CACINGAN A. PENDAHULUAN Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang masih banyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapatkan perhatian (neglected diseases). Penyakit yang termasuk dalam kelompok neglected diseases memang tidak menyebabkan wabah yang muncul dengan tiba-tiba ataupun menyebabkan banyak korban, tetapi merupakan penyakit yang secara perlahan menggerogoti kesehatan manusia, menyebabkan kecacatan tetap, penurunan intelegensia anak dan pada akhirnya dapat pula menyebabkan kematian. (1) Helmint (cacing) adalah salah satu kelompok parasit yang dapat merugikan manusia. Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua yaitu: Nemathelminthes (cacing gilik) dan Plathyhelminthes (cacing pipih).Cacing yang termasuk Nemathelminthes yaitu kelas Nemotoda yang terdiri dari Nematode usus dan Nematoda jaringan. Sedangkan yang termasuk Plathyhelminthes adalah kelas Trematoda dan Cestoda. Namun yang akan dibahas di bawah ini adalah kelompok Nematoda usus. Sebab sebagian besar dari Nematoda usus ini merupakan penyebab 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
CACINGAN
A. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang
masih banyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapatkan perhatian
(neglected diseases). Penyakit yang termasuk dalam kelompok neglected
diseases memang tidak menyebabkan wabah yang muncul dengan tiba-tiba
ataupun menyebabkan banyak korban, tetapi merupakan penyakit yang
secara perlahan menggerogoti kesehatan manusia, menyebabkan kecacatan
tetap, penurunan intelegensia anak dan pada akhirnya dapat pula
menyebabkan kematian.(1)
Helmint (cacing) adalah salah satu kelompok parasit yang dapat
merugikan manusia. Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua
yaitu: Nemathelminthes (cacing gilik) dan Plathyhelminthes (cacing
pipih).Cacing yang termasuk Nemathelminthes yaitu kelas Nemotoda yang
terdiri dari Nematode usus dan Nematoda jaringan. Sedangkan yang
termasuk Plathyhelminthes adalah kelas Trematoda dan Cestoda. Namun
yang akan dibahas di bawah ini adalah kelompok Nematoda usus. Sebab
sebagian besar dari Nematoda usus ini merupakan penyebab kecacingan
yang sering dijumpai pada masyarakat Indonesia khususnya pada usia
Sekolah Dasar. (4)
Penyebab dari penyakit infeksi parasit usus dari golongan nematoda.
Oxyuris vermicularis (O.vermicularis) atau yang lebih dikenal sebagai
cacing kremi dan infeksi cacing kelompok Soil Transmitted Helminth
(STH), yaitu kelompok cacing yang siklus hidupnya melalui tanah. (4)
Infeksi kecacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi
kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderita sehingga secara
ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena adanya kehilangan
karbohidrat dan protein serta kehilangan darah yang pada akhirnya dapat
menurunkan kualitas sumber daya manusia. Kelompok ekonomi lemah ini
1
mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit kecacingan karena kurang
adanya kemampuandalam menjaga higiene dan sanitasi lingkungan tempat
tinggalnya.(1)
Infeksi oxyuriasis dapat berpindah dari satu individu ke individu lain
tanpa perlu transmisi lewat tanah atau spesifik arthropoda sebagai
vektornya. Cara penularan cacing ini berkaitan dengan kebiasaan seseorang
dalam hidup sehari-hari ( higiene pribadi ).(8)
Lima spesies cacing yang termasuk dalam kelompok Soil
Transmitted Helminth yang masih menjadi masalah kesehatan, yaitu
Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan
cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma sp). Infeksi cacing
tambang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena
menyebabkan anemia defisiensi besi dan hipoproteinemia. Spesies cacing
tambang yang banyak ditemukan di Indonesia ialah N. americanus.
Terdapat penularan melalui hewan vektor (zoonosis) dengan gejala klinis
berupa ground itch dan creeping eruption. Pneumonitis, abdominal
discomfort, hipoproteinemia dan anemia defisiensi besi merupakan
manifestasi infeksi antropofilik. Komponen sistim imun yang berperan
utama ialah eosinofil, IgE, IgG4 dan sel Th2. Tidak terdapat kekebalan
yang permanen dan adekuat terhadap infeksi cacing tambang. Diagnosis
data epidemiologi berupa pengamatan manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang termasuk pemeriksaan imunologis. Pengobatan dilakukan
dengan mebendazole, albendazole, pirantel pamoat dan berbagai terapi
suportif. Belum ada vaksin yang efektif terhadap cacing tambang sehingga
perbaikan higiene dan sanitasi adalah hal yang utama.(3)
Umumnya di negara berkembang termasuk Indonesia pelaku utama
pengasuhan anak adalah ibu. Cara pemeliharaan kebersihan dan kesehatan
pada balita dan anak-anak sekolah dasar masih sangat bergantung pada
bagaimana cara ibu (pola asuhan ibu) mengajarkan dan menerapkan cara-
cara tersebut dalam kehidupan anaknya.10 Pola asuhan ibu ini dapat dilihat
2
dari tingkat perawatan fisik anak, tingkat penyediaan sarana yang
mendukung kesehatan, tingkat keteladanan ibu dan tingkat komunikasi ibu
dan anak.(9,12)
Infeksi cacing tambang juga berhubungan dengan kemiskinan.
Menurut Peter Hotez (2008), semakin parah tingkat kemiskinan masyarakat
akan semakin berpeluang untuk mengalami infeksi cacing tambang. Hal ini
dikaitkan dengan kemampuan dalam menjaga higiene perorangan dan
sanitasi lingkungan tempat tinggal.(7)
Prevalensi oxyuriasis yang cukup tinggi pada anak dikaitkan dengan
higiene pribadi yang buruk. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuhan ibu
tentang kebersihan dan kesehatan yang merupakan salah satu cara
merintangi penularan oxyuriasis. Penelitian ini ingin mengetahui adakah
hubungan pola asuhan ibu dengan kejadian infeksi cacing O. vermicularis
pada anak-anak Sekolah Dasar Negeri (SDN). (8)
Di Indonesia, angka nasional prevalensi kecacingan pada tahun
1987 sebesar 78,6 % masih relatif cukup tinggi. Program pemberantasan
penyakit kecacingan pada anak yang dicanangkan tahun 1995 efektif
menurunkan prevalensi kecacingan menjadi 33,0 % pada tahun 2003. Sejak
tahun 2002 hingga 2006, prevalensi penyakit kecacingan secara berurutan
adalah sebesar 33,3 %, 33,0 %, 46,8 % 28,4 % dan 32,6 %. Kejadian
infeksi cacing tambang
Prevalensinya jauh lebih rendah, yaitu secara berurutan untuk tahun
yang sama adalah sebesar 2,4 %, 0,6 %, 5,1 %, 1,6 % dan 1,0 %. Sedangkan
frekuensi oxyuriasis di beberapa daerah di Indonesia masih cukup tinggi.
Berdasarkan laporan Yulianti L, Menteri Kesehatan (Menkes) mengatakan
bahwa sekitar 60% hingga 80% anak usia sekolah di Indonesia mengalami
cacingan.. Hendratno S juga melaporkan bahwa beberapa daerah di Jawa
Tengah masih memiliki angka prevalensi oxyuriasis yang cukup tinggi yaitu
sekitar 58,93% hingga 74,31%.Kejadian infeksi kecacingan pada anak
menurut Aria Gusti (2004), berhubungan negatif signifikan dengan perilaku
3
sehat. (5,6,11)
B. Definisi Kecacingan
Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
parasit berupa cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun
infestasi berat. Cacingan merupakan parasit manusia dan hewan yang
sifatnya merugikan, manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus.
Sebagian besar daripada nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Diantara nematoda usus tedapat sejumlah spesies
yang ditularkan melalui tanah dan disebut “Soil Transmitted Helmints”
yang terpenting adalah Ascaris lumbricoides,Necator americanus,
Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura.(13)
C. Epidemiologi Infeksi Cacingan
a. Distribusi Frekuensi Infeksi Kecacingan
1. Menurut Orang
Penyakit kecacingan dapat terjadi pada semua golongan
umur dan jenis kelamin. Menurut Depkes RI (2004) disebutkan
bahwa prevalensi kecacingan oleh cacing yang ditularkan melalui
tanah pada anak sekolah dasar adalah 60%-80%.(14)
Prevalensi infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar di
Indonesia mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2002, prevalensi
infeksi kecacingan adalah 33,3 % menurun menjadi 33,0% pada
tahun 2003, tahun 2004 meningkat menjadi 46,8%, kemudian
menurun lagi pada tahun 2005 yaitu 28,4%, dan pada tahun 2006
meningkat lagi menjadi 32,6%.(14)
2. Menurut Tempat
Cacing merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar ke
seluruh dunia, lebih banyak ditemukan di daerah beriklim panas dan
lembab. Di beberapa daerah tropik derajat infeksi dapat mencapai
4
100% dari penduduk. Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada
anak-anak berusia 5-10 tahun sebagai host (penjamu) yang juga
menunjukkan beban cacing yang lebih tinggi. (8)
Prevalensinya di Indonesia terutama di daerah pedesaan
adalah 30-90% sedangkan prevalensi dengan higiene perorangan
yang tidak baik seperti buang air besar sembarangan, tidak mencuci
tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah buang air besar,
tidak memakai alas kaki ketika berada di luar rumah adalah 92%. (14)
Faktor terpenting dalam penyebaran infeksi kecacingan
adalah kontaminasi tanah dengan tinja yang mengandung telur.
Telur berkembang biak pada tanah liat, lembab dan teduh.(8)
Dalam lingkungan tanah liat sangat menguntungkan bagi
cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Sedangkan
lingkungan yang mengandung pasir, tanah yang gembur dan
berhumus sangat menguntungkan bagi cacing tambang dan
Srongyloides stercoralis. (13)
3. Menurut Waktu
Infeksi kecacingan menunjukkan fluktuasi musiman.
Biasanya insiden meningkat pada permulaan musim hujan, karena
curah hujan yang tinggi mengakibatkan kelembaban tanah
meningkat. Tanah yang lembab sangat baik sebagai tempat telur
cacing untuk berkembang biak. (14)
b. Determinan
Faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi kecacingan
sangat banyak. Beberapa diantaranya adalah faktor lingkungan dan
faktor perilaku hygiene perorangan. (13)
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang berpengaruh pada infeksi
kecacingan adalah ada tidaknya sumber air bersih dan jamban yang
5
memenuhi syarat kesehatan. (13)
2. Faktor Higiene Perorangan
Higiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan
manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh
lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan
hidup yang sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan
kesehatan. Dalam pengertian ini termasuk pula upaya melindungi,
memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia
(perorangan ataupun masyarakat), sedemikian rupa sehingga
pelbagai faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut,
tidak sampai menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. (8)
Higiene perorangan merupakan hal yang sangat penting
diperhatikan terutama pada masa perkembangan, dengan higiene
perorangan yang buruk pada masa tersebut akan dapat mengganggu
perkembangan kualitas sumber daya manusia. Higiene perorangan
yang belum memadai merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingginya prevalensi kecacingan. (8)
Higiene perorangan tersebut meliputi kebersihan kulit,
biasanya merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama
memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit dengan
sebaik – baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas
dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan
hidup sehari – hari. (8)
Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan –
kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan hal – hal sebagai
berikut, seperti : menggunakan barang – barang keperluan sehari –
hari milik sendiri, mandi minimal 2 kali sehari, mandi sayur dan
buah. Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara
dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan
6
kebiasaan hidup sehari – hari. Selain indah dipandang mata, tangan,
kaki dan kuku yang bersih juga dapat menghindarkankita dari
berbagai penyakit. (8)
Untuk menghindari hal – hal tersebut perlu diperhatikan
sebagai berikut : (8)
a) membersihkan tangan sebelum makan
b) memotong kuku secara teratur
c) membersihkan lingkungan
d) mencuci kaki sebelum tidur
Higiene perorangan sangat berhubungan dengan sanitasi
lingkungan, artinya apabila melakukan higiene perorangan harus
diikuti atau didukung oleh sanitasi lingkungan yang baik. Kaitan
keduanya dapat dilihat dalam kondisi misalnya saat mencuci tangan
sebelum makan dibutuhkan air bersih, yang tentu harus berasal dari
sumber air yang memenuhi syarat kesehatan.(8)
D. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
a. Siklus Hidup
Manusia merupakan satu-satunya hospes cacing ini. Cacing
jantan berukuran 10 - 30 cm, sedangkan betina 22 – 35 cm, pada
stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur
sampai 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi
dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang
dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3
minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi
larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju
pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung lalu
mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh
darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian
naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva
7
menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian
tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh
menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih
2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa.(14)
Gambaran umum siklus hidup cacing Ascaris lumbricoides dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1. Siklus hidup Ascaris lumbricoides
Keterangan :
1. Cacing dewasa hidup di saluran usus halus. Seekor cacing betina
mampumenghasilkan telur sampai 240,000 per hari, yang akan
keluar bersama feses.
2. Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi
infective setelah 18 hari sampai beberapa minggu di tanah,
3. tergantung pada kondisi lingkungan ( kondisi optimum: lembab,
hangat, tempat teduh).
4. Telur infective tertelan,
8
5. masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang
kemudian menembus mucosa usus, masuk kelenjar getah bening dan
aliran darah dan terbawa sampai ke paru-paru.
6. Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru (10-14 hari),
menembus dinding alveoli, naik ke saluran pernafasan dan akhirnya
tertelan kembali. Ketika mencapai usus halus, larva tumbuh menjadi
cacing dewasa. Waktu yang diperlukan mulai dari tertelan telur
infektif sampai menjadi cacing dewasa sekitar 2 sampai 3 bulan.
Cacing dewasa dapat hidup 1 sampai 2 tahun di dalam tubuh.(17)
b. Gejala Klinis
Menurut Brown (1983) Ascaris lumbricoides menimbulkan
gejala penyakit yang disebabkan oleh: (15)
1. Larva : menimbulkan kerusakan kecil pada paru-paru dan
menyebabkan “loeffler syndome” dengan gejala demam, batuk,