PEMECAH GELOMBANG AMBANG RENDAH (PEGAR)
PEGAR atau Pemecah Gelombang Ambang Rendah, adalah teknologi perlindungan pantai yang dimaksudkan sebagai solusi atas permasalahan erosi dan abrasi pantai yang disebabkan oleh adanya pasang surut dan gelombang laut. Dengan menggunakan teknologi ini maka akan makin banyak ruas pantai yang bisa diselamatkan dari terjadinyaa erosi dan abrasi
TEKNOLOGI PEGAR SEBAGAI SOLUSI
Struktur PEGAR ini merupakan bangunan pantai yang dipasang sejajar pantai yang berfungsi meredam gelombang sebelum sampai ke pantai.
Elevasi puncak PEGAR terletak antara permukaan air rerata dan permukaan air tertinggi, karena itu hampir selalu dilimpasi gelombang (overtopping).
Melalui limpasan gelombang di atas struktur PEGAR itulah seluruh sedimen baik sedimen tersuspensi maupun sedimen pasir terangkut, dan setelah gelombang pecah mengendap di belakang PEGAR dan secara perlahan mengendap di pantai di belakang PEGAR.
Struktur tambahan berupa bangunan PEGAR geotekstil rangka bambu ini diharapkan mampu meloloskan butiran melalui bagian atas untuk kemudian semakin bertambah dan menambah luas daratan.
DESKRIPSI
TEKNOLOGI
PEGAR
01
02
03
04
DESKRIPSI TEKNOLOGI PEGAR
01
02
03
04
Peredam energi gelombang, tinggi gelombang akan berkurang setelah melewati puncak PEGAR sebelum mencapai pantai
Pemecah gelombang, gelombang akan pecah bersamaan dengan melemahnya energi gelombang;
Penangkap dan pengendap sedimen, sedimen yang dibawa gelombang yang pecah akan mengendap di belakang PEGAR;
Penahan sedimen, karena lapisan geobag yang menempel ke dasar pantai, sedimen yang telah mengendap di belakang struktur dan di pantai, akan tertahan dan tidak hanyut kembali ke laut karena ada lapisan geobag yang kedap.
PEGAR memiliki fungsi sebagai berikut :
STRUKTUR TEKNOLOGI PEGAR
01
02
03
04
Terdapat beberapa material yang dapat digunakan untuk membangun PEGAR, yaitu yang telah diterapkan adalah Geotube (karung geotekstil panjang) dan Geobag (karung geotekstil kecil).
PEGAR Geobag Rangka Bambu adalah struktur pemecah gelombang ambang rendah berbahan karung geotekstil kecil dengan bambu sebagai rangka PEGAR.
Struktur PEGAR berupa kombinasi tiang-tiang bambu dengan bagian tengah struktur diisi karung pasir (geobag) ukuran 0,4 x 0,6 x 0,8 m dengan tinggi puncak struktur di atas muka air rata rata (MSL) dan di bawah muka air tertinggi (HWL).
Puncak struktur PEGAR muncul ke permukaan saat air rendah atau surut, namun tenggelam saat air laut pasang.
Tingginya tingkat erosi dan abrasi pantai akibat adanya
pasang surut dan gelombang laut merupakan salah satu
permasalahan utama yang dihadapi oleh kawasan pesisir di
Indonesia.
01
Penyebab utama tingginya tingkat erosi pantai adalah semakin menipisnya sabuk hijau (yaitu hutan mangrove) yang juga berfungsi sebagai pelindung dan maraknya konversi lahan di kawasan sempadan pantai.
02
Penanganan erosi dan abrasi pantai telah banyak dilakukan
oleh pemerintah dengan menggunakan struktur keras (hard
structure), seperti: revetmen, pemecah gelombang, tembok
laut, groin atau kombinasi dari jenis pelindung pantai
tersebut.
03
Walaupun struktur keras terbukti berhasil mengatasi erosi
pantai berpasir atau berkarang, namun kenyataannya kurang
efektif dalam mengatasi erosi khususnya pada pantai
berlumpur. Selain itu, struktur ini juga berbiaya relatif
mahal.
04
LATAR BELAKANG
PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI PEGAR
KEUNGGULAN TEKNOLOGI PEGAR
01
02
03
04
Biaya pembuatannya lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat pesisir dibandingkan dengan biaya pembuatan bangunan pelindung pantai konensional.
Pengerjaannya tidak terlalu sulit dan bersifat partisipatif melibatkan masyarakat setempat.
Memberikan perlindungan pantai dari terjadinya erosi dan abrasi pantai yang dapat menggerus ekosistem bakau dan fasilitas publik akibat dari adanya gelombang pasang surut dan gelombang laut yang ekstrim
Meningkatkan potensi penambahan sedimentasi melalui proses overtopping pada saat gelombang tinggi
05 Memberikan perlindungan terhadap upaya reboisasi bakau.
ASPEK PERENCANAAN TEKNOLOGI PEGAR
Jenis Bambu Yang direkomendasikan Bahan PEGAR Geobag Rangka Bambu adalah bambu bulat, dan disarankan :
Jika menggunakan jenis bambu petung, buluh betung, bulu jawa, awi bitung atau Dendrocalamus asper, telah mencapai ciri-ciri sbb :
tinggi mencapai 20-30 m; diameter 10-15 cm; batang berbulu, tebal 1,1-3,6 cm; jarak antar ruas bambu 10-20 cm di bagian bawah dan 30-50 cm dibagian atas); serta berwarna coklat tua.
Jika menggunakan jenis bambu apus, pring apus, peri atau gigantochloa apus, telah mencapai ciri-ciri sbb :
tinggi mencapai 8-30 m; tebal batang 1,5 cm); diameter 10-13 cm; jarak antar ruas 20-75); warna hijau keabu-abuan cenderung kuning mengkilap;
Jika menggunakan bambu andong, bambu gombong, atau awi surat (gigantochloa pseudoarundinacea), telah mencapai ciri-ciri sbb :
tinggi mencapai 7-30 m; tebal dindig batang 2 cm; diameter 10-13 cm; jarak antar ruas 40- 45 cm; warna hijau kuningan atau hijau muda.
ASPEK PERENCANAAN TEKNOLOGI PEGAR
Material untuk bahan Karung Geotekstil pada PEGAR Geotube
harus :
1. Merupakan geotekstil, woven dan non-woven.
2. Disesuaikan dengan spesifikasi geotekstil, baik woven maupun non-woven, terkait dengan kemampuan geotekstil dalam meloloskan material isian, sehingga dapat dipastikan bahwa material isian tidak lolos.
3. Mempunyai kuat tarik yang tinggi yang dapat menahan gaya pada saat proses pengisian karung dan tekanan setelah karung terisi.
4. Mempunyai ukuran bukaan (AOS ≤ d50) dan permeabilitas yang optimum agar air dapat cepat keluar, tapi tidak membawa material isian ikut keluar(AOS ≤ d50).
ASPEK PERENANAAN TEKNOLOGI PEGAR
Material untuk bahan Karung Geotekstil pada PEGAR Geotube
harus (lanjutan) :
5. Jenis polimer yang digunakan untuk membuat seratnya tidak secara khusus ditentukan, namun berdasarkan proses produksi yang ada saat pedoman ini dibuat biasanya terbuat dari polyster (PET), Polypropylene (PP) fibres.
6. Mempunyai ketahanan abrasi yang tinggi, sehingga geotekstil tidak banyak terdegradasi akibat pengaruh material pengisi yang mengikis geotekstil karena pengaruh gelombang.
7. Mempunyai ketahanan tinggi (tidak mudah sobek) terhadap benturan benda-benda yang ada di laut yang sifatnya keras seperti batu, kerikil, atau sampah.
8. Mempunyai ketahanan terhadap benturan benda tajam dan keras, seperti tertabrak kapal atau sampah-sampah yang tajam.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TEKNOLOGI PEGAR
1. PENYIAPAN LAHAN. Sebelum dilaksanaan pekerjaan konstruksi dari Teknologi
PEGAR harus dilakukan penyiapan lahan berupa penentuan dan pemberian tanda pada titik lokasi sesui dengan desain yang telah direncanakan. Penentuan lokasi dilakukan dengan menembak titik lokasi dengan alat total station kemudian titik tersebut diberi tanda dengan tiang bambu
Dalam penyiapan lahan dikumpulkan data-data sebagai berikut :
Peta batimetri di lokasi pantai yang akan dipasang
Penampang melintang pantai dan kemiringan pantai
Data Pasang surut
Data gelombang dan arus
Data sedimen pantai
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TEKNOLOGI PEGAR
2. PENYIAPAN BAHAN. Bahan-bahan penyusun PEGAR dipersiapkan dahulu di daratan sebelum dipasang di laut. Bahan-bahan yang harus dipersiapkan adalah : Bambu.
Bambu yang dipakai adalah bambu yang cukup tua/matang dan lurus merata, diameter 10-12 cm dan panjang 8-12 m.
Karung Geotekstil Material merupakan geotekstil, woven dan non-woven yang mempunyai ketahanan abrasi tinggi, tidak mudah sobek dan mempunyai ketahanan terhadap benturan benda tajam dan keras, seperti tertabrak kapal
Pasir
Tali Tambang Plastik
Kain pelindung bambu Sebelum dirangkai di lokasi, bambu dipotong-potong sesuai ukuran yang telah ditentukan. Materi diangkut ke lokasi menggunakan ponton bambu atau perahu.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TEKNOLOGI PEGAR
3. Pelaksanaan Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi pemasangan pegar secara garis besar
adalah sebagai berikut:
1. Pemancangan tiang bambu dengan panjang 3 meter yg digunakan sebagai tiang utama untuk 1 segmen
2. Pemancangan tiang bambu dengan panjang 2 meter yg digunakan sebagai pelidung kaki
3. Pemasangan lapisan kain sebagai pelindung dari hama
4. Memasang matras bambu yang diletakkan di atas cerucuk yang menempel di dasar pantai sebagai landasan untuk memasang geotekstil
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TEKNOLOGI PEGAR
3. Pelaksanaan Konstruksi (lanjutan)
Pelaksanaan konstruksi pemasangan pegar secara garis besar
adalah sebagai berikut (lanjutan) :
5. Pemasangan karung geotekstil di atas matras bambu yang telah diisi pasir sesuai dengan gambar rencana. Pemasangan karung geotekstil untuk pelindung utama terdiri dari 2 s, untuk pelindung kaki 1 lapis
6. Penjahitan lubang intake geotekstil untuk mencegah pasir keluar
7. Pemasangan bambu pengait setiap 3 tiang utama. Bambu pengait dipasang horizontal menghubungkan dua tiang utama yang berhadapan, dengan posisi tegak lurus dengan arah memanjang PEGAR.
8. Pemasangan bambu palang pada tiang utama mengelilingi karung geotekstil utama
Infographic Style
Monitoring bertujuan untuk
mendapatkan informasi
selengkapnya mengenai kondisi
bangunan dan pantai, serta
mempelajari perubahan yang terjadi
pada bangunan yang perlu ditangani
dalam tindak pemeliharaan
selanjutnya.
Monitoring perlu
dilakukan setiap 6
bulan sekali
Setelah selesai
dipasang, terhadap
bangunan PEGAR
harus dilakukan
pemantauan/
monitoring.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TEKNOLOGI PEGAR
4. Monitoring
ASPEK BIAYA TEKNOLOGI PEMBUATAN PEGAR
Biaya Pembuatan PEGAR Geobag Rangka Bambu
Biaya pembuatan PEGAR geotube atau karung geotekstil hanya memerlukan biaya Rp. 5 juta per meter, sedangkan untuk PEGAR geobag rangka bambu biayanya sekitar Rp. 2 juta per meter (harga tahun 2014).
Biaya tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pembuatan bangunan pelindung pantai, baik menggunakan unit armor batu alam maupun menggunakan batu buatan seperti blok beton, yang biayanya bahkan bisa mencapai Rp. 40 – 50 juta per meter
PENERAPAN TEKNOLOGI PEGAR
Teknologi PEGAR Geobag Rangka Bambu telah diujicobakan di Desa Timbulsloko,
Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Desa ini merupakan desa dengan pantai
sepanjang 2 km. yang cukup parah terkena dampak erosi. Erosi mulai terjadi tahun 2000.
Pada tahun 2013 desa ini telah kehilangan sekitar 400-1300 meter daerah pesisirnya.
Penyebab tingginya erosi sementara diduga karena meningkatnya intensitas gelombang
pasang dan hilangnya mangrove
HASIL PENERAPAN TEKNOLOGI PEGAR
Setelah dilakukan pemasangan, pada tanggal 19 november 2017 atau sebulan setelah kegiata konstruksi selesai, dilakukan monitoring terhadap bangunan fisik PEGAR. Hasil monitoring menunjukkan bahwa tanah dasar di bagian belakang struktur telah mengalami sedimentasi.
Juga telah terjadi penambahan ketinggian tanah adalah sebesar 30 cm. Asumsi sedimentasi yang terjadi adalah sebesar 20% dari area seluas 50 ha, atau 500.000m2 sehingga volume sedimentasi adalah sebesar 30.000 m3.
Masyarakat Timbulsloko sangat antusias dalam menyambut teknologi Pemecah Gelombang Ambang Rendah (PEGAR) sebagai solusi untuk mengatasi masalah abrasi yang terjadi pada Desa Timbulsoko.