PEMICU 2 PAK MALA MENGGIGIL Selasa, 19 Oktober 2009
PEMICU 2
PAK MALA MENGGIGIL
Selasa, 19 Oktober 2009
Kelompok 5Kelompok 5
Tutor : dr. YoanitaKetua : Mario Setiadi (405080105)Sekretaris : Putri Yunie N. (405080129)Penulis : Paullya Dwi P. (405080177)Anggota : Yuliana Herawati (405070048)
Lisa Wibowo (405070004)Patricia Veronika (405070047)Elsa Widjaja (405080060)Astrid (405080074)Shereen S. (405080075)Cherry Chalik (405080104)Eva Luchinta (405080210)I Putu Eka A. (405080215)
Pak Mala Menggigil
Bapak Mala, 45 tahun, datang ke dokter dengan keluhan demam, menggigil disertai sakit kepala hebat sejak 7 hari yang lalu, dari anamnesa didapat Bapak Mala baru kembali dari perjalanan dinas di Papua, Ia juga mengeluh warna kencingnya berwarna agak hitam.
Dari pemeriksaan fisik didapat conjuctiva anemis, sklera ikterik, pemeriksaan abdomen didapat splenomegali shuffner 2. Dari pemeriksaan laboratorium didapat hasil Hb : 7,4 g/dl, Leukosit : 3.800/mikroliter ; trombosit : 140.000/mikroliter ; eritrosit : 2.5jt/mikroliter ; retikulosit : 0,5% ; Ht : 30 vol%, VER : 120 fl ; HER : 29,6pg ; KHER : 24,6/dl;
Urin : bilirubinuria +. Apa yang terjadi pada Bapak Mala?
PAPUA
ENDEMIS PLASMODIUM
INFEKSI
Leukosit ↓Eritrosit ↓ Trombosit ↓
Hb ↓
MCHC ↓ Anemia Hemolitik
Sklera ikterik,bilirubinuria
Splenomegali
Konjungtiva Anemis
Learning Objective
1. MM. klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda & gejala, penatalaksanaan dan pemeriksaan Anemia Makrositer serta Normositer
2. MM. klasifikasi, etiologi, patofisiologi,tanda & gejala, penatalaksanaan dan pemeriksaan Anemia Hemolitik
3. MM. Fungsi dan metabolisme Vitamin B12 & asam folat
4. MM. fungsi trombosit dan leukosit
5. MM. epidemiologi, jenis, masa inkubasi,tanda & gejala, penatalaksanaan dan pemeriksaan Malaria
MM. klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda & gejala,
penatalaksanaan & pemeriksaan Anemia Makrositer serta
Normositer
LO 1
Anemia makrositik
Definisi
Merupakan kelompok anemia dengan eritoblast di sumsum tulang memperlihatkan adanya suatu kelainan khas-pematangan inti relatif lebih lambat dibandingkan dengan sitoplasma.
(hoffbrand,2005,hal 38)
Anemia makrositer
Retikulositmeningkat
An.pasca perdarahan
akut
Riw perdarahan
akut
Sumsum tulang
Normal/menurun
B12 serum ↓
megaloblastik
AnemiaDefisiensi
B12/as.folat dalam terapi Anemia
def B12
Asam folat ↓
Non megaloblastik
Sindrom mielodisplastik
An pada peny. Hati kronik
Anemia pada hipotiroidisme
displastik
Faal hati
Faal tiroid
Anemia def .
asam folat
Etiologi
ANEMIA MEGALOBLASTIK ANEMIA NON-MEGALOBLASTIK
Defisiensi vitamin B12 dan folic acid Penderita hipotiroid
Kelainan metabolisme B12 atau folat :• Defisiensi transkobalamin II• Nitrat oksida• Obat antifolat
Penyakit hati
Defek sintesis DNA lain :• Defisiensi enzim kongenital(orotic aciduria)
•Defisiensi enzim didapat : alkohol,terapi hidroksida,sitosin arabinosida
Mielodisplasia
Anemia aplastik
Gambaran Klinis Ikterus ringan (warna kuning lemon) Glositis Stomatitis angularis Purpura Pigmentasi melanin Pucat lemah, lesu AnoreksiaPenurunan BB parastesia defisit sensoris Hipotoni Kejang kelambatan perkembangan.
Gejala neurologis
Patofisiologi anemia makrositer (megaloblastik)
Patofisiologi
defisiensi asam folat dan vitamin B12 gangguan sintesis DNA sel eritroblast gangguan maturasi inti sel maturasi inti lambat kromatin longgar dan sel besar sel megaloblast eritropoiesis inefektif masa hidup eritrosit pendek anemia
Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi Anemia normokrom makrositik ( makroovalosit),
poikilositosis, anisisitosis, juga dapat ditemukan bintik2 basofil, “Howel-Jolly bodies” dan cincin Cabot dalam eritrosit
Netropenia dengan sel besar2 dan hipersegmentasi Trombositopenia, “giant thrombocytes” Umur eritrosit memendek perombak Hb cepat
bilirubin bebas naik dan urobilinogen urin dan feses naik
Pemeriksaan Laboratorium
Sumsum tulang Hiperplasia megaloblastik seri eritrosit dan
granulosit, predominasi prorubrisit dengan sel besar2 : metamielosit dan sel batang raksasa
Perubahan morfologik ditemukan pada smua sel yaitu hambatan pematangan inti
Perkembangan sitoplasma eritrosit normal Getah lambung
Pada anemia pernisiosa berkurang, tidak ditemukan HCl bebas ( achlorhidria ), pepsin dan renin ( achylia )
Pemeriksaan Laboratorium
Schilling test Normal paling sedikt 5 % vitamin B12 radioaktif
yang diekskresikan Jika kurang berarti ada ggg absorpsi
Theurapeutic test Diberikan asam folat dosis rendah ( 1 mg ) Jika respon hematologik baik berarti ada def folat Jangan diberikan dosis tinggi sebab bisa
memberikan hasil + palsu thd def vit B12 yang ada, demikian juga sebaliknya
Penatalaksanaan Umum :
- Makanan gizi seimbang- Atasi faktor predisposisi
Khusus :Defisiensi asam folat :• Asam folat 0,5 – 1 mg/hr po Respons diharapkan dalam 72 jam, terapi dilanjutkan selama 3-4 minggu sampai didapatkan respons hematologis yang
jelas. Lama pengobatan tergantung penyebabnya (dapat beberapa bulan).
• Pada malabsorbsi, asam folat diberikan sampai malabsorbsi teratasi, atau dapat dicoba dengan pemberian
awal 50 mg/hr selama 7-14 hari.• Pada kebutuhan ↑ (anemia hemolitik kronik) pengobatan
dengan asam folat seumur hidup.
Defisiensi vitamin B12 :• Dosis awal optimal 25-100 ug/hr selama 2-3 minggu. Dosis pemeliharaan 200-1000 ug i.m. setiap bulan.• Pada gangguan absorbsi dapat diberikan 1000 ug
im 2 x seminggu.• Respon berupa retikulositosis dapat diharapkan pada hari ke 3 – 4 pengobatan.
Transfusi Darah• Tranfusi darah PRC 10 – 15 ml/kgBB bila ada tanda gagal jantung yang mengancam• Bila ada infeksi harus segera diatasi, karena selama ada infeksi, sumsum tulang sering tidak memberikan respons dengan pemberian hematinik.
Anemia Normositik Normokrom
DEFINISI • Anemia normositik :
Anemia dengan eritrosit berukkuran normal tetapi dengan penurunan kandungan Hb scr proporsional, vol sel darah merah, & jmlh eritrosit per milimeter kubik darah
• Anemia normokrom :Anemia dengan kandungan Hb scr proporsional, vol sel darah merah, & jmlh eritrosit per milimeter kubik darah
Klasifikasi Anemia Normositik Normokrom
1. Anemia pasca perdarahan2. Anemia Aplastik3. Anemia Mielophitisik4. Anemia hemolitik
ANEMIA KARENA PERDARAHAN
Terbagi atas:1. Perdarahan Akut Kemungkinan timbul renjatan bila mengeluarkan
darah yang begitu banyak,sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
2. Perdarahan Kronikpengeluaran darah biasanya sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna dan epistaksis. Di Indonesia, sering karena infeksi cacing tambang.
ANEMIA KARENA PERDARAHAN
Pemeriksaan Laboratorium
gambaran anemia sesuai dengan defisiensi Fe. Perdarahan pada saluran cerna akan memberikan hasil positif pada tes benzidin dari tinja.
Penatalaksanaan
- mengobati sebab perdarahan
- pemberian preparat Fe.
ANEMIA APLASTIK
Keadaan pansitopenia (kekurangan sel darah merah, putih, trombosit) yang disebabkan oleh aplasia sumsum tulang dan diklasifikasikan menjadi jenis primer ( kongenital atau didapat) atau sekunder.
ANEMIA APLASTIK
PENYEBAB Primer
Kongenital Idiopatik didapat
Sekunder1.Radiasi pengion: pemajanan
tidak sengaja ( radioterapi, isotop radioaktif, stasiun pembangkit tenaga nuklir).
2. Zat kimia : Benzena dan pelarut organik lain, TNT, insektisida, pewarna rambut, klordan, DDT
3. ObatObat yang biasanya menyebabkan depresi sumsum tulang
4. Infeksi : hepatitis virus (A atau Non A , Non B
ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROM
PATOFISIOLOGI ANEMIA APLASTIK
Proses desktruktif mungkin menurunkan secara selektif eritrosit yang dihasilkan sumsum tulang / mungkin juga mengurangi kemampuan sumsum tulang membentuk leukosit dan trombosit
ANEMIA APLASTIK
GEJALA Fatigue (kelelahaan) Pucat Dyspnea (sesak nafas) Perdarahan atau infeksi
ANEMIA MIELOPTISIK
Anemia yang terjadi karena gangguan infiltrasi sumsum tulang
yang disebabkan oleh terdapatnya sel nonhematopoitik pada
sumsum tulang yang menyebabkan penurunan seperti
anemia,trombositopenia,neutropenia dan pansitopenia.
Kegagalan sumsum tulang mengakibatkan infiltrasi sekunder
dapat mengakibatkan penurunan produksi sel darah.
ANEMIA MIELOPTISIK
PENYEBAB Metastatis karsinoma (kanker paru-paru,
payudara, dan prostat) Mielofibrosis Granulomatous diseases
ANEMIA MIELOPTISIK
GEJALA
1. Splenomegali
2. Hepatomegali
3. Gejala anemia
4. Gejala penyakit penyebab
Mieloptisik merupakan kegagalan sumsum tulang yang mengakibatkan destruksi sel prekursor pada sumsum tulang.
PATOFISIOLOGI ANEMIA MIELOPTISIK
Sel nonhemopetik atau sel patogen
Sel nonhemopetik atau sel patogen
Fibrosis sekunder Fibrosis sekunder
Merusak sel hemopotik normalMerusak sel hemopotik normal
Sumsum tulang menginfiltrasi kolagen, dan retikulin yang
mengantikan sel hemopoitik
Sumsum tulang menginfiltrasi kolagen, dan retikulin yang
mengantikan sel hemopoitik
MM. klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda & gejala,
penatalaksanaan dan pemeriksaan Anemia Hemolitik
LO 2
Klasifikasi Anemia HemolitikHerediter Didapat
MembranSferosit herediter, eliptositosis herediter
Imun•Autoimun•Aloimun
•Terkait obat
MetabolismeDefisiensi G6PD, defisiensi piruvat kinase
Sindrom fragmentasi eritrosit•Cangkok arteri, katup jantung
•Mikroangiopati
HemoglobinAbnormal (HbS, HbC, Hb tidak stabil, dll)
HemoglobinHemoglobinuria Mars
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Infeksi: malaria
Zat kimia dan fisik
Sekunder: penyakit hati dan ginjal
ANEMIA HEMOLITIK
Anemia yang dihasilkan dari peningkatan nilai destruksi eritrosit, hiperplasia eritropoetik, dan ekstensi sumsum tulang secara anatomi
Terdapat dua mekanisme penghancuran eritrosit pada
anemia hemolitik.
1. Hemolisis intravaskular
- erirosit dihancurakan langsung dalam sirkulasi .
- Hb bebasbebasmenjenuhkan haptoglobulin ↓
berlebih difiltrasi glomerulus
- kecepatan hemolisis mensaturasi kapasitas
reabsorbsi ginjal Hb bebas urine
- besi dilepaskantubulus ginjalhemosiderin
- hemolisis intravaskularhemolisis intravaskular
Gambaran laboratorium utama hemolisis
Intravaskular:
a. Hemoglobinemia dan hemoglobinuria
b. Hemosiderinuria
c. Methemalbuminemia (spektrometri dengan uji schumm)
2. Hemolisis ekstravaskular
penghancuran eritrosit berlebihan oleh sistem RE
ANEMIA HEMOLITIK
GEJALA Lemah Pusing Cepat letih dan sesak Kulit dan mukosa kuning Urin kecoklatan Takikardi Aliran murmur pada katup jantung
ANEMIA HEMOLITIK
GEJALA KLINIS Ikterik ringan yang naik-turun Splenomegali Defisiensi folat anemia hemolitik kronik Urobilinogen yang berlebihan
ANEMIA HEMOLITIK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Mencirikan kegagalan peningkatan eritrosit
Serum bilirubin ↑ Urobilinogen urin ↑ Fecal stercobilinogen ↑ Serum haptoglobin (Hb berikatan dengan
protein ) tidak ada Hb-haptoglobin kompleks dibuang oleh sel RE
ANEMIA HEMOLITIK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Mencirikan peningkatan produksi eritrosit
Retikulositosis Hiperplasia sumsum tulang eritroidKerusakan eritrosit– Morfologi mikrospherosites; berfragmen, dll– Fragilitas osmotik. Autohemolisis, dl– Ketahanan eritrosit memendek
SFEROSITOSIS HEREDITER
Gambaran klinis
1. Diwariskan secara dominan autosomal (kadang dapat bersifat resesif autosomal)
2. Ikterus berfluktuasi
3. Terjadi splenomegali
ELIPTOSITOSIS HEREDITER
Eliptositosis homozigot atau heterozigot ganda
bermanifestasi dengan: Anemia hemolitik berat disertai mikrosferosit,
poikilosit, serta splenomegali.
Defek jalur heksosa monofosfat
• Metabolisme glukosa akan meningkat beberapa kali ketika eritrosit terpajan dengan obat-obatan atau toksin yang membentuk radikal oksigen.
• Radikal oksigen akan mengakibatkan regenerasi glutation tereduksi.
• Terganggunya jalur ini disebaban oleh defisiensi G6PD dan glutation reduktase.
Defisiensi G6PD
Etiologi dan epidemiologi
• Paling sering menyebabkan hemolisis• Di seluruh dunia ada lebih 400 variannya.
Berbagai varian ini terjadi karena adanyasubstitusi berupa penggantian asam amin
• Obat-obatan atau zat-zat yang dapat mengakibatkan defisiensi G6PD adalah asetanilid, fuzolidon (furokson), niridazol, viatamin k, isobutil nitrit, dapson, dll.
DEFISIENSI PIRUVAT KINASE
Diwariskan secara resesif autosomal. Eritrosit menjadi kaku karena berkurangnya
pembentukan adenosin trifosfat (ATP) Sediaan darah apus menunjukkan
poikilositosis dan prickle cell yang terdistorsi, terutama splenektomi
Pada Pemeriksaan laboratorium didapati autohemolisis yang meningkat tapi tidak terkoreksi dengan glukosa.
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Anemia yang disebabkan oleh peningkatan dari kemampuan auto-antibodi yang mengikat dan merusak eritrosit individu itu sendiri.
Kelainan ini ditandai oleh hasil yang positif pada uji antiglobulin langsung (direct antiglobulin test- DAT-Coomb test)
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
PATOFISIOLOGI Eritrosit diselimuti dengan kelas antibodi
IgG (T 0= 370C) Umumnya menjadi mikrospherositik dan
mengalami fagositosis yang disertai pengasingan pada limpa, hati atau sumsum tulang
Antibodi IgM bereaksi pada < T 0= 370C dan produksi efek dalam cara yang berbeda.
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
PATOFISIOLOGI Antibodi IgM mengakibatkan auto-aglutinasi
eritrosit yang diproduksi microvaskular yang tersumbat dan fenomena Raynaud
Ikatan komplemen, dengan konsekuensi hemolisis adalah ciri yang aneh yang menghubungkan dengan hemolisis intravaskular
Severitas (kekerasan) dari efek-efek tersebut bergantung pada amplitudo thermal pada antibodi
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
KLASIFIKASI Tipe “antibodi hangat” Tipe “antibodi dingin”
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Tipe “antibodi hangat” Sering terjadi pada wanita > 40 tahun Adanya penyakit penyulit (lupus eritematosus
sistemik, rheumatoid arthritis, dan gangguan yang mungkin mendukung anemia ini)
Adanya terapi obat yang mengganggu (alpha-methyldopa)
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Tipe “antibodi hangat” GEJALA DAN TANDA
Ikterik (40%) Demam Splenomegali (50-60%) Nyeri abdomen Urin gelap hemoglobinuri
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hb < 7 gr/dL Coomb direk = +
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Tipe “antibodi hangat” TERAPI
Kortikosteroid : 1-1,5 mg/kgBB/hari Splenektomi Imunosupresi, Azatioprin 50-200 mg/hari (80 mg/m2),
siklofosfamid 50-150 mg/hari (60 mg/m2) Danazol 600-800 mg/hari (bersamaan dengan steroid) Imunoglobulin 400 mg/kgBB per hari selama 5 hari
sementara Transfusi Hb < 3 gr/dL
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Tipe “antibodi dingin” Auto-antibodinya selalu dari kelas IgM & bereaksi pada
< T 0= 370C Auto-antibodinya ada pada serum dalam titre yang tinggi Ada 2 penyakit yang ikut serta menyebabkan anemia ini :
Hemoglobinuria dingin paroksismal serangan hemolisis yang diikuti paparan pada dingin, berhubungan dengan gabungan antibodi dengan eritrosit, dan fiksasi dari komplemen, menyebabkan hemolisis intravaskular
Penyakit hemaglutinin dingin antibodi menyebabkan hemaglutinasi yang kuat ,hasil dari penyerangan sianosis dan fenomena Raynaud pada paparan dingin, dan juga anemia hemolitik kronik pada suhu dinginm berhubungan fiksasi komplemen dan juga meningkatkan fragilitas secara mekanik dari eritrosit yang teraglutinasi
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Tipe “antibodi dingin” GEJALA DAN TANDA
Sering terjadi aglutinasi pada suhu dinginHemolisis berjalan kronikHb 9-12 g/dLAkrosianosis (biru di kulit tangan atau kaki)Splenomegali
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Tipe “antibodi dingin” PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Anemia ringan Sferositosis (sel darah merah berbentuk bulat) Polikromatosia Tes coomb +
TERAPI Klorambusil 2-4 mg/hari
ANEMIA HEMOLITIK ALOIMUN
Antibodi yang dihasilkan oleh satu individu bereaksi dengan eritrosit individu lain.
LO 3
MM. Fungsi dan Metabolisme Vit. B12 & Asam Folat
Metabolisme Vit. B12makanan
IF
IF-B12
Ileum terminal
HatiJaringan Sekresi empedu
Parietal lambung
timidilat
Homosistein
Deoksiadenosil B12
Metil B12
enterohepatik
reabsorbsiB12-Tc 11
Metionin
Sintesis DNA
Fungsi Vit. B12
Vit B12 adalah vit yang sangat kompleks molekulnya dan mengandung sebuah atom cobalt. Vit B12 terjadi dalam beberapa bentuk dikenal sebagai kobalamina, salah satu yang paling aktif adalah sianokobalamin
sifat sianokobalamin: larut dlm air tahan panas inaktif oleh cahaya asam keras /larutan
alkali. tempat cadangan vit B12: hati
Erat hubungannya dengan fungsi asam folat dlm sintesa nukleoprotein
Menjaga agar sel2 berfungsi normal terutama sel2 GI tract, SS dan sumsum tulang
Dalam sumsum tulang, koenzim vit B12 diperlukan utk sintesa DNA Bila DNA (-) kegagalan pematangan inti sel sel tidak membelah membesar (makrosit) dan rapuhSel cepat mati.
membuat enzim-enzim yang mempengaruhi banyak proses dalam tubuh
membuat hemoglobinMembuat pigmen dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh sel tubuh
Membuat myelin, lapisan pelindung luar sel-sel saraf
Fungsi Vit. B12
Akibat kurang B12 : pernicious anemia suatu penyakit karena keturunan yaitu
krn faktor intrinsik tidak diproduksi oleh tubuh akibatnya vit B12 tidak dapat diserap.
mudah lelah Lesu penyakit kulit
sumber: hasil ternak terutama hati sayuran dari daun komprey oncom dari bungkil kacang tanah produk fermentasi kedelai spt tempe, tauco, kecap
Metabolisme Asam Folat
Enzim dihidrofolatreduktase
Sintesis DNA
Dihidrofolat
Gugus Pteroil
Usus halus
Makanan
Fungsi Asam Folat
Vitamin ini bekerja untuk memperlancar aktivitas
metabolisme dan membantu fungsi nutrisi esensial lainnya.
Terdapat pada: sayuran mentah
buah segar
daging
Tubuh hanya menyimpan asam folat dalam
jumlah kecil.Proses memasak dapat merusak vitamin ini.
Fungsi asam folat dan vitamin B12 (kobalamin)
saling berkaitan dalam pembentukan sel darah
merah dan dalam pembentukan salah satu
komponen DNA yang penting (timidin).
KELEBIHAN ASAM FOLAT
Asam folat bisa menyebabkan keracunan pada keadaan tertentu. Pada dosis lebih dari 100 kali dosis harian yang dianjurkan, dapat meningkatkan frekwensi kejang pada penderita epilepsi dan memperburuk kerusakan saraf pada orang-orang yang menderita kekurangan vitamin B12.
Kekurangan asam folat pada wanita hamil bisa
menyebabkan terjadinya cacat tulang belakang (korda
spinalis) dan kelainan bentuk lainnya pada janin.
penyakit usus halus tertentu, terutama penyakit Crohn dan sprue, karena terjadi gangguan penyerapan asam folat
Obat anti-kejang tertentu dan pil KB, karena mengurangi penyerapan asam folat
Wanita hamil dan wanita menyusui, serta penderita penyakit ginjal yang menjalani hemodialisa, karena kebutuhan akan asam folat meningkat
Peminum alkohol, karena alkohol mempengaruhi penyerapan dan metabolisme asam folat
Vegetarianisme Gastrektomi Def. asam folat sering terjadi dunia Barat, karena tidak
cukup memakan sayuran berdaun yang mentah
PENYEBAB DEFISIENSI ASAM FOLAT
MM. fungsi trombosit dan leukosit
LO 4
Fungsi Trombosit
Pembentukan sumbat mekanik terhadap cedera vaskular, dengan tiga langkah: Spasme vaskular mengurangi aliran darah
melalui pembuluh darah yang cedera Pembentukan sumbat trombosit trombosit
beragregasi di tempat cedera untuk menambal defek yang terjadi
Pembentukan bekuan memperkuat sumbat trombosit dan mengubah darah di sekitar tempat cedera menjadi suatu gel yang tidak mengalir
Fungsi Leukosit
Menyerang benda asing yang masuk Menghancurkan sel abnormal dalam tubuh Membersihkan debris sel
Terdapat lima jenis leukosit:1. Neutrofil fagositik (memakan bakteri dan debris)2. Eosinofil menyerang cacing parasitik dan berperan
penting dalam reaksi alergi3. Basofil mengeluarkan histamin (respon terhadap
alergi) dan heparin (membersihkan partikel lemak dalam darah dan mencegah pembekuan darah)
4. Monosit makrofag dalam jaringan5. Limfosit B : antibodi humoral
T : imunitas seluler
LO 5
MM. epidemiologi, jenis, masa inkubasi, SS, penatalaksanaan
dan pemeriksaan Malaria
EPIDEMIOLOGI MALARIA
Epidemiologi Malaria
Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta/tahun
Di Indonesia kawasan Timur mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai ke Utara, Maluku, Irian Jaya dan dari Lombok sampai NTT merupakan daerah endemis malaria
JENIS MALARIA
Malaria tropika(Plasmodium falciparum) Malaria kuartana(Plasmodium malarie) Malaria tertiana(Plasmodium vivax) Malaria ovale(Plasmodium ovale)
Morfologi Stadium P.falciparum P.vivax P.malariae P.ovale
Ring Bentukcincin,sitoplasma b’warna biru
Bentuk cincin Sito bentuk cincin tebal 1/3 eri, tdk ada titikziemann
Berbentuk cincin, lonjong ujunng rusak
Trofozoit muda
Titik maurer, acole, multiple infeksi, sito <1/2 eri
Sito <1/2 eri Berbentuk pita halus, pigmen kasar, tidak menggumpal
Titik schuffner/james, sito tebal, pigmen tersebar
Trofozoid tua Sito >1/2 eri, pigmen menggumpal
Sito tebal > ½ eri, titik schuffner, zona merah, tdk amubiod
Pita melebar Zona merah, tapi lbh kecil dr limfosit, amuboid
Skizon muda Inti <8 Inti <8 Inti <8 Inti <8, sito lbh kecil dari pada P. vivax
Skizon tua Inti 8-36 Inti > 8 Sito masih jadi 1, inti >8, pigmen ditengah
Inti 8-12, pigmen berkelompok
Skizon matang
Inti dilapisi sitoplasma Pigmen mengumpal, kuning tengguli, mengelilingi inti
Sito mengelilingi inti Sito mengelilingi inti
mikrogamet Bentuk pisang,inti tidak kompak,sito kemerahan
Intik tidak jelas batasnya, sito kemerahan, pingme mengelilingi inti
Inti pucat, pigmen tersebar
Inti lbh besar, pucat, sito kemerahan, pigmen tersebar
makrogamet Bentuk pisang,inti kompak, sito kebiruan, langsing
Inti di pinggir, inti padat, batas jelas, sito biru, ada pigmen
Inti merah kompak dipinggir
Inti kecil, kompak, merah, sito biru, pigmen tersebar
Gejala klinis P. vivax
• Masa tunas intrinsik biasanya berlangsung 12-17 hari, tetapi pada beberapa strain P.vivax dapat sampai 6-9 bulan atau lebih lama.
• Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodromal; sakit kepala, nyeri punggung, mual, dan malaise umum.
• Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, kemudian menjadi intermiten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, suhu meninggi kemudian turun menjadi normal.
• Serangan demam terjadi pada siang atau sore hari dan mulai jelas dengan stadium menggigil ,panas, dan berkeringat yang klasik. Suhu badan dapat mencapai 40.6. mual dengan muntah, pusing, mengantuk.
Gejala klinis P. malarie
• Masa inkubasi P.malarie berlangsung 18 hari dan kadang2 sampai 30-40 hari.
• gambaran klinis serangan pertama mirip P.vivax
• Serangan demam lebih teratur dan terjadi sore hari.
• Parasit P.malarie cenderung menghinggapi eritrosit yang lebih tua yang jumlahnya haya 1% dari total eri.(anemia kurang jelas dan penyulit lain agak jarang).
Gejala klinis P. ovale
Gejala klinis malaria ovale mirip malaria vivax.
Serangan sama hebat tetapi penyembuhan seiring secara spontan dan relapsnya lebih jarang
Parasit sering berada dalam darah(periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang lebih virulen.
Gejala klinis P.falciparum
• Tunas intrinsik berlangsung 9-14 hari.• Penyakit dimulai dengan nyeri kepala,punggung dan ekstremitas,
perasaan dingin, mual, muntah atau diare ringan.• Gejala kedua lebih hebat, pada stadium ini, penderita tampak
gelisah, pikau mental(mental confusion).• Demam tidak menunjukan perioditas jelas, keringat banyak
walaupun demam tidak tinggi.• Nadi dan napas menjadi cepat, kadang batuk oleh karena
kelainan paru.• Limpa besar dan lembek jika diraba.• Hati membesar dan tampak ikterus ringan.• Ada anemia ringan dan leukopenia dengan monositosis serta
trombositopenia
Penjelasan bagan
Patofisiologi terjadinya anemia pada penyakit malaria
Anemia tampak jelas pada malaria falciparum dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat, yaitu pada malaria akut yang berat
Pada serangan akut, kadar Hb turun secara mendadak Anemia disebabkan oleh beberapa faktor:
Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan tidak mengandung parasit, terjadi di limpa (autoimun memegang peranan)
Reduced survival time (eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak dapat hidup lama)
Diseritropoesis gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam SSTL, retikulosit tidak dilepaskan dalam peredaran darah perifer
TATALAKSANA
TISSUE SCHIZONTICIDES
Primaquine Untuk ke 4 jenis termasuk untuk tahap hipnozoit Pemakaian primaquine tidak untuk pasien dengan
defisiensi G6PD Terdapat kasus resisten
GAMETOCYTIDES
Primaquine Berfungsi gametotisida untuk ke 4 jenis
Chloroquine, amodiaquine Untuk p.vivax, p.ovale, p.malarie, p.falciparum yang belum dewasa
KOMBINASI OBAT UNTUK P. falciparum
Quinine/Mefloquine + Doxycycline ES: reaksi alergi, photosensitivity, diare
Pyrimethamine + Sulfadoxine + Mefloquine (Fansimef) Dapat digunakan pada daerah dengan resistan thd
Fansidar ES: mual-muntah
Pyrimethamine + Dapsone (Maloprim) Atovaquone + Proguanil (Malarone)
PENCEGAHAN
1. Memperkuat dalam merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi upaya pemberantasan malaria yang sesuai dengan kondisi lokal melalui surveillans terpadu, memperkuat manajemen logistik obat dan sumber daya dan pemberantasan vektor berdasarkan data.
2. Meningkatkan kemampuan fasilitas kesehatan untuk mendiagnosa dan mengobati kasus di daerah beresiko melalui peningkatan mutu diagnosa dan pengobatan malaria dan meningkatkan kemampuan menentukan kegagalan pengobatan.
PENCEGAHAN Bed nets (jaring-jaring nyamuk / kelambu) yang dimasukan kandungan
insektisida permethrin Repellent (krim penolak nyamuk) Obat nyamuk (cth: dalam aerosol) Pakaian khusus yang dimasukan kandungan permethrin, DEET (diethyl
metatoluamide) Sifat aman, stabil, masih tetap efektif walaupun telah dicuci berulang selama 3 bulan
Memakai pakaian lengan panjang Vaksin
RTS,s/AS-02A berdasarkan antigen p.falciparum. Berdasarkan hasil tes thd anak Afrika dengan antigen 58% efektif dalam pencegahan
Masih dalam tahap pengembangan
Kesimpulan
Dari pemeriksaan fisik dan laboratorium dapat disimpulkan bahwa Bapak Mala menderita anemia normositik normokrom yang kemungkinan besar adalah anemia hemolitik didapat akibat infeksi dari Plasmodium sp (pulang dinas dari Papua) yang mengakibatkan penyakit malaria.
Saran
Lakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosa
Lakukan terapi sesuai dengan hasil penegakan diagnosa dan berdasarkan etiologinya
Daftar Pustaka
Sherwood L. Darah. In: Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC. 2001. pp. 363-5
Staf pengajar parasitologi FKUI. Parasit malaria. In: Parasitologi kedokteran. 4th ed. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008. pp. 198
Davey P. Penyakit infeksi. In: At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. 2006. p.150
Handayani W. Malaria. In: buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta: Salemba medika. 2008