PENANGGULANGAN BANJIR DI KABUPATEN SIDOARJO Oleh : Nawang Wulan – 3314202807 Mahasiswa Magister Teknik Sanitasi Lingkungan _ Teknik Lingkungan ITS Surabaya BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Kabupaten Sidoarjo diapit dua kali besar pecahan dari Kali Brantas, yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong yang merupakan hilir dari DAS Brantas dan bermuara ke Selat Madura. Hilir yang terpecah menjadi dua kali ini membentuk suatu Delta dimana sebagian besar wilayah Sidoarjo berada disini. Kabupaten Sidoarjo juga sangat terpengaruh dari pasang surut air laut karena berhimpitan langsung dengan selat madura. Dan lagi topografi Kabupaten Sidoarjo relatif rendah dan datar. Kondisi geografis ini mengakibatkan Sidoarjo berpotensi untuk banjir. Jika tetap berpegang pada paradigma lama dimana kelebihan air yang berasal dari hujan secepat – cepatnya dialirkan ke saluran lalu ke sungai dan dari sungai secepatnya dialirkan ke laut agar tidak ada yang menggenang atau terjadi banjir, maka genangan dan banjir di Kabupaten Sidoarjo tidak akan hilang. Mengingat daerah tangkapan air dihulu semakin berkurang dan tinggi permukaan air laut yang semakin naik. Pemikiran ini masih memandang permasalahan secara local saja. Tidak melihat secara luas kondisi lingkungan di hulu, tengah dan hilir menjadi satu kesatuan dari permasalahan dan penyelesaian. Terlepas dari kondisi lingkungan di hulu yang tidak begitu memperhatikan konservasi air, kondisi lingkungan dihilir pun sangat perlu diperhatikan. Lokasi Kabupaten Sidoarjo yang cukup strategis karena berhimpitan langsung dengan Kota Surabaya sebagai pusat perkembangan Ekonomi di Jawa Timur membuat Sidoarjo tidak bias mengelak dari pertumbuhan penduduk yang begitu pesat. Dan sebagai limpahan dari perkembangan Surabaya, membuat kondisi perubahan lahan (land use) di Sidoarjo menjadi sangat cepat. Utamanya dari Tanah Pertanian/ Tegalan menjadi perumahan dan industri yang berakibat meningkatnya koefisien aliran, tanpa ada kebijakan yang terpadu dalam sistem drainasenya. Dengan pemikiran yang luas dan dengan analisa spasial permasalahan banjir di Kabupaten Sidoarjo dapat diselesaikan dengan lebih masuk akal dalam hal teknis dan pendanaan. Jadi permasalahan dilihat dari berbagai sektor dan wilayah. Maka diharapkan penyelesaiannya berupa sebuah kebijakan spasial yang aplikatif.
Dengan pemikiran yang luas dan dengan analisa spasial permasalahan banjir di Kabupaten Sidoarjo dapat diselesaikan dengan lebih masuk akal dalam hal teknis dan pendanaan. Jadi permasalahan dilihat dari berbagai sektor dan wilayah. Maka diharapkan penyelesaiannya berupa sebuah kebijakan spasial yang aplikatif
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENANGGULANGAN BANJIR DI KABUPATEN SIDOARJO
Oleh : Nawang Wulan – 3314202807Mahasiswa Magister Teknik Sanitasi Lingkungan _ Teknik Lingkungan ITS Surabaya
BAB I. PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Kabupaten Sidoarjo diapit dua kali besar pecahan dari Kali Brantas, yaitu Kali Surabaya dan
Kali Porong yang merupakan hilir dari DAS Brantas dan bermuara ke Selat Madura. Hilir
yang terpecah menjadi dua kali ini membentuk suatu Delta dimana sebagian besar wilayah
Sidoarjo berada disini. Kabupaten Sidoarjo juga sangat terpengaruh dari pasang surut air
laut karena berhimpitan langsung dengan selat madura. Dan lagi topografi Kabupaten
Sidoarjo relatif rendah dan datar. Kondisi geografis ini mengakibatkan Sidoarjo berpotensi
untuk banjir.
Jika tetap berpegang pada paradigma lama dimana kelebihan air yang berasal dari hujan
secepat – cepatnya dialirkan ke saluran lalu ke sungai dan dari sungai secepatnya dialirkan
ke laut agar tidak ada yang menggenang atau terjadi banjir, maka genangan dan banjir di
Kabupaten Sidoarjo tidak akan hilang. Mengingat daerah tangkapan air dihulu semakin
berkurang dan tinggi permukaan air laut yang semakin naik. Pemikiran ini masih
memandang permasalahan secara local saja. Tidak melihat secara luas kondisi lingkungan
di hulu, tengah dan hilir menjadi satu kesatuan dari permasalahan dan penyelesaian.
Terlepas dari kondisi lingkungan di hulu yang tidak begitu memperhatikan konservasi air,
kondisi lingkungan dihilir pun sangat perlu diperhatikan. Lokasi Kabupaten Sidoarjo yang
cukup strategis karena berhimpitan langsung dengan Kota Surabaya sebagai pusat
perkembangan Ekonomi di Jawa Timur membuat Sidoarjo tidak bias mengelak dari
pertumbuhan penduduk yang begitu pesat. Dan sebagai limpahan dari perkembangan
Surabaya, membuat kondisi perubahan lahan (land use) di Sidoarjo menjadi sangat cepat.
Utamanya dari Tanah Pertanian/ Tegalan menjadi perumahan dan industri yang berakibat
meningkatnya koefisien aliran, tanpa ada kebijakan yang terpadu dalam sistem drainasenya.
Dengan pemikiran yang luas dan dengan analisa spasial permasalahan banjir di Kabupaten
Sidoarjo dapat diselesaikan dengan lebih masuk akal dalam hal teknis dan pendanaan. Jadi
permasalahan dilihat dari berbagai sektor dan wilayah. Maka diharapkan penyelesaiannya
berupa sebuah kebijakan spasial yang aplikatif.
I. 2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan makalah ini menjadi panduan penentuan kebijakan untuk
menanggulangi banjir yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo.
Yang tujuannya adalah mewujudkan Kabupaten Sidoarjo yang berkelanjutan dengan
penanganan drainase yang ramah lingkungan.
BAB II. KONSEP DASAR TEORI
II. 1. Konsep Dasar Pengelolaan Sanitasi Lingkungan
Konsep yang digunakan dari segi pengelolaan sanitasi lingkungan yang pada hal ini adalah
sistem drainase memakai Konsep Drainase Ramah Lingkungan yang berpedoman pada
Permen PU Nomor 12/ PRT/ M/ 2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan.
Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya untuk mengelola air kelebihan
(air hujan) dengan berbagai metode diantaranya dengan menampung melalui bak tandon
air untuk langsung bisa digunakan, menampung dalam tampungan buatan atau badan
air alamiah, meresapkan dan mengalirkan ke sungai terdekat tanpa menambah beban
pada sungai yang bersangkutan serta senantiasa memelihara sistem tersebut sehingga
berdaya guna secara berkelanjutan. Dengan konsep drainase ramah lingkungan tersebut,
maka kelebihan air hujan tidak secepatnya dibuang ke sungai terdekat. Namun air hujan
tersebut dapat disimpan di berbagai lokasi di wilayah yang bersangkutan dengan
berbagai macam cara, sehingga dapat langsung dimanfaatkan atau dimanfaatkan pada
musim berikutnya, dapat digunakan untuk mengisi/ konservasi air tanah, dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas ekosistem dan lingkungan, dan dapat digunakan sebagai
sarana untuk mengurangi genangan dan banjir yang ada.
Dengan drainase ramah lingkungan, maka kemungkinan banjir dihilir serta kekeringan
dihulu dapat dikurangi.
Drainase ramah lingkungan erat kaitannya dengan perubahan iklim yang ditandai dengan
kenaikan muka air laut,kenaikan temperatur udara, perubahan durasi dan intensitas hujan,
perubahan arah angin dan perubahan kelembaban udara. Agar perubahan iklim tidak terjadi
maka paradigma lama yang mengalirkan air kelebihan secepat-cepatnya yang berakhir
dilaut tidak lagi digunakan. Karena akan berdampak tidak adanya air yang masuk ketanah
sehingga cadangan air menjadi tidak ada. Kekeringan terjadi dimana-mana, banjir dan juga
longsor yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah pada musim kering dan musim
basah yang sangat tinggi. Dampak selanjutnya adalah kerusakan ekosistem, perubahan
iklim mikro dan makro.
Dalam drainase ramah lingkungan kelebihan air pada musim hujan harus dikelola agar tidak
secepatnya ke sungai.
Metode drainase ramah lingkungan :
1. Kolam konservasi
2. Sumur resapan
3. River side polder
4. Pengembangan perlindungan air tanah
II. 2. Konsep Kebijakan Spasial
Sedangkan dari segi Konsep Kebijakan Spasialnya dapat dilakukan dengan analisa spalsial
sehingga menghasilkan kebijakan yang komperhensif. Analisa Spasial merupakan
sekumpulan metoda untuk menemukan dan menggambarkan tingkatan/ pola dari sebuah
fenomena spasial, sehingga dapat dimengerti dengan lebih baik. Dengan melakukan
analisis spasial, diharapkan muncul informasi baru yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan di bidang yang dikaji. Metoda yang digunakan sangat bervariasi,
mulai observasi visual sampai ke pemanfaatan matematika/ statistic terapan (Sadahiro,
2006).
Dari definisi itu analisa spasial dilakukan dengan overlay informasi/ data spasial. Seperti
ilustrasi pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Overlay data spasial
longsor yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah pada musim kering dan musim
basah yang sangat tinggi. Dampak selanjutnya adalah kerusakan ekosistem, perubahan
iklim mikro dan makro.
Dalam drainase ramah lingkungan kelebihan air pada musim hujan harus dikelola agar tidak
secepatnya ke sungai.
Metode drainase ramah lingkungan :
1. Kolam konservasi
2. Sumur resapan
3. River side polder
4. Pengembangan perlindungan air tanah
II. 2. Konsep Kebijakan Spasial
Sedangkan dari segi Konsep Kebijakan Spasialnya dapat dilakukan dengan analisa spalsial
sehingga menghasilkan kebijakan yang komperhensif. Analisa Spasial merupakan
sekumpulan metoda untuk menemukan dan menggambarkan tingkatan/ pola dari sebuah
fenomena spasial, sehingga dapat dimengerti dengan lebih baik. Dengan melakukan
analisis spasial, diharapkan muncul informasi baru yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan di bidang yang dikaji. Metoda yang digunakan sangat bervariasi,
mulai observasi visual sampai ke pemanfaatan matematika/ statistic terapan (Sadahiro,
2006).
Dari definisi itu analisa spasial dilakukan dengan overlay informasi/ data spasial. Seperti
ilustrasi pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Overlay data spasial
longsor yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah pada musim kering dan musim
basah yang sangat tinggi. Dampak selanjutnya adalah kerusakan ekosistem, perubahan
iklim mikro dan makro.
Dalam drainase ramah lingkungan kelebihan air pada musim hujan harus dikelola agar tidak
secepatnya ke sungai.
Metode drainase ramah lingkungan :
1. Kolam konservasi
2. Sumur resapan
3. River side polder
4. Pengembangan perlindungan air tanah
II. 2. Konsep Kebijakan Spasial
Sedangkan dari segi Konsep Kebijakan Spasialnya dapat dilakukan dengan analisa spalsial
sehingga menghasilkan kebijakan yang komperhensif. Analisa Spasial merupakan
sekumpulan metoda untuk menemukan dan menggambarkan tingkatan/ pola dari sebuah
fenomena spasial, sehingga dapat dimengerti dengan lebih baik. Dengan melakukan
analisis spasial, diharapkan muncul informasi baru yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan di bidang yang dikaji. Metoda yang digunakan sangat bervariasi,
mulai observasi visual sampai ke pemanfaatan matematika/ statistic terapan (Sadahiro,
2006).
Dari definisi itu analisa spasial dilakukan dengan overlay informasi/ data spasial. Seperti
ilustrasi pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Overlay data spasial
Dari materi perkuliahan ‘Konsep Analisis Geospasial dan Aplikasinya’ yang disampaikan
oleh Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. skema proses pembuatan kebijakan dan strategi
dalam konteks spasial dapat dijalaskan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Proses pembuatan kebijakan dan strategi dalam konteks spasial
Langkah _ langkah yang harus dikerjakan dalam proses pembuatan kebijakan dan strategi
dalam kontek spasial dari skema diatas, adalah :
1. Analisa karakteristik dan kesenjangan kebutuhan pembangunan daerah
2. Analisa kebijakan dan strategi pembangunan daerah
3. Analisa kinerja implementasi kebijakan dan strategi pembangunan daerah
BAB III. STUDI LOKASI DAN TEMA
Pergerakan ekonomi di Kabupaten Sidoarjo sangatlah tinggi karena didukung lokasinya
yang strategis yaitu berhimpitan langsung dengan Kota Surabaya sebagai kota terbesar
kedua di Indonesia sekaligus kawasan strategis nasional. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya pembangunan di wilayah Sidoarjo. Industri dan pemukiman bertambah sangat
pesat yang mengakibatkan perubahan tata guna lahan yang ekstrim.
Sayangnya pesatnya pertumbuhan ekonomi ini juga berdampak pada lingkungan. Banjir
masih menjadi masalah dan bahkan lebih parah. Perubahan tata guna lahan dari lahan
pertanian (sawah atau tegalan) menjadi lahan industri/ perdagangan dan kawasan
permukiman / perumahan, membawa konsekuensi perubahan koefisien aliran yang menjadi
semakin tinggi. Hal ini karena fungsi penyerapan lahan makin kecil sehingg aliran
permukaan menjadi makin besar, sementara itu lahan persawahan yang semula dapat
digenangi sudah berkurang sehingga air permukaan yang harus dialirkan ke laut makin
besar pula.
Sebenarnya sudah ada upaya dari Pemerintah Daerah untuk menanggulangi banjir yang
terjadi diKabupaten Sidoarjo. Hanya saja prasana penanggulangan banjir ini belum lengkap
dan pelaksanaannya masih bersifat parsial. Sehingga penanganannya tidak maksimal.
Diperlukan sistem dalam pengendalian banjir ini dan pola secara menyeluruh yang terpadu.
Agar keberlanjutan Kabupaten Sidoarjo tetap terjaga maka permasalahan banjir ini menjadi
hal yang patut dipikirkan dengan pendekatan kebijakan yang komprehensif dan sistematis.
Karenanya pada makalah ini mengangkat tema strategi penanggulangan banjir dimana
lokasi studi adalah Kabupaten Sidoarjo.
III. 1. Deskripsi Daerah Studi
III. 1. 1. Lokasi
Lokasi adalah Kabupaten Sidoarjo yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur terletak
pada 112.5o – 112.9o BT dan 7.3o – 7.5o LS. Secara administratif berbatasan dengan
wilayah – wulayah sebagai berikut :
- Utara : Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik
- Timur : Selat Madura
- Selatan : Kabupaten Pasuruan
- Barat : Kabupaten Mojokerto
Kedudukan Kabupaten Sidoarjo terhadap Provinsi Jawa Timur terdapat pada gambar 3.1
Gambar 3. 1. Letak Kabupaten Sidoarjo terhadap Provinsi Jawa Timur
III. 1. 2. Kondisi Fisik
Luas wilayah Kabupaten Sidoarjo 71.424,25 km2 terbagi menjadi 18 Kecamatan. Lokasi
masing – masing kecamatan dan luasannya dapat dilihat pada gambar 3. 2 dan tabel 3.1
dibawah ini.
Tabel 3.1. Luas wilayah masing-masing kecamatan di Kabupaten Sidoarjo
No KecamatanTinggi rata-rata dari
permukaan laut (m)
Luaswilayah
(km2)
1 Sidoarjo 4 62.56
2 Buduran 4 41.03
3 Candi 4 40.67
4 Porong 4 29.82
5 Krembung 5 29.55
6 Tulangan 7 31.21
7 Tanggulangin 4 32.29
8 Jabon 2 81.00
9 Krian 12 32.50
10 Balongbendo 20 31.40
11 Wonoayu 4 33.92
12 Tarik 16 36.06
III. 1. 2. Kondisi Fisik
Luas wilayah Kabupaten Sidoarjo 71.424,25 km2 terbagi menjadi 18 Kecamatan. Lokasi
masing – masing kecamatan dan luasannya dapat dilihat pada gambar 3. 2 dan tabel 3.1
dibawah ini.
Tabel 3.1. Luas wilayah masing-masing kecamatan di Kabupaten Sidoarjo
No KecamatanTinggi rata-rata dari
permukaan laut (m)
Luaswilayah
(km2)
1 Sidoarjo 4 62.56
2 Buduran 4 41.03
3 Candi 4 40.67
4 Porong 4 29.82
5 Krembung 5 29.55
6 Tulangan 7 31.21
7 Tanggulangin 4 32.29
8 Jabon 2 81.00
9 Krian 12 32.50
10 Balongbendo 20 31.40
11 Wonoayu 4 33.92
12 Tarik 16 36.06
III. 1. 2. Kondisi Fisik
Luas wilayah Kabupaten Sidoarjo 71.424,25 km2 terbagi menjadi 18 Kecamatan. Lokasi
masing – masing kecamatan dan luasannya dapat dilihat pada gambar 3. 2 dan tabel 3.1
dibawah ini.
Tabel 3.1. Luas wilayah masing-masing kecamatan di Kabupaten Sidoarjo
No KecamatanTinggi rata-rata dari
permukaan laut (m)
Luaswilayah
(km2)
1 Sidoarjo 4 62.56
2 Buduran 4 41.03
3 Candi 4 40.67
4 Porong 4 29.82
5 Krembung 5 29.55
6 Tulangan 7 31.21
7 Tanggulangin 4 32.29
8 Jabon 2 81.00
9 Krian 12 32.50
10 Balongbendo 20 31.40
11 Wonoayu 4 33.92
12 Tarik 16 36.06
13 Prambon 10 34.23
14 Taman 9 31.54
15 Waru 5 30.32
16 Gedangan 4 24.06
17 Sedati 4 79.43
18 Sukodono 7 32.68
Total 714.27
Sumber : BPS – Sidoarjo Dalam Angka 2014
III. 1. 3. Demografi
Jumlah penduduk pada tahun 2013 berdasarkan Sidoarjo dalam angka Tahun 2014 adalah
2.049.038 jiwa. Dapat secara rinci dilihat pada tabel 3.2.