Top Banner
PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN VESTIBULAR STIMULATION UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGIA DI KLINIK MITRA INSAN MANDIRI PONOROGO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : RATNA AGUSTIN J100160090 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISITERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019
16

PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

Oct 15, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE,

KNEELINGDAN VESTIBULAR STIMULATION UNTUK

MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN

KESEIMBANGAN PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC

DIPLEGIA DI KLINIK MITRA INSAN MANDIRI PONOROGO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III

pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

RATNA AGUSTIN

J100160090

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISITERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

ii

Page 3: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

iii

Page 4: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

iv

Page 5: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

1

PENALAKSANAAN FISOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY

SPASTIC DIPLEGIA DI KLINIK MITRA INSAM MANDIRI PONOROGO

Abstrak

Cerebral Palsy Spastic Diplegia disebabkan karena adanya kerusakan pada

korteks. Korteks bertanggung jawab untuk mengirimkan pesan ke tubuh untuk

membantu dalam kemampuan sosial dan kemampuan fungsi motorik lanjutan

yang mana dapat mengakibatkan spastisitas pada otot anggota gerak dan terjadi

keterbatasan gerak untuk melakukan aktifitas seperti berdiri dan berjalan secara

mandiri. Fisioterapi dalam meningkatkan kemampuan fungsional, memelihara

spastisitas, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan keseimbangan berdiri

pada kasus cerebral palsy spastic diplegia dengan mengunakan modalitas

bridging exercise dan kneeling. Setelah dilakukan terapi selama 4 kali pada

cerebral palsy spastic diplegia hasil penilaian pada spastisitas dari T1 ke T4 tidak

mengalami peningkatan spastisitas, pada kekuatan otot mengalami peningkatan

dengan hasil pasien dapat berdiri dengan satu kaki T1 : 6 detik T4 : 10 detik dan

kemampuan mototrik kasar menggunakan GMFM pada dimensi D (berdiri) dari

T1 : 38% menjadi T4: 40% dengan hasil pasien dapat berdiri sendiri secara

mandiri dan berdiri satu kaki selama 10 detik tetapi pasien belum dapat berjalan

secara mandiri atau masih membutuhkan bantuan orang lain. Bridging exercise

dan kneeling dapat meningkatkan kemampuan kekuatan otot, memelihara

spastisitas, meningkatkan kemampuan keseimbangan berdiri dan berjalan dan

meningkatkan kemampuan motorik pada level berdiri pada kasus cerebral palsy

spastic diplegia.

Kata kunci : Cerebral Palsy Spastic Diplegia, bridging exercise dan kneeling

Abstract

Diplegia Spastic Cerebral Palsy is caused due to damage to the cortex. The cortex

is responsible for sending a message to the body to assist in the social skills and

the ability of advanced motor functions which can lead to spasticity in the muscles

of the limbs and happened restriction of movement to perform activities such as

standing and walking independently. Physiotherapy in improving functional

ability, preserve spasticity, increase muscle strength and improve balance

established in the case of spastic diplegia cerebral palsy using the modalities for

bridging exercise and kneeling. After treatment for 4 times on cerebral palsy

spastic diplegia assessment results on spasticity from T1 to T4 does not increase

spasticity, the muscle strength has increased with the result of the patient can

stand with one foot T1: 6 seconds T4: 10 seconds and the ability mototrik rough

use GMFM the dimension D (stand) on T1: 38% to T4: 40% with the results the

Page 6: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

2

patient can stand on its own independently and stand on one leg for 10 seconds

but the patient can not walk independently or still need help from others. Bridging

exercise and kneeling can improve muscle strength, spasticity maintain, improve

balance up and running and improve motor skills at the level established in the

case of cerebral palsy spastic diplegia.

Keywords : Spastic Cerebral Palsy Diplegia, bridging exercise and kneeling

1. PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cerebral Palsy (CP) adalah terminologi yang digunakan untuk mendeskrip

sikan kelompok penyakit kronik yang mengenai pusat pengendalian

pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada tahun pertama

kehidupan dan secara umum keadaan tidak memburuk seiring

bertambahnya usia. CP disebabkan karena adanya kerusakan pada salah

satu area motorik otak yang akan mengganggu kemampuan otak untuk

mengontrol pergerakan dan postur (Suharso, 2006).

CP merupakan masalah yang umum, kejadian di seluruh dunia saat ini

mencapai 2 sampai 2,5 per 1000 kelahiran. Jenis utama CP yang terjadi

akibat kelahiran prematur adalah spastik diplegi, mencapai 40% sampai

60% dari semua jenis kasus CP (Rajeswari et al., 2017). Dari berbagai

penelitian banyak dijumpai anak CP mempunyai masalah lain misalnya

retardasi mental, gangguan visual dan kejang yang mungkin sudah terjadi

pada awal perkembangan otak pada janin (Sigmund Freud, 1897).

American Academi for Cerebral Palsy mengemukakan klasifikasi CP

sebagai berikut : klasifikasi neuro motorik yaitu spastic, atetoid, rigiditas,

ataxia, tremor dan mixed. Klasifikasi distribusi topografi keterlibatan

5neuromotorik : diplegia, hemiplegia, triplegia, quadriplegia (Sunusi dan

Nara, 2007).

Page 7: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

3

1.2 Tujuan

Berikut tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini :

1.2.1 Tujuan umum

Untuk membantu dalam meningkatkan kemampuan dalam hal

mengidentifikasi masalah dan mengambil kesimpulan mengenai

kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi.

1.2.2 Tujuan khusus

1.2.2.1 Mengetahui pengaruh Bridging Excercise dan kneeling

untuk meningkatkan kekuatan otot kaki pada kasus

Cerebral Palsy Spastik Diplegi.

1.2.2.2 Mengetahui pengaruh vestibular stimulation untuk

meningkatkan kekuatan otot kaki pada kasus Cerebral

Palsy Spastik Diplegi.

1.3 Manfaat

Berikut manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini :

1.3.1 Bagi penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pengaplikasian

intervensi bridging exercise, kneeling dan vestibular

stimulation pada pasien yang terdiagnosa kasus Cerebral Palsy

Spastik Diplegi.

1.3.2 Bagi institusi

Dalam penulisan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan

informasi obyektif sesuai dengan pengalaman yang empiris

serta dapat dijadikan referensi tentang pengaruh Bridging

Exercise, kneeling dan vestibular stimulation pada pasien yang

terdiagnosa Cerebral Palsy Spastik Diplegi.

1.3.3 Bagi masyarakat

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat

memberikan informasi serta pengetahuan pada masyarakat

tentang pengaruh Bridging Exercise, kneeling dan vestibular

Page 8: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

4

stimulation pada pasien yang terdiagnosa Cerebral Palsy

Spastik Diplegi.

2. METODE

Dalam posisi kneeling dapat mengaktifkan otot-otot kaki untuk

menstabilakan ekstremitas bawah dan panggul. Pada posisi ini tubuh

ditopang oleh lutut dan terdapat interaksi antara otot ekstensor dan fleksor

lutut untuk menyeimbangkan lutut. Selama kneeling pusat gravitasi tubuh

lebih rendah daripada berdiri (Rajeswari et al., 2017). Bridging exercise

berperan penting untuk meningkatkan kekuatan otot terutama pada otot

gluteus maximus. Pada pasien dengan diagnosa Cerebral Palsy spastic

diplegia biasanya mengalami kelemahan pada otot gluteus maximus yang

berfungsi untuk stabilitas saat berdiri. Penguatan gluteus maximus

berfungsi untuk menetralisir kekuatan illiopsoas dan erector spine yang

dapat meningkatkan otot bagian anterior panggul (Kol et al., 2018).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Terapi yang diberikan kepada A.P.N yang berumur 7 tahun dengan

diagnosa medis Cerebral Palsy Spastik Diplegia memiliki problematika

yaitu adanya spastisitas pada kedua AGB, keseimbangan belum baik,

pelvic masih lemah dan belum bisa berjalan sesuai gait analisis. Setelah

dilakukan terapi dengan modalitas Neurosensoris, stretching, vestibular

stimulation, kneeling dan bridging exercise dilakukan selama 4 kali terapi

di dapatkan hasil :

3.1.1 Kemampuan fungsional menggunakan GMFM

Setelah mendapatkan treatment selama 4x dengan bridging

exercise dan latihan jongkok-berdiri pada kemampuan

fungsioanl dengan pengukuran (GMFM) mendapatkan hasil

evaluasi sebagai berikut :

Page 9: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

5

Grafik Evaluasi Gross Motor Function Measure (GMFM)

Pada anak atas nama A.P.N dengan diagnosa Cerebral Palsy

Spastik Diplegiapada pemeriksaan awal (T1) total score 57,

58% dimana anak masih dalam fase motorik untuk berdiri ke

berjalan.

Hasil evaluasi 4x tindakan terapi menggunakan

bridging exercise dan kneeling menunjukkan peningkatan pada

dimensi D yaitu berdiri dari 38% ke 40% dengan item dapat

berdiri secara mandiri selama 10 detik. Untuk berjalan pasien

masih memerlukan bantuan orang lain untuk berjalan.

3.1.2 Adanya spastisitas dengan skala asworth

Hasil evaluasi spastisitas T1:

Anggota gerak Keterangan

AGA Dextra 0

AGA Sinistra 0

AGB Dextra 1

AGB Sinistra 1

Hasil evaluasi spastisitas T2:

Anggota gerak Keterangan

AGA Dextra 0

AGA Sinistra 0

AGB Dextra 1

AGB Sinistra 1

0%

50%

100%

Dimensi A Dimensi B Dimensi C Dimensi D Dimensi E

T1

T2

T3

T4

Page 10: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

6

Hasil evaluasi spastisitas T3

Anggota gerak Keterangan

AGA Dextra 0

AGA Sinistra 0

AGB Dextra 1

AGB Sinistra 1

Hasil evaluasi spastisitas T4 :

Anggota gerak Keterangan

AGA Dextra 0

AGA Sinistra 0

AGB Dextra 1

AGB Sinistra 1

Dari hasil terapi sebanyak 6 kali terapi, pasien masi

mengalami spastisitas pada anggota gerak bawah, belum

mengalami penurunan spastisitas pada anggota gerak bawah.

Tetapi pasien merasa miliki tingkat spastisitas yang ringan atau

hanya terasa pada akhir gerakan saja dan masih sangat mudah

untuk digerakkan.

3.1.3 Adanya penurunan kekuatan otot dengan XOTR

Anggota gerak Keterangan

AGA Dextra X (Normal)

AGA Sinistra X (Normal)

AGB Dextra X (Normal

AGB Sinistra X (Normal

Pada kasus ini kekuatan otot diukur menggunakan XOTR, yaitu

sebagai berikut, X : kekuatan normal, bila ada gerakan dan

kontaksi yang terjadi cukup, O : bila tidak ada kontaksi, T : bila

ada kontaksi namun tidak terjadi gerakan, R : bila gerakan yang

terjadi merupakan reaksi reflek. Dilakukan anak dengan instruksi

Page 11: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

7

terapis untuk mengangkat tangan dan kaki pasien secara aktif

kemudian terapis mengamatinya (Ulaiqoh., 2016)

Dari awal pemeriksaan di dapatkan hasil kekuatan otot

menggunakan XOTR dengan hasil awal X (Normal) dan hasil

akhir X (Normal).

3.2 Pembahasan

3.2.1 Kekuatan otot

Pada anak dengan Cerebral Palsy memiliki permasalahan

pada kekuatan ototnya, yang mana dapat mempengaruhi dari

aktifitas mereka. Kelemahan, kurangnya kontrol selektif

sehingga akan berdampak pada perkemabangan motorik anak

yang mana dalam keterampilan menggerakkan sendi-sendi

kecil untuk melakukan pergerakan sampai dengan

menggerakkan sendi yang lebih besar, berpindah tempat

seperti berdiri ke duduk yang melibatkan anggotgerak tubuh

secara kompleks.

Intervensi kneeling dalam hal ini memberikan peningkatan

kekuatan otot pada anak Cerebral Palsy Diplegia yaitu

kneeling memberikan beban yang berat di pinggul sehingga

lutut berusaha mempertahankan pada posisi aligment yang

benar. Pada posisi kneeling fasilitasi otot panggul misalnya

(gluteus medius) difokuskan untuk menstabilakn postural di

bidang frontal. Hasil penelitian sudah terbukti bahwa selama

kneeling otot perut bagian anterior, posterior dan erector

spine untuk mempertahankan kontrol postur sehingga dapat

memperkuat otot-otot tersebut.

Intervensi bridging exercise juga berperan penting untuk

meningkatkan kekuatan otot terutama pada otot gluteus

maximus. Pada pasien dengan diagnosa Cerebral Palsy

spastic diplegia biasanya mengalami kelemahan pada otot

gluteus maximus yang berfungsi untuk stabilitas saat berdiri.

Page 12: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

8

Penguatan gluteus maximus berfungsi untuk menetralisir

kekuatan illiopsoas dan erector spine yang dapat

meningkatkan otot bagian anterior panggul (Kol et al., 2018).

3.2.2 Spastisitas

Pasien dengan kondisi CP spastik Diplegia biasanya

mengalami spastisitas pada kedua tungkai terutama pada

otot gastrocnemius. Pasien dengan nama A.P.N juga

mengalami permasalahan yang sama tetapi pasien hanya

mengalami spastisitas yang sedikit. Untuk mengontrol

spasme dapat dilakukan penguluran atau stretching pada

otot gastrocnemius.

Stretching merupakan teknik penguluran yang

dilakukan pada jaringan lunak dengan tujuan akan terjadi

stimulasi pada serabut saraf alfa motor neuron dan gama

motor neuron yang akan memberikan sifat neuroflexive otot

(Phill, 2012).

3.2.3 GMFM (Gross Motor Function Measue)

Hasil evaluasi dari grafik menunjukkan adanya perubahan

dalam penilaian perkembangan motorik kasar, setelah

dilakukan intervensi menggunakan briding exercise,

kneeling, vestibular stimulation, dimana peningkatan

terlihat dalam hal berdiri secara mandiri, walaupun masih

dalam tahap dimensi D ke E dalam score GMFM. Dalam

dimensi D, pasien seharusnya sudah bisa berdiri sensiri

secara mandiri tanpa bantuan orang lain, kemudian pada

dimensi E pasien harus bisa berjalan sendiri secara mandiri

tanpa bantuan orang lain.

Peningkatan pada motorik kasar dalam stimulasi

vestibular diperlukan untuk mendeteksi posisi tubuh dan

gerakan yang berhubungan langsung dengan gravitasi dan

lingkungan. Bridging exercise dan kneeling juga berfungsi

Page 13: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

9

untuk memperkuat kekuatan otot ekstremitas bawah

sehingga dapat mempertahankan posisi pada gravitasi dan

lingkungan (Rajeswari et al, 2017)

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Pasien dengan nama A.P.N, usia 7 tahun dengan diagnosa medis

Cerebral Palsy Spastik Diplegia setelah dilakukan tindakan fisioterapi

selama 4x treatment dengan bridging exercise dan kneeling di Klinik

Mitra Insan Mandiri Ponorogo, didapatkan hasil evaluasi sebagai

berikut :

4.1.1 Bridging exercise dan kneeling dapat meningkatkan kekuatan

otot, hal ini setelah dilakukan pemeriksaan kekuatan otot

menggunakan XOTR, perubahan terjadi pada kedua tungkai

yang menunjukkan progres pada T3 ke T4 yang pada sebelum

terapi hanya bisa berdiri selama 6 detik dan pada terapi ke 3

mendapatkan hasil pasien dapat berdiri selama 10 detik.

4.1.2 Bridging exercise dan vestibular stimulation dapat

meningkatkan keseimbangan anak, pada awal sebelum terapi

anak belum mampu mengangkat satu kaki, kemudian setelah

dilakukan terapi sebanyak 4x terapi pada T4 anak mampu

mengangkat satu kaki selama 5 detik tanpa bantuan.

4.1.3 Bridging exercise, kneeling, vestibular stimulation dapat

meningkatkan kemampuan motorik kasar menggunakan

GMFM (Gross Motor Functional Measure) pada anak

Cerebral Plalsy Diplegia yang mana anak mampu

mempertahankan posisinya yang menunjukkan adanya

peningkatan keseimbangan sekaligus peningkatan kekuatan

otot pada ekstremitas bawah pasien.

Page 14: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

10

4.2 Saran

4.2.1 Kepada pasien

Semangat untuk adanya perkembangan dalam treatment harus

diimbangi dengan kegiatan dari pasien, hal yang paling

berpengaruh adalah pada lingkungan keluarganya, dengan cara

memberi motifasi pada anak dan ikut dalam melakukan kegiatan

yang membangun akan perkembangan anak seperti harus berdiri

ketika melakukan ibadah, dan melakukan kegiatan semandiri

mungkin. Dilingkungan keluarga yang mendukung diimbangi

dengan menjalani terapi dan melakukan kegiatan yang sama

ketika tidak saat melakukan terapi, disarankan kepada orang tua

untuk selalu mengawasi perkembangan fungsional anak dan

selalu melatih anak untuk meningkatkan kemampuannya.

4.2.2 Kepada Fisioterapis

Sebelum memberikan terapi, fisioterapis perlu mengetahui dan

memahami hal-hal yang menjadi kekurangan atau hambatan

yang belum bisa dicapai oleh pasien. Fisioterapis juga harus

mengetahui tentang patologis dan etiologi pada kasus pediatri

yaitu Cerebral Palsy Spastik Diplegia sehingga dapat

menerapkan intervensi, menganalisa permasalahan, mampu

mengevaluasi, sehingga dapat berjalan sesuai harapan dengan

tepat seberapa jauh kemungkinan akan terjadi perubahan

disetiap treatment. Hal yang paling penting ketika memberikan

pelayanan, hendaknya melakukan pelayanan sesuai prosedur

yang ada.

4.2.3 Kepada Masyarakat

Dalam kasus Cerebral Palsy, masyarakat perlu mengetahui

penyebab anak dalam permasalahan tumbuh dan kemabang,

hal ini tentu dipengaruhi oleh keadaan orang tua pada anak,

kondisi ibu ketika hamil, saat hamil, setelah lahir dan usia

orang tua akan mempengaruhi pada tumbuh kemabang anak.

Page 15: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

11

Dalam hal ini masyarakat perlu mengetaui apa yang menjadi

tanda dan gejala pada anak Cerebral Palsy,kemudian anak

yang berkebutuhan khusus harus diperhatikan secara khusus,

disini peran masyarakat dan orang tua akan mendukung

perkembangan motorik anak sehingga dapat memaksimalkan

aktifitas fungsional anak.

DAFTAR PUSTAKA

Graham, H. K. and Ed, F. (2005) ‘Classifying Cerebral Palsy’, pp. 37–38.

Hosseini, S. A. et al. (2015) ‘Investigating the Effects of Vestibular

Stimulation on Balance Performance in Children with Cerebral Palsy :

A Randomized Clinical Trial Study’, 2, pp. 41–46.

Wren, T. A. L., Rethlefsen, S. and Kay, R. M. (2005) ‘Prevalence of

Specific Gait Abnormalities in Children With Cerebral Palsy Influence

of Cerebral Palsy Subtype , Age , and Previous Surgery’, 25(1), pp. 79–

83.

Of, E. et al. (2009) ‘EFFECT OF SENSORY INTEGRATION THERAPY

ON GROSS MOTOR FUNCTION IN CHILDREN WITH

CEREBRAL PALSY’, (1), pp. 43–48.Palsy, D. C. (2017) ‘EC

ORTHOPAEDICS Research Article Muscle Performance as Predictors of

Standing Ability in Children with Spastic Diplegic Cerebral Palsy’, 2, pp.

72–88.

Sankar, C. and Mundkur, N. (2005) ‘Cerebral Palsy – Definition ,

Classification , Etiology and Early Diagnosis’, 72, pp. 865–868.

Kol, S., Mohanty, P. and Pattnaik, M. (2018) ‘Strengthening exercises versus

neuro- muscular electrical Stimulation of gluteus maximus on pelvic

obliquity in children with spastic diplegic cerebral palsy : A comparative

study’, pp. 165–170. doi: 10.4103/ijhas.IJHAS.

K, J. and S, H. (2015) ‘Effects of trunk-hip strengthening on standing in children

with spastic diplegia : a comparative pilot study’.

Shin, J., Song, G. and Ko, J. (2017) ‘The effects of neck and trunk stabilization

Page 16: PENATALAKSANAAN BRIDGING EXERCISE, KNEELINGDAN …eprints.ums.ac.id/74701/12/naskah publikasi ratna a.pdf · 2019. 7. 30. · AGB Sinistra 1 Hasil evaluasi spastisitas T2: Anggota

12

exercises on cerebral palsy children ’ s static and dynamic trunk

balance : case series’, pp. 771–774.

Studi, P. et al. (2016) ‘LAYANAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL

PALSY DI SLB G DAYA ANANDA KALASAN SLEMAN’.

Blundell, S. W. et al. (2003) ‘Functional strength training in cerebral palsy : a

pilot study of a group circuit training class for children aged 4 – 8 years’,

pp. 48–57.

Ii, B. A. B. and Teoritis, T. (2010) ‘No Title’, pp. 8–22.

Wiart, L., Darrah, J. and Kembhavi, G. (2008) ‘Stretching with Children with