PEMBERDAYAAN PEREMPUAN UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI BUDIDAYA DAN PENGELOLAHAN TANAMAN JAHE MERAH DI KELURAHAN PONDOK PUCUNG KECAMATAN KARANG TENGAH KOTA TANGERANG Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Putri Robiatul Islamiyah 11150540000004 PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
MELALUI BUDIDAYA DAN PENGELOLAHAN TANAMAN JAHE MERAH
DI KELURAHAN PONDOK PUCUNG KECAMATAN KARANG TENGAH KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Putri Robiatul Islamiyah 11150540000004
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN UNTUK
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI BUDIDAYA DAN PENGELOLAHAN
TANAMAN JAHE MERAH DI KELURAHAN PONDOK PUCUNG KECAMATAN
KARANG TENGAH - KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Putri Robiatul Islamiyah
NIM. 11150540000004
Di bawah bimbingan
Dr. Muhtadi M.Si
NIP: 197506012014111001
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021
Pembimbing
Dr. Muhtadi, M.Si NIP. 197506012014111001
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Pemberdayaan Perempuan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Melalui Budidaya dan Pengelolahan Tanaman Jahe Merah di Kelurahan Pondok Pucung Kecamatan Karang Tengah - Kota Tangerang” telah diuji dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 30 Agustus 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam.
Tengah - Kota Tangerang”, merupakan hasil karya asli
saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata I (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya cantumkan dalam penulisan ini
telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
asli saya atau jiplakan karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Agustus 2021
Putri Robiatul Islamiyah
i
ABSTRAK
Putri Robiatul Islamiyah Pemberdayaan Perempuan Dalam meningkatkan Kesejahteraan Melalui Budidaya dan Pengelolahan Tanaman Jahe, Di kelurahan Pondok Pucung, kecamatan Kota Tangerang
Program pemberdayaan perempuan dapat memberikan penyadaran kepada kaum perempuan bahwa sebenarnya kaum prempuan memiliki kesempatan dan kemampuan yang sama dengan laki-laki. Kesempatan ini berwujud dalam pendidikan, memperoleh pekerjaan, kebebasan untuk menggali segala potensi yang ada di dalam diri perempuan dan dapat memberdayakan potensi yang dimiliki sehingga dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarga dan tidak menggantungkan diri kepada kaum laki-laki serta memberikan kebebasan untuk megutarakan pendapat di dalam maupun di luar rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan pengelolaan tanaman Jahe di Rt 03/Rw 04, Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang? (2) Apa saja hasil yang diperoleh dari pemberdayaan perempuan? (3) Apa yang menjadi faktor Pendukung dan Penghambat? Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan data dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumen.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan yang dilakukan lembaga pmberdayaan perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan pengelolahan tanaman jahe, berhasil membentuk ibu ibu menjadi lebih mandiri secara eknomi, dapat meningkatkan produktifitas pendapatan, sadar untuk menabung, dapat menentukan prioritas kebutuhan, selalu optimis, dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Kata kunci: pemberdayaan, perempuan, budidaya tanaman jahe, pengelolahan tanaman jahe.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarkatuh
Alhamdulillah, segala puji syukur atas kehadirat Allah
SWT, yang berkat nikmat dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Perempuan
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga melalui Budidaya
dan Pengelolahan Tanaman Jahe Merah di Kelurahan Pondok
Pucung Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang” sebagai
syarat dalam memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas
Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW, juga kepada para keluarga dan
sahabatnya. Semoga kita semua termasuk umat Baginda Nabi
Muhammad yang selalu merindukan dan dirindukan Baginda
Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa
banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan,
kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT
sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapakan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Muhtadi M.Si selaku pembimbing
yang dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan
saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama
menyusunskripsi.
iii
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan
penuh sadar dan ketulusan pula kepada :
1. Suparto,M.Ed.,Ph.D.,sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr.Siti Napsiyah,S.Ag., BSW, MSW., sebagai Wakil Dekan
Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Sihabuddin N, M.Ag., sebagai Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta.
4. Cecep Sastra Wijaya, M.A., sebagai Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan dan alumni Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
5. Dr. Muhtadi, M.Si., sebagai Ketua Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. WG Pramita Ratnasari, S.Ant, M.Si., sebagai Sekretaris
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Dr. Muhtadi M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah
sabar, tulus, tekun dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran memberi bimbingan, motivasi, arahan, dan
saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama
penyusunanskripsi.
8. Dr. Abdul Razak, MA., sebagai Dosen Pembimbing
iv
Akademik mahasiswa PMI 2015 yang telah membina etika
dan moral saya beserta kawan-kawan lainnya di dalam
proses perkuliahan.
9. Dosen-dosen pengajar selama perkuliahan; Prof Dr. H Asep
Utara: Kecamatan Cipondoh, Sebelah Timur: Kecamatan
Kembangan, Sebelah Selatan: Kecamatan Ciledug, Sebelah
Barat: Kecamatan Pinang.
B. Sejarah Terbentuknya Program Pemberdayaan Perempuan
Program pemberdayaan perempuan merupakan sebuah
program budidaya dan pengelolahan tanaman jahe merah yang
dibentuk oleh ibu Hanifah pada Oktober 2015. Ibu hanifah yang
menjabat sebagai ketua ibu-ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga) pada saat itu. Ibu Hanifah pernah mengikuti pelatihan
tentang pengelolahan Jahe yang di nara sumberin oleh salah satu
dosen IPB (Institut Pertanian Bogor). Dengan pengalaman yang
didapat dari pelatihan tersebut dan kepeduliaannya terhadap
kondisi lingkungan dan sumber daya manusia yang dapat
diberdayakan, sehingga ibu Hanifah berinisiatif membentuk
program ini dengan memberikan pelatihan budidaya jahe,
pengembangan pembuatan Jahe dan strategi pemasaran Jahe ke
masyarakat sekitar hingga ke pasar-pasar terdekat. Akhirnya
program pemberdayaan perempuan melalui budidaya dan
pengelolahan tanaman Jahe merah dilaksanakan pertama kali
pada Oktober 2015.
Setelah program pemberdayaan perempuan berjalan dua
tahun, Pemerintahan Kota Tangerang membuat program “Ayo
Manfaatkan Pekarangan untuk Tanaman Toga” Oktber 2018.
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) melalui
program hatinya PKK (Halaman Asri Teratur Indah dan Nyaman)
mengajak para kader PKK dan masyarakat luas untuk
45
memanfaatkan lahan pekarangan yang di rumah. Pemanfaatan
lahan itu bisa dilakukan salah satunya dengan menanam jenis
tanaman toga (obat keluarga) yang hasilnya dapat menambah
penghasilan keluarga.Selain bertujuan untuk penghijauan, dengan
tanaman tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi anggota
keluarga jika ada yang mengalami sakit.Ketua TP PKK berhasil
mendorong partisipasi masyarakat untuk berkebun yang hasilnya
dapat dijual maupun dinikmati sendiri.
Pemanfaatan pekarangan adalah bagian dari pemanfaatan
sumberdaya alam dan lingkungan yang memberikan manfaat bagi
manusia. Dalam pemanfaatan perkarangan, dapat memelihara
tumbuhan liar ataupun tanaman yang sengaja ditanam (budidaya).
Hal tersebut dikarenakan tumbuhan atau tanaman memiliki peran
dalam ekosistem, antara lain dalam siklus hara, pengurangan
erosi, sebagai sumber obat-obatan, sebagai sumber paka ternak
dan satwa hutan, serta manfaat lainnya.
Pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya
tumbuhan dapat dapat dilihat melalui apotik hidup. Apotik hidup
merupakan istilah penggunaan lahan yang ditanami tumbuhan
yang berkhasiat untuk obat secara tradisional. Pekarangan rumah
merupakan tempat yang sangat tepat untuk melaksanakan apotik
hidup untuk tanaman berkhasiat obat. Tumbuhan atau tanaman
obat tradisional merupakan tanaman yang dapat dipergunakan
sebagai obat, baik yang disengaja ditanam (budidaya) maupun
tanaman yang tumbuh secara liar.
Tanaman dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan
disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit. Obat
46
tradisional addalah obat yang berasal dari ramuan tumbuh-
tumbhan yang berkhasiat obat. Penggunaan tanaman obat atau
jamu sebagai obat tradisional diharapakan dapat digunakan
sebagai pengobatan kompleenter alternatif yang bisa
disandingkan dengan pengobatan modern yang sudah
berkembang dan telah lama dipakai pada fasilitas pelayanan
kesehatan. Sosialisasi yang dilakukakn oleh pemerintah melalui
puskesmas paa masyarakat perkotaan diharapakan dapat
mempertahankan kaarifan lokal interaksi masyarakat dangan
lingkungan alamnya, seperti membuat apotik hidup, sehingga
meningkatkan kualitas hidup masyarakat diperkotaan dan kualitas
lingkungannya.
Dengan adanya dorongan dari program Pemerintahan Kota
Tangerang membuat Ibu Hanifah semakin semangat menjalankan
lembaga peberdayaan perempuan ini, dan semakin banyak
perempuan yang sadar dan bergabung dalam program ini guna
meningkatkan kreativitas serta membantu meningkatkan
perekonomian keluarga.
C. Maksud dan Tujuan Program
Dengan tujuan untuk mendayagunakan potensi dan
merawat lahan yang ada dalam pemberdayaan perempuan melalui
budidaya dan pengelolahan tanaman jahe, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan dan membuka lapangan pekerjaan
bagi perempuan dalam membantu perekonomian keluarga.
47
D. Manfaat Program
Jahe merupakan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan
tanman berkhasiat obat. Selain menjadi sarana untuk menjaga
kesehatan masyarakat, Tanaman Jahe juga berfungsi sebagai
saran penghijauan, sarana untuk pelestarian alam, sarana
memperbaiki gizi, sarana untuk pemerataan pendapatan, sarana
penyebaran gerakan penghijauan, dan sarana keindahan
pekarangan dan lingkungan.
Manfaat yang dihasilkan dari tanaman Jahe bagi
masyarakat, dapat digolongkan menjadi tiga kategori:
1. Manfaat dari segi Ekonomi
a. Mengurangi efek ketergantungan pada obat Kimia.
b. Meningkatkan pengetahuan perempuan tentang tanaman
Jahe.
c. Membantu meningkatkan perekonomian keluarga
2. Nilai tambah dari sisi Lingkungan Hidup
a. Pemberdayaan lingkungan agar semakin indah dan asri
setelah ditanami Jahe.
b. Mengurangi pemanasan global
3. Dampak Sosial
Terciptanya pendidikan kesehatan pada perempuan yang
notabene khususnya di pedesaan, mempunyai kemampuan dan
keterampilan yang lebih, sehingga dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
48
E. Visi dan Misi Program Pemberdayaan
Berikut ini merupakan visi misi program pemberdayaan;
1. Visi
Terwujudnya lapangan pekerjaan bagi perempuan menuju
perempuan mandiri, sejahtera, dan berkualitas.
2. Misi
Untuk mencapai visi tersebut, lembaga pemberdayaan
perempuan melalui budidaya dan pengelolahan tanaman jahe
telah menetapkan 5 misi yang akan dilaksanakan:
a. Meningkatkan keterampilan perempuan
b. Memberdayakan dan menggerakkan perempuan untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga
c. Mengadakan pelatihan pemberdayaan ekonomi perempuan
d. Meningkatkan pengetahuan perempuan berbasis Teknologi
Informasi (TI) tentang pemberdayaan ekonomi perempuan.
e. Memperkuat SDM serta sarana dan prasarana pendukung
program pemberdayaan perempuan melalui budidaya dan
pengelolahan tanaman Jahe.
F. Penanggungjawab Program
Tabel 3.2
Penanggungjawab Program Pemberdayaan
No Nama Jabatan Informasi yang didapat 1. Ibu
Hanifah Ketua Lembaga Sejarah terbentuknya
program pemberdayaan perempuan
49
Sumber: diolah oleh peneliti.
G. Program Kegiatan
Program kegiatan yang dilakukan dalam pemberdayaan
perempuan melalui budidaya dan pengelolahan tanaman Jahe
adalah:
No Nama Jabatan Informasi yang didapat 2. Ibu
Sa’adah Penanggung jawab pembuatan Jahe merah langsung minum
Cara pembuatan Jahe merah langsung minum
3. Ibu Rofiatun
Penanggung jawab pembuatan Jahe Instan
Cara pembuatan Jahe merah serbuk
4. Ibu Yeni Penanggung jawab pemasaran Jahe merah serbuk
Teknis pemasaran Jahe merah serbuk
5. Ibu Neng Penanggung jawab penjualan Jahe merah langsung minum
Teknis penjualan Jahe merah
6. Ibu Zuleha Penanggung jawab Menanam Jahe merah
Anggota produksi jamu
7. Ibu Atin Pengelolahan Jahe Instan
Anggota produksi jamu
8. Ibu Mina Pengelolahan Susu Jahe
Anggota produksi jamu
9. Ibu Sarah Pengelolahan Susu Jahe
Anggota produksi jamu
10 Ibu Syifa Pengelolahan Susu Jahe
Anggota produksi jamu
50
1. Pelatihan keterampilan dalam budidaya dan pengelolahan
Jahe.
2. Pelatihan pemasaran produksi Jahe.
3. Mengikuti perlombaan tingkat Kota Tangerang
H. Petunjuk Pelaksaan
1. Jenis Kegiatan
Kegiatan pemberdayaan perempuan dilakukan dengan cara
menanam Jahe di wilayah yang sudah disediakan, kemudian
merawat Jahe sehingga dapat dipanen. Dan dengan adanya
program Pemerintah Kota Tangerang yaitu peanaman Jahe di
pekakarangan rumah warga. Hasil dari budidaya jahe di
pekarangan rumah wargaz kemudian dapat digunakan pribadi
atau bisa dijual ke lembaga pemberdayaan perempuan di RW
004. Kegiatan selanjutnya yaitu mengelolah Jahe yang sudah
dibudidayakan menjadi duaa macam, yaitu jahe Instan dan susu
Jahe. Lalu dijual di masyaarakat sekitar dan pasar terdekat.
2. Usaha Produktif
a. Menjadi narasumber dalam sebuah acara Peningkatan
Kualitas Hidup Perempuan (PKHP) yang membahas
tentang pengelolahan Jahe, agar dapat membentuk
perempuan menajdi mandiri dan dapat memanfaatkan
peluang yang ada.
b. Pelatihan pengelolahan Jahe
51
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam temuan ini peneliti membahas tentang program
pemberdayaan perempuan melalui budidaya dan pengelolahan
tanaman Jahe di Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Karang
Tengah, Kota Tangerang. Program pemberdayaan ini dijalankan
oleh ibu-ibu PKK Rt.003 Rw.004. Penelitian ini berfokus pada
proses pemberdayaan dan hasil pemberdayaan serta faktor
pendukung dan penghambat program pemberdayaan perempuan
dalam upaya memberikan kesempatan kepada perempuan untuk
meningkatkan keterampilan dan membuka lapangan pekerjaan
guna menjadikan perempuan yang mandiri dan dapat membantu
perekonomian keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, catatan lapangan
dan dokumentasi, penulis akan menguraikan hasil dari temuan
lapangan yang dibagi untuk ketua pemberdayaan perempuan,
penanggungjawab pembuatan Jahe Serbuk/Instan dan Jahe
langsung minum, penanggungjawab Pemasaran Jahe
Serbuk/Instan dan Jahe langsung minum, yang memproduksi Jahe
Serbuk/Instan dan Jahe langsung minum dan anggota.
Program pemberdayaan perempuan dijalankan pada awal
tahun 2015 oleh ibu Hanifah. Ibu Hanifah pernah mengikuti
pelatihan tentang pengelolahan Jahe yang di nara sumberin oleh
salah satu dosen IPB (Institut Pertanian Bogor). Dengan
pengalaman yang didapat dari pelatihan tersebut dan
kepeduliaannya terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya
52
manusia yang dapat diberdayakan, sehingga ibu Hanifah
berinisiatif membentuk program ini dengan memberikan
pelatihan budidaya jahe, pengembangan pembuatan Jahe dan
strategi pemasaran Jahe ke masyarakat sekitar hingga ke pasar-
pasar terdekat. Akhirnya program pemberdayaan perempuan
melalui budidaya dan pengelolahan tanaman Jahe merah
dilaksanakan pertama kali pada Oktober 2015.
Tujuan dilaksanakannya program pemberdayaan ibu-ibu
PKK ini guna membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga,
sekaligus membantu ibu-ibu untuk meningkatkan kreatifitas serta
pengembangan diri.untuk menjadikan perempuan lebih unggul
dari sebelumnya. Sebagaiana yang dikatakan oleh Ibu Hanifah;
“Gini mbak kita hidup pada masa laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan, tugas untuk memenuhi kebutuhan keluarga memang kewajiban suami tapi dengan adanya kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup, maka perempuan mengambil sikap untuk dapat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan cara membentuk program pemberdayaan perempuan melalui budidaya dan pengelolahan tanaman Jahe ini. Maka dengan berjalannya program ini perempuan dapat membantu meringankan kewajiban suami tanpa melupakan tugasnya sebagai istri dan ibu di rumah.” (Wawancara dengan ibu Hanifah, 24 Maret 2021)
A. Proses pemberdayaan
1. Tahap Perencanaan
Peneliti mendapatkan temuan mengenai awal mula
dilaksanakan program pemberdayaan perempuan dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan
pengelolahan tanaman jahe merah. Dimulai dari tahap yang
53
pertama yaitu; mengidentifikasi masalah, mengajak para
perempuan untuk ikut berpartisipasi, menyusun program yang
akan dijalankan.
Maka, dalam hal ini ibu Hanifah selaku pendiri melakukan
analisis lingkungan sebelum mendirikan program pemberdayaan
perempuan. Indikator yang ditemukan oleh Ibu Hanifah pada
proses pengenalan dalam masalah rumah tangga salah satunya
masalah keuangan. Dimana sebagian besar kepala keluarga tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidup, sehingga memerlukan andil
dari para perempuan untuk dapat membantu kepala keluarga
memenuhi kebutuhan hidup. Dan sebagian banyak perempuan
yang ada di kelurahan Pondok Pucung merupakan single parent.
Pada tahap ini Ibu hanifah melakukan identifikasi masalah
dengan metode diskusi kepada perempuan-perempuan yang ada
di Kelurahan Pondok Pucung.Dari diskusinya tersebut Ibu
Hanifah mencari solusi dari permasalahan yang terjadi.
Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Hanifah;
“Berawal dari saya mengikuti pelatihan pada awal tahun 2015 yang narasumbernya berasal dari salah satu dosen di IPB (Institut Pertanian Bogor) tentang pengelolahan jahe.Dari situ saya mulai berfikir dan mengembangkan.Kemudian saya menganalisisdan mengidentifikasi masalah keluarga yang ada di Kelurahan Pondok Pucung, ternyata sebagian besar dari mereka membutuhkkan pemasukan lebih untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. Dan saya memperkenalkan program pemberdayaan perempuan yang akan saya bentuk. Saya mengajak mereka tanpa ada paksaan sedikitpun.” (Wawancara dengan ibu Hanifah, 24 Maret 2021)
54
Tahap identifikasi masalah peneliti menemukan beberapa
masalah yang sudah teridentifikasi; masalah-masalah terkait
dengan kebutuhan hidup, khususnya masalah ekonomi,
kebutuhan pendapatan guna membantu perekonomian keluarga,
Kurangnya pendidikan dan keterampilan, harapan yang besar
untuk mencapai masa depan yang lebih baik, terutama untuk
anak-anak kami.Sebagaimana yang dikataan oleh ibu Hanifah;
“Proses yang kami lakukan mbak yang pertama adalah melakukan identifikasi masalah mbak, Saya melakukan identifikasi masalah mbak dengan melihat masalah-masalah yang terjadi di Kelurahan Pondok Pucung, dan menemukan beberapa masalah yang sudah teridentifikasi; masalah-masalah terkait dengan kebutuhan hidup, khususnya masalah ekonomi, kebutuhan pendapatan guna membantu perekonomian keluarga, Kurangnya pendidikan dan keterampilan, harapan yang besar untuk mencapai masa depan yang lebih baik, terutama untuk anak-anak kami.” (Wawancara dengan ibu Hanifah, 24 Maret 2021)
Peneliti menemukan masalah yang berkaitan dengan tidak
terpenuhinya ekonomi keluarga dan kebutuhan hidup, serta
keadaan yang memaksa untuk bisa mandiri dan memenuhi
kebutuhan hidup sendiri.
Sebagaimana yang dikkatakan oleh Ibu Sa’adah;
“Faktor ekonomi mbak, saya pengen punya penghasilan sendiri, bisa mandiri tidak merepotkan orang lain dan dapat membatu perekonomian keluarga. Apalagi ya mbak saya ini seorang janda anak dua.Suami saya meninggal 4 tahun yang lalu.” (Wawancara dengan ibu Sa’adah, 25 Maret 2021)
55
Begitupun yang dikatakan oleh ibu Rofiatun;
“Faktor ekonomi yang membuat saya bertekad untuk dapat memiliki penghasilan sendiri guna membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga mbak. Saya seorang janda, saya sudah menjadi janda kurang lebih 10 tahun. Saya punya satu orang anak.Dan sekarang anak saya sekolah kelas 1 SMA. Jadi memang saya sangat butuh untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup saya dan putra saya mbak.” (Wawancara dengan ibu Rofiatun, 25 Maret 2021) Tahap selanjutnya yaitu mengajak para perempuan untuk
dapat berpartisipasi dan bergabung dalam program pemberdayaan
perempuan ini, peneliti menemukan bahwa ibu Hanifah memberi
gambaran program yang akan dilaksanakan dan penghasilan yang
akan diperoleh jika dapat bergabung di program pemberdayaan
perempuan tersebut. Sebagaimana yang dikatakan ibu Hanifah;
“Mengajak para perempuan di kelurahan pondok pucung untuk dapat bergabung di lembaga pemberdayaan perempuan, waktu itu orang yang pertama kali saya ajak ibu Yeni.Alhamdulillahnya ibu yeni langsung mau dan siap bergabung dengan saya.Kita berdua melakukan ajakan/tawaran kepada ibu-ibu yg ada di Rt.003 / Rw.004 dan sekitar 5 orang yang mau pada saat itu”. (Wawancara dengan ibu Hanifah, 24 Maret 2021)
Ibu hanifah berhasil mengajak Ibu Yeni untuk bergabung
dalam program pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan pengelolahan
tanaman Jahe. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Yeni;
“Saya memang suka mbak sama kegiatan yang menantang, melakukan hal-hal baru yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Jadi ketika Ibu Hanifah mengajak saya untuk bergabung menjalankan program
56
pemberdayaan perempuan ini, tanpa pikir panjang saya langsung menerima dan membantu Ibu Hanifah untuk mengajak ibu-ibu yang lain bergabung dengan kami. Dan membantu suami untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga mbak dan saya tuh pengen mbak punya penghasilan sendiri.” (Wawancara dengan ibu Yeni, 27 Maret 2021)
Peneliti menemukan bahwa Ibu hanifah dan Ibu Yeni
berusaha untuk tetap mengajak dan menawarkan kepada
perempuan-perempuan di Rt.003/Rw.004 untuk dapat bergabung
dalam program ppemberdayaan perempuan ini. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Ibu Sa’adah;
“Saya sudah bergabung di program pemberdayaan ini sejak awal didirikan mbak, Oktober 2015.Saya ini keponakannya ibu hanifah.Jadi waktu Ibu hanifah mengajak dan menawarkan kepada saya untuk ikut bergabung membuat program pemberdayaan perempuan saya bersedia mbak.Karena saya memang butuh untuk memenuhi kebutuhan hidup.” (Wawancara dengan ibu Sa’adah, 25 Maret 2021)
Dengan demikian tahap ajakan pada masalah ini dilakukan
tanpa ada paksaan dari Ibu Hanifah, apa yang harus para
perempuan yang ada di Kelurahan Pondok Pucung lakukan, Ibu
Hanifah menyerahkan semua keputusan kepada para perempuan
tersebut, sebagian besar memang butuh untuk memnuhi
kebutuhan hidup dan membantu meningkatkan kesejahteraan
keluarga.
Tahap ketiga penyusunan program, kegiatan ini dilakukan
dengan diskusi antar anggota yang dipandu oleh Ibu Hanifah, Ibu
Yeni dan ibu Sa’adah. Peneliti menemukan bahwa tahap
57
penyusunan program dilakukan dengan cara menentukan program
apa saja yang akan dilaksanakan dan siapa saja yang akan
menjadi penanggungjawab. Program yang akan dibentuk yaitu;
Budidaya jahe merah dengan memanfaatkan lahan yang ada,
mengelolah jahe merah menjadi dua jenis, jahe merah
serbuk/instan dan jahe merah langsung minum, dan melakukan
pemasaran jahe merah di daerah kelurahan Pondok Pucung dan
pasar-pasar terdekat. Sebagaimana Ibu Hanifah mengatakan;
“Membentuk tim untuk menyusun program yang akan dilaksanakan. Waktu itu mbak yang siap bergabung dengan kami berjumlah 7 orang ibu-ibu. Tahap pertama Saya, ibu Yeni, ibu Sa’adah memandu para ibu-ibu yang lain untuk mengikuti diskusi dengan aktif, lalu kemudian menentukan siapa saja yang akan menjadi penanggungjawwab dan program apa saja program yang akan kami buat mbak. Nah hasil dari diskusi, kami menyimpulkan untuk membudidayakan jahe merah dengan memanfaatkan lahan yang ada, mengelolah jahe dalam dua jenis, jahe merah instan/serbuk dan jahe merah langsung minum, melakukan pemasaran.” (Wawancara dengan ibu Hanifah, 24 Maret 2021)
Begitupun yang dikatakan olen Ibu Sa’adah;
“Ada 7 orang yang mau bergabung dengan kami untuk mejalankan program pemberdayaan ini.Kami mengumpulkan semua ibu-ibu yang siap dan melakukan diskusi. Untuk menentukan program apa saja dan siapa saja penanggungjaabnya mbak.” (Wawancara dengan ibu Sa’adah, 25 Maret 2021)
Seperti yang dikatakan Ibu Yeni;
“Ada sekitar 7 orang yang siap bergabung mbak, nah keesokan harinya kita langsung mengumpulkan semua ibu-ibu yang bersedia ikut di rumah Ibu Hanifah dan melakukan semacam diskusi musyawarah gitu mbak. Hasilnya ada dua
58
jenis jahe yang akan dikelolah, yaitu jahe serbuk/instan dan jahe langsung minum.” (Wawancara dengan ibu Yeni, 27 Maret 2021)
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
minat perempuan dalam program pemberdayaan perempuan
melalui budidaya dan pengelolahan tanaman jahe Merah terbilang
minoritas. Kendati demikian tidak menghalangi semangat ibu
hanifah untuk membentuk rencana program permberdayaan
perempuan ini.
2. Tahap Pelembagaan
Peneliti menemukan dua tahapan yang dilaksanakan pada
tahap pelembagaan program, Pertama, perijinan kepada
pemerintah setempat dan kedua, pengenalan bertujuan
memperkenalkan kepada masyarakat program pemberdayaan
perempuan.
Tahap perijinan yaitu tahap dimana ibu hanifah melakukan
perijinan kepada pemerintah setempat guna mengajak ibu-ibu
yang ada di Rt.003/rw.004 agar mempermudah proses terlaksana
kegiatan dan proses pelaksanaan program.
“Pertama, Saya melakukan perijinan kepada pemerintah setempat untuk dapat melaksanakan program pemberdayaan perempuan di Kelurahan Pondok Pucung, karena memang kita melibatkan ibu-ibu PKK yang ada di Rt.003/Rw.004 kelurahan Pondok Pucung makanya kita perlu izin mbak. Untuk perizinan awal ke Pemeritah kelurahan Pondok Pucung itu mudah prosesnya dan Alhamdulillah kita dapet izin dan support.” (Wawancara dengan ibu Hanifah, 24 Maret 2021)
59
Ibu Hanifah, Ibu Yeni dan Ibu Sa’adah membuat
permohonan ijin kepada pemerintah setempat agar dapat
mendirikan lembaga pemberdayaan perempuan dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan
pengelolahan tanaman Jahe Merah. Sebagaimana yang dikatakan
oleh ibu Sa’adah;
“Sebelumnya saya, Ibu Hanifah dan Ibu Yeni, melakukan perijinan dengan menunjukkan serta menjelaskan program-program yang akan kami buat mbak.Alhamdulillah mbakdipermudah, semuanya langsung diterima dan kami diberikan support dan dukungan untuk melaksankan pemberdayaan tersebut.” (Wawancara dengan ibu Sa’adah, 25 Maret 2021)
Begitupun yang dikatakan oleh ibu Yeni;
“Pertama saya ibu hanifah dan Ibu yeni melakukan perijinan ke pemerintah setempat mbak, kami menjelaskan maksud dan tujuan dibuatnya lembaga pemberdayaan ini mbak.Hasilnya diterima dengan baik dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat.” (Wawancara dengan ibu Yeni, 27 Maret 2021)
Kedua, pengenalan bertujuan memperkenalkan kepada
masyarakat program pemberdayaan perempuan. Tahap ini
dilakukan guna untuk memperkenalkan bahwa di Kelurahan
Pondok Pucung, tepatnya di Rt.003/Rw.004 ada lembaga
pemberdayaan perempuandalam meningkatkan kesejahteraan
keluarga melalui budidaya dan pengelolahan tanaman jahe merah.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Hanifah;
“Kedua, Tahap Dikenal bertujuan memperkenalkan kepada masyarakat program pemberdayaan perempuan. Supaya dikenal minimal oleh masyarakat sekitar, ya syukur syukur bisa dikenal dimana-mana. Agar proses berjalannya
60
program ini jadi mudah mbak. Karena kalau sudah dikenal masyarakkat berarti omset kita pasti bakalan melejit.Kedua Pengennya lembaga ini diakui mbak, oleh masyarakat sekitar.ya kalau sudah diakui pasti bakalan terkenal dari mulut ke mulut.” (Wawancara dengan ibu Hanifah, 24 Maret 2021)
Pada tahapan ini, ibu Hanifah berusaha agar program ini
dikenal. Salah satunya perkenalan dari anggota ke sanak saudara
dan sanak saudara ke teman-teman yang lainnya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Neng;
“Saya sering promosiin mbak, biasanya kalau ibu-ibu kan suka banget ngerumpi di warung atau di tempat belanja lainnya, nah saya pasti ikut bantu untuk promosi ke ibu-ibu tentang program pemberdayaan perempuan yang sedang kami lakukan, biar mereka bantu support dengan membeli produk yang kami jual. Syukur-syukur cocok di lidah mereka dan nantinya mereka bakalan bantu promosiin juga ke saudara atau tetangganya. Gitu mbak.” (Wawancara dengan ibu Neng 27 Maret 2021)
Peneliti juga sempat mewawancarai Ibu Rohmah yang saat
itu sedang membeli jahe langsung minum di tempat jualan yang
di tanggung jawabin oleh Ibu Neng;
“Saya tau tempat ini, karena saya juga tinggal di daerah Pondok Pucung juga.Awal taunya ya karena sering lewat trus nyoba beli dan alhamdulillahnya rasanya itu pas dilidah saya, jadi langganan deh.Apalagi masa pandemi begini ya butuh banget minuman/makanan yang menaikkan imun tubuh.” (Ibu Tin, warga 28 Maret 2021)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Alvi ketika sedang
membeli jahe langsung minum;
“Saya tinggal di Pondok Bahar, tau ini dari saudara yang tinggal di sekitar sini juga. Sudah sempat cobain beli
61
jahe langsung minum ini di dekat rumah saya tapi rasanya masih kurang nampol.Akhirnya saya nyoban yang ini rasanya mantap pas di lidah.Saya juga sering beli yang serbuk dan itu enak.” (Ibu Alvi, warga 28 Maret 2021)
Dari temuan yang ditemukan peneliti bahwa jahe merah
yang diproduksi dan dijual di program pemberdayaan perempuan
ini sudah mendapat ijin dari pemerintah setempat dan sudah
terkenal di Kelurahan Pondok Pucung bahkan di Wilayah
Kecamatan Karang Tengah.
3. Tahap Pelaksanaan
Peneliti mendapatkan temuan mengenai tahap pelaksanaan
pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan
keluarga melalui budidaya dan pengelolahan tanaman jahe
merah.Dimulai dari tahap, membudidayaka jahe, pengelolahan
jahe menjadi dua jenis, jahe merah serbuk/instan dan jahe merah
langsung minum serta pemasran jahe.
Budidaya jahe merah dengan menanam jahe di lahan yang
sudah ada, jahe mrah dirawat dengan baik dan benar akan
menghasilkan jehe yang berkualitas. Jahe ditanam sekitar 6 bulan
sampai 8 bulan baru bisa dipanen.Jahe yang dihasilkan tidak
banyak karena lahan yang dimiliki juga terbatas, sehingga
seringkali kurang dan harus membeli jahe di pasar-pasar
terdekat.Tahun 2020 awal covid mulai muncul di Indonesia jahe
menjadi langkah dan sangat sulit di dapatkan, sehingga beberapa
kali harus membeli jahe merah di Sumatera Utara dan Jawa
Tengah. Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Hanifah;
“Pertama kami memulai budidaya dengan menanam jahe di tempat yang memang sudah ada, lahan ini masih
62
milik saya pribadi mbak.Kami merawat jahe dengan sangat baik agar menghasilkan jahe yang berkualitas. Jahe ditanam kurang lebih 6 - 8 bulan baru bisa dipanen, Karena lahan yang kami miliki tidak begitu besar sehingga tidak dapat membudidayakan jahe yang banyak, maka kami sering kekurangan jahe untuk dikelolah menjadi jahe serbuk dan jahe siap minum, makanya kami masih ambil jahe dari pasar-pasar terdekat karena sering kekurangan kalau hanya mengandalkan dari hasil panen. Beberapa kali pernah ambil langsung dari Sumatera Utara dan Jawa Tengah.Apalagi semenjak pandemic ya mbak peminat jahe benar-benar banyak dan kami harus bersebut untuk dapat membeli jahe di pasar.” (Wawancara dengan Ibu Hanifah 23 Maret 2021)
Begitu juga yang dikatakan oleh Ibu Zuleha selaku
penanggungjawab;
“Budidaya jahe merah ini lumayan lama ya mbak, bisa sampai 8 bulan an baru bisa panen. Proses perawatannya itu mudah mbak, ya tapi bgtu karena jadwal memanennya itu sangat lama dan lahan yang kami punya jug tidak besar. Maka kami sering beli jahenya dari luar.Pernah sangking gk adanya kami beli ke Sumatera Utara dan daerah Jawa Tengah.” (Wawancara dengan ibu Zuleha 27 Maret 2021)
Dari pernyataan di atas peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa Jahe yang dibudidayakan terbatas karena lahan yang
kurang memadahi, selain itu proses budidaya jahe merah ini juga
memakan waktu yang lama. Sehingga harus membeli Jahe merah
ke luar kota, seperti ke Sumatera Utara dan Jawa Tengah.
Selanjutnya peneliti menemukan proses pengelolahan jahe
yang terbagi menjadi dua jenis, jahe serbuk/instan dan jahe
langsung minum. Jahe serbuk/instan dikelolah dalam waktu dua
hari, dari proses pengupasan hingga pembuatan. Sedangkan
63
pengelolahan jahe langsung minum hanya dilakukan sekitar 3 jam
sampai 4 jam yang hanya memerlukan waktu singkat.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu hanifah;
“Mengelolah jahe dalam hal ini menjadi dua bagian, pembuatan Jahe merah instan ditanggung jawabin oleh ibu Rofiatun proses pembuatan jahe instan/serbuk lumayan lama mbak bisa dua hari penuh dan pembuatan jahe merah langsung minum ditanggung jawabin oleh ibu Sa’adah alau untuk pembuatan jau ini tidak memakan waktu lama mbak hanya sekitar 3-4 jam saja.” (Wawancara dengan ibu Hanifah 24 Maret 2021)
Ibu Sa’adah sebagai penanggungjawab pembuatan jahe
merah langsung minum mengatakan saat diwawancarai oleh
peneliti;
“Di mulai dari mengupas dan membersihkan jahe memerlukan waktu 1 jam an mbak dilanjutkkan dengan mengelolah jahe haya membutuhkan waktu 3 jam sampai 4 jam mbak.” (Wawancara dengan ibu Sa’adah 25 Maret 2021)
Begitu juga yang dikatakan oleh ibu Rofiatun sebagai
penanggungjawab pembuatan jahe merah serbuk/instan;
“2 hari an mbak.Karena untuk jamu serbuk ini lumayan lama prosesnya.” (Wawancara dengan ibu Rofiatun 25 Maret 2021)
Dalam pembuatan jahe merah serbuk dan jahe merah
langsung minum membutuhkan waktu yang berbeda. Jika jahe
langsung minum hanya mengabiskan sekitar tiga sampai empat
jam, berbeda dengan jahe merah serbuk yang memang harus
memakan waktu sekitar dua hari.
64
Tahap selanjutnya pemasaran, peneliti menemukan ada dua
penanggungjawab untuk pemasaran jahe merah dalam program
pemberdayaan perempuan melalui budidaya dan pengelolahan
tanaman jahe. Pemasaran jahe merah serbuk dipasarkan ke toko-
toko herbal terdekat di daerah kelurahan Pondok Pucung yang
dilakukan seminggu sekali untuk memastikan stok masih ada atau
sudah habis , sedangkan pemasaran jahe merah langsung minum
dipasarkan dari pukul 17.00 sampai 23.00. bahkan bisa lebih
cepat jika dagangan sudah habis. Sebagaimana yang dikatakan
Ibu Hanifah dalam wawancara;
“Tahap pemasaran juga dibagi menjadi dua.Pemasaran jahe instan yang ditanggungjawabin oleh Ibu Yeni, untuk jahe instan ini kita pasarkan ke Pasar-pasar terdekat dan toko obat-obatan herbal.Dan Pemasaran jahe langsung minum oleh Ibu Neng kita langsung menjualnya setiap malam pukul 17.00 s/d pukul 23.00 di daerah Pondok Pucung.Nah iya betulah mbak.” (Wawancara dengan ibu Hanifah 24 Maret 2021)
Hal yang sama juga dikatakan oleh ibu Yeni selaku
penanggungjawab pemasaran jahe serbuk/instan;
“Satu harian penuh mbak, ngecek stok di setiap took tpi Cuma seminggu sekali setiap hari Rabu. Selebihnya biasanya saya membantu teman yang lain dalam proses pegemasan.” (Wawancara dengan ibu Yeni 27 Maret 2021)
Begitupun ibu Neng mengatakan, selaku penanggungjawab
pemasaran jahe langsung minum;
“Saya mulai jualan dari pukul 17.00 sampai pukul 23.00 kadag lebih awal ulangnya mbak kalau dagangan sudah habis, pergelasnya dijual Rp.6.000 mbak. Alhamdullillah mbak sering pulang jam 21.30 karena udh habis duluan mbak. Makanya saya bisa pulang dan istirahat
65
lebih awal mbak.” (Wawancara dengan ibu Neng 27 Maret 2021)
Dari tahapan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa tahap
pelaksanaan program pemberdayaan perempuan dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan
pengelolahan tanaman jahe dilakukan melalui tiga tahapan;
budidaya jahe merah, pengelolahan jahe merah menjadi jahe
serbuk/instan dan jahe langsung minum, serta pemasaran jahe
merah yang dilakukan oeh penanggungjawab masing-masing.
4. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Peneliti mendapatkan temuan mengenai tahap monitoring
dan evaluasi kerja lembaga pemberdayaan perempuan dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan
pengelolahan tanaman jahe merah.Dimulai dari tahap melakukan
monitoring dan pemantauan kinerja ibu-ibu di masing-masing
bagian, menggantikan tugas dan tangungjawab jika ada yang
tidak hadir guna memperlancar produksi jahe.Tahap evaluasi
dilakukan setiap dua minggu sekali, mengevaluasi kinerja setiap
bagian, mengevaluasi produksi jahe, mengevaluasi pemasaran
jahe, serta mengevaluasi omset/pendapatan.
Seperti yang dijelaskan oleh ibu Hanifah;
“Dalam tahap monitoring saya melakukan pemantauan kinerja ibu-ibu yang ikut serta dalam program pemberdayaan perempuan ini dengan cara melihat kehadiran setiap anggota, kedisiplinan dalam menjalankan tanggung jawab, karena jika tidak disiplin maka banyak program yang berlajan tidak sesuai rencana seperti terjadi keterlambatan dalam proses pelaksanaan program yang mengakibatkan terlambat dalam proses pemasaran. Kalau
66
tahap evaluasi, biasanya kami rutin melakukan rapat setiap dua minggu sekali, mengevaluasi kehadiran anggota, mengevaluasi seberapa banyak jahe yang dikelolah, mengevaluasi produk yang dipasarkan, dan mengevaluasi omset/pemasukan.” (Wawancara dengan ibu Hanifah 24 Maret 2021)
Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Yeni;
“Biasanya mbak, Ibu Hanifah itu setiap hari ngecek siapa aja yang tidak hadir dan langsung menggantikan tugasnya, ya supaya produksi tidak terhambat.Klau evaluasi kita selalu mengadakan evaluasi setiap dua minggu sekali mbak, buat mastiin aja semuanya berjalan sesuai nggak, gitu mbak.” (Wawancara dengan ibu Yeni 27 Maret 2021)
Ibu atin mengatakan;
“Oh ada mbak kalau itu biasanya dilakukan rutin setiap dua minggu sekali.Paling sekitar setengah jam mbak, tidak lama.” (Wawancara dengan ibu Atin 29 Maret 2021)
Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang
rutin dilaksanakan guna menunjang kinerja dan hasil produksi di
lembaga pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan tanaman jahe.Ibu
Hanifah siap siaga untuk memonitoring kinerja anggota setiap
hari dan menggantikan anggta yang berhalangan hadir. Begitupun
kegiatan evaluasi yang rutin dipandu oleh ibu Hanifah setiap dua
minggu sekali dengan tujuan untuk dapat memotivasi setiap
anggota agar lebih disiplin dan semangat.
B. Hasil pemberdayaan
Berdasarkan hasil temuan di lapangan oleh peneliti,
pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan
67
keluarga melalui budidaya dan pengelolahan tanaman jahe di
Kelurahan Pondok Pucung.Memiliki dampak yang sangat baik
bagi masyarakat sekitar khususnya bagi para perempuan yang
mengikuti program pemberdayaan ini.Dengan adanya program
pemberdayaan ini kemampuan yang diperoleh setiap anggota dari
hasil pemberdayaan dan pemasaran jahe merah, dirasa sangat
membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan
keluarga.
Dalam Poin tersebut peneliti menemukan hasil dari
pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan
keluarga melalui budidaya dan pengelolahan tanaman jahe di
Kelurahan Pondok Pucung ialah kemandirian ekonomi keluarga
dan kesejahteraan keluarga.
1. Kemandirian Keluarga
Hasil dari pemberdayaan yang diperoleh perempuan di
Kelurahan Pondok Pucung adalah meningkatkan produktifitas
pendapatan dalam keluarga, perlunya kesadaran untuk menabung,
menentukan prioritas kebutuhan, dan optimis. Meningkatkan
produktifitas pendapatan dalam keluarga, harus menciptakan
kemandirian untuk memiliki penghasilan tambahan dalam
memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Mandiri secara
financial dan tidak bergantung kepada orang lain Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Sa’adah;
“Manfaat yang saya rasakan selain memiliki kemampuan dalam proses budidaya dan pengelolahan jahe adalah saya mempunyai penghasilan sendiri, lebih mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain.” (Wawancara dengan ibu Sa’adah 25 Maret 2021)
68
Kemandirian yang dihasilkan dalam proses pemberdayaan
perempuan ini adalah untuk bisa mengandalkan diri sendiri dan
tidak bergatung kepada orang lain. Sehingga para perempuan
dapat berdaya dan mempunyai kemandirian dalam memnuhi
kebutuhan hidup.
Begitu juga yang dikatakan oleh ibu Zuleha;
“Jelas mbak saya bisa memenuhi kebutuhan saya sendiri dan tidak bergantung dengan orang lain”. (Wawancara dengan ibu Zuleha 27 Maret 2021)
Kesadaran untuk menabung, dalam persaingan hidup yang
super ketat seperti sekarang ini, setiap keluarga harus memiliki
biaya cadangan untuk memuhi kebutuhan yang tidak
terduga.Peneliti menemukan bahwa sebagian besar dari para
perempuan-perempuan yang ikut bergabung dalam
pemberdayaan perempuan ini menyisihkan sedikit dari
penghasilannya setiap bulan. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Ibu Hanifah;
“Setelah pembagian hasil setiap bulannya saya selalu mengingatkan kepada para ibu-ibu untuk menyisihkan hasil yang didapat. Karena jika nanti tiba-tiba ada kebutuhan yang tidak terduga ibu-ibu masih punya simpenan untuk dipakai dan tidak merepotkan orang lain. Saya bersyukur mbak dipertemukan dengan partner kerja yang luar biasa hebat, dan selalu mendengarkan arahan serta saran dari saya.” (Wawancara dengan Ibu Hanifah 24 Maret 2021)
Ibu Zuleha juga mengataka hal yang sama;
“Karena anak Cuma satu ya mbak.Alhamdulillah bisa nabung mbak Rp.200.000 setiap bulan.Saya nabung untuk persiapan anak saya kuliah mbak.Saya pengen banget anak
69
saya bisa kuliah biar kehidupannya lebih baik dari saya.” (Wawancara dengan Ibu Zuleha 27 Maret 2021)
Seperti hal nya dengan para anggota program
pemberdayaan perempuan di Kelurahan Pondok Pucung,
berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang peneliti
lakukan, para anggota pemberdayaan perempuan mampu
menabungkan/ menyisihkan sebagian hasil pendapatannya dari
usaha pengelolahan Jahe. Meskipun dalam jumlah yang tidak
banyak dan rata-rata mereka menabungkannya di celengan
masing-masing dan tidak menabung di Bank.Dan ada beberpa
yang memang belum bisa menabung, karena habis untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Begitu pun yang diutarakan oleh Ibu Neng;
“iya bisa mbak, saya rutin nabung satu bulan Rp.500.000. takut-takut nanti ada biaya tak terduga, ntah biaya sekolah ataupun yang lainnya mbak, saya nabung sendiri di rumah, blum berani nabung di bank mbak, males juga prosesnya agak ribet.” (Wawancara dengan Ibu Neng 27 Maret 2021)
Dan hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Yeni;
“Iya karena sumi juga bekerja, jadi saya bisa menabung Rp.400.000 setiap bulan untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak saya mbak.” (Wawancara dengan Ibu Yeni 27 Maret 2021)
Peneliti menumkan bahwa sebagian dari ibu-ibu tidak dapat
menyisihkan penghasilannya untuk ditabung, karea kebutuhan
pokok yang mahal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu
Atin;
70
“Karena kebutuhan yang begitu banyak mbak, apalagi ya sekarang itu kebutuhan pokok mahal-mahal mbak, jadi saya belum bisa nabung.Ya uangnya habis aja gitu buat kehidupan sehari-hari mbak.” (Wawancara dengan Ibu Atin 29 Maret 2021)
Menabung sangat penting di masa sekarang, menabung
merupakan salah satu kesiapan kita untuk menyambut masa yang
akan datang. Perempuan yang ikut dalam program pemberdayaan
terlatih dalam menyisihkan sebagian uang penghasilan untuk
ditabung, meskipun beberap masih belum bisa menerapkannya.
Menentukan prioritas kebutuhan, banyak orang yang gagal,
karena tidak berhasil memilih mana yang terpenting dan harus
lebih dahulu diselesaikan.Kebutuhan pokok rumah tangga
amatlah banyak, akan tetapi dalam ekonomi keluarg perlu
menentukan skala prioritas dalam menentuan serta memenuhi
kebutuhan hidup. Seperti yang dikatakan oleh beberapa anggota
pemberdayaan perempuan saat diwawancarai oleh peneliti,
bahwa hasil usahanya diprioritaskan untuk biaya sekolah anak-
anaknya. Salah satunya Ibu Mina;
“Bisa mbak setiap bulan saya nabung Rp.350.000 untuk biaya kuliah anak saya mbak.Saya ada satu anak lagi yag masih kuliah di kampus swasta di Kota Tangerang mbak.” (Wawancara dengan Ibu Mina 29 Maret 2021)
Dari hasil penelitian dan wawancara tersebut, menurut
penulis para anggota pemberdayaan perempuan dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan
pengelolahan tanaman jahe di Kelurahan Pondok Pucung telah
71
mampu menentukan skala prioritas yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Tabel 4.1 Kemampuan Menabung Para Anggota Program
Pemberdayaan Perempuan
No
Nama
Jumlah Persentase Tabungan dari Penghasilan
Sebelum ada program pemberdayaan perempuan
Setelah ada program pemberdayaan perempuan
1 Ibu Hanifah 5% 10% 2 Ibu Rofiatun - 10% 3 Ibu Ibu Syifa 2% 6% 4 Ibu Sa’adah 2% 7% 5 Ibu Yeni 4% 10% 6 Ibu Neng 3% 10% 7 Ibu Zuleha 1% 10% 8 Ibu Atin - 6% 9 Ibu Minah 2% 7% 10 Ibu Sarah 3 10% 11 Ibu Nurmah 5% 10% 12 Ibu Indah 1% 4% 13 Ibu Manih - 8% 14 Ibu Sina - 7% 15 Ibu Afifi 3% 10% Sumber: diolah oleh peneliti.
Optimis, tetap berprasangka baik dan yakin bahwa masa-
masa sukses akan menghampiri kita. Dalam kondisi sulit kita
tidak boleh menyerah, justru kita harus bisa memanfaatkan
kondisi sulit untuk mensuport diri agar bisa keluar dari kondisi
72
tersebut. Kita harus tenang dan yakin apa yang diusahakan akan
berbuah manis, tidak ada usaha yang sia-sia. Dengan sikap
tersebut langkah kita akan teratur, dan dalan kondisi ini
perhitungan kita akan tetap akurat. Dengan ini kita akan
mencapai kesuksesan.
Pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan pengelolahan
tanaman jahe merah di Kelurahan Pondok Pucung.Mampu
menjadikan ibu-ibu menjadi optimis dalam menjalankan hidup.
Ibu-ibu yang sudah bergabung di program pemberdayaan
perempuan di Kelurahan Pondok Pucung. Yakin untuk mandiri
dan dapat mengembangkan diri menjadi lebih baik dan lebih
maju lagi.Harapan itu yang langsung disampaikan oleh para
anggota pemberdayaan perempuan.
“Semoga program ini bisa berjalan lama dan membantu perempuan untuk mmbentuk kemandirian perempuan dan membantu meningkatkan perekonomian keluarga mbak.” (Wawancara dengan Ibu Zuleha 27 Maret 2021)
“Semakin sukses maju dan dapat menjadikan perempuan mandiri memiliki penghasilan sendiri dan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga.” (Wawancara dengan Ibu Yeni 27 Maret 2021)
“Semoga mampu untuk terus membantu perempuan-perempuan mandiri dan tidak selalu menggantungkan diri kepada laki-laki.” (Wawancara dengan Ibu Neng 27 Maret 2021)
“Semoga bisa terus membantu perempuan untuk mandiri dan mampu memiliki pengahasilan sendiri, dapat berdiri sendiri tanpa merepotkan orang lain, dan semoga program pemberdayaan ini dapat terus aktif dan berkembang.” (Wawancara dengan Ibu Rofiatun 25 Maret 2021)
73
Kemandirian yang dihasilkan dalam proses pemberdayaan
ini adalah meningkatkan produktifitas pendapatan dalam
keluarga, perlunya kesadaran untuk menabung, menentukan
prioritas kebutuhan, dan optimis. Sehngga para pemberdaya
dapat berdaya dan mempunyai kemandirin dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2. Kesejahteraan Keluarga
Program pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga melalui budidaya dan pengelolahan
tanaman jahe adalah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga perempuan.Dengan mengembangkan kreatifitas dan
potensi diri di bidang budidaya dan pengelolahan jahe, akhirnta
ppara perempuan yang ikut berpartisipasi dapat memiliki
penghasilan sendiri dan bisa meningkatkan ekonomi keluarga
serta membantu kepala keluarga.
Dapat kita lihat dari sisi pemberdayaan ekonomi perempuan
proses pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga
pemberrdayaan perempuan ini ternyata memiliki hasil dan
dampak yang baik untuk kesejahteraan keluarga. Seperti yang di
sampaikan oleh Ibu Hanifah dan beberpa anggota;
“Sangat membantu ibu-ibu di sini dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga mbak, sekaligus membantu kepala keluarga agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.” (Wawancara dengan Ibu hanifah 24 Maret 2021)
“Iya benar saya dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan membiayai sekolah kedua saya.” (Wawancara dengan ibu Mina 29 Maret 2021)
“Sangat merasakan dampaknya mbak. Saya seorang janda, saya sudah menjadi janda kurang lebih 10 tahun. Saya punya satu orang anak. Dan sekarang anak saya
74
sekolah kelas 1 SMA. Jadi memang saya sangat butuh untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup saya dan putra saya mbak. Alhamdulillah saya bisa menigkatkan kesejahteraan keluarga kami mbak.” (Wawancara dengan ibu Rofiatun 25 Maret 2021)
“Dengan adanya lembaga pemberdayaan perempuan ini sangat membantu saya memenuhi kebutuhan hidup. Alhamdulillah banget mbak saya bisa ikut bergabung di lembaga pembedayaan ini, saya jadi bisa punya pnghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan membantu meningkatkan keejahteraan keluarga.” (Wawancara dengan ibu Atin 29 Maret 2021)
Para prempuan yang bergabung dalam lembaga
pemberdayaan perempuan ini sudah dua tahun belakangan
dengan penghasilan rata-rata Rp. 1.000.000 – 1.500.000 per
bulannya membuat mereka merasa cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, begitupun dengan yang memiliki
tanggungan hidup tambahan.Dan yang sudah tidak memiliki
suami seperti ibu Sa’adah, Ibu Rofiatun.Alhamdulillah masih
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sebagaimana yaag disampaikan para anggota
pemberdayaan perempuan saat diwawancarai penulis;
“Penghasilan saya sebulan Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000. Dengan upah yang saya , Alhamdulillah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan membiayai sekolah kedua saya dan membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga mbak.” (Wawancara dengan ibu Atin 29 Maret 2021)
“Sekitar Rp. 1.000.000 sampai Rp.1.500.000 setiap bulannya mbak.Alhadulillah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.” (Wawancara dengan ibu Rofiatun 25 Maret 2021)
75
Dari hasil penelitian yang ditemukan oleh penulis,
pencapaian di atas adalah bentuk dari keberhasilan perempuan
dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.Dengan penghasilan
yang diperoleh dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Tabel 4.2 Penghasilan Ibu-Ibu dalam Program Pemberdayan Budidaya
dan Pengelolahan Jahe Merah
Sumber: diolah oleh peneliti.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam mendirikan dan menjalankan Program
pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan
No Nama Rata-rata Penghasilan
1. Ibu Hanifah Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000
2. Ibu Sa’adah Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000
3. Ibu Rofiatun Rp. 1.100.000 – Rp. 1.450.000
4. Ibu Yeni Rp. 1.100.000 – Rp. 1.500.000 5. Ibu Neng Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000
6. Ibu Zuleha Rp. 1.050.000 – Rp. 1.500.000 7. Ibu Atin Rp. 1.000.000 – Rp. 1.400.000 8. Ibu Mina Rp. 1.050.000 – Rp. 1.450.000
9. Ibu Sarah Rp. 1.020.000 – Rp. 1.400.000 10. Ibu Syifa Rp. 1.100.000 – Rp. 1.500.000 11. Ibu Nurmah Rp. 1.150.000 – Rp. 1.400.000 12. Ibu Indah Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000 13. Ibu Manih Rp. 1.140.000 – Rp. 1.350.000
14 Ibu Sina Rp. 1.050.000 – Rp. 1.500.000 15 Ibu Afifi Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000
76
keluarga melalui budidaya dan pengelolahan tanaman jahe sudah
pasti tidak mudah. Adanya faktor-faktor yang menjadikan mudah
dan sulit. Berikut faktor pendukung dan faktor yang ditemukan
peneliti dalam analisis pemberdayaan perempuan.
1. Faktor Pendukung
Dalam hal ini faktor pendorong yang didapatkan Ibu
Hanifah sebagai pendiri sekaligus ketua dalam lembaga ini
banyaknya dukungan dari keluarga, kerabat, lingkungan, dan
banyaknya para perempuan yang sadar akan kemampuan dan
kondisi yang dimiliki untuk bergabung di lembaga ini.
Sabagaimana yang dikatakan oleh Ibu Hanifah dan beberapa
anggotanya;
“Alhamdulillah ada support dari pemerintah setempat mbak, dukungan dari suami, dukungan orang-orang terdekat, semangat ibu-ibu untuk menjalankan program ini.” (Wawancara dengan ibu Hanifah 24 Maret 2021
“Suami saya mendukung banget mbak, biar saya ada kegiatan dan jadi lebih kreatif mandiri serta mampu memiliki penghasilan sendiri dan membantu perekonomian keluarga.” (Wawancara dengan Ibu Yeni 27 Maret 2021)
“Waktu awal dulu ngedukung banget karena bisa bantu suami.Tapi Desember 2019 suami saya meninggal mbak.” (Wawancara dengan Ibu Mina 29 Maret 2021)
Dalam menjalankan pemberdayaan berkaitan dengan
pelatihan budidaya dan pengelolahan tanaman jahe yang
langsung dibimbing oleh Ibu Hanifah; pelatihan cara budidaya
jahe, pengelolahan jahe, dan pemasaran jahe. Ibu Hanifah dengan
sabar dan teliti untuk membimbing ibu-ibu agar dapat mejalankan
program pemberdayaan ini dengan baik. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibu Rofiatun;
77
“Sebelumnya saya memang belum pernah melakukan pengelolahan jahe merah menjadi jahe serbuk/intan karena prosesnya yang lama dan memakkan waktu.Tpi mbak Ibu Hanifah sangat telatendan sabar ngajarin saya, agar rasa jahe langsung minumnya enak.Makanya saya betah di sini.” (Wawancara dengan Ibu Rofiatun 25 Maret 2021)
2. Faktor Penghambat
Dalam pelaksanaan pemberdayaan sudah pasti tidak
terlepas dari faktor pendukung dan penghambat baik bagi
pemberdaya maupun yang diberdayakan. Dalam hal ini kesulitan
atau hambatan yang dialami oleh Ibu hanifah dan anggota ialah
sulitnya mengajak ibu-ibu untuk bergabung menjalankan program
pemberdayaan perempuan, banyak penolakan atas program
pemberdayaan perempuan, perizinan dipersulit, lahan terbatas
yang mengakibatkan budidaya jahe tidak banyak, kurang
kompak, kurang disiplin, Konsumen yang masih sedikit, Jahe
merah langsung minum kadang tidak habis terjual.
Sebagaimana dijelaskan oleh ibu Hanifah dalam wawancara
kepada penulis dan beberapa anggota pemberdayaan;
“Sering kurang jahe mbak, jadi harus beli dari pasar-pasar terdekat dan kadang sampai harus beli keluar kota, seperti ke Sumatera Utara dan daerah Jawa, apalagi pandemic begini ya mbak, jahe itu bener-bener sangat dibutuhkan jadi kita sering berebut dengan pedagang lain untuk dapetin jahe.” (Wawancara dengan ibu Hanifah 24 Maret 2021)
“Jahe kadang susah didapatt mbak, kalau mengandalkan dari hasil panen saja tidaklah cukup, makanya kita sering beli di pasar-pasar terdekat bahkan pernah beli ke Sumatera Utara dan daerah Jawa Tengah.” (Wawancara dengan Ibu Sa’adah 25 Maret 2021)
78
“Jahe sangat susah mbak, apalagi di masa pandemi gini ya, jahe itu jadi rebutan orang-orang dan hampir langka, bukan saja langkah tappi harganya juga melonjak tinggi. Yang biasanya hanya 30.000/kg waktu awal pandemi itu bisa sampai 70.000/kg. Jadi sempat menghambat proses pengelolahan jahe merah ini. Kami juga pernah beli ke luar kota karena di sini sangat susah didapatkan.” (Wawancara dengan Ibu Rofiatun 25 Maret 2021)
Faktor penghambat yang sering dialami oleh Ibu Neng
sebagai penanggungjawab penjualan jahe merah langsung minum
adalah dagangan tidak terjual habis:
“Jahe merah langsung minum kadang gk habis terjual mbak, jadi pemasukan juga sedikit.” (Wawancara dengan Ibu Neng 25 Maret 2021)
Begitu juga faktor penghambat yang dihadapi oleh Ibu Yeni
sebagai penanggungjawab penjualan jahe merah serbuk/instan
“Kalau jahe merah serbuk tahan lama mbak, makanya kalau tidak habis ya masih bisa dijual lagi. Tapi ya pemasukan jadi menurun, makanya pemasukan yang lumayan banyak itu dari penjualan jahe merah langsung minum.” (Wawancara dengan Ibu Neng 25 Maret 2021)
Dari hasil wawancara penulis menemukan bahwa faktor
penghambat ialah sangat sulit mengajak ibu-ibu untuk
menjalankan program pemberdayaan perempuan, banyak
penolakan dari ibu-ibu untuk bergabung. Perizinan dipersulit,
lahan terbatas yang mengakibatkan budidaya jahe tidak banyak,