PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT IKANBy Ismet Leuge PerlakDalam
budidaya ikan, serangan penyakit adalah masalah dan aspek yang
sangat penting, artinya penanggulangan penyakit dan hama juga harus
menjadi pengetahuan yang penting bagi petani ikan dan siapa saja
yang hendak membudidayakan ikan. Sebab penyerangan penyakit maupun
ganguan hama dapat mengakibatkan kerugian ekonomis.Serangan
penyakit dan ganguan hama dapatr menyebabkan pertumbuhan ikan
menjadi lambat (kekerdilan), padat tebar sangat rendah, konversi
pakan sangat tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang berarti
meningkatnya biaya produksi. Dan pada tahap tertentu, serangan
penyakit dan gangguan hama tidak hanya menyebabkan menurunya hasil
panen (produksi), tetapi pada tahap yang lebih jauh dapat
menyebabkan kegagalan panen.Agar para pembudidaya ikan mampu
mencegah serta mengatasi serangan penyakit dan gangguan hama yang
terjadi pada ikan pemeliharaannya, maka mereka perlu dibekali
pengetahuan menyenai sumber penyakit, penyebab, dan jenisnya serta
teknik-teknik penanggulangannya.Permasalahan budidaya ikan antara
lain, rusaknya lingkungan hutan mangrove karena pembukaan lahan
tambak yang begitu luas serta menurunnya daya dukung lahan karena
budidaya ikan dan udang di beberapa tempat mengabaikan daya dukung
lahan tersebut. Khusus untuk jenis ikan tertentu, pasokan benih
masih mengandalkan hasil penangkapan di alam, sehingga selain
pasokan benih terbatas, penangkapan benih telah menyebabkan
kerusakan habitat ikan.Dan masalah yang dianggap sering menjadi
penghambat budidaya ikan terbesara adalah munculnya serangan
penyakit. Pengalaman dalam dunia perudangan merupakan trauma
berkepanjangan, yang hingga saat ini belumterpecahkan secara
tuntas. Karena senrangan penyakit dapat menimbulkan kerugian
ekonomis, bahkan mengagalkan hasil panan, maka para akuakulturis
dan calon akuakulturis perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan
tentang penanggulangan hama dan penyakit.1. A. PENYAKIT
IKANPenyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat
tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak
lansung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak dating
begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor,
yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang
(ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian
timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang
tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme
penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada
ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjdi
lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit.Manusia memegang peranan
penting dalam upaya mencegah terjadinya serangan penyakit pada ikan
budidaya, baik di kolam, keramba, tambak, maupun di wadah budidaya
lainnya, yaitu dengan cara memelihara keserasian interaksi antara
tiga komponen di atas. Ini berarti kerugian yang diderita karena
serangan penyakit sebenarnya dapat dihindari apabila petani
mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai cara menjaga keserasian
antara ketiga komponen penyebab penyakit itu.Penyebab penyakit pada
ikan atau peristiwa yang memicu terjadinya penyakit antara lain
sebagai berikut :1. 1. StressSemua perubahan pada lingkungan
dianggap sebagai penyebab stress bagi ikan dan untuk itu diperlukan
adanya adaptasi dari ikan. Beberapa faktor stress, misalnya suhu
air dan salinitas, bisa menyebabkan meningkatnya metabolism ikan,
bila ikan dipindahkan dari air tawar yang salinitasnya 0 ppt ke
tambak atau laut yang salinitasnya di atas 20 ppt tidak secara
bertahap maka ikan akan mengalami kesulitan beradaptasi. Faktor
lain misalnya transportasi, dapat menyebabkan tekanan pada system
kekebalan dan menghasilkan bermacam penyebab meningkatnya penyakit
dan kematian pada ikan. Oleh karena itu kadang-kadang ikan diberi
obat penenang sebelum ditransportasikan. Ada juga stres disebabkan
dari segi makanan atau pakan yang diberikan, seperti yang terjadi
pada ikan lele, jika ikan muda (0,5-5,0 gram) diberi makanan lebih
dari 5% berat tubuh segar per hari, usus bagian belakang atau
bagian tengah pecah menimbulkan penyakit pada peritoneum. Kemudian
timbul radang pada dinding perut yang menyebabkan luka yang berasal
dari dalam.Untuk mengurangi stres pada saat penebaran benih harus
hati-hati, ikan yang baru ditangkap atau baru didatangkan tidak
boleh langsung dicampurkan dengan ikan-ikan yang lama, namun perlu
dilakukan adaptasi suhu terlebih dahulu.1. 2. Kekurangan giziIkan
yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab penyakit.
Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju
pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat
menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit. Kekurangan lemak
atau asam lemak akan menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat,
kesulitan reproduksi, dan warna kulit yang tidak normal. Kekurangan
karbohidrat dan mineral jarang terjadi, kecuali yodium yang dapat
menyebabkan gondok. Kekurangan vitamin dapat mengakibatkan
pertumbuhan menurun, mata ikan redup, anemia, kulit pucat, dan
pertumbuhan tulang belakang kurang baik.Pakan yang tidak seimbang
atau komponennya berlebihan juga dapat menimbulkan masalah, seperti
kelebihan protein dan lemak dapat menimbulkan penimbunan lemak di
hati dan ginjal (lipoid liver degeneration) sehingga ikan menjadi
gemuk, nafsu makan berkurang, dan bengkat di sekitar perut. Dan
kelebihan karbohidrat juga dapat menyebabkan penimbunan lemak di
hati dan organ dalam lainya, rongga perut melebar, insang menjadi
pucat, telur tertahan, dan kualitasnya menurun.Pencegahan dilakukan
dengan memberikan ikan makanan yang mengandung gizi lengkap, tidak
kelebihan gizi, pemberian makanan cukup, tepat waktu, dan makanan
tidak mengandung bahan beracun.1. 3. Pemberian pakan yang
berlebihanSelain kekurangan gizi sebagai pengebab mudahnya ikan
terserang penyakit, pemberian makanan juga mengakibatkan hal yang
sama. Ada dua kejadian yang berbahaya bila ikan diberikan pakan
yang berlebihan, yaitu ikan mengalami kekenyangan yang berlebihan
sehingga usus ikan mudah pecah dan penurunan kualitas air.Pakan
yang berlebihan yang tidak habis dimakan oleh ikan akan tertimbun
didasar kolam dan tambak. Dengan demikian akan mempercepat
penurunan kualitas air, karena pakan merupakan sumbernbahan organik
yang mengalami dekomposisi (terutama protein) akan menjadi ammonia.
Sedangkan konsentrasi ammonia yang berlebihan dapat menyebabkan
timbulnya keracunan pada ikan.1. 4. KeracunanKeracunan yang bayak
dikenal adalah yang disebabkan oleh ion NO2- dan NH3. Tetapi ini
terjadi hanya pada kondisi lingkungan tertentu, misalnya penimbunan
lumpur dan sisa pakan yang banyak dikolam atau tambak. Gangguan
kesehatan lainnya yang sangat tergantung pada keadaan fisik adalah
trauma gelembung gas atau disebut GBT (Gas Bubble Trauma). Penyakit
ini terjadi karena air terlalu jenuh dengan gas-gas terutama
nitrogen. Tetapi trauma gelembung gas atau GBT juga bisa terjadi
karena terlalu jenuhnya oksigen. Terlalu jenuhnya darah dengan gas
bisa terjadi misalnya karena penggunakan air yang dipanaskan, air
yang disediakan melalui tekanan yang berlebihan, dan pengaliran air
menggunakan pompa-pompa yang rusak dan berlubang. Didalam tubuh
ikan, dengan kejenuhan darah seperti tersebut di atas, akan timbul
suatu gelembung udara dengan tingkat tertentu dan hal ini akan
menyumbat kapiler-kapiler darah. Pecahnya kapiler-kapiler ini
menghasilkan hemoragik.Selain keracunan yang disebutkan di atas,
kerucunan juga bisa berasal dari pakan. Misalnya dari bahan baku
yang digunakan, aktivitas mikroorganisme yang mencemari pakan dan
penurunan/ pengrusakan komponen pakan selama penyimpanan.
Ketengikan lemak dapat merusak fungsi hati ikan. Mycotoksin dai
Aspergilus flavus dapat menyebabkan tumor hati. Beberapa senyawa
lainnya yang tidak beracun tetapi dapat menurunkan kualitas pakan
antara lain enzim thiaminase yang dapat merusak thiamin (vitamin
B1), trypsin inhibitor yang dapat menghambat aktivitas enzim
tripsin.Keracunan juga bisa berasal dari limbah baik limbah rumah
tangga seperti ditergen, limbah pertanian seperti pestida maupun
limbah industry seprti Cu, Cd, dan Hg serta berbagai bahan
pencemaran lainnya. Kesemuanya ini pada konsentrasi tinggi dapat
membahayakan ikan dan para pengkonsumsi ikan.1. 5. Memar dan luka
Ikan mengalami memar dan luka karena saling mengigit atau
penangganan yang kurang baik. Penyakit ulcus syndrome pada ikan
kerapu yang diidentifikasikan disebabkan oleh bakteri vibrio sp.
(vibriosis) berawal dari memar dan luka pada ikan (Anonim,
1994).Selama pengangkutan perlu diperhatikan agar kondisi
lingkungan dalam media pengangkut tetap baik, sehingga ikan tidak
mengalami gangguan. Untuk menjaga kondisi media pengangkut tetap
baik, perlu diperhatikan waktu pengangkutan, jumlah ikan yang
diangkut, dan jarak yang ditempuh. Di dalam wadah pengangkut,
ukuran ikan harus seragam, terutama ikan-ikan yang mempunyai sifat
kanibal (saling memangsa) seperti ikan kerapu, kakap, kuwe, gabus,
dan ikan-ikan karnivor lainya. Hal ini perlu diperhatikan agar
tidak terjadi saling menyerang antara ikan yang dapat menyebabkan
memar dan luka pada ikan. Sebab ikan yang memar dan luka hanya
cepat stres, tetapi bagian tubuh yang memar dan luka merupakan
media potensial untuk diserang penyakit.1. 6. CacatIkan cacat akan
kesulitan memperoleh makanan, baik karena pergerakannya lambat atau
karena kecacatannya sehingga mengalami kekerdilan. Dan karena itu,
sulit bersaing terutama dalam memperoleh makanan. Walaupun demikian
ikan cacat bukan hanya merupakan penyakit (non-infeksi) bawaan,
tetapi juga karena perlakuan pembenih yang tidak tepat. Misalnya,
ikan yang mempunyai kebiasaan memakan makanan di dasar perairan,
oleh pembenih diberikan makanan terapung. Perlakuan seperti ini
akan menyebabkan ikan menderita mata juling. Begitu juga ikan yang
mengalami pembengkokan tulang. Mungkin saja telur ikan ditetaskan
terserang penyakit terlebih dahulu sebelum menetas. Oleh karena
itu, pembenih juga harus dapat memastikan media air yang digunakan
maupun telur yang hendak ditetaskan adalah dalam kondisi optimal.1.
7. Kulitas air Bila kualitas air tidak dalam kondisi optimum untuk
keperluan kehidupan ikan, misalya tingkat bahan organik di dasar
kolam atau tambak yang tinggi. Kualitas air juga mempunyai potensi
untuk menyebabkan perubahan sito-patologi dan histo-patologi pada
ikan. Kosentrasi amonia yang tinggi bisa menyebabkan perubahan
histologis pada jaringan insang walaupun secara lambat tetapi terus
menerus.Menjaga agar kualitas air tetap optimum bagi kebutuhan ikan
yang dibudidayakan, berarti menjaga kesehatan ikan dan mencegah
serangan penyakit. Kualitas air yang optimum dapat dipertahankan
dari kegiatan memilih lokasi yang ideal, menggunakan dan membuat
wadah budidaya yang cocok, dan melaksanakan pengololaan usaha
budidaya ikan secara benar, seperti memilih benih yang berkualitas,
pemberian pakan yang cukup dan bermutu serta tepat waktu,
pergantian air, pengelolaan tanah, dan sebagainya.1. 8. Hama
Penyakit juga dapat disebabkan oleh hama yang secara sengaja maupun
tidak sengaja masuk ke dalam wadah pemeliharaan. Hama selain
mengganggu ikan pemeliharaan dalam bentuk memangsa, menyaingi, dan
merusak wadah budidaya, juga dapat membawa organisme penyakit
seperti virus, perasit, bakteri atau jamur. Ikan pemeliharaan yang
terluka akibat terserang pemangsa akan mudah stres, dan bagian yang
memar atau terluka merupakan media yang potensial terjadinya
serangan penyakit infeksi.1. B. PENANGGULANGAN PENYAKIT IKANCara
penanggulangan penyakit ikan dengan menggunakan obat-obatan atau
secara kimiawi dapat dilakukan di dalam bak (tank treatment) maupun
di kolam/tambak (pond treatment). Sedangkan teknik-teknik yang
digunakan sebagai berikut :1. 1. Jangka pendekUntuk penanggulangan
penyakit ikan jangka pendek (short duration) dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :1. Metode perendaman (Dip Method)Metode perendaman
dilakukan dengan memakai dosis konsentrasi yang tinggi untuk waktu
yang pendek, tidak lebih dari beberapa detik. Ikan yang diobati
dengan cara ini dimasukan kedalam jaring dan dicelupkan. Cara ini
diterapkan pada pengobatan ikan dan telur ikan.1. Metode pembilasan
(Rapis (Flus)Metode pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi
yang relatif tinggi, ikan dibilas sekaligus sambil dilakukan
penggantian air. Biasanya cara ini diterapkan untuk telur ikan.1.
2. Jangka panjang Penanggulangan penyakit ikan jangka panjang
(prolonged treatment) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sebagai berikut:1. Metode pemandian (Bath Method)Metode pengobatan
dengan cara pemandian dilakukan sekitar 1 jam. Selama pengobatan
ikan selalu diamati. Aerasi juga terus menerus diberikan selama
pengobatan (pemandian).1. Perlakuan dengan aliran air tetap (
Constant Flow Treatment)Metode ini diperlukan alat aliran air tetap
(constan flow apparatus). Lama pengobatan untuk metode ini sekitar
1 jam.1. 3. Jangka waktu tak terbatasMetode pengobatan ikan sakit
dalam jangka waktu tak terbatas (indefinite treatment) umumnya
dipakai untuk pengobatan dikolam, tambak atau bak-bak yang
berukuran besar. Bahan kimia yang digunakan dalam dosis yang rendah
untuk jangka waktu yang lama, dan dibiarkan supaya berkurang dan
hilang dengan sendirinya.1. 4. PenyemprotanPenanggulangan penyakit
ikan di kolam atau tambak dapat dilakukan dengan cara penyemprotan.
Bahan kimia yang biasanya digunakan adalah dengan jalan
penyemprotan yaitu pestida. Pengobatan dengan pestida ini hanya
dilakukan sebagai cara terakhir, setelah cara yang lain tidak yang
efektif.1. 5. PenyuntikanPengobatan melalui penyuntikan biasanya
dilakukan untuk ikan-ikan yang berukuran besar atau induk-induk
ikan. Penyuntikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai
berikut:1. Secara Intra Peritoneal (IP), yaitu penyuntikan
dilakukan pada bagian belakang dari rongga perut, tepat di depan
sirip perut (diusahakan agar tidak melukai usus ikan).2. Secara
Intra Muscular (IM), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian tengah
otot punggung dekat sirip punggung (kurang lebih 3 sisik di bawah
ujung belakang sirip punggung). 1. 6. Pengobatan melalui
makananApabila ikan yang terserang penyakit masih mau makan (belum
kehilangan nafsu makannya) maka pengobatan dapat dilakukan melalui
makanan. Caranya, obat yang hendak digunakan dicampur dengan
makanan (sesui dosis) sesaat sebelum makanan diberikan.1. C.
PENANGGULANGAN HAMAHama adalah organisme yang dapat menimbulkan
ganguan pada ikan budidaya secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada system
pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berasil,
tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem, termasuk hewan
ternak, ikan budidaya, manusia, dan musuh alami yang
mengkonsumsinya (hama). Dengan kata lain, apabila masih ada cara
yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang baik, maka
tidak perlu menggunakan obat-obatan, apa lagi obat-obatan buatan
pabrik (pestisida anorganik). Oleh karena itu, penanggulangan hama
umumnya dilakukan dengan cara mekanis. Pemberantasan secara mekanis
sebaiknya dilakukan petani ikan pada saat sebelum penebaran benih.
Cara ini merupakan tindakan pencegahan (preventif). Cara pencegahan
ini lebih menguntungkan karena tidak menimbulkan dampak yang
merugikan pada lingkungan, mudah dan murah pelaksanaannya, tidak
berpengaruh buruk pada usaha budidaya dan memberikan pengaruh yang
cukup lama.Tindakan pencegahan seperti menyiapkan kondisi kolam/
tambak yang sempurna dengan perlakuan pengolahan tanah yang baik,
pengeringan yang memenuhi syarat, pengapuran dengan dosis yang
sesuai pH dan sifat tanah, mempertinggi peranan dan fungsi saluran,
pintu air dan alat penyaringannya dalam kolam/tambak, akan
memberikan andil yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama.
http://smkjenieb.wordpress.com/5/penanggulangan-hama-dan-penyakit-ikan/
PERTAHANAN TERHADAP PENYAKIT IKAN EKSOTIK DEMI KELESTARIAN
PERIKANANNASIONALOleh : Dimas Tri NugrohoPENDAHULUANLatar
BelakangIndonesia merupakan negara yang disebut-sebut sebagai
negara mega biodiversity karena memiliki keanekaragaman hayati yang
sangat lengkap. Negara ini dianugrahi kekayaan alam yang melimpah
serta kesuburan tanah untuk bercocok tanam. Kekayaan yang dimiliki
menjadi daya tarik bagi bangsa lain untuk mencari kekayaan alam
yang melimpah ruah. Semenjak dulu, sejarah telah mencatat beberapa
bangsa di dunia telah berdatangan ke negara ini untuk mencari
rempah-rempah. Kini pun peneliti asing banyak berdatangan untuk
meneliti potensi baru di alam Indonesia mencari sesuatu yang
memiliki potensi ekonomi tinggi di masa depan.Indonesia merupakan
negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 gugusan pulau dengan
total luas perairan laut diperkirakan sebesar 5,8 juta km2 dan
negara berpantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada dengan
panjang garis pantai mencapai 81.000 km. Potensi kelautan negara
ini sangat besar, berdasarkan data BPS 2009a, produksi perikanan
laut yang dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) tahun 2009
mencapai 556.123 ton dan produksi perikanan tangkap tahun 2008
mencapai 5.196.328 ton (BPS, 2009b).Ikan merupakan alternatif
sumber protein hewani yang murah bagi masyarakat Indonesia. Ikan
memiliki kandungan nutrisi yang aman untuk balita hingga manula.
Kandungan omega 3,6,dan 9 pada ikan bermanfaat untuk tumbuh kembang
bayi, tingkat kecerdasan, dan membuat daya tahan tubuh lebih kuat.
Sayangnya rata-rata konsumsi protein masyarakat Indonesia masih
rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia
dan Thailand. Tingkat konsumsi ikan di Indonesia tahun 2008 hanya
28 Kg per kapita per tahun (KKP, 2010). Pengetahuan masyarakat yang
masih rendah terhadap kandungan gizi pada ikan ditambah dengan
kurang variatifnya pengolahan makanan bersumber ikan menjadi salah
satu faktor masih rendahnya konsumsi ikan di negara ini.Mengingat
sangat besar manfaat ikan bagi masyarakat, maka perlu dilakukan
upaya kelestariannya. Ikan merupakan sumberdaya yang dapat
diperbaharui, artinya jika pengelolaan sumberdaya perikanan
dilakukan dengan memperhatikan aspek kontinuitas, maka ketersediaan
protein hewani juga akan stabil. Salah satu aspek yang perlu
mendapat perhatian penting adalah aspek penyakit. Penyakit yang
sulit ditanggulangi tentu akan mengancam kelestarian sumberdaya
perikanan. Prinsip pengobatan terhadap penyakit bukan lagi
merupakan salah satu hal utama yang harus dilakukan. Kecenderungan
prinsip dalam bidang kesehatan sekarang telah bergeser menjadi
prinsip pencegahan terhadap penyakit. Oleh karena itu, perlu
diperkuat sistem pertahanan untuk mencegah masuknya
penyakit-penyakit ikan yang belum pernah ada di Indonesia (penyakit
eksotik).Tujuan Karya tulis ini dibuat untuk membahas peran penting
pertahanan terhadap penyakit ikan eksotik agar kelestarian
sumberdaya perikanan nasional tetap terjaga.PEMBAHASANPenyakit
Eksotik Penyakit eksotik adalah penyakit hewan yang tidak ditemukan
ada di Indonesia. Penyakit-penyakit ini masuk ke Indonesia melalui
kontaminasi impor ikan. Sebagai contoh, penyakit bercak merah
(Motil Aeromonas Septicaemia/MAS) yang menyerang ikan mas belum ada
di Indonesia sebelum tahun 1979. Penyakit ini baru muncul pada
pertengahan tahun 1979. MAS masuk ke Indonesia melalui impor ikan
dari Taiwan (Pasaribu, 2005). Penyakit MAS merupakan penyakit
bakterial yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophilia. Penyakit ini
mempunyai beberapa nama yaitu Hemorrhagic Septicemia, Ulcer Disease
dan Red-Sore Disease. Bakteri Aeromonas hydrophilia merupakan
bakteri yang berasal dari air kolam dan secara normal ada di dalam
saluran pencernaan ikan (White, 1989). Penyakit MAS ini menyerang
semua jenis ikan air tawar. Ikan yang terserang penyakit MAS akan
mengalami penurunan nafsu makan, berenang tidak biasanya, insang
pucat, kembung dan borok pada bagian kulitnya. Organ dalam ikan
seperti ginjal, hati, limpa dan pancreas juga akan mengalami
kerusakan. Ikan yang terserang penyakit ini akan mengalami kematian
apabila tidak segera diobati.Penyakit berikutnya yang sebelumnya
belum pernah ada di Indonesia dan sekarang ada adalah KHV (Koi
Herpes Virus). KHV masuk ke Indonesia tahun 2002 melalui ikan koi
dari Cina. Ikan koi dari Cina ini dalam sertifikatnya dinyatakan
sehat tak menunjukkan gejala sakit. Namun beberapa hari kemudian
ketika ikan ini akan dibiakkan tampak gejala sakit dan mati. Ikan
tadi menularkan penyakitnya dalam kontes ikan koi se-Jawa di
Blitar. Dalam waktu singkat, penyakit meluas ke Bandung, Jawa Barat
kemudian ke Subang. Melalui penjualan, penyakit ini menyebar ke
Bogor, Jakarta, Sumatera Barat, dan Danau Toba. Kerugian akibat
penyakit ini mencapai Rp 200 miliar (Pasaribu, 2005). KHV merupakan
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus herpes yang mudah
menular. Penyakit ini dapat menyerang berbagai ukuran ikan mulai
dari larva hingga induk dan dapat menyebabkan kematian sampai
70-100%. Ikan yang terinfeksi akan terlihat pucat, sisik
terkelupas, mata terlihat cekung, dan terdapat lendir pada kulit
dan insang (OIE, 2009).Penyakit MAS dan KHV adalah dua contoh
penyakit yang dulunya belum pernah ada di Indonesia. Masih banyak
penyakit lain yang merupakan penyakit bawaan dari negara lain yang
telah masuk ke Indonesia. Penyakit tersebut sulit diberantas karena
dengan cepat menyebar hampir ke seluruh pelosok daerah di negeri
ini. Pembudidaya ikan tentu telah mengalami kerugian yang besar
akibat penyakit tersebut. Tentunya kerugian ekonomi tidak dapat
dihindari, tidak hanya kerugian ekonomi tetapi juga masyarakat
terkena imbasnya. Apabila ketersediaan ikan semakin berkurang
akibat serangan penyakit, maka akan terjadi penurunan konsumsi ikan
yang selanjutnya akan terjadi juga penurunan asupan
protein.Penyakit yang diduga eksotik bagi Indonesia sekarang adalah
Channel catfish virus disease, Infectious Salmon anaemia,
Piscirickketsiosis (Gyrodactylus salaries), White sturgeon
iridoviral disease, Infectious withBonamia ostre, Marteilia
refringens, Mykrocytos mackin, Perkinsus marinus, Candidatus
xenohaliotis, californiensis, Hapolosporodium costale, dan Crayfish
plague (Aphanomyces astaci) (KKP, 2010).Penyakit-penyakit eksotik
tersebut apabila sampai masuk ke Indonesia, maka akan sulit untuk
melakukan tindakan pembebasannya kembali. Sebagai contoh, Channel
catfish virus disease (CCVD) merupakan penyakit virus yang sangat
berbahaya. Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus herpes dengan tingkat kematian yang tinggi. CCVD tidak hanya
menyerang induk tetapi juga pada tingkatan larva. Ikan yang
terserang CCVD akan mengalami kembung pada bagian perut, mata
menonjol keluar serta perdarahan yang meluas pada bagian sirip,
perut bagian bawah dan perdarah pada bagian otot. Organ bagian
dalam ikan pun akan ikut mengalami keruskan seperti ginjal dan
limpa (AGDAFF, 2008). Penyakit ini harus mendapat perhatian serius
dari badan karantina ikan, agar jangan sampai masuk ke negara
Indonesia.Penyakit eksotik berikutnya yang harus diwaspadai adalah
Infectious salmon Anemia (ISA), penyakit ini disebabkan oleh
isavirus yang bersifat sangat mudah menular. ISA pertamakali
ditemukan di Norwegia pada tahun 1984 kemudian menyebar ke Chile,
Kanada, dan ke Skotlandia pada tahun 2009. Kerugian yang dialami
Skotlandia pada tahun 1998-1999 mencapai 32 juta dolar Amerika.
Diperlukan pemahaman tentang epidemiologi yang menyeluruh untuk
mengendalikan penyakit ini. Ikan yang terserang ISA akan
menunjukkan gejala klinis lemah, anemia, perut kembung, mata
menonjol keluar, perdarahan pada kantung mata dan kekuningan pada
bagian perut. Hampir semua organ dalam ikan juga akan mengalami
perdarahan dan peradangan (ISU, 2010). Dua penyakit ikan eksotik
tersebut beserta ke sembilan penyakit ekostik lainnya merupakan
ancaman yang harus disikapi dengan serius melalui langkah-langkah
pencegahan yang tepat. Hidup berdampingan dengan penyakit merupakan
kerugian yang terus-menerus, dibutuhkan tenaga dan biaya yang tidak
sedikit untuk pengendaliannya.Revitalisasi Peran Karantina Ikan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2002, yang dimaksud
dengan karantina ikan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan
masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari luar
negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau
keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Dari
definisi tersebut terlihat bahwa badan karantina ikan merupakan
badan yang menjadi ujung tombak bagi sistem pertahanan terhadap
penyakit eksotik yang berbahaya bagi kelestarian sumberdaya
perikanan Indonesia. Salah satu perannya untuk mencegah masuknya
penyakit ikan dari luar negeri merupakan tanggung jawab besar
sekaligus peranan yang sangat mulia. Semakin maraknya masuk
ikan-ikan ilegal tidak melalui jalur yang semestinya merupakan
pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Tindakan tegas terhadap
para importir yang tidak memenuhi persyaratan karantina berupa
pemusnahan ikan yang mengandung penyakit harus dilakukan tanpa
pandang bulu.1. Peningkatan Kualitas Sumberdaya ManusiaKualitas
pegawai sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan suatu
program kerja. Pegawai berkualifikasi baik akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap suatu lembaga. Kualitas yang
dimaksud adalah mencakup kemampuan teknis individu dan mentalitas
yang baik. Kemampuan teknis yang baik diperlukan dalam melakukan
pemeriksaan terhadap ikan impor yang akan masuk ke Indonesia.
Kemampuan tersebut meliputi kemampuan dalam mengenali gejala klinis
terhadap ikan-ikan yang sakit, kemampuan untuk mendiagnosis,
kemampuan untuk melakukan pemeriksaan laboratoris sebagai bentuk
peneguhan terhadap diagnosis, dan kemampuan untuk melakukan terapi
atau tindakan eradikasi yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan. Kemampuan tersebut harus didukung oleh mentalitas
yang baik. Karena mentalitas pegawai adalah hal yang sangat penting
dilapangan bagi pegawai agar tidak mudah dipengaruhi oleh importir
yang nakal. Mentalitas pegawai sekarang ini merupakan faktor yang
sedang disoroti secara nasional. Banyak oknum pegawai bermental
buruk yang mudah sekali disuap atau melakuan pungutan liar. Hal
seperti ini harus menjadi perhatian utama karena akan sangat
berbahaya sekali bagi sumberdaya perikanan nasional.Program
pelatihan berkelanjutan adalah program yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan individu pegawai. Kemampuan yang handal akan
terbentuk apabila diasah terus-menerus. Keinginan untuk
meningkatkan kemampuan diri, akan muncul salah satunya dengan
memberikan reward and punishment. Pemberian hadiah bagi pegawai
yang berprestasi tentu akan merangsang pegawai lain untuk berupaya
melakukan tugas dengan baik. Pemberian hukuman juga merupakan hal
yang tidak boleh di anggap remeh. Dengan memberi hukuman kepada
para pegawai yang melanggar tata aturan yang berlaku tentu akan
menimbulkan efek jera agar dilain waktu tidak melakukan hal yang
serupa. Disini perlu diterpkan suatu sistem pengawasan yang ketat
terhadap para pegawai dari seorang atasan. Peran atasan dalam
melakukan pengawasan terhadap kinerja pegawai harus terus
dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
melihat langsung kinerja pegawai dilapangan tanpa pemberitahuan
sebelumnya. Upaya ini juga dapat dijadikan bahan evaluasi praktik
nyata para petugas lapang dalam menjalankan tugas-tugasnya.1.
Ketersediaan Alat Diagnostik yang MemadaiHal yang tidak dapat
dipungkiri adalah bahwa ketersediaan alat penunjang (diagnostik)
merupakan komponen yang sangat berperan dalam peneguhan suatu
diagnosis. Keraguan dalam menentukan diagnosa definitif akan mudah
ditepis dengan melakukan pemeriksaan penunjang. Salah satu alat
yang paling baik saat ini dalam melakukan pemeriksaan terhadap
adanya agen penyakit adalah PCR (polymerase chain reaction).
Ketersediaan alat ini mutlak diperlukan baik oleh badan karantina
maupun oleh stasiun karantina ikan. Keunggulan PCR ini adalah dapat
mengenali agen penyakit hingga ke tingkat molekuler. Oleh karena
itu perlu diupayakan ketersediaan PCR hingga ke stasiun karantina
ikan kelas II.Alat diagnostik juga penting dalam hal untuk membantu
mengklasifikasikan hasil diagnosis dari suatu penyakit. Dalam
istilah karantina dikenal dua kelompok penyakit berdasarkan tingkat
bahayanya terhadap kelestarian sumber daya ikan, lingkungan dan
kesehatan manusia, yaitu Hama dan Penyakit Ikan Golongan I dan Hama
dan Penyakit Ikan Golongan II. Hama dan Penyakit Ikan Golongan I
adalah semua hama dan penyakit ikan karantina yang tidak dapat
disucihamakan atau disembuhkan dari media pembawanya karena
teknologi perlakuannya belum dikuasai sedangkan yang dimaksud
dengan Hama dan Penyakit Ikan Golongan II adalah semua hama dan
penyakit ikan karantina yang dapat disucihamakan dan/atau
disembuhkan dari media pembawanya karena teknologi perlakuannya
sudah dikuasai. Penentuan penggolongan Hama dan Penyakit Ikan ini
sangat penting karena akan berbeda penanganannya. Apabila diketahui
bahwa termasuk Hama dan Penyakit Ikan Golongan I, maka dilakukan
pemusnahan dan apabila termasuk Hama dan Penyakit Ikan Golongan II,
maka dilakukan perlakuan (pengobatan).Tindakan terhadap penyakit
eksotik adalah tindakan yang sama dengan tindakan untuk Hama dan
Penyakit Ikan Golongan I yaitu tindakan pemusnahan. Dari sisi ini,
maka alat diagnostik sebagai penunjang suatu diagnosis diperlukan.
Kesalahan penentuan golongan penyakit dan tindakan yang akan
diambil, akan sangat berbahaya dalam hal penyakit eksotik
terdeteksi untuk pertama kalinya. Penyakit eksotik yang tidak
terdeteksi di tempat pemasukan, akan menyebar dengan cepat dan
berbahaya bagi sumberdaya perikanan nasional. Sekali penyakit
tersebut masuk, maka sulit untuk dikendalikan dan tentunya
membutuhkan tenaga dan biaya yang tidak sedikit.Alat diagnostik
tentunya bukan satu-satunya unsur penting yang dapat menentukan
atau mengenali suatu penyakit. Hal yang perlu difahami adalah pada
suatu alat berpeluang terjadi kesalahan baik itu positif palsu atau
negatif palsu. Positif palsu artinya suatu alat mendeteksi adanya
suatu penyakit yang seharusnya tidak terdeteksi. Negatif palsu
adalah suatu alat menepis terhadap adanya suatu penyakit yang
seharusnya terdeteksi. Kepercayaan terhadap suatu alat diagnosis
tidak boleh sepenuhnya, karena kita harus mempertimbangkan hasil
pemeriksaan klinis dan kondisi-kondisi lainnya. Hal yang paling
penting adalah kemampuan handal petugas untuk mendiagnosis suatu
penyakit.1. Pengetatan Pengawasan Lalu Lintas IkanPengawasan lalu
lintas terhadap media pembawa yang berpotensi mengandung resiko
masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina harus
dilakukan seketat mungkin. Pengawasan ini dapat dilakukan di
tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran, di area pembudidayaan
ikan, perairan umum, tempat penyimpanan, tempat penampungan dan
tempat pemasaran media pembawa. Pengawasan lalu lintas ini penting
dilakukan karena salah satu peran karantina adalah mencegah
tersebarnya penyakit dari wilayah yang sedang terjangkit ke wilayah
bebas. Sistem pengawasan antar daerah sekarang ini dirasa sangat
lemah, masih banyak lalu lintas terhadap media pembawa masih belum
terawasi. Hal ini tentu disebabkan oleh banyak faktor. Luasnya
cakupan wilayah Indonesia dibanding dengan jumlah petugas serta
kesadaran pembudidaya dan pendistributor untuk melapor masih
rendah. Namun, kendala ini tentu tidak boleh dijadikan alasan untuk
tidak melakukan pengawasan sama sekali. Memanfaatkan potensi yang
ada adalah lebih baik dibanding bersikap pasif sama sekali.1.
Komunikasi, Informasi dan Edukasi PublikSosialisasi kepada
masyarakat merupakan peran yang tidak boleh terabaikan. Tersebarnya
informasi yang benar kepada masyarakat merupakan titik tolak bagi
terwujudnya kepedulian masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
rangka menjaga kelestarian sumberdaya perikanan. Tiga komponen ini
yaitu komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tidak boleh
dipisahkan satu sama lain. KIE berupa penyuluhan kepada para
pembudidaya ikan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan
mendorong untuk berpartisipasi aktif, misalnya bila ada kasus
kejadian penyakit maka para pembudidaya diharapkan melapor kepada
instansi terkait agar ditindak lanjuti. Peran ini sangat penting
agar penyebaran ikan yang mengandung penyakit tidak meluas ke
daerah-daerah lain yang belum terjangkit. Kesadaran lain yang perlu
dibangun adalah bila ada kematian ikan dalam jumlah besar, maka
pembudidaya/peternak ikan tidak serta merta langsung menjual ikan
tersebut karena prinsip isolasi perlu diperhatikan dalam masalah
ini. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyebarkan
leaflet berisi informasi singkat yang mudah dimengerti tentang
ajakan untuk menerapkan perilaku ramah lingkungan dalam proses
pembudidayaan ikan.Masyarakat yang berada di daerah perbatasan juga
perlu diimbau agar tidak memasukkan ikan yang berasal dari negara
lain seperti misalnya memasukkan ikan lele dari Malaysia tanpa
dilengkapi persyaratan dan melalui tempat yang semestinya. Hal ini
tentu berbahaya apabila ikan tersebut membawa penyakit yang akan
mengancam kelestarian ikan-ikan lokal.KESIMPULAN Sistem pertahanan
terhadap penyakit ikan eksotik harus diperkuat demi menjaga
kelestarian sumberdaya perikanan nasional. Peran ini tidak hanya
dilakukan oleh balai dan stasiun karantina sebagai ujung tombak
utama, tetapi juga perlu peran serta masyarakat. Melalui kerjasama
yang baik antara karantina dengan masyarakat diharapkan dapat
terwujud perikanan nasional yang maju menuju negara maratim yang
tangguh.
http://pustakavet.wordpress.com/2012/01/28/pertahanan-terhadap-penyakit-ikan-eksotik-demi-kelestarian-perikanan-nasional/
SoalJelaskan bagaimana cara anda memonitoring keadaan usaha
budidaya sesuai dengan prinsip manajemen kesehatan ikan agar usaha
budidaya dapat berhasil sesuai dengan harapan pengusaha
tersebut.
Jawaban1) Tata Letak Kolam, Tambak Dan KerambaUnit kegiatan
usaha budidaya didesain dengan baik, tata letak merupakan suatu hal
yang dapat meminimalkan resiko yang berhubungan dengan
kontaminasi:v Area budidaya hanya digunakan untuk pembudidaya
ikan1. Unit usaha budidaya seharusnya mempunyai desain yang baik,
dengan tata letak yang meminimalkan resiko yang berhubungan dengan
kontaminasi2. Wadah budidaya harus berada di lokasi yang jauh dari
peternakan untuk meminimalkan bahaya pencemaran limbah ternak.3.
Tidak ada bukti adanya peternakan (sapi, unggas, dsb) atau limbah
yang mengontaminasi fasilitas budidaya ikan.v Unit usaha budidaya
mempunyai desain dan tata letak yang dapat mencegah kontaminasi
silang1. Tata letaknya baik, area untuk wadah budidaya, tandon
penyimpanan air, tandon pengelolaan air, atau area pembuangan
lumpur dan bangunan gudang serta fasilitas lain.2. Tata Letak dapat
menjamin kemungkinan kontaminasi dan kontaminasi silang telah
dikendalikan.3. Tinggi pematang kolam/tambak cukup untuk
menghindari kontaminasiv Toilet, septic tank, gudang dan fasilitas
lainnya terpisah dan tidak berpotensi mengontaminasi produk
budidaya.1. Mempunyai toilet dalam kondisi bersih, dan tidak berada
di area yang mungkin dapat mengontaminasi produk.2. Menggunakan
septic tank.3. Drainase dari toilets/kamar mandi diberikan
perlakuan khusus dan tidak dibuang ke saluran air masuk maupun
sistem drainase.v Unit budidaya memiliki fasilitas pembuangan
limbah cair/padat yang di area yang sesuaiv Tersedia fasilitas
pembuangan sampah/limbah dan ditempatkan di lokasi yang tidak
menyebabkan resiko kontaminasi pada wadah budidaya, area
panen/penanganan hasil, pemberian pakan maupun fasilitas lain.v
Wadah budidaya (karamba, jaring) didesain dan dibangun agar
meminamilisir kerusakan fisik ikan selama pemeliharaan dan panen1.
Perlengkapan seperti karamba dan jaring di-desain dan dibangun
untuk menjamin minimalisir kerusakan fisik ikan selama proses
pembesaran dan panen2. Kemungkinan besar tidak berlaku untuk udang
atau kolam ikanSumber: http://www.4-ransum.com/?p=181
2) Pemilihan Lokasi Usaha BudidayaSyarat-syarat lokasi untuk
melakukan usaha budidaya ikan sesuai prinsip manajemen kesehatan
ikan:1. Ketersediaan sumber air berkualitas bagus dan cukup
sepanjang masa pemeliharaan ikan. sumber air dapat diperoleh dari
sumur, aliran irigasi, sungai, atau mata air. perlu diperhatikan
bahwa pada musim kemarau jumlah debit air berkurang dan pastikan
lokasi yang anda pilih tidak kekurangan air terutama musim kemarau.
Sedangkan persyaratan air yang digunakan dalam proses produksi
benih harus layak dan sesuai dengan kebutuhan hidup dan pertumbuhan
ikan yang dipelihara (sesuai SNI). Kualitas dan kecukupan sumber
air akan berdampak langsung terhadap mutu benih ikan dan
keberlangsungan usaha pembenihan. Sumber air yang digunakan untuk
proses produksi benih ikan harus tersedia sepanjang tahun serta
bebas cemaran mikroorganisme pathogen, bahan organik dan bahan
kimia. Bagi unit pembenihan yang memperoleh air dari sumber air
yang keruh, maka unit pembenihan tersebut harus memiliki sarana
filtrasi/pengendapan air.2. Lokasi sebaiknya jauh dari lingkungan
pabrik terutama jauh dari saluran pembuangan limbah kimia pabrik.
lokasi yang berdekatan dengan pabrik kimia sebaiknya dihindari
karena kualitas air yang ada di lokasi tersebut hampir bisa
dipastikan telah tercemar oleh limbah buangan pabrik yang sangat
berbayaya. Pilih daerah yang jauh dari pemukiman padat penduduk.
sebaiknya cari lokasi yang tidak berada persisi di lingkungan padat
penduduk karena usaha budidaya ini mungkin menimbulkan gangguan
yang tidak baik terhadap kenyamanan lingkungan sekitar karena bau
yang ditimbulkan dari kolam ikan.Sedangkan lokasi untuk unit usaha
pembenihan ikan, harus berada di daerah yang terbebas dari banjir,
pengikisan daerah pantai serta terhindar dari cemaran limbah
industri, pertanian, pertambangan dan pemukiman. Kelayakan lokasi
tersebut dimaksudkan untuk menghindari risiko kerugian dan
kegagalan operasional suatu unit pembenihan akibat adanya
kontaminasi cemaran dari lingkungan sekitar.3. Tidak ada bukti
bahwa tanah dasar mengandung bahan kimia atau kandungan lain, yang
mungkin mengakibatkan tingkat kontaminasi yang tidak dapat diterima
(sebelumnya digunakan untuk industri)4. Pilih struktur tanah yang
dapat menampung air (tidak porous). kecuali ingin membangun kolam
terpal jenis tanah tidak perlu dipertimbangkan. untuk kolam tanah,
pemilihan struktur tanah harus menjaddi bahan pertinbangan penting.
Jenis tanah yang baik untuk kolam budidaya kebanyakan ikan adalah
tanah jenis liat atau lempung berpasir dengan kandungan 50 % tanah
liat dan sedikit kandungan pasir. jenis tanah ini apat menahan air
ddalam kolam ddan tidak rembes.5. Sebaiknya lokasi dekat dengan
jalan yang bisa dilalui mobil angkutan sehingga memudahkan pada
waktu pengangkutan hasil panen dan pengiriman pakan kelokasi kolam
ikan.6. Kualitas air harus sesuai dengan ikan yang dipelihara.7.
Dekat dengan pedagang yang menjual kebutuhan pakan ikan dan sarana
produksi laiinnya sehingga dapat menekan biaya produksi.8. Untuk
lebih menjamin kelancaran kegiatan operasional, maka lokasi unit
budidaya ikan harus berada di daerah yang mudah dijangkau serta
tersedia sarana dan prasarana penunjang seperti jaringan listrik,
sarana komunikasi dan transportasi.9. Pada usaha pembenihan ikan
sebaiknya tidak terletak dekat dengan kawasan budidaya. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari risiko terjadinya infeksi penyakit
pada induk dan benih di unit pembenihan apabila di kawasan budidaya
tersebut terjadi wabah penyakit ikan. Bagi unit pembenihan yang
berdekatan dengan kawasan budidaya harus memiliki sarana pengolahan
dan sterilisasi air.Sumber :
http://eponco.blogspot.com/2012/06/pedoman-cara-budidaya-ikan.html
dan DR. Ir. Made L. Nurdjana pedoman umum CPBI
3) Kegiatan Budidaya Agar kegiatan budidaya ikan dapat berjalan
secara berkelanjutan serta sesuai manajemen kesehatan ikan, maka
harus memenuhi norma-norma sebagai berikut:1. Penurunan
keanekaragaman dan pencemaran genetikIntroduksi spesies ikan baru
yang sesuai persyaratan biologi untuk dibudidayakan dapat
menguntungkan karena produktivitasnya tinggi. Namun apabila ikan
introduksi bersifat invasif dan lepas ke perairan umum bisa
mengganti atau menempati habitat spesies asli (native spesies).
Bahaya introduksi ikan baru selain merusak biodiversitas ikan asli,
juga bisa sebagai pembawa parasit dan penyakit baru (FAO, 2010a).
Adanya perkawinan kerabat dalam budidaya dan penyusutan keragaman
genetik menyebabkan sifat unggulnya menurun. Akibatnya pertumbuhan
ikan menjadi lambat, penggunaan pakan kurang efisien, daya tahan
menurun, kematangan gonad lebih cepat sehingga tidak ekonomis untuk
dipelihara. Ikan budidaya dengan sifat genetik yang kurang
bervariasi dan rentan penyakit apabila lepas akan terjadi interaksi
dengan ikan asli dan menurunkan kualitas ikan asli.2. Konversi
lahanPersepsi negatif perubahan lahan hutan menjadi tambak sejak
1996 terus didengungkan oleh beberapa kelompok lingkungan untuk
memboikot produk udang yang dihasilkan. Alasannya karena pengusaha
menebang hutan bakau untuk dibangun tambak sehingga lahan pesisir
menjadi gundul. Selama budidaya udang berjalan terjadi intrusi air
asin ke darat, pembuangan limbah budidaya ke perairan lingkungannya
dan berjangkitnya penyakit yang berakibat pada kegagalan panen
(Diana, 2009). Setelah gagal, pembudidaya meninggalkan lahan yang
telah gundul tanpa mengembalikan lagi menjadi lahan yang produktif.
Padahal hutan bakau mempunyai fungsi ekologi dan memiliki karagaman
hayati yang tinggi, apabila ditebang dapat menyebabkan beberapa
jenis organisme air dan binatang lain kehilangan habitatnya,
kemampuan penyaring dan penjangga air limbah juga hilang. Disamping
itu, terjadi abrasi pantai akibat ombak dan angin kencang yang
tidak terhambat oleh hutan bakau.
3. Pencemaran lingkunganBudidaya intensif udang dan ikan
menghasilkan limbah berbentuk partikel dan cair terutama berasal
dari pemberian pakan (Gowen et al., 1994). Limbah partikel yang
mengendap di bawah budidaya KJA dan berdampak negatif terhadap
binatang dasar (benthic), sedangkan diversitas dan produksi ikan
pelagis di sekitar perairan naik. Limbah organik terlarut dan
mengendap di bawah KJA akan terurai sehingga menyebabkan
eutrofikasi perairan dan menurunkan kualitas air. Akibatnya dapat
menurunkan pertumbuhan ikan dan rentan terhadap penyakit bahkan
menyebabkan kematian ketika terjadi upwelling (Rustadi, 2008).
Selain limbah organik, budidaya perikanan intensif juga
menghasilkan residu yang mencemari lingkungan. Residu ini berasal
dari penggunaan bahan kimia, obat-obatan dan bahan beracun lain
untuk mengendalikan predator, hama, penyakit dan gulma air, serta
bahan kimia untuk mengontrol biofouling pada KJA laut. Residu bahan
kimia dan bahan beracun tersebut bisa tinggal dalam ikan dan tanah
selama beberapa waktu, dan dapat membahayakan kesehatan lingkungan.
Apabila konsentrasinya tinggi bisa tinggal lebih lama pada jaringan
tertentu seperti ginjal, hati, kulit dan tulang ikan (Schmid 1980
dalam Pillay, 1992).4. Wabah parasit dan penyakitPenurunan kualitas
air dalam budidaya ikan monokultur yang padat dapat menyebabkan
berjangkitnya parasit dan penyakit (Chopin et al., 2001). Dalam
kondisi padat tebar yang tinggi, ikan menjadi stres dan mudah
terserang parasit dan penyakit. Penyebab penyakit dapat menyebar ke
lintas perbatasan (transboundary aquatic animal diseases (TAAD)
dengan cepat, bertahan lama dan menyebabkan kerugian yang besar
pada udang/ikan budidaya dan ikan liar. TAAD yang serius adalah 1)
epizootic ulcerative syndrome (EUS) yaitu penyakit fungi yang
menurunkan populasi ikan liar di Afrika tenggara; 2) white spot
disease pada udang black tiger yaitu penyakit virus yang paling
serius dan menyebabkan industri budidaya udang hancur disebabkan
oleh SEMBV= Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculovirus; dan 3)
koi herpes virus (KHV) yang menyerang ikan karper konsumsi dan ikan
hias. Mewabahnya penyakit juga disebabkan oleh timbulnya resistensi
jasad pathogen akibat penggunaan antibiotik yang kurang tepat dan
karena perubahan iklim. Selain itu, pemindahan spesies ikan
nonendemik atau endemik bisa membawa jasad pathogen yang dapat
menyerang ikan liar.
Pembangunan berkelanjutan pada budidaya perikananBudidaya
perikanan telah terbukti sebagai suatu cara produksi bahan makanan
berprotein dan berupaya meningkatkan perannya melalui peningkatan
produksi sesuai dengan norma-norma pembangunan berkelanjutan. Oleh
karena itu, pembangunan berkelanjutan pada budidaya perikanan perlu
diperbaiki dengan:1. Budidaya ikan sesuai dengan daya dukung.Daya
dukung budidaya perikanan harus dihitung meliputi daya dukung
fisik, produksi, lingkungan, ekonomi dan sosial. Daya dukung fisik
adalah kesesuaian lahan/perairan dan sifat fisik-kimianya. Daya
dukung produksi adalah tingkat produksi maksimal yang diukur dengan
berat ikan. Daya dukung produksi tergantung daya dukung fisik,
kesuburan perairan dan teknologi yang diterapkan. Daya dukung
ekologi ditentukan pada tingkat produksi yang tidak berdampak
negatif terhadap lingkungannya. Daya dukung ekonomi dan sosial
mencakup ketiga daya dukung tersebut dan berhubungan dengan semua
pemangku kepentingan. Penerapan daya dukung pada budidaya udang
intensif di tambak dengan padat tebar yang optimum dan pengelolaan
limbah, dapat berhasil panen berturut-turut mencapai ukuran ekspor
tanpa serangan penyakit (Rustadi dkk., 1998). Demikian pula
budidaya ikan menggunakan KJA-ganda yang sesuai dengan jumlah KJA,
jenis/ukuran ikan dan strategi pemberian pakan yang berbeda dapat
menghasilkan produksi ikan yang tinggi, penggunaan pakan lebih
efisien dan tidak menghasilkan limbah padat (Rustadi, 2009).2.
Budidaya ikan dengan trofik makanan pendek.Mengembangkan budidaya
spesies ikan dengan trofik makanan yang pendek, yakni ikan
herbivora dan planktivora. Di Indonesia, spesies ikan yang memiliki
trofik makanan yang pendek dan memiliki nilai ekonomi tinggi cukup
banyak, seperti bandeng, gurami, nilem, tawes dan nila. Untuk
budidaya laut rumput laut dan kerang-kerangan telah dikembangkan,
sedangkan jenis ikan laut masih terbatas. Jenis ikan ini dapat
digunakan untuk pengendalian unsur hara N dan P di perairan umum
yang mengalami eutrofikasi melalui pemanenan fitoplankton dengan
metode penebaran dan pemanen ikan (Rustadi, 2009).3. Sistem
budidaya polikultur dan terpadu.Budidaya polikultur bertujuan untuk
memanfaatkan ruang dan rantai makanan yang ada. Dalam sistem
budidaya ini tercipta hubungan simbiose antara spesies yang
dipelihara dan tidak terjadi persaingan mendapatkan makanan, yaitu
antara ikan planktivora, herbivora dan karnifora. Udang dipelihara
bersama dengan rumput laut dan bandeng di tambak. Budidaya dengan
trofik makanan berbeda telah dikembangkan di laut dengan pendekatan
Balanced Ecosystem dan teknologi Integrated Multi- Trophic
Aquaculture (IMTA). Teknologi ini telah digunakan secara komersial
untuk budidaya polikultur rumput laut-abalon, alga mikrokerang di
bak-bak pemeliharaan di Australia, China, dan Thailand, sedangkan
ikan-kerang-rumput laut di perairan pantai di China, Chile dan
Canada (Neori et al., 2007). Sistem budidaya ikan terpadu dengan
komoditas lain seperti dengan tanaman (pertanian, kehutanan)
dan/atau hewan peternakan. Sistem budidaya terpadu ini secara
efisien menggunakan sumber daya alam (lahan, air) dan tenaga yang
tersedia untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
diversifikasi produk. Pada sistem budidaya terpadu mina-padi, hasil
padi meningkat 10-15% dan tambahan hasil berupa ikan, sedangkan
budidaya ikan sebagai palawija dapat memotong siklus hidup hama
tanaman padi.4. Pengurangan tepung ikan dan minyak ikan. Substitusi
bahan dasar pakan ikan dari tepung dan minyak ikan harus dilakukan
ke bahan dan minyak biji-bijian (cereal), antara lain dengan
kedelai, limbah daging (tepung darah dan tepung tulang) dan protein
sel tunggal (Tacon & De Silva, 1997). Kandungan tepung dan
minyak ikan beberapa pakan telah banyak dikurangi. Dalam industri
salmon, minyak ikan telah diganti dengan yang lebih murah, namun
penggantian secara komplit masih mengalami beberapa kendala
menyangkut kandungan gizi (asam amino dan asam lemak), daya cerna
dan penerimaan oleh konsumen. Gerakan ke arah substitusi parsial
dari protein tanaman dan binatang terestrial untuk protein ikan
secara luas telah diterima dalam industri akuakultur.5. Pengelolaan
budidaya perikanan yang ramah lingkungan.Untuk menghindari dampak
negatif introduksi dan domestikasi ikan harus dilakukan tindakan
kehati-hatian, mencegah ikan budidaya tidak lepas dan tidak
memelihara spesies ikan yang invasif di luar habitat alamnya.
Pemuliaan stok ikan harus dilaksanakan di pembenihan untuk
mengatasi penurunan kualitas akibat kawin kerabat.Selain sesuai
dengan daya dukung, pemanfaatan hutan manggove untuk budidaya udang
dan perairan umum untuk budidaya KJA harus sesuai dengan tata
ruang. Demikian pula penerapan teknologinya disesuaikan dengan
kondisi lahan, sarana yang tersedia, keadaan sosial dan ekonomi
masyarakat setempat. Kawasan tambak yang hutan bakaunya terlanjur
gundul harus direhabilitasi melalui penanaman kembali jenis bakau
yang cocok. Dalam praktek kegiatan budidaya mengharuskan penggunaan
jenis pakan yang efisien, pemberiannya sesuai dengan ransum dan
cara yang tepat. Penggunaan bahan kimia dan bahan beracun lain
dalam budidaya perikanan harus dipilih yang selektif target
sasarannya, mudah terdegradasi dan penggunaannya sesuai dengan
takaran. Selain itu, pengendalian limbah organik dapat dilakukan
dengan KJA-ganda, pemeliharaan ikan/kerang pembersih, penanganan
air limbah (PAL), penggunaan probiotik pada budidaya kolam dan
tambak, serta pengembangan budidaya re-sirkulasi.6. Pengendalian
penyakit dan penggunaan benih tahan penyakit.Untuk mencegah
timbulnya wabah penyakit, setiap pemindahan ikan dan ikan yang ada
di pembenihan dan pemeliharan harus dilakukan monitoring secara
teratur (FAO, 2010b). Larangan harus diberlakukan apabila ada
kemungkinan terjadi pemindahan hama dan penyakit. Penggunaan benih
bebas patogen (SPF = Specific Pathogen-Free, SPR = Specific
Pathogen Resistance) dan vaksinasi benih merupakan cara untuk
mencegah terjadinya penyakit. Selain itu pengendalian dilakukan
dengan manajemen lingkungan, penggunaan obat-obatan yang sesuai
aturan. Penggunaan SPR ada kemungkinan menurunkan kecepatan
pertumbuhan (GR=growth rate), sebaliknya dengan seleksi, GR naik
tetapi ketahanan menurun. Agar supaya GR tidak turun, benih
diseleksi dan divaksinasi. Ikan yang divaksin menghasilkan
pertumbuhan yang tinggi, tahan penyakit, aman bagi kesehatan
konsumen dan lingkungan. Hasil beberapa penelitian yang dilakukan
oleh Kamiso dkk. (2003-2010), ikan yang divaksin ternyata laju
sintasan (SR) dan laju pertumbuhan meningkat, serta efisiensi
pakan(FCR) naik.7. Biosafety (keamanan biologi).Dengan semakin
intensif dan beragam bahan masukan yang digunakan dalam budidaya
perikanan, semakin besar potensi bahaya dan resiko biologis yang
ditimbulkan pada ikan, manusia dan ekosistemnya. Bahaya yang
ditimbulkan antara lain: penyakit infeksi, hama, kesehatan
masyarakat yang berhubungan dengan residu, resistensi terhadap
antibiotik, zoonosis yaitu penyakit yang dapat menular antara
binatang dan manusia (FAO, 2010a). Hal ini mendorong pengamanan
biologi yang semakin ketat dan pendekatan terpadu. Ikan sebagai
bahan makanan dan produk perikanan harus memenuhi kualitas dan
keamanan pangan bagi konsumen. Sistem yang digunakan dengan
penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan
sekarang mengarah pada peraturan HACCP-based systems. Untuk produk
perikanan ekspor ditambah aturan internasional, the General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan peraturan tiap negara
atau regional yang berlaku (FAO, 2010a). Disamping itu, dilakukan
penerapan the Application of Sanitary and Phytosanitary Measures
(SPS) meskipun belum ada kesepakatan pada aras internasional
terhadap keamanan pangan atau ikan. Persetujuan tersebut
menggunakan dua konsep. Pertama tiap negara bisa menerapkan
tindakan sanitary or phytosanitary-nya berdasarkan standar, pedoman
dan rekomendasi internasional yang telah dibentuk oleh Codex
Alimentarius Commission (CAC) yang berhubungan dengan bahan makanan
aditif (food additives), obat-obatan hewan (veterinary drug),
residu pestisida dan bahan kontaminan. Kedua menggunakan kriteria
untuk menentukan dasar level perlindungan yang aman untuk sanitary
dan phytosanitary.Sumber : Prof. Dr. Ir. H. Rustadi, M.Sc. Peranan
Dan Adaptasi Budidaya Perikanan Dalam Pembangunan Berkelanjutan Di
Indonesia Universitas Gadjah Mada pada tanggal 16 November 2011 di
Yogyakarta
4) Peralatan Yang Digunakan Unit usaha budidaya dan
lingkungannya dijaga kondisi kebersihan dan higienis Dilakukan
tindakan pencegahan terhadap binatang & hama penyebab
kontaminasi BBM, bahan kimia (desinfektan, pupuk, reagen), pakan
dan obat ikan disimpan dalam tempat yang terpisah dan aman. Wadah,
perlengkapan & fasilitas budidaya dibuat dari bahan yg tidak
menyebabkan kontaminasi. Fasilitas & perlengkapan dijaga dalam
kondisi higienis & dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan;
serta (bila perlu) didesinfeksi dg desinfektan yg diizinkan. Segala
peralatan dalam kegiatan memelihara ikan harus berasala dari bahan
yang dapat membuat ikan merasa nyaman dan tidak menimbulkan stess
Perlatan yang digunakan pada ikan sakit tidak boleh digunakan pada
ikan sehatSumber:
http://eponco.blogspot.com/2012/06/pedoman-cara-budidaya-ikan.html
dan materi kuliah MKI oleh Dr. Ir. Henny syawal, M. Si
5) Penanganan Yang Baik 1. PERSIAPAN WADAH DAN PENEBARAN
Prosedur persiapan wadah dapat menimbulkan bahaya keamanan pangan.
Prosedur persiapan wadah seharusnya bertujuan untuk meminimalkan
bahaya keamanan pangan seperti bakteri patogen, inang perantara
parasit zoonotik. Prosedur persiapan yang efektif juga menurunkan
resiko masalah kesehatan hewan air yang akan menurunkan kebutuhan
atau penggunaan obat ikan dan penggunaan bahan kimia.Wadah budidaya
dipersiapkan dengan baik sebelum penebaran benih: Dasar kolam
seharusnya dipersiapkan dengan baik dengan pembersihan, membuang
endapan serta pengeringan dasar. Buangan dasar kolam harus dibuang
dgn cara yang saniter, hindari kontaminasi pada air pasok atau
lingkungan sekitar. Dilakukan penyaringan air yang masuk ke wadah,
sebelum penebaran benih.Dalam persiapan wadah dan air, hanya
menggunakan pupuk, probiotik dan bahan kimia yang direkomendasikan
: Seharusnya hanya menggunakan bahan kimia yang disetujui dalam
persiapan air dan tanah, serta digunakan dalam dosis dan dengan
cara yang benar. Seharusnya bahan kimia dan bahan lain diberikan
label, dan digunakan sesuai petunjuk label.2. PENGELOLAAN AIR Mutu
air dan sedimen seharusnya dijaga pada level yang mencukupi untuk
kesehatan lingkungan budidaya dengan melakukan angka penebaran
benih dan pakan yang sesuai. Air pasok dan keluar di wadah budidaya
seharusnya difiltrasi/ saring untuk mencegah masuknya species yang
tidak diinginkan termasuk parasit dalam air tawar.Dilakukan
filtrasi air atau pengendapan serta menja-min kualitas air sesuai
untuk ikan dibudidayakan : Air difiltrasi selama pengisian wadah
budidaya sebelum untuk untuk mencegah masuknya hama/predator.
Tandon digunakan bila perlu untuk meningkatkan mutu air. Mutu air
dijaga dgn aerator pada tambak udang intensif. Kotoran dibuang
secara teraturMonitor kualitas air sumber secara rutin untuk
menjamin kesehatan dan kebersihan ikan yang dibudidayakan : Mutu
air dimonitor untuk menjamin kesehatan dan sanitasi. Monitor mutu
air (parameter dan frek. contoh) tergantung kondisi. Utk logam
berat & pestisida min. 1 kali /th. Uji mutu air pada unit
budidaya memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan. Rekaman mutu air
seharusnya termasuk residu logam berat (Pb, Hg, Cd) dan kontaminan
microba.3. BENIH Penggunaan obat ikan dan bahan kimia selama
pembenihan dapat menimbulkan residu dan beresiko pada keamanan
pangan. Mutu benih yang buruk dapat pula mengganggu kesehatan
selama pembudidayaan dan akan memicu penggunaan obat dan atau bahan
kimia.Benih sehat bersertifikat berasal dari hatchery yang
bersertifikat dan atau memiliki sertifikat bebas penyakit dan obat
ikan : Benih seharusnya berasal dari hatchery yang menggunakan
bahan kimia dan obat-obatan yang dapat diijinkan. Menggunakan benih
dari hatchery yang bersertifikat. Bila blm bersertifikat seharusnya
menyertakan bukti mutu dan bebas penyakit dan antibiotik.
Pembudidaya harus ada kesadaran mutu benih dan memiliki rekaman ttg
pemasok & jumlah pembelian benih.4. PAKAN Pakan dapat
menyebabkan masalah keamanan pangan dengan menarik datangnya hama
pengerat, penanganan pakan tidak tepat atau menjadi media penular
pada udang/ikan. Pada usaha budidaya, selain menggunakan pakan
komersial yang dijual, pembudidaya terkadang membuat sendiri
pakannya. Bahan baku pakan seharusnya tidak menggunakan pestisida,
bahan kimia, termasuk logam berat dan kontaminan lain yang dilarang
dan membahayakan.Pakan Ikan yang digunakan memiliki nomor
pendaftaran/ sertifikat yang dikeluarkan Direktur Jenderal atau
surat jaminan dari institusi yang berkompeten : Menggunakan pakan
komersial yang terdaftar Apabila membuat pakan sendiri menggunakan
formula yang standar dan bahan baku yang tidak mengandung bahan
terlarang dan membahayakan (pestisida,bahan kimia,logam berat dan
kontaminan lain) Pembudidaya menggunakan pakan yang terdaftar dari
DJPB atau institusi berwenang lainnya. Nomor pendaftaran seharusnya
tertulis dalam label pakan.Pakan ikan disimpan dengan baik dalam
ruangan yang kering dan sejuk untuk menjaga kualitas mutu serta
digunakakan sebelum masa daluwarsanya : Pakan tidak digunakan
setelah masa daluwarsanya. Tidak ada bukti telah daluwarsa atau
rusak. Pakan selalu tersimpan dalam kemasan/wadah yang baik. Pakan
yang kering disimpan dalam tempat yang sejuk dan terjaga
ventilasinya serta terlindung diarea yang kering untuk mencegah
kerusakan, jamur dan kontaminasi. Pakan basah seharusnya tersimpan
dalam tempat dingin dan digunakan sesuai dengan saran penyajian.
Penyimpanan, kondisi transportasi dan penggunaannya seharusnya
sesuai dengan spesifikasi yang ada pada label.Pakan tidak dicampur
bahan tambahan seperti antibiotik, obat ikan, bahan kimia lainnya
atau hormon yang dilarang : Pakan buatan sendiri harus dibuat dari
bahan yang direko-mendasikan dan tidak dicampur dengan bahan-bahan
terlarang. Pemberian pakan dilakukan dengan cara yang efisien
mengikuti ratio pemberian yang dianjurkan : Pemberian pakan yang
baik membutuhkan air dan sedimen yang bermutu. Pembudidaya
menggunakan tadah pakan dan melakukan pemberian pakan yang efisien
berdasarkan kebutuhan.Pakan berlabel/memiliki informasi yang
mencantumkan komposisi, tanggal daluwarsa, dosis dan cara pemberian
dengan jelas.5. OBAT IKAN, BAHAN KIMIA & SUBSTANSI BERBAHAYA
Bahaya yang berhubungan dengan obat ikan (termasuk antimikroba)
dalam pembudidayaan adalah residu pada produk akhir. Penerapan CBIB
seharusnya dapat menurunkan penggunaan obat ikan, dll. Untuk itu
perlu pengelolaan kesehatan yang efektif selama proses budidaya,
dengan meningkatkan sistem keamanan hayati dan menurunkan insiden
wabah dan resiko yang ditimbulkan. Program preventif terhadap
kesehatan ikan lebih diutamakan dari pada upaya pengobatan. Hanya
menggunakan obat ikan, bahan kimia dan biologis yang diijinkan
(registrasi dari DJPB) Obat ikan yang diijinkan digunakan sesuai
petunjuk dan pengawasan Obat ikan, bahan kimia dan biologis
disimpan dengan baik sesuai spesifikasi. Obat ikan, bahan kimia dan
biologis sesuai pada label. Dilakukan test untuk mendeteksi residu
obat ikan & bahan kimia dengan hasil dibawah ambang batas Obat
ikan, bahan kimia dan susbtansi biologi memiliki label yang jelas
dan lengkap tentang komposisi, dosis, indikasi, cara penggunan,
masa daluwarsa dan periode withdraw dalam bahasa indonesia.6.
PANENBahaya keamanan pangan dapat muncul dari teknik panen yang
tidak sesuai, seperti temperatur yang tinggi dapat menyebabkan
pembusukan produk selama kegiatan panen. Selain itu, dari
penggunaan air atau es yang tercemar dan kurang bersihnya fasilitas
dan peralatan. Kerusakan ikan selama panen dapat menyebabkan
pencemaran yang mengarah kepada saluran usus atau pembusukan
produk. Teknik panen yang sesuai akan memperkecil resiko
pencemaran, kerusakan fisik dan stres ikan. Perlengkapan dan
peralatan mudah dibersihkan dan dijaga dalam kondisi bersih dan
higienis Panen dipersiapkan dengan baik untuk hindari pengaruh
temperatur tinggi pada ikan. Pada saat panen dilakukan upaya untuk
menghindari terjadinya penurunan mutu dan kontaminasi ikan
Penanganan ikan dilakukan secara higienis dan efisien sehingga
tidak menimbulkan kerusakan fisik7. PENANGANAN HASILPeralatan dan
perlengkapan untuk penanganan hasil mudah dibersihkan dan
didesinfeksi (bila perlu) serta selalu dijaga dalam keadaan bersih
Ikan mati segera didinginkan dan diupayakan suhunya mendekati 0 C
di seluruh bagian. Proses penanganan (sortir, penimbangan,
pencucian, pembilasan, dll) dilakukan dengan cepat dan higienis
tanpa merusak produk. Berdasarkan persyaratan yang berlaku, bahan
tambahan & kimia yang dilarang tidak digunakan pada ikan, yang
diangkut dalam kondisi mati atau hidup)Sumber :
http://eponco.blogspot.com/2012/06/pedoman-cara-budidaya-ikan.html
6) Transportasi Peralatan dan fasilitas pengangkutan yang
digunakan mudah dibersihkan dan selalu terjaga kebersihannya (boks,
wadah, dll) Pengangkutan dalam kondisi higienis untuk menghindari
kontaminasi sekitar (seperti udara, tanah, air, oli, bahan kimia,
dll) dan kontaminasi silang. Suhu produk selama pengangkutan
mendekati suhu cair es (0C) pada seluruh bagian produk Ikan hidup
ditangani dan dijaga dalam kondisi yang tidak menyebabkan kerusakan
fisik atau kontaminasi : Hanya ikan dan udang yang sehat yang
dipilih untuk pemeliharaan dan transportasi dalam kondisi hidup.
Selama transportasi stress harus ditekan dengan menjaga kualitas
air dan kepadatan ikan yang optimal. Air yang digunakan untuk wadah
pengangkutan, atau untuk resirkulasi selama pengangkutan atau untuk
adaptasi ikan, harus sama kualitas dan komposisinya dengan air asal
untuk mengurangi stress pada ikan. Air tidak boleh terkontaminasi
oleh kotoran manusia atupun limbah industri. Wadah dan peralatan
transportasi harus dirancang dan dioperasionalkan dengan higienis
untuk mencegah kontaminasi; Apabila menggunakan air laut dalam
wadah pengangkutan, untuk spesies yang rentan terhadap kontaminasi,
air yang digunakan selama transportasi tidak boleh terkontaminasi
apapun. Tidak boleh melakukan pemberian pakan selama penampungan
dan transportasi ikan. Apabila menggunakan air laut dalam wadah
pengangkutan, untuk spesies yang rentan terhadap kontaminasi racun
alga,air laut yang mengandung konsentrasi alga yang tinggi harus
dihindari atau disaring/filter terlebih dahulu. Air tidak boleh
diganti selama transportasi, idealnya menggunakan sistem
resirkulasi, tetapi apabila penggantian air perlu dilakukan, maka
penggantian harus dilakukan dengan hati-hati dan higienis. Ikan
hidup harus ditangan sedemikian upa untuk menghidari stress. Alat
dan wadah transportasi ikan hidup harus dirancang untuk mendukung
penangan dengan cepat dan efisien tanpa menyebabkan kerusakan fisik
atau stress.Sumber :
http://eponco.blogspot.com/2012/06/pedoman-cara-budidaya-ikan.htmlhttp://diyanpleiades.blogspot.com/2013/06/prinsip-manajemen-kesehatan-ikan-bagi.html