PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA DAN OPINI MAHASISWA (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Tentang Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mempeoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Diajukan Oleh : DEDI SYAHPUTRA 080904004 DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
127
Embed
PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK … · antara pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu ... menanggapi isu-isu peristiwa yang terjadi di tengah-tengah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA
DAN OPINI MAHASISWA (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media
Televisi Tentang Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa
Departemen Etnomusikologi FIB – USU)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mempeoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Diajukan Oleh : DEDI SYAHPUTRA
080904004
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2012
PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK
INDONESIA – MALAYSIA
DAN OPINI MAHASISWA
(Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Tentang Pencaplokan
Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini
Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mempeoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik
Diajukan Oleh :
DEDI SYAHPUTRA
080904004
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Massa , Teori Agenda Setting, teori Media Masa dan Televisi, Teori Opini Publik, Berita. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi korelasional yang mencari hubungan antara variabel X (Pemberitaan media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu aderah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) dengan variabel Y (Opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU).Sampel penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang yang masih aktif berkuliah di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dengan karakteristik stambuk 2008-2011 dimana total populasinya adalah sebanyak 167 orang dan sampelnya adalah sebanyak 33 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Sampling dimana teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relatif homogen dan Incidental Sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Reasearch dengan menggunakan bahan bacaan dan buku sebagai bahan referensi dan Field Research dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian . Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Range Spearman, sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya korelasi digunakan skala berdasarkan Guilford.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dimana hal ini disebabkan justru telah semakin pintarnya responden dalam menilai, dan menanggapi isu-isu peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang kemudian dimuat dan diberitakan oleh media masa, hal ini ditandai dengan hasil penelitian yang dilihat dari kuisioner yang kemudian telah dijawab oleh responden sendiri, bahwa responden yang merasa memahami pemberitaan baik isi, kualitas, dan kredibilitas pemberitaan yang disampaikan oleh media televisi yang ditonton, malah memiliki perasaan yang tidak marah, hal ini dikarenakan bahwa responden tidak lagi hanya sekedar mengeluarkan pendapat dan kemudian melontarkan perasaan berupa amarah, namun dapat menilai berasal dari manakah sumber konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia tersebut berasal dan tentunya pihak manakah yang patut disalahkan atas terjadinya konflik pencaplokan aset budaya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT atas
kesempatan dan berkat yang diberikanNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik
Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia
Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU. Skripsi ini
merupakan tugas akhir peneliti sebagai syarat pendidikan sarjana (S-1).
Dalam penulisan penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat
banyak bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan
ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada kedua orang tua peneliti yang selalu mendukung dan membantu
peneliti baik dukungan moril, materil dan juga untuk Mbak tersayang
Novrianti dan Sri Puspita serta Adik-adik tercinta Venny Lia Lidya, Putri
Devi, dan Dimas Hidayatullah, terlebih untuk setiap doa yang senantiasa
mengiringi setiap langkah dalam hidup peneliti.
2. Kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Kepada Ibu Drs. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
4. Kepada Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Kepada Alm. Bapak Drs. T. Nur Alamsyah, yang selama hidupnya pernah
menjadi dosen wali peneliti, dan senantiasa memperkenalkan, mengajari,
membimbing, dan memotivasi peneliti ketika duduk di bangku perkuliahan.
6. Kepada Ibu Dra. Dayana Manurung. MS.i selaku dosen wali pengganti
peneliti yang juga senantiasa selalu mengajari dan mengarahkan peneliti
selama duduk di bangku perkuliahan.
7. Kepada Ibu Dra. Inon Beydha, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing
peneliti yang senantiasa memberikan motivasi dan membantu peneliti dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
8. Kepada Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik yang juga telah membantu peneliti dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
9. Kepada Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D, dan Ibu Dra.
Heristina Dewi M.Pd selaku ketua dan sekretaris Departemen
Etnomusikologi, FIB-USU dan Kak Adri sebagai pembantu pimpinan
Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, yang telah meluangkan waktu,
pikiran, dan tenaga, demi kelancaran dan kesuksesan peneliti untuk
mengadakan penelitian di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU.
10. Kepada rekan-rekan mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuisioner
penelitian.
11. Untuk Kak Ros, Kak Icut, Kak Maya selaku Staf Departemen Ilmu
Komunikasi yang banyak membantu dari penyelesaian studi sampai
M. Arie Kurnia Purba, Mawi Anna, Lia Febrianti, Jefri Haris, Inda Sari
Melia, yang senantiasa memberikan motivasi kepada peneliti, juga sebagai
teman ngobrol, teman tertawa, teman bersama. Untuk sahabat-sahabat
penulis yang juga menjadi motivasi saat penulis melaksanakan penelitian,
Sylviana Uli F Sihite, Kariza Siahaan, Bintang Oktavia , Sondang Mariana,
Melisa Angelina, Dama Paundra Falatehan, Irmina Sagala, dan Ika
Damayanti.
13. Juga Sahabat-sahabat yang peneliti sayangi Dian Sasmi Wulandari, T.
Yudha Afriyansyah, Sri Wahyuni, M. Aulia Muda, Rafli Ardhi Your, Gerry
Syahputra dan Bang Icung yang senantiasa telah menghibur dan memberi
motifasi pada peneliti ketika peneliti sedang merasa kesusahan saat
menghadapi proses penelitian.
14. Rekan-rekan IMAJINASI (Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu
Komunikasi) FISIP-USU, periode kepengurusan 2009-2010 dan 2010-2011.
Dan rekan-rekan angkatan 2008 Departemen Ilmu Komunikasi FISIP-USU.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, peneliti memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
skripsi ini. Peneliti juga mengharapkan ide, saran, kritik dari pembaca untuk
perbaikan yang lebih baik ke depannya. Semoga skripsi ini dapat memenuhi
harapan dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Medan, Maret 2012
Peneliti
NIM : 080904004
DEDI SAYAPUTRA
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI ABSTRAKSI ................................................................................................ i KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 I.2. Perumusan Masalah ................................................................ 7 I.3. Pembatasan Masalah ............................................................... 7 I.4. Tujuan Penelitian .................................................................... 8 I.5. Manfaat Penelitian .................................................................. 8 I.6. Kerangka Teori ........................................................................ 9 I.6.1. Komunikasi Massa ........................................................ 9 I.6.2. Teori Agenda Setting ..................................................... 10 I.6.3. Media Massa dan Televisi ............................................. 11 I.6.4. Opini Publik .................................................................. 14 I.6.5. Berita ............................................................................. 15 I.7. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel............................ 16 I.8. Hipotesis .................................................................................. 22 BAB II. LANDASAN TEORI II.1. Komunikasi Massa ................................................................. 23 II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa ..................................... 23 II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa ................................. 24 II.1.3. Fungsi Komunikasi Massa ........................................... 26 II.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa................................... 28 II.2. Teori Agenda Setting .............................................................. 30 II.3. Media Massa dan Televisi ...................................................... 33 II.3.1. Media Massa ................................................................ 33 II.3.2. Televisi ......................................................................... 35 II.4. Opini Publik ........................................................................... 37 II.4.1. Sejarah dan Defenisi Opini Publik ............................... 37 II.4.2. Proses Pembentukan Opini Publik ............................... 39 II.4.3. Kekuatan Opini Publik ................................................. 42 II.5. Berita ...................................................................................... 43 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 44 III.1.1. Sejarah fakultas Ilmu Budaya – USU ........................ 44 III.1.2. Departemen Etnomusikologi ...................................... 50 III.2. Metodologi Penelitian .......................................................... 56 III.2.1. Metode Penelitian ...................................................... 56 III.2.2. Lokasi Penelitian ........................................................ 56 III.3. Populasi dan Sampel ............................................................ 57 III.3.1. Populasi ...................................................................... 57
Universitas Sumatera Utara
III.3.2. Sampel ........................................................................ 58 III.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 61 III.5. Teknik Analisis Data ............................................................ 62 BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Tabel Tunggal ......................................................... 65 IV.1.1. Karakteristik Responden ............................................ 65
IV.1.2. Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia ...................................................................... 69
IV.1.3. Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU ...................................................................................... 84
IV.2. Analisis Tabel Silang ............................................................ 95 IV.3. Uji Hipotesis ......................................................................... 98 IV.4. Pembahasan .......................................................................... 100 BAB V. PENUTUP V.1. Kesimpulan ............................................................................ 104 V.2. Saran ....................................................................................... 106 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Operasional Variabel .......................................................................... 19 Tabel 2 Daftar Pelopor Pendiri FIB-USU ........................................................ 45 Tabel 3 Populasi ............................................................................................... 57 Tabel 4 Penarikan Sampel ................................................................................ 60 Tabel 5 Jenis Kelamin ...................................................................................... 65 Tabel 6 Usia ...................................................................................................... 66 Tabel 7 Suku ..................................................................................................... 67 Tabel 8 Stambuk ............................................................................................... 68 Tabel 9 Stasiun Televisi yang Paling Sering Ditonton Oleh Responden ......... 69 Tabel 10 Stasiun Televisi yang Paling Sering Dipilih Responden Untuk
Tabel 11 Stasiun Televisi yang Paling Sering Menyajikan Berita Menuru Responden............................................................................................ 73
Tabel 12 Stasiun Televisi yang Paling Sering Menayangkan Pemberitaan Konflik Antara Indonesia dan Malayasia .......................................... 75 Tabel 13 Pernah Atau Tidak Pernahkah Responden Melihat Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia ...................................................................................... 77 Tabel 14 Tingkat Keseringan Stasiun Televisi yang Dipilih Oleh Responden Dalam Menayangkan Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia ....................... 78 Tabel 15 Tingkat Kejelasan Isi Berita yang Disampaikan ................................. 80 Tabel 16 Tingkat Kemenarikan Isi Berita yang Disampaikan Menurut Responden ........................................................................................... 81 Tabel 17 Tingkat Kepahaman Responden Terhadap Berita yang Disampaikan ....................................................................................... 82 Tabel 18 Tingkat Kepercayaan Responden terhadap Berita yang Disampaikan ....................................................................................... 84 Tabel 19 Perasaan Responden Ketika Melihat Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daera Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia ............................................................................................... 86 Tabel 20 Tindakan yang Harus Dilakukan Pemerintah Indonesia dalam Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden ................................... 87 Tabel 21 Ada atau Tidak kah Tindakan yang Dilakukan oleh Pemerintah dalam Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden .......................... 88 Tabel 22 Tingkat Ketegasan Pemerintah Indonesia dalam Merespon, Menghadapi, atau Menangani Kasus Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut
Responden ........................................................................................... 89 Tabel 23 Asal Penyebab Terciptanya Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden ........... 90
Universitas Sumatera Utara
Tabel 24 Pihak yang Patut Disalahkan Atas Terjadinya Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden........................................................................................... 92 Tabel 25 Dapat Berakhir atau Tidak Dapat Berakhirkah Konflik Antara Indonesia dan Malaysia Di Masa yang Akan Datang Menurut Responden........................................................................................... 94 Tabel Silang Tabel 26 Hubungan Tingkat Kepahaman Responden Penelitian Dengan Perasaan Responden............................................................................. 95 Tabel 27 Stambuk Responden dan Opini Responden Mengenai Pihak yang Patut Disalahkan Terkait Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange Yang Dilakukan Oleh Malaysia.............. 96 Tabel 28 Tingkat kredibilitas pada Stasiun Televisi dan Ada atau Tidakkah Tindakan yang Dilakukan Pemerintah Indonesia............................................................................................... 97 Tabel 29 Hasil Uji Hipotesis................................................................................ 98
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konsep .......................................................................... 18
Gambar 2 Proses Pembentukan Opini Publik ................................................. 41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Lampiran 2. Tabel Fortron Cobol Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari Departemen Etnomusikologi FIB-USU Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari Departemen
Etnomusikologi FIB-USU Lampiran 6. Lembar Bimbingan Lampiran 7. Data Pribadi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Massa , Teori Agenda Setting, teori Media Masa dan Televisi, Teori Opini Publik, Berita. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi korelasional yang mencari hubungan antara variabel X (Pemberitaan media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu aderah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) dengan variabel Y (Opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU).Sampel penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang yang masih aktif berkuliah di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dengan karakteristik stambuk 2008-2011 dimana total populasinya adalah sebanyak 167 orang dan sampelnya adalah sebanyak 33 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Sampling dimana teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relatif homogen dan Incidental Sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Reasearch dengan menggunakan bahan bacaan dan buku sebagai bahan referensi dan Field Research dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian . Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Range Spearman, sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya korelasi digunakan skala berdasarkan Guilford.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dimana hal ini disebabkan justru telah semakin pintarnya responden dalam menilai, dan menanggapi isu-isu peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang kemudian dimuat dan diberitakan oleh media masa, hal ini ditandai dengan hasil penelitian yang dilihat dari kuisioner yang kemudian telah dijawab oleh responden sendiri, bahwa responden yang merasa memahami pemberitaan baik isi, kualitas, dan kredibilitas pemberitaan yang disampaikan oleh media televisi yang ditonton, malah memiliki perasaan yang tidak marah, hal ini dikarenakan bahwa responden tidak lagi hanya sekedar mengeluarkan pendapat dan kemudian melontarkan perasaan berupa amarah, namun dapat menilai berasal dari manakah sumber konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia tersebut berasal dan tentunya pihak manakah yang patut disalahkan atas terjadinya konflik pencaplokan aset budaya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Tidak hanya dikenal sebagai negara yang bertetangga. Indonesia dan
Malaysia juga dikenal bangsa yang serumpun, yakni sebuah bangsa yang berasal
dari nenek moyang yang sama. Tidak hanya memiliki kesamaan nenek moyang,
Indonesia dan Malaysia adalah bangsa yang juga memilik kesamaan, mulai dari
bahasa, warna kulit, warna rambut, warna mata, kesamaan budaya, serta topografi
daerahnya. Tidak hanya itu, salah satu suku yang terdapat di Indonesia juga
merupakan suku yang terbesar yang ada di Malaysia, yakni Melayu, hampir
diseluruh pulau sumatera penduduknya adalah Melayu dan tersebar di beberapa
bagian wilayah di pulau Kalimantan. Suku Melayu merupakan suku terbesar dan
merupakan bangsa asli negara Malaysia. Hal inilah yang menjadi persamaan
mencolok antara bangsa Indonesia dan Malaysia. Namun pada kenyataannya tidak
begitu, justru negara yang jaraknya sangat berdekatan itu memiliki permasalahan
yang sangat kompleks, sehingga dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan
bangsa serumpun ini. Begitu banyak masalah yang timbul, hal tersebut tidak
hanya timbul di waktu belakangan ini. Beberapa kejadian konflik yang
berkepanjangan tersebut, menjadi catatan sejarah perjalanan kedua bangsa yang
memiliki akar suku bangsa melayu tersebut.
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1961 saat 16 tahun Indonesia merdeka
konflik ini pun bermula, konflik yang lebih dikenal dengan “ Konfrontasi
Indonesia – Malaysia “, hal ini terjadi dikarenakan perebutan tapal batas wilayah
antara kedua negara, Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya lebih
setiap daerah, demontrasi besar-besaran yang malah justru mempersatukan
sebagai bangsa yang kehilangan akar budayanya seolah-olah menjadi makanan
setiap hari di media massa.
Media massa sangat berperan besar dalam mempengaruhi dan menentukan
sikap khalayak. Setiap pemberitaan dalam media akan memunculkan perubahan
yang signifikan. Media memberikan begitu banyak informasi mengenai
lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih jauh. Media mempengaruhi
kebiasaan konsumsi, media memberikan model dan contoh (positif dan negatif)
yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku. Media menolong kita untuk
berinteraksi secara lebih efektif dengan kelompok sosial dan lingkungan. Pada
tingkat yang lain, adalah juga jelas bahwa media massa sekarang mendorong dan
mempengaruhi fungsi institusi-institusi sosial yang menonjolkan, seperti dalam
bidang politik, pemerintahan, sistem keadilan dan bisnis.
Begitu besar pengaruh media hingga dapat membentuk opini pada
masyarakat, dengan mengkonsumsi berita yang dimuat oleh media opini-opini
yang ada pada masyarakat khususnya pada mahasiswa akhirnya membentuk pola
pikir pada diri mahasiswa tersebut.
Adapun alasan peneliti mengadakan penelitian dengan mengambil
permasalahan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange adalah peneliti ingin
mengetahui secara langsung kepedulian kita sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat, walau isu yang peneliti angkat sudah tidaklah “up date” lagi, dan alasan
mengapa peneliti mengadakan penelitian yang mengambil opini mahasiswa
adalah dikarenakan bahwa selama ini kita hanya melihat dan mendengar
pandangan publik secara umum melalui media, namun belum pernah mendengar
Universitas Sumatera Utara
dan menampung pandangan atau opini dari mahasiswa dalam bentuk penelitian
secara langsung. Selaku masyarakat intelektual, mahasiswa hendaknya tidak
hanya memberikan opini namun juga dapat memberikan saran yang terbaik dalam
memandang dan memahami permasalahan ini. Serta tentunya peneliti sangat ingin
mengetahui sejauh mana mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini
mengkonstruksikan, menilai, dan memahami permasalahan yang dimuat dalam
pemeberitaan media televisi itu sendiri, apakah mahasiswa tersebut, dapat
mencerna dan menelaah isi yang disampaikan atau hanya sebagai bahan informasi
saja. Serta yang terakhir adalah bertujuan untuk mengetahui apakah media mampu
membentuk, mempengaruhi opini pada diri mahasiswa dan respondennya. Dan
yang menjadi alasan mengapa peneliti mengadakan penelitian di Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya-USU adalah peneliti mengharapkan
selaku mahasiswa Ilmu Budaya, hendaknya responden secara jeli dapat
memahami hal ini dan dapat memberikan masukan demi terciptanya jalan keluar.
Hal ini dikarenakan menyangkut dengan masalah perebutan warisan budaya
Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauh
manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai konflik
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap
opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU
Universitas Sumatera Utara
I.2. Perumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
“sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai
konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia
terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU?”
I.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih
jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan
masalah yang akan diteliti adalah :
1. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh pemberitaan konflik pencaplokan
lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia media massa (televisi).
2. Penelitian ini difokuskan pada opini mahasiswa mengenai konflik
Indonesia dan Malaysia yang diberitakan oleh media massa (televisi).
3. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Departemen
Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya – USU, yang berada pada stambuk
2008-2011.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media
televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan
oleh Malaysia terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU
I.5. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik
bahasan yang berhubungan dengan opini mahasiswa pasca pemberitaan mengenai
konflik antara Indonesia dengan Malaysia di media massa dan sebagai bahan
pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat
mengenai permasalahan yang sedang terjadi saat ini yang di terbitkan oleh media
Massa. Bahwa kita harus menjaga keutuhan bangsa, baik menjaga hubungan antar
masyarakatnya, kebudayaan serta wilayah dan aset-aset bangsa sehingga tetap
menjadi negara yang berdaulat dan harus bisa mempertahankan wilayah serta aset
negara kita.
3. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta memperluas khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP-
USU.
Universitas Sumatera Utara
I.6. Kerangka Teori
Dalam melaksanakan penelitian, teori digunakan sebagai landasan yang
digunakan untuk menjelaskan masalah. Setiap penelitian memerlukan kejelasan
titik tolak atau landasan berfikir dan memecahkan atau menyoroti
permasalahannya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-
pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah peneliti akan
disoroti (Nawawi, 2001:39).
I.6.1. Komunikasi Massa
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti
sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30)
Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa
Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?).
Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses
komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek.
Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan
defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh pakar komunikasi
yakni Gerbner “kommunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
Universitas Sumatera Utara
berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling
luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4)
Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.
I.6.2. Teori Agenda Setting
Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan
dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu -
isu apa sajakah yang penting. Sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter
lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan
pencitraan - pencitraan ke hadapan publik.
McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya
kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Pada
penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni
kesadaran dan informasi. Dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini
mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup
signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik
tersebut, dan memberikan pengaruh besar terhadap isu - isu apa yang penting
untuk dibicarakan.
Universitas Sumatera Utara
Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu
- isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Dua asumsi
mendasar dari teori ini adalah (http://sulastomo.blogspot.com/2010/12/teori-
agenda-setting.html):
1. Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya, melainkan
mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut.
2. Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada
isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk
menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya.
I.6.3 Media Massa Dan Televisi
Media massa atau dalam hal ini disebut pula media jurnalistik merupakan
alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa
sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media
(communicating with media).
Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “message
communicated through a mass medium to large number of people”, suatu
komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar
di tempat-tempat yang tidak ditentukan. Jadi media massa menurutnya adalah,
suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, radio, dan
televisi, atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media itu (Muhtadi,
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI
menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-
17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai
siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30
WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4
dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16)
Pada dasarnya televisi mempunyai sifat sebagai berikut, dapat didengar
dan dilihat bila ada siaran, dapat dilihat dan didengar kembali bila diputar
kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau
besar. (Morrisan, 2008: 11)
Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut: (Wawan, 1996: 100)
1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi.
2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.
3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan kehidupan religi bagi masyarakat.
Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, media massa secara pasti
dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini
publik untuk membawanya kepada perubahan.
Universitas Sumatera Utara
I.6.4. Opini Publik
Opini menurut Cutlip and Centre adalah suatu ekspresi tentang sikap
mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial yang menimbulkan pendapat
berbeda-beda (Sastropoetro, 1990:41)
Dan William Albing berpendapat bahwa opini itu dinyatakan kepada suatu
hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan
mengenai masalah tersebut. Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap
suatu persoalan atau isu. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai
perasaan ragu-ragu dengan suatu yang lain dari kebiasaan, ketidak cocokan dan
adanya perubahan penilaian.
Dalam effective public relations, opini publik adalah sebuah ekspresi
energi sosial yang mengintegrasikan aktor individual ke dalam pengelompokan
sosial dengan cara mempengaruhi politik. Gagasan umum tentang opini publik
menyatakan bahwa opini publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap
isu yang sama.
Untuk memahami opini seseorang dan publik tersebut, menurut R.P. Abelson bukanlah perkara yang mudah karena berkitan dengan unsur-unsur pembentuknya (Cutlip,2006:262), yaitu :
1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief) 2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude) 3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang
berakar dari beberapa faktor, yakni : a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut
seseorang/masyarakat. b. Pengalaman masa lalu/kelompok tertentu menjadi landasan atau
pendapat atau pandangan. c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut
atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat). d. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang
kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
I.6.5. Berita
Menurut Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama
dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. (Pereno,
2002:6) Secara umum berita adalah laporan kejadian yang baru saja terjadi dari
kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga
dapat menarik perhatian para pembaca berita.
Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu:
1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan
lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini,
jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam :
a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi
aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui
pembaca.
b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih
merupakan berita pendukung.
2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal
yang ada di bawah suatu permukaan.
3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau
penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau
penelitian penulisnya/reporter.
5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat
para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal,
peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya ( Romli, 2003:3 ).
Universitas Sumatera Utara
Unsur-Unsur Berita
Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur berita yaitu :
(1) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
(2) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
(3) Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
(4) When - kapan terjadinya?
(5) Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
(6) How - bagaimana terjadinya?
(7) What next - terus bagaimana?
I.7. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel
Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian
yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang
dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa ( Nawawi, 1995: 40 ).
Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak
diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial ( Singarimbun, 1995: 57 )
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam
menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah
yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka
Universitas Sumatera Utara
harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas
dikarenakan bebas dalam mempengaruhi variabel lainnya.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberitaan Media Massa
(Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang
Dilakukan Malaysia.
b. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
dari adanya variabel bebas. Disebut sebagai variabel terikat karena variabel
ini dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Opini Mahasiswa Departemen
Etnomusikologi FIB-USU.
c. Karakterakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah Jenis Kelamin, Usia,
Suku.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat dibentuk model teoritis
sebagai berikut :
Gambar 1
Kerangka Konsep
Variabel Bebas ( X )
Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.
Variabel Terikat ( Y )
Opini Mahasiswa
Departemen Etnomusikologi
FIB-USU.
Karakteristik
Responden
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan
diatas, maka untuk mempermudahkan penelitian, perlu dibuat operasional
variabel-variabel sebagai berikut :
Tabel 1
Operasional Variabel
Konsep Teoritis Operasional Varibel
Variabel Bebas (X)
Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.
a. Frekuensi Pemberitaan
b. Kejelasan Isi Pesan
c. Penyajian Pesan
d. Pemahaman Tentang Isi Pesan
Variabel Terikat (Y)
Opini Mahasiswa
a. Kepercayaan (belief).
Kepercayaan terhadap isi pemberitaan di
media massa
b. sikap (attitude).
Sikap mahasiswa terhadap pemberitaan
c. Persepsi (perception).
Persepsi mahasiswa terhadap
pemberitaan pencapokan lagu daerah
Rasa Sayange yang dilakukan Malaysia
Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin
b. Usia
c. Suku
d. Stambuk
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan operasional variabel yang disusun, maka dapat di ambil
defenisi operasional variabelnya yakni dimana defenisi variabel operasional
adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk
mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional variabel adalah
suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin mengukur
variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46)
Defenisi operasional dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (X), Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.
a. Frekuensi Pemberitaan, seberapa sering pemberitaan akan hal konflik
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi)
diangkat.
b. Kejelasan Isi Pesan, pemberitahuan akan isi informasi secara jelas, dan
terpercaya.
c. Penyajian Pesan, bagaimana pesan tersebut disajikan melalu
pemberitaan di media massa.
d. Pemahaman Tentang Isi Pesan adalah pengertian dan pemahaman
khalayak terhadap isi pesan yang disampaikan pemberitaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Terikat (Y), Opini Mahasiswa Etnomusikologi FIB-USU
a. Belief, kepercayaan mengenai suatu hal atau apa yang diyakini
responden sebagai suatu kebenaran.
b. Attitude, apa yang sebenarnya dirasakan responden untuk menjadi
sikapnya dalam menghadapi pemberitaan di media massa.
c. Perception, yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari
beberapa faktor, yakni latar belakang budaya, pengalaman masa lalu,
dan nilai-nilai yang dianut dan berita berkembang.
3. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin, yaitu penggolongan jenis kelamin responden yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan
b. Usia, yaitu umur responden
c. Suku, yaitu sub kebudayaan yang melekat di dalam diri responden.
Universitas Sumatera Utara
I.8. Hipotesis
Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun,
1995:43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai
hubungan antara 2 variabel atau lebih.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan pengaruh pemberitaan tentang konflik
pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) terhadap opini
mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU.
Ha : Terdapat hubungan pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan
lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa
Departemen Etnomusikologi FIB - USU.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Komunikasi Massa
II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti
sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30)
Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek.
Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa
yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi
massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga
dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri (Ardianto, 2004:4).
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.
II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa antara lain adalah :
1. Komunikator Terlembagakan.
Sesuai dengan pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan
lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi kompleks, maka
proses pemberian pesan yang diberikan oleh komunikator harus bersifat
sistematis dan terperinci.
2. Pesan Bersifat Umum.
Pesan dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini. Namun tidak semua fakta
atau peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media
massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus
memenuhi kriteria pengting atau menarik.
3. Komunikannya yang Anonim dan Heterogen.
Komunikan yang dimiliki komunikasi massa adalah anonim ( tidak dikenal )
dan heterogen ( terdiri dari berbagai unsur )
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan.
Universitas Sumatera Utara
Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan
penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan
sistem tertentu dan disesuaikan karakteristik media massa yang digunakan.
Di dalam komunikasi antarpersonal, yang menentukan efektivitas
komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia, bukan pada
“ apanya “ tetapi “ bagaimana “. Sedangkan pada komuniaksi massa
menekankan pada “ apanya “(Ardianto, 2004:7-8)
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah.
Komunikator dan komunikan tidak dapat terlibat secara langsung, karena
proses pada komunikasi massa yang menggunakan media massa.
7. Stimulasi Alat Indra “ Terbatas “.
Stimulasi alat indra tergantung pada media massa. Pada surat kabar dan
majalah, pembaca hanya melihat, pada media radio khalayak hanya
mendengarkan, sedangkan pada media televisi dan film kita menggunakan
indra pengelihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda ( Delayed ).
Hal ini dikarenakan oleh jarak komunikator dengan komunikan yang
berjauhan dan katakter komunikan yang anonim dan heterogen (Ardianto,
2004:7-8).
Universitas Sumatera Utara
II.1.3. Fungsi Komunikasi Massa
fungsi dari komunikasi massa adalah sebagai berikut :
a. Penafsiran ( Interpretation )
Fungsi penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan
kepada khalayak, serta dilengkapi perspektif ( sudut pandang )
terhadap berita atau tanyangan yang disajikan.
b. Pertalian ( Linkage )
Dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga
membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu.
c. Penyebaran Nilai-nilai ( Transmission Of Values )
Dengan cara media massa itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media
massa itu memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak
dan apa yang diharapkan oleh mereka.
d. Hiburan ( Entertainemnt )
Berfungsi sebagai penghibur tiada lain tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan pikiran khalayak.
e. Fungsi Informasi
Media massa berfungsi sebagai penyebar informasi bagi pembaca,
pendengar, atau pemirsa.
Universitas Sumatera Utara
f. Fungsi Pendidikan
Salah satu cara media massa dalam memberikan pendidikan adalah
dengan melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang
berlaku bagi pembaca atau pemirsa.
g. Fungsi Mempengaruhi
Secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, Features, iklan, artikel
dan sebagainya.
h. Fungsi Proses Pengembangan Mental.
Media massa erat kaitannya dengan prilaku dan pengalaman
kesadaran manusia.
i. Fungsi Adaptasi Lingkungan
Yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana khalayak dapat
beradaptasi dengan lingkungannya dengan dibantu oleh media massa,
ia bisa lebih mengenal bagaimana keadaan lingkungannya melalui
media massa.
j. Fungsi Memanipulasi Lingkungan
Berusaha untuk mempengaruhi, komunikasi yang digunakan sebagai
alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.
k. Fungsi Meyakinkan ( To Persuade )
- Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai
seseorang.
- Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang
- Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu (Effendi,
2003:29).
Universitas Sumatera Utara
II.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media
massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam
komunikasi massa adalah:
1. Komunikator
a. Merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi
informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka
informasi tersebut dengan cepat ditangkap oleh publik
b. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi,
pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang
tersebar tanpa diketahui jelas keberadaan mereka.
c. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili
institusi formal yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran
informasi tersebut.
2. Media Massa
Media massa merupakan media komunikasi dan informasi yang
melakukan penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat
secara massal pula. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai
agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah
paradigma utama media massa.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan :
a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media
edukasi.
b. Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan
informasi kepada masyarakat.
c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. (Bungin, 2006:85)
3. Informasi Massa
Informasi massa merupakan informasi yang diperuntukan kepada
masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi
oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik
publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.
4. Gatekeeper
Merupakan penyeleksi informasi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa
komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media
massa, mereka inilah yang akan menyeleksi informasi yang akan disiarkan
atau tidak disiarkan.
5. Khalayak
Khalayak merupakan massa yang menerima informasi massa yang
disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar
atau pemirsa sebuah media massa.
Universitas Sumatera Utara
6. Umpan Balik
Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya mempunyai sifat
tertunda sedangkan dalam komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan
tetapi, konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah
dikoreksi karena semakin majunya teknologi, maka proses penundaan
umpan balik menjadi sangat tradisional (Bungin, 2006:71).
II.2. Teori Agenda Setting
Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan
dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu -
isu apa sajakah yang penting. Sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter
lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan
pencitraan - pencitraan ke hadapan publik.
McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya
kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Pada
penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni
kesadaran dan informasi. Dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini
mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup
signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik
tersebut, dan memberikan pengaruh besar terhadap isu - isu apa yang penting
untuk dibicarakan.
Universitas Sumatera Utara
Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu
- isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Dua asumsi
mendasar dari teori ini adalah (http://sulastomo.blogspot.com/2010/12/teori-
agenda-setting.html):
1. Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya,
melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut.
2. Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih
kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada
publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan
dengan isu lainnya.
Kekuatan media dalam mempengaruhi khalayak
Dalam agenda setting, yang menentukan kekuatan media dalam
mempengaruhi khalayak dijelaskan dalam konsep need for orientation
(McCombs, Maxwell & Reynolds: 2002). Konsep ini menyediakan penjelasan
teoritis untuk keragaman di dalam proses agenda-setting, melampau kategori isu
obtrusive (isu yang dialami langsung) dan unobtrusive (tidak dialami langsung)
oleh khalayak.
Need for orientation didasarkan pada konsep psikolog Edward Tolman
general theory of cognitive mapping yang menyatakan bahwa manusia
membentuk peta di dalam pikirannya untuk membantu mengarahkan lingkungan
ekseternalnya. Konsep ini mirip dengan gagasan Lippmann tentang pseudo-
environment – lingkungan yang diciptakan oleh media. Selanjutnya konsep need
for orientation juga menyatakan bahwa ada perbedaan individu dalam
kebutuhannya akan orientasi terhadap isu dan juga perbedaan dalam kebutuhan
akan latar belakang informasi terhadap isu tertentu (McCombs, Maxwell &
Reynolds: 2002).
Secara konseptual, need for orientation diefinisikan dalam dua konsep,
yaitu relevansi dan ketidakmenentuan; yang peran masing-masing terjadi secara
berurutan. Relevansi adalah yang pertama kali menentukan apakah media akan
mempengaruhi agenda atau tidak. Bila individu merasa media dianggap memiliki
tingkat relevansi yang tinggi terhadap informasi yang dibutuhkan individu, besar
kemungkinan media akan berpengaruh kuat terhadap individu tadi. Sedangkan
pada tahap kedua, ketidakmenentuan menunjukkan apakah individu sudah
memiliki/menentukan terhadap isu yang menjadi agenda media. Dalam konteks
pemilihan umum, ketidakmenentuan ini bisa diligat pada posisinya sebagai
decided/undecided voters. Media akan sangat berpengaruh terhadap individu yang
memiliki tingkat relevansi dan ketidak menentuan yang tinggi.
Di samping faktor need for orientation itu, riset belakangan juga
menunjukkan bahwa dampak agenda-setting terjadi secara kuat di kalangan yang
terdidik. Di samping tingkat pendidikan, kredibilitas juga menentukan tingkat
pengaruh media dalam agenda-setting.
Mengingat bahwa agenda setting berada pada domain dengan asumsi powerful media effect, maka sebenarnya efek media terhadap khalayak memang besar. Hanya saja tidak serta merta demikian. Ada faktor-faktor yang mengekskalasi tingkat kekuatan pengaruh agenda setting. Di antaranya adalah langsung-tidak langsung jenis pengalaman terhadap isu yang sedang diagendakan, tingkat need for orientation yang ada pada khalayak, tingkat pendidikan serta tingkat kredibilitas media yang melakukan setting terhadap agenda tertentu Wanta, (W & Ghanem, S, “Effects of Agenda Setting” in Preiss, R.W et. Al Eds.2007).
Universitas Sumatera Utara
II.3. Media Massa dan Televisi
II.3.1. Media Massa
Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini
masyarakat sementara peran lainnya adalah menekankan pentingnya media massa
sebagai alat kontrol sosial. Dari segi makna, “media massa” adalah alat/sarana
untuk menyebar-luaskan berita, analisis, opini, komentar, materi pendidikan dan
hiburan. Sedangkan dari segi etimologis, “media massa” adalah “komunikasi
massa” yang memiliki arti sebutan lumrah di kalangan akademis untuk studi
“media massa”.
Ada beberapa bentuk media massa yang kita kenal sekarang ini, yaitu:
1. Surat Kabar
Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau
surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang,
biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran,
yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa
berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat
kabar juga biasa berisi karikatur yang biasanya dijadikan bahan sindiran
lewat gambar berkenaan dengan masalah-masalah tertentu, komik, TTS dan
hiburan lainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Koran).
2. Majalah
Tipe suatu majalah ditentukan oleh khalayak yang dituju. Artinya, sejak
awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI
menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-
17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai
siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30
WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4
dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16)
, sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara
spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. (Morrisan,
2008: 6)
Pada dasarnya televisi mempunyasi sifat sebagai berikut, dapat didengar
dan dilihat bila ada siaran, dapat diliaht dan didengar kembali bila diputar
kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau
besar. (Morrisan, 2008: 11)
Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut: (Wawan, 1996: 100)
1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi.
2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.
3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan kehidupan religi bagi masyarakat.
Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, media massa secara pasti
dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini
publik untuk membawanya kepada perubahan.
Universitas Sumatera Utara
II.4. Opini Publik
II.4.1. Sejarah dan Defenisi Opini Publik
Istilah Opini Publik diserap secarah utuh dari bahasa inggris – public
opinion, yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Istilah
Opini Publik itu digunakan antara lain oleh Omi Abudrrahman ( 1986 ), Kartadi
Suhandang ( 1973 ) dan M.O. Tambunan ( 1994 ). Namun, pakar yang lain seperti
Astrid Susanto ( 1975 ) dan Anwar Arifin ( 1998 ) lebih suka menggunakan istilah
pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public opinion (Sunarjo, 2005:22)
Opini Publik sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan politik
mulai banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan Amerika
Serikat. Pemakaian istilah itu terutama berkaitan dengan politik dan komunikasi
politik tatkala Alquin menyerukan, “ vox populi, vox dei “ ( suara rakyat adalah
suara Tuhan ).
Tedori opini publik mengusulkan bahwa jika media berita berdampak pada
preferensi kebijakan publik, isi media perlu menyediakan bias arah yang
konsisten. Bias arah yang konsisten dari berita ('satu-sisi arus informasi') mungkin
memerlukan penekanan yang konsisten di kedua positif atau aspek-aspek negatif
dari suatu peristiwa atau isu. Namun, jika seseorang terkena kedua sisi masalah,
individu ini tidak mungkin akan terpengaruh oleh pesan-pesan karena mereka
membatalkan satu sama lainnya. Efek ini dijuluki sebagai 'dua sisi arus informasi.
Hal ini diungkapkan pada jurnal penelitian (ClaesH De Vreese, 2006:Vol 44. No
2. pp. 419–36).
Universitas Sumatera Utara
Adapun beberapa faktor defenisi Pendapat umum yakni sebagai berikut (Arifin, 2010:119)
1. Adanya Isu ( Presence of an issue ). Pertama-tama harus terdapat konsensus yang sesungguhnya bahwa pendapat umum berkumpul di sekitar suatu isu ( issue ). Dalam ungkapan sehari-hari, pendapat umum sering muncul sebagai istilah yang sangat umum, yang melukiskan sesuatu seperti sikap bersama ( collective attitude ) atau suasana hati masyarakat ( public mood ). Carlyle berpendapat bahwa “ pendapat umum adalah kebohongan yang paling besar di dunia “. Untuk tujuan kita, isu dapat didefenisikan sebagai suatu situasi kontemporer dimana mungkin terdapat ketidak pastian.
2. Hakikat Masyarakat ( The Nature of Publics ). Yakni harus ada kelompok orang yang dapat dikenal yang berkepentingan dengan persoalan tersebut. Ini adalah masyarakat. Gagasan mengenai suatu masyarakat yang digunakan disini dipopulerkan oleh Jhon Dewey, terutama dalam bukunya The Public and its Problems ( Masyarakat dan Masalahnya ).
3. Kompleks Preferensi pada Masyarakat. Yakni mengacu pada totalitas pendapat para masyarakat tentang suatu isu. Hal tersebut mencakup gagasan pendistribusian pendapat menurut arah dan intervensinya ( setuju atau menolak arah tindakan yang disarankan berkaitan dengan isu tersebut. Masyarakat yang menaruh perhatian pada isu dengan sendirinya akan terbagi ke dalam dua atau lebih sudut pandang yang berbeda.
4. Ekspresi Pendapat ( Expression of Opinion ). Kata-kata yang diucapkan atau dicetak merupakan bentuk yang paling biasa dari ekspresi pendapat, tetapi sewaktu-waktu gerak-gerik - kepalan tangan, lambaian tangan, bahkan tarikan nafas orang banyak, sudah cukup untuk menunjukan ekspresi orang tersebut.
5. Jumlah Orang yang Terlibat ( Number of Persons Involved ). Adanya besaran masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu.
Adapun yang menjadi karakteristik opini publik menurut Hendley Cantril (
Gauging Public Opinion ) dalam Arifin ( 1998 : 119-120 ) dari lembaga penelitian
Opini Publik dari Universitas Princeton mengumpulkan prinsip yang merupakan
karakteristik opini publik adalah sebagai berikut :
1. Opini publik sangat peka ( govoeling ) terhadap peristiwa-peristiwa penting.
2. Peristiwa-peristiwa yang bersifat luar biasa dapat menggeser opini publik seketika dari suatu ekstremis yang satu ke yang lainnya. Opini publik itu baru akan mencapai stabilitasnya apabila kejadiannya dari peristiwa itu memperlihatkan garis-garis besar yang jelas.
Universitas Sumatera Utara
3. Opini pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh peristiwa-peristiwanya dari pada oleh kata-kata, kecuali kata-kata itu sendiri merupakan suatu peristiwa.
4. Pernyataan liasan dan garis-garis tindakan merupakan hal yang teramat penting dikala opini belum terbentuk dan dikala orang-orang berada dalam keadaan suggestible dan mencari keterangan dari sumber-sumber terpercaya.
5. Pada umumnya opini publik tidak mendahului keadaan-keadaan darurat, ia hanya mereaksi keadaan itu.
6. Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan pribadi.
7. Opini atau pendapat tidaklah bertahan lama, kecuali jika orang-orang merasa bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut dan jika pendapat yang dibangkitkan oleh kata-kata diperkuatkan oleh peristiwa-peristiwa.
8. Apabila kepentingan pribadi telah tersangkut, opini tidaklah mudah diubah.
9. Jika suatu pendapat didukung oleh suatu mayoritas yang tidak terlalu kuat dan jika pendapat tidak mempunyai bentuk kuat pula, maka fakta yang nyata ada kecenderungan mengalihkan pendapat dari arah penderitaan.
10. Pada saat kritis, rakyat menjadi lebih peka ( govoeling ) terhadap kemampuan pemimpinnya dan apabila mereka mempunyai kepercayaan terhadapnya, maka mereka akan rela untuk lebih banyak memberikan tanggung jawab dari pada biasanya, akan tetapi apabila kepercayaan mereka itu kurang, maka toleransi merekapun berkurang dari biasanya (Arifin 1998 : 119-120).
II.4.2. Proses Pembentukan Opini Publik
Gorge Carslake Thompson dalam “The Nature Of Public Opinion”
(Sastropoetro, 1990:106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang
menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu :
1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau merekapun boleh tidak
setuju.
2. Mereka dapat berbeda dalam pemikiran atau estimation, tetapi juga boleh
tidak berbeda pandangan.
3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber
data yang berbeda-beda.
Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi
terhadap isu-isu tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa orang-orang yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai opini yang tegas, mendasarkan kepada rational grounds atau alasan
yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat dimengerti
oleh orang lain”.
Kemudian dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini
publik, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu:
1. Difusi, apakah pendapat yang ditimbulkan merupakan suara terbanyak,
akibat adanya kepentingan golongan.
2. Persistence,kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya isu
karena disamping itu, pendapatpun perlu diperhitungkan.
3. Intensitas, ketajaman terhadap isu
4. Reasonableness, atau suatu pertimbangan yang tepat dan beralasan.
Menurut R.P. Abelson (1998) unsur-unsur pembentukan opini adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief) 2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude) 3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang
berakar dari beberapa faktor, yakni : a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut
seseorang/masyarakat. b. Pengalaman masa lalu/kelompok tertentu menjadi landasan atau
pendapat atau pandangan. c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut
atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat). d. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang
kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat (Cutlip, 2006:262).
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian maka proses pembentukan opini publik tersebut dapat
dilihat melalui gambar berikut (Ruslan, 1999:56)
Gambar 2 Proses Pembentukan Opini Publik
Pada bagan “proses pembentukan opini publik” menggambarkan mulai
dari persepsi seorang sehingga terbentuknya suatu opini publik, yaitu berakar dari
latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang akan melahirkan
suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada akhirnya akan terbentuk
suatu opini publik, apakan nantinya mendukung, atau menentang atau berlawanan.
Pendirian merupakan apa yang dirasakan seseorang dan timbul attitude sebagai
sikap yang dapat tersembunyi dalam diri seseorang, dan dapat dalam bentuk
simbol, bahasa tubuh, verbal, mimik muka, serta makna daru suatu warna yang
dipakainya.
Opini seseorang itu kemudian secara akumulatif dapat berkembang
menjadi suatu konsensus (kesepakatan), dan ter-kristalisasi jika masyarakat dalam
Faktor
Penentu
- Latar belakang budaya
- Pengalaman masa lalu
- Nilai-nilai yang dianut
- Berita yang bercabang
Proses
pembentukan
Persepsi Opini Konsensus Opini Publik
Sikap
Cognitive
Behavior
Affect
Universitas Sumatera Utara
kelompok tertentu mempunyai kesamaan visi, ide, nilai-nilai yang dianut, latar
belakang dan hingga tujuan yang hendak dicapai dikemudian hari akan terbentuk
menjadi opini publik.
II.4.3. Kekuatan Opini Publik
Telah dikemukan bahwa opini publik atau pendapat umum sebagai satu
kesatuan pernyataan suatu hal yang besifat kontroversial, merupakan suatu
penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pada pendapat
publik melekat beberapa kekuatan yang sangat diperhatikan (Eddy Yehuda,
1. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau
sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial
menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa
dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi di tengah
masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada
yang karena itu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya.
2. Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma
sopan santun dan asusila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua,
maupun antara yang muda dengan sesamanya.
3. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan bahkan
bisa juga menghancurkan suatu lembaga.
4. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu
kebudayaan.
5. Opini publik dapat pula melestarikan norma sosial.
Universitas Sumatera Utara
II.5. Berita
Menurut Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama
dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. (Pereno,
2002:6) Secara umum berita adalah laporan kejadian yang baru saja terjadi dari
kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga
dapat menarik perhatian para pembaca berita.
Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu( Romli, 2003:3 )
1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini, jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam :
:
a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui pembaca.
b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita pendukung.
2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulisnya/reporter.
5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Unsur-Unsur Berita
Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur berita yaitu :
(8) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
(9) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
(10) Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
(11) When - kapan terjadinya?
(12) Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
(13) How - bagaimana terjadinya?
(14) What next - terus bagaimana?
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
III.1.1. Sejarah fakultas Ilmu Budaya – USU
Pendirian Fakultas Sastra diawali dengan keluarnya Surat Keputusan
Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor: 190/1965 terhitung
mulai tanggal 25 Agustus 1965. Pada awal berdirinya Fakultas Sastra belum
mempunyai gedung sendiri dan masih menumpang di Fakultas Hukum, hanya
memiliki 1 jurusan yakni jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan jumlah
mahasiswa 45 orang. Kemudian pada awal tahun 1966 Fakultas Sastra
memperoleh gedung sendiri yang terletak di bahagian depan Sekolah TK Dharma
Wanita USU, tetapi gedung ini sangat kecil, setahun kemudian Fakultas Sastra
mendapat tambahan gedung eks PU di Jalan Prof. Muhammad Yusuf, tetapi masih
juga sangat minim dan tidak memenuhi syarat untuk perkuliahan karena
ruangannya hanya 4, 2 ruang untuk perkuliahan dan 2 ruang untuk administrasi
Sastropoetro. 1990. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Bandung: Remaja Karya.
Shoelihi, Mohammad. 2009. Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Singarimbun. Masri. 2006. Metode Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta.
Sunarjo, AS Haris. 2005. Opini Public. Yogyakarta: Liberty
Susanto. Astrid Phil. 1985. Pendapat Umum. Bandung: Binacipta.
Wanta, W & Ghanem, S. 2007. “Effects of Agenda Setting” Preiss, R.W et. Al (Eds.). Mass Media Effects Research: Advanced Through Meta-Analysis. Mahwah, NJ, London: Erlbaum
Widiyanta, Danar. 2003. Diktat Kuliah:”Sejarah Asia Tenggara Baru”.Yogyakarta.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.