Top Banner
1 PEMBERIAN GROWTH HORMONE MENINGKATKAN JUMLAH SEL SPERMATOGENESIS, SEL LEYDIG, DAN SEL SERTOLI PADA MENCIT (Mus musculus) TUA I Gusti Ngurah Pramesemara Program Magister Ilmu Biomedik Program, Pascasarjana Universitas Udayana ABSTRAK Proses penuaan umumnya terjadi karena penurunan kadar hormon. Beberapa penelitian menyebutkan penurunan kadar growth hormone (GH) pada laki-laki tua memberikan efek buruk pada aksis hipotalamus-hipofisis-testis, sehingga mengalami penurunan jumlah sel spermatogenesis, sel Leydig, dan sel Sertoli. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pemberian GH mampu meningkatkan jumlah sel spermatogonium A, sel spermatosit primer pakhiten, sel spermatid 7, sel spermatid 16, sel Leydig, dan sel Sertoli pada testis mencit tua. Penelitian ini menggunakan randomized post-test only control group design selama 35 hari terhadap 34 ekor mencit jantan tua yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kontrol dan perlakuan. Kelompok kontrol diberikan suntikan aquabidest 0,1 ml/hari subkutan dan kelompok perlakuan diberikan suntikan GH 0,0042 IU/0,1 ml/hari subkutan. Kemudian mencit dieuthanasia, testisnya diambil, dibuatkan sediaan histologis dengan pewarnaan haematoxylin-eosin, dan diamati menggunakan mikroskop cahaya. Data yang terdistribusi normal dianalisis dengan uji t-group dua sisi pada taraf kemaknaan =0,05. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rerata jumlah sel spermatogonium A [kontrol 26,88, SB 5,02 ; perlakuan 92,19, SB 11,75 ; beda rerata 65,31 (IK 95%, 58,88 sampai 71,75), P<0,0001], sel spermatosit primer pakhiten [kontrol 29,09, SB 3,15 ; perlakuan 64,34, SB 9,40 ; beda rerata 35,24 (IK 95%, 30,22 sampai 40,26), P<0,0001], sel spermatid 7 [kontrol 26,74, SB 2,54 ; perlakuan 41,12, SB 4,26 ; beda rerata 14,38 (IK 95%, 11,91 sampai 16,86), P<0,0001], sel spermatid 16 [kontrol 18,31, SB 1,40 : perlakuan 32,28, SB 3,91 : beda rerata 13,98 (IK 95%, 11,87 sampai 16,08), P<0,0001], sel Leydig [kontrol 10,61, SB 2,36 ; perlakuan 54,01, SB 12,76 ; beda rerata 43,39 (IK 95%, 36,76 sampai 50,03), P<0,0001], dan sel Sertoli [kontrol 10,09, SB 1,25 ; perlakuan 16,62, SB 2,04 ; beda rerata 6,52 (IK 95%, 5,33 sampai 7,72), P<0,0001]. Disimpulkan pemberian GH mampu meningkatkan jumlah sel spermatogonium A, sel spermatosit primer pakhiten, sel spermatid 7, sel spermatid 16, sel Leydig, dan sel Sertoli pada mencit jantan tua. Kata kunci : growth hormone, spermatogenesis, sel Leydig, sel Sertoli.
14

PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

May 20, 2018

Download

Documents

VũMinh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

1

PEMBERIAN GROWTH HORMONE MENINGKATKAN JUMLAH

SEL SPERMATOGENESIS, SEL LEYDIG, DAN SEL SERTOLI

PADA MENCIT (Mus musculus) TUA

I Gusti Ngurah Pramesemara

Program Magister Ilmu Biomedik Program, Pascasarjana Universitas Udayana

ABSTRAK

Proses penuaan umumnya terjadi karena penurunan kadar hormon. Beberapa penelitian

menyebutkan penurunan kadar growth hormone (GH) pada laki-laki tua memberikan

efek buruk pada aksis hipotalamus-hipofisis-testis, sehingga mengalami penurunan

jumlah sel spermatogenesis, sel Leydig, dan sel Sertoli. Tujuan penelitian ini adalah

membuktikan pemberian GH mampu meningkatkan jumlah sel spermatogonium A, sel

spermatosit primer pakhiten, sel spermatid 7, sel spermatid 16, sel Leydig, dan sel

Sertoli pada testis mencit tua. Penelitian ini menggunakan randomized post-test only

control group design selama 35 hari terhadap 34 ekor mencit jantan tua yang dibagi

menjadi 2 kelompok, yaitu kontrol dan perlakuan. Kelompok kontrol diberikan suntikan

aquabidest 0,1 ml/hari subkutan dan kelompok perlakuan diberikan suntikan GH 0,0042

IU/0,1 ml/hari subkutan. Kemudian mencit dieuthanasia, testisnya diambil, dibuatkan

sediaan histologis dengan pewarnaan haematoxylin-eosin, dan diamati menggunakan

mikroskop cahaya. Data yang terdistribusi normal dianalisis dengan uji t-group dua sisi

pada taraf kemaknaan =0,05. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rerata jumlah sel spermatogonium A [kontrol 26,88, SB 5,02 ; perlakuan 92,19, SB 11,75 ; beda rerata

65,31 (IK 95%, 58,88 sampai 71,75), P<0,0001], sel spermatosit primer pakhiten

[kontrol 29,09, SB 3,15 ; perlakuan 64,34, SB 9,40 ; beda rerata 35,24 (IK 95%, 30,22

sampai 40,26), P<0,0001], sel spermatid 7 [kontrol 26,74, SB 2,54 ; perlakuan 41,12,

SB 4,26 ; beda rerata 14,38 (IK 95%, 11,91 sampai 16,86), P<0,0001], sel spermatid 16

[kontrol 18,31, SB 1,40 : perlakuan 32,28, SB 3,91 : beda rerata 13,98 (IK 95%, 11,87

sampai 16,08), P<0,0001], sel Leydig [kontrol 10,61, SB 2,36 ; perlakuan 54,01, SB

12,76 ; beda rerata 43,39 (IK 95%, 36,76 sampai 50,03), P<0,0001], dan sel Sertoli

[kontrol 10,09, SB 1,25 ; perlakuan 16,62, SB 2,04 ; beda rerata 6,52 (IK 95%, 5,33

sampai 7,72), P<0,0001]. Disimpulkan pemberian GH mampu meningkatkan jumlah sel

spermatogonium A, sel spermatosit primer pakhiten, sel spermatid 7, sel spermatid 16,

sel Leydig, dan sel Sertoli pada mencit jantan tua.

Kata kunci : growth hormone, spermatogenesis, sel Leydig, sel Sertoli.

Page 2: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

2

ADMINISTRATION OF GROWTH HORMONE INCREASED

THE NUMBER OF SPERMATOGENESIS CELLS, LEYDIG CELLS,

SERTOLI CELLS IN THE OLD MICE (Mus musculus)

I Gusti Ngurah Pramesemara

Master Program In Biomedical Science, Post Graduate Program of Udayana

University

ABSTRACT

The aging process occurs generally due to decreased in hormonal level. Some studies

suggest that a decreased of growth hormone level in elderly men had negatif effects on

the hypothalamus-pituitary-testis axis, thus decreased the number of spermatogenesis

cells, Leydig cells, and Sertoli cells. The objectives of this study were to prove the

administration of GH increased the number of spermatogonia A cells, pakhiten primary

spermatocytes cells, spermatid 7 cells, spermatid 16 cells, Leydig cells, and Sertoli cells

in the old mice testis. This study used the randomized post-test only control group

design for 35 days in 34 old male mice which were divided into 2 groups ; control and

treatment. The control group was given an injection of aquabidest 0.1 ml/day

subcutaneously and the treatment group was given an GH injections 0.0042 IU/0.1

ml/day subcutaneously. Then the mice were euthanized, their testis was taken, made

histological preparations with haematoxylin-eosin staining, and observed using light

microscope. Normally distributed data were analyzed by t-group two-tail tests at

significance level =0.05. The results showed increases in the average number of

spermatogonia A cells [control 26.88, SD 5.02 ; treatment 92.19, SD 11.75 ; mean

difference 65.31 (95% CI, 58.88 to 71.75), P<0.0001], primary pakhiten spermatocytes

cells [control 29.09, SD 3.15 ; treatment 64.34, SD 9.40 ; mean difference 35.24 (95%

CI, 30.22 to 40.26), P<0.0001], spermatid 7 cells [control 26.74, SD 2.54 ; treatment

41.12, SD 4.26 ; mean difference 14.38 (95% CI, 11.91 to 16.86), P<0.0001], spermatid

16 cells [control 18.31, SD 1.40 : treatment 32.28, SD 3.91 : mean difference 13.98

(95% CI, 11.87 to 16.08), P<0.0001], Leydig cells [control 10.61, SD 2.36 ; treatment

54.01, SD 12.76 ; mean difference 43.39 (95% CI, 36.76 to 50.03), P<0.0001], and

Sertoli cells [control 10.09, SD 1.25 ; treatment 16.62, SD 2.04 ; mean difference 6.52

(95% CI, 5.33 to 7.72), P<0,0001]. This study concluded that the administration of GH

increased the number of spermatogonia A cells, pakhiten primary spermatocytes cells,

spermatid 7 cells, spermatid 16 cells, Leydig cells, and Sertoli cells in old mice testis.

Keywords : growth hormone, spermatogenesis, Leydig cells, Sertoli cells.

Page 3: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

3

PENDAHULUAN

Penuaan dianggap sebagai konsekuensi waktu yang mutlak, proses fisiologis yang

dialami, dan tidak dapat dihindari. Semakin lama hidup, maka semakin banyak

mengalami gangguan kesehatan. Sebagian besar ahli awalnya berpendapat bahwa tanda

dan keluhan penuaan muncul setelah memasuki umur 40 tahun. Ternyata tanda penuaan

sudah terlihat pada usia yang lebih muda. Diperlukan upaya menghambat penuaan yang

dilakukan secara dini sebelum munculnya tanda dan keluhan.1

Proses penuaan ditandai dengan penurunan dan bahkan terhentinya fungsi dan

kualitas kerja berbagai organ. Penurunan fungsi tubuh pada penuaan adalah akibat

akumulasi berbagai penyakit, penyebab dari dalam tubuh, dan pengaruh negatif

lingkungan.2

Salah satu akibat dari penuaan adalah terjadinya gangguan pada organ

reproduksi berupa berkurangnya ukuran dan fungsi dari ovarium, labia, rahim, penis

dan testis.3 Pokok pikiran baru dan penting yang bisa menjawab penuaan yang terjadi

pada organ reproduksi adalah manusia mengalami penuaan karena kadar hormon yang

menurun, bukan kadar hormon menurun karena manusia menjadi tua.2

Banyak ditemukan laki-laki tua mengeluhkan gangguan fungsi reproduksi. Penuaan

pada organ reproduksi tidak lepas dari efek penurunan kadar hormon. Salah satunya

adalah penurunan kadar growth hormone (GH) sebagai akibat penurunan fungsi aksis

hipotalamus-hipofisis-testis yang terhubung secara langsung dan tidak langsung melalui

biomarkernya, yaitu insulin-like growth factor-I (IGF-I).4

Produksi GH menurun 14% pada setiap dekade kehidupan manusia akibat reduksi

tinggi dari amplitudo dan sekresi pulsatif GH. Penurunan kadar GH pada laki-laki tua

memberikan efek pada aksis hipotalamus-hipofisis, sehingga testis mengalami

Page 4: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

4

perubahan histologi dan munculnya gangguan fungsi reproduksi, termasuk gangguan

spermatogenesis, sel Leydig, dan sel Sertoli.5

Growth hormone replacement therapy telah menjadi pilihan terapi yang penting

dalam anti-aging medicine (AAM) dan tergolong sangat aman dengan efek samping

yang bersifat sementara dan tergantung dosis.2 Banyak penelitian mendapatkan fakta

bahwa pemberian GH secara signifikan memberikan stimulasi pertumbuhan jaringan

dan perbaikan fungsi testis pada berbagai hewan percobaan.6

Mengingat besarnya pengaruh GH pada kualitas hidup laki-laki tua terutama fungsi

organ reproduksinya, maka dilakukan studi yang bertujuan membuktikan kemungkinan

pemberian suntikan GH mampu menghambat penuaan pada mencit jantan tua dengan

cara meningkatkan jumlah sel spermatogenesis (sel spermatogonium A, sel spermatosit

primer pakhiten, sel spermatid 7, dan sel spermatid 16), sel Leydig, dan sel Sertoli.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini tergolong eksperimental dengan menggunakan randomized post-test

only control group design. Berdasarkan rumus Federer, maka hasil perhitungan besar

sampel untuk setiap kelompok adalah 17 ekor mencit dan total 34 ekor mencit

digunakan untuk kedua kelompok.7

Sampel dibagi menjadi dua kelompok mencit yang

tidak berpasangan, yakni kelompok perlakuan yang diberikan suntikan GH 0,0042

IU/0,1 ml/hari dan kelompok kontrol yang diberikan suntikan aquabidest 0,1 ml/hari,

kedua suntikan diberikan secara subkutan selama 35 hari.

Persiapan penelitian dan pemberian perlakuan bertempat di Laboratory Animal

Unit Bagian Farmakologi, dilanjutkan tahap pembuatan sediaan dan pemeriksaan

histopatologis di Laboratorium Bagian Histologi Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Page 5: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

5

Kriteria inklusi untuk sampel mencit jantan adalah bergalur Swiss-Webster, umur

14 bulan yang setara dengan manusia berumur 39 tahun dan tergolong ke dalam fase

transisi dari penuaan berdasarkan usia, dan berat badan 30-35 gram.8 Kriteria drop-out

untuk sampel adalah mencit mati saat penelitian berlangsung. Beberapa alasan mencit

digunakan sebagai sampel adalah kondisi fisiologis dan fungsi reproduksi yang relatif

mirip dengan manusia, mudah didapatkan dalam jumlah banyak, homogen untuk umur

dan berat badan, mudah dalam perawatan dan pemeliharaan, dan harga terjangkau.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suntikan GH bermerek Genotropin

dan mengandung recombinant somatropin 16 IU per 1 ml. Dosis yang digunakan adalah

0,9 IU/hari untuk manusia dengan berat badan 70 kilogram.2 Berdasarkan tabel nilai

konversi didapatkan koefisien 0,0026 untuk berat badan mencit 20 gram. Sampel

penelitian menggunakan mencit dengan berat badan berkisar 30-35 gram, maka

diperoleh rentang nilai konversi sebesar 0.0039-0,0046 dan dosis GH adalah 0,0035-

0,0042 IU/hari.9 Volume suntikan GH secara subkutan yang diberikan selama 35 hari

adalah 0,1 ml dan menggunakan dosis tertinggi sebesar 0,0042 IU/hari.

Variabel tergantung adalah jumlah sel spermatogonium A, sel spermatosit primer

pakhiten, sel spermatid 7, sel spermatid 16, sel Leydig, dan sel Sertoli. Pengamatan

mikroskopis dilakukan pada sediaan testis mencit yang dibuat menggunakan pewarnaan

haematoxylin-eosin dengan pembesaran 40x10 untuk lima lapangan pandang dan

dihitung rerata jumlah sel.

Gambaran histologis dari sel spermatogonium A berbentuk bulat, terletak dekat

membran basal, inti sel lonjong dengan kromatin halus, dan membran inti yang tipis; sel

spermatosit primer Pakhiten berbentuk bulat, ukuran besar, dekat membran basal, dan

inti sel gelap dengan kromosom terlihat jelas; sel spermatid 7 berbentuk bulat, inti sel

Page 6: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

6

bulat, dekat lumen, warna pucat, dan ukuran sedikit lebih kecil dibandingkan sel

spermatosit primer pakhiten; sel spermatid 16 berbentuk menyerupai spermatozoa

dewasa, berada dekat lumen, dan ekor menghadap ke lumen; sel Leydig berbentuk

polihedral, terletak di intertisial, ukuran besar, sitoplasma eosinofilik, inti sel bulat, dan

>1 nukleolus berisi granula kasar; sel Sertoli dengan gambaran dasar menempel

membran basal dan menjulur memanjang menuju lumen tubulus, inti sel oval, dan >1

nukleolus dengan satu bagian eosinofilik dan atau bagian lainnya basofilik.10

Variabel kontrol, antara lain lingkungan berupa suhu, kelembaban, cahaya, dan

higienitas dari tempat penelitian; makanan berupa konsentrat pakan ternak dan

minuman air yang diberikan ad libitum; kandang berupa kotak plastik dengan atap

penutup dari kawat yang dilengkapi tempat makan dan minum dengan setiap kandang

dialokasikan untuk enam ekor mencit.

Bahan penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua, Genotropin,

aquabidest water for injection steril Onemed, ether chloroform, buffer formalin 10%,

alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 95%, alkohol 100%, larutan Buoin,

toluena, reagen haematoxylin-eosin, xylol, Mayers albumin, dan paraffin.

Alat penelitian, antara lain kandang mencit, timbangan Tanita dengan skala gram,

spuit 1 ml, 10 ml, dan 50 ml Onemed, jarum suntik 30 Gauge Onemed, mikrotom,

gelas reagen, gelas obyek, deck glass, staining jar, dan tissue processor, dan mikroskop

cahaya Olympus tipe CX41 dengan kamera OptiLab.

Alur penelitian seperti tampak pada Gambar 1, diawali dengan persiapan sampel

yang dikembangbiakkan dan diperoleh dari WA pet shop Yogyakarta. Sampel

diadaptasi selama satu minggu, kemudian ditempatkan secara acak pada kandang

Page 7: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

7

kelompok perlakuan dan kontrol yang berisi masing-masing 6 ekor mencit. Sampel

diberikan makanan berupa konsentrat pakan ternak dan minuman air putih ad libitum.

Genotropin yang berbentuk tabung kaca dengan dua ruang dan merupakan hasil

sintesis dari strain Escherichia coli yang telah dimodifikasi dengan penambahan gen

hGH sehingga menjadi identik. Ruang depan berisi bubuk 5,3 mg recombinant

somatropin yang setara dengan 16 IU, glisin 2 mg, natrium dihidrogen fosfat anhidrat

0,29 mg, dan dinatrium fosfat 0,28 mg. Ruang belakang mengandung 3 mg m-cresol

sebagai pengawet dan manitol 41 mg dalam aquabidest 1 ml sebagai pengencer. Bubuk

recombinant somatropin dicampur dengan pengencer dan pengawet, sehingga diperoleh

sediaan GH 16 IU/1 ml. Untuk setiap harinya diambil GH 0,8 IU/0,05 ml dan

diencerkan dengan aquabidest 19 ml untuk mendapatkan dosis 0,0042 IU yang

digunakan dalam penelitian. Sediaan GH tersebut diambil sesuai kebutuhan penelitian

setiap hari dan sisanya disimpan dalam kulkas.

Sejumlah 17 ekor mencit dari setiap kelompok ditempeli label pada kandang untuk

post-test dan mendapatkan perlakuan yang sesuai selama 35 hari. Suntikan subkutan

GH 0,0042 IU/0,1 ml/hari diberikan kepada kelompok perlakuan, sedangkan kelompok

kontrol diberikan suntikan subkutan aquabidest 0,1 ml. Pemberian suntikan dilakukan

dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri memegang ekor mencit, serta membiarkan

mencit memegang kawat. Tangan kanan memegang spuit dan disuntikkan 45º ke bawah

kulit punggung dengan baik untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada mencit.9

Setelah melewati masa perlakuan, maka dilakukan euthanasia dengan memasukkan

mencit ke dalam toples berisi kapas yang sudah dibasahi ether chloroform. Pemakaian

ether chloroform karena membuat mencit mati dalam waktu singkat sehingga

Page 8: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

8

mengurangi penderitaan. Dilanjutkan tahapan pembedahan mencit untuk mengambil

kedua testis dan mencit mati dikubur dalam tanah.

Pembuatan sediaan histologis diawali dengan fiksasi organ testis dalam larutan

buffer formalin 10% selama 24 jam dan dilanjutkan larutan Bouin selama 3 jam.

Selanjutnya testis dicuci beberapa kali dengan larutan alkohol 70%, proses dehidrasi

dilakukan dengan larutan alkohol konsentrasi bertingkat, dan untuk menjernihkan

sediaan dimasukkan ke dalam larutan toluena selama 24 jam. Dilakukan infiltrasi

paraffin ke dalam jaringan dengan merendam testis menggunakan campuran larutan

toluena dan paraffin selama 30 menit, serta tahap embedding untuk menanam testis ke

dalam paraffin padat. Blok paraffin yang berisi testis disayat menggunakan mikrotom

dengan ketebalan 3-5 μm. Hasil irisan ditempel pada gelas obyek yang telah diolesi

dengan Mayers albumin dan dibiarkan selama 24 jam agar cukup kuat. Diakhiri

pewarnaan sediaan histologis menggunakan reagen haematoxylin-eosin, ditutup, dan

direkatkan dengan permount

Data kuantitatif berupa jumlah sel spermatogonium A, sel spermatosit primer

pakhiten, sel spermatid 7, sel spermatid 16, sel Leydig, dan sel Sertoli dari kedua

kelompok sampel. Pengamatan menggunakan mikroskop cahaya Olympus dan

kamera OptiLab dengan pembesaran 40x10. Teknik pengamatan dilakukan dengan

penyisiran sediaan histologis yang dimulai dari pojok kiri-atas sediaan, kemudian

bergerak spiral menuju kanan-bawah untuk mendapatkan lima lapangan pandang

terbaik pada testis kanan dan kiri.

Data penelitian dianalisis menggunakan program SPSS 16.0 meliputi analisis

deskriptif dengan kualifikasi data numerikal, uji normalitas dengan Shapiro-Wilk test

dan dinyatakan terdistribusi normal dengan P>0,05, uji homogenitas varian data dengan

Page 9: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

9

Levene’s test dan dinyatakan homogen dengan P>0,05, dan uji statistik parametrik

karena data terdistribusi normal, yaitu t-group (independent sample t-test) two-tail test

pada taraf kemaknaan = 0,05.

Penelitian ini telah mendapatkan kelaikan etik (no. 283/UN.14.2/Litbang/2015) dari

Komite Etik Penelitian dan Unit Litbang dari Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Gambar 1. Alur penelitian.

HASIL

Setelah menyelesaikan tahapan perlakuan, maka diperoleh rerata jumlah sel-sel

untuk kelompok perlakuan lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol seperti yang

terlihat pada Tabel 1.

Mencit (Mus musculus)

34 ekor

Adaptasi 1 Minggu

Kelompok Kontrol 17 ekor

(P0)

Aquabidest injeksi subkutan

0,1 ml

Post-Test 17 ekor

(O1)

Kelompok Perlakuan 17 ekor

(P1)

Growth hormone injeksi subkutan

0,0042 IU/0,1 ml/hari

Post-Test 17 ekor

(O2)

Analisis Data

- Pengadaan suntikan growth hormone

- Persiapan hewan coba

Pemberian perlakuan selama

35 hari

- Pembuatan sediaan histologis

- Pengamatan mikroskopis dan

penghitungan jumlah

sel spermatogonium A,

sel spermatosit primer pakhiten,

sel spermatid 7, sel spermatid

16, sel Leydig, dan sel Sertoli

Page 10: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

10

Tabel 1. Rerata jumlah sel setelah perlakuan.

Kelompok n Rerata (SB)

Sel Spermatogonium A Kontrol 17 26,88 (5,02)

Perlakuan 17 92,19 (11,75)

Sel Spermatosit Primer Pakhiten Kontrol 17 29,09 (3,15)

Perlakuan 17 64,34 (9,40)

Sel Spermatid 7 Kontrol 17 26,74 (2,54)

Perlakuan 17 41,12 (4,26)

Sel Spermatid 16 Kontrol 17 18,31 (1,40)

Perlakuan 17 32,28 (3,91)

Sel Leydig Kontrol 17 10,61 (2,36)

Perlakuan 17 54,01 (12,76)

Sel Sertoli Kontrol 17 10,09 (1,25)

Perlakuan 17 16,62 (2,04)

Data rerata jumlah sel spermatogenesis, sel Leydig, dan sel Sertoli dari testis mencit

tua pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diuji normalitas dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan hasil keseluruhan terdistribusi normal (P>0,05)

seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji normalitas rerata jumlah sel setelah perlakuan.

Kelompok N P Interpretasi

Sel Spermatogonium A Kontrol 17 0,181 Normal

Perlakuan 17 0,917 Normal

Sel Spermatosit Primer Pakhiten Kontrol 17 0,271 Normal

Perlakuan 17 0,339 Normal

Sel Spermatid 7 Kontrol 17 0,975 Normal

Perlakuan 17 0,137 Normal

Sel Spermatid 16 Kontrol 17 0,314 Normal

Perlakuan 17 0,854 Normal

Sel Leydig Kontrol 17 0,955 Normal

Perlakuan 17 0,729 Normal

Sel Sertoli Kontrol 17 0,110 Normal

Perlakuan 17 0,969 Normal

Setelah melalui uji normalitas yang mendapatkan data terdistribusi normal, maka

dilanjutkan uji parametrik, yaitu t-group (independent sample t-test) two-tail test pada

taraf kemaknaan = 0,05 dengan hasil semua kelompok sel-sel menunjukkan nilai

P<0,05 seperti tampak pada Tabel 3.

Page 11: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

11

Tabel 3. Hasil uji parametrik rerata jumlah sel setelah perlakuan.

Kelompok n Rerata SB Beda Rerata

(IK 95%) P

Sel Spermatogonium A Kontrol 17 26,88 5,02 65,31 (58,88

sampai 71,75) 0,001

Perlakuan 17 92,19 11,75

Sel Spermatosit Primer

Pakhiten

Kontrol 17 29,09 3,15 35,24 (30,23

sampai 40,26) 0,001

Perlakuan 17 64,34 9,40

Sel Spermatid 7 Kontrol 17 26,74 2,54 14,38 (11,91

sampai 16,86) 0,001

Perlakuan 17 41,12 4,26

Sel Spermatid 16 Kontrol 17 18,31 1,40 13,98 (11,87

sampai 16,08) 0,001

Perlakuan 17 32,28 3,91

Sel Leydig Kontrol 17 10,61 2,36 43,39 (36,76

sampai 50,03) 0,001

Perlakuan 17 54,01 12,76

Sel Sertoli Kontrol 17 10,09 1,25 6,52 (5,33

sampai 7,72) 0,001

Perlakuan 17 16,62 2,04

Hasil pengamatan mikroskopis dari sediaan histologis testis mencit tua

menunjukkan gambaran jumlah sel-sel pada kelompok perlakuan pada Gambar 2 lebih

banyak dibandingkan kelompok kontrol pada Gambar 3.

Gambar 2. Tampilan mikroskopis dari testis mencit tua kelompok perlakuan dengan

pembesaran 40x10. Lingkaran kuning adalah sel spermatogonium A, lingkaran biru

adalah sel spermatosit primer pakhiten, lingkaran putih adalah sel spermatid 7,

lingkaran ungu adalah sel spermatid 16, lingkaran merah adalah sel Leydig, dan

lingkaran hijau adalah sel Sertoli.

Page 12: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

12

Gambar 3. Tampilan mikroskopis dari testis mencit tua kelompok kontrol dengan

pembesaran 40x10. Lingkaran kuning adalah sel spermatogonium A, lingkaran biru

adalah sel spermatosit primer pakhiten, lingkaran putih adalah sel spermatid 7,

lingkaran ungu adalah sel spermatid 16, lingkaran merah adalah sel Leydig, dan

lingkaran hijau adalah sel Sertoli.

DISKUSI

Growth hormone meningkatkan jumlah sel dengan hasil uji parametrik yang

menunjukkan nilai P<0,05 untuk semua kelompok sel yang terlibat dalam

spermatogenesis. Hal ini berarti terdapat perbedaan rerata jumlah sel spermatogonium

A, sel spermatosit primer pakhiten, sel spermatid 7, dan sel spermatid 16 yang

bermakna dari testis mencit tua kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol.

Terapi GH mampu meningkatkan spermatogenesis terutama paling signifikan pada

motilitas spermatozoa. Studi pada mamalia mengetahui bahwa IGF-I yang diproduksi

hati dan tergantung GH mampu menginduksi spermatogenesis. Selanjutnya sel germinal

pada testis membentuk reseptor IGF-I dan meningkatkan sintesis DNA spermatogonium

untuk merespon aksi IGF-I. Reseptor dari GH maupun IGF-I ditemukan dalam jumlah

Page 13: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

13

maksimum pada tahap awal spermatogenesis dan menurun secara progresif hingga

jumlah minimum pada akhir proses spermatogenesis.6

Pemberian terapi GH meningkatkan jumlah sel Leydig dengan hasil uji parametrik

yang menunjukkan nilai P<0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan rerata jumlah sel

Leydig yang bermakna dari testis mencit tua pada kelompok perlakuan dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

Sel Leydig merupakan salah satu target aksi dari GH yang dibuktikan oleh studi

menggunakan berbagai spesies yang menunjukkan sel Leydig mampu mengekspresikan

GH dan reseptor IGF-I, serta mengekspresikan IGF-I yang distimulasi oleh GH. Sel

Leydig mampu menanggapi peningkatan kadar GH yang diinduksi oleh IGF-I secara

sistemik maupun lokal. Menurut Bartke6 bahwa telah banyak penelitian yang berhasil

membuktikan pemberian GH ataupun IGF-I mampu mengembalikan proliferasi yang

normal dan meningkatkan jumlah dari sel Leydig.

Pemberian terapi GH meningkatkan jumlah sel Sertoli dengan hasil uji parametrik

yang menunjukkan nilai P<0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan rerata jumlah sel

Sertoli yang bermakna dari testis mencit tua pada kelompok perlakuan dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

Growth hormone memiliki banyak target organ dan aksi, serta tereskpresi dibanyak

organ termasuk sel Sertoli pada testis. Sebuah penelitian berhasil membuktikan

ketiadaan IGF-I menyebabkan penurunan jumlah sel Sertoli pada hewan percobaan

yang diakibatkan penurunan proliferasi dan atau peningkatan kematian sel Sertoli.11

Normalnya proliferasi sel Sertoli pasca-pemberian GH memegang peranan penting

dalam regulasi dari inisiasi dan keberlanjutan proses spermatogenesis.12

Jumlah sel

Sertoli berkorelasi dengan ukuran testis dan proses spermatogenesis.13

Page 14: PEMBERIAN GROWTH HORMONE … penelitian berupa konsentrat pakan ternak dan air Aqua , Genotropin , aquabidest water for injection steril Onemed , ether chloroform, buffer formalin

14

SIMPULAN

Pemberian GH terbukti mampu meningkatkan jumlah sel spermatogenesis (sel

spermatogonium A, sel spermatosit primer pakhiten, sel spermatid 7, sel spermatid 16),

sel Leydig, dan sel Sertoli pada testis mencit tua.

DAFTAR PUSTAKA

1. Darmojo RB. Buku Ajar Geriatri. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.

2. Pangkahila WI. Anti Aging Medicine: Memperlambat Penuaan, Meningkatkan

Kualitas Hidup. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kompas; 2007.

3. Klentze M. The New Science of Anti-Aging Hormone Replacement Therapy: A

Multidimensional Approach. Dalam: Klatz R, penyunting. Anti Aging Medical

Therapeutics. Volume 5. Chicago: The A4M Publications; 2003. h. 415-9.

4. Kühnert B, Nieschlag E. Reproductive Functions of the Ageing Male. Dalam:

Nieschlag E, editors. Human Reproduction Update. Volume 10. European Society

of Human Reproduction and Embryology; 2004. h. 327-39.

5. Lobie PE. The Science Behind Growth Hormone. Dalam: Klatz R, Goldman R,

penyunting. Anti Aging Medical Therapeutics. Volume 6. Chicago: The A4M

Publications; 2004. h. 149-57.

6. Bartke A. Review: Effects of Growth Hormone on Male Reproductive Functions.

Journal of Andrology. 2000;21:181-8.

7. Furlong N, Lovelance E, Lovelance K. An Integrated Approach: Research Method

and Statistics. Edisi IX. United States of America: Harcourt College Publisher;

2000.

8. Schwiebert R. The Laboratory Mouse. Rodent Users Wet Lab Handout. 2007;1:3-

23.

9. Ngatidjan. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta: Penerbit Bagian

Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada;

2006.

10. Cheville NF. Introduction to Veterinary Pathology. Edisi ke-3. Iowa: Iowa State

University Press; 2006.

11. Froment P, Vigier M, Nègre D, Fontaine I, Beghelli J, Cosset FL, dkk. Inactivation

of the IGF-I Receptor Gene in Primary Sertoli Highlights the Aoutocrine Effects of

IGF-I. Journal of Endocrinology. 2007;194:557-68.

12. Bhaskar M. In Vitro Studies on Changes in Selected Biochemical Parameters and

Morphology of Sertoli Cells in Mice Overexpressing Bovine Growth Hormone.

IOSR Journal of Pharmacy. 2013;3:43-8.

13. Petersen C, Söder O. The Sertoli Cell – A Hormonal Target and ‘Super’ Nurse for

Germ Cells that Determines Testicular Size. Hormone Research. 2006;66:153-61.