Top Banner
Pemeriksaan THT Eka Wulan Sari
80

Pemeriksaan THT

Nov 22, 2015

Download

Documents

Haruno Rosydz

pemfis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Pemeriksaan THTEka Wulan Sari

  • TUJUAN:MEMERIKSA MAE & MT DENGAN MENERANGINYA MEMAKAI CAHAYA LAMPUCara memeriksa TELINGA

  • Alat yang di gunakanLampu kepalaOtoskop Spekulum telinga dengan berbagai ukuranAplikator kapasAlat penghisapCerumen hook dan cerumen spoonForsep telingaBalon politzierSemprit telinga

  • Pelaksanaan Pemakaian lampu kepala :Pasang lampu kepala, tabung lampu berada diantara kedua mataLetakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm didepan mata kananMata kiri di tutupProyeksi tabung tampak terletak medial dari proyeksi cahayaDiameter proyeksi 1 cm

  • Cara dudukPenderita duduk di depan pemeriksaLutut kiri pemeriksa berdempetan denga lutut kiri penderitaKepala dipegang dengan ujung jariWaktu memeriksa telinga yang kontralateral, hanya posisi kepala penderita yang di rubahKaki, lutut penderita dan pemeriksa tetap pada keadaan semula

  • Cara memegang telingaKanan : Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedang jari III,IV, V pada planum mastoid. Aurikulum ditarik ke arah postero superior untuk meluruskan MAE.Kiri :Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedang jari III,IV, V di depan aurikulumAurikulum ditarik ke arah postero superior

  • Cara memegang otoskopPilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen MAENylakan lampu otoskopMasukkan spekulum telinga pada MAE

    Cara memilin kapas :Ambil sedikit kapas, letakkan ujung aplikator berada didalam tepi kapas.Pilin perlahan searah jarum jam

  • Tes pendengaranTes pendengaran yang dapat dilakukan secara sederhana :I . Tes bisikII. Tes garpu tala

  • Tes bisikPersyaratan yang perlu diingat dalam melakukan test ini ialah :a. Ruangan Test. Salah satu sisi atau sudut menyudut ruangan harus ada jarak sebesar 6 meter. Ruangan sunyi dan tidak ada echob. Pemeriksa. menggunakan ucapan kata-kata sesudah expirasi normal. Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 2 suku kata (bisyllabic) yang terdiridari kata-kata sehari-hari. Setiap suku kata diucapkan dengan tekanan yang samac. Penderita. Mata di tutup agar tidak bisa membaca gerak bibir.Telinga yang akan di test dihadapkan kepada pemeriksa dan telinga yang tidak sedang ditest harus ditutup dengan kapas yang di basahi gliserin.mengulang denga keras kata yang telah di bisikkan

  • Teknik pemeriksaanPenderita dan pemeriksa sama sama berdiriPenderita tetap berdir di tempat hanya pemeriksa yang pindah tempat, mulai jarak 1 meter dibisikkan 5-10 kata, bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 meter dibisikkan kata yang lain sampai jark dimana penderita mendengar 80%.

  • HASIL TES

    KUANTITATIFKUALITATIFFungsi pendengaranSuara bisikTuli sensorineural :tak dengarhuruf desis frekuensi tinggiNormal6 mTuli ringan4-6 mTuli konduksi :Tak dengar huruf lunak frekuensi rendah Tuli sedang1 m 4 mMisal SUSUTuli berat< 10 cmTuli konduksi mendengar S-STuli totalBila berteriak di depan telinga penderita tatap tidak mendengarTuli sensorineural mendengar U-U

  • Tes garpu tala4 jenis tes garpu tala yang yang sering di lakukan:Tes batas atas dan batas bawahTes rinneTes weberTes schwabach

  • Tes batas atas dan batas bawahTujuanMenentukan frekuensi lewat hantaran udara

    Cara :Semua garpultala di bunyikan satu demi satu disentuh secara lunak dan diperdengarkanpada penderita dengan meletakkan garpu tala didekat MAE pada jarak 1-2 cm dalam posisi tegak kedua kakinya berada pada garis penghubung meatus acusticus externus kanan dan kiri. Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila mendengarkan bunyi.

  • Interpretasi Normal : medengar pada semua frekuensi.Tuli konduksi : batas bawah naikTuli sensori neural : batas atas turun

  • Tes rinneTujuan :Membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang

    Cara :Bunyikan garpu tala frekuensi 512 letakkan tangkainya pada planum mastoid, sampai tak terdengar pindahkan ke depan MAE, bila mendengar disebut rinne positif

  • Interpretasi Normal : rinne positifTuli konduksi : rinne negatifTuli sensori neural : rinne positif

  • Tes WeberTujuan :membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita

    Cara :Garputala 512 dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus digaris median, penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar lebih keras. Bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi.

  • InterpertasiNormal : tidak ada lateralisasiTuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakitTuli sensori neural : mendengar lebih keras di telinga yang sehat

  • Tes schwabachTujuan :Membanding hantaran lewat tulang antara penderita dan pemeriksa

    Cara:Bunyikan garputala 512 Hz, tangkainya diletakkan pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar pindahkan kemastoid penderita

  • Interpretasi Normal : schwabach normalTuli konduksi : schwabach memanjangTuli sensori neural: schwabach memendek

  • Ringkasan interpretasi

    Tuli konduksiTESTuli sensori neuralTak dengar huruf lunakDengar huruf berdesisTes bisikDengar huruf lunakTak dengar huruf berdesis

    Normal Batas atasMenurun Naik Batas bawahNormal Negatif Rinne Positif False positif/ negatifLaterilasi kesisi sakitWeber Lateralisasi kesisi sehat

    Memanjang Schwabach Memendek

  • CARA PEMERIKSAAN HIDUNG

  • Cara pemeriksaan hidungAda beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk memeriksa keadaan hidung dan yaitu :Pemeriksaan dari luar : inspeksi, palpasi, & perkusi. Rinoskopia anterior. Rinoskopia posterior.

  • Ada 3 keadaan yang penting kita perhatikan saat melakukan inspeksi hidung & sinus paranasalis, yaitu :Kerangka dorsum nasi (batang hidung). Adanya luka, warna, udem & ulkus nasolabial. Bibir atas.

  • Ada 4 bentuk kerangka dorsum nasi (batang hidung) yang dapat kita temukan pada inspeksi hidung & sinus paranasalis, yaitu :Lorgnet pada abses septum nasi. Saddle nose pada lues. Miring pada fraktur. Lebar pada polip nasi. Kulit pada ujung hidung yang terlihat mengkilap, menandakan adanya udem di tempat tersebut.

  • Adanya maserasi pada bibir atas dapat kita temukan saat melakukan inspeksi hidung & sinus paranalis. Maserasi disebabkan oleh sekresi yang berasal dari sinusitis dan adenoiditis.

  • Ada 4 struktur yang penting kita perhatikan saat melakukan palpasi hidung & sinus paranasalis, yaitu :Dorsum nasi (batang hidung). Ala nasi. Regio frontalis sinus frontalis. Fossa kanina. Krepitasi dan deformitas dorsum nasi (batang hidung) dapat kita temukan pada palpasi hidung. Deformitas dorsum nasi merupakan tanda terjadinya fraktur os nasalis.

  • Ala nasi penderita terasa sangat sakit pada saat kita melakukan palpasi. Tanda ini dapat kita temukan pada furunkel vestibulum nasi.

  • Rinoskopia Anterior

    Ada 5 alat yang biasa kita gunakan pada rinoskopia anterior, yaitu :Cermin rinoskopi posterior. Pipa penghisap. Aplikator. Pinset (angulair) dan bayonet (lucae). Spekulum hidung Hartmann. Spekulum hidung Hartmann bentuknya unik. Cara kita memakainya juga unik meliputi cara memegang, memasukkan dan mengeluarkan.

  • Cara kita memegang spekulum hidung Hartmann sebaiknya menggunakan tangan kiri dalam posisi horisontal. Tangkainya pegang di lateral, sedangkan mulutnya di medial. Cara memasukkan mulutnya yang tertutup masukkan ke kavum nasi.buka pelan-pelan.Cara kita mengeluarkan masih dalam kavum nasimenutup mulut spekulum kira-kira 90%.

  • 5 tahap pemeriksaan hidung pada rinoskopia anterior yang akan kita lakukan, yaitu:Pemeriksaan vestibulum nasi. Pemeriksaan kavum nasi bagian bawah. Fenomena palatum mole. Pemeriksaan kavum nasi bagian atas. Pemeriksaan septum nasi. Pemeriksaan Vestibulum Nasi pada Rinoskopia Anterior

  • 3 hal penting kita perhatikan pada pemeriksaan pendahuluan sebelum menggunakan spekulum :Posisi septum nasi. Pinggir lubang hidung. Ada-tidaknya krusta dan adanya warna merah. Bibir atas. Adanya maserasi terutama pada anak-anak. Cara kita memeriksa posisi septum nasi adalah mendorong ujung hidung pasien dengan menggunakan ibu jari.

  • Spekulum hidung pemeriksaan vestibulum nasi melihat keadaan sisi medial, lateral, superior dan inferior vestibulum nasi.Sisi medial vestibulum nasi mendorong spekulum ke arah medial. sisi lateral vestibulum nasi mendorong spekulum ke arah lateral. Sisi superior vestibulum nasi terlihat lebih baik mendorong spekulum ke arah superior. sisi inferior vestibulum nasi lebih jelas mendorong spekulum ke arah inferior

  • Saat melakukan pemeriksaan vestibulum nasi menggunakan spekulum hidung, kita perhatikan ada tidaknya sekret, krusta, bisul-bisul, atau raghaden.

  • Pemeriksaan Kavum Nasi Bagian Bawah pada Rinoskopia AnteriorCara kita memeriksa kavum nasi (lubang hidung) bagian bawah mengarahkan cahaya lampu kepala ke dalam kavum nasi yang searah dengan konka nasi media.

  • Ada 4 hal yang perlu kita perhatikan pada pemeriksaan kavum nasi (lubang hidung) bagian bawah, yaitu :Warna mukosa dan konka nasi inferior. Besar lumen lubang hidung. Lantai lubang hidung. Deviasi septi yang berbentuk krista dan spina. Fenomena Palatum Mole Pada Rinoskopia Anterior

  • Cara memeriksa fenomena palatum mole mengarahkan cahaya lampu kepala ke dalam dinding belakang nasofaring secara tegak lurus. Normalnya terlihat cahaya lampu yang terang benderang.pasien diminta mengucapkan iii.gerakan palatum mole perubahan dinding belakang nasofaring menjadi lebih gelap cahaya lampu kepala tidak tegak lurus masuk ke dalam dinding belakang nasofaring.

  • pasien mengucapkan iiipalatum mole bergerak ke bawah benda gelap menghilang dan dinding belakang nasofaring terang kembali.Fenomena palatum mole positif palatum mole bergerak saat pasien mengucapkan iii tampak benda gelap yang bergerak ke atas dan dinding belakang nasofaring menjadi lebih gelap.

  • Fenomena palatum mole negatif dapat kita temukan pada 4 kelainan, yaitu :Paralisis palatum mole pada post difteri. Spasme palatum mole pada abses peritonsil. hipertrofi adenoid Tumor nasofaring : karsinoma nasofaring, abses retrofaring, dan adenoid. Pemeriksaan Kavum Nasi Bagian Atas pada Rinoskopia Anterior

  • memeriksa kavum nasi bagian atas mengarahkan cahaya lampu kepala ke dalam kavum nasi bagian atas pasien.4 hal penting pada pemeriksaan kavum nasi bagian atas, yaitu :Kaput konka nasi media. Meatus nasi medius : pus dan polip. Septum nasi bagian atas : mukosa dan deviasi septi. Fissura olfaktorius.

  • Rinoskopia Posterior

    Prinsip menyinari koane dan dinding nasofaring dengan cahaya yang dipantulkan oleh cermin yang kita tempatkan dalam nasofaring.

  • Syarat-syarat melakukan rinoskopia posterior :Penempatan cermin. ada ruangan yang cukup luas dalam nasofaring menempatkan cermin.Lidah pasien tetap berada dalam mulutnya. menekan lidah dengan spatula (spatel).Penempatan cahaya. ada jarak yang cukup lebar antara uvula dan faring pasien cahaya lampu dapat masuk dan menerangi nasofaring.Cara bernapas melalui hidung.

  • 4 alat dan bahan yang digunakan pada rinoskopia posterior :Cermin kecil.Spatula.Lampu spritus. Solusio tetrakain (- efedrin 1%).

  • Teknik-teknik yang kita gunakan pada rinoskopia posterior:Cermin kecil pegang tangan kanan. terlebih dahulu memanaskan dengan lampu sprituspasien buka mulutnya lebar-lebar. Lidah didalam mulut, jangan digerakkan dan dikeraskan. Bernapas melalui hidung.Spatula pegang tangan kiri. Ujung spatula tempatkan pada punggung lidah depan uvula. Punggung lidah tekan ke bawah di paramedian kanan lidah terbuka ruangan untuk menempatkan cermin kecil dalam nasofaring.Masukkan cermin kedalam faring, tempatkan antara faring dan palatum mole kanan pasien. Sinari Cermin.Khusus pasien yang sensitif, sebelum kita masukkan spatula, kita berikan lebih dahulu tetrakain 1% 3-4 kali dan tunggu 5 menit.

  • 4 tahap pemeriksaan saat melakukan rinoskopia posterior :Tahap 1 : pemeriksaan tuba kanan. Tahap 2 : pemeriksaan tuba kiri.Tahap 3 : pemeriksaan atap nasofaring.Tahap 4 : pemeriksaan kauda konka nasi inferior.

  • Tahap 1 : pemeriksaan tuba kanan. cermin berada di paramedian memperlihatkan keadaan kauda konka nasi media kanan. Putar Tangkai cermin ke medial tampak margo posterior septum nasi. Putar ke kanan,berturut-turut tampak konka nasi terutama kauda konka nasi inferior (terbesar), kauda konka nasi superior, meatus nasi medius, ostium dan dinding tuba.

  • Tahap 2 : Pemeriksaan Tuba KiriPutar tangkai cermin ke medial tampak margo posterior septum nasi. Putar cermin terus ke kiritampak kauda konka nasi media kanan dan tuba kanan.

  • Tahap 3 : Pemeriksaan Atap Nasofaringputar tangkai cermin ke medialTampak margo posterior septum nasi.memasukkan tangkai cermin sedikit lebih dalam atau cermin agak lebih kita rendahkanmemeriksa atap nasofaring

  • Tahap 4 : Pemeriksaan Kauda Konka Nasi Inferiormemeriksa kauda konka nasi inferior cermin sedikit ditinggikan atau tangkai cermin sedikit direndahkan. Kauda konka nasi inferior biasanya tidak kelihatan kecuali hipertrofi tampak seperti murbei (berdungkul-dungkul).

  • 2 kelainan yang penting kita perhatikan pada rinoskopia posterior :Peradangan. Misalnya pus meatus nasi medius & meatus nasi superior, adenoiditis, dan ulkus pada dinding nasofaring (tanda TBC).Tumor. Misalnya poliposis dan karsinoma.

  • 3 sumber masalah pada rinoskopia posterior, yaitu :Pihak pemeriksa : tekanan, posisi, dan fiksasi spatula.Pihak pasien : cara bernapas dan refleks muntah.Alat-alat : bahan spatula dan suhu & posisi cermin.

  • Pemeriksaan Mulut ,Faring, Tonsil dan Laring

  • CARA PEMERIKSAANMULUTInpeksi Gerak bibirMukosa dan ginggivaGigiLidah Palpasi Perkusi pada gigi

  • PEMERIKSAAN FISIKLEHERInspeksiPosisi kepala dan leherSimetris dari muscular servikalisPosisi trakea tampak digaris tengahVena-vena servikalis tampak membesarKulit leher anterior dan lateal untuk menetukan lesi-lesi, warna atau jaringan parutPergerakan tulang belakang servikalis- - Fleksi anterior dan lateral- Ekstensi - Rotasi

  • PalpasiPemeriksaan kelenjar Limfa bagian leher

  • Tonsil dan Faring

    Penderita diinstruksikan untuk membuka mulutLakukan penekanan pada lidah secara lembut dengan spatel lidah.Memeriksa besar tonsil Besar tonsil ditentukan sebagai berikut :T0 : tonsil didalam fosa tonsil atau telah diangkatT1 : bila bsarnya jarak arkus anterior dan uvulaT2 : bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvulaT3 : bila besarnya jarak arkus anterior dan uvulaT4 : bila besarnya mencapai uvula atau lebih

  • Laringoskopi Indirekta

    Sambil membuka mulut, instruksikan penderita untuk menjulurkan lidah sejauh mungkin ke depan. Setelah dibalut dengan kasa steril lidah kemudian difiksasi diantara ibu jari dan jari tengah. Pasien diinstruksikan untuk bernafas secara normal.Kemudian masukkan cermin laring yang sesuai yang sebelumnya telah dilidah apikan ke dalam orofaring. Arahkan cermin laring ke daerah hipofaring sedemikian rupa sehingga tampak struktur di daerah hipofaring yaitu : epiglottis, valekula, fossa piriformis, plika eriepiglotika, aritaenoid, plika ventrikularis dan plika vocalis. Penilaian mobilitas plika vocalis dengan menyuruh panderita mengucapkan huruf I berulang kali.

  • 3 PENYAKIT TERBANYAKOmaRinitis akutTonsilitis

  • OTITIS MEDIA AKUT (OMA)Otitis media supuratif akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid . Otitis media yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik.

  • EtiologiStreptococcus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus influenza, Eshericia colli, Streptokokus anhemoliticus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa.Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun

  • PatofisiologiISPA edema mukosa saluran nafas termasuk mukosa tuba eustakius dan nasofaring tempat muara tuba eustakius.Edema oklusi tuba gangguan fungsi tuba eustakius (fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga tengah).Tuba proteksi kuman dan sekret dari nasofaring hingga ke telinga tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi tuba, fungsi silia tidak efektif untuk mencegah kuman dan sekret dari nasofaring ke kavum timpani dengan akumulasi sekret yang baik untuk pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi proses supurasi di telinga tengah.

  • Stadium OMAStadium Oklusi Tuba EustachiusStadium Hiperemis (Stadium Presupurasi)Stadium SupurasiStadium PerforasiStadium Resolusi

  • Gejala KlinikTergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.Anak sudah dapat berbicara rasa nyeri di dalam telinga, suhu tubuh tinggi. Riwayat batuk pilek sebelumnya.Anak > besar/ dewasa rasa nyeri, ggn pendengaran berupa rasa penuh di telinga/rasa kurang dengar.Bayi dan anak kecil (khas) suhu tubuh tinggi hingga 39,50 C (stadium supurasi), gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.

  • TerapiStadium OklusiTujuan utk membuka kembali tuba Eustachius shg tekanan negatif di telinga tengah hilang.obat tetes hidung , HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak 12 tahun dan dewasa.Sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan virus atau alergi.

  • Stadium PresupurasiAntibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.membran timpani hiperemis difus miringotomi.Antibiotik golongan penisilin intramuskular (konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan).Antibiotik min. 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.Anak ampisilin dosis 50-100 mg/ kg BB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/ kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/ kg BB/ hari.

  • Stadium SupurasiAntibiotika dan lebih baik disertai miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

    Stadium Perforasiobat cuci telinga H2O2 3 % selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

  • Stadium ResolusiMembran timpani berangsur normal, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.Bila tidak terjadi resolusi sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. (berlanjutnya edem mukosa telinga tengah). Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak mastoiditis.OMA keluar sekret dari telinga tengah > 3 minggu Otitis Media Supuratif Subakut.Perforasi menetap dan sekret tetap keluar > 1,5-2 bln Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK).

  • Rinitis alergiDefinisi: kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang terperantarai oleh Ig E. (WHO ARIA (Allergic Rhinintis and Impact on Asthma), 2001)

  • EtiologiBerdasarkan pembagian jenis rinitis alergi.Rinitis alergi musiman : sebuk sari, rumput liar, tanaman bunga, dll4 musim Gejala: hidung dan mata (merah, gatal, lakrimasi)Alergi sepanjang tahun Di dalam rumah : debu, bulu, hewan, dllDi luar rumah : iklim yg lebih hangat, debu

  • Menurut Who (allergic rhinitis and its impact on Astma) thn 2001: berdasarkan sifat berlangsungnyaIntermitten < 4 hr/ mgg atau < 4 mggPersisten >4 hr/ mgg dan > 4 mggBerdasarkan berat ringannya penyakitRingan ggn tdur,aktivitas,bersantai,olah raga, (-)Sedang-berat terdapat satu atau lebih gangguan

  • DiagnosisAnamnesis : gejala sering berulang setelah terpapar alergenBersin berulangRhinore encer dan banyakGatalHidung tersumbat

  • Pemeriksaan rinoskopi anterior : mukosa edema, basah, berwarna pucat disertai sekret encer yang banyakPersistenhipertrofi mukosa inferiorAllergic shinerPemeriksaan sitologi : eosinofil dlm jumlah banyak alergi inhalanTes cukit

  • Penatalaksanaan

    Menghindari kontak dengan alergen penyebabSimptomatisAntihistamindekongestan

  • Tonsilitis AkutPenyebabKuman grup A Streptococcus hemolitikus, pneumokokus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes, Haemophilus influenzae

  • Patogenesis

    Infiltrasi bakteriLapisan epitel jaringan tonsilReaksi radangLeukosit PMNDetritus

  • Detritus jelas tonsilitis folikularis

    Bercak detritus menjadi satu dan membentuk alur tonsilitis lakunaris

    Bercak detritus melebar pseudomembran

  • Symptoms nyeri tenggorok nyeri waktu menelandemam tinggirasa lesutidak nafsu makanotalgia

    Signtonsil hipertrofitonsil hiperemisdetrituskelenjar submandibula membesar dan nyeri tekan

  • Therapyantibiotik spektrum luasantipiretikobat kumur yang mengandung desinfektan

    KomplikasiOMAabses peritonsilar

    *********