 37 Ari Sutejo 7 7,6 6,4 7 K 38 Ary Yuda Tama 6,02 7,6 7,8 7,14 K 39 Daru Suyatno 4,7 6,23 7,8 6,25 K
40 Eli Dwi Prastyo 7,3 4,09 6,24 6,77 K Jumlah 260 212,6 272,7 252,8
rerata 6,5 5,595 6,817 6,319
d. Refleksi dan Evaluasi Hasil Penelitian Pada siklus III
Refleksi implementasi upaya pencapaian kompetensi dasar mengoperasikan
mesin bubut melalui penerapan strategi belajar mandiri suatu penelitian tindakan kelas
di kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten, berdasarkan Catatan Lapangan (CL 5 dan CL
8), akan menjawab pertanyaan tentang : a) apa yang berhasil ?; b) apa yang belum
berhasil ?; c) mengapa hal itu terjadi?; d) bagaimana selanjutnya ?
1. Apa yang berhasil ?
a) Implementasi pembelajaran dan penilaian mandiri pada siklus III berhasil
meningkatkan dampak pembelajaran praktikum di bengkel pemesinan, berupa
peningkatan penacapaian nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kompetensi
131
dasar Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut sebanyak 34 siswa dari 40
siswa telah mencapai nilai KKM sebesar 5, 51 (lima koma lima satu).
b) Dampak proses yang berhasil diciptakan dalam upaya pencapaian kompetensi
dasar mengoperasikan mesin bubut terlihat dari semangat dan kemandirian
belajar yang semakin baik. Motivasi belajar meningkat, terlihat dari keaktifan
siswa, baik dalam hal berdiskusi dengan teman/guru, semangat tinggi dalam
mengerjakan job, berani menerima tantangan/risiko kerja.
c) Siswa semakin menyadari arti pentingnya memberikan kepuasan pada
pelanggan, yaitu dengan menyelesaikan job sesuai kriteria yang dikehendaki
pada waktu yang tepat, ataupun lebih cepat
d) Siswa semakin memahami gambar kerja dan semua informasi yangada
didalamnya.
e) Siswa semakin percaya diri dalam bekerja mengoperasikan mesin bubut
2. Apa yang belum berhasil ?
a) Dampak produk yang berhasil diciptakan dalam upaya pencapaian kompetensi
dasar mengoperasikan mesin bubut dengan penerapan strategi belajar mandiri
suatu penelitian tindakan kelas di kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten belum
dapat mencapai hasil secara maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi
penuh KKM secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 40
siswa. Terbukti dari jumlah keseluruhan 40 siswa, masih terdapat 6 (15 %) siswa
yang belum mencapai nilai KKM sebesar 5,51 (lima koma lima satu).
b) Pembuatan kertas persiapan kerja (work preparation) dan pengerjaan benda
kerja masih lebih lambat dari waktu yang ditetapkan pada job sheet.
132
3. Mengapa hal itu terjadi ?
Dari hasil refleksi dan analisis lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
belum dapat mencapai nilai KKM sebesar 5, 51 secara klasikal 100%, terbukti yang
mencapai nilai KKM sebanyak 34 siswa (85%) dari 40 siswa, sedangkan sisanya
sebanyak 6 siswa (15 %) dari 40 siswa belum mencapai nilai KKM. Hal ini terjadi
karena:
a) Jam terbang praktik yang kurang banyak, sehingga siswa belum terbiasa
mengoperasikan bubut dengan spesifikasi yang berbeda, disamping itu tidak ada
benda kerja untuk latihan dahulu karena benda kerja yang dipakai langsung diukur
dan dinilai.
b) Siswa belum mampu membaca gambar sepenuhnya, sehingga hasilnya juga tidak
maksimal.
4. Bagaimana selanjutnya ?
Pencapaian hasil belajar yang maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi
penuh mencapai nilai KKM secara klasikal 100% dari jumlah siswa sebanyak 40
siswa belum sepenuhnya tercapai pada tindakan pembelajaran dan panilaian pada
siklus III, terbukti dari jumlah keseluruhan 40 siswa yang berhasil mencapainya
sebanyak 34 siswa (85 %), sedangkan sisanya sebanyak 5 siswa (15 %) belum
mencapai nilai KKM.
Berdasarkan data pencapaian kompetensi tersebut diatas, baik pencapaian nilai
hasil belajar pada Tindakan Siklus I, Siklus II dan Siklus III, maka bagi siswa yang
sudah menyelesaikan jobnya lebih awal, akan diberikan pengayaan job produksi,
sedangkan bagi siswa yang nilainya kurang dari KKM (belum kompeten) diberi
133
kesempatan untuk remidiasi, yaitu juga mengerjakan job produksi. Job pengayaan
direncanakan untuk menambah kompetensi membubut, yaitu mengerjakan bushing
untuk engsel , sedangkan job remedial direncanakan untuk mengulang pekerjaan
membubut dengan kompetensi yang sesuai dengan job pada masing-masing siklus,
yaitu mengerjakan shock engsel.
Sesuai kebijakan di bengkel Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan, maka
kriteria penilaian adalah penambahan nilai kompetensi dasar mengoperasikan mesin
bubut. Item/kompetensi bubut terdiri dari 3 job , yaitu job 1B, job 1C , dan job 1D,
sehingga penambahan nilai dilakukan dengan menambahkan nilai
pengayaan/remidiasi. Penambahan nilai yang dimaksud adalah menginventaris benda
kerja yang dihasilkan dengan kualitas layak pakai ( Go), sedangkan benda kerja yang
gagal ( No Go ) tidak mendapat penambahan nilai. Jumlah benda kerja yang berhasil
masuk kategori layak pakai kemudian dibagi tiga, selanjutnya hasil angka pembagian
ditambahkan pada rerata ( r ) nilai pada siklus I (job 1B), siklus II (job 1C), dan
siklus II (job 1D) untuk memperoleh nilai akhir ( NA ).
4. Deskripsi Program Remidiasi
a. Perencanaan Program Remidiasi
Benda kerja yang dikerjakan pada program remediasi adalah shock untuk engsel
pintu. Shock untuk engsel pintu mempunyai kompetensi yang sama, baik itu job 1B, 1C
maupun 1D, yaitu membubut lurus, bertingkat, facing dan chamfer. Pembelajaran
remidiasi diikuti oleh siswa yang belum mencapai nilai KKM. Adapun materi
134
pembelajaran praktik program pengayaan dan remidiasi tercantum dalalam tabel 23,
sebagai berikut :
Tabel 23. Materi Pembelajaran Praktik Program Remidiasi
Waktu Pertemuan
ke-
Tindakan Kompetensi Dasar dan
indikator
Waktu
3 September,
15 Oktober
2009
11 Remidiasi 3. Mengoperasikan
Mesin:
1. Siswa
dapat mengatur
putaran mesin
2. Siswa
dapat melakukan
setting
pencekaman
3. Siswa
dapat
mengoperasikan
mesin bubut
5 jam
@ 45
menit
b. Pelaksanaan Program Remidiasi
Program remidiasi dilaksanakan pada pertemuan -11, yaitu tanggal 3 September
2009) untuk kelompok I, dan tanggal 15 Oktober 2009 untuk kelompok II. Program
remidiasi bertujuan untuk kompensasi menambah pencapaian ketrampilan bekerja
dengan mesin bubut pada siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran
2009/2010, diikuti oleh 6 siswa yang belum mencapai nilai KKM. Hasil penilaian
berguna untuk menambah nilai pencapaian kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan
Mesin Bubut.
135
c. Hasil Penilaian Program Remidiasi
Hasil penilaian benda kerja remidiasi yang layak pakai (go) dapat dilihat dalam
tabel 24, sebagai berikut :
Tabel 24. Hasil Perolehan Benda Kerja Program Remidiasi
No. Nama Hasil No. Nama Hasil 5 Untung Prasetyo 3 28 Tri Setiawan 3 6 Widianto 2 30 Wahyu Novianto 2 16 Dodiki Haryadi 4 31 Wahyu Nugroho 3 22 Kiki Ary Setyawan 3 36 Anto Dwi Santoso 4
5. Deskripsi Program Pengayaan
a. Perencanaan Program Pengayaan
Benda kerja yang dikerjakan pada program pengayaan adalah bushing untuk
engsel pintu. Bushing untuk engsel pintu mempunyai kompetensi yang sedikit berbeda
dengan job 1B, 1C maupun 1D. Kesamaannya adalah yaitu membubut facing, dan
chamfer, sedangkan perbedaannya pada job bushing terdapat pekerjaan membuat lubang
(drilling) dan memperbesar lubang (boring). Program pengayaan diikuti oleh siswa
yang sudah mencapai nilai KKM. Adapun materi pembelajaran praktik program
pengayaan tercantum dalam tabel 25, sebagai berikut :
Tabel 25. Materi Pembelajaran Praktik Program Pengayaan
136
Waktu Pertemuan
ke-
Tindakan Kompetensi Dasar dan
indikator
Waktu
5 September,
29 Oktober
2009
12 Pengayaan Mengoperasikan Mesin:
Siswa dapat mengenal
cara lain untuk mengatur
putaran mesin,
melakukan setting
pencekaman, dan dapat
mengoperasikan mesin
bubut
7 jam
@ 45
menit
b. Pelaksanaan Program Pengayaan
Program pengayaan dilaksanakan pada pertemuan -12, yaitu tanggal 5
September 2009) untuk kelompok I, dan tanggal 29 Oktober 2009 untuk kelompok
II. Program ini bertujuan untuk menambah pencapaian ketrampilan tambahan bekerja
dengan mesin bubut pada siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran
2009/2010, diikuti oleh 34 siswa yang sudah mencapai nilai KKM. Hasil penilaian
berguna untuk menambah nilai pencapaian kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan
Mesin Bubut.
c. Hasil Penilaian Program Pengayaan
Hasil penilaian benda kerja yang layak pakai (go) pada program pengayaan
dapat dilihat dalam tabel 26, sebagai berikut :
Tabel 26. Hasil Perolehan Benda Kerja Program Pengayaan
137
No. N a m a Hasil No. N a m a Hasil 1 Rudi Harcahyo 5 20 Heri Sulisyanto 1 2 Sugiyanto 4 21 Johan Feri Susanta 3 3 Teguh Jatmika 1 23 Nanung Sambudi 3 4 Tri Hari Yadi 4 24 Prasca Sundari Ajar B 2 7 Yhoga Atya Aditama 3 25 Samiaji 2 8 Yohan Kristyawan 4 26 Septiyadi Haryono 2 9 Yosep Prastowo Mukti 4 27 Sukarno 3 10 Ade Windarto 4 29 Wahyu Dimas Pramu S. 2 11 Agus Priyanto 2 30 Wahyu Febriyanto 3 12 Aldiyan Santan 2 33 Yayan Pratama 3 13 Alfa Nanda Nugroho 3 34 Aan Nurdiyanto 2 14 Bagus Aditya Nugroho 2 35 Andi Nugroho 2 15 Catur Hartomo 2 37 Ari Sutejo 1 17 Dwi Haryono 4 38 Ary Yuda Tama 1 18 Dwi Jayanto 1 39 Daru Suyatno 1 19 Edi Dwi Saputra 2 40 Eli Dwi P 2
C. Pembahasan
Pada sub bab ini akan dibahas dampak proses pembelajaran dan penilaian yang
ditimbulkan setelah diadakan penerapan strategi belajar mandiri pada mata pelajaran
praktik pemesinan standar kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut,
kompetensi dasar mengoperasikan mesin bubut kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten
semester 3 tahun ajaran 2009/2010 untuk mencapai hasil belajar maksimal atau tingkat
pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai KKM sebesar 5, 51 (lima koma lima satu)
secara klasikal dari jumlah siswa keseluruhan. Proses perubahan akan dibahas sesuai
dengan karakterisik penelitian tindakan kelas, yang meliputi keadaan awal, keadaan dan
perubahan pada siklus I, keadaan dan perubahan pada siklus II, dan perubahan pada
siklus III, serta sesudah pembelajaran pengayaan/remedial.
138
Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru mata pelajaran praktik pemesinan kelas
XI TPB SMK Kristen 1 Klaten sebagai peneliti bersama dengan teman sejawat sebagai
kolaborator untuk mengukur seberapa besar dampak pembelajaran dan penilaian
terhadap pencapaian standar kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut,
kompetensi dasar mengoperasikan mesin bubut, melalui penerapan strategi belajar
mandiri yang diimplementasikan dengan jadwal blok (block schedule) dan penilaian
mandiri (self assessment).
Pada kondisi awal ( siklus I) nilai kemampuan pencapaian kompetensi dasar
mengoperasikan mesin bubut, yaitu siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten
mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 30 dari 40 siswa yang
mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 5,51, sisanya 10 siswa
belum mencapai nilai KKM. Prosentase jumlah siswa yang mencapai nilai KKM
sebesar 75%, sesuai dengan indikator kerja yang ditetapkan peneliti, dengan rerata nilai
sebesar 6,5.
Kemampuan pencapaian nilai KKM menurun dari siklus I ke siklus II, karena
terlihat hanya 23 dari 40 siswa yang mencapai nilai KKM, sisanya sebanyak 17 siswa
belum mencapai nilai KKM. Prosentase jumlah siswa yang mencapai nilai KKM
sebesar 57, 5 %, dengan rerata nilai sebesar 5, 595. Setelah dilakukan observasi dan
refleksi pada siklus II, maka dilakukan tindakan pada siklus III. Hasil pencapaian nilai
pada siklus III tercatat jumlah siswa mencapai nilai KKM sebanyak 34 siswa, sisanya 6
siswa belum mencapai nilai KKM. Prosentase pencapaian sebesar 85 %, dengan rerata
nilai sebesar 6, 817.
139
Secara kuantitatif nilai rerata hasil belajar mengalami penurunan dari tahap
siklus I ke siklus II, kemudian mengalami peningkatan lagi pada siklus III. Pada siklus I
terdapat sebanyak 10 siswa yang belum mencapai nilai KKM, pada siklus II terdapat
sebanyak 23 siswa yang belum mencapai nilai KKM, sedangkan pada siklus III masih
terdapat 6 siswa belum mencapai KKM. Pembelajaran pengayaan dan remidiasi
dilakukan untuk menambah nilai pencapaian kompetensi dasar mengoperasikan mesin
bubut. Hasil akhir pencapaian nilai pada siklus I adalah sebanyak 40 (100%) siswa
mencapai nilai KKM, dengan rerata nilai sebesar 7,177.
Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa penerapan strategi belajar
mandiri dengan langkah block schedulling dan self assessment berdampak pada kondisi
pembelajaran siswa. Guru menggunakan metode PBM praktek mandiri dan terstruktur
sehingga siswa tidak berebut mesin dan mandiri dalam praktek.
Siswa merasa puas dan termotivasi dengan penerapan block schedulling, karena
mesin tidak berebut antar teman. Jadwal blok mesin memotivasi siswa untuk bekerja
dengan target, bila siswa tidak mencapai target akan berakibat mengganggu antar siswa.
Siswa belajar banyak tentang membubut dengan berbagai tipe mesin berbeda. Langkah
block schedulling membantu memusatkan konsentrasi siswa pada pekerjaannya
sehingga tidak mudah terganggu oleh temannya. Pada mulanya siswa masih ragu untuk
bekerja tanpa didampingi guru/temannya, tetapi lama kelamaan karena siswa harus
bekerja pada mesinnya sendiri timbul rasa kemandirian belajar. Siswa tidak hanya
menanti perintah/bimbingan guru, tetapi mencoba menganalisa pekerjaannya sendiri,
menyelesaikan kesulitan yang dihadapi, tidak mementingkan nilai tetapi pada
penguasaan kompetensi dan kepuasan pribadi.
140
Penerapan penilaian mandiri memotivasi siswa untuk dapat mengetahui dengan
tepat kemajuan belajarnya. Siswa benar- benar tahu penekanan-penekanan mana yang
harus diutamakan, mengapa diutamakan, dan bagaimana cara mencapainya. Penerapan
strategi belajar mandiri yang dicapai dengan cara block schedulling dan self assessment
dapat membantu siswa mencapai nilai kompetensi yang maksimal.
Guru memberikan reward/punishment kepada siswa sehingga berdampak pada
siswa yaitu antusias dalam melakukan praktek. Siswa merasa puas dengan metode guru
yang menerapkan metode PBM Praktek mandiri dan terstruktur, penilaian obyektif dan
siswa puas dengan sistem penilaian yang melibatkan siswa sehingga tahu kriteria yang
dinilai oleh guru. Siswa memperoleh kesempatan yang banyak untuk bertanya kepada
guru untuk memperoleh informasi/ materi praktek yang belum jelas. Siswa menjalani
PBM praktik dengan semangat, sehingga hasil pencapaian kompetensi meningkat .
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada kelas XI TPB mempunyai
keterbatasan dan kelemahan sebagai berikut;
1. Waktu pembelajaran dan penilaian tindakan dirasa kurang. Alokasi waktu tatap muka
pembelajaran praktik kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten untuk masing-masing
siswa dirasa kurang dimanfaatkan secara maksimal, karena siswa masing sering
ragu- ragu dalam bekerja dengan mesin bubut, karena tidak ada kesempatan untuk
berlatih dahulu dengan benda kerja lain. Material yang dipakai didesain sedemikian
rupa sehingga pengerjaannya berkesinambungan dari job 1A. 1B, 1C, dan 1D.
141
2. Mesin-mesin bubut yang dipakai secara karakteristik, spesifikasi, dan ketelitian
terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga mau tidak mau siswa harus belajar dari
awal lagi untuk mengoperasikan mesin bubut yang berbeda.
3. Kelengkapan mesin bubut jauh dari standar yang harus dimiliki, sering siswa harus
mencari kelengkapan pada mesin lain, sehingga saling mengganggu antar siswa.
4. Kondisi alat ukur banyak yang tidak memenuhi standar.
5. Terpotongnya jadwal pembelajaran praktik oleh beberapa kegiatan sekolah cukup
mengganggu dalam kesinambungan dan konsentrasi praktik siswa.
6. Penilaian mandiri yang dilakukan siswa masih kurang maksimal, karena siswa belum
sepenuhnya tahu pedoman penilaian yang ditetapkan.
7. Evaluasi hasil praktik belum maksimal karena rasio guru dan siswa masih jauh dari
ideal, karena rasionya 1:20, sedangkan rasio idealnya adalah 1:8
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan- temuan dan hasil analisis data penelitian, maka selanjutnya
dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi belajar mandiri melalui langkah block
schedulling dan self assessment dapat meningkatkan pencapaian kompetensi Melakukan
142
Pekerjaan dengan Mesin Bubut Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan kelas XI
semester gasal di SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal sebesar 5, 51 (lima koma lima satu) secara klasikal 100% dari
jumlah siswa secara keseluruhan .
B. Implikasi Hasil Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas menunjukkan bahwa penerapan strategi belajar
mandiri melalui langkah block schedulling dan self assessment berdampak positif pada
proses dan produk pembelajaran dan penilaian. Dampak porses penerapan strategi
belajar mandiri menunjukkan bahwa perubahan perilaku belajar siswa telah terbukti
mampu meningkatkan upaya pencapaian kompetensi dasar mengoperasikan mesin
bubut .
Dampak produk dari penerapan strategi belajar mandiri menunjukkan bahwa
setelah diadakan pembelajaran dan penilaian tindakan pada siklus I, siklus II, siklus III,
pembelajaran pengayaan dan remedial dapat mencapai hasil belajar maksimal atau
tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) sebesar 5,51 (lima koma lima satu) secara klasikal 100% dari jumlah
keseluruhan sebanyak 40 siswa. Artinya seluruh siswa telah berhasil mencapai
kompetensi dasar mengoperasikan mesin bubut dengan sekurang-kurangnya
memperoleh nilai KKM 5,51 (lima koma lima satu).
Dengan demikian strategi belajar mandiri dapat diterapkan dalam pembelajaran
Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut kompetensi dasar mengoperasikan mesin
bubut. Disamping kompetensi siswa yang meningkat, penerapan strategi belajar mandiri
143
juga berdampak pada situasi dan kondisi pembelajaran praktik, yaitu peningkatan
kemandirian belajar, keaktifan, berani mengambil risiko, diskusi dan komunikasi baik
itu antar siswa maupun antara siswa dengan guru.
Penerapan strategi belajar mandiri dapat dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut :
1. Siswa dikenalkan dengan konsep strategi belajar mandiri melalui langkah block
schedulling dan self assessment.
2. Siswa diberi pengarahan bahwa perilaku belajar yang baik, kemandirian belajar,
penilaian mandiri, dan evaluasi akan sangat menolong upaya pencapaian kompetensi
standar Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut, oleh karena itu siswa perlu jujur
dalam belajar.
3. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan job- job yang ada dalam job sheet praktikum
kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut.
4. Siswa diberi tugas untuk mengukur dan menilai hasil kerjanya dengan bimbingan
guru.
5. Siswa dan guru melakukan evaluasi secara bersama-sama.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Bagi guru disarankan untuk memantau perilaku dan kemandirian belajar siswa. Guru
diharapkan dapat menyusun, menerapkan dan mengevaluasi pembelajaran praktik
pemesinan sehingga siswa dapat meningkatkan pencapaian standar kompetensi
144
Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut sekurang-kurangnya mencapai nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 5,51 (lima koma lima satu).
2. Bagi kepala bengkel supaya melakukan penataan bengkel dan kelengkapan mesin
untuk menjamin tersedianya kebutuhan yang diperlukan selama praktik. Mesin dan
alat alat ukur yang ada di bengkel pemesinan perlu diverifikasi dan dikalibrasi lagi
untuk menjamin akurasinya.
3. Bagi sekolah supaya menyelenggarakan pembelajaran praktik pada standar
kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut yang lebih banyak sehingga
siswa terbiasa dan terlatih bekerja pada mesin bubut.
4. Bagi peneliti supaya melakukan penelitian pada standar kompetensi yang lain, yaitu
mengefrais, menggerinda, menyekrap, dan kerja bangku.
DAFTAR PUSTAKA
Atwi Suparman. 2001. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI: Universitas Terbuka.
Dean. 2002. A Competency-based Curriculum for the Dental Undergraduate Programme. http://www.edtl.nus.edu.sg/link/mar2002/cover.htm. (17 September 2007)
Depdiknas. 2001. Reposisi Pendidikan Menjelang 2020. Jakarta
Dwi Atmoko. 2008. ”Efektivitas Penggunaan Jobsheet Pada Praktik Pemesinan Kelas II Teknik Pemesinan, Studi Kasus di SMK Kristen 1 Klaten”. Skripsi tidak diterbitkan. UNY.
Finch, Curtis R. 1992. Curriculum Development In Vocational and Technical Educationif. Needham Heights: Massachusetts 02194.
Haris Mudjiman. 2008. Belajar Mandiri. Surakarta : UNS Press
145
http://www. Block Schedulling By Request February 1997.htm. Block Schedulling. 28 Juni 2009.
http:// en.wikipedia.org/wiki/Self_Assesment. Motivation. 28 Agustus 2009.
http://www. Block Schedulling from a Match Teacher. Htm. Block Schedulling. 28 Juni 2009
http://newworldencyclopedia.org/wiki/Motivation.Motivation. 28 Agustus 2009
http : //www.vcaa.vic.edu.au/vce. Personal Learning 28 Juni 2009.
http ://edutech.unige.ch/en/Personal_Learning-environment Personal Learning. 28 Juni 2009.
( http://www. What Is Instructional Design. Theory. htm). Instructional Design. 28
Juni 2009
http://www.What is Design. Htm. Design. 28 Juni 2009
Joel Tadjo. 2004. Modul Pengukuran Hasil Belajar. Bandung:PPPGT
Jones. 2004. Mengenal Lebih Dekat Kurikulum Berbasis Kompetensi. Artikel diambil pada tanggal 17 September 2007, dari Swara Ditpertais: No.18 Th. II. 30 Oktober 2004.
Leslie Rae. 2005. Using Evaluation, Jakarta: Gramedia.
146
Mulyasa, H. E. 2009 Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mungin, E. W. 2009 Pengembangan Kurikulum SMK dan Penilaian. Jakarta: BNSP
Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara)
Roger, M.E & Shoemaker, F.F. 1997. Competence. New York: Free Press & London: Mac Millan Publishers.
Seels, Barbara B & Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan kawasannya. Jakarta: LPTK UNJ
Menuju Penyediaan Sumber Daya Insani yang Unggul. Pidato Pengukuhan
Guru Besar FKIP UNS, 2003.
Spencer. 1993. Competence Work: Models for superior performance. John Wiley & Son’s, Inc. New York.
Sri Rumini, et al 1995. Buku Pegangan Kuliah Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY.
Sudjatmiko. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Menunjang Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas.
Suharjono, Suharsimi Arikunto, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto. 1987. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukarno. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.Surakarta: Media Perkasa.
Sumi’at. 2009. “Upaya Pencapaian Kompetensi Dasar Membuat Dokumen Pengolah Angka dengan Variasi Teks, Tabel, Grafik, Gambar, dan Diagram Melalui Model Penilaian Berbasis Portofolio”. Tesis tidak diterbitkan. PPs UNS.
Supriyono Raharjo. “ Pembentukan Karakter dan Pengembangan Kompetensi Siswa Pendidikan Teknik di SMK Katolik Santo Mikael Surakarta dan Surakarta Competency and Technology Center Melalui Penerapan Total Quality Management”. Tesis tidak diterbitkan. PPs UNY.
Susilo, Herawati, et al.2009. Penelitian Tindakan Kelas, Malang : Bayumedia Publishing.
Wardiman Djoyonegoro. 1998. Pengembangan Sumberdaya Manusia Melalui
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Jakarta Jaya Agung Offset.
147
West, Charles K, James A. Farmer & Philiph M. Wolf, 1991. Implication from cognitif science. USA: 1991