Top Banner
PEMERIKSAAN ANTI STREPTOLISIN O (ASO) DAN PEMERIKSAAN WIDAL METODA TABUNG KELOMPOK 2 (IV OFF-A) : 1. NI KADEK ADI INDRAWATI (10.131.0197) 2. NI KADEK DWI AGUSTARI (10.131.0198) 3. NI KOMANG WIDYAWATI (10.131.0199) 4. NI LUH NOVI ASTUTI (10.131.0200) 5. LUH PT. ESTU WAHARAPSARI (10.131.0201) STIKES WIRA MEDIKA BALI D3 ANALIS KESEHATAN TAHUN AJARAN 2010/2011.
16

Pemeriksaan Anti Streptolisin o Klompok2

Jul 21, 2015

Download

Documents

Novi Astuti
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PEMERIKSAAN ANTI STREPTOLISIN O (ASO) DAN PEMERIKSAAN WIDAL METODA TABUNG

KELOMPOK 2 (IV OFF-A) : 1. NI KADEK ADI INDRAWATI 2. NI KADEK DWI AGUSTARI 3. NI KOMANG WIDYAWATI 4. NI LUH NOVI ASTUTI (10.131.0197) (10.131.0198) (10.131.0199) (10.131.0200)

5. LUH PT. ESTU WAHARAPSARI (10.131.0201)

STIKES WIRA MEDIKA BALI D3 ANALIS KESEHATAN TAHUN AJARAN 2010/2011.

BAB I PENDAHULUAN

A. PEMERIKSAAN WIDAL.

1.1 TUJUAN. Tujuan dari praktikum pemeriksaan widal adalah untuk mengetahui a d a n ya a n t i b o d y s p e s i f i k t e r h a d a p b a k t e r i s a l m o n e l l a .

1.2 DASAR TEORI. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang masuk melalui saluran cerna kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui darah.Deman tifoid disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella serovarian dan paratyphi. Terdapat ratusan jenis bakteri

salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat mengakibatkan penyakit demam tifoid yaitu Salmonella serovarian typhi paratyphi A, paratyphi B, paratyphi C. Di Indonesia tifus merupakan penyakit endemis yang berarti kasusnya selalu ada sepanjang tahun. Umumnya penderita tifus meningkat terutama pada musim kemarau. Pada saat kemarau terjadi kekurangan air bersih dan sumber air y a n g m u d a h tercemar. Setiap tahun penderita tifus di daerah perkotaan

d i Indonesia mencapai angka 700-800 kasus per 100.000 penduduk. D e m a m t i f o i d a t a u y a n g s e r i n g d i s e b u t t i f u s t e r j a d i b i l a s e s e o r a n g terinfeksi k u m a n Salmonella, y a n g pada umumnya melalui makanan dan

m i n u m a n ya n g t e r c e m a r . A p a b i l a k u m a n ya n g m a s u k k e d a l a m t u b u h s a n g a t banyak dan mampu menembus dinding usus serta dapat masuk kealiran darah hingga menyebar keseluruh tubuh. Maka hal ini akan dapat menimbulkan infeksi p a d a organ tubuh lain diluar saluran cerna. Pada hari

p e r t a m a , s e r i n g k a l i kesulitan membedakan apakah demam yang timb ul disebabkan oleh tifus atau penyebab demam lain seperti demam berdarah

umumnya meningkat mendadak dengan suhu sangat tinggi, dan demam akan turun secara cepat dihari ke 5-6. Bila demam sudah berlangsung lebih dari 7 hari, maka sangat memungkinkan demamtersebut disebabkan oleh tifoid bukan karena demam berdarah. Gejala lain yang sering menyertai adalah gejala pada pencernaan seperti mual, muntah, sembelit atau diare. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan untuk mendiagnosa penyakit tifus adalah pemeriksaan widal.

1.3 PRINSIP. Uji widal darah adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutin dalam s e r u m p e n d e r i t a ya n g t e l a h m e n g a l a m i p e n g e n c e r a n b e r b e d a - b e d a t e r h a d a p antigen somatik (O) dan flagel (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi.

1.4 METODA. Metoda yang digunakan pada pemeriksaan widal pada sampel serum darah yaitu menggunakan metoda aglutinasi direct.

BAB II

METODELOGI PENELITIAN

2.1 ALAT DAN BAHAN.

2.1.1 Alat : 1. Mikropipet dan tip. 2. Pipet ukur 3. Tabung reaksi 4. Rak tabung reaksi

2.1.2 Bahan : 1. Sampel serum 2. Saline (PZ) 3. Reagen latex : typhi H

2.2 PROSEDUR. A. Tabung Aglutinasi. 1. Masukkan Pz sebanyak 1,9ml ke dalam tabung 1 menggunakan pipet ukur. 2. Masukkan Pz sebanyal 1,0ml pada tabung 2 8. 3. Tambahkan serum sebanyak 0,1ml (100 ul) pada tabung 1 menggunakan mikropipet. 4. Larutan tersebut dikocok hingga homogeny. 5. Larutan pada tabung 1 diambil sebanyak 1,0 ml menggunakan pipet ukur, kemudian letakkan pada tabung 2, dan begitu seterusnya sampai tabung ke 7. 6. Larutan pada tabung 7 diambil sebanyak 1,0 ml kemudian dibuang. 7. Tambahkan reagen typhi H pada masing masing 1-7 sebanyak 1 tetes.

A. PEMERIKSAAN ANTI STREPTOLISIN O (ASO).

BAB I PENDAHULUAN1.1 TUJUAN 1. Untuk mengetahui adanya antibodi terhadap antibodi Streptolisi O 2. Untuk mengetahui adanya antibody terhadap T. pallidum.

1.2DASAR TEORIDi seluruh dunia di huni berjuta-juta manusia yang berinteraksi dengan f l o r a dan fauna tanpa di sadari, kita telah di papar dengan beberapa

k u m a n pathogen yang memberikan input kepada tubuh kita untuk membentuk antibody, salah satunya streptococcus, hampir setiap manusia pernah

t e r p a p a r o l e h Streptococcus, jadi wajar jika terdapat antibody Streptolisin O dalam serum tubuh kita. Peningkatan titer ASO (Anti Streptolisin O) berfungsi untuk menegakkan diagnosa dari penyakit demam rheumatic dan glomarulonefritis akusta, s e r t a meramalkan kemungkinan terjadinya kambuh pada kasus demam rheumatic. Titer anti Streptolisin O (ASO/ASTO) merupakan pemeriksaan diagnostic s t a n d a r u n t u k d e m a m r h e u m a t i c , s e b a g a i s a l a h s a t u b u k t i ya n g m e n d u k u n g adanya infeksi Streptococcus. Titer ASTO di anggap meningkat apabila mencapai 250 unit Tood pada orang dewasa atau 333 unit Todd pada anak-anak diatas usia 5 t a h u n , d a n d a p a t d i u m p a i p a d a s e k i t a r 7 0 % s a m p a i 8 0 % k a s u s d e m a m rheumatic akut . Infeksi Streptococcus juga dapat di lakukan dengan melakukan biakan usap tenggorok . Biakan parasit (+) pada sekitar 50% kasus demam rheumatic akut.Bagaimanapun biakkan yang negative (-) tidak dapat

m e n g e s a m p i n g k a n kemungkinan adanya infeksi Streptococcus. Anti streptolisin O adalahsuatu antibodi yang di bentuk oleh t u b u h terhadap suatu enzim proteolitik. Streptolisin O yang diproduksi oleh -hemolitik

Streptococcus group A dan mempunyai aktivitas biologic merusak dinding seldarah merah serta mengakibakan terjadinya hemolisis.Anti streptolisin O adalah toksin yang merupakan dasar sifat -hemolitik o r g a n i s m e i n i . S t r e p t o l i s i n O i a l a h r a c u n s e l ya n g b e r p o t e n s i m e m p e g a r u h i banyak tipe sel termasuk netrofil, platelets dan organel sel, menyebabkan responimun dan penemuan antibodinya. AntiStreptolisin O bisa digunakan secara klinisuntuk menegaskan infeksi yang baru saja. Streptolisin O bersifat meracuni jantung(kardiotoksik). Penentuan tes ASTO di gunakan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit demam rheumatic dan

glomerulonefritis serta meramalkan kemungkinanterjadinya kambuh pada kasus demam rhuematik. Ketika tubuh terinfeksi streptokokus, menghasilkan antibodi terhadap berbagai antigen streptokokus yang diproduksi. ASO adalah salah satu antibodi tersebut. Jadi, mengangkat atau meningkatnya kadar dapat menunjukkan infeksi masa lalu atau sekarang. Sejarahnya adalah salah satu penanda bakteri pertama digunakan untuk diagnosis dan tindak lanjut dari rematik atau demam scarlet. Ini pentingnya dalam hal ini tidak berkurang.

Karena antibodi ini diproduksi sebagai reaksi hipersensitif yang tertunda terhadap bakteri yang disebutkan di atas, tidak ada nilai normal. Setiap kehadiran antibodi menunjukkan paparan bakteri ini. Namun, karena banyak orang yang terkena bakteri ini dan tetap asimtomatik, kehadiran belaka ASO tidak mengindikasikan penyakit. Nilai yang dapat diterima, di mana tidak ada fitur klinis rematik adalah sebagai berikut: 1. Dewasa: kurang dari 200 unit 2. Anak-anak: kurang dari 300 unit Titer ini (nilai) memiliki makna hanya jika sangat terangkat, atau jika kenaikan titer dapat ditunjukkan dalam contoh darah diambil hari pasangan kadar antibodi apart. Antibodi mulai naik setelah 1 sampai 3 minggu infeksi streptokokus, puncak dalam 3 sampai 5 minggu dan jatuh kembali ke tingkat yang tidak signifikan dalam 6 bulan. Nilai harus berkorelasi dengan diagnosis klinis. Antistreptolysin titer O (AS (L) titer O atau AS (L) PL) adalah titer (serum) O antibodi anti streptolysin digunakan dalam tes darah untuk diagnosis infeksi streptokokus atau menunjukkan paparan masa lalu untuk streptokokus. ASOT membantu mengarahkan pengobatan antimikroba

dan digunakan untuk membantu dalam diagnosis demam berdarah, demam rematik dan glomerulonefritis pasca infeksi. Sebuah tes positif biasanya adalah> 200 unit / ml, tetapi rentang normal bervariasi dari laboratorium ke laboratorium dan pada usia. Tingkat negatif palsu adalah 20-30%. [1] Jika negatif palsu dicurigai, maka anti-DNase B titer harus dicari. Positif palsu dapat hasil dari penyakit hati dan TBC.

1.3 PRINSIP Lateks polisteren yang di liputi oleh Streptolisin O bila di reaksikan dengan serum ya n g mengandung Anti Streptolisin O maka akan

t e r b e n t u k flokuasi.

1.4 METODA M e t o d e ya n g d i g u n a k a n d a l a m p r a k t i k u m i n i a d a l a h f l o k u a s i p a s i f menggunakan lateks (slide).

BAB II

METODELOGI PENELITIAN

2.1.Alat dan Bahan 2.1.1 Alat : Mikropipet dan tip. Rak tabung reaksi Kartu pemeriksaan/ slide hitam Tusuk gigi

2.1.2 Bahan : Saline (PZ) Reagen ASO latex

2.2 PROSEDUR

a. Tes Kualitatif 1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan. 2. Ambil 1 tetes control positif dan letakkan pada lingkaran pertama 3. Ambil 1 tetes control negatif dan letakkan pada lingkaran kedua 4. Ambil sampel serum 50 ul menggunakan mikropipet kemudian tuangkan pada lingkaran ketiga. 5. Tambahkan 1 tetes reagent ASO pada masing-masing lingkaran. 6. Campur sampai rata dengan menggunakan pipet sekali pakai, goyangkan Jangan sampai keluar dari lingkaran. 7. Putar kartu selama 2 menit 8. Amati terbentuknya aglutinasi.

b. Tes kuantitatif 1. Tambahkan sebanyak 50 ul saline menggunakan mikropipet ke dalam lingkaran 2, 3, 4, dan 5. 2. Tambahkan 50 ul serum pada lingkaran 1 dan 2. 3. Campur saline dan serum pada lingkaran ke dua dengan menggunakan tusuk gigi,dan hindari terbentuknya gelembung. 4. Pipet 50 ul campuran pada lingkaran kedua,kemudian pindahkan ke lingkaran ke tiga. 5. Lakukan hal yang sama sampai lingkaran ke lima,kemudian ambil 50 ul campuran pada lingkaran ke lima lalu di buang. 6. Tambahkan masing masing 1 tetes reagen ASO latex pada lingkaran yang berbeda. 7. Amati terbentuknya flokuasi.

2.3 INTERPRETASI HASIL

(+) = Terbentuk flokuasi,berarti terdapat antibody (-) = Tidak terbentuk flokuasi,berarti tidak terdapat antibody

2.4. Hasil

a.test kualitatif: : : : : : : : : : : : : : : : : : :

( control +)

( Kontrol -)

( Serum + )

B.Test Kuantitatif: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

( positif )

( positif)

( positif): : : : : : : : : : : : : : :

( Negatif )

(Positif)

2.4 Kesimpulan. Pada pasien NI LUH PUTU ARI ESTU WAHARAPSARI, dari sampel serumnya dengan pemeriksaan ASO diperoleh hasil (+) yaitu pada serumnya diketahui adanya antibody terhadap Streptolisin O, ini dibuktikan dengan kualitatif test dengan hasil (+) atau terjadi flokuasi antara serum terhadap reagen ASO latex dan dengan kuantitatif test hasilnya (+) atau terjadi flokuasi antara serum dengan ASO latex dan diperoleh titer 800 ul/ unit.

B. PEMERIKSAAN RPR.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN. Untuk mengetahui adanya antibody terhadap T. pallidum

1.2 Dasar Teori Rapid Plasma Reagin (RPR) mengacu pada jenis tes yang mencari non-spesifik antibodi dalam darah pasien yang menunjukkan bahwa organisme (Treponema pallidum) yang menyebabkan sifilis. Istilah "reagin" berarti bahwa tes ini tidak mencari antibodi terhadap bakteri yang sebenarnya, melainkan untuk antibodi terhadap zat yang dilepaskan oleh sel-sel ketika mereka rusak oleh T. pallidum. Selain skrining untuk sifilis, tingkat RPR (juga disebut "titer") dapat digunakan untuk melacak kemajuan dari penyakit dari waktu ke waktu dan respon terhadap terapi. Keakurasian tes RPR adalah tes skrining yang efektif, karena sangat baik dalam mendeteksi orang-orang tanpa gejala yang terkena sifilis. Namun tes mungkin menunjukkan bahwa orang yang dalam kenyataannya tidak sifilis (misalnya, mungkin menghasilkan positif palsu). Positif palsu dapat dilihat pada infeksi virus (Epstein-Barr, hepatitis, varisela, campak), limfoma, tuberkulosis, malaria, endokarditis, penyakit jaringan ikat, kehamilan, penyakit autoimun, penyalahgunaan obat intravena, atau kontaminasi. Hal ini juga dapat terjadi secara alami pada orang tua. Sebagai hasilnya, kedua tes skrining harus selalu diikuti dengan tes treponemal lebih spesifik. Pengujian berdasarkan antibodi monoklonal dan immunofluorescence, termasuk uji hemaglutinasi Treponema pallidum (TPHA) dan Fluorescent treponemal Penyerapan Antibodi (FTA-ABS) yang lebih spesifik dan lebih mahal. Positif palsu dapat terjadi pada infeksi treponomal terkait seperti frambusia dan pinta. Tes berdasarkan enzyme-linked immunoassay juga digunakan untuk mengkonfirmasi hasil tes skrining sederhana untuk sifilis.

Sebuah tes lain yang sering digunakan untuk layar untuk sipilis adalah Laboratorium Penelitian Penyakit kelamin VDRL tes geser. Namun, tes RPR umumnya disukai karena kemudahan penggunaan. 1.2 PRINSIP R e a g e n s p i l i s ya n g d i l i p u t i o l e h T . p a l l i d u m b i l a d i r e a k s i k a n d e n g a n s e r u m ya n g m e n g a n d u n g A n t i T . p a l l i d u m m a k a a k a n t e r b e n t u k aglutinasi.

1.3 METODA. M e t o d e ya n g d i g u n a k a n d a l a m p r a k t i k u m i n i a d a l a h a g l u t i n a s i p a s i f menggunakan lateks (slide).

BAB II METODELOGI PENELITIAN

2.1.ALAT DAN BAHAN 2.1.1 Alat : Mikropipet dan tip. Kartu pemeriksaan/ slide hitam Tusuk gigi

2.1.2 Bahan : Saline (PZ) Reagen Spilis. Control positif Control negatif

2.2 PROSDUR A. Kualitatif. 1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan. 2. Ambil 1 tetes control positif dan letakkan pada lingkaran pertama 3. Ambil 1 tetes control negatif dan letakkan pada lingkaran kedua 4. Ambil sampel serum 50 ul menggunakan mikropipet kemudian tuangkan pada lingkaran ketiga. 5. Tambahkan 1 tetes reagent spilis pada masing-masing lingkaran. 6. Campur sampai rata dengan menggunakan pipet sekali pakai, goyangkan Jangan sampai keluar dari lingkaran. 7. Putar kartu selama 2 menit 8. Amati terbentuknya aglutinasi.

B.Kuantitatif. 1. Tambahkan sebanyak 50 ul saline menggunakan mikropipet ke dalam lingkaran 2, 3, 4, dan 5. 2. Tambahkan 50 ul serum pada lingkaran 1 dan 2. 3. Campur saline dan serum pada lingkaran ke dua dengan menggunakan tusuk gigi,dan hindari terbentuknya gelembung. 4. Pipet 50 ul campuran pada lingkaran kedua,kemudian pindahkan ke lingkaran ke tiga. 5. Lakukan hal yang sama sampai lingkaran ke lima,kemudian ambil 50 ul campuran pada lingkaran ke lima lalu di buang. 6. Tambahkan 1 tetes raegen spilis pada masing masing lingkaran 7. Amati terbentuknya aglutinasi.

2.3 INTERPRESTASI HASIL.

(+) = Terbentuk aglutinasi,berarti terdapat antibody (-) = Tidak terbentuk aglutinasi,berarti tidak terdapat antibody

2.4 HASIL A. Kualitatif Test.: : : : : : : : : : : : : : :

( control + )

( Control - )

(Serum - )

B. Kuantitatif Test.

( negatif )

(nagatif)

(negatif)

(negatif)

(negatif)

2.5 KESIMPULAN.

Pada pasien NI LUH PUTU ARI ESTU WAHARAPSARI, dari sampel serumnya dengan pemeriksaan RPR diperoleh hasil (-) yaitu pada serumnya diketahui tidak adanya antibody terhadap T. pallidum, ini dibuktikan dengan kualitatif test dengan hasil (- ) atau tidak terjadi aglutinasi antara serum terhadap reagen spilis dan dengan kuantitatif test hasilnya (-) atau tidak terjadi aglutinasi antara serum dengan reagen spilis.

DAFTAR PUSTAKA.http://rudy-infokesehatan.blogspot.com/2009/07/widal-test.html http://en.wikipedia.org/wiki/Rapid_plasma_reagin http://en.wikipedia.org/wiki/Anti-streptolysin_O