Top Banner
PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR ESTHER AFANIA ATAUPAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
95

PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Mar 05, 2019

Download

Documents

buithu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI

KABUPATEN KUPANG PROPINSI

NUSA TENGGARA TIMUR

ESTHER AFANIA ATAUPAH

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penangkapan Ikan Kakap (Lutjanus

sp.) di Sekitar Pulau Timor adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen

pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2010

Esther Afania Ataupah

Page 3: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

ABSTRAK

ESTHER AFANIA ATAUPAH, C44062910. Penangkapan Ikan Kakap (Lutjanus

sp.) di Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dibimbing oleh

MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITA dan ROZA YUSFIANDAYANI .

Informasi tentang perikanan tangkap secara menyeluruh masih sangat minim

karena terbatas pada statistik perikanan yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah

seperti di pulau Timor. Kegiatan penangkapan ikan di Pulau Timor masih

menerapkan sistem yang sederhana, terutama jika dilihat dari spesifikasi unit

penangkapan ikan yang belum menggunakan peralatan yang rumit dalam

pengoperasiannya dan kemampuan nelayan. Secara umum, kegiatan penangkapan

ikan tidak hanya ditentukan oleh unit penangkapan ikan saja, akan tetapi sangat

dipengaruhi juga oleh faktor alam yang bersifat musiman. Perubahan pada kondisi

oseanografi menyebabkan perubahan terhadap kelimpahan ikan di suatu tempat

akibat migrasi ikan, tingkah laku ikan dan sebagainya. Hal ini selanjutnya

menyebabkan terjadinya perubahan daerah penangkapan ikan karena aktivitas

nelayan sangat dipengaruhi oleh kondisi laut dan angin sehingga daerah

penangkapan ikan tidak selalu tetap sepanjang tahun. Tujuan dari kegiatan

penelitian ini adalah: 1). Mengetahui spesifikasi unit penangkapan ikan yang

digunakan untuk menangkap ikan kakap di Kabupaten Kupang, 2). Mengetahui

daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang, dan 3)

Menganalisis hasil tangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) dari jenis alat tangkap

yang digunakan untuk menangkap ikan kakap di Kabupaten. Penelitian dilakukan

pada bulan Januari-April 2010. Pengumpulan data lapangan dilakukan selama

bulan Februari 2010 dengan mengambil lokasi di Pelabuhan Perikanan Pantai

Tenau-Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Data mengenai daerah

penangkapan ikan dan unit penangkapan yang diperoleh, diklasifikasi dan

dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan tabulasi dan gambar peta,

sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk

mengetahui produktivitas bulanan ikan kakap dari alat tangkap yang digunakan

untuk menangkap ikan kakap. Jenis alat tangkap utama yang digunakan untuk

menangkap ikan kakap (Lutjanus sp.) di perairan Kabupaten Kupang adalah rawai

dasar, pancing ulur, dan bubu. Nelayan penangkap ikan kakap (Lutjanus sp.) yang

berpangkalan di PPP Tenau, Kabupaten Kupang umumnya beroperasi di perairan

yang berterumbu-karang. Lokasi tersebut adalah kawasan yang tidak jauh dari

pangkalan, yaitu kota Kupang (1 mil) dan sekitar Pulau Kera (4 mil), serta

kawasan yang cukup dari pangkalan, yaitu di sekitar Pulau Semau (12 mil),

Kecamatan Papela (25 mil), Kecamatan Landu (40 mil) dan Kecamatan Lole (60

mil).Ukuran ikan kakap yang ditangkap oleh rawai dasar lebih besar dari ikan

kakap yang tertangkap dengan pancing ulur dan bubu. Hasil tangkapan bulanan

ikan kakap terbanyak diperoleh dari operasi rawai dasar, yaitu 57% dari seluruh

ikan kakap yang diperoleh selama 14 bulan; pancing ulur dan bubu masing-

masing memproduksi ikan kakap sebanyak 37% dan 6%.

Kata kunci : Unit penangkapan, daerah penangkapan ikan, ikan kakap (Lutjanus sp.)

Page 4: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

© Hak cipta IPB, tahun 2010

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2) Dilarang mencantumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa seijin IPB.

Page 5: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI

KABUPATEN KUPANG PROPINSI

NUSA TENGGARA TIMUR

ESTHER AFANIA ATAUPAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 6: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Judul Skripsi : Penangkapan Ikan Kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten

Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur

Nama Mahasiswa : Esther Afania Ataupah

NRP : C44062910

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui,

Komisi Pembimbing I Komisi Pembimbing II

Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi

NIP: 19630315 1987031003 NIP: 197408232008012006

Diketahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc

NIP: 196212231987021001

Tanggal Lulus: 13 Juli 2010

Page 7: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

KATA PENGANTAR

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada

Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan

Februari 2010 ini adalah Penangkapan Ikan Kakap (Lutjanus sp.), dengan judul

Penangkapan Ikan Kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang Propinsi Nusa

Tenggara Timur.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc

dan Dr. Roza Yusfiandayani. S.Pi selaku pembimbing I dan pembimbing II yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc selaku penguji tamu penulis pada

saat ujian skripsi dan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Ir.

Muhammad Imron, M.Si selaku komisi pendidikan pada saat ujian skripsi penulis

serta ucapkan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah

membantuh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun. Semoga hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang memerlukannya

dikemudian hari.

Bogor, Juli 2010

Esther Afania Ataupah

Page 8: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

UCAPAN TERIMA KASIH

Suatu kehormatan bagi penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi

banyak mendapatkan arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima

kasih penulis ucapkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kasih setiaNya kepada penulis

untuk dapat menyelesaikan skripsi ini sampai pada tahap akhir.

2. Bapak Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc dan Ibu Dr. Roza Yusfiandayani. S.Pi

sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan bimbingannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc sebagai penguji tamu penulis

pada saat ujian skripsi.

4. Bapak Dr. Ir. Muhammad Imron, M.Si sebagai komisi pendidikan pada saat

ujian skripsi penulis.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Propinsi Nusa

Tenggara Timur yang telah memberikan beasiswa kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor.

6. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kepala

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kupang, Kepala Pelabuhan

Perikanan Pantai Tenau Kupang yang telah membantu penulis dalam

mendapatkan informasi yang penulis butuhkan selama penelitian.

7. Papa dan mama atas segala dukungan baik semangat maupun dana yang

diberikan kepada penulis, serta doa yang selalu menyertai.

8. Kak Opa, kak Nona, kak Yalen, kak Sami, kak Risna, dan adik Oma yang

selalu mendukung penulis dalam melakukan penelitian dan penyelesaian

skripsi.

9. Kak Risna dan kak Yefta yang selalu temani penulis dalam melakukan

penelitian selama di Kupang.

10. Kak Eri, Yeti dan Ayu atas persaudaraan selama di Bogor yang selalu

memberikan dukungan, dan masukan buat penulis dalam menyelesaikan

skripsi.

11. Teman-teman PSP 43.

Page 9: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

12. Saudara-saudara GAMANUSRATIM atas dukungannya bagi penulis selama

penyusunan skripsi.

13. Jenius corporation atas dukungannya bagi penulis selama penyusunan skripsi.

14. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

mendukung penulis adalam menyelesaikan skripsi.

Page 10: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di SoE pada tanggal 12 Februari

1989. Penulis adalah anak ke enam dari tujuh bersaudara dari

pasangan Benny Ataupah dan Solita Nubatonis. Penulis

memulai pendidikan formalnya pada tahun 1994 di SD Negeri

Tubunaus dan lulus pada tahun 2000, setelah itu penulis

melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1 SoE dan

dinyatakan lulus pada tahun 2003. Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di

SMA Negeri 1 SoE dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor pada tingkat persiapan bersama melalui jalur

beasiswa utusan daerah (BUD) dari Kabupaten Timor Tengah Selatan Propinsi

Nusa Tenggara Timur, dan pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan

organisasi sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa PMK IPB tahun 2006

sampai sekarang. Penulis pernah menjabat sebagai bendahara komisi pelayanan

diaspora PMK IPB pada tahun 2008-2009, anggota Departemen Kewirausahaan

Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun

2009-2010. Selain itu juga aktif pada organisasi mahasiswa daerah Keluarga

Mahasiswa Nusa Tenggara Timur (GAMANUSRATIM) sejak tahun 2006 sampai

sekarang, dan mengikuti berbagai kepanitiaan lainnya.

Pada tahun 2010, penulis melakukan penelitian dengan judul

“Penangkapan Ikan Kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang Propinsi

Nusa Tenggara Timur ” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap,

Departemen Pemanfataan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Page 11: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL …………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………

1.2 Tujuan Penelitian ……………………………………………………........

1.3 Manfaat Penelitian ………………………………………………………..

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Kakap …………………………………………………….

2.1.1 Makanan dan kebiasaan makan …………...…………….................

2.1.2 Sifat hidup dan pemijahan …………. ……………………………..

2.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap ……………………………………..

2.2.1 Kapal ………………………………………………………….........

2.2.2 Alat dan metode penangkapan ………………………………..........

2.2.3 Daerah penangkapan ikan …………………………………….........

2.3 Sebaran Sumberdaya Ikan …..……………………………………………

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat ……………………………………………………….

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ………………………………………………..

3.3 Metode Penelitian ………………………………………………………...

3.3.1 Unit penangkapan ikan dan pengoperasiannya ………………........

3.3.2 Komposisi hasil tangkapan ………………………………………...

3.3.3 Daerah penangkapan ikan ………………………………………...

3.4 Metode Analisis Data ………………………………………………….....

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Daerah Penelitian ……………………………….………………

4.2 Produksi Perikanan Tangkap di kabupaten Kupang ……….…………......

4.3 Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Kupang ……………………..…

4.3.1 Unit penangkapan ………………………………………………….

4.3.1.1 Kapal …………………………………………………...............

4.3.1.2 Alat penangkap ikan …………………………………...............

4.3.1.3 Nelayan ………………………………………………...............

4.4 Sarana dan Prasarana Perikanan di Kabupaten Kupang………………….

5 HASIL PENELITIAN

5.1 Unit Penangkapan Ikan Kakap di Kabupaten Kupang …………………...

5.1.1 Unit penangkapan rawai dasar ……………………………………..

5.1.1.1 Alat tangkap, kapal, dan nelayan rawai dasar….……………….

5.1.1.2 Metode pengoperasian rawai dasar ………….…………………

5.1.2 Unit penangkapan pancing ulur…………...………………………..

i

ii

iv

1

2

2

3

6

6

6

9

11

11

12

15

15

15

15

16

16

16

19

20

23

23

24

25

27

28

30

30

30

33

38

Page 12: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

5.1.2.1 Alat tangkap, kapal, dan nelayan pancing ulur………………….

5.1.2.2 Metode pengoperasian pancing ulur…………………………….

5.1.3 Unit Penangkapan bubu ...………………………………………….

5.1.3.1 Alat tangkap, kapal, dan nelayan………….…………………….

5.1.3.2 Metode pengoperasian bubu…………………………………….

5.2 Daerah Penangkapan Ikan ………………………………………………..

5.3 Komposisi Hasil Tangkapa …..………………………………………......

6 PEMBAHASAN

6.1 Daerah Penangkapan Ikan Berdasarkan Jalur-Jalur Penangkapan Ikan .....

6.2 Produktivitas Unit Penangkapan …………………………………………

6.3 Penyebaran Sumberdaya Ikan ……………………………………………

7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….

7.2 Saran ………………………………………………………………….......

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

LAMPIRAN ……………………………………………………………….....

38

40

42

42

44

45

47

57

59

65

66

66

67

71

Page 13: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Penyebaran ikan kakap (Lutjanus sp.) di Indonesia …………………...

2. Analisis ragam klasifikasi satu arah (ANOVA) ……………………….

3. Produksi perikanan laut menurut jenis ikan di Kabupaten Kupang

tahun 2008 …………………………………………………………….. 4. Produksi perikanan laut menurut jenis non ikan di Kabupaten Kupang

tahun 2008 …………………………………………………………….. 5. Perkembangan produksi dan nilai produksi ikan di Kabupaten Kupang

periode 2004-2008 …………………………………………………… 6. Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Kupang periode

2004-2008 ……………………………………………………………... 7. Jenis dan jumlah alat tangkap di Kabupaten Kupang periode 2004-

2008 …………………………………………………………………… 8. Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kupang periode 2004-

2008 …………………………………………………………………… 9. Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang..

10. Komposisi hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap selama penelitian

di Kabupaten Kupang …………………………………………………. 11. Berat rata-rata per ekor hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap

selama penelitian di Kabupaten Kupang ……………………………… 12. Total produksi rata-rata yang dihasilkan setiap bulan dan ragam

produksi bulanan armada penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) di

Kabupaten Kupang dalam periode Januari 2009 hingga Februari 2010. 13. Hasil uji sidik ragam produksi bulanan tiga jenis unit penangkapan

ikan kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang ……………………... 14. Daerah penangkapan ikan, jarak dari pantai (fishing base), dan jalur

penangkapan ikan ……………………………………………………...

14

16

21

21

22

24

26

27

46

48

53

56

56

58

Page 14: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar ikan kakap (Lutjanus sp.) ………………………………….

2. Perkembangan jumlah unit penangkapan di Kabupaten Kupang

periode 2004-2008 ………………………………………………….

3. Perkembangan produksi ikan di Kabupaten Kupang periode 2004-

2008 …………………………………………………………………

4. Perkembangan armada perikanan tangkap di Kabupaten Kupang

periode 2004-2008 ………………………………………………….

5. Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Kupang periode 2004-

2008 …………………………………………………………………

6. Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Kupang periode 2004-

2008 …………………………………………………………………

7. Konstruksi mata pancing rawai dasar ………………………………

8. Diagram alir rawai dasar ……………………………………………

9. Desain rawai dasar ………………………………………………….

10. Konstruksi pancing ulur …………………………………………….

11. Diagram alir operasi pancing ulur …………………………………..

12. Bentuk dan dimensi bubu …………………………………………...

13. Diagram alir operasi bubu …………………………………………..

14. Proporsi hasil tangkapan pancing ulur berdasarkan berat (kg) jenis

ikan ………………………………………………………………….

15. Proporsi hasil tangkapan pancing ulur berdasarkan jumlah (ekor)

jenis ikan ……………………………………………………………

16. Proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan pancing ulur

berdasarkan berat (kg) jenis ikan …………………………………...

17. Proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan pancing ulur

berdasarkan jumlah (ekor) jenis ikan ………………………………

18. Proporsi hasil tangkapan rawai dasar berdasarkan berat (kg) jenis

ikan ………………………………………………………………….

19. Proporsi hasil tangkapan rawai dasar berdasarkan jumlah (ekor)

jenis ikan ……………………………………………………………

20. Proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan rawai dasar

berdasarkan berat (kg) jenis ikan …………………………………...

3

22

23

25

26

28

30

36

37

38

41

43

45

49

49

49

50

51

51

51

Page 15: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

21. Proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan rawai dasar

berdasarkan jumlah (ekor) jenis ikan ……………………………….

22. Proporsi hasil tangkapan bubu berdasarkan berat (kg) jenis ikan …..

23. Proporsi hasil tangkapan bubu berdasarkan jumlah (ekor) jenis ikan

24. Proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan bubu berdasarkan

berat (kg) jenis ikan …………………………………........................

25. Proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan bubu berdasarkan

jumlah (ekor) jenis ikan ………………………………….................

26. Jumlah hasil tangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten

Kupang selama bulan Januari 2009-Februari 2010 …………………

27. Jumlah hasil tangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) berdasarkan

bulan dan jenis alat tangkap ………………………………………...

51

52

52

53

53

54

55

Page 16: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta lokasi penelitian …………………………………………………...

2. Ukuran mata pancing rawai dasar dan pancing ulur ……………………

3. Sistem pengoperasian bubu di dalam perairan ……..…………………..

4. Peta lokasi daerah penangkapan ikan kakap di Kabupaten Kupang ……

5. Peta lokasi daerah penangkapan ikan kakap di Pulau Rote …………….

6. Beberapa jenis hasil tangkapan ………………………………………....

71

72

73

74

75

Page 17: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten dengan ekosistem

kepulauan, karena terdiri atas 27 pulau dimana 8 di antaranya masih belum

memiliki nama. Kabupaten ini terletak antara garis-garis geografi 09°19'-10°57'LS

dan 121°31'-124°11'BT. Kawasan pesisir dan laut Kabupaten Kupang mempunyai

potensi sumberdaya alam berupa hutan mangrove, padang lamun, rumput laut,

berbagai jenis terumbu karang, sumberdaya ikan dan biota laut lainnya yang dapat

dimanfaatkan dalam bidang perikanan budidaya dan perikanan tangkap (Kamlasi,

2007).

Perikanan tangkap merupakan suatu kegiatan ekonomi yang memanfaatkan

sumberdaya ikan melalui kegiatan penangkapan dan pengumpulan berbagai jenis

biota yang ada di perairan (Diniah, 2008). Informasi tentang perikanan tangkap

secara menyeluruh masih sangat minim karena terbatas pada statistik perikanan

yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah seperti di Pulau Timor. Kegiatan

penangkapan ikan di Pulau Timor masih menerapkan sistem yang sederhana,

terutama jika dilihat dari spesifikasi unit penangkapan ikan yang masih

menggunakan peralatan yang sederhana dalam pengoperasiannya dan kemampuan

nelayan.

Secara umum, kegiatan penangkapan ikan tidak hanya ditentukan oleh unit

penangkapan ikan saja, akan tetapi sangat dipengaruhi juga oleh faktor alam yang

bersifat musiman. Perubahan pada kondisi oseanografi menyebabkan perubahan

terhadap kelimpahan ikan di suatu tempat akibat migrasi ikan, tingkah laku ikan

dan sebagainya. Hal ini selanjutnya menyebabkan terjadinya perubahan daerah

penangkapan ikan karena aktivitas nelayan sangat dipengaruhi oleh kondisi laut

dan angin sehingga daerah penangkapan ikan tidak selalu tetap sepanjang tahun.

Menanggapi perubahan-perubahan tersebut di atas, nelayan umumnya

menyesuaikan wilayah operasinya sesuai dengan lokasi ikan terkonsentrasi atau

melimpah. Mengingat nelayan tidak selalu mendapat jangkauan lokasi-lokasi

tempat ikan melimpah, maka akan terjadi fluktuasi produktivitas dan komposisi

hasil tangkapan yang diperoleh nelayan. Oleh karena itu informasi mengenai

Page 18: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

karekteristik suatu daerah penangkapan ikan menjadi sangat penting agar nelayan

tidak merugi pada saat operasi penangkapan.

Potensi dan penyebaran ikan kakap di Indonesia sangat luas dan hampir

menghuni seluruh perairan pantai Indonesia salah satunya di Nusa Tenggara

Timur, seperti Pulau Timor yang mencakup Kabupaten Kupang. Namun daerah

penangkapannya sendiri kurang diketahui oleh nelayan maupun masyarakat di

Pulau Timor pada umumnya sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang daerah penangkapan ikan kakap yang berada di sekitar Pulau Timor,

sehingga dapat memberikan wawasan kepada masyarakat umum tentang ikan

kakap, karena ikan kakap merupakan salah satu jenis ikan karang dan ikan

demersal perairan laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan potensi

lestari di perairan Indonesia sebesar 66.000 ton per tahun dengan harga jual yang

tinggi yaitu antara Rp. 24.000,- sampai dengan Rp. 33.750,- per kg yang terdapat

di Indonesia pada umumnya (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perikanan, 2010), sedangkan harga jual ikan kakap di Kabupaten Kupang

yaitu Rp. 25.000,- per ekor dengan berat rata-rata 2-3 kg per ekor.

1.2 Tujuan

Tujuan dari diadakannya penelitian ini, adalah:

1. Mengetahui spesifikasi unit penangkapan ikan yang digunakan untuk

menangkap ikan kakap di Kabupaten Kupang.

2. Mengetahui daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten

Kupang.

3. Menganalisis hasil tangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) dari jenis alat tangkap

yang digunakan untuk menangkap ikan kakap di Kabupaten.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai

gambaran umum keadaan perikanan tangkap dan daerah penangkapan ikan kakap

(Lutjanus sp.), sehingga dapat dijadikan suatu masukan bagi penentuan kebijakan

pengelolaan perikanan laut di Kabupaten Kupang.

Page 19: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Kakap (Lutjanus sp.)

Nama kakap diberikan kepada kelompok ikan yang termasuk tiga genus

yaitu Lutjanus, Latidae dan Labotidae. Jenis-jenis yang termasuk Lutjanidae

biasanya disebut kakap merah, dan jenis lainnya yaitu Lates calcarifer yang

termasuk suku Latidae umumnya disebut kakap putih dan Lobotos surinamensis

yang termasuk suku Lobotidae disebut kakap batu (Hutomo et al. 1986).

Menurut Saanin tahun 1984 Ikan kakap merah keluarga Lutjanidae

mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Sub ordo : Perciodea

Famili : Lutjanidae

Sub famili : Lutjanidae

Genus : Lutjanus

Spesies : Lutjanus sp.

Gambar 1 Ikan kakap (Lutjanus sp.)

Page 20: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Kakap merah (Lutjanus sp.) mempunyai tubuh yang memanjang dan

melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung. Jenis ikan ini

umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi konikel pada taring-

taringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi caninnya

yang berada pada bagian depan. Ikan ini mengalami pembesaran dengan bentuk

segitiga maupun bentuk V dengan atau tanpa penambahan pada bagian ujung

maupun penajaman. Bagian bawah pra penutup insang bergerigi dengan ujung

berbentuk tonjolan yang tajam. Sirip punggung dan sirip duburnya terdiri dari jari-

jari keras dan jari-jari lunak. Sirip punggung umumnya berkesinambungan dan

berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri lunak.

Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit tumpul. Warna

sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu hingga

kecoklatan. Ada yang mempunyai garis-garis berwarna gelap dan terkadang

dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi tubuh sebelah atas tepat di bawah

awal sirip punggung berjari lunak. Pada umumnya berukuran panjang antara 25-

50 cm, walaupun tidak jarang mencapai 90 cm (Gunarso, 1995). Ikan kakap

merah menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui

beberapa inderanya, seperti melalui indera pengelihatan, pendengaran, penciuman,

peraba, linea lateralis dan sebagainya.

2.1.1 Makanan dan kebiasaan makan

Menurut Effendi (1997), makanan merupakan faktor pengendali yang

penting dalam menghasilkan sejumlah ikan disuatu perairan, karena merupakan

faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan di suatu

perairan. Di alam terdapat berbagai jenis makanan yang tersedia bagi ikan dan

ikan telah menyesuaikan diri dengan tipe makanan khusus dan telah

dikelompokkan secara luas sesuai dengan cara makannya, walaupun dengan

macam-macam ukuran dan umur ikan itu sendiri (Nikolsky, 1963). Menurut

Moyle dan Chech (1988), ikan dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah dan

variasi makanannya menjadi euryphagous yaitu ikan yang memakan berbagai

jenis makanan; stenophagous yaitu ikan yang memakan makanan yang sedikit

Page 21: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

jenisnya; dan monophagous yaitu ikan yang hanya memakan satu jenis makanan

saja.

Menurut Effendi (1997), kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan

kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan bagaimana

cara ikan memperoleh makanannya. Effendi (1997) menambahkan bahwa faktor –

faktor yang menentukan suatu jenis ikan akan memakan suatu jenis organisme

adalah ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna, rasa, tekstur makanan dan

selera ikan terhadap makanan. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu spesies

ikan adalah umur, tempat dan waktu.

Jenis ikan kakap umumnya termasuk ikan buas, predator yang senantiasa

aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Aktivitas ikan nokturnal tidak

sebanyak ikan diurnal (siang hari). Gerakannya lambat, cenderung diam dan arah

geraknya tidak dilengkapi area yang luas dibandingkan ikan diurnal. Diduga ikan

nokturnal lebih banyak menggunakan indera perasa dan penciuman dibandingkan

indera penglihatannya. Bola mata yang besar menunjukkan ikan nokturnal

menggunakan indera penglihatannya untuk ambang batas intensitas cahaya

tertentu, tetapi tidak untuk intesitas cahaya yang kuat (Iskandar dan Mawardi,

1997).

Selain jenis-jenis ikan, jenis mangsa ikan kakap adalah kepiting, udang,

gastropoda serta berbagai jenis plankton terutama urochordata. Kakap yang

berukuran besar, baik panjang maupun tinggi tubuhnya, umumnya memangsa

jenis-jenis ikan maupun invertebrata berukuran besar yang ada di dekat

permukaan di perairan karang.

Jenis kakap ini biasanya menghuni perairan pantai berkarang hingga

kedalaman 100 meter, hidup soliter dan tidak termasuk jenis ikan yang

berkelompok. Ikan kakap umumnya dilengkapi dengan gigi canin yang

merupakan adaptasi sehubungan dengan tingkah laku makannya, agar mangsa

tidak mudah lepas. Ikan dewasa umumnya berwarna merah darah pada

punggungnya dan berwarna putih pada bagian perutnya (Gunarso, 1995).

Page 22: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

2.1.2 Sifat hidup dan pemijahan

Ikan kakap merah tergolong diecious yaitu terdiri atas individu jantan dan

individu betina. Hampir tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata antara

jenis jantan dan jenis betina baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam hal

warna. Pola reproduksinya tergolong gonokorisme, yaitu setelah terjadi

diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya,

jantan sebagai jantan dan betina sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai

tingkat pendewasaan pertama saat panjang tubuhnya telah mencapai 41-51% dari

panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum. Ikan jantan mengalami

matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari betinanya.

Kelompok ikan yang siap memijah, biasanya terdiri atas sepuluh ekor atau

lebih, akan muncul ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di bulan

Agustus dengan suhu air berkisar antara 22,2-25,2ºC di sekitar pulau Jawa . Ikan

kakap jantan yang mengambil inisiatif berlangsungnya pemijahan yang diawali

dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan tubuh mereka pada salah seekor

betinanya. Setelah itu baru ikan-ikan lain ikut bergabung, mereka berputar-putar

membentuk spiral sambil melepas gamet sedikit di bawah permukaan air.

Secara umum ikan kakap yang berukuran besar akan bertambah pula

umur maksimumnya dibandingkan yang berukuran kecil. Ikan kakap yang

berukuran besar akan mampu mencapai umur maksimum berkisar antara 15-20

tahun, umumnya menghuni perairan mulai dangkal hingga kedalaman 60-100

meter (Gunarso, 1995).

2.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap merupakan suatu kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan

sumberdaya alam, khususnya kegiatan penangkapan dan pengumpulan berbagai

jenis biota yang ada di lingkungan perairan (Diniah, 2008).

Dalam rangka menertibkan usaha penangkapan ikan dan menghindari

konflik pemanfaatan daerah penangkapan, pemerintah melalui keputusan menteri

pertanian no. 392/Kpts/IK.120/4/99 membagi jalur penangkapan ikan menjadi 3

jalur, yaitu:

Page 23: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

1. Jalur Penangkapan Ikan I

Meliputi perairan pantai diukur dari permukaan air laut pada surut yang

terendah pada setiap pulau sampai dengan 6 mil laut ke arah laut. Dimana

perairan yang diukur dari permukaan air laut pada surut terendah sampai

dengan 3 mil laut, maka usaha penangkapan ikan yang diperbolehkan di

perairan pantai dengan 3 mil laut meliputi:

- Alat tangkap yang menetap

- Kapal perikanan tanpa motor dengan ukuran panjang keseluruhan tidak

lebih dari 10 meter.

Sedangkan perairan pantai di luar 3 mil sampai 6 mil laut, usaha penangkapan

diperbolehkan bagi:

- Kapal perikanan tanpa motor dan atau bermotor tempel dengan ukuran

panjang keseluruhan tidak lebih dari 10 meter. Kapal perikanan bermotor

tempel dan bermotor dalam dengan ukuran panjang keseluruhan maksimal

12 meter atau berukuran maksimal 56 GT.

- Pukat cincin (purse seine) berukuran panjang maksimal 150 meter.

- Jaring insang hanyut (drift gill net) ukuran panjang maksimal 1000 meter.

2. Jalur penangkapan ikan II

Jalur penangkapan ikan yang meliputi perairan di luar jalur penangkapan I

sampai dengan 12 mil laut ke arah laut. Jalur ini dialokasikan untuk :

- Kapal perikanan bermotor dalam berukuran maksimal 60 GT

- Kapal perikanan dengan menggunakan alat penangkap ikan pukat cincin

berukuran panjang maksimal 600 meter dengan cara pengoperasian

menggunakan satu kapal yang bukan grup atau maksimal 1000 meter

dengan cara pengoperasian menggunakan 2 kapal yang bukan grup, tuna

longliner (pancing tuna) maksimal 1200 buah mata pancing, atau jaring

insang hanyut berukuran panjang maksimal 2500 meter.

3. Jalur penangkapan ikan III

Jalur penangkapan ikan ini meliputi perairan di luar jalur penangkapan II

sampai dengan batas terluar ZEEI. Pada jalur ini diatur sebagai berikut:

- Perairan Indonesia diperbolehkan bagi kapal perikanan berbendera

Indonesia berukuran maksimal 200 GT, kecuali yang menggunakan alat

Page 24: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

penangkap ikan purse seine pelagis besar di Teluk Tomini, Laut Maluku,

Laut Seram, Laut Banda, Laut Flores, Laut Sawu dilarang untuk semua

ukuran.

- Perairan ZEEI Selat Malaka dibolehkan bagi kapal perikanan berbendera

Indonesia berukuran maksimal 200 GT kecuali yang menggunakan alat

penangkap ikan pukat ikan (fish net) minimal berukuran 60 GT.

- Perairan ZEEI di luar ZEEI Selat Malaka dibolehkan bagi kapal perikanan

berbendera Indonesia dan berbendera asing berukuran maksimal 350 GT

bagi semua alat penangkap ikan. Kapal perikanan berukuran di atas 350

GT - 800 GT yang menggunakan alat penangkap ikan purse seine hanya

boleh beroperasi di luar 100 mil laut dari garis pangkal kepulauan

Indonesia. Kapal perikanan dengan alat penangkap ikan purse seine

dengan sistem grup hanya boleh beroperasi di luar 100 mil laut dari garis

pangkal kepulauan Indonesia. Kapal perikanan berbendera asing boleh

dioperasikan pada jalur penangkapan ikan III sepanjang dimungkinkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sarana Perikanan yang mendukung perkembangan perikanan meliputi

armada dan jenis alat tangkap. Jumlah armada perikanan yang beroperasi di

Kabupaten Kupang sampai dengan tahun 2004 adalah 3.203 unit yang terdiri atas

1.826 unit jukung, 695 unit perahu tanpa motor (PTM), 432 unit motor tempel

(MT) dan 250 unit kapal motor (KM) ukuran 5-10 GT yang tersebar pada 19

kecamatan. Kapal-kapal yang berukuran 10 GT ke atas seperti jenis pole and line

terbanyak didominasi oleh para nelayan asal Makasar dengan daerah operasi

mereka di perairan Kabupaten Kupang. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan

Kabupaten Kupang dapat dikategorikan sebagai alat tangkap tradisional yang

umumnya digunakan adalah bagan tancap, bagan apung, purse seine, jala lompo,

gilnet, pancing/pancing tonda dan alat lainnya (Anonim, 2006).

Potensi tangkapan lestari ikan-ikan pelagis di Kabupaten Kupang 60.000

ton/tahun, dengan demikian untuk meningkatkan hasil produksi tangkapan ikan

diperlukan penambahan sarana/alat tangkap dan armada kapal penangkap ikan

seperti kapal mini purse seine, pole and line, long-line, bagan serta alat-alat

tangkap lain (Anonim, 2006).

Page 25: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Melihat faktor-faktor pendukung seperti stok ikan yang cukup tersedia,

sarana penangkapan, jumlah armada maupun hasil produksi yang terus meningkat

dari tahun ke tahun, maka kebutuhan akan prasarana perikanan seperti PPI

(Pangkalan Pendaratan Ikan) adalah sangat diperlukan. Pemerintah kabupaten

Kupang merencanakan PPI di kawasan pantai Tablolong (Kecamatan Kupang

Barat), dimana lebih dikenal sebagai kawasan pariwisata pantai (Anonim, 2006).

Kegiatan perikanan tangkap juga tidak terlepas dari beberapa hal penting

yang sangat mempengaruhi keberhasilannya. Hal-hal tersebut meliputi kapal, alat

dan metode penangkapan ikan, serta daerah penangkapan ikan.

2.2.1 Kapal

Kapal penangkap ikan merupakan satu unsur yang tak terpisahkan dalam

kesatuan unit penangkapan ikan dengan alat tangkap dan nelayan. Kapal

penangkap ikan beragam konstruksi dan ukurannya. Hal ini bergantung pada jenis

alat penangkap ikan yang dioperasikannya. Secara prinsip, ada perbedaan

konstruksi dan penataan di atas kapal ikan dibandingkan dengan jenis kapal lain.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 31 tahun 2004 tentang

perikanan pasal 1, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang

dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi

penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,

pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan.

Kekuatan struktur badan kapal, fasilitas untuk menyimpan dan stabilitas

tertinggi minimal harus dimiliki oleh setiap kapal ikan yang hendak melakukan

aktivitas menangkap ikan (Nomura dan Yamazaki,1977), selanjutnya dikatakan

kapal ikan akan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan kapal-

kapal lain, seperti:

1. Kemampuan olah gerak kapal

Kemampuan olah gerak kapal ini sangat dibutuhkan bagi kapal ikan pada saat

pengoperasian alat tangkap, sangat diperlukan kemampuan steerability yang

baik, daya dorong mesin (propulsion engine) guna mempermudah gerak maju

mundurnya kapal dan radius putaran (turning circle) yang kecil.

Page 26: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

2. Kelaiklautan

Laik (layak) sangat diperlukan bagi setiap kapal ikan untuk beroperasi dalam

menahan dan melawan kondisi yang tidak diharapkan terjadi, seperti kekuatan

gelombang dan angin yang kadang-kadang datang secara tiba-tiba dengan

tujuan dapat menjamin keselamatan dan kenyamanan, hal ini dibutuhkan

stabilitas yang baik dan daya apung yang cukup.

3. Kecepatan kapal

Dibutuhkan dalam kegiatan pengopearsian yakni dalam melakukan pengejaran

terhadap gerombolan ikan dan juga pada saat kembali dengan membawa hasil

tangkapan agar hasil tangkapan selalu tetap berada dalam kondisi segar

(kecepatan waktu), waktu penangkapan dan penanganan.

4. Kontruksi kasko yang kuat

Konstruksi yang baik dan kuat diperlukan dan merupakan hal yang sangat

sensitif dalam manghadapi kondisi alam yang selalu berubah-ubah tanpa

kompromi, dan terhadap getaran mesin yang bekerja selama beroperasi.

5. Lingkup area pelayaran

Luas area kapal ikan sangat dipengaruhi oleh jarak fishing ground yang akan

dijelajah, jangkauan fishing ground ini ditentukan oleh migrasi ikan

berdasarkan musim dan habitatnya (sesuai tingkah laku ikan) dari setiap

kelompok spesies ikan.

6. Fasilitas penyimpanan dan pengolahan ikan

Sarana ini sangat diperlukan dalam penyimpanan dan mengolah ikan, bagi

kapal yang melakukan processing secara langsung di laut, baik ruang

pendingin, ruang pembekuan, ruang pembuat dan penyimpan es bahkan ruang

pengepakan, hal ini dibutuhkan untuk menghindari ketidak higenisnya produk

dan menjaga sanitasi terhadap produk dari bakteri (terkontaminasi oleh bahan-

bahan luar yang mengakibatkan rendahnya kualitas produk).

7. Daya dorong mesin

Kemampuan daya dorong mesin akan ditentukan sesuai dengan ukuran kapal

yang digunakan dan jangkauan operasi serta alat tangkap yang digunakan.

Sebab kemampuan daya dorong mesin dengan volume mesin serta getaran

yang diberikan harus seimbang, seperti daya dorong cukup besar, volume

Page 27: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

mesin dan getarannya harus sekecil mungkin, mesin yang dibutuhkan harus

dilengkapi dengan alat bantu penangkapan demi kelancaran operasi

penangkapan.

2.2.2 Alat dan metode penangkapan ikan

Alat penangkap ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk

menangkap atau mengumpulkan ikan. Beragam jenis alat penangkap ikan ada di

Indonesia. Pengelompokkan alat penangkap ikan sendiri beragam berdasarkan

pertimbangan khusus dari pakar yang mengelompokkannya. Statistik perikanan

tangkap Indonesia mengelompokkan alat penangkap ikan menjadi 9 kelompok,

sedangkan Von Brant (2004) mengelompokkan alat penangkap ikan berdasarkan

cara pengoperasiannya menjadi 16 kelompok.

Menurut Ayodhoa (1981), berhasilnya suatu usaha penangkapan ikan

banyak bergantung kepada sejumlah pengetahuan mengetahui tingkah laku ikan

agar dapat menemukan keberadaan ikan. Pengetahuan tingkah laku ikan sebagai

individu ataupun sebagai kelompok dalam suatu saat tertentu ataupun pada suatu

periode musim, dan dalam keadaan alamiah ataupun dalam keadaan diberikan

perlakuan-perlakuan penangkapan (fishing). Oleh karena itu, dapat diterapkan

metode, taktik maupun desain alat penangkap ikan yang sesuai. Pengetahuan

tentang penyebaran ikan merupakan pengetahuan yang tidak kecil artinya bagi

perencanaan suatu alat tangkap maupun metode penangkapan ikan yang

dilakukan.

2.2.3 Daerah penangkapan ikan

Daerah penangkapan ikan adalah perairan tempat beroperasinya armada

penangkapan ikan. Armada tersebut umumnya telah menetapkan target spesies

atau ikan yang menjadi sasaran utamanya. Oleh karena itu daerah penangkapan

ikan dapat berbeda untuk jenis armada yang berbeda. Sebagai contoh armada

perikanan yang target spesiesnya ikan pelagis kecil akan menuju daerah

penangkapan ikan di sekitar pantai.

Mengingat keberhasilan operasi penangkapan ikan sangat ditentukan oleh

kelimpahan ikan sasaran, kondisi laut yang mempengaruhi keselamatan dan aspek

Page 28: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

teknis operasi penangkapan ikan, maka karekteristik daerah penangkapan ikan

perlu diketahui dengan baik. Keadaan iklim dan cuaca dapat mempengaruhi

kehidupan ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Iklim dan musim

akan sangat mempengaruhi penyebaran ikan sedangkan cuaca seperti terjadinya

topan dapat mempengaruhi ruaya dan keberadaan ikan pada suatu daerah karena

topan dapat menyebabkan terjadinya turbulensi. Ikan biasanya akan menghindari

hal seperi ini karena sedimen laut yang terangkat dapat merusak filament insang

ikan (Gunarso,1985).

Pengetahuan mengenai daerah penangkapan ikan meliputi kelimpahan,

kepadatan stok, sifat fisik lingkungan, pola migrasi dan distribusi jenis-jenis ikan.

Dengan diketahuinya daerah penangkapan ikan yang potensial dan ditunjang oleh

unit penangkapan yang baik akan meningkatkan produksi perupaya penangkapan

(Purbayanto,1989).

Ikan kakap umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah pasang

surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai ke perairan

tawar. Daerah penangkapan ikan kakap yang paling banyak terdapat di Nusa

Tenggara meliputi Flores Timur dan Pulau Rote (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perikanan, 1991). Namun tidak ada penjelasan rinci tentang

tempat-tempat yang menjadi daerah operasi penangkapan ikan.

2.3 Sebaran Sumberdaya Ikan

Potensi sumberdaya perairan, terdiri dari berbagai jenis ikan pelagis besar

seperti: tenggiri (Scomberomous commerson), tongkol (Euthynnus spp), tuna

(Thunnus spp), ikan-ikan demersal seperti : kerapu (Serranidae), kakap (Lates

Calcarifar), merah/bambangan (Lutjanidae), beronang (Siganus spp), dan lencam

(Lethrinus spp). Ikan-ikan pelagis kecil seperti: ikan teri (Stelephorus spp),

tembang (Sardinella fimbriata), kembung (Rastrelliger spp), selar (Selar spp),

julung-julung (Hemirhamohus spp), alu-alu (Sphyraena spp), balanak (Mugil spp).

Nelayan yang bergerak dalam usaha penangkapan ikan terutama ikan-ikan

pelagis kecil ini jumlahnya cukup banyak dan menyebar sepanjang wilayah

perairan laut Kabupaten Kupang dengan pola penangkapan yang masih

tradisional. Potensi perikanan yang demikian besar tersebut belum ditunjang

Page 29: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

dengan sarana kapal dan alat tangkap yang memadai. Oleh karena itu, Pemerintah

dan Dinas/Instansi terkait telah memberikan perhatian yang cukup besar dengan

memberikan bantuan dalam bentuk paket-paket sarana produksi/penangkapan

seperti bantuan berupa “rumpon” sejak tahun 2000 pada kelompok-kelompok

nelayan di Kabupaten Kupang (Kamlasi, 2007).

Daerah penangkapan ikan-ikan pelagis kecil menyebar di seluruh perairan

laut di Kabupaten Kupang dengan daerah-daerah tangkapan potensial adalah

daerah perairan laut sekitar Pulau Semau, Sabu, Raijua, Teluk Kupang, dan Laut

Sabu. Berdasarkan data Baseline Economic Survey (BES), usaha penangkapan

ikan-ikan pelagis di Kabupaten Kupang ini cukup potensial untuk dikembangkan

di perairan Laut Sabu, Laut Timor, Selat Ombai, Pulau Semau, Teluk Kupang,

dan sekitar Pulau Sabu dan Raijua. Tingkat eksploitasi ikan pelagis di lokasi

perairan laut di atas, masih rendah sehingga masih terbuka peluang besar untuk

dikembangkan. Pengembangan usaha penangkapan ikan pelagis di wilayah-

wilayah perairan di atas dengan teknik/pola yang lebih baik, akan dapat

meningkatkan taraf hidup para nelayan dan sekaligus juga meningkatkan

pendapatan daerah.

Ikan kakap, umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah pasang

surut di muara, bahkan beberapa spesies diantaranya cenderung perairan tawar.

Jenis kakap berukuran besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu

besar dan beruaya ke dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada

jenis yang berukuran kecil. Selain itu biasanya ikan kakap tertangkap pada

kedalaman dasar antara 40–50 meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas

30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perikanan, 1991).

Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat

permukaan perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya

menyebar guna mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea.

Ikan-ikan berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati

daerah bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut.

Potensi ikan kakap jarang ditemukan dalam gerombolan besar dan cenderung

Page 30: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

hidup soliter dengan lingkungan yang beragam mulai dari perairan dangkal, muara

sungai, hutan bakau, daerah pantai sampai daerah berkarang atau batu karang.

Famili Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis,

walau tiga dari genus Lutjanus ada yang hidup di air tawar (Baskoro et al. 2004).

Potensi dan penyebaran kakap di Indonesia sangat luas dan hampir menghuni

seluruh perairan pantai Indonesia. Penyebaran ikan kakap menurut Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perikanan (1991) adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Penyebaran ikan kakap di Indonesia

Perairan Daerah

Penyebaran

Daerah Penangkapan Utama

Sumatera Seluruh perairan Sebagian perairan Aceh terutama bagian utara

dan barat, sebagian pantai timur Sumatera

Utara sekitar Bengkalis, Belitung dan Bangka,

pantai barat Sumatera Utara, pantai Sumatera

Barat, Bengkulu, dan pantai Timur Lampung

Jawa dan Nusa

Tenggara

Seluruh perairan Selat Sunda bagian Timur sekitar Cirebon,

perairan utara Jawa Tengah dan Jawa Timur,

Karimun Jawa, Utara Madura, Ujung Kulon,

Cilacap, Nusa Barung, sekitar selat Lombok,

perairan Sumbawa, Flores Timur dan pulau

Rote

Kalimantan dan

Sulawesi

Seluruh perairan

kecuali laut

dalam

Lepas pantai Kalimantan Barat, sebagian

besar pantai timur Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Tengah, perairan sekitar

Samarinda, perairan sedikit di luar teluk Palu

berikut lepas pantainya

Maluku dan Irian

Jaya

Seluruh perairan Perairan di luar antara Buru-Seram, perairan

teluk Bintuni, teluk Cendrawasih, di luar

pantai bagian Tengah dan Selatan laut Banda

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan (1991)

Page 31: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Januari-April 2010. Pengumpulan data

lapangan dilakukan selama bulan Februari 2010 dengan mengambil lokasi di

Pelabuhan Perikanan Pantai Tenau-Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur

(Lampiran 1).

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peta perairan laut Timor dan sekitarnya

2. Alat dokumentasi berupa kamera

3. Kuesioner

4. Gambar ikan kakap dan beberapa jenis ikan lainnya

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Unit penangkapan ikan dan pengoperasiannya

Untuk mengetaui deskripsi dan pengoperasian alat tangkap ikan kakap akan

dilakukan wawancara terhadap nelayan yang menggunakan alat tangkap untuk

menangkap ikan kakap. Data jumlah dan jenis alat tangkap, jumlah perahu atau

kapal dan jumlah nelayan dari dinas perikanan Propinsi Nusa Tenggara Timur dan

PPP-Tenau Kupang. Ukuran kapal (GT) dapat diketahui melalui data tentang

panjang total (L), lebar (B), dan tinggi (D) terhadap kapal-kapal yang

mengoperasikan alat tangkap kakap tersebut. Ukuran kapal diperkirakan dengan

menggunakan rumus (Nomura dan Yamazaki, 1977):

GT = L x B x D x Cb x 0,353

Keterangan :

GT : Gross tonage kapal

L : Panjang kapal (m)

B : Lebar kapal (m)

D : Dalam kapal (m)

Cb : Konstanta bahan kapal (kayu = 0,55)

Page 32: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

3.3.2 Komposisi hasil tangkapan

Komposisi hasil tangkapan dari alat tangkap yang dioperasikan untuk

menangkap kakap diperoleh melalui pengamatan terhadap semua unit

penangkapan yang mendaratkan ikan hasil tangkapannya di PPP Tenau Kupang.

Selain itu juga dilakukan pencatatan berdasarkan perhitungan dari para langgan

atau bakul yang membeli hasil tangkapan dari tiap-tiap jenis alat tangkap tersebut.

Penentuan jenis dan nama ikan hasil tangkapan disesuaikan dengan ciri fisik ikan

antara lain bentuk kepala, bentuk sirip, garis linea literalis, dan bentuk ekornya

dari setiap jenis ikan yang tertangkap dengan mengacu pada contoh gambar-

gambar ikan yang digunakan pada saat penelitian.

3.3.3 Daerah penangkapan ikan

Data daerah penangkapan ikan diperoleh dengan melakukan wawancara

terhadap nelayan-nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Tenau

Kupang. Informasi penangkapan ikan dari setiap kapal yang datang diplotkan ke

dalam peta laut yang dapat mewakili setiap daerah tersebut. Selain itu juga

dilakukan pencatatan setiap jenis-jenis ikan yang berada di setiap daerah

penangkapan ikan tersebut. Sementara untuk perhitungan jarak dari fishing base

maupun dari pantai terdekat ke fishing ground dilakukan pengukuran jarak pada

peta, kemudian dikalikan dengan skalanya. Contoh peta yang digunakan dalam

survei ini ditampilkan pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

3.4 Metode Analisis Data

Data mengenai daerah penangkapan ikan dan unit penangkapan yang

diperoleh, diklasifikasi dan dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan

tabulasi dan gambar peta. Sementara untuk mengetahui proporsi berat dan

proporsi jumlah hasil tangkapan masing-masing unit penangkapan ikan yang

digunakan untuk menangkap ikan kakap menggunakan rumus, sebagai berikut:

1. Proporsi berat hasil tangkapan setiap alat tangkap (A)

%100b

aA

Keterangan: a: Berat setiap jenis hasil tangkapan per alat tangkap

b: Total berat hasil tangkapan per alat tangkap

Page 33: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

2. Proporsi jumlah hasil tangkapan setiap alat tangkap (B)

%100d

cB

Keterangan: c: Jumlah setiap jenis hasil tangkapan per alat tangkap

d: Jumlah seluruh hasil tangkapan per alat tangkap

3. Proporsi berat hasil tangkapan utama (HTU) dan hasil tangkapan sampingan

(HTS) setiap alat tangkap

a. Proporsi berat hasil tangkapan utama setiap alat tangkap (PHTU)

%10011

1

ba

aPHTU

b. Proporsi berat hasil tangkapan sampingan setiap alat tangkap (PHTS)

%10011

1

ba

bPHTS

Keterangan: a1: Berat hasil tangkapan utama setiap alat tangkap

b1: Berat hasil tangkapan sampingan setiap alat tangkap

4. Proporsi jumlah hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan setiap

alat tangkap

a. Proporsi jumlah hasil tangkapan utama setiap alat tangkap (QHTU)

%10022

2

ba

aQHTU

b. Proporsi jumlah hasil tangkapan sampingan setiap alat tangkap (QHTS)

%10022

2

ba

bQHTS

Keterangan: a2: Jumlah hasil tangkapan utama setiap alat tangkap

b2: Jumlah hasil tangkapan sampingan setiap alat tangkap

Uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk

mengetahui produktivitas bulanan ikan kakap dari alat tangkap yang digunakan

untuk menangkap ikan kakap. Rumus untuk memperhitungkan analisis ragam

(ANOVA) ditampilkan pada Tabel 2.

Page 34: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Tabel 2 Analisis Ragam Klasifikasi Satu Arah (ANOVA)

Sumber

keragaman

Jumlah

kuadrat

Derajat

bebas

Kuadrat tengah Fhitung Ftabel

Jenis unit

penangkapan

ikan

JKK k-1 2

1S = 1k

JKK

2

2

2

1

S

S

2,1 vvFa

Galat JKG K(n-1) 2

2S = )1( nk

JKG

Total JKT Nk-1

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

k

i

n

j

ijnk

TXJKT

1 1

22 ...

2

1

2 ...11

Tnk

iTn

JKKk

i

JKKJKTJKG

Asumsi : data hasil tangkapan (kilogram) untuk setiap kelompok lama trip

menyebar normal.

Page 35: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Daerah Penelitian

Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara

Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

diantaranya telah bernama dan 8 buah pulau belum diberi nama. Sementara 5 buah

pulau telah berpenghuni yakni, Pulau Timor dengan luas 4.937,62 km2, Pulau

Sabu dengan luas 423,81 km2, Pulau Semau dengan luas 246,66 km

2, Pulau

Raijua dengan luas 36,97 km2 dan Pulau Kera dengan luas 1,5 km

2.

Secara geografis Kabupaten Kupang terletak pada 121°.30’BT-

124°.11’BT dan 9°.19’LS-10°.57’LS. Luas wilayah Kabupaten Kupang adalah

seluas 53.958,28 km² yang terdiri dari wilayah daratan seluas 7.178,28 km² dan

wilayah laut seluas 46.780 km² dengan garis pantai ± 492,4 km. Kabupaten

Kupang sebelah utara berbatasan dengan Laut Sawu dan Selat Ombai, sebelah

selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Timor Tengah Selatan dan negara Timor Leste sedangkan sebelah

barat berbatasan dengan Rote Ndao dan Laut Sawu.

Topografi permukaan tanah di Kabupaten Kupang pada umumnya

berbukit-bukit, bergunung-gunung, dan sebagian terdiri dari daratan rendah

dengan tingkat kemiringan rata-rata mencapai 450, dimana kondisi permukaan

tanah kritis dan gundul sehingga peka terhadap erosi. Wilayah Kabupaten Kupang

berada pada ketinggian dari permukaan laut 0-500 meter, dengan iklimnya

termasuk iklim kering yang dipengaruhi oleh angin muson dengan musim hujan

pendek, yang jatuhnya sekitar bulan Desember sampai bulan Maret sedangkan

musim kemarau antara bulan April sampai bulan November (DKP Kabupaten

Kupang, 2009).

Suhu udara di Kabupaten Kupang yang tercatat pada tahun 2008 yaitu

siang hari rata-rata berkisar antara 30,00C sampai dengan 33,7

0C, sementara pada

malam hari suhu udara berkisar antara 21,20C sampai dengan 24,3

0C. Kelembaban

udara relatif cukup tinggi dengan rata-rata berkisar antara 61% yaitu pada bulan

Agustus sampai dengan 84% pada bulan Februari. Catatan curah hujan di

Kabupaten Kupang tahun 2008 di luar bulan Agustus yaitu berkisar antara 3 mm

Page 36: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

pada bulan Juli dan 383 mm pada bulan Februari ( BPS Kabupaten Kupang,

2009).

4.2 Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Kupang

Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Kupang masih didominasi oleh

produksi perikanan laut melalui kegiatan penangkapan, pada umumnya

didominasi oleh sumberdaya ikan pelagis kecil seperti alu-alu (Sphyraena jello) ,

selar (Caranx sp.), tembang (Sardinella sp.), julung-julung (Hemirhampus spp.),

teri (Stolephorus commersoni), ikan terbang, kembung (Scombridae), dan cumi-

cumi (Loligo sp), serta ikan pelagis besar seperti tenggiri (Cybium commersoni),

tuna/cakalang (Thunnus albacares), dan tongkol (Auxis sp.). Sumberdaya ikan

demersal seperti peperek (Leiognathus spp.), ikan merah, kerapu (Epinephelus

sp), kakap (Lutjanus sp.), ekor kuning (Caesio cuning), dan cucut (Tylosurus spp)

(BPS Kabupaten Kupang, 2009).

Potensi lestari sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Kupang dengan

garis pantai ± 492,4 km sebesar 60.000 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan

baru mencapai 29.363 ton (33,50%) pada tahun 2009 dari potensi lestari yang

tersedia. Sumberdaya perikanan tangkap di Kabupaten Kupang terdiri dari

sumberdaya jenis ikan dan sumberdaya jenis non ikan. Ada 16 jenis sumberdaya

ikan dan 8 jenis sumberdaya non ikan yang merupakan jenis sumberdaya

ekonomis penting. Produksi perikanan laut menurut jenis ikan di Kabupaten

Kupang tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan produksi perikanan laut

menurut jenis non ikan di Kabupaten Kupang tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel

4.

Page 37: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Tabel 3 Produksi perikanan laut menurut jenis ikan di Kabupaten Kupang tahun

2009

No. Jenis Ikan Jumlah (Ton)

1. Paperek

2. Ikan Merah

3. Kakap

4. Kerapu

359,50

645,20

512,20

371,80

5. Ekor Kuning 483,70

6. Cucut 204,00

7. Alu-Alu 179,70

8. Selar 311,60

9. Tembang 485,00

10. Julung-julung 546,30

11. Teri 2.887,60

12. Ikan Terbang 5.525,40

13. Kembung 3.450,50

14. Tenggiri 5.435,70

15. Tuna/Cakalang

16. Tongkol

4.500,20

2.875,40

Jumlah 28.774,10

Sumber: Diolah dari Kupang dalam Angka (BPS,2009)

Tabel 4 Produksi perikanan laut menurut jenis non ikan di Kabupaten Kupang

Tahun 2009

No. Jenis non Ikan Jumlah (Ton)

1. Kepiting

2. Udang Halus

3. Lobster

4. Udang Putih

10,89

7,76

2,64

46,00

5. Kerang 12,89

6. Teripang 2,09

7. Cumi-Cumi 589,70

8. Rumput Laut 3.037,80

Jumlah 3.709,77

Sumber: Diolah dari Kupang dalam Angka (BPS,2009)

Dari Tabel 3 dan Tabel 4 di atas menununjukan bahwa produksi perikanan

tangkap untuk jenis ikan didominasi oleh ikan tenggiri dan ikan tuna/cakalang

yaitu masing-masing sebesar 5.435,70 ton dan 4.500,20 ton, sedangkan untuk

sumberdaya perikanan tangkap jenis non ikan yang dominan adalah rumput laut

dan cumi-cumi yaitu sebesar 3.037,80 ton dan 589,70 ton.

Perkembangan hasil tangkapan produksi dengan nilai produksi periode

2004-2008 mengalami fluktuasi. Produksi tertinggi adalah 18,153 ton dengan nilai

produksi sebesar Rp 62,041,640,- pada tahun 2005 (Tabel 5).

Page 38: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Tabel 5 Perkembangan hasil tangkapan (produksi) dengan nilai produksi periode

2004-2008

Tahun Jumlah unit

penangkapan

Produksi

(ton)

Nilai produksi

(Rp)

2004 7261 11,884.60 50,037,400.00

2005 7964 18,153.00 62,041,640.00

2006 4323 11,476.80 48,652,550.00

2007 6137 11,884.60 50,037,400.00

2008 4281 11,458.80 47,785,590.00

Jumlah 29966 64,857.80 285,554,580.00 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kupang (2009)

Secara umum data hasil tangkapan selama periode 2004-2008 adanya

peningkatan sebesar 3.98 % per tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2

dan Gambar 3. Peningkatan produksi ini antara lain karena produksi ikan yang

didaratkan oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tenau Kupang.

Gambar 2 Perkembangan jumlah unit penangkapan ikan di Kabupaten Kupang

periode 2004-2008.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

2004 2005 2006 2007 2008

Ju

mla

h u

nit

pen

an

gk

ap

an

ik

an

Tahun

Page 39: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Gambar 3 Perkembangan produksi ikan di Kabupaten Kupang periode 2004-2008.

Penanganan ikan merupakan proses awal yang sangat menentukan dalam

proses pengolahan dan pemasaran. Penanganan adalah suatu proses untuk

mencegah mundurnya mutu ikan sampai ikan tiba di konsumen. Penanganan ikan

sangat diperlukan mulai pada saat tertangkap karena ikan mempunyai sifat yang

mudah rusak. Penanganan pada saat tertangkap dan dilakukan penyortiran di atas

kapal sampai ikan didaratkan. Penanganan ikan di kapal dilakukan dengan

menggunakan es sampai ke pasaran.

Pengolahan ikan yang dilakukan di PPP Tenau-Kupang masih bersifat

tradisional dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Pengolahan yang

dilakukan antara lain pengeringan dan pengasapan.

Ikan segar maupun ikan hasil olahan dipasarkan secara lokal dan ada juga

ikan segar hasil tangkapan seperti ikan kakap dan kerapu yang dipasarkan ke luar

daerah seperti Bali dengan menggunakan es untuk tetap menjaga mutu ikan.

4.3 Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Kupang

4.3.1 Unit penangkapan ikan

Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam melakukan

operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal, alat tangkap dan nelayan.

0.00

2,000.00

4,000.00

6,000.00

8,000.00

10,000.00

12,000.00

14,000.00

16,000.00

18,000.00

20,000.00

2004 2005 2006 2007 2008

Ju

mla

h p

rod

uk

si i

ka

n (

ton

)

Tahun

Page 40: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

4.3.1.1 Kapal

Armada perikanan tangkap di Kabupaten Kupang terdiri atas perahu

tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT), dan kapal motor (KM). Kapal-

kapal tersebut rata-rata memiliki panjang antara 5-22 meter dengan lebar kapal

rata-rata 1-5 meter dan memiliki tonase kapal bervariasi antara 5-30 GT.

Perkembangan jumlah yang terjadi pada setiap jenis armada penangkapan ikan,

seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Kupang periode 2004-

2008

No Jenis armada Tahun Perkembangan

rata-rata (%) 2004 2005 2006 2007 2008

1

Perahu Tanpa

Motor 706 710 810 980 980 8.91

2 Motor Tempel 422 424 412 410 410 -0.49

3 Kapal Motor 274 276 252 240 240 -3.76

Jumlah 1402 1410 1474 1630 1630 1.55 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kupang ( 2009)

Pada periode 2004-2008, perkembangan armada perikanan tangkap di

Kabupaten Kupang meningkat rata-rata 1.55 % per tahun, yaitu dari 1402 unit

pada tahun 2004 meningkat menjadi 1630 unit pada tahun 2008 (Tabel 6). Pada

kurun waktu yang sama yaitu pada tahun 2004-2008 untuk armada jenis perahu

tanpa motor meningkat sebesar 8.91 % per tahun, sedangkan untuk jenis motor

tempel dan kapal motor masing-masing mengalami penurunan yaitu 0.49 % per

tahun dan 3.76 % per tahun.

Perkembangan armada perikanan tangkap di Kabupaten Kupang yang

terdiri dari perahu tanpa motor, motor tempel, dan kapal motor dapat dilihat pada

Gambar 4.

Page 41: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Gambar 4 Perkembangan armada perikanan tangkap di Kabupaten Kupang

tahun 2004-2008.

4.3.1.2 Alat penangkap ikan

Jenis alat penangkap ikan yang terdapat di Kabupaten Kupang terdiri dari

6 jenis, yaitu:

1. Pukat kantong (payang, dogol, dan pukat pantai)

2. Jaring insang (jaring insang hanyut, jaring klitik, dan jaring tiga lapis)

3. Jaring angkat (bagan perahu, dan bagan tancap)

4. Pancing (rawai tuna, rawai dasar, huhate, pancing tonda, pancing ulur, pancing

tegak, dan pancing cumi)

5. Perangkap (sero dan bubu)

6. Alat tangkap lainnya (jala tebar, garpu dan tombak).

Jumlah alat tangkap yang terdapat di Kabupaten Kupang periode 2004-

2008 berfluktuasi. Alat tangkap pancing merupakan alat tangkap yang paling

banyak jumlahnya dari tahun ke tahun diantara alat tangkap lainnya (Tabel 7).

0

200

400

600

800

1000

1200

2004 2005 2006 2007 2008

Jum

lah

arm

ada

(un

it)

Tahun

Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor

Page 42: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Tabel 7. Jenis dan jumlah alat tangkap di Kabupaten Kupang pada tahun 2004-

2008

No Jenis alat tangkap Tahun kenaikan rata-

rata (%) 2004 2005 2006 2007 2008

1 Pukat Kantong 429 510 715 920 950 22.20

2 Jaring Insang 2646 3445 1179 956 760 -18.75

3 Jaring Angkat 72 101 83 72 50 -5.34

4 Pancing 3849 3517 2055 3712 2237 -2.42

5 Perangkap 122 223 120 322 115 35.16

6 Lain-Lain 143 168 85 155 169 14.87

Jumlah 7261 7964 4237 6137 4281 7.62 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kupang (2009)

Pada periode 2004-2008 alat tangkap meningkat rata-rata 7.62 % per

tahun. Unit penangkapan yang mengalami kenaikan paling tinggi selama lima

tahun terakhir adalah alat tangkap perangkap meningkat rata-rata 35.16 % per

tahun. Pukat kantong meningkat rata-rata 22.20 % per tahun, alat tangkap lainnya

yang terdapat di Kabupaten Kupang meningkat rata-rata 14.87 % per tahun,

sedangkan alat tangkap yang mengalami penurunan antara lain jaring insang,

jaring angkat, dan pancing, masing-masing menurunan sebesar 18.75 %, 5.34%,

dan 2.42 % untuk per tahunnya. Perkembangan alat tangkap dari tahun ke tahun di

Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Kupang tahun 2004-2008.

0500

10001500200025003000350040004500

2004 2005 2006 2007 2008

jum

lah

ala

t ta

ngk

ap (

un

it)

TahunPukat kantong jaring insang jaring angkat

pancing perangkap lain-lain

Page 43: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

4.3.1.3 Nelayan

Kondisi nelayan yang beroperasi di Kabupaten Kupang memiliki status

yang berbeda-beda ada yang status sewa beli, milik pribadi, swasta, sewa saja,

mendapat bantuan dana bergilir dan ada pula yang modal bersama. Dengan

adanya variasi kepemilikan akan mempersulit pula dalam pengurusan perijinan.

Pada umumnya nelayan yang beroperasi di Kabupaten Kupang merupakan

nelayan yang berasal dari Bugis. Perkembangan nelayan di Kabupaten Kupang

tahun 2004-2008 terdiri atas nelayan penuh, nelayan sambilan utama, dan nelayan

sambilan tambahan (Tabel 8).

Tabel 8 Perkembangan nelayan di Kabupaten Kupang tahun 2004 – 2008

No Jenis nelayan Tahun Kenaikan

rata-rata

(%) 2004 2005 2006 2007 2008

1 Nelayan penuh 1550 1589 1871 1863 1872 5.08

2 Nelayan sambilan utama 1503 1482 2056 2045 2025 8.96

3 Nelayan sambilan tambahan 1269 1257 1991 1895 3003 37.35

Jumlah 4322 4328 5918 5803 6900 17.13 Sumber: Diolah dari Statistik DKP Kabupaten Kupang (2009)

Perkembangan nelayan di Kabupaten Kupang periode 2004-2008

mengalami kenaikan jumlah nelayan sebesar 17,13 % per tahun (Tabel 8). Ketiga

jenis nelayan yang terdapat di Kabupaten Kupang masing-masing mengalami

kenaikan sebesar 5,08 % per tahun untuk jenis nelayan penuh, sedangkan nelayan

sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan mengalami kenaikan sebesar

8,98 % per tahun dan 37,35 % per tahun, dimana dengan melihat persentase

kenaikannya dapat diketahui bahwa status nelayan terbanyak yang terdapat di

Kabupaten Kupang yaitu status nelayan sambilan tambahan, diikuti status nelayan

utama dan status nelayan penuh. Perkembangan status nelayan yang terdapat di

kabupaten Kupang dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 44: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Gambar 6 Perkembangan nelayan di Kabupaten Kupang tahun 2004-2008.

4.4 Sarana dan Prasarana Perikanan di Kabupaten Kupang

Ketersediaan sarana dan prasarana juga turut menunjang suatu

keberhasilan dari suatu operasi penangkapan dalam hal ini industri perikanan

tangkap. Kondisi sarana dan prasarana yang ada belum memenuhi syarat/standar

suatu bentuk dari industri perikanan tangkap. Kondisi yang ada di daerah

Kabupaten Kupang masih sangat minim sekali, oleh karena itu pelaksanaan

kegiatan operasi penangkapan ikan yang ada juga memiliki banyak kendala. Daya

dukung dan daya tampung sumberdaya tidak seimbang. Daya dukung lingkungan

sangat potensial sedangkan daya tampungnya masih sangat minim. Sumberdaya

ikan yang sangat berlimpah didukung oleh kondisi perairan Indonesia Timur yang

masih sangat potensial dengan berbagai jenis ikan dan non ikan yang belum

mampu tereksploitasi dengan optimal. Pelaksanaan kegiatan ini juga tidak

didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang cukup. Produksi melimpah

namun tidak dapat tertampung dengan baik. Daya tampung sumberdaya rendah.

Sarana dan prasarana pelabuhan seperti pabrik es, bengkel, cold storage, air

bersih, lokasi tambat labuh, dan kapasitas listrik: PPI dan TPI yang masih sangat

minim.

Secara umum sarana dan prasarana perikanan yang terdapat di Propinsi

Nusa Tenggara Timur, antara lain: 1 unit PPP, 4 unit PPI, 4 unit TPI, 1 unit

Laboratorium mutu ikan, 5 unit cold storage dengan kapasitas masing-masing 220

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

2004 2005 2006 2007 2008

Jum

lah

ne

laya

n (

Ora

ng)

Tahun

Nelayan Penuh Nelayan Sambilan Utama

Nelayan Sambilan Tambahan

Page 45: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

ton, 14 unit pabrik es dengan kapasitas masing-masing unit sebanyak 166 ton, 1

unit Balai Budidaya Ikan Pantai (BBIP), 1 unit Balai Benih Ikan Sentral (BBIS),

dan 1 unit Balai Benih Ikan Lokal (BBIL). Kabupaten Kupang memiliki 6

pelabuhan laut yaitu, Pelabuhan Nusa Lontar Tenau Kupang yang berfungsi

sebagai pelabuhan ekspor, Pelabuhan Naikliu di Kecamatan Amfoang Utara,

Pelabuhan Seba dan Pelabuhan Biu di Sabu, Pelabuhan Raijua di Pulau Raijua,

dan Pelabuhan Uiasa di Pulau Semau.

Pelabuhan Perikanan Ikan yang terdapat di Kupang, yaitu Pelabuhan

Perikanan Pantai Tenau-Kupang (PPP Tenau-Kupang), dan beberapa Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI) yang digunakan oleh nelayan sebagai tempat berlabuh dan

bersandarnya kapal-kapal penangkap ikan tersebut. Terdapat beberapa fasilitas

pokok dan fasilitas penunjang lainnya yang pendukung kegiatan perikanan di

Pelabuhan Perikanan Pantai Tenau- Kupang. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:

dermaga, kolam pelabuhan, TPI, cold storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dan

koperasi nelayan, sedangkan untuk pangkalan pendaratan ikan yang terdapat di

Kabupaten Kupang tidak dilengkapi dengan fasilitas yang terdapat pada PPP

Tenau. Fasilitas yang terdapat pada PPI antara lain hanya berupa TPI, akan tetapi

tidak dimanfaatkan oleh nelayan karena kapasitas yang tidak mendukung kegiatan

penjualan hasil tangkapan.

Pengelolaan yang belum optimal mengakibatkan jalur-jalur pemanfaatan

oleh kapal-kapal ikan tidak teratur dengan baik sehingga ukuran kapal yang

seharusnya beroperasi sesuai ketentuan yang ada tidak berjalan dengan baik.

Kapal ukuran > 10 GT dapat beroperasi pada jalur I, dan hal ini akan

menimbulkan konflik pada nelayan kecil. Penentuan fishing ground yang belum

optimal berdampak pada hasil tangkapan yang sangat rendah. Kondisi

pengelolaan armada yang terdapat di Kabupaten Kupang secara umum belum

optimal, baik dari pengaturan jalur penangkapan, ukuran kapal, izin penangkapan

sampai pada pendaratan hasil maupun penarikan pajak daerah.

Page 46: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

5 HASIL PENELITIAN

5.1 Unit Penangkapan Ikan Kakap di Kabupaten Kupang

5.1.1 Unit penangkapan rawai dasar

5.1.1.1 Alat tangkap, kapal, dan nelayan rawai dasar

Rawai dasar yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Kupang terdiri

dari beberapa komponen untuk dapat menghasilkan satu rangkaian rawai dasar.

Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :

a. Mata pancing (hook)

Mata pancing yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan kakap

adalah mata pancing yang bernomor 7. Jumlah mata pancing yang akan digunakan

dalam satu rangkaian rawai dasar biasanya sebanyak 300-350 buah. Kanstruksi

mata pancing yang digunakan dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7 Konstruksi mata pancing rawai dasar.

Mata pancing yang digunakan ini memiliki kait pada ujung mata pancingnya

(barb hook). Hal ini ditujukan agar ikan hasil tangkapan tidak terlepas lagi setelah

memakan umpan yang ada pada mata pancing. Jika rawai dasar menggunakan

pancing tanpa kait (barbless hook), maka ikan hasil tangkapan dapat terlepas

walaupun sudah terjerat mata pancing.

b. Tali cabang

Tali cabang yang digunakan oleh nelayan rawai dasar di Kabupaten Kupang

mempunyai panjang berkisar antara 1-1,5 meter dengan bahan tali monofilament.

a

b

c

d

e f

g

Keterangan : a. Eye

b. Shank (P=3,8 cm)

c. Wire (ø=0,3 cm)

d. Gap (L=1,2 cm)

e. Barb

f. Throat (Pthroat= 1,5 cm)

g. Bend

Page 47: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Jumlah tali cabang yang digunakan sesuai dengan banyaknya mata pancing yang

akan dipasang, dalam hal ini jumlah mata pancing yang sering digunakan oleh

nelayan rawai dasar di Kabupaten Kupang berkisar 300-350 buah. Tali cabang ini

dipasang secara menetap pada tali utama.

c. Tali utama

Tali utama yang digunakan terbuat dari bahan nylon multifilament dengan

panjang kurang lebih 1000 meter. Ukuran tali yang biasa digunakan oleh nelayan

adalah tali nomor 3. Tali utama berfungsi sebagai tempat menggantungkan tali

cabang. Warna tali yang biasa digunakan oleh nelayan adalah warna hijau dan

biru tua, warna tali dipilih berdasarkan warna perairan, dengan harapan tidak

terlihat oleh ikan.

Pada tali utama diberi tanda untuk meletakkan tali cabang, sehingga panjang

tali utama antar tali cabang sama. Tanda ini berupa dua simpul mati yang dibuat

berdekatan. Selain itu simpul tanda pada tali utama adalah agar tali cabang tidak

bergeser dari tempatnya.

d. Tali pelampung

Tali pelampung yang digunakan memiliki panjang 100 meter. Dalam satu

rangkaian rawai terdapat dua tali pelampung dipasang pada masing-masing ujung.

Tali yang dipakai adalah nylon multifilament nomor 4 atau nomor 5. Tali inilah

yang akan digulung pada penggulung tali (roller) saat proses penarikan rawai.

Tali ini disambungkan pada tali utama pada saat rawai akan diturunkan. Pada tali

ini diikatkan pelampung tanda dan jangkar.

e. Jangkar

Jangkar yang digunakan oleh nelayan rawai dasar di Kabupaten Kupang

merupakan tipe jangkar kayu batu dengan plat besi, dimana jangkar tersebut

terbuat dari kayu yang bengkok atau yang dibengkokkan yang diperkuat dengan

besi, serta diberi batu sebagai pemberatnya. Untuk memperkuat kedudukan batu

tersebut diikatkan juga ke kayu dan besi, dan dipastikan batu tersebut tidak akan

lepas, biasanya nelayan membuat sendiri jenis jangkar ini.

f. Pelampung

Pelampung yang digunakan hanya berjumlah 2 buah dan bahkan ada yang

memakai hanya satu buah. Pelampung yang digunakan terbuat dari styrofoam

Page 48: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

yang dipotong persegi atau bulat. Styrofoam itu ditumpuk dua hingga tiga lapis

yang kemudian dibungkus jaring supaya tidak terlepas. Kemudian, styrofoam itu

dilubangi pada bagian tengah untuk tempat meletakan bambu. Bambu berfungsi

sebagai tempat menalikan tali pelampung. Ujung bawah tali diberi jangkar kayu

batu dengan plat besi. Ujung atas bambu pelampung dipasang bendera kecil yang

berfungsi sebagai tanda.

Pelampung hanya ditempatkan pada masing-masing ujung tali pelampung.

Rawai dasar yang berada di Kabupaten Kupang pada umumnya tidak dilengkapi

dengan radio buoyanci atau lampu tanda. Hal ini berpengaruh terhadap pencarian

pelampung tanda, yang akhirnya hanya didasarkan pada kemampuan penglihatan

nelayan terhadap pelampung yang berwarna putih dan berbendera kecil yang ada

di atasnya.

Kapal yang digunakan oleh nelayan rawai dasar di Kabupaten Kupang

rata-rata berukuran 5-27 GT, dengan dimensi panjang 12-21 meter, lebar 1,80-

5,30 meter, dan tinggi kapal 1,10-1,61 meter. Bahan yang biasa digunakan untuk

membuat kapal rawai dasar di Kabupaten Kupang adalah kayu jati. Bahan ini

merupakan kualitas nomor satu karena memiliki daya tahan atau umur teknis yang

lebih lama dari jenis kayu yang lain seperti jenis kayu biru dan kayu ulin yaitu

kurang lebih 17 tahun sedangkan kayu biru dan kayu ulin umur teknisnya antara

12-15 tahun.

Di atas kapal juga terdapat palkah yang digunakan sebagai tempat

menyimpan hasil tangkapan yang telah di beri es. Ukuran palkah kurang lebih

lebar 1,50 meter, tinggi 1,45 meter, dan panjang 2,0 meter sebanyak kurang lebih

dua buah palkah untuk setiap kapalnya. Selain itu juga terdapat roller yang

diletakkan di daerah pinggir kapal, ada yang disebelah kanan dan ada juga yang

disebelah kiri kapal. Perbedaan peletakan roller ini terjadi karena perbedaan

kebiasaan nelayan. Ada nelayan yang terbiasa menurunkan rawai dari sebelah

kanan kapal, dan ada juga yang menurunkan rawai dari sebelah kiri kapal.

Perbedaan penempatan roller ini tidak menjadi masalah selama roller tetap

diletakkan dipinggir. Penempatan ini dilakukan untuk mempermudah penarikan

tali pelampung pada saat pengangkutan rawai.

Page 49: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Mesin yang digunakan oleh kapal rawai dasar mempunyai tenaga antara

18-90 HP. Ada dua merek mesin yang banyak digunakan, yaitu Hino yang

berbahan bakar solar dan juga Jiandong yang berbahan bakar bensin. Umur teknis

mesin antara 2-5 tahun. Panjang umur teknis mesin dipengaruhi oleh perlakuan

dan perawatan yang dilakukan olen nelayan.

Desain dan konstruksi kapal yang digunakan untuk pengoperasian rawai

dasar termasuk unik, karena dilengkapi dengan rumah untuk nelayan yang berada

dibagian tengah kapal. Kondisi rumah yang demikian disebabkan karena nelayan

ingin meminimalkan air yang masuk ke dek, selain itu juga karena waktu operasi

penangkapan mereka yang lama, antara 1 minggu sampai dengan 6 bulan,

sehingga membuat nelayan merasa perlu memiliki tempat berlindung yang

nyaman. Selain itu juga fungsi dari rumah tersebut sebagai tempat untuk

berlindung, istirahat, dan menyimpan berbagai perlengkapan nelayan.

Alat tangkap rawai dasar di Kabupaten Kupang dioperasikan oleh 3-10

orang nelayan tergantung dari ukuran kapal yang digunakan oleh nelayan.

Pembagian tugas diantara nelayan adalah satu sebagai juru mudi dan lainnya

sebagai anak buah kapal (ABK) yang bertugas untuk mengoperasikan alat

tangkap.

5.1.1.2 Metode pengoperasian rawai dasar

Pengoperasian rawai dasar di Kabupaten Kupang secara umum

berlangsung selama 5 hari sampai 6 bulan. Waktu yang diperlukan cukup lama

karena daerah penangkapannya yang terletak cukup jauh dari tempat

pemberangkatan (fishing base). Waktu yang diperlukan untuk mencapai daerah

penangkapan berkisar antara 5-48 jam.

Secara teknis urutan metode pengoperasian yang dilakukan oleh nelayan

rawai dasar di Kabupaten Kupang, adalah:

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan terdiri dari persiapan perbekalan melaut,

persiapan umpan dan memeriksa seluruh peralatan. Perbekalan yang disiapkan

antara lain pembelian bahan bakar, oli, es balok, air tawar, garam, dan

makanan (beras). Pengecekan peralatan yang dilakukan untuk memperlancar

Page 50: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

jalannya pengoperasian antara lain mempersiapkan dan memeriksa alat

tangkap, mesin, kapal, palkah ikan, lampu petromaks, dan penggulung tali.

Nelayan biasanya berangkat dari fishing base pada waktu siang menjelang

sore hari. Umpan tidak dibawah dari darat, melainkan dicari di laut saat

perjalanan menuju daerah penangkapan, dengan demikian nelayan

menyiapkan bulu ayam sebagai umpan buatan untuk memancing ikan yang

akan digunakan untuk umpan pengoperasian rawai dasar, pemancingan umpan

menggunakan pancing ulur.

Urutan kerja untuk memancing ikan yang akan digunakan sebagai umpan

dalam operasi rawai dasar adalah :

a. Memasang lampu di pinggir kapal (pada malam hari)

b. Setelah ikan muncul dipancing menggunakan pancing dengan umpan bulu

ayam.

Setelah mendapat ikan untuk umpan, ikan tersebut dipotong-potong

dengan ukuran yang lebih besar dari mata pancing. Hal ini bertujuan agar mata

pancing tidak terlihat oleh ikan.

Pemasangan umpan pada mata pancing dilakukan pada saat perjalanan

menuju ke daerah penangkapan. Umpan yang dikaitkan pada mata pancing

minimal separuh dari mata pancing yang akan dipasang. Ketika daerah

penangkapan ditemukan, maka umpan akan segera dipasang pada mata

pancing sisanya.

2. Pencarian daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan berdasarkan pengalaman

nelayan. Nelayan akan memperhatikan kondisi sumberdaya ikan dan karang-

karangnya. Kemudian ditentukan alat dapat dioperasikan di daerah tersebut

atau tidak. Kedalaman perairan yang biasa dilakukan operasi rawai dasar ini

adalah 70-180 meter. Setelah diketahui kedalamannya, maka pancing yang

telah disiapkan akan diturunkan.

3. Setting

Penurunan pancing ke perairan dilakukan setelah diketahui kedalaman dan

kondisi dasar perairan, serta potensi ikannya. Penurunan rawai diawali dengan

menurunkan jangkar dan pelampung tanda. Setelah itu rangkaian tali cabang

Page 51: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

yang sudah dipasang umpan dilepaskan satu per satu. Saat penurunan

dilakukan, nelayan yang lain bertugas mengaitkan umpan pada mata pancing

sisanya.

Dalam satu malam nelayan dapat melakukan dua sampai tiga kali

penurunan pancing yang di mulai dari jam 18.00 sampai jam 08.00 WITA. Hal

ini tergantung dari lama waktu perendaman yang dilakukan oleh nelayan, serta

keahlian nelayan dalam menarik rawai. Biasanya jika dalam satu kali

penurunan tertangkap banyak ikan, maka dalam satu malam hanya dilakukan

dua kali setting. Hal ini dikarenakan semakin banyak ikan yang tertangkap

maka diperlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan penarikan (hauling)

rawai, serta melepas dan membersihkan ikan-ikan yang tertangkap.

4. Soaking

Setelah alat tangkap dilepaskan ke perairan, maka rawai didiamkan atau

direndam kurang lebih 2 sampai 4 jam. Pada saat perendaman, salah satu

ujung tali selambar dikaitkan pada roller yang ada pada sisi kapal, dan mesin

berada dalam keadaan mati. Perendaman pancing ini dilakukan untuk

memberikan waktu pada ikan agar dapat mendeteksi keberadaan umpan dan

kemudian memakannya. Nelayan berharap dengan adanya waktu perendaman,

maka ikan yang tertangkap lebih banyak. Waktu perendaman tidak boleh

terlalu lama, karena dapat dikhawatirkan ikan yang sudah tertangkap dapat

terlepas. Walaupun kemungkinan ini sudah diantisipasi dengan menggunakan

mata pancing yang memiliki kait, tidak menutup kemungkinan ikan masih

dapat terlepas.

5. Hauling

Setelah pancing rawai direndam selama kurang lebih 2-4 jam, maka

nelayan mulai melakukan pengangkatan rawai. Hauling dilakukan dengan

menggunakan alat bantu roller. Roller berfungsi untuk menggulung tali

pelampung. Tali utama ditarik secara manual dan diletakkan kembali ke dalam

keranjang sesuai dengan urutan tali cabang. Hauling dimulai dari ujung tali

pelampung yang telah diikatkan pada roller. Roller ini masih sangat

sederhana, terbuat dari bahan kayu yang menyerupai katrol dan digerakkan

oleh tenaga manusia.

Page 52: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Saat pengangkatan rawai, jika ada ikan yang tertangkap maka ikan tersebut

akan dilepaskan dari mata pancing. Penanganan ikan di atas kapal dilakukan

dengan membersihkan organ dalam ikan dengan membuangnya. Kemudian

setelah bersih dan dicuci dengan air laut, maka ikan dimasukan ke dalam

palkah ikan yang diberi es yang dihancurkan dan ditaburkan garam diatasnya.

Penaburan garam ini berfungsi untuk mempertahankan es agar tidak cepat

mencair. Metode pengoperasian rawai dasar di Kabupaten Kupang dapat

dilihat pada Gambar 8, sedangkan desain dan konstruksi rawai dasar di

Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Gambar 9.

Tidak

Ya

Persiapan

- Mencari umpan

- Pemotongan umpan

- Pemasangan umpan pada

mata pancing

Pencarian daerah penangkapn ikan

berdasarkan:

1. Dasar perairan

2. Musim penangkapan

3. Pengalaman nelayan 4.

Ditemukan?

Penurunan rawai

dasar (setting)

Perendaman alat

tangkap (soaking)

Pengangkatan alat

tangkap (hauling)

Gambar 8 Diagram alir operasi rawai dasar oleh nelayan di Kabupaten Kupang.

Page 53: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Gambar 9 Desain dan konstruksi rawai dasar.

a b

a

e

a

h

a

d

a

g

a

f

a

c

a

Keterangan: a. Pelampung (1-2 buah)

b. Tiang bendera dan bendera (1-2 buah) c. Tali pelampung (P= 90 m) d. Tali utama (P= 1000 m) e. Pemberat kecil (40-50 buah) f. Tali cabang (1-1,5 m) g. Jangkar (1 buah) h. pancing (300-350 buah) i. Jarak antar tali cabang (2,5-3 m)

i

Page 54: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

5.1.2 Unit Penangkapan pancing ulur

5.1.2.1 Alat tangkap, kapal dan nelayan pancing ulur

Konstruksi alat tangkap pancing ulur yang digunakan oleh nelayan di

Kabupaten Kupang untuk menangkap ikan karang dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Konstruksi pancing ulur yang digunakan untuk menangkap ikan

karang dan ikan demersal di Kabupaten Kupang.

Keterangan dari alat tangkap pancing ulur yang digunakan, sebagai berikut:

a. Tali pancing

Merupakan tali yang terbuat dari bahan monofilament yang terdiri atas tali

utama (main line) dan tali cabang (branch line). Tali utama merupakan tali

yang digulung pada reel dan berujung pada swivel yang pertama. Tali utama

dan tali cabang terbuat dari bahan nylon monofilament yang berwarna putih

transparan. Tali utama yang digunakan bernomor 1000 dengan diameter 1

mm, sedangkan tali cabang ukurannya lebih kecil yaitu yang bernomor 500.

Panjang tali utama berkisar 100-200 meter, sedangkan tali cabang 1-5 meter.

a

b

d

c

f

e

Keterangan:

a. Penggulung (Reel)

b. Tali utama (P= 100-200 m)

c. Swivel

d. Tali cabang (P= 1-5 m)

e. Pancing (no.7)

f. Pemberat (1-1,5 kg)

Page 55: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

b. Pemberat (sinker)

Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah atau besi (linggis) yang

berfungsi untuk memberikan gaya berat pada tali pancing agar dapat tenggelam

pada kedalaman yang diinginkan. Pemberat diikatkan pada tali untang atau

kawat barlen yang terletak diantara swivel pertama dan swivel kedua dengan

berat 1-1,5 kg disesuaikan dengan arus yang terjadi.

c. Mata pancing (hook)

Mata pancing berfungsi sebagai tempat mengait umpan. Jika ingin menangkap

ikan yang berukuran ’sedang’ nelayan menggunakan mata pancing yang

berukuran nomor 8 dan 9, sedangkan untuk menangkap ikan yang berukuran

’besar’ biasanya nelayan menggunakan mata pancing yang berukuran nomor 6

dan 7 (Lampiran 2). Mata pancing yang digunakan oleh nelayan terbuat dari

baja tahan karat sehingga nelayan tidak perlu terlalu sering mengganti mata

pancing karena bahan tersebuat mempunyai daya tahan yang lama.

d. Swivel (kili-kili)

Merupakan alat yang berfungsi agar tali pancing tidak terpelintir dan menjadi

kaku, dengan tujuan agar tali pancing lentur mengikuti gerak ikan yang

memakan umpan pada mata pancing ataupun karena pengaruh arus di dalam

air. Umumnya dalam satu unit pancing terdapat dua buah swivel yang terletak

pada ujung tali utama dan pada pangkal tali cabang. Swivel terbuat dari bahan

baku baja berwarna putih.

e. Tali untang atau kawat barlen

Terletak diantara swivel pertama dan swivel kedua dan juga dipasang antara tali

cabang dengan mata pancing. Fungsi dari tali untang atau kawat barlen adalah

agar tali cabang tidak membelit pada tali utama sewaktu menurunkan tali

pancing ke dalam air ataupun pada saat berada di dalam air. Kawat ini

diikatkan pada swivel pertama dengan menggunakan tali yang sama ukurannya

dengan tali utama sepanjang 20-30 cm. Tali ini juga merupakan tempat

dikaitkannya pemberat, untuk bagian tali cabang dan mata pancing dipasang

tali untang sepanjang 10-20 cm.

Page 56: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

f. Penggulung (reel)

Penggulung berfungsi untuk mempermudah pengoperasian pancing ulur.

Penggulung yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Kupang umumnya

terbuat dari plastik yang berbentuk seperti roda dengan diameter yang

bervariasi tergantung dari panjang pendeknya tali yang digulung.

Pada pengoperasian pancing ulur kapal yang digunakan yaitu kapal motor

tempel, dengan rata-rata dimensi kapal adalah panjang 11,87-21,30 meter, lebar

1,47-4,00 meter, dan tinggi 0,70-1,10 meter dengan volume kapal 3-24 GT,

sedangkan mesin yang digunakan merupakan mesin diesel bermerek jiandong

yang berkekuatan 32 PK serta menggunakan bahan bakar bensin.

Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap ini untuk setiap kapal pancing

ulur rata-rata 4-5 orang, hal ini disesuaikan dengan ukuran kapal yang ada.

5.1.2.2 Metode pengoperasian pancing ulur

Pengoperasian pancing ulur dimulai dari tahap persiapan yang dilakukan

oleh nelayan pancing. Persiapan yang dilakukan dimulai dari mempersiapkan

pancing yang akan digunakan, perbekalan bagi nelayan, dan mesin kapal yang

akan digunakan. Para nelayan pancing ulur di Kabupaten Kupang biasanya tidak

hanya membawa satu jenis mata pancing, biasanya membawa 4 jenis mata

pancing untuk digunakan. Selain itu nelayan juga membawa cadangan dari setiap

jenis pancing yang digunakan, sehingga pada saat pancing yang digunakan ada

yang putus maka nelayan dapat menggantinya.

Pengoperasian pancing ulur ini biasanya dilakukan 5 hari dalam seminggu.

Setelah semua persiapan selesai maka nelayan langsung menuju fishing ground

yang berada di sekitar Pulau Rote. Jarak dari fishing base ke fishing ground yaitu

sekitar 5-60 mil dari Pelabuhan Perikanan Pantai Tenau Kupang.

Nelayan segera memulai untuk memancing setelah tiba di fishing ground.

Nelayan menurunkan pancing sesuai dengan tujuan penangkapan ikan, misalnya

jika ingin memancing ikan yang berukuran ’sedang’ maka menggunakan mata

pancing bernomor 8 dan 9, sedangkan jika ingin memancing ikan dengan ukuran

’besar’ maka bisanya nelayan menggunakan mata pancing yang bernomor 6 dan

7, dengan jenis ikan yang ingin ditangkap yaitu ikan demersal dan ikan karang.

Page 57: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Cara pengoperasian pancing, yaitu dengan menurunkan pemberatnya terlebih

dahulu yang berada di bagian bawah dari pancing, kemudian diikuti dengan mata

pancingnya. Setelah semua mata pancing turun dan kedalaman senar yang

dikehendaki, maka pada senar yang dipegang oleh nelayan diberi kejutan-kejutan

kecil dengan cara menarik ulur pancing tersebut supaya ikan tertarik dengan

gerakan umpan yang diberikan. Diagram alir metode pengoperasian pancing ulur

oleh nelayan di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Gambar 11.

Tidak

Ya

Ya

Persiapan

- Menyiapkan pancing

- Menyiapkan umpan

- Pemasangan umpan pada

mata pancing

Pencarian daerah penangkapan ikan

berdasarkan:

- Jenis dasar perairan

- Pengalaman nelayan

Ditemukan?

Melakukan

pemancingan

Pancing dibiarkan selama beberapa

detik atau menit tergantung reaksi

dari ikan terhadap umpan yang

terdapat pada pancing

Penarikan pancing

Gambar 11 Diagram alir operasi pancing ulur oleh nelayan di Kabupaten Kupang.

Page 58: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

5.1.3 Unit penangkapan bubu

5.1.3.1 Alat tangkap, kapal dan nelayan bubu

Alat tangkap bubu yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Kupang

termasuk dalam klasifikasi bubu dasar. Dalam satu unit penangkapan bubu

nelayan mengoperasikan 4-8 unit bubu. Bubu yang digunakan oleh nelayan di

Kabupaten Kupang termasuk sederhana, terdiri atas badan bubu, mulut, dan

rangka. Bubu yang digunakan untuk menangkap ikan karang oleh nelayan di

Kabupaten Kupang pada umumnya mempunyai ukuran panjang 78 cm, lebar 65

cm dan tinggi 43,9 cm. Mulut bubu berbentuk celah dengan panjang mulut 58 cm,

yang mempunyai rangka terbuat dari besi dengan penutup jaring yang terbuat dari

bahan polyethylene (PE) dengan mesh size 30 mm. Bentuk dan dimensi bubu

dapat dilihat pada Gambar 12.

Kapal yang digunakan dalam pengoperasian bubu dasar di Kabupaten

Kupang adalah kapal yang menggunakan tenaga penggerak motor tempel yang

berkekuatan 5,5 PK dengan jenis bahan bakar bensin. Rata-rata dimensi perahu

yang digunakan oleh nelayan bubu di Kabupaten Kupang adalah panjang antara 6-

9 meter, lebar 0.8-2 meter, dan tinggi 2-5 meter.

Jumlah nelayan yang mengoperasikan unit penangkapan bubu dasar yaitu

1-2 orang. Nelayan mempunyai tugas masing-masing, nelayan pertama bertugas

sebagai pencari dan penentu daerah penangkapan serta memasang bubu dasar

yang dioperasikan, sedangkan nelayan yang kedua bertugas sebagai juru mudi dan

juru mesin, serta membantu dalam pemasangan bubu dasar yang dioperasikan.

Page 59: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Gambar 12 Bentuk dan dimensi bubu.

t= 43,9 cm

cmcm m

P= 78 cm

L= 65 cm

cm

g

P= 16 cm

L= 11 cm

Keterangan:

a. Mulut bubu

b. Engsel

c. Frame/ Rangka

d. Penutup rangka/ Jaring

e. pengait umpan

f. Kantong umpan

g. Lebar bukaan mulut bubu (L= 58 cm)

Page 60: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

5.1.3.2 Metode pengoperasian bubu

Pengoperasian unit penangkapan bubu bersifat pasif berada di dasar

perairan. Pengoperasian bubu dilakukan dengan sistem longline traps dimana

bubu dirangkaikan pada tali utama dengan jarak 8,2 meter. Bubu dipasang

pada dasar perairan dengan kisaran 10-25 m. Sistem pemasangan bubu di dasar

perairan diperlihatkan pada Lampiran 3. Secara umum pengoperasian bubu

dibagi menjadi empat tahap, yaitu persiapan, setting, soaking, dan hauling.

Tahap pertama yaitu persiapan perlengkapan alat dan perbekalan.

Persiapan yang dilakukan dimulai dari mempersiapkan bubu yang akan

digunakan, perbekalan bagi nelayan, mesin kapal yang akan digunakan, serta

kotak tempat penyimpanan hasil tangkapan. Setelah semua persiapan selesai, lalu

nelayan menuju fishing ground atau daerah penangkapan ikan. Selama perjalanan

dari fishing base ke fishing ground nelayan melakukan pemasangan umpan.

Setelah tiba di fishing ground maka mulai melakukan penurunan alat atau

setting bubu. Setting dilakukan dengan cara melakukan penurunan pelampung

tanda dan pemberat serta setelah beberapa detik kemudian satu per satu bubu

diturunkan. Setelah setting selama masa soaking selama kurang lebih 4-5 jam

nelayan menggunakan alat tangkap pancing untuk memancing. Setelah proses

soaking kurang lebih 4-5 jam maka nelayan akan melakukan proses hauling atau

penarikan bubu ke atas kapal. Biasanya setelah proses pengangkatan (hauling),

hasil tangkapan langsung dikeluarkan dari bubu dan dimasukan ke dalam kotak

yang telah disiapkan tanpa menggunakan garam atau es dan langsung kembali ke

fishing base. Proses pengoperasian akan dilanjutkan pada hari berikutnya, untuk

nelayan di Kabupaten Kupang pengoperasian bubu dalam seminggu biasanya

melakukan operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bubu kurang

lebih 4-5 hari tergantung tingkat kerusakan alat tangkap dan cuaca. Secara rinci

diagram alir operasi bubu oleh nelayan di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada

Gambar 13.

Page 61: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Alat Rusak Tidak ada HT

Gambar 13 Diagram alir operasi bubu oleh nelayan di Kabupaten Kupang.

5.2 Daerah Penangkapan Ikan

Nelayan melakukan pencarian daerah penangkapan ikan berdasarkan pada

pengalaman-pengalaman sebelumnya maupun informasi dari nelayan-nelayan

lainnya. Keberhasilan dalam melakukan operasi penangkapan ikan di suatu lokasi

akan diulang dengan melakukan operasi di lokasi yang sama pada trip berikutnya.

Daerah penangkapan ikan oleh nelayan di sekitar Kabupaten Kupang

tersebar di beberapa perairan yang meliputi Laut Timor, Laut Flores, dan Laut

Sawu. Dari ketiga perairan tersebut nelayan yang asalnya asli dari Propinsi Nusa

Tenggara Timur lebih banyak menangkap ikan di sekitar Laut Timor karena

disesuaikan dengan ukuran kapal yang dimiliki oleh nelayan-nelayan tersebut.

Daerah penangkapan ikan kakap yang terdapat di Laut Timor meliputi

Kupang, Pulau Kera, Pulau Semau, dan Pulau Rote, bahkan tidak menutup

kemungkinan oleh nelayan untuk beroperasi sampai pada batas negara Australia

yaitu pada Perairan Coustum yang berjarak 103 mil dari fishing base nelayan

yang berada di Kabupaten Kupang. Daerah penangkapan ikan yang terdekat oleh

nelayan di Kabupaten Kupang adalah di sekitar Kupang, Pulau Kera dan Pulau

Persiapan :

1. Perahu

2. Alat tangkap

3. Umpan

4. Mesin

Setting

Soaking (4 – 5 jam)

Hauling

Hasil tangkapan

(HT)

Page 62: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Semau yang dapat di tempuh kurang lebih 20-60 menit dari fishing base yang

berjarak kurang lebih 4-12 mil dari Pantai Kupang sedangkan yang terjauh yaitu

di sekitar Pulau Rote, jarak fishing base ke fishing ground kurang lebih 60 mil

dari Pantai Kupang yang memerlukan waktu sekitar kurang lebih 3-5 jam

perjalanan untuk sampai pada daerah penangkapan tersebut.

Jika dilihat dari jalur-jalur penangkapan ikan yang diatur oleh Pemerintah

(SK menteri Pertanian No.392/Kpts/IK.120/4/99 tentang jalur-jalur penangkapan

ikan), maka nelayan di Kabupaten Kupang yang mengoperasikan alat tangkap

pancing ulur, rawai dasar, dan bubu dengan tujuan utama penangkapan ikan kakap

beroperasi pada jalur penangkapan I yang dihitung dari fishing base yang sama

yaitu Pantai Kupang. Daerah penangkapan ikan kakap di Kabupaten Kupang

terdiri dari pantai Kupang, Pulau Kera, Pulau Semau, Papela, Landu, dan Lole

(Tabel 9).

Tabel 9 Daerah penangkapan ikan kakap di Kabupaten Kupang

No. Daerah penangkapan

ikan

Fishing

base

Jarak dari

fishing base

(mil)

Jenis alat

tangkap

yang

beroperasi

Jalur

penangkapan

ikan

1 Kupang Pantai

Kupang

1,0 Bubu I

2 Pulau Kera Pantai

Kupang

4,0 Bubu,

pancing ulur

I

3 Pulau Semau Pantai

Kupang

12,0 Bubu,

pancing ulur

I

4 Papela Pantai

Kupang

25,0 Pancing

ulur, rawai

dasar

I

5 Landu Pantai

Kupang

40,0 Pancing

ulur, rawai

dasar

I

6 Lole Pantai

Kupang

60,0 Pancing

ulur, rawai

dasar

I

Sumber: Data olahan

Bagi armada penangkapan ikan milik nelayan setempat, umumnya lama

operasi penangkapan ikan adalah satu hari (one day fishing) untuk alat tangkap

seperti pancing ulur dan rawai dasar, yang menggunakan kapal yang kecil dengan

jumlah nelayan 2-3 orang dengan daerah operasi sekitar Pulau Kera dan Pulau

Semau, sedangkan untuk alat tangkap bubu lama operasi penangkapannya antara

Page 63: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

1-2 hari tergantung waktu perendaman yang beroperasi di sekitar Pulau Kera dan

Pulau Semau dan ada juga yang hanya berada di sekitar Kabupaten Kupang.

Armada penangkapan yang mempunyai ukuran tonasse antara 5-29 GT

seperti kapal pancing ulur dan rawai dasar, lokasi pengoperasiannya di sekitar

Pulau Rote, Laut Flores, dan Laut Sawu. Lokasi penangkapan ikan yang demikian

termasuk jauh sehingga nelayan harus melaut antara 5 hari untuk nelayan yang

mengoperasikan alat tangkapnya di sekitar Pulau Rote, dan ada juga yang harus

melaut antara 3-6 bulan bagi nelayan yang mengoperasikan alat tangkapnya di

sekitar Laut Flores dan Laut Sawu. Daerah penangkapan ikan yang berada di

sekitar Kupang dan Pulau Rote dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

5.3 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan

Ikan hasil tangkapan dari jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh

nelayan di Kabupaten Kupang sangat bervariasi, hal ini sesuai dengan tujuan jenis

ikan sasarannya. Selama bulan Februari 2010, terdapat lima jenis ikan yang

tertangkap oleh alat tangkap rawai dasar dan pancing ulur, serta empat jenis ikan

yang tertangkap menggunakan bubu oleh nelayan setempat (Tabel 10). Sesuai

dengan jenis alat tangkapnya maka yang menjadi sasaran utama hasil

tangkapannya adalah jenis ikan karang dan jenis ikan demersal. Jenis ikan yang

menjadi tujuan utama atau target spesies penangkapan oleh nelayan setempat

adalah jenis ikan kakap (Lutjanus sp.) dan ikan kerapu (Epinephelus sp.),

sedangkan ikan swangi (Priacanthus spp.), kurisi (Nemipterus sp.), dan lobster

merupakan hasil tangkapan sampingan, berdasarkan hasil wawancara terhadap

nelayan. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari pelabuhan perikanan

pantai Tenau-Kupang jenis ikan yang tertangkap dari jenis alat tangkap tersebut

adalah ikan kakap (Lutjanus sp.), ikan kerapu (Epinephelus sp.), ikan kurisi

(Nemipterus sp.), ikan swangi (Priacanthus spp.), ikan lencam (Lethrinus, spp.),

ikan manyung (Arius spp.), ikan kuwe (Caranx sexfasciatus) dan lobster dengan

jumlah dan berat rata-rata setiap jenis hasil tangkapan yang berbeda.

Page 64: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Tabel 10 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap selama 4 kali trip

(20 hari operasi) untuk pancing ulur dan rawai dasar serta 8 kali trip (16

hari operasi) untuk bubu.

No Jenis alat

tangkap

Jumla

h trip

Lama

operasi

(hari)

Hasil tangkapan (ekor) (kg)

LUT

EPI

PRI

NEM

LOB

1 Pancing

ulur

4 20 177 ekor

(440 kg)

292 ekor

(875 kg)

1550

ekor

(930 kg)

1700

ekor

(582 kg)

40 ekor

(125 kg)

2 Rawai

dasar

4 20 260 ekor

(520 kg)

174 ekor

(435 kg)

545 ekor

(325 kg)

750 ekor

(300 kg)

12 ekor

(35 kg)

3 Bubu 8 16 85 ekor

(130 kg)

65 ekor

(100 kg)

- 180 ekor

(75 kg)

45 ekor

(25 kg)

Jumlah

16

56

522 ekor

(1090 kg)

531 ekor

(1410

kg)

2095

ekor

(1255

kg)

2630

ekor

(1057

kg)

97 ekor

(185 kg)

Sumber: Berdasarkan hasil wawancara untuk hasil tangkapan selama bulan Februari 2010

Keterangan: LUT: ikan kakap (Lutjanus sp.); EPI: ikan kerapu (Epinephelus sp.); PRI:

ikan swangi (Priancanthus sp.); NEM: ikan kurisi (Nemipterus sp.); LOB: lobster.

Hasil tangkapan pancing ulur merupakan spesies ikan konsumsi. Sasaran

utama tujuan penangkapan dengan menggunakan pancing ulur yaitu ikan-ikan

karang dan ikan demersal. Jenis ikan yang tertangkap selama pengoperasian alat

tangkap pancing ulur oleh nelayan di Kabupaten Kupang pada bulan Februari

yaitu terdiri dari 5 jenis ikan. Ikan kakap (Lutjanus sp.), ikan kerapu (Epinephelus

sp.), ikan swangi (Priacanthus spp.), ikan kurisi (Nemipterus sp.) dan lobster.

Tujuan utama atau target spesies dari pengoperasian alat tangkap ini adalah untuk

menangkap ikan kakap (Lutjanus sp.), dan ikan kerapu (Epinephelus sp.). Jumlah

hasil tangkapan dari alat tangkap pancing ulur selama bulan Februari oleh nelayan

kurang lebih 2952 kg atau 3759 ekor ikan dengan proporsi berat hasil tangkapan

terbanyak yaitu ikan swangi (Priacanthus spp.) sebanyak 31 % dan ikan kerapu

(Epinephelus sp) sebanyak 30 %, sisanya adalah ikan kurisi (Nemipterus sp.)

sebanyak 20 %, ikan kakap (Lutjanus sp) sebanyak 15 %, dan lobster sebanyak 4

%, sedangkan untuk proporsi jumlah ikan hasil tangkapan terbanyak adalah ikan

kurisi (Nemipterus sp.) dan ikan swangi (Priacanthus spp.) masing-masing

sebanyak 45% dan 41%. Proporsi jumlah hasil tangkapan lainnya lainnya 8%

untuk ikan kerapu (Epinephelus sp.), 5% untuk ikan kakap (Lutjanus sp.) dan 1%

untuk lobster.

Page 65: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Proporsi hasil tangkapan pancing ulur berdasarkan jumlah dan berat ikan

yang tertangkap dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15, sedangkan

proporsi hasil tangkapan pancing ulur berdasarkan jumlah dan berat hasil

tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan dapat dilihat pada Gambar 16

dan Gambar 17.

Jumlah ikan hasil tangkapan utama untuk berat dan jumlah lebih sedikit

dari ikan hasil tangkapan sampingan (Gambar 16 dan Gambar 17). Hal ini

disebabkan sumberdaya ikan tujuan hasil tangkapan utama telah berkurang karena

hasil tangkapan yang dilakukan terus-menerus pada tempat yang sama oleh

nelayan setempat, selain itu juga karena dipengaruhi oleh musim penangkapan,

22%

43%

29%

20%

LUT EPI NEM LOB

8%

13%

77%

2%

LUT EPI NEM LOB

65%

35%

Hasil Tangkapan Utama

Hasil Tangkapan Sampingan

21%

79%

Hasil Tangkapan Utama

Hasil Tangkapan Sampingan

Gambar 14 Proporsi hasil tangkapan

pancing ulur berdasarkan

berat (kg) jenis ikan.

Gambar 15 Proporsi hasil tangkapan

pancing ulur berdasarkan

jumlah (ekor) jenis ikan.

Gambar 16 Proporsi hasil tangkapan

utama dan hasil tangkapan

sampingan pancing ulur

berdasarkan berat (kg)

jenis ikan.

Gambar 17 Proporsi hasil tangkapan

utama dan hasil tangkapan

sampingan pancing ulur

berdasarkan jumlah

(ekor) jenis ikan.

Page 66: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

dimana pada bulan Januari dan bulan Februari merupakan musim barat sehingga

nelayan tidak terlalu banyak melakukan pengoperasian alat tangkap karena angin

dan arus yang kencang. Perbandingan proporsi ikan hasil tangkapan utama dan

proporsi ikan hasil tangkapan sampingan untuk beratnya yaitu 45% hasil

tangkapan utama dan 55% hasil tangkapan sampingan, sedangkan perbandingan

proporsi ikan hasil tangkapan utama dan proporsi ikan hasil tangkapan sampingan

untuk jumlahnya yaitu 12% hasil tangkapan utama dan 88% hasil tangkapan

sampingan. Proporsi yang demikian nelayan masih tetap melakukan

pengoperasian pada daerah penangkapan yang sama, karena nelayan beranggapan

bahwa meskipun hasil tangkapan utama yang diperoleh lebih sedikit dari hasil

tangkapan sampingan, namun hasil tangkapan sampingan juga tetap memberikan

keuntungan dari hasil tangkapan sampingan tersebut karena tetap dimanfaatkan,

selain itu untuk proporsi jumlah dan berat dari hasil tangkapan utama dan hasil

tangkapan sampingan yang berbeda untuk berat jenis hasil tangkapan utama

mempunyai berat yang lebih besar dari hasil tangkapan sampingan yang

menyebabkan jumlah ikan yang tertangkap sedikit, berbeda dengan hasil

tangkapan sampingan mempunyai jumlah hasil tangkapan yang banyak akan

tetapi jenis ikan tersebut mempunyai berat yang kecil dibanding jenis ikan hasil

tangkapan utama.

Pada pengoperasian unit penangkapan rawai dasar oleh nelayan di

Kabupaten Kupang selama bulan Februari 2010, hasil tangkapan yang diperoleh

kurang lebih sebanyak 1615 kg atau 1741 ekor. Jenis ikan yang menjadi tujuan

utama penangkapan dari alat tangkap ini adalah ikan karang dan ikan demersal.

Sama halnya dengan alat tangkap pancing ulur, ada 5 jenis ikan yang tertangkap

dari kegiatan pengoperasian tersebut. Jenis-jenis tersebut adalah Ikan kakap

(Lutjanus sp.), ikan kerapu (Epinephelus sp.), ikan swangi (Priacanthus spp.),

ikan kurisi (Nemipterus sp.) dan lobster. Proporsi hasil tangkapan jenis-jenis ikan

untuk berat yang paling banyak adalah ikan kakap (Lutjanus sp.), dan ikan kerapu

(Epinephelus sp.), yaitu masing-masing sebanyak 32% dan 27%, sedangkan tiga

jenis lainnya masing-masing sebanyak 20% untuk ikan swangi (Priacanthus spp.),

19% ikan kurisi (Nemipterus sp.), dan 2 % untuk hasil tangkapan lobster (Gambar

18). Proporsi hasil tangkapan jenis-jenis ikan untuk jumlah yang paling banyak

Page 67: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

adalah ikan kurisi (Nemipterus sp.) dan ikan swangi (Priacanthus spp.) sebanyak

43% dan 31%, sedangkan tiga jenis ikan lain mempunyai proporsi jumlah 15%,

10% dan 1% untuk ikan kakap (Lutjanus sp.), ikan kerapu (Epinephelus sp.),

dan lobster dari seluruh jenis ikan yang tertangkap (Gambar 19).

Pada unit penangkapan rawai dasar proporsi hasil tangkapan sasaran utama

diperoleh sebesar 59% sedangkan hasil tangkapan sampingan sebesar 41% dari

total berat seluruh hasil tangkapan ikan yang diperoleh (Gambar 20), sedangkan

proporsi hasil tangkapan utama yang diperoleh dari jumlah jenis ikan yang

tertangkap adalah 25% dan 75% untuk jumlah hasil tangkapan sampingan yang

diperoleh dari jumlah keseluruhan hasil tangkapan (Gambar 21).

40%

34%

23%

3%

LUT EPI NEM LOB

22%

14%63%

1%

LUT EPI NEM LOB

74%

26%

Hasil Tangkapan Utama

Hasil Tangkapan Sampingan

36%

64%

Hasil Tangkapan Utama

Hasil Tangkapan Sampingan

Gambar 18 Proporsi hasil tangkapan

rawai dasar berdasarkan

berat (kg) jenis ikan.

Gambar 19 Proporsi hasil tangkapan

rawai dasar berdasarkan

jumlah (ekor) jenis ikan.

Gambar 20 Proporsi hasil tangkapan

utama dan hasil tangkapan

sampingan rawai dasar

berdasarkan berat (kg)

jenis ikan.

Gambar 21 Proporsi hasil tangkapan

utama dan hasil tangkapan

sampingan rawai dasar

berdasarkan jumlah

(ekor) jenis ikan.

Page 68: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Hasil tangkapan bubu yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap

nelayan kurang lebih sebulan selama bulan Februari 2010 diperoleh hasil

tangkapan sebanyak 330 kg ikan atau 375 ekor. Kelompok ikan yang tertangkap

sebanyak 4 jenis. Jenis ikan yang paling banyak tertangkap berdasarkan berat

adalah ikan kakap (Lutjanus sp) sebanyak 39%, dan ikan kerapu (Epinephelus sp)

sebanyak 30%, sisanya adalah ikan kurisi (Nemipterus sp.) dan lobster masing-

masing sebanyak 23% dan 8% (Gambar 22). Proporsi hasil tangkapan jenis-jenis

ikan berdasarkan jumlah dari alat tangkap bubu yang paling banyak adalah ikan

kurisi (Nemipterus sp.) dan ikan kakap (Lutjanus sp.) sebanyak 48% dan 23%,

sedangkan jenis ikan lain mempunyai proporsi 17% untuk ikan kerapu

(Epinephelus sp.), dan 12% untuk lobster dari jumlah seluruh jenis ikan yang

tertangkap (Gambar 23).

Target utama penangkapan dengan menggunakan alat tangkap bubu oleh

nelayan di Kabupaten Kupang adalah ikan kakap (Lutjanus sp.) dan ikan kerapu

(Epinephelus sp.), sedangkan ikan kurisi (Nemipterus sp.) dan lobster merupakan

hasil tangkapan sampingan yang diperoleh. Perbandingan hasil tangkapan utama

dan hasil tangkapan sampingan berdasarkan berat hasil tangkapan dengan

menggunakan alat tangkap bubu yaitu 70 % hasil tangkapan utama dan 30 % hasil

tangkapan sampingan dari total berat hasil tangkapan yang diperoleh (Gambar

24), sedangkan perbandingan hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan

sampingan berdasarkan jumlah hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap

39%

30%

23%

8%

LUT EPI NEM LOB

23%

17%48%

12%

LUT EPI NEM LOB

Gambar 22 Proporsi hasil tangkapan

bubu berdasarkan berat

(kg) jenis ikan.

Gambar 23 Proporsi hasil tangkapan

bubu berdasarkan jumlah

(ekor) jenis ikan.

Page 69: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

bubu yaitu 40% hasil tangkapan utama dan 60% hasil tangkapan sampingan dari

jumlah keseluruhan hasil tangkapan yang diperoleh (Gambar 25).

Hasil tangkapan yang diperoleh dari ketiga jenis unit penangkapan yaitu

pancing ulur, rawai dasar dan bubu mempunyai berat hasil tangkapan yang

berbeda dari masing-masing alat tangkap. Jenis hasil tangkapan yang diperoleh

mempunyai berat rata-rata 2,3 kg per ekor untuk jenis ikan kerapu, 2,2 kg per ekor

untuk jenis ikan kakap, 2,2 kg per ekor untuk lobster, 0,9 kg per ekor untuk ikan

lencam dan 0,4 kg per ekor untuk jenis ikan kurisi yang diperoleh dari ketiga alat

tangkap tersebut (Tabel 11).

Tabel 11 Berat rata-rata per ekor hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap selama

4 kali trip (20 hari operasi) untuk pancing ulur dan rawai dasar serta 8

kali trip (16 hari operasi) untuk bubu pada bulan Februari 2010.

No. Alat tangkap Berat rata-rata hasil tangkapan per ekor (kg)

LUT EPI PRI NEM LOB

1 Pancing ulur 2,5 3,0 0,6 0,4 3,0

2 Rawai dasar 2,5 2,5 0,5 0,4 3,0

3 Bubu 1,5 1,5 1,5 0,4 0,5

Rata-rata 2,1 2,7 0,6 0,4 1,9 Sumber: Data olahan

Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan sangat bervariasi

tergantung alat tangkap yang digunakan, daerah penangkapan, dan musim

penangkapan. Hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari hasil wawancara

selama kurang lebih untuk 5 hari melaut dari alat tangkap rawai dasar, pancing

70%

30%

Hasil Tangkapan Utama

Hasil Tangkapan Sampingan

40%

60%

Hasil Tangkapan Utama

Hasil Tangkapan Sampingan

Gambar 24 Proporsi hasil tangkapan

utama dan hasil tangkapan

sampingan bubu

berdasarkan berat (kg)

jenis ikan.

Gambar 25 Proporsi hasil tangkapan

utama dan hasil tangkapan

sampingan bubu

berdasarkan jumlah

(ekor) jenis ikan.

Page 70: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

ulur, dan bubu berbeda dari masing-masing nelayan. Perbedaan jumlah hasil

tangkapan yang diperoleh disebabkan karena kemampuan daya tangkap yang

berbeda dan lokasi daerah penangkapan yang berbeda pula.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Kupang jumlah hasil tangkapan khusus ikan kakap (Lutjanus sp.) yang

diperoleh nelayan selama periode kurang lebih 14 bulan sejak bulan Januari 2009

sampai dengan bulan Februari 2010 sangat berbeda untuk bulan-bulan tertentu,

hal ini disesuaikan dengan musim penangkapan dan sumberdaya yang ada. Musim

puncak penangkapan ikan kakap di Kabupaten Kupang kurang lebih selama 4

bulan yaitu sejak bulan Juli sampai pada bulan Oktober, musim sedang

berlangsung selama 3 bulan sejak bulan April sampai bulan Juni, sedangkan

musim paceklik terjadi selama 5 bulan yaitu sejak bulan November sampai bulan

Maret. Hasil tangkapan ikan kakap yang diperoleh selama musim puncak kurang

lebih sebanyak 131.053 kg atau sebanyak 50% dari seluruh hasil tangkapan ikan

kakap yang diperoleh, pada musim sedang kurang lebih 864.98 kg atau sebesar

33% dari seluruh hasil tangkapan ikan kakap yang diperolah, dan pada musim

paceklik kurang lebih 44.861 kg atau 17% dari seluruh tangkapan ikan kakap yang

diperoleh. Jumlah hasil tangkapan ikan kakap yang diperoleh selama 14 bulan

sejak bulan Januari 2009 sampai bulan Februari 2010 dapat dilihat pada Gambar

26 dan Gambar 27.

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Musim paceklik

Musim paceklik

Musim sedang

Musim puncak

Gambar 26 Jumlah hasil tangkapan ikan kakap di Kabupaten Kupang selama

bulan Januari 2009-Februari 2010.

Page 71: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Gambar 21 menjelaskan tentang jumlah hasil tangkapan ikan kakap yang

diperoleh sejak Januari 2009-Februari 2010, berdasarkan alat tangkap yang

digunakan. Dari data yang diperoleh dari DKP Kabupaten Kupang (2009), alat

tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan kakap adalah rawai dasar,

pancing ulur, dan bubu. Hasil tangkapan terbanyak diproduksi oleh alat tangkap

rawai dasar sebesar 57%, pancing ulur sebesar 39%, dan bubu sebesar 4% dari

jumlah keseluruhan hasil tangkapan tangkapan ikan kakap yang diproduksi oleh

tiga alat tangkap tersebut selama 14 bulan (Gambar 27).

Gambar 27 Komposisi hasil tangkapan ikan kakap berdasarkan bulan dan jenis

alat tangkap.

Produksi ikan kakap (Lutjanus sp.) yang dihasilkan setiap bulan sejak

Januari 2009-Februari 2010 dari tiga alat tangkap (rawai dasar, pancing ulur, dan

bubu) disajikan pada Tabel 12.

0250050007500

100001250015000175002000022500250002750030000325003500037500400004250045000

Ha

sil

tan

gk

ap

an

(k

g)

Bulan

pancing ulur Rawai dasar Bubu

Page 72: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Tabel 12 Total produksi, rata-rata produksi yang dihasilkan setiap bulan dan

ragam produksi bulanan armada penangkap ikan kakap di Kabupaten

Kupang, Nusa Tenggara Timur dalam periode Januari 2009 hingga

Februari 2010

Jenis alat

tangkap

Jumlah bulan Produksi (kg) Produksi rata-

rata (kg/bulan)

Ragam

bulanan

Pancing ulur 14 102581 7334,35 26945366

Rawai dasar 14 151930 10852,14 154530628

Bubu 14 10621 758,64 521944

Sumber: Data olahan

Hasil analisis ragam (ANOVA) terhadap hasil tangkapan ikan kakap

(Lutjanus sp.) dari 3 alat tangkap tersebut (rawai dasar, pancing ulur dan bubu)

yang dioperasikan di Kabupaten Kupang berdasarkan data yang diperoleh dari

DKP Kabupaten Kupang, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nyata

hasil tangkapan tiap bulannya dalam satuan kg ( α = 0.05; Fhitung = 6.06; Ftabel =

3.24) Tabel 13, dengan menggunakan hipotesis:

H0 = S1= S2 = S3

H1 = S1 ≠ S2 ≠ S3.

Keterangan: S1 = Hasil tangkapan pancing ulur.

S2 = Hasil tangkapan rawai dasar.

S3 = Hasil tangkapan bubu.

Tabel 13 Hasil uji sidik ragam produksi bulanan tiga jenis unit penangkapan ikan

kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

Sumber

keragaman

Jumlah

kuadrat

Derajat

bebas

Kuadrat

tengah

Fhitung Ftabel

Jenis unit

penangkapan

ikan

734970026 2 367485013,0 6,06 3,24

Galat 2365973201 39 60665979,6

Total 3100943230 41 Sumber: Data olahan

Tabel 13 menunjukan bahwa Fhitung > Ftabel, maka tolak H0, dimana terdapat

perbedaan rata-rata hasil tangkapan dari setiap alat tangkap yang dioperasikan

untuk menangkap ikan kakap.

Page 73: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

6 PEMBAHASAN

6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur–Jalur Penangkapan Ikan

Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten

Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan. Pemerintah telah

mengelurkan Keputusan Menteri Pertanian No.392/Kpts/4/99 tentang jalur-jalur

penangkapan ikan. Dalam keputusan tersebut telah ditetapkan tiga jalur

penangkapn ikan. Jalur penangkapan ikan I diukur dari permukaan air laut pada

surut terendah sampai dengan 3 mil laut dan perairan pantai luar 3 mil laut sampai

dengan 6 mil laut. Jalur penangkapan ikan II meliputi perairan di luar jalur

penangkapan ikan I sampai dengan 12 mil laut ke arah laut. Jalur penangkapan

ikan III berada di luar jalur penangkapan ikan II sampai dengan terluar ZEE.

Jalur penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Kupang khusus ikan

kakap (Lutjanus sp.) termasuk pada jalur penangkapan ikan I karena dihitung dari

fishing base yang sama yaitu dari Pantai Kupang bukan dari pantai terdekat dari

pulau tertentu. Pada jalur penangkapan ikan I di perairan 0-3 mil laut hanya

diperbolehkan bagi:

a. Alat penangkap ikan menetap

b. Alat penangkap ikan tidak menetap yang tidak dimodifikasi

c. Kapal perikanan tanpa motor dengan ukuran panjang maksimum 10 m.

Sementara di dalam jalur penangkapan ikan di perairan 3-6 mil laut hanya

diperbolehkan bagi :

a. Alat tangkap ikan menetap dimodifikasi

b. Purse seine panjang maksimum 150 m

c. Gill net maksimum 1000 m

d. Kapal tanpa motor dan bermotor tempel dengan ukuran panjang

maksimum 10 m

e. Kapal bermotor tempel inboard maksimum 5 GT atau panjang maksimum

12 m.

Berkaitan dengan ketentuan-ketentuan tersebut pengoperasian unit

penangkapan pancing ulur, dan bubu ditinjau dari segi ukuran kapal dan jalur

penangkapan maka sesuai dengan ketentuan tersebut. Masing-masing unit

Page 74: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

penangkapan memiliki panjang kapal kurang dari 12 meter, yaitu berkisar antara

6-12 meter.

Berbeda dengan rawai dasar dan pancing ulur yang sistem operasinya

bukan one day fishing, jalur penangkapan untuk kedua alat tangkap ini termasuk

pada jalur penangkapan III yang sesuai peraturan Pemerintah berdasarkan

Keputusan Menteri Pertanian No.392/Kpts/4/99 tentang jalur-jalur penangkapan

ikan tersebut. Akan tetapi alat tangkap ini oleh nelayan setempat tetap

dioperasikan pada jalur penangkapan I, karena disesuaikan dengan fishing base

yang sama. Daerah penangkapan ikan kakap di Kabupaten Kupang meliputi pantai

Kupang, Pulau Kera, Pulau Semau, Papela, Landu, dan Lole dengan jarak

penangkapan dari pantai antara 1-60 mil laut yang diukur dari pantai Kupang

sebagai fishing basenya (Tabel 14).

Tabel 14 Daerah penangkapan Ikan, jarak dari pantai, dan jalur Penangkapan

Ikan

No

Daerah

Penangkapan

Ikan Fishing base

Jarak dari pantai

(mil)

Jalur

Penangkapan

Ikan

1 Kupang Pantai Kupang 1.0 I

2 Pulau Kera Pantai Kupang 4.0 I

3 Pulau Semau Pantai Kupang 12.0 I

4 Papela Pantai Kupang 25.0 I

5 Landu Pantai Kupang 40.0 I

6 Lole Pantai Kupang 60.0 I Sumber: Data olahan

Jenis dan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Kupang

pada umumnya masih sederhana sehingga berpengaruh pada penentuan daerah

penangkapan ikan yang hanya disesuaikan pada pengalaman nelayan dan kondisi

laut dan angin yang terjadi. Walaupun demikian, dengan jenis dan alat tangkap

yang sederhana, nelayan di Kabupaten Kupang tetap melakukan penangkapan

ikan sampai pada daerah penangkapan yang berjarak jauh. Hal ini disebabkan

karena didasarkan pada pengalaman nelayan dimana stok sumberdaya ikan karang

yang ada di daerah penangkapan ikan yang berjarak dekat, ukuran ikan yang

diperolah dianggap belum layak tangkap karena memiliki ukuran yang kecil

disesuikan dengan kedalaman penangkapan. Karyaningsih dan Suhendrata (1992)

mengemukakan bahwa perbedaan jumlah dan berat hasil tangkapan disetiap

Page 75: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

kedalaman menunjukkan bahwa pada kedalaman yang semakin tinggi ikan kakap

yang tertangkap akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena ikan kakap

mempunyai kebiasaan beruaya ke daerah kedalaman yang lebih tinggi untuk

mencari makan dan melakukan pemijahan. Dengan demikan, nelayan berusaha

mencari daerah penangkapan yang baru selain berdasarkan pada pengalaman

nelayan lain juga karena adanya informasi dari nelayan lain tentang daerah

penangkapan yang lebih produktif, sehingga membuat nelayan setempat untuk

melakukan penangkapan yang berjarak jauh karena didukung dengan ukuran

kapal yang ada cukup memfasilitasi untuk menangkap ikan pada jarak yang jauh

dimana stok sumberdaya ikan kakap masih banyak dengan ukuran layak tangkap

yang mempunyai daerah penangkapan yang lebih dalam yaitu antara 70-180

meter, dimana pada umumnya semakin bertambah besar ukuran ikan kakap dan

semakin tua umur ikan kakap, ada kecenderungan menyukai dan mencari perairan

dengan suhu yang lebih rendah di perairan yang lebih dalam (Puslitbang, 1991).

6.2 Produktivitas Unit Penangkapan Ikan

Pengembangan teknologi penangkapan yang bertanggung jawab

berdasarkan Code of Conduct for Responsible Fisheries (1995) yang diacu dalam

Yusfiandayani (2004), hendaknya memenuhi persyaratan:

1. Selektivitas tinggi

2. Konsumsi terhadap bahan bakar minyak rendah

3. Investasi rendah

4. By-catch rendah

5. Hasil tangkapan segar

6. Tidak merusak habitat

7. Tidak membahayakan bagi operator (nelayan)

8. Aman bagi spesies yang dilindungi

9. Bersifat menguntungkan

10. Dapat diterima oleh masyarakat

11. Legal

Sistem pengoperasian dari alat tangkap rawai dasar, pancing ulur, dan

bubu yang digunakan untuk menangkap ikan kakap maka alat tangkap pancing

ulur merupakan alat tangkap yang memenuhi persyaratan dari Code of Conduct

Page 76: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

for Responsible Fisheries, sedangkan alat tangkap rawai dasar dan bubu tidak

memenuhi persyaratan Code of Conduct for Responsible Fisheries, karena dapat

merusak habitat.

Rawai dasar adalah salah satu alat penangkap ikan yang hidup di perairan

karang, yaitu disekitar terumbu karang. Rawai dasar untuk perairan karang

termasuk ke dalam rawai tetap. Rawai tetap adalah rawai yang pada salah satu

ujung tali utama sebelah bawah diberi pemberat atau jangkar sehingga alat

tangkap ini tetap dan tidak hanyut, sedangkan ujung tali lainnya diikatkan di

pelampung atau kapal ( Direktorat Prasarana Perikanan Tangkap, 2001). Operasi

penangkapan dengan menggunakan alat tangkap ini haruslah memperhatikan

keadaan topografi dasar perairan, sebab untuk perairan yang dasarnya terdapat

karang-karang, terumbu karang, atau banyak bebatuan akan memungkinkan mata

pancing mudah tersangkut sehingga mengakibatkan rusaknya habitat karang serta

menggeser kedudukannya akibat terbelit oleh tali pancing serta penurunan dan

penarikan pemberat atau jangkar hal ini juga yang menyebabkan putusnya tali

pancing, oleh karena itu harus dibuat konstruksi khusus bentuk pancing yang

dioperasikan di atas karang-karang khususnya dan atau perairan karang pada

umumnya (Cochrane, 2002).

Alat tangkap bubu dapat mengakibatkan terumbu karang rusak. Kerusakan

terumbu karang akibat pengoperasian bubu adalah penimbunan bubu dengan

menggunakan batu-batu karang. Kegiatan ini dilakukan supaya alat tangkap bubu

berada dalam posisi diam, selain itu supaya bubu tidak hilang karena terbawa

arus. Karang yang digunakan berfungsi sebagai kamuflase sebuah karang selain

itu karang tersebut juga berfungsi sebagai pemberat bubu. Karang merupakan

tempat hidup beberapa jenis ikan. Ikan yang hidup pada daerah karang akan

tertarik pada tumpukan karang yang sebenarnya adalah merupakan bubu (Ikawati,

et al,. 2001). Karang hidup yang menjadi media penimbunan bubu merupakan

sumber makanan bagi beberapa jenis ikan dan biota karang lain seperti

Tetraodintidae, Monochantidae, Balistidae, dan Chaetodontidae (Nybakken,

1992).

Jumlah hasil tangkapan ikan yang berbeda dari alat tangkap rawai dasar,

pancing ulur, dan bubu yang dioperasikan di Kabupaten Kupang sama halnya

Page 77: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

dengan tiga jenis alat tangkap tersebut yang dioperasikan oleh nelayan di

Kabupaten lain seperti di Kabupaten Lampung Selatan yang mengalami

perbedaan rata-rata hasil tangkapan dari setiap alat tangkap yang dioperasikan.

Hal ini menunjukkan bahwa keadaan suatu daerah penangkapan sangat tergantung

pada stok sumberdaya ikan yang tersedia, kemampuan daya tangkap dari alat,

tingkat keefektifan dan keefisienan dari alat tangkap yang digunakan, lama trip

yang berlangsung, serta daerah penangkapan ikannya

Lama trip operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap rawai

dasar, pancing ulur dan bubu oleh nelayan di Kabupaten Kupang berbeda dengan

lama trip operasi penangkapan ikan dengan menggunakan ketiga alat tangkap

tersebut di Kabupaten Lampung Selatan. Nelayan di Kabupaten Kupang biasanya

melakukan operasi penangkapan antara 2-5 hari melaut sedangkan nelayan di

Kabupaten Lampung melakukan operasi penangkapan yang bersifat one day

fishing untuk ketiga alat tangkap tersebut (Adianto, 2007).

Hasil tangkapan yang menjadi tujuan utama penangkapan oleh nelayan di

Kabupaten Kupang adalah ikan kakap dan ikan kerapu dari ketiga alat tangkap

tersebut berbeda dengan tujuan utama penangkapan ikan oleh nelayan di

Kabupaten Lampung Selatan untuk alat tangkap rawai dasar dan pancing ulur

yang menjadi sasaran utamanya adalah ikan kakap berbeda dengan alat tangkap

bubu yang menjadi sasaran utamanya adalah ikan kerapu, ekor kuning, dan ikan

kakap (Adianto, 2007).

Hasil tangkapan unit penangkapan rawai dasar, pancing ulur, dan bubu

yang dilakukan oleh nelayan, menunjukkan adanya perbedaan rata-rata hasil

tangkapan dari setiap alat tangkap yang dioperasikan untuk menangkap ikan

kakap. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan setiap unit penangkapan adalah

berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan upaya penangkapan

dari tiap-tiap unit penangkapan tersebut. Antara lain meliputi daerah penangkapan

yang berbeda, jumlah setingan tiap alat tangkap yang relatif berbeda, dan musim

penangkapan ikan yang berbeda.

Alat tangkap rawai dasar merupakan alat tangkap yang efisien bagi

nelayan karena dalam melakukan operasi penangkapan hasil tangkapan yang

diperoleh beragam dengan ukuran yang berbeda, sedangkan alat tangkap pancing

Page 78: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

ulur merupakan alat tangkap yang tidak efisien karena dalam melakukan operasi

penangkapan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasil

tangkapan yang banyak karena operasinya tergantung banyaknya mata pancing

yang digunakan, sedangkan alat tangkap bubu berdasarkan komposisi hasil

tangkapan yang diperoleh menunjukan bahwa alat tangkap tersebut tidak spesifik

terhadap jenis ikan tertentu, hal ini dapat dilihat dari beragamnya hasil tangkapan

yang tertangkap oleh bubu (Adianto, 2007). Alat tangkap bubu yang terdapat di

Kabupaten Kupang sama seperti alat tangkap bubu yang terdapat di Cirebon yaitu

bubu lipat yang terbuat dari rangka besi dengan menggunakan jaring polyetilen

dengan mesh size 30 mm sebagai penutup rangkanya. Keragaman spesies yang

tertangkap dari ketiga alat tangkap tersebut terjadi karena jenis ikan yang hidup di

perairan karang sangat beranekaragam. Alat tangkap rawai dasar, pancing ulur,

dan bubu merupakan alat tangkap yang pasif terhadap ikan (Ayodhyoa, 1975).

Hasil tangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang lebih

banyak diproduksi oleh alat tangkap rawai dasar. Hal ini disebabkan oleh tingkat

keefisienan dari alat tangkap tersebut yang ditunjang dengan keadaan daerah

penangkapan ikan. Menurut Purbayanto 1989, dengan diketahuinya daerah

penangkapan yang potensial seperti kelimpahan, kepadatan stok, sifat fisik

lingkungan, pola migrasi dan distribusi jenis-jenis ikan serta didukung oleh unit

penangkapan yang baik akan meningkatkan produksi perupaya penangkapan.

Produksi ikan kakap di Kabupaten Kupang yang terbanyak terjadi pada bulan

September dan paling sedikit produksi ikan kakap (Lutjanus sp.) yaitu terjadi pada

bulan Desember-Februari. Hal ini disebabkan oleh musim penangkapan.

Secara umum kondisi oseanografi perairan di Indonesia dipengaruhi oleh

dua musim, yaitu musim barat dan musim timur sebagai akibat adanya pergantian

sistem tekanan udara di daratan Asia dan Australia. Pada bulan Desember,

Januari, dan Februari terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Australia sehingga menyebabkan berhembusnya

angin dari Asia menuju Australia. Keadaan demikian dikenal dengan angin musim

barat. Sebaliknya pada bulan Juli dan Agustus, di atas daratan Australia tekanan

udara lebih tinggi dibanding di atas daratan Asia, sehingga di Indonesia

Page 79: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

berhembus angin musim timur. Sistem tersebut terjadi secara tetap sehingga

angin musim bertiup stabil terutama di atas lautan (Nontji,1993).

Kondisi oseanografis perairan yang berubah-ubah sesuai musim tersebut

baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas perairan

yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap perilaku pengelompokan ikan,

sehingga perubahan musim tersebut sangat berpengaruh terhadap kegiatan

perikanan dan upaya penangkapan ikan.

Upaya penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) terbesar di Kabupaten

Kupang terjadi pada musim timur, karena pada musim timur angin yang bertiup

tidak terlalu besar sehingga tidak menimbulkan gelombang besar dan relatif

tenang sehingga banyak nelayan yang mengoperasikan alat tangkap. Sebaliknya

pada musim barat upaya penangkapan berkurang, disebabkan karena kondisi

gelombang yang besar akibat angin dan juga sering terjadi hujan yang lebat

(Dharmayanti, 1989). Nelayan di Kabupaten Kupang melakukan operasi

penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) sepanjang tahun. Meskipun penangkapan

ikan kakap (Lutjanus sp.) bisa dilakukan sepanjang tahun, namun hasil tangkapan

yang tinggi terjadi pada musim angin timur (Juli-Desember), sedangkan hasil

tangkapan yang terendah terjadi pada musim angin barat (Januari-Februari) yang

terjadi di Kabupaten Kupang. Hal ini, berkaitan dengan musim puncak, musim

sedang, dan musim paceklik ikan, dimana di Indonesia ketiga musim tersebut

untuk setiap jenis ikan mempunyai musim penangkapan yang berbeda baik musim

puncak, musim sedang, dan musim paceklik.

Musim puncak penangkapan ikan kakap di Kabupaten Kupang berlangsung

selama 4 bulan yaitu sejak bulan Juli-Oktober dengan hasil tangkapan ikan kakap

sebanyak 50% dari seluruh hasil tangkapan ikan kakap yang diperoleh selama

musim penangkapan, sedangkan musim sedang berlangsung dari bulan April-Juni

dengan hasil tangkapan yang diperoleh sebesar 33% dari seluruh hasil tangkapan

ikan kakap yang diperoleh dan musim paceklik berlangsung selama 5 bulan yaitu

dari bulan November-Maret dengan total hasil tangkapan sebesar 17% dari

seluruh hasil tangkapan ikan kakap yang diperoleh dari ketiga musim

penangkapan ikan kakap yang terdapat di Kabupaten kupang.

Page 80: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Durasi penangkapan ikan pada musim angin timur berlangsung lebih lama

(Juli-Desember) daripada musim barat yang terjadi antara bulan Januari dan

Februari, dengan lokasi daerah penangkapan ikan yang berbeda. Alat tangkap

pancing ulur dan rawai dasar pada musim angin timur nelayan biasanya beroperasi

di sekitar Lole dan Landu dan pada musim angin barat nelayan beroperasi

disekitar Papela dengan tidak beroperasi di sekitar daerah selatan Papela dan

Landu karena di sekitar daerah tersebut bukan merupakan daerah penangkapan

ikan kakap karena tidak terdapat terumbu karang sebagai habitat ikan kakap dan

jenis ikan lainnya yang merupakan ikan karang. Alat tangkap bubu daerah

penangkapannya selalu tetap setiap musim yang disesuikan dengan keadaan laut

dan angin untuk beroperasi. Daerah pengoperasian ketiga alat tangkap ini

disesuaikan dengan konstruksi alat tangkap yang digunakan.

Daerah penangkapan yang berbeda serta jarak yang jauh dari fishing base

tidak membuat nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya di sekitar pantai

terdekat melainkan hasil tangkapan didaratkan di PPP Tenau Kupang karena

disesuaikan dengan permintaan pasar oleh konsumen di Kupang.

Ukuran ikan kakap yang ditangkap oleh nelayan di Kabupaten Kupang

untuk alat tangkap pancing ulur dan rawai dasar berbeda dengan ukuran ikan

kakap yang dihasilkan oleh alat tangkap bubu. Hal ini disebabkan karena alat

tangkap pancing ulur dan rawai dasar merupakan alat tangkap yang selektif

terhadap hasil tangkapan, dimana jika nelayan ingin menangkap ikan kakap yang

berukuran ’besar’ maka nelayan akan menggunakan ukuran mata pancing yang

bernomor 6 dan 7 sedangkan untuk ukuran yang ’sedang’ nelayan menggunakan

ukuran mata pancing yang bernomor 8 dan 9, dengan demikian ukuran ikan kakap

yang ditangkap merupakan ukuran ikan yang layak tangkap. Berbeda dengan

ukuran ikan kakap yang diperoleh dari alat tangkap bubu, karena alat tangkap

bubu merupakan alat tangkap yang tidak spesifik terhadap ukuran ikan yang

tertangkap maka sebagian ikan kakap yang diperoleh merupakan hasil tangkapan

yang belum layak tangkap. Ikan kakap yang diproduksi oleh alat tangkap pancing

ulur dan rawai dasar rata-rata berkisar antara 3-20 kg/ekor, sedangkan ukuran

yang diproduksi oleh alat tangkap bubu rata-rata berkisar antara 0,5-1,5 kg/ekor.

Page 81: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

6.3 Sebaran Sumberdaya Ikan

Pengetahuan penyebaran sumberdaya ikan sangat mendukung dalam

penentuan daerah penangkapan ikan. Sumberdaya ikan di Indonesia terbagi dalam

beberapa kelompok, antara lain sumberdaya ikan pelagis, ikan demersal,

crustacea, cumi-cumi, molusca, mamalia, dan teripang.

Sumberdaya ikan kakap (Lutjanus sp) menempati lingkungan yang

beragam mulai dari lingkungan terumbu karang hingga daerah pasang surut.

Khusus di Nusa Tenggara sumberdaya ikan kakap (Lutjanus sp) terdapat di sekitar

Nusa Barung, sekitar Selat Lombok, Perairan Sumbawa, Flores Timur dan Pulau

Rote. Ikan kakap yang terdapat di wilayah Nusa Tenggara khususnya di

Kabupaten Kupang rata-rata hidup pada kedalaman 10-180 meter dengan

sumberdaya yang bisa dikatakan banyak, karena potensi lestari ikan karang yang

meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu juga karena didukung oleh keadaan

perairan wilayah Nusa Tenggara Timur dimana pada wilayah ini rata-rata

bersubtrat karang.

Ikan kakap (Lutjanus sp.) yang terdapat di Nusa Tenggara antara lain

adalah beragam diantaranya ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus), kakap putih

(Lates calcarifer), kakap batu (Lutjanus griseus ), kakap domba (Lutjanus analis),

kakap anjing (Lutjanus joccu), kakap Cubera (Lutjanus cyanopterus), kakap sutera

(Lutjanus vivanus), Jehana (Lutjanus synagris), kakap sirip hitam (Lutjanus

buccanella), dan school master (Lutjanus apodus), sedangkan yang terdapat di

Kabupaten Kupang antara lain kakap merah (Lutjanus sanguineus), kakap batu

(Lutjanus griseus ), kakap putih (Lates calcarifer), kakap sutera (Lutjanus

vivanus), kakap anjing (Lutjanus joccu), dengan lokasi penangkapan yang

berbeda.

Page 82: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

1. Jenis alat tangkap utama yang digunakan untuk menangkap ikan kakap

(Lutjanus sp.) di perairan Kabupaten Kupang adalah rawai dasar, pancing

ulur, dan bubu.

2. Nelayan penangkap ikan kakap (Lutjanus sp.) yang berpangkalan di PPP

Tenau, Kabupaten Kupang umumnya beroperasi di perairan yang

berterumbu-karang. Lokasi tersebut adalah kawasan yang tidak jauh dari

pangkalan, yaitu kota Kupang (1 mil) dan sekitar Pulau Kera (4 mil), serta

kawasan yang cukup dari pangkalan, yaitu di sekitar Pulau Semau (12 mil),

Kecamatan Papela (25 mil), Kecamatan Landu (40 mil) dan Kecamatan Lole

(60 mil).

3. Ukuran ikan kakap yang ditangkap oleh rawai dasar lebih besar dari ikan

kakap yang tertangkap dengan pancing ulur dan bubu. Hasil tangkapan

bulanan ikan kakap terbanyak diperoleh dari operasi rawai dasar, yaitu 57%

dari seluruh ikan kakap yang diperoleh selama 14 bulan; pancing ulur dan

bubu masing-masing memproduksi ikan kakap sebanyak 37% dan 6%.

7.2 Saran

Penelitian serupa perlu dilakukan pada periode waktu lain, khususnya

antara bulan Juli hingga Oktober, yaitu pada saat musim puncak penangkapan

ikan. Penelitian tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang

data ukuran ikan yang tertangkap ketika musim penangkapan ikan.

Page 83: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

DAFTAR PUSTAKA

Adianto, Herno. 2007. Tingkat Keramahan Unit Penangkapan Ikan Karang dan

Krustacea Terhadap Lingkungan di Pulau Sebesi Lampung. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hal 4-9, 49.

Adrim, M. 1995. Metode Penelitian Ikan – Ikan Karang Indonesia: Materi Kursus

Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia.

Allen, Gerald R dan Swainston, R. 1988. The Marine Fishes.Western Australian.

Amali, Selvi. 2003. Studi Unit Penangkapan Rawai Dasar di Kecamatan

Dungkek, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. [Skripsi] (tidak

dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 9.

Anonymous. 2004. Panduan Dasar untuk Pengenalan Ikan Karang secara Visual

Indonesia. Indonesia Coral Reef Foundation (Terangi). Jakarta.

Anonymous. 2010. http://enmygolan.blogspot.com/deskripsi-dan-klasifikasi-ikan.

(29 April 2010).

Anonymous. 2010. http://www.find-pdf.com/cari-nama+latin+ikan+latin.html.

(30 April 2010).

Anonymous. 2010. Fishbase. www.fishbase.com/Reproduction/Maturitylist. (10

Mei 2010).

Ayodhyoa, A.U. 1975. Fishing Methods, Bagian Penangkapan Ikan. Fakultas

Perikanan da Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ayodhoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Halaman 6-7.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang. 2009. Laporan Tahunan Badan Pusat

Statistik Kabupaten Kupang. Kupang.

Baskoro. M.S, Ronny. I.W, dan Arief Effendy. 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 156 hal.

Cochrane, K. L. 2002. A Fishery Managers Guide Book. Fisheries Technical

Papel. No. 424.

Page 84: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Damayanti, A. D. 2005. Keramahan Lingkungan Unit Penangkapan Ikan Karang

Menggunakan Rawai Dasar di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara

Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor. Hal 9,11.

Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kupang. 2009. Laporan Tahunan Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kupang. Kupang.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2010.

www.wpi.dkg.go.id. Warta Pasar Ikan. (15 Juli 2010).

Djamal, R. dan S. Marzuki. 1992. Analisis Usaha Penangkapan Kakap Merah dan

Kerapu dengan Pancing Rawai, Jaring Nylon, Pancing Ulur dan Bubu.

Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut.

Balitbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. No. 68. Hal 11-25

Djamal, R. 1993. Potensi dan Peluang Usaha Perikanan Kakap, Kerapu di Laut

Jawa dan Sekitarnya. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia. Jakarta.

Hal 253-260.

Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.

Yogyakarta.112 hal.

Ernawati, Tri. 2003. Rencana Operasi dan Produktivitas Armada Perikanan

Tangkap yang Berbasis di Kronjo. Tangerang. [Skripsi] (tidak

dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 7-9.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode,

dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Halaman

8.

Gunarso, W. 1995. Mengenal Kakap Merah Komoditi Ekspor Baru Indonesia

(tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 238 hal.

Hutomo. A.D.M, Burhanudin dan S. Martosewojo. 1986. Sumberdaya Ikan Kakap

(Lates carcariferi) dan Bambangan (Lutjanus spp.) di Indonesia. Proyek

Studi Potensi Sumberdaya Alam Hayati Ikan. Lembaga Oseanologi

Nasional-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 54 hal.

Page 85: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Ikawati Y, H Parlan, PS Hanggarawati, H Handini dan B Siswohardjo. 2001.

Terumbu Karang di Indonesia. Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi, Bekerjasama dengan Kantor Menteri Riset dan Teknologi.

Jakarta

Irawati, R. 2002. Studi Tingkah Laku Pelolosan Kerapu Macan (Epinephelus

fuscoguttatus) pada Bubu yang Dilengkapi dengan Celah Pelolosan

(Escaping gaps). [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor. Bogor. Hal 7-9.

Iskandar, B.H. dan W. Mawardi. 1997. Studi Perbandingan Keberadaan Ikan-Ikan

Karang Nokturnal dan Diurnal Tujuan Penangkapan di Terumbu Karang

Pulau Pari Jakarta Utara. Bulletin PSP 6 : 1. Hal 17-27.

Kaleka, W.M. Desalina. 2006. Analisis Pengembangan Armada Perikanan

Tangkap di Perairan Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur.

[Disertasi] (tidak dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian

Bogor. Bogor. Hal 55-56.

Kamlasi, Yusuf. 2007. http://www.damandiri.or.id/file/yusufkamlasiipbbab4.pdf

(11 Januari 2010).

Karyaningsih, S. dan T. Suhendrata. 1992. Pendugaan Ukuran Pertama Kali

Matang Gonad Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus) di Laut Jawa.

Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. No. 75. Hal 29-32.

Keputusan Menteri Pertanian. 1999. Tentang Jalur-Jalur Penangkapan Ikan.

nomor: 392/Kpts/IK.120/4/99.

Kusumawardani, Hardi Indah. 2001. Analisis Sistem Penangkapan Kakap Merah

di PPI Bojomulyo, Kabupaten Pati. Jawa Tengah. [Skripsi] (tidak

dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 4-6.

Moyle, P.B. dan J.J. Chech, JR.1988. Fishes an Introduction to Ichthyology 2 nd

ed. Prentice-Hall. Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. USA. 197 p.

Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academy Press. New York. 352 p.

Nomura dan Yamazaki T. 1977. Fishing Technique I. Tokyo: Japan International

Cooperation Agency. 26 p.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nurhidayat. 2002. Pengaruh Kedalaman Pemasangan Bubu terhadap Hasil

Tangkapan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus) di Perairan Sekitar

Kepulauan Karimunjawa. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Jurusan

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 4-5.

Page 86: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Nurhayati, Yuli. 2006. Pengaruh Kedalaman terhadap Komposisi Hasil

Tangkapan Pancing Ulur (Handline) pada Perikanan Layur di Perairan

Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak

dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 14-16.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Diterjemahkan

oleh H.M. Eidman,S. Koesoebiono. Gramedia. Jakarta. Hal 325 – 336.

Purbayanto,A. 1989. Jenis Teknologi Penangkapan yang Sesuai untuk

Dikembangkan di Pantai Timur Kabupaten Donggala Sulewesi Tengah.

Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan. Institut Pertania Bogor. Bogor. Halaman 6.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. 1991. Alat dan Cara Penangkapan

Ikan di Indonesia. Jilid I. Puslitbang Perikanan. Jakarta.

Ramdani, Deni. 2007. Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan pada Bubu Lipat

dengan Menggunakan Umpan yang Berbeda. [Skripsi] (tidak

dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan sumberdaya Perikanan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 14-17.

Saanin. H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina

Cipta. Bogor.

Sadhori, N. 1984. Teknologi Penangkapan Ikan. Angkasa. Bandung.

Saptono, P. 2010. http://www.petantt.com. (7 April 2010).

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut

Indonesia. Balai penelitian Perikanan Laut. Departemen Pertanian.

Jakarta.

248 hal.

Yahyah. 2007. Desain Sistem Perencanaan dan Pengembangan Perikanan

Tangkap di Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. [Disertasi] (tidak

dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hal 51-52.

Yusfiandayani, R. 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis

Kecil di Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanan di Perairan

Pasauran, Propinsi Banten. [Disertasi] (tidak dipublikasikan). Sekolah

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 45.

Page 87: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

LAMPIRAN

Page 88: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Sumber: Saptono, P. 2010. http://www.petantt.com.(7 April 2010).

Page 89: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Lampiran 2 Ukuran mata pancing rawai dasar dan pancing ulur

Page 90: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Lampiran 3 Sistem pengoperasian bubu di dalam perairan

Page 91: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Lampiran 4 Peta lokasi daerah penangkapan ikan kakap di Kabupaten Kupang

Page 92: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Lampiran 5 Peta lokasi daerah penangkapan ikan kakap di Pulau Rote

Page 93: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Lampiran 6 Beberapa jenis ikan hasil tangkapan pancing ulur, rawai dasar, dan

bubu oleh nelayan di Kabupaten Kupang

1. Jenis kakap (Lutjanus sp.)

Lutjanus carponotatus

Lutjanus boutton

Lutjanus gibbus

Lutjanus russelli

Page 94: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Lampiran 6 (Lanjutan)

2. Jenis kerapu (Epinephelus sp.)

Epinephelus spp

Plectropomus leopardus

Epinephelus spp

3. Ikan kuniran (Upeneus sp.)

Page 95: PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI KABUPATEN … · sedangkan uji analisis ragam (ANOVA) klasifikasi satu arah digunakan untuk mengetahui ... (Lutjanus sp.) di Kabupaten Kupang

Lampiran 6 (Lanjutan)

4. Jenis kurisi (Nemipterus sp.)

Nemipterus isacanthus

Nemipterus zisrom

5. Ikan Putih (Kupang); Imbambon (Biak); (Plectorhinchus lineatus)

6. Ikan swangi (Priacanthus spp.)