Top Banner
5/20/2018 Pemicu2AgamaHumaniora-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-2-agama-humaniora-561964c116497 1/30 KASIHANI IBUKU Pemicu Agama 2 Humaniora
30

Pemicu 2 Agama Humaniora

Oct 10, 2015

Download

Documents

humaniora
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Kasihani ibuku

Kasihani ibukuPemicu Agama 2 HumanioraLearning ObjectivesMenjelaskan definisi euthanasia.Menjelaskan jenis-jenis euthanasia.Menjelaskan syarat-syarat medis dan prosedur euthanasia.Menjelaskan euthanasia menurut pandangan agama (+ pandangan mengenai kehidupan).Menjelaskan euthanasia menurut pandangan hukum.Menjelaskan euthanasia menurut KODEKI.Kesimpulan dan saran.

LO 1Definisi EuthanasiaDefinisi Euthanasia Euthanasia ( Dorland )Kematian secara mudah/ tanpa rasa sakitMembunuh berdasarkan rasa kasihanDengan sengaja mengakhiri hidup seseorang yang menderita penyakit dengan rasa sakit yang hebat dan tidak bisa disembuhkan

Definisi EuthanasiaSecara umum (etiologi)Berasal dari bahasa Yunani eu = baik dan thanatos yang berarti kematian Kematian yang membahagiakan atau mati cepat tanpa derita.Mercy killing dan Mercy death

LO 2Jenis-jenis EuthanasiaDari Sudut Cara / BentukEuthanasia aktif:Tujuan : menghentikan kehidupan.Ssengaja untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.Misalnya, melakukan injeksi dengan obat tertentu. Euthanasia pasif:tidak mengambil tindakan atau tidak melakukan / melanjutkan terapi.Misalnya, terapi dihentikan atau tidak dilanjutkan karena tidak ada biaya, tidak ada alat ataupun terapi tidak berguna lagi.

Dari Sudut Cara / BentukAuto-euthanasia:Pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima perawatan medis dan ia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya.Dari penolakan tersebut ia membuat sebuah codicil (pernyataan tertulis tangan)Auto-euthanasia euthanasia pasif atas permintaan.

Dari Sudut MaksudEuthanasia langsung (direct):artinya tujuan tindakan diarahkan langsung pada kematian. Euthanasia tidak langsung (indirect)artinya tujuan tindakan diarahkan tidak langsung untuk kematian tetapi untuk maksud lain misalnya meringankan penderitaan.Dari Sudut Otonomi PenderitaIncompetentPenderita sadar dan dapat menyatakan kehendak atau tak sadar dan tidak dapat menyatakan kehendakTransmitted JudgmentPenderita tidak sadar tetapi pernah menyatakan kehendak dan diwakili oleh orang lainSubstituted Judgment.Penderita tidak sadar tetapi kehendaknya diduga oleh orang lain

10Dalam Pemicu :Jika Tn. A disuntik mati oleh dokter, maka jenis euthanasia berdasarkan pemicu adalah :Cara Pelaksanaannya : Euthanasia pasif dengan menghentikan perawatan (mencabut alat respirator).Dari Sudut Otonomi Penderita incompetent: pasien pernah menyatakan ingin menghentikan pengobatan.

Pengobatan analgetik bertahan hingga tahap pada dosisi letal euthanasia tidak langsung (indirect)

LO 3 Syarat-syarat Medis dan Prosedur EuthanasiaSyarat dilakukannya euthanasiaEnam syarat untuk melakukan Euthanasia (berdasarkanyurispudensi pengadilan tinggi di Nagoya,Jepang), yaitu:1) Pasien atau calon korban harus masih dapat membuat keputusan dan mengajukan permintaan tersebut dengan serius.2) Ia harus menderita suatu penyakit yang terobati pada stadium terakhir atau dekat dengan kematiannya.3) Tujuannya adalah sekedar untuk melepaskan diri dari rasa nyeri.4) Ia harus menderita rasa nyeri yang tak tertahankan.5) Dilakukan oleh dokter yang berwenang atau atas petunjuknya.6) Kematian harus melalui cara kedokteran dan secara manusiawi. Pelaksanaan Euthanasia di Indonesia dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, antara lain:

Orang yang ingin diakhiri hidupnya adalah orang yang benar-benar sedang sakit & tidak dapat diobati, misalnya kanker.Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan hidupnya kecil & tinggal menunggu kematian.Pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga penderitaannya hanya dapat dikurangi dengan pemberian morfin.Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien, hanyalah dokter keluarga yang merawat pasien & ada dasar penilaian dari dua orang dokter spesialis yang menentukan dapat tidaknya dilaksanakan euthanasia LO 4Euthanasia Menurut Pandangan AgamaMUSLIMDalam hukum Islam, pembunuhan dikenal ada tiga macam yaitu :Pembunuhan sengaja (Al-qathl alamd)yaitu suatu perbuatan yang direncanakan dahulu dengan menggunakan alat dengan maksud menghilangkan nyawaPembunuhan semi sengaja (Al-qathl sibhu al-amd)yaitu suatu perbuatan penganiayaan terhadap seseorang tidak dengan maksud membunuhnya, tetapi mengakibatkan kematianPembunuhan karena kesalahan (Al-qathl al-khatta)yaitu pembunuhan yang terjadi karena adanya kesalahan dan tujuan perbuatannya

Solusi Syariah Terhadap EuthanasiaEuthanasia AktifSyariah Islam mengharamkan euthanasia aktif, karena termasuk dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-amad), meskipun niatnya baik yaitu untuk meringankan penderitaan pasien, namun hukumnya tetap haramTermasuk apabila euthanasia ini atas permintaan pasien sendiri atau keluarganyaDalil-dalil yang memnyinggung masalah euthanasia ini sangatlah jelas, yaitu dalil-dalil yang mengharamkan pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain, maupun membunuh diri sendiriSolusi Syariah Terhadap EuthanasiaMisalnya firman Allah SWTDan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS Al-Anaam : 151)Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) (QS An-Nisaa` : 92)Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS An-Nisaa` : 29)

Solusi Syariah Terhadap EuthanasiaDokter yang melakukan euthanasia aktif menurut hukum pidana Islam akan dijatuhi qishash (hukuman mati karena membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai firman AllahTelah diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. (QS Al-Baqarah : 178)Namun jika keluarga terbunuh (waliyyul maqtuul) menggugurkan qishash (dengan memaafkan), qishash tidak dilaksanakanSelanjutnya mereka mempunyai dua pilihan lagi, meminta diyat (tebusan), atau memaafkan/menyedekahkan

Solusi Syariah Terhadap EuthanasiaEuthanasia PasifAdapun hukum euthanasia pasif, sebenarnya faktanya termasuk dalam praktik menghentikan pengobatanHukum menurut syariat Islam hukum berobat (at-tadaawi) perbedaan pendapat (wajib dan sunah) Kesimpulannya, hukum berobat adalah sunnah (mandub), bukan wajib (Zallum, 1998:69).

Solusi Syariah Terhadap EuthanasiaBerdasarkan penjelasan di atas, maka hukum pemasangan alat-alat bantu kepada pasien adalah sunnah, karena termasuk aktivitas berobat yang hukumnya sunnah. Karena itu, hukum euthanasia pasif dalam arti menghentikan pengobatan dengan mencabut alat-alat bantu pada pasien setelah matinya/rusaknya organ otakhukumnya boleh (jaiz) dan tidak haram bagi dokterJadi setelah mencabut alat-alat tersebut dari tubuh pasien, dokter tidak dapat dapat dikatakan berdosa dan tidak dapat dimintai tanggung jawab mengenai tindakannya ituSolusi Syariah Terhadap EuthanasiaNamun untuk bebasnya tanggung jawab dokter, disyaratkan adanya izin dari pasien, walinya, atau washi-nya (washi adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi dan mengurus pasien). Jika pasien tidak mempunyai wali, atau washi, maka wajib diperlukan izin dari pihak penguasa.LO 5Euthanasia Menurut Pandangan HukumEuthanasia dipandang dari aspek hukum di Indonesia

Berdasarkan hukum di Indonesia maka euthanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344, 338, 340, 345, dan 359Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Dari ketentuan tersebut, ketentuan yang berkaitna langsung dengan euthanasia aktif terdapat pada pasal 344 KUHP.

Pasal 344 KUHPbarang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.Untuk euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan, beberapa pasal dibawah ini perlu diketahui oleh dokter.Pasal 338 KUHPbarang siapa dngan sengaja menhilangkan jiwa orang lain, dihukum karena makar mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun.Pasal 340 KUHPBarang siapa yang dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau pejara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.

Pasal 359Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.Selanjutnya juga dikemukakan sebuah ketentuan hukum yang mengingatkan kalangan kesehatan untuk berhati-hati menghadapi kasus euthanasia.Pasal 345Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun penjara.Berdasarkan penjelasan pandangan hukum terhadap tidakan euthanasia dalam skenario ini, maka dokter dan keluarga yang memberikan izin dalam pelaksanaan tindakan tersebut dapat dijeratkan dengan pasal 345 KUHP dengan acaman penjara selama-lamanya empat tahun penjara.

LO 6 Euthanasia Menurut Pandangan KODEKIEuthanasia berdasarkan KODEKI dan LSDI

Euthanasia berdasarkan KODEKI dan LSDIEuthanasia jika dipandang dari Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Lafal Sumpah Dokter Indonesia (LSDI) hingga saat ini tidak dapat diterima. Hal ini berdasarkan pada KODEKI pasal 1 dan pasal 7d, serta dalam LSDI nomor 1, 6, 8, dan 11.Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)Pasal 1Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.Pasal 7dSetiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

Lafal Sumpah Dokter Indonesia (LSDI)Lafal sumpah Indonesia yaitu sebagai berikut.Demi Allah saya bersumpah, bahwa:1 : Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan. 6 : Saya akan menghormati setiap hidup insane mulai dari saat pembuahan.8 : Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan social dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.11 : Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.

LO 7Kesimpulan & Saran