Pembuatan minyak goring dari CPOPertama-tama, CPO dipanaskan
dengan suhu tertentu sesuai dengan metode pemisahan yang digunakan.
Kemudian ditambahkan asam fosfat untuk mengikat senyawa-senyawa
yang tidak dibutuhkan tadi. Meskipun berwarna merah, struktur
kimiawinya sudah berubah. Namun CPO ini masih belum layak dimakan.
Masih ada caroten yang menyebabkan warna merahnya, zat besi dan
tembaga yang tercampur selama proses produksi.Proses menghilangkan
warna atau caroten ini disebut dengan prosesbleaching. CPO yang
merah tadi sekarang berwarna putih susu. Namun masih beraroma dan
berasa khas kelapa sawit. Karena itu harus dinetralkan bau dan
rasanya. Inilah tujuan prosesdeodorizing.B. Proses Pembuatan
Margarine
B.1 EmulsifikasiEmulsifikasi dilakukan dalam suatu alat yang
disebut dengan churn sehingga prosesnya disebut dengan churning.
Dalam praktek pembuatan margarine secara modern untuk mencapai
kadar air akhir dari margarine sebesar 16 persen jumlah fase berair
yang digunakan 17-20 persen. Jika dalam proses pengolahan margarine
emulsi yang dihasilkan tidak stabil akan menunjuk kecendrungan
untuk memisah dengan penetesan titik air, dengan demikian proses
emulsifikasi merupakan tahapan yang penting dalam proses
selanjutnya. Kehalusan dispersi antar fase pada dasarnya
dipengaruhi oleh pengadukan mekanis dan stabilisator emulsi.
Produsen mengarah pada teknik emulsifikasi dan penggunaan
stabilisator yang dapat menghasilkan flavor yang sangat
baik.Dispersi fase berair yang sangat halus dapat membantu
margarine terlindung terhadap kerusakan oleh mikrobia yang beberapa
diantaranya dapat hidup dalam lemak, hanya apabila terdapat air.
Infeksi mikrobia dari udara mengalami kesulitan jika titik-titik
air terkurung dalam lemak. Bahkan infeksi dalam titik air akan mati
karena titik air yang diselubungi dengan lemak tidak cukup oksigen
yang sangat diperlukan oleh mikrobia atau jumlah nutrien dalam
titik air tidak cukup untuk menompang kehidupan dan pertumbuhan
mikroba tersebut. Dengan demikian emulsifikasi merupakan tahapan
pengolahan margarine yang sangat penting. Apabila pengetahuan
tentang proses emulsifikasi kurang berkembang maka diperlukan ilmu
dan seni dari pekerja terhadap keberhasilannya.
Tugas ASKEP1. Mengelola Pabrik dan seluruh aset, sumber daya dan
kegiatan yang berada dibawah pengawasannya.2. Menyusun rencana dan
anggaran tahunan.3. Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan
mengawasi kegiatan pengolahan serta aspek lainnya agar mutu dan
effisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan biaya yang ekonomis.4.
Mengantisipasi kemungkinan kejadian yang dapat merugikan
Perusahaan.5. Menciptakan/menumbuhkan Sense of Belonging kepada
seluruh personil.Tugas Asisten labD.Asisten LaboratoriumAnalisa
Kualitas TBS1. Memonitor dan memeriksa TBS yang di kirim dari Kebun
untuk keperluan grading.2. Memonitor pelaksanaan grading untuk
mengetahui kualitas TBS yang di kirim.3. Memastikan bahwa
pelaksanaan grading telah di lakukan dengan benar dan akuratAnalisa
pelaksanaan proses pengolahan TBS1. Memeriksa pengambilan sample
CPO dan Kernel yang di lakukan oleh petugas sample untuk memastikan
bahwa sampale yang di ambil sesuai dengan : titik pengambilan,
waktu pengambilan dan jumlahnya.2. Memonitor pelaksanaan
pencampuran/quartering dari sample yang di ambil untuk mendapatkan
sample yang representatif untuk di analisa.3. Memonitor pelaksanaan
sortering & analisa sample untuk memastikan bahwa proses sorter
dan analisa berjalan sesuai ketentuan.4. Memonitor pemberitahuan
hasil analisa kehilangan (losses) dan mutu hasil produksi (product
quality) ke setiap station.Analisa solar, CPO dan Kernel1.
Memonitor hasil analisa solar yang di lakukan analis untuk
mengetahui berat jenis.2. Memonitor pemeriksaan hasil analisa oil
dan kernel yang di kirim.3. Memonitor kadar air dalam tangki minyak
Memonitor kualitas CPO (moisture, impurities,FFA, DOBI ) dan kernel
( moisture, impurities, broken kernel ).Analisa Oil Content dan Nut
Histogram1. Melakukan analisa oil content untuk mengetahui
kandungan minyak dalam TBS sebagai acuan terhadap pencapaian
rendemen.2. Melakukan analisa nut histogram untuk mengetahui ukuran
nut yang paling dominan sebagai rekomendasi setting di Ripple Mill
dan LTDS ( Light Tenerra Dry Separation ).Pemakaian Bahan &
Alat1. Menyusun perencanaan & me monitor pemakaian bahan dan
alat laboratorium Memonitor kualitas air umpan Boiler.2. Memonitor
penggunaan bahan kimia Boiler Melakukan analisa dan monitoring air
limbah (final effluent)Administrasi1. Menyusun budget tahunan
Departemen.2. Melakukan administrasi Departemen Bersama-sama dengan
Assistant Process & Kepala Administrasi melakukan perhitungan
produksi harian.
Manajemen1. Memonitor hasil kerja bawahan2. Mengidentifikasi
ketidaksesuain dalam pelaksanaan pekerjaan3. Secara konsisten
melakukan pembinaan, pelatihan dan pengembangan diri bawahan untuk
meningkatkan kemampuan Melakukan evaluasi terhadap kinerja
bawahan.
Biogas dan POMEBiomethana yang sering dikenal sebagai biogas
merupakan bahan bakar alternatif yang berpotensi tinggi untuk
dikembangkan. Biogas dapat dibuat dari berbagai macam bahan seperti
kotoran sapi, limbah cair tahu, dan POME (Palm Oil Mill Effluent).
Bahan baku biogas pada Prarancangan pabrik ini adalah POME (Palm
Oil Mill Effluent). POME merupakan limbah dari pengolahan CPO
(Crude Palm Oil) milik PTPN III (PT. Perkebunan Nusantara) di
daerah Torgamba. Prarancangan Pabrik Biogas ini akan didirikan di
daerah KotaPinang Labuhan Batu, Sumatra Utara dengan kapasitas
1.312.000 m3 /th. Pada Prarancangan pabrik ini, biogas digunakan
sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan listrik PTPN III
sebesar 450 kW. Proses pembuatan biogas terdiri dari 3 unit yaitu
unit persiapan bahan baku, unit proses dan unit pemurnian produk.
Pada persiapan bahan baku, POME yang berasal dari PTPN III
dinetralkan dengan menggunakan NaHCO3 di dalam mixer (M-01). POME
yang telah netral masuk ke unit proses. Di unit proses, POME
mengalami proses fermentasi di dalam Reaktor Tangki Berpengaduk
dengan menggunakan proses batch pada kondisi tekanan 1 atm dan suhu
35 o C. Proses fermentasi ini antara lain proses hidrolisis, prose
asetogenik dan proses metanogenik. Gas yang dihasilkan dari proses
fermentasi kemudian masuk ke dalam unit pemurnian produk. Pada unit
pemurnian produk, CO2 dan H2S diserap MDEA di dalam absorber 01
(ABS-01) sedangkan NH3 diserap dengan air di dalam absorber 02
(ABS-02). Limbah cair keluaran reaktor dapat digunakan sebagai
pupuk cair organik. Unit pendukung proses didirikan untuk menunjang
proses produksi yang terdiri dari unit penyediaan air, steam,
tenaga listrik, penyediaan bahan bakar, serta unit pengolahan
limbah. Agar mutu bahan baku dan kualitas produk tetap terkendali,
maka keberadaan laboraturium sangat diperlukan. Dalam pabrik biogas
ini terdapat tiga buah laboraturium, yaitu laboratorium fisik,
laboratorium analitik, dan laboratorium penelitian dan
pengembangan. Bentuk perusahaan adalah PT (Perseroan Terbatas)
dengan struktur organisasi line and staff. Sistem kerja karyawan
berdasarkan pembagian jam kerja yang terdiri dari karyawan shift
dan non shift . Hasil analisa ekonomi terhadap prarancangan pabrik
biogas diperoleh bahwa total investasi (TCI) sebesar US$ 4.875.697
dan total biaya produksi (Production Cost) US$ 4.693.566. Dari
analisa kelayakan diperoleh hasil ROI sebelum pajak 37,68 % dan
setelah pajak 28,26 %. POT sebelum pajak 2,2 tahun dan setelah
pajak 2,8 tahun, BEP 58,11 %, SDP 34,38 % dan DCF sebesar 27,10 %.
Dari hasil analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Prarancangan Pabrik Biogas dari Palm Oil Mill Effluent (POME) layak
untuk didirikan
Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Industri berbasis kelapa sawit merupakan investasi yang relatif
menguntungkan, namun demikian perlu diperhatikan pula beban
pencemaran yang ditimbulkan bila tidak dilaksanakan dengan baik.
Setiap ton tandan buah segar yang diolah menghasilkan limbah cair
sekitar 50% dibandingkan dengan total limbah lainnya, sedangkan
tandan kosong sebanyak 23% (Sutartaet al, 2000). Lubis dan Tobing
(1989) mengatakan bahwa setiap 1 ton CPO menghasilkan limbah cair
sebanyak 5 ton dengan BOD 20.000 - 60.000 mg/l.
Gambar 1. Palm Oil Mill Effluen
Limbah yang dihasilkan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) ada yang berupa
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang dan
fiber digunakan sebagai bahan bakar boiler atau coir mesh dan
tandan kosong dimanfaatkan kembali sebagai mulsa (pupuk bagi
tanaman).
Pada mulanya, strategi pengelolaan lingkungan didasarkan pada
pendekatan kapasitas daya dukung(carrying capacity approach).
Keterbatasan daya dukung lingkungan secara alami dalam menetralisir
pencemaran membuat strategi pengelolaan pencemaran berkembang ke
arah pendekatan mengolah limbah yang terbentuk(end of pipe
treatment)Limbah cair yang dihasilkan harus mengikuti standard yang
sudah ditetapkan dan tidak dapat dibuang/diaplikasikan secara
langsung karena akan berdampak pada pencemaran lingkungan.
Parameter yang menjadi salah satu indikator kontrol untuk
pembuangan limbah cair adalah angka biological oxygen demand (BOD).
Angka BOD berarti angka yang menunjukkan kebutuhan oksigen. Jika
air limbah mengandung BOD tinggi dibuang ke sungai maka oksigen
yang ada di sungai tersebut akan terhisap material organik tersebut
sehingga makhluk hidup lainnya akan kekurangan oksigen. Sedangkan
angka chemical oxygen deman (COD) adalah angka yang menunjukkan
suatu ukuran apakah dapat secara kimiawi dioksidasi. Fungsi dari
pengolahan limbah (effluent treatment) adalah untuk menetralisir
parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum
diaplikasikan (land aplication). Mutu limbah cair yang dapat
dialirkan ke sungai adalah: BOD 3.500 hingga 3.000 mg/liter, Minyak
dan lemak 600 mg/liter, dan pH 6.Limbah Cair Kelapa Sawit Limbah
cair kelapa sawit berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi
danhidrocyclon atau yang lebih dikenal dengan istilah Palm Oil Mill
Effluent (POME) merupakan sisa buanganyang tidak bersifat toksik
(tidak beracun), tetapi memiliki daya pencemaran yang tinggi karena
kandunganorganiknya dengan nilai BOD berkisar 18.000- 48.000 mg/L
dan nilai COD berkisar 45.000-65.000 mg/L(Chin et al.,1996). Limbah
cair yang dihasilkan tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkanpencemaran lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka dibuat tindakan pengendalian limbah cairmelalui sistem kolam
yang kemudian dapat diaplikasikan ke lahan.
Limbah cair dalam sistem kolam terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu:1. Kolam Pendinginan C. Agar prosesLimbah cair pabrik kelapa
sawit memiliki temperatur 75-90oC2. Kolam Pengasaman Pada kolam
pengasaman akan terjadi penurunan pH dan pembentukan
karbondioksida. Proses pengasaman ini dibiarkan selama 30 hari.3.
Kolam Pembiakan Bakteri Pada fase ini terjadi pembiakan bakteri,
bakteri tersebut berfungsi untuk pembentukan methane,
karbondioksida dan kenaikan pH. Proses pembiakan bakteri hingga
limbah tersebut dapat diaplikasikan memerlukan waktu 30-40 hari.
(Kittikun et al., 2000)
Secara garis besar alur proses pengolahan limbah di Pabrik
Kelapa Sawit adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Alur Proses Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Fat Pit
Limbah dari PKS dialirkan masuk kedalamfat pit. Padafat pitini
terjadi pemanasan dengan menggunakan steam dari BPV. Pemanasan ini
diperlukan untuk memudahkan pemisahan minyak dengan sludge sebab
padafat pitini masih dimungkinkan untuk melakukan pengutipan minyak
dengan menggunakanskimmer.Limbah darifat pitini kemudian dialirkan
ke kolamcooling pondyang berguna untuk mendinginkan limbah yang
telah dipanaskan.
Gambar 3. Fat Pit
Cooling PondSelain untuk mendinginkan limbah,cooling pondjuga
berfungsi untuk mengendapkan sludge.Setelah daricooling pondI
limbah kemudian masuk kecooling pondII untuk dilakukan proses
pendinginan yang sama dengancooling pondI.Limbah daricooling pondII
kemudian dialirkan ke kolamanaerobic1, 2, 3.
Gambar 4. Cooling Pond
Kolam AnaerobicPada kolamanaerobicini terjadi perlakuan biologis
terhadap limbah dengan menggunakan bakteri metagonik yang telah ada
di kolam.Unsur organik yang terdapat dalam limbah cair digunakan
bakteri sebagai makanan dalam proses mengubahnya menjadi bahan yang
tidak berbahaya bagi lingkungan.Pada kolamanaerobicterjadi
penurunan BOD dan kenaikan pH minimal 6.Ketebalanscumpada
kolamanaerobictidak boleh > 25 cm, jika ketebalannya telah
melebihi 25 cm maka itu merupakan tanda bahwa bakteri sudah kurang
berfungsi.
Gambar 5. Kolam Aerobik
Maturity PondSetelah dari kolamanaerobic, limbah masuk ke
kolammaturity pondyang berfungsi untuk pematangan limbah (serta
kenaikan pH dan penurunan BOD).Dimaturity pondini terdapat pompa
yang berfungsi mensirkulasikan limbah kembali ke
kolamanaerobic(ditunjukkan oleh garis putus-putus padaflow
process).Kegunaan sirkulasi adalah untuk membantu menurunkan suhu
dan menaikkan pH di kolamanaerobic1, 2, 3.
Gambar 6. Kolam Pematangan
Kolam AplikasiSetelah darimaturity pondlimbah kemudian masuk ke
kolam aplikasi yang merupakan tempat pembuangan akhir limbah.Limbah
yang terdapat pada kolam aplikasi ini digunakan untuk pupuk tanaman
kelapa sawit (land application).
Gambar 7. Kolam Aplikasi
Ada beberapa pilihan dalam pengelolaan limbah cair PKS setelah
diolah di kolam pengelolaan limbah (IPAL) diantaranya adalah
dibuang ke badan sungai atau diaplikasikan ke areal tanaman kelapa
sawit yang dikenal dengan land application. Pembuangan limbah cair
ke badan sungai bisa dilakukan dengan syarat telah memenuhi baku
mutu yang ditetapkan oleh peraturan perundangan. Alternatif ini
mempunyai beberapa kelemahan diantaranya: Pengelolaan limbah cair
sehingga menjadi layak dibuang ke badan sungai (BOD dibawah 100 ppm
), secara teknis bisa dilakukan tetapi memerlukan biaya dan
teknologi yang tinggi di samping waktu retensi efluen yang panjang
di kolam-kolam pengelolaan. Tidak ada nilai tambah baik bagi
lingkungan maupun bagi perusahaan Merupakan potensi sumber konflik
oleh masyarakat karena perusahaan dianggap membuang limbahnya ke
badan sungai adalah berbahaya walaupun limbah tersebut mempunyai
BOD di bawah 100 ppm.
Model alternatif lainnya dalam pengelolaan efluen adalah dengan
mengaplikasikan ke areal pertanaman kelapa sawit (land
application), sebagai sumber pupuk dan air irigasi. Banyak lembaga
penelitian yang melaporkan bahwa efluen banyak mengandung unsur
hara yang cukup tinggi. Potensi ini menjadi semakin penting artinya
dewasa ini karena harga pupuk impor yang meningkat tajam serta
kerap terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan.
Pemanfaatan limbah cair PKS melalui land application telah
menjadi hal yang rutin dilakukan di perkebunan besar dengan hasil
yang baik, yaitu dapat meningkatkan produksi kelapa sawit tanpa
menimbulkan dampak negatif yang berarti terhadap lingkungan. (baca
artikel land application).