Page 1
PEMERIKSAAN ABDOMEN
INSPEKSI
Inspeksi abdomen adalah melihat perut baik bagian depan, maupun bagian belakang
(pinggang). Inspeksi dilakukan dengan penerangan yang cukup.
TOPOGRAFI ANATOMI ABDOMEN
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk menentukan
lokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan
membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran
kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri
bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua
garis vertikal.
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan
yang kedua dibuat melalui
titik spina iliaka anterior
superior (SIAS).
Garis vertikal dibuat masing-
masing melalui titik
pertengahan antara SIAS dan
mid-line abdomen.
Terbentuklah daerah
hipokondrium kanan,
epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan,
hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.
Page 2
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat
dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di
daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri
bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal
yang merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung
kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.
INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama
dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
1. Keadaan kulit:
a. warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman)
b. elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi)
c. kelembapan : kering (dehidrasi), lembab (asites)
d. adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif),
jaringan parut (tentukan lokasinya), Adanya garis-garis putih sering disebut
striae alba yang dapat terjadi setelah kehamilan atau pada pasien yang
mulanya gemuk atau bekas asites, dan terdapat juga pada sindrom Cushing.
(gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi
vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
2. Besar dan bentuk abdomen
a. Simetris
Dalam situasi normal dinding perut terlihat simetris dalam posisi terlentang.
Adanya tumor atau abses atau pelebaran setempat lumen usus membuat bentuk
perut tidak simetris. Pergerakan dinding perut akibat peristaltik dalam keadaan
normal atau fisiologis tidak terlihat. Bila terlihat maka dapat dipastikan adanya
hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akibat adanya obstruksi maupun
hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akibat obstruksi lumen usus baik oleh tumor,
perlengketan, strangulasi maupun hiperperistaltik sementara akibat skibala.
b. Bentuk dan ukuran
Dalam keadaan normal bervariasi tergantung dari habitus, jaringan lemak
subkutan atau intraabdomen dan akibat kondisi otot dinding perut. Pada atlet
dengan berat badan ideal akan terlihat rata, kencang, simetris, terlihat kontur otot
Page 3
rektus abdominalis dengan sangat jelas. Pada keadaan starvasi bentuk dinding
perut cekung
dan tipis,
disebut
bentuk
skopoid.
Dalam
situasi ini
bisa terlihat gerakan peristaltik usus. Abdomen yang membuncit dalam keadaan
normal dapat terjadi pada pasien yang gemuk, sedangkan situasi patologis yang
menyebabkan perut membuncit adalah ileus paralitik, meteorismus, asistes,
kistoma ovarii, dan graviditas. Tonjolan yang bersifat setempat dapat diartikan
sebagai kelainan organ yang dibawahnya, misalnya tonjolan yang simetris pada
regio suprapubis dapat terjadi karena retensi urin pada hipertrofi prostat pada laki-
laki tua atau kehamilan muda pada wanita. Sedangkan pembesaran uterus juga
mengakibatkan penonjolan pada daerah tersebut.
c. Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali,
splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis).
d. Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
e. Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa
atau tumor apa.
f. Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak
pada dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
g. Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan
gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
h. Pelebaran Vena
i. Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal. Pelebaran di sekitar umbilikus
disebut kaput medusae yang terdapat pada sindrom Banti. Pelebaran vena
akibat obstruksi vena kava inferior terlihat sebagai pelebaran vena dari daerah
inguinal ke umbilikus, sedangkan akibat obstruksi vena kava superior aliran
vena ke distal. Pada keadaan normal, aliran vena dinding perut diatas
umbilikus ke kranial sedang di bawah umbilikus alirannya ke distal. Pada
Page 4
umumnya mudah sekali menetukan arah aliran vena dinding perut di atas
umbilikus ke kranial. (1)
Palpasi Abdomen
Langkah-langkah yang mempermudah palpasi abdomen:
1. Pasien sudah harus mengosongkan kandung kemihnya
2. Buat pasien merasa rileks dalam posisi telentang, letakkan bantal pada bawah kepala
pasien
3. Minta pasien untuk meletakkan tanganya di sisi tubuh atau menyilangkanya di depan
dada.
4. Sebelum memulai palpasi minta pasien menunjuk daerah yang dirasa nyeri, pemeriksa
akan memeriksa daerah tersebut paling akhir.
5. Hangatkan tangan dan stetoskop sebelum digunakan untuk pemeriksaan.
6. Lakukan pendekatan secara perlahan dan hindari gerakan yang terlalu cepat dan tidak
terduga. Amati wajah pasien dengan seksama untuk menemukan setiap tanda yang
menunjukkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan.
7. Pasien juga diminta mefleksi kedua tungkai pada sendi paha dan sendi lutut. Raba
dengan telapak tangan dan tekan dengan memfleksikan telapak tangan pada sendi
metakarpofalangea. Lengan pemeriksa harus sehorizontal mungkin.(1)
Dalam keadaan normal, semua organ dalam rongga perut tak dapat diraba, kecuali
pada orang kurus yang berdinding perut lembek, dapat diraba : sedikit ujung hepar di bawah
Proc. Xiphoideus , kutub bawah ginjal kanan, aorta abdominalais, vertebra lumbalis IV dan
V, uterus dalam keadaan gravid >3 bulan, vesica urinaria yang penuh.
Yang diperiksa pada palpasi abdomen ialah :
o Palpasi superficial secara menyeluruh: Pemeriksa meraba abdomen secara
lembut, terutama membantu kita untuk mengidentifikasikan, resistensi otot,
dan beberpa organ serta massa yang letaknya superfisial.
o Rigiditas dinding perut/ defense muscular
- dinding perut yang normal teraba supel. Rigiditas dinding perut dirasakan
seperti meraba papan. Defense muscular dipastikan dengan cara meletakan kedua
telapak tangan pada M. rectus abdominalais kiri dan kanan, kemudian tangan yang
Page 5
satu menekan. Bila tangan yang satunya lagi merasakn dinding perut menjadi
seperti papan, defense muscular positif.
Rigiditas dinding perut terdapat pada tetanus. Defense muscular didapatkan pada
peritonitis (disertai dengan hyperesthesia kulit dinding perut).(2)
o nyeri tekan/ raba atau nyeri lepas
- peradangan peritoneum menyebabkan nyeri tekan dan nyeri lepas. Peradangan
intraabdominal menyebabkan nyeri tekan. Pada kolik abdomen, penekanan pada
dinding perut justru meringankan rasa sakit.
o Palpasi hepar
o 1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3. letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah torak/ dada kanan posterior
pasien pada iga kesebelas dan keduabelas dan tekananlah kearah atas.
4. Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke
kepala / superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di
garis klavikular di bawah batas bawah hati. Palpasi dilakukan dengan cara
meraba sejajar dengan garis midclavikularis kanan dari SIAS ke arcus costa
kanan untuk hepar lobus kanan manakala untuk lobus kiri dimulai palpasi
sejajar garis imaginer dari prosesus xiphoideus ke umbilicus dan dipalpasi
menuju arcus costa
5. Kemudian tekanlah dengan lembut ke dalam dan ke atas.
6. Minta pasien menarik napas dan cobalah meraba tepi hati saat abdomen
mengempis.
Palpasi dilakukan untuk menentukan apakah teraba atau tidak hepar. Jika didapatkan ada
pembesarean maka ditentukan konsistensi, tepi, permukaan dan rasa nyeri pada masing-
masing hepar kanan dan kiri.
o Palpasi vesica fellea
1. Posisi pasien tidur terlentang ,
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
Page 6
4. Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke
kepala / superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis
klavikular di bawah batas bawah hati.
5. Kemudian tekan lembut ke dalam
6. Mintalah pasien menarik napas dan coba meraba tepi hati saat abdomen
mengempis.
7. Palpasi di bawah tepi hati pada sisi lateral dari otot rektus.
8. Bila diduga ada penyakit kandung empedu, minta pasien untuk menarik napas
dalam selama palpasi palpasi dilakukan dari umbilicus pada bagian rectus
abdominis kanan ke sudut arcus costae. Ditentukan apakah terdapat pembesaran
dan apakah Murphy sign positif atau negative.
o Palpasi lien
- setelah titik Schuffner ditentukan, palpasi lien untuk menentukan apakah
terdapat pembesaran dari lien dengan menentukan setinggi titik Schuffner
keberapa dan kemudian ditentukan konsistensi, tepi tajam atau tumpul, permukaan
rata atau berbenjol-benjol, dan nyeri atau tidak.
PALPASI LIEN METODE HACKET
• H.0 : Limpa tidak teraba pada inspirasi max
• H.1 : Limpa teraba pada inspirasi max
• H.2 : Limpa teraba namun proyeksinya tidak melebihi garis horizontal yang ditarik
melalui pertengahan arcus costae dan umbilicus pada garis mamillaris kiri
• H.3 : Limpa teraba di bawah garis horizontal melalui umbilicus
• H.4 : Limpa teraba di bawah garis horizontal pertengahan antara umbilicus dan
symphisis pubis
• H.5 : Limpa teraba di bawah garis H.4
GAMBAR :
Page 7
o Palpasi ginjal
- palpasi dilakukan dengan cara ballottement dan diperiksa apakah terdapat
kelainan pada ginjal dan teraba pembesaran.
o Pemeriksaan ascites dengan teknik undulasi
- teknik ini dilakukan untuk membuktikan adanya gelombang cairan atau
getaran cairan (fluid wave/ fluid thrill). Tangan pemeriksa diletakkan pada salah
satu sisi dinding perut, tangan satunya lagi mengetuk-ngetuk sisi dinding perut
lainnya kearah medial. Sementara untuk mencegah getaran dinding perut pasien
yang dapat menggangu pemeriksaan, dilakukan penekanan pada garis tengah
dengan sisi telapak tangan pasien sendiri atau asisten pemeriksa. Bila rongga
abdomen berisi cairan (ascites) maka ketukan pada salah satu sisi tadi akan
Page 8
menyebabkan timbulnya gelombang cairan yang seolah ‘memukul’ tangan
pemeriksa yang diletakkan pada sisi perut lainnya. Ascites yang dapat diperiksa
dengan cara ini harus cukup banyak/besar. Jika cairan ascites hanya sedikit dapat
diperiksa dengan cara lain (perkusi).
PERKUSI ABDOMEN
Lakukan perkusi di empat kuadran dan perhatikan suara yang timbul pada saat
melakukannya dan bedakan batas-batas dari organ dibawah kulit. Organ berongga
seperti lambung, usus, kandung kemih berbunyi timpani, sedangkan bunyi pekak
terdapat pada hati, limfa, pankreas, ginjal.
1. PERKUSI BATAS HATI
1. Posisi pasien tidur terlentang dan pemeriksa berdirilah disisi kanan pasien
2. lakukan perkusi pada garis midklavikular kanan setinggi umbilikus, geser perlahan
keatas, sampai terjadi perubahan suara dari timpani menjadi pekak, tandai batas
bawah hati tersebut.
3. Ukur jarak antara subcostae kanan kebatas bawah hati.
Batas hati bagian bawah berada ditepi batas bawah tulang iga kanan.Batas hati bagian
atas terletak antara celah tulang iga ke 5 sampai ke 7. Jarak batas atas dengan bawah
hati berkisar 6 – 12 cm dan pergerakan bagian bawah hati pada waktu bernapas yaitu
berkisar 2 – 3 sentimeter
2. PERKUSI LAMBUNG
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3. Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian epigastrium
kiri.
4. Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpaniPeriksa :
- Adanya gas dalam usus
- Ascites jika cairan ascites sedikit
Page 9
- Besarnya viscera (hati,lien,vesica urinaria,uterus) dan tumor intra abdominal
Gas dalam usus
Adanya gas yang berlebihan di dalam saluran pencernaan menyebabkan bunyi
perkusi tympani yang meningkat (nyaring) tetapi daerah pekak hati tetap ada. Bila
terjadi perforasi usus sehingga udara memasuki rongga abdomen, maka selain
tympani yang nyaring, juga daerah pekak hati menjadi tidak pekak lagi.
1. Orientasi abdomen secara umum.
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk
mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi usus,
pekak hati akan menghilang.
2. Ascites
Bila cairan ascites tidak banyak dan cara periksa dengan palpasi kurang
meyakinkan, maka ascites dapat ditetapkan dengan salah satu cara di bawah ini :
a. Membuktikan terdapatnya ‘shifting dullness’ pada perubahan posisi pasien
Pasien dalam posisi telentang diperkusi dari garis tengah sedikit di bawah
umbilicus ke arah lateral kiri. Pada tempat mulainya terjadi perubahan bunyi dari
tympani ke redup (dullness) beri tanda. Kemudian pasien diminta berbaring pada
sisi kanannya. Pada perkusi yang dilakukan dalam posisi ini seperti tadi, tempat
perubahan bunyi perkusi dari tympani ke redup bergeser ke lebih lateral karena
cairan yang tadinya berada di sisi kiri abdomen pada posisi pasien berbaring
miring pada sisi kanannya akan ‘jatuh’ mengalir ke sisi kanan sebagai tempat
terbawah, hingga daerah yang pada posisi telentang diperkusi terdengar redup
sekarang menjadi tympani. Ini berarti telah terjadi ‘shifting dullness’.
b. Perkusi pada dinding abdomen dengan posisi ‘knee-chest’ (pasien menungging)
Perut pasien di perkusi dari lateral ke medial (dari atas ke bawah). Bunyi perkusi
berubah dari tympani ke daerah perut yang berisi cairan di bagian yang paling
bawah hingga bunyi perkusi terdengar redup.
c. ‘Puddle sign’
Page 10
Seperti pada (b) tapi pada sisi perut yang satu diketuk dengan satu tangan dari atas
ke bawah dan pada sisi yang satunya ditempelkan stethoskop dan didengar
perbedaan bunyi bagian atas dan bagian bawah abdomen karena bagian bawah
abdomen terisi cairan ascites.
d. Perkusi dinding perut dengan penderita pada posisi tegak
Bunyi redup akan terdapat di bagian bawah karena pada posisi ini cairan akan
terkumpul di bagian terbawah rongga abdomen. Bila dilakukan perkusi seluruh
dinding perut pada pasien dengan posisi telentang, akan diperoleh daerah redup
berbentuk huruf ‘U’.
Auskultasi Abdomen
Cara pemeriksaan
1. Mintalah pasien berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi. Letakan bantal kecil dibawah
lutut dan dibelakang kepala.
2. Letakkan kepala stetoskop sisi diafragma yang telah dihangatkan di daerah kuadran kiri bawah.
Berikan tekanan ringan, minta pasien agar tidak berbicara. Bila mungkin diperlukan 5 menit terus
menerus untuk mendengar sebelum pemeriksaan menentukan tidak adanya bising usus.
3. Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif, hipoaktif, tidak ada bising usus dan perhatikan
frekwensi/karakternya.
4. Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan dengan sistematis dan dengarkan
tiap kuadran abdomen.
5. Kemudian gunakan sisi bel stetoskop, untuk mendengarkan bunyi desiran dibagian epigastrik dan
pada tiap kuadran diatas arteri aortik, ginjal, iliaka, femoral dan aorta torakal. Pada orang kurus
mungkin dapat terlihat gerakan peristaltik usus atau denyutan aorta.
6. Catat frekuensi bising usus, hiperaktif, hipoaktif atau tidak/ada bising usus pada kartu status.Jenis
bunyi abnormal :
1.bunyi usus :
Bertambah ,seperti pada diare atau obstruksi dini intestinal
Berkurang , seperti pada kasus ileus paralitik dan peritonitis, untuk memutuskan apakah bunyi usus
tidak terdengar lagi perhatikan pada daerah sekiar umbilicus selama 2 menit atau lebih lama lagi.
Page 11
2.Bruits
Ada 2 jenis bruits hepatic dan arterial , hepatic terjadi pada kasus karsinoma hati atau hepatitis
alkoholik, arteria bruits terdengar pada masa sistolik maupun diastolic,menunjukkan oklusi pada aorta
atau pembuluh darah yang besar.
3.friction rubs
Buni ini jarang di dengar , adanya bunyi ini memnunjukkan adanya inflamasi pada permukaan
peritoneal suatu organ intraabdominal.
4.Venous Hum
Bunyi ini jarang terdengar, bunyi ini merupakan bunyi desingan yang pelan pada masa sistolik
maupun diastolik. Adanya venous hum menunjukkan peningkatan sirkulasi kolateral antara system
vena portal dan vena sistemik.