PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh Imam Faizal 1110011000093 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
120
Embed
PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU SKRIPSIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31931/3/IMAM... · dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, ... agama, penulis,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMIKIRAN HAMKA TENTANG GURU
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Imam Faizal
1110011000093
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
iii
ABSTRAK
Imam Faizal. “Tinjauan Pemikiran HAMKA tentang guru”. Skripsi:
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 4 Mei 2016. Pembimbing: Prof. Dr. Abuddin Nata,
MA.
Pemikiran Hamka mengenai posisi guru dalam kegiatan pendidikan,
menimbulkan pertanyaan lebih dalam bagaimana seharusnya sikap guru di sekolah,
maupun di lingkungan hidup sehari-hari. Tidak hanya sekedar menuangkan pelajaran
di sekolah, namun juga perannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pandangan Hamka tentang guru dan menemukan
relevansi pemikiran Hamka tentang guru dalam pendidikan di masa kini. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, deskriptif, dan analitif
dengan pendekatan studi tokoh atau pendekatan sejarah, yang memusatkan fokus
penelitian pada pandangan Hamka tentang pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa Menurut Hamka guru
adalah sosok yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan dan mengantarkan
peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berakhlak mulia, dan
bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas. Hamka lebih menekankan aspek
pendidikan jasmani dan rohani. Syarat-syarat guru yang ditandaskan Buya Hamka
sesuai dengan standar kompetensi yang dirancangkan dalam Undang-undang, yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial. Konsep guru menurut Buya Hamka memiliki tingkat relevansi
tinggi dengan kondisi pendidikan di era sekarang.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang
telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Pemikiran
HAMKA tentang guru dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan para pengikutnya hinggá akhir zaman.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan
ilmu pengetahuan yang penulis miliki, Namun berkat adanya dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan penelitian pendidikan ini. Ucapan terima
kasih tersebut penulis sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
2. Ketua Jurusan, Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., dan Sekretaris Jurusan,
Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA., Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Abuddin Nata, MA sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu dan kemudahan selama proses bimbingan serta
memberikan saran serta dukungan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.
v
4. Bapak Drs. Rusydi Jamil, M.Ag dosen penasehat akademik yang telah
memberikan nasehat-nasehatnya yang insya Allah sangat berguna bagi penulis.
Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmu dan keahlian kepada penulis dan turut melancarkan usaha pembuatan skripsi
ini.
5. Keluarga tercinta yang selalu mendukung dan mendo‟akan yaitu Ayahanda saya
Razali (Alm). dan Ibunda saya Masni, dan kakak-adik saya tersayang Yasir
Arafat, Ratna Dewi, Muhammad Firdaus Saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya yang telah mendukung saya sampai pada akhirnya saya bisa
menyelesaikan skripsi saya ini.
6. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam
yang menjadi teman seperjuangan dalam menggali ilmu dan sama-sama
merasakan asam manisnya dalam perkuliahan Terima kasih atas segala perhatian,
dukungan, dan motivasi yang telah mereka berikan, semoga silaturrahmi terjalin
dan sukses selalu.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, semoga Allah SWT.
Membalas segala amalnya dengan lebih baik. Semoga penulisan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan
ilmu yang penulis miliki. Apabila terdapat kesempurnaan itu berasal dari Allah.
Jakarta, 10 Mei 2016
Imam Faizal
NIM. 1110011000093
vi
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK .............................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iv
BAB I ......................................................................................................................................... 1
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir
A dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
18E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2012), Cet. VI, h. 176.
14
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.19
Menururt Jejen “Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik
murid di dalam dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang
memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi
hidupnya di masa depan”.20
Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) dapat beri makna sebagai
ilmu dan seni mengajar anak-anak.Sedangkan ilmu mengajar untuk orang
dewasa adalah andragogi. Dengan pengertian itu maka pedagogik adalah
sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjuan psikologis anak.
Pendekatan pedagogik muaranya adalah membantu siswa melakukan kegiatan
belajar. Dalam perkembangannya, pelaksanaan pembelajaran itu dapat
menggunakan pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi
yang diikuti oleh pendekatan andragogi, atau sebaliknya yaitu dimulai dari
pendekatan andragogi diikuti pedagogi, demikian pula daur selanjutanya;
andragogi-pedagogi-andragogi, dan seterusnya.21
a. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogis adalah kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang meliputi; a) pemahaman wawasan atau landasankan
kependidikan, b) pemahaman terhadap peserta didik, c) pengembangan
kurikulum/silabus, d) perancangan pembelajaran, e) pemanfaatan teknologi
19
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), Cet. VI, h. 75.
20Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Jakarta: Krncana Prenada Group, 2012), Cet. II, h. 30.
21Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2011), Cet. III, h. 177.
15
pembelajaran, f) evaluasi proses dan hasil belajar, g) pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.22
Kemampuan pedoagogik dapat bermanfaat bagi guru dalam
menyampaikan materi ajar.Setiap individu anak didik memiliki keunikan
dalam berfikir dan bersikap. Oleh karena itu, kemampuan pedagogik
dibutuhkan oleh guru saat pembelajaran.
b. Kemampuan Mengelola Pembelajaran
Secara operasional, kemapuan mengelola pembelajaran menyangkut
tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
1) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta
memperkirakan cara mencapainya.
2) Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses
yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah
memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang
diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencaoai
tujuan yang diinginkan.
3) Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan
pengendalian, bertujuan menjmin kinerja yang dicapai sesuai
dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan.23
c. Pemahaman terhadap Peserta Didik
1) Tingkat Kecerdasan
Guru merupakan organisator pertumbuhan pengalaman siswa. Guru
harus dapat merancang pembelajaran yang tidak semata-mata menyentuh
aspek kognitif, tetapi juga dapat mengembangkan keterampilan dan sikap
siswa. Maka, guru haruslah individu yang kaya pengalaman dan mampu
22
Jejen, op cit., h. 31.
23E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2012), Cet.VI, h. 77-78.
16
mentransformasikan pengalamannya itu pada para siswa dengan cara-cara
yang variatif.24
Guru harus memahami bahwa semua siswa dalam seluruh konteks
pendidikan itu unik. Dasar pengetahuan tentang keragaman sangat penting,
dan termasuk dalam kecerdasan, emosional, bakalt, dan bahasa. Guru harus
mampu mengarahkan siswa untuk fokus pada kemampuannya dalam bidang
tertentu dan menunjukkan cara yang tepat untuk meraihnya.25
Oleh karena itu, guru harus selalu belajar mengenai karakter siswa dan
yang lebih penting berlatih dan berlatih bagaimana cara menghadapi karakter
tersebut, agar tidak terjebak pada sikap yang merugikan masa depan siswa dan
mencoreng citra dan integritas guru sebagai pendidik.26
2) Kreativitas
Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang
memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya,
antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori
pelaksanaan proyek.27
Berikut disajikan beberapa resep yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik.
a. Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak peserta didik dalam
pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru.
b. Bantulah peserta didik memikirkan sesuatu yang belum lengkap,
mengeksplorasi pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang
original.
24
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Krncana Prenada Group, 2012), Cet. II, h. 32.
25Ibid.,h. 33.
26Ibid.,h. 33.
27Mulyasa, op cit., h. 86.
17
c. Bantulah peserta didik mengembangkan prinsip-prinsip tertentu ke
dalam situasi baru.
d. Berikan tugas-tugas secara independent.
e. Kurangi kekangan dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat
merangsang otak.
f. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir reflektf
terhadap masalah yang dihadapi.
g. Hargai perbedaan individu peserta didik.
h. Jangan memaksa kehendak terhadap peserta didik.
i. Tunjukkan perilaku-perilaku baru dalam pembelajaran.
j. Kembangkan tugas-tugas yang dapat merangsang pertumbuhan
kreativitasnya.
k. Kembangkan rasa percaya diri peserta didik.
l. Kembangan kegiatan-kegiatan yang menarik.
m. Libatkan peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran.28
3). Kondisi Fisik
Kondisi fisik antara lain berkaitan dengan penglihatan, pendengaran,
kemampuan bicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena kerusakan otak.29
4). Pertumbuhan dan perkembangan kognitif
Perbedaan individu perlu dipahami oleh para pengembang kurikulum,
guru, calon guru, dan kepala sekolah agar dapat melaksanakan pembelajaran
secara efektif. Dalam hal ini, pembelajaran dapat didiversifikasi atau
diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan keberagaman kondisi dan
28
Ibid.,h. 89.
29Ibid.,h. 94.
18
kebutuhan, baik yang menyangkut kemampuan atau potensi peserta didik
maupun potensi lingkungan.30
d. Perancangan Pembelajaran
Perancangan pembelajaran merupkan salah satu kompetensi pedagogis
yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan
pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan,
yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan
program pembelajaran.
1). Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan
memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar mengajar dirasakan sebagai
bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya.31
2). Identifikasi kompetensi
Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula
terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media
pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian.32
3). Penyusunan program pembelajaran
Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran
jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan blajar dan proses
pelaksanaan program.33
30
Ibid.,h. 99.
31Ibid.,h. 100.
32Ibid.,h. 101.
33Ibid.,h. 102.
19
Proses pengembangan kurikulum menurut Miller dan Seller mencakup
tiga hal:
1) Menyusun tujuan umum (TU) dan tujuan khusus (TK)
2) Mengidentifikasi materi yang tepat
3) Memilih strategi belajar mengajar34
e. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis
Pada anak-anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para
guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya
belajar.Maka, guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa
menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang,
dan tidak monoton, baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya.35
f. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran
Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-
learning) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan
pembelajaran.Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemapuan
menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem
jaringan computer yang dapat diakses oleh peserta didik.Oleh karena itu,
seyogianya guru dan calon guru dibekali dengan berbagai kompetensi yang
berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
teknologi pembelajaran.36
g. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku
dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan
penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan
sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program.
34
Jejen, op cit., h. 35.
35Ibid.,h. 37.
36E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2012), Cet. VI, h. 107.
20
h. Pengembangan Peserta Didik
Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi
pedagogic yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik
dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain kegiatan ekstra
kurikuler (ekskul), pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan konseling
(BK).37
Peran guru sangat kompleks bagi kehidupan peserta didik di sekolah.
Guru menjadi orang yang paling tahu masalah anak didik dalam pembelajaran
di sekolah. Guru diharapkan mampu membimbing, mengarahkan, mendengar,
dan mewujudkan bakat dan minat peserta didik.
2. Kompetensi Kepribadian
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi
yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan
guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah yang abstrak,
hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan
dalam menghadapi setiap persoalan.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur
psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan
seseorang merupakan satu gambaran dari kepribadian orang itu, asal
dilakukan secara sadar.Dan perbuatan baik sering dikatakan bahwa seorang
itu mempunyai kepribadian baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila
seseorang melakukan sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan
masyarakat, maka dikatakan orang itu tidak berakhlak mulia. Oleh karena itu
masalah kepribadian adalah satu hal yang sangat menentukan tinggi
rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan siswa atau
37
Ibid.,h. 111.
21
masyarakat. Dengan kata lain, baik atau tidaknya citra seorang guru
ditentukan oleh kepribadian.38
Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang kompetensi
kepribadian antara lain adalah sebagai berikut:
1) Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal
28, ayat 3 ialah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil,dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia.
2) Menurut Samani, Mukhlas secara rinci kompetensi kepribadian
mencakup hal-hal sebagai berikut; 1) berakhlak mulia, 2) arif dan
sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahi, siapakah
(di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini.
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak aan mendapatkan
keberuntungan.”53
a. Ruang Lingkup Kompetensi Professional, dari berbagai sumber yang
membahas tentang kompetensi guru secra umum dapat diidentifikasikan
dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi professional guru
sebagai berikut.
b. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologis, sosiologis, dan sebagainya;
c. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
peserta didik;
d. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya;
e. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
f. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan;
g. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran;
h. Mampu melaksanakan evalusi hasil belajar peserta didik;
i. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.54
53
Ibid.,h. 56.
54E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2012), cet. VI, h. 135-136.
27
1) Memahami Jenis-jenis Materi Pembelajaran
Seorang guru harus memahami jenis-jenis materi
pembelajaran.Beberapa hal penting yang harus dimiliki guru adalah
kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum.Untuk kepentingan
tersebut, guru harus mampu menentukan secara tepat materi yang relevan
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.55
Selanjutnya, perlu ditekankan di sini bahwa materi pembelajaran
merupakan hal yang sangat penting, sebagai sarana yang digunakan dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan membentuk kompetensi
peserta didik.56
Guru yang memiliki kompetensi professional harus mampu memilah
dan memilih serta mengelompokkan materi pembelajaran yang akan
disampaikannya kepada peserta didik sesuai dengan jenisnya. Tanpa
kompetensi tersebut, dapat dipastikan bahwa guru tersebut akan menghadapi
berbagai kesulitan dalam membentuk kompetensi peserta didik, bahkan akan
gagal dalam melaksanakan pembelajaran.57
2) Mengurutkan materi pembelajaran
Agar pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan menyenangkan,
materi pembelajaran harus diurutkan sedemikian rupa, serta dijelaskan
mengenai batasan dan ruang lingkupnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai
konsensus nasional.
b. Menjabarkan SK KD ke dalam indikator
55
Ibid.,h. 138-139.
56Ibid.,h. 140.
57Ibid.,h. 141.
28
c. Mengembangkan ruang lingkup dan urutan setiap kompetensi.58
3) Mengorganisasikan materi pembelajaran
Seorang guru dituntut untuk menjadi ahli penyebar informasi yang
baik, karena tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada
peserta didik. Di samping itu, guru juga berperan sebagai perencana
(designer), pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator) materi
pembelajaran.Apabila pembelajaran diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
pribadi para peserta didik dengan penyediaan ilmu yang tepat dan latihan
keterampilan yang mereka perlukan, haruslah ada ketergantungan terhadap
materi pembelajaran yang efektif dan terorganisasi.59
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengorganisasikan
materi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Materi pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan dengan tingkat
perkembangan peserta didik, baik perkembangan pengetahuan maupun
perkembangan social dan emosionalnya.
b) Materi pembelajaran hendaknya dikembangakan dengan memperhatikan
kedekatan dengan peserta didik, baik secara fisik maupun psikis.
c) Materi pembelajaran harus dipilih yang bermakna dan bermanfaat bagi
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
d) Materi pembelajaran harus membantu melibatkan peserta didik secara
aktif.
e) Materi pembelajaran hendaknya bersifat fleksibel.
f) Materi pembelajaran dalam setiap kelompok mata pelajaran harus
bersifat utuh.
g) Penjatahan waktu perlu memperhatikan jumlah minggu efektif untuk
mata pelajaran pada setiap semester.60
58
Ibid.,h. 144.
59Ibid.,h. 148-149.
60Ibid.,h. 155-156.
29
4) Mendayagunakan sumber pembelajaran
Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber
pembelajaran yang ada di sekolah (apalagi hanya membaca buku ajar) tetapi
dituntut untuk mempelajari berbagai sumber, seperti majalah, surat kabar, dan
internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan
perkembangan masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pola
pikir peserta didik.61
Guru di dalam kelas akan menggunakan berbagai macam sumber
belajar yang tersedia maupun yang dibuat sendiri. Referensi sumber belajar
dapat dari mana saja, guru dapat membuat sumber belajar yang baru sesuai
dengan kreatifitasnya.
4. Kompetensi Sosial
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, pada pasal 28,
ayat 3 ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat
sekitar.
Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk sosial,
yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru
diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya, dengan
mejalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya.
Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong.62
Guru adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa
terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu,
guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama
61
Ibid.,h. 156.
62Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Jakarta: Krncana Prenada Group, 2012), Cet. II, h. 52 .
30
kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di
sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di
masyarakat.63
a. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan
kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah
dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru
berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri
yang sedikit berbeda dengan orang lain yang bukan guru.64
Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah
penceramah jaman. Menurut Djama‟an Satori dalam Fachruddin kompetensi
sosial adalah sebagai berikut:
1) Terampil berkomunikasi dengan Peserta Didik dan Orang Tua Peserta Didik.
2) Bersikap Simpatik.
3) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/Komite sekolah.
4) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
5) Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Sedangkan menurut Mukhlas dalam Fachruddin, yang dimaksud
dengan kompetensi sosial ialah kemampuan individu sebagai bagian
masyarakat yang mencakup kemampuan untuk;
1) Berkomunikasi lisan, tulisan, dan atau isyarat.
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
63
Mulyasa, op cit., h. 173.
64Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2011), Cet. III, h. 187.
31
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku.
5) Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.65
Berdasarkan pengertian dan ruang lingkup Kompetensi Sosial seperti
di atas maka inti dari pada kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru
melakukan interaksi sosial melalui komunikasi tehadap guru lain, kepala
sekolah, anak didik, orang tua murid, masyarakat atau warga intitusi
pendidikan lain.
b. Berkomunikasi dan Bergaul secara Efektif
Kompetensi sosial guru memegang peranana penting, karena sebagai
pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara
lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan, dan kepemudaan.
Setidaknya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki guru
agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun
di masyarakat.
1) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.
2) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
3) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.
4) Memiliki pengetahuan tentang estetika
5) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial
6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan
7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.66
65
Ibid.,h. 189.
66E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2012), cet. VI, h. 176.
32
c. Hubungan sekolah dengan masyarakat
Sekolah berada di tengah-tengah masyarakat dan dapat dikatakan
berfungsi sebagai pisau bermata dua. Mata yang pertama adalah menjaga
kelestraian nilai-nilai positif yang ada dlaam masyarakat, agar pewarisan
nilai-nilai masyarakat itu berlangsung dengan baik.Mata yang kedua adalah
sebagai lemabag yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi itu sesuai
dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta pembangunan.67
d. Peran guru di masyarakat
Adapun peran guru di masyarakat dalam kaitannya dengan kompetensi
sosial dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Guru sebagai petugas kemasyraakatan
2) Guru bertugas membina masyarakat agar masyarakat berpartisipasi
dalam pembangunan.
3) Guru di mata masyarakat, dalam pandangan masyarakat, guru
memiliki tempat tersendiri karena fakta menunjukkan bahwa ketika
seorang guru berbuat senonoh, menyimpang dari ketentuan atau
kaidah-kaidah masyarakat dan menyimpang dari apa yang diharapkan
masyarakat, langsung saja masyarakat memberikan suara sumbang
kepada guru itu. Kenakalan anak yang kini merajalela di berbagai
tempat, sering pula tanggung jawabnya ditudingkan kepada guru
sepenuhnya.
4) Tanggung jawab sosial guru, Peranan guru di sekolah tidak lagi
terbatas untuk memberikan pembelajaran, tetapi harus memikul
tanggung jawab yang lebih banyak, yaitu bekerja sama dengan
pengelola pendidikan lainnya di dalam lingkungan masyarakat.68
67
Ibid.,h. 177.
68Ibid.,h. 182-184.
33
e. Guru sebagai agen perubahan sosial
UNESCO mengungkapkan bahwa guru adalah agen perubahan yang
mampu mendorong terhadap pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar
hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu mengembangkan
kepribadian yang utuh, berakhlak, dan berkarakter.69
C. Fungsi Kompetensi Sosial
Masyarakat dalam proses pembangunan sekarang ini menganggap
guru sebagai anggota masyarakat yang memiliki kemampuan, keterampilan
yang cukup luas yang mau ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan.
Guru diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunan. Guru
perlu menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat berperan sangat
penting, yakkni sebagai; a) motivator dan inovator dalam Pembangunan
Pendidikan, b) perintis dan pelopor pendidikan, c) penelitian dan pengkajian
ilmu pengetahua, d) pengabdian.70
D. Guru Profesional
Sebagai Pendidik professional, guru bukan saja dituntut
melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan professional. Dalam diskusi pengembangan
model pendidikan tenaga professional tenaga pendidikan professional tenaga
kependidikan, yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990,
dirumuskan 10 ciri suatu profesi, yaitu: 1). Memiliki fungsi dan signifikansi
social. 2). Memiliki keahlian dan keterampilan tertentu. 3). Keahlian atau
keterampilan tertentu diperoleh dengan menggunakan teori dan metode
ilmiah. 4). Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas. 5). Diperoleh dengan
69
Ibid.,h. 184.
70Fachruddin, op cit., h. 190.
34
pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama. 6). Aplikasi dan
sosilaisasi nilai-nilai profesionalitas. 7). Memiliki kode etik. 8). Kebebasan
untuk memberikan judgment dalam memecahkan masalah dalam lingkungan
kerjanya. 9). Memiliki tanggung jawab professional dan otonomi, dan
10).Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.71
Jika ciri-ciri profesionalisme di atas ditunjukan untuk profesi pada
umumnya, maka khusus untuk profesiseorang guru dalam garis besarnya ada
tiga. Pertama, seorang guru professional harus menguasai bidang ilmu
pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik. Kedua, seorang guru
professional harus memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan
ilmu yang dimilikinya (transfer of knowledge) kepada murid-muridnya
secara efektif dan efisien. Ketiga, seorang guru yang professional harus
berpegang teguh kepada kode etik professional sebagaimana tersebut di
atas.72
Dari keterangan di atas, seorang guru harus mampu mengajar dan
mendidik.Keahlian mengajar seorang guru yang memberikan ilmu
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Serta, keahlian
mengajar, selain guru bertugas memberikan ilmu, sosok guru adalah
pembimbing yang mengarahkan peserta didiknya dalam pengembangan
potensi yang dimiliki.
E. Sikap Profesional Guru
sikap profesional keguruan adalah sikap yang harus dimiliki oleh
seorang guru yang mengacu pada pengakuan penampilan unjuk kerjanya
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang guru yang menjadi
71
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997). Cet. VIII, h.14
72 Dr. H. Abbudin Nata, M.A, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2013) h. 143
35
sumber penghasilan kehidupan, dimana hal tersebut memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi. Guru sebagai pendidik profesional
harus memiliki citra yang baik di dalam
masyarakat dan dapat menunjukan tingkah laku yang sepantasnya seorang
professional lakukan sehingga masyarakat yang selalu memperhatikan
bagaimana sikap dan perbuatan guru dapat menjadikannya seorang tauladan.
Pola tingkah laku guru tersebutmemiliki tujuah sasaran sikap profesional
keguruan, yaitu:
1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan
Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu,
guru mutlakperlu mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan, sehingga dapat melaksanakan segala ketentuan-ketentuan yang
merupakan kebijakan tersebut. Salah satu kebijakan yang ditujukan untuk
guru tercantum dalam undang-undang sistem pendidikan nasional,
“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi. Pendidik yang mengajar satuan pendidikan dasar dan menengah
disebut guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi
disebut dosen.”73
Berdasarkan undang-undang tersebut, dapat diketahui bahwa seorang
guru bukanhanya pemberi ilmu pengetahuan pada murid-muridnya. Akan
tetapi, guru adalah seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-
muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah
73
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 39 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional
36
yang dihadapi.Dengan demikian seorang guru dapat memiliki cita-cita yang
tinggi, mempunyai pengetahuan yang luas, dan mempunyai kepribadian yang
kuat dan tegar serta berprikemusiaan yang mendalam.74
Dengan adanya peraturan perundangan-undangan di atas, diharapkan
guru menjadi sosok yang professional dalam mengajar. Seperti diantaranya
mampu tekun dan mengabdi hanya untuk mengajar. Selain itu untuk menjadi
guru professional, guru dituntut menjadi pribadi yang terus menerus
meniingkatkan kualitas.Peningkatan kualitas tersebut adalah di bidang
keilmuannya dan bidang pedagogiknya, memahami betul keunikan murid-
muridnya.
Urgensi UU guru dan dosen, antara lain:
a. Kepastian Jaminan Kesejahteraan, hal ini mengingat bahwa untukmembentuk
tenaga yang profesional diperlukan jaminan kelayakan hidup yang memadai.
Karena bagaimanapun juga guru dan dosen adalah manusia yang harus
menghidupi keluarga dan dirinya sendiri. Kepastian dan kemapanan
kehidupan keluarga secara finansial signifikansi menumbuhkan ketenangan,
konsentrasi dan dedikasi dalam bekerja.
b. Kepastian Jaminan Sosial, termasuk didalamnya asuransi kesehatan bagi
dirinya dan keluarganya, serta status sosial di masyarakat; tentunya akan
menurunkan ketegangan dalam diri guru.
c. Kepastian Jaminan Keselamatan, terutama keselamatan jiwa dan raga bagi
mereka yang bertugas di daerah konflik ataupun dalam perjalanan tugas dinas.
Hal ini mengingat bahwa belum adanya jaminan hukum bagi mereka apabila
jiwa dan raganya terenggut. Ini tentunya berbeda bagi profesi seperti
kepolisian dan tentara yang mendapat jaminan hukum bagi dirinya dan
keluarga.
74
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 7
37
d. Kepastian Jaminan Hak dan Kewajiban, sudah sebagai profesi memperoleh
judgement dan legitimasi keprofesiannya, terutama akan hak dan
kewajibannya. Kewajiban guru dan dosen merujuk segala apa yang harus
dilakukan oleh guru atau dosen, disini termasuk tugas pengetahuan dan
kemampuan profesional, personal, dan sosial. Sedangkan hak merujuk pada
apa yang seharusnya didapatkan dari yang telah dilakukan (kewajiban).
Sehingga antara hak dan kewajiban harus sinergis seimbang dan konstruktif.
Di dalam menjalankan tugas pengabdiannya, sebagaimana yang
dikatakanSoetjipto, guru Indonesia harus tunduk dan taat kepada
kebijaksanaan pemerintahdalam bidang pendidikan, yang tertuang di dalam
kode etik guru Indonesia mengenai hal-hal tersebut. Sehingga guru Indonesia
terhindar dari pengaruh negatif pihak luar, yang ingin memaksakan idenya
melalui dunia pendidikan.75
pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, guru
mempunyai tugas penuh untuk mengajar dan pelaksanaan tugasnya telah
dijamin oleh pemerintah. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan guru.Hal ini bertujuan agar guru mampu mengajar dengan sungguh
dan foks dalam satu tugas, yaitu mengajar.
2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Dalam undang-undang disebutkan bahwa, “guru harus memiliki
organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugaskeprofesionalan guru”.8 Hal ini dipertegas oleh pasal
dan ayat yang lain di dalamundang-undang yang sama dikatakan bahwa guru
wajib menjadi anggota organisasi profesi. Ini berarti setiap guru di Indonesia
harus tergabung dalam suatu organisasi yang berfungsi sebagai wadah usaha
75
6 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen Prestasi, (Jakarta: Pustaka Publisher, 2006), h. 6-7
38
untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru.Di Indonesia
organisasi ini disebut dengan Persatuan Guru RepublikIndonesia (PGRI).76
Dalam Kode `Etik Guru Indonesia butir kesatu disebutkan bahwa,
“Guru menja dianggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
pendidikan”77
. Ini semakin menegaskan bahwa setiap guru di Indonesia harus
tergabung dalam PGRI danberkewajiban serta bertanggung jawab untuk
menjalankan, membina, memelihara, dan memajukan PGRI sebagai
organisasi profesi, baik sebagai pengurus ataupun sebagai anggota. Hal ini
dipertegas dalam dasar keenam kode etik guru bahwa guru secara pribadi
maupun bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan martabat
profesinya.
Peningkatan mutu profesi dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti penataran,lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan,
studi perbandingan, danberbagai kegiatan akademik lainnya.78
Jadi kegiatan
pembinaan profesi tidak hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau
pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja, melainkan dapat juga dilakukan
setelah lulus dari pendidikan prajabatan ataupun dalam melaksanakan jabatan.
3. Sikap terhadap teman sejawat
Dalam ayat 7 Kode Etik Guru, “Guru memelihara hubungan seprofesi,
semangatkekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial”.79
Kode Etik Guru
Indonesia menunjukan berapa pentingnya hubungan yang harmonis perlu
76
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 44
778Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1 tentang guru dan dosen
78Undang-undang No. 14 Tahun 2015 pasal 41 ayat 3 tentang guru dan dosen
79Fachrudin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Gaung
Persada, 2011), h.23
39
diciptakan dengan mewujudkanperasaan bersaudara yang mendalam antara
sesama anggota profesi.
4. Sikap terhadap anak didik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas, “Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa pancasila”.80
Untuk mencapai tujuan kode etik tersebut guru
dituntut harus memiliki berbagai kemampuan. Kemampuan-kemampuan
tersebut yang akan menjadikan pendidik lebih efektif dalam menjalankan
tugasnya. Menurut Trianto, ciri-ciri guru efektifantara lain:
a. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar dikelas yaitu:
1) Memiliki keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan
untukmenunjukan, empati penghargaan kepada siswa dan ketulusan.
2) Memiliki hubungan baik dengan siswa.
3) Mampu menerima, mengakui dan memperhatikan siswa secara tulus.
4) Menunjukan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar.
5) Mampu menciptakan atmosfer untuk tumbuhnya kerjasama dan
kohesivitasdalam dan antara kelompok siswa
6) Mampu melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan
merencanakankegiatan pembelajaran.
7) Mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa
untukberbicara dalam setiap diskusi.
8) Mampu meminimalkan friksi-friksi dikelas.81
b. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen
pembelajaran, meliputi:
1) Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang
80
Saudagar, op. cit., h. 23
81Trianto, op. cit., 70
40
tidak punya perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan
mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses
pembelajaran
2) Mampu bertanya (menguasai teknik bertanya) dan memberikan tugas
yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua
siswa.82
c. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik
(feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari:
1) Mampu meberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa
2) Mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa
yang lamban belajar.
3) Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang
kurang memuaskan.
4) Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika
diperlukan.83
d. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, yaitu:
1) Mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif
2) Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-
metode pengajaran.
3) Mampu memanfaatkan perancanaan guru secara kelompok untuk
menciptakan dan mengembangkan metode pengajar yang relevan.84
5. Sikap terhadap tempat kerja
82
Trianto, op. cit., 71
83Trianto, op. cit., 72
84Trianto, op. cit., 73
41
Suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas.
Menciptakansuasana yang baik merupaka kewajiban seorang guru,
sebagaimana dikatakan Soetjipto bahwa suasana yang baik dan harmonis di
sekolah tidak akan terjadi bila personil yang terlibat di dalamnya, yakni
kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa tidak menciptakan
hubungan yang baik di antara sesamanya. Penciptaan suasanakerja harus
dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan orang tua dan
masyarakat sekitar.85
Namun, kenyataan tersebut masih belum terlihat pada
situasi sekarang ini.Tugas dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan
profesi dan membina hubungan dengan masyarakat tampaknya belum banyak
dilakukan oleh guru. Padahal di dalam Kode Etik guru disebutkan bahwa guru
harus menciptakan suasana sekolah sebaikbaiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar.86
6. Sikap terhadap pemimpin
Menurut Soetjipto, “Sebagai seorang anggota organisasi profesi
maupun organisasi yang lebih besar yaitu, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan
pihak atasan.”87
Sudah jelas bahwa pemimpin suatu organisasi akan
mempunyai kebijaksanaan dan arahan tertentu dalam memimpin organisasi
tersebut, di mana setiap anggota organisasi itu dituntut untuk bekerja sama
dalam melaksanakan tujuan organisasi yang dipimpinnya. Oleh sebab itu,
dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus
positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan program
yang sudah disepakati, baik disekolah maupun diluar sekolah.
85
Soetjipto, op. cit., h.51
86Udin S. Saud dan Cicih Sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPI Press,
2008), h. 31
87Soetjipto, op. cit., h. 52
42
7. Sikap terhadap pekerjaan
Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan
berdasarkan prinsip. Prinsip tersebut tercantum di dalam undang-undang, yaitu:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.88
Hal ini berarti seorang guru sebagai pendidik harus benarbenar
berkomimen dalam memajukan pendidikan. Guru harus mampu
melaksanakan tugasnya dan melayani pesrta didik dengan baik. Oleh karena
itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Pernyataan ini juga
sejalan dengan yang dikatakah oleh Mudlofir bahwa seorang guru profesional
akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan tugas-tugas yang ditandai
dengan keahlian baik dalam materi atau metode. Dengan keahliannya itu,
seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik pribadi maupun sebagai
pemangku profesinya.89
Guru sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat
meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan
atau menambah pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan
pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan
kemajuan zaman.
E. Pembinaan Guru
88
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1 tentang Guru dan Dosen
89Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h.110
43
Guru merupakan ujung tombak pendidikan di sekolah. Oleh karena
itu, upaya pengembangan dan peningkatan kinerja guru sudah seharusnya
menjadi bagian dari rencana strategi untuk meningkatkan profesionalitas
seorang guru. Kinerja guru saat di kelas bisa dilihat dari cara mengajarnya
cara guru mempersiapkan pembelajaran dan lain-lain. Guru yang professional
passti kinerjanya juga bagus.Profesionalitas seorang guru sering dikaitkan 3
faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru dan
tunjangan profesi guru.Ketiga faktor tersebut berkaitan erat dengan kualitas
pendidikan. Guru profesional yang dibuktikan dengan kompetensi yang
dimilikinya akan mendorong proses dan kinerja guru yang dapat menunjang
peningkatan kualitas pendidikan. Guru yang berkompeten dapat dilihat dari
perolehan sertifikasi guru berikut tunjangan profesi guru.Guru yang telah
tersertifikasi memiliki 4 kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional.
Guru yang diasumsikan memiliki empat kompetensi berlandaskan
pada asumsi bahwa mereka telah tersrtifikasi tampaknya sulit untuk
dipertanggung jawabkan kinerjanya dilihat dari paska mereka disertifikasi
dalam jangka panjang.Oleh karena itu, untuk memfasilitassi peningkatan
kinerja guru manajemen pengembangan dalam rangka pembinaan guru
diharapkan dapat membantu untuk menjadi guru yang profesional.
1 Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru (PKG) dapat diartikan sebagai suatu upaya
untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yang ditunjukkan dalam
penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya. Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,
menegaskan bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir
44
kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier, kepangkatan, dan
jabatannya.90
2. Tujuan Penilaian Guru
PKG pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk membina dan
mengembangkan guru professional yang dilakukan dari guru, oleh guru, dan
untuk guru. Hal ini penting terutama untuk melakukan pemetaan terhadap
kompetensi dan kinerja seluruh guru dalam berbagai jenjang dan jenis
pendidikan. Hasil penilaian kinerja tersebut dapat digunakan oleh guru,
kepalasekolah, danpengawas untuk melakukan refleksi terkait dengan
tugas dan fungsinyadalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat
dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kinerjaguru.91
Penilaian kinerja juga diharapkan dapat mengatasi kesenjangan
antara guru dengan guru, antara guru dengan kepala sekolah dan pengawas,
sehingga hasilnya dapat menjadi masukan yang sangat berharga bagi
pengembangan pendidikan dan pengembangan karier guru pada khususnya.
Dalam hal ini, hasil penilaian kinerjadapat digunakan sebagai bahan evaluasi
diri bagi guru sehingga mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan yang dimilikinya sebagai bahan untuk mengembangkan potensi
dan profil kinerjanya yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan
program Pengembangan KeprofesianBerkelanjutan (PKB).92
Hasil penilaian kinerja juga merupakan dasar untuk melakukan
perbaikan, pembinaan dan pengembangan, serta memberikan nilai prestasi
kerja dan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan kariernya
90
Badan PSDMPPMP,,Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru,(Jakarta: Kementerian Pendidikandan Kebudayaan, 2012), h. 5
91E. Mulyasa,Uji kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru,(Bandung:RemajaRosdakarya,2013),
h.90
92Ibid.,h. 90
45
sesuai dengan peraturan yang berlaku.Jika semua ini dapat dilakukan dengan
baikdan obyektif, pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing dapat segera
diwujudkan sehingga kitadapat membangun bangsa yang bermartabat. Hal ini
dimungkinkan karenaguru memiliki kinerja dan dedikasi tinggi akan dapat