Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tindakan injeksi merupakan salah satu tindakan medis yang
paling sering dikerjakan. Lebih dari 90% tindakan injeksi
dikerjakan untuk tujuan terapeutik, sementara 5-10% untuk
tindakan preventif termasuk keluarga berencana. Tindakan
injeksi harus dikerjakan secara aman. Penggunaan alat injeksi
yang berulang dapat menjadi sumber transmisi virus Hepatitis
B, virus Hepatitis C dan HIV. Karena itu WHO merekomendasikan
pengunaan alat injeksi sekali pakai (disposable).
Tidak jarang tindakan injeksi menimbulkan rasa takut pada
pasien, baik anak maupun orang dewasa. Tehnik yang tepat
dapat mengurangi rasa sakit akibat proses injeksi. Empat hal
yang harus diperhatikan dalam tindakan injeksi yaitu: rute
injeksi, lokasi injeksi, tehnik dan alat.
Injeksi adalah suatu metode untuk memasukkan liquid ke
dalam tubuh dengan menggunakan spuit dan jarum melalui
kedalaman kulit tertentu agar bahan-bahan dapat didorong
masuk kedalam tubuh. Tindakan injeksi pun dapat dilakukan
dengan rute IM (Intramuskular), IV (Intravena), IC
(Intracutan), dan SC(Subcutan).
Injeksi itramuskular (IM), memungkinkan adsorbsi obat
yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih
banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang
ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak
berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh
1
Page 2
darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung
dalam 10-30 menit, guna memperlambat adsorbsi dengan maksud
memperpanjang kerja obat, seringkali digunakan larutan atau
suspensi dalam minyak umpamanya suspense penicilin dan
hormone kelamin.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemberian obat secara IM?
2. Apa prinsip pemberian obat secara IM?
3. Apa indikasi dan kontra indikasi pemberian obat
secara IM?
4. Apa macam-macam obat yang diberikan secara IM?
5. Dimana daerah pemberian obat secara IM?
6. Bagaimana prosedur pemberian obat secara IM?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pemberian obat secara
IM.
2. Untuk mengetahui prinsip pemberian obat secara IM.
3. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi
pemberian obat secara IM.
4. Untuk mengetahui macam-macam obat yang diberikan
secara IM.
5. Untuk menegtahui daerah pemberian obat secara IM.
6. Untuk mengetahui prosedur pemberian obat secara
IM.
1.4. Manfaat
2
Page 3
1. Agar dapat mengetahui pengertian pemberian obat
secara IM.
2. Agar dapat mengetahui prinsip pemberian obat
secara IM.
3. Agar dapat mengetahui indikasi dan kontra indikasi
pemberian obat secara IM.
4. Agar dapat mengetahui macam-macam obat yang
diberikan secara IM.
5. Agar dapat mengetahui daerah pemberian obat secara
IM.
6. Agar dapat mengetahui prosedur pemberian obat
secara IM.
3
Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pemberian Obat Secara IM
Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian
obat/cairan dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot
(muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada
bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan
untuk menusuk saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian
atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat seperti ini
memungkinkan obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk
depot obat.
Jaringan intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris
yang mempunyai banyak vaskularisasi aliran darah tergantung
dari posisi otot ditempat penyuntikan. Tujuan pemberian obat
secara intramuskular yaitu agar obat diabsrorbsi tubuh dengan
cepat.
2.2. Prinsip Pemberian Obat Secara IM
Para petugas medis dituntut harus mengetahui semua
komponen dari perintah pemberian obat, termasuk 6 prinsip
pemberian obat yang benar. Adapun 6 prinsip tersebut antara
lain:
1. Benar Klien/Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien
yang diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran
4
Page 5
obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus
diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang
identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara
verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi
diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari
cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari
gelang identitasnya.
2. Benar Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya perawat harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat
dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar
namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu
hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label
pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil
dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat
yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika
labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien
meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
5
Page 6
memberi obat, perawat harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Dosis yang diberikan klien harus sesuai dengan kondisi
klien. Dosis yang diberikan harus pula dalam batas yang
direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat
harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis
yang akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis yang
diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosis obat harus dihitung
kembali dan diperiksa oleh perawat lain. Serta melihat
batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
4. Benar Waktu
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Dosis obat harian diberikan pada waktu
tertentu dalam sehari. Misalnya seperti 2x sehari, 3x
sehari, 4x sehari, dan 6x sehari. Sehingga kadar obat
dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan. Pemberian obat
harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan
untuk obat yang memiliki aktu paruh pendek diberika
beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu. Pemberian
obat juga memperhatikan dibeikan sbelum atau sesudah makan
atau bersama makan. Ingat pula untuk memberikan obat-obat
seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa
lambung bersama-sama dengan makanan. Menjadi tanggung
jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
6
Page 7
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah
puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
5. Benar Cara/Rute
Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus
tepat dan memadai. Obat dapat diberikan melalui sejumlah
rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute
terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat,
serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan
peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
6. Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang
berlaku di rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang
sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon
klien terhadap pengobatan. Setelah obat itu diberikan,
harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya,
atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya
dan dilaporkan.
2.3. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Obat Secara IM
Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa
dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral. Kontra indikasi dalam pemberian obat secara
intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.
7
Page 8
2.4. Macam-macam Obat IM
Berikut adalah macam-macam obat yang diberikan secara
intramuskular:
a. MATOLAC
1) Untuk penggunaan jangka pendek untuk nyeri akut sedang
sampai dengan berat.
2) DOSIS : 10-30 mg tiap 4-6 jam. maks: sehari 90 mg, lama
terapi maksimal (pemberian IM/IV) tidak boleh dari 5
hari. km : 5 amp 10 mg
b. FENTANYL
1) Untuk depresi pernafasan,cedera kepala,alkhoholisme
akut, serangan asma akut, intolerensihamil,laktasi.
2) DOSIS: pramedikasi, 100 mcg scr IM 30-60 sblm op.
c. DOLGESIK
1) Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat,
nyeri paska op (oprasi).
2) DOSIS: dosis tunggal untuk dewasa dan anak-anak >12
thn : 1 amp (100mg) IM di suntikkan perlahan-lahan.
Maksimal 4 amp . anak- anak :, 1 thn: 1-2 mg/kg.
d. DURALGIN.
1) Untuk analgesik seperti : nyeri setelah op, neuralgia.
2) DOSIS
Dws 25-100 mg ,maksimal sehari 300 mg dalam dosis.
Bagi, anak ,6 thn: sehari maks 100 mg i.m
Dosis bagi anak-anak 6-12 thn : sehari maksimal 20000
mg.
e. BCG
1) Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis
2) Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
8
Page 9
3) Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang
dilemahkan
4) Waktu Pemberian :
Umur / usia 2 bulan
f. DPT/DT
1) Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi
tenggorokan), Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus
(kaku rahang).
2) Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus
3) Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
VI. Umur / usia 10 tahun
g. Hepatitis B
1) Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati
mematikan
2) Waktu Pemberian :
I. Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya
II. Tergantung situasi dan kondisi I
III. Tergantung situasi dan kondisi II
IV. Tergantung situasi dan kondisi II
h. Hepatitis A
1) Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)
2) Penyebab : Virus hepatitis A
9
Page 10
3) Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi I
II. Tergantung situasi dan kondisi II
2.5. Daerah Pemberian Obat Secara IM
1. Paha (vastus lateralis)
Posisi klien terlentang dengan
lutut agak fleksi. Area ini terletak
antar sisi median anterior dan sisi
midlateral paha. Otot vastus
lateralis biasanya tebal dan tumbuh
secara baik pada orang deawasa dan
anak-anak. Bila melakukan injeksi
pada bayi disarankan menggunakan area
ini karena pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan
pemubuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada 1/3
bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara
membagi area antara trokanter mayor sampai dengan kondila
femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah
untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian
dapat diatur miring atau duduk.
2. Ventrogluteal
Posisi klien berbaring
miring, telentang, atau
telentang dengan lutut atau
10
Page 11
panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area
ini juga disebut area von hoehstetter. Area ini paling
banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini
tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini
ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang
terkontaminasi.
3. DorsoglutealDalam melakukan injeksi
dorsogluteal, perawat harus
teliti dan hati- hati sehingga
injeksi tidak mengenai saraf
skiatik dan pembuluh darah.
Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak
diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan
pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot
dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara menentukan
lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi
kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada
bokong saja tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area
injeksi dipilih pada kuadran area luar atas.
4. Otot Deltoid di lengan atas
Posisi klien duduk atau berbaring
datar dengan lengan bawah fleksi tetapi
rileks menyilangi abdomen atau
pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada
lengan atas bagian luar. Area ini
jarang digunakan untuk injeksi
intramuscular karena mempunyai resiko
besar terhadap bahaya tertusuknya
pembuluh darah, mengenai tulang atau11
Page 12
serabut saraf. Cara sederhana untuk menentukan lokasi pada
deltoid adalah meletakkan dua jari secara vertical dibawah
akromion dengan jari yang atas diatas akromion. Lokasi
injekssi adalah 3 jari dibawah akromion.
2.6. Prosedur Pemberian Obat Secara IM
1. Alat dan Bahan
a. Spuid steril dengan isi dari 2 hingga 10 cc (untuk
maksud tertentu hingga 20 cc).
b. Jarum suntik steril dengan panjang yang cukup untuk
dapat menusuk otot dengan baik ( ± 6,5 cm).
c. Bak injeksi.
d. Bengkok.
e. Kassa.
f. Obat yang akan digunakan.
g. Gergaji kecil untuk memotong ampul (bila perlu).
h. Handscone.
i. Kapas alkohol.
j. Cairan pelarut atau cairan steril.
k. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2. Prosedur
a. Persiapkan alat terlebih dahulu.
b. Letakkan alat didekat pasien agar lebih mudah.
c. Pastikan apakah obat yang akan diberikan kepada pasien
dan pasiennya tepat dengan cara melihat label obat dan
buku catatan.
d. Jelakan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
e. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
12
Page 13
f. Pakai handscoen.
g. Ambil spuit, kemudian lepaskan penutupnya.
h. Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai
dengan dosis, setelah itu letakkan kedalam bak
injeksi. Sebelum itu pastikan lagi apakah obat yang
akan diberikan sudah benar.
i. Periksa tempat yang akan dilakukan tindakan
penyuntikan.
j. Desinfeksi dengan kapas alkohol daerah yang akan
dilakukan tindakan penyuntikan.
k. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
l. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila
tidak ada darah, masukkan obat secara perlahan hingga
habis.
m. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan
tekan daerah penyuntikan dengan kapas alkohol, tutup
spuit kembali dan kemudian letakkan spuit yang telah
digunakan kedalam bengkok.
n. Lihat kembali obat yang telah diberikan kepada pasien.
o. Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
p. Lepaskan handscoen dan bersihkan peralatan yang telah
digunakan.
q. Cuci tangan.
13
Page 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian
obat/cairan dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot
(muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada
bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan
untuk menusuk saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian
atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat
intramuskulus diindikasikan pada pasien yang tidak sadar dan
tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral. Obat-obatan yang diberikan juga
tertentu, misalnya obat untuk imunisasi.
14
Page 15
DAFTAR PUSTAKA
Bouwhuizen, M.1986.Ilmu Keperawatn bagian 1.Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah.2014.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2 Buku 2.Jakarta : Salemba Medika.
Stevens, P. J. M, dkk.1992.Ilmu Keperawatanjilid 2 edisi 2.Jakarta : EGC.
http://vinayuniarti.blogspot.com/2013/04/injeksi-intramuskuler_9.html diakses pada tanggal 7 April 2015
15
Page 16
http://robiah-robiahadawiyah59gmailcom.blogspot.com/2014/03/makalah-pemberian-obat-melalui-injeksi.html. diakses pada tanggal 7 April 2015
16