PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PARAPARESE INFERIOR EC POST LAMINECTOMY DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Disusun Oleh : Harpeni Dwi Andrivani NIM. J100100009 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
18
Embed
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PARAPARESE ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
PARAPARESE INFERIOR EC POST LAMINECTOMY
DI RSUD SALATIGA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Disusun Oleh :
Harpeni Dwi Andrivani
NIM. J100100009
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ii
iii
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PARAPARESE INFERIOR EC POST LAMINECTOHY Di RSUD SALATIGA
(Harpeni Dwi Andriyani, 2013, 65 halaman) ABSTRAK
Latar Belakang: Kelemahan atau kelumpuhan parsial yang ringan dan tidak lengkap atau suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu disebut dengan paraparese. Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk sate atau lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena (Ohorella, 2011). Rumusan masalah: Apakah ada manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi paraparese inferior ec post lamictomy dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan LGS,dan meningkatkan aktifitas funngsional. Tujuan: Untuk mengetahui manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi paraparese inferior ec post lamictomy dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan LGS, dan meningkatkan aktifitas fungsional, dengan modalitas SWD, dan terapi latihan. Has& Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali didapatkan hash penurunan nyeri diam dari T1 1 cm menjadi 0 cm, nyeri tekan T1 2 cm menjadi 1 cm, dan nyeri gerak T1 4 cm menjadi 3 cm. meningkatnya LGS pada hip kiri dan trunk, meningkatnya kekuatan otot pada grup otot otot fleksor, ekstensor, adduktor, dan abduktor hip sinistra, dan peningkatan aktifitas fungsional pada terapi ke 6. Kesimpulan: Mekanisme paraparese inferior karena adanya kompresi intervertebra yang secara progresif dan kemudian mengarah pada terjadinya peruhahan pada daerah perbatasan tulang-tulang vertebra dan ligament. Proses deaenerasi sendiri dimulai dari nucleus, yang menjadi keras dan berkurang elastisitasnya. Anulus fibrosus menjadi mudah sobek dan menonjol keluar dari sela vertebra. Sendi apofiseal menjadi sempit, kartilago menipis atau hilang sama sekali, sehingga sendi menjadi kaku (Caillet, 1978). Problematika fisioterapi yang dihadapi adalah penurunan kekuatan otot pada kedua tungakai. Dengan menggunakann modalitas SWD, dan terapi latihan, bermanfaat terhadap penurunan nyeri, dan peningkatan kekuatan otot, dan meningkatkan serta mengoptimalkan aktifitas fungsional didapatkan hasil penurunan nyeri, meningkatnya LGS, meningkatnya kekuatan otot, dan peningkatan aktifitas fungsional. Kata kunci : parese inferior post laminectomy, SWD dan terapi latihan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelemahan pada kedua anggota gerak bawah yang disebabkan oleh
gangguan proyeksi korteks ke V neuron korteks serebri yang mengatur gerakan
folunter melalui jaras piramidal dan ekstrapiramidal. Aktivitas yang berlebihan
dan adanya trauma jatuh terduduk, dan terdapat kompresi menyebabkan
tetjadinyaparaparesi inferior.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan penulis di atas dapat dirumuskan
masalahnya yaitu: Apakah SWD, dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan LGS,dan meningkatkan aktifitas
fiinngsional, pada kasus paraparese inferior et causa post laminectomy?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh SWD, dan terapi latihan terhadap
pengurangan nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan LGS, dan
meningkatkan aktifitas fungsional, pada kasus paraparese inferior et causa post
laminectomy
BAB II
A. Deskripsi Kasus
1 . Definisi
Kelemahan pada kedua anggota gerak bawah yang disebabkan oleh
gangguan proyeksi korteks ke V neuron korteks serebri yang mengatur
gerakan folunter melalui jaras piramidal dan ekstrapiramidal. Aktivitas yang
berlebihan dan adanya trauma jatuh terduduk, dan terdapat kompresi
menyebabkan terjadinya paraparesi inferior.
2 . Etilogi
Paraparese adalah suatu keadaan berupa kelemahan pada ekstremitas.
Paraparesis bukan merupakan suatu penyakit yang berdiri sendiri, namun
merupakan suatu gejala ,ang disebabkan adanya kelainan patologis pada
medulla spinalis.
Kelainan-kelainan pada medulla spinalis tersebut diantaranya adalah
Multiple Sclerosis, suatu penyakit inflamasi dan demyelinisasi yang
disebabkan oleh berbagai macam hal. Diantaranya adalah kelainan genetik,
infeksi dari virus dan factor lingkungan.
Selain itu, paraparesis juga dapat disebabkan oleh tumor yang
menekan medulla spinalis, baik primer maupun skunder. Juga dapat
disebabkan oleh kelainan vasculer pada pembuluh darah medulla spinalis,
yang bisa berujung pada stroke medulla spinalis.
Semua keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya paraparesis
inferior, yang apabila tidak segera ditangani akan memperburuk keadaan
penderita. Sehingga, diagnosis dan penanganan yang tepat pada kelainan-
kelainan diatas diharapkan dapat membantu penderita paraparese untuk
mewujudkan kondisi yang optimal.
BAB III
A. PROSES FISIOTERAPI
Pasien merupakan seorang perempuan bernama Sri Rubini berumur 66 tahun,