Top Banner
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK (KOMPOSTING) OLEH AKADEMI KOMPOS DI BUMI PESANGGRAHAN MAS RW 08 KELURAHAN PETUKANGAN SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos ) - Disusun oleh: Ade Ramdhan Maghfiroh 1110054000029 PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
105

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

Oct 01, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN

SAMPAH ORGANIK (KOMPOSTING) OLEH AKADEMI KOMPOS DI

BUMI PESANGGRAHAN MAS RW 08 KELURAHAN PETUKANGAN

SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos )

-

Disusun oleh:

Ade Ramdhan Maghfiroh

1110054000029

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …
Page 3: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …
Page 4: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …
Page 5: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

ii

ABSTRAK

Ade Ramdhan Maghfiroh

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah Organik

(Komposting) Oleh Akademi Kompos di Bumi Pesanggrahan Mas Rw 08

Kelurahan Petukangan Selatan.

Dengan mempergunakan prinsip 4 R , Reduction, Recycle, Reuse dan

Replant, seperti yang ditentukan oleh UU RI no 18 thn 2008 ttg Pengolahan

Sampah, PP RI no 81 th 2012, Peraturan Perundangan Bidang Lingkungan Hidup

dan Pengelolaan Sampah th 2013, serta diinspirasi oleh Kebun Karinda yang

diprakarsai Bapak dan Ibu Djamaludin Suryohadikusumo di Lebak Bulus-

Cilandak, Jaksel, maka muncullah ide untuk mengelola sampah Rumah Tangga di

lingkungan Sampah Rumah Tangga darikebun/taman.

Pengelolaan sampah ini merupakan kegiatan yang sistematis &

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah secara

terpadu. Disebut terpadu karena diikuti Seluruh Warga, Mulai Dari Diri Sendiri,

Mulai Dari yang Kecil, Mulai Dari Sekarang.

Pengelolaan sampah Organik (Komposting) Merupakan program dibawah

naungan Akademi Kompos yaitu program pemberdayaan Masyarakat dikelurahan

petukangan selatan bumi pesanggrahan mas Rw:08 yaitu berawal atas

keprihatinan masyarakat sekitar terhadap lingkungan sekitar, dimana lingkungan

sebelumnya berserakan sampah-sampah dan hanya dibakar saja pada pembuangan

akhir, dan tidak ada pengelolaan lingkungan didaerah tersebut.

Penelitian ini bertujuan mengetahui lebih jauh bagaimana proses

pengelolaan sampah organik (Komposting) di Bumi pesanggrahan Mas Rw: 08

Kelurahan Petukangan Selatan dan apa saja yang menjadi kendalanya. Selain itu

melalui penelitian ini penulis ingin menggali lebih dalam tentang konsep

pemberdayaan masyarakat yang ada pada kegiatan Akademi Kompos khususnya

dari pengelolaan sampah organik (Komposting).

Dalam penelitian ini menggunakan metodelogi pendekatan kualitatif yaitu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan atau lisan

dari orang- orang atau prilaku yang diamati. Tekhnik penulisan data dengan

observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di

Kelurahan Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan.

Hasil dari penelitian ini mengetahui bagaimana Akademi Kompos

melakukan proses Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Sampah

Organik (Komposting) adalah dengan cara memberikan pembinaan dengan Lima

Modul Pelatihan yaitu, Pengelolaan Lingkungan, Pengelolaan Sampah Organik,

Pengelolaan Sampah Anorganik, Kebun Sayuran Organik dan Biopori agar

masyarakat dapat peduli dan mengerti dalam meningkatkan kualitas Lingkungan,

menjadi bersih, sehat, dan asri.

Dengan demikian sampah bukannya lawan yang harus dibuang atau

dimusnahkan, tapi merupakan sahabat yang dapat menambah pundi uang kita.

Page 6: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

iii

KATA PENGANTAR

حْمٰنِِ اللِِ بسِْمِِ حِيْمِِ الرَّ الرَّ

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang

telah memberi petunjuk kepada umatnya menuju kehidupan yang bahagia fiddun

yaa wal aakhirat.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak

akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dan dukungan dari berbagai pihak,

baik secara moril maupun materil. Sudah sepatutunya penulis mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya, sehingga

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si, Selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat

Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Konomunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak M. Hudri MA. Selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam (PMI)

4. Bapak Dr. Tantan Hermansah M.Si, selaku pembimbing skripsi yang

bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, memberi

Page 7: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

iv

motivasi, semangat, arahan serta kritikan dan saran bagi penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Rosita Tandos, M.Si, selaku dosen Penguji yang telah memberikan

masukan, saran dan koreksinya dalam penulisan skripsi.

6. Ibu Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah

memberikan pengarahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Pengembangan Masyarakat

Islam yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis di

bangku kuliah.

8. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah memberikan pinjaman buku kepada penulis, sehingga dapat

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Pimpinan Akademi Kompos yaitu Drs. H. Artomo apt.MBA dengan Ibu Hj.

Poppy Artomo serta para pengurus yang terlibat dalam Pengelolaan sampah

organik (Komposting) di wilayah Bumi Pesanggrahan Mas Rw 08

Kelurahan Petukangan Selatan yang telah bersedia di wawancarai dan

memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian dan telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Orang Tua penulis yaitu Ayahanda Drs. Muhammad Anwar dan Ibunda

Nyi Badriyah, S.Ag. serta kakak- kakak kandung ku tercinta Husni

Mubarak, Husna Khairunnisa dan Nur Rahmawati saudara yang senantiasa

Page 8: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

v

memberi semangat, do‟a, cinta dan kasih sayang serta berbagai dorongan

yang tak terhingga baik moril maupun materil.

11. Sahabat dekat Penulis sekaligus teman seperjuangan angkatan 2010-2011

yaitu, Anfal, Ahmad Septiawan Badawi, Muhammad Iqbal Abdul Gofur,

Ujang Kosasih, Adiatma, Viqih Akbar, Ahmad Suheri, Irfan Jaya, Ahmad

Taufik Ramadhan, Lilis Yunengsih, Annisa Fatonah, Sri Rahmayani, Nur

Handayani, Badzliah Rusdyina Framutami, serta teman-teman lainnya yang

selalu memberikan semangat, do‟a, keceriaan, dan bantuan dalam

penyelesaian skripsi penulis.

12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan

kepada penulis baik secara moril maupun materil, penulis ucapkan terima

kasih yang sebesar besarnya, semoga kebaikan kalian semua menjadi jalan

menuju kebaikan fiddun yaa wal aakhirat.

Jakarta, 14 September 2016

Ade Ramdhan M

Page 9: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. ix

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Pembatas dan Rumusan Masalah ........................................... 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian................................................................... 8

E. Metodelogi Penelitian ............................................................ 9

F. Tinjauan Pustaka ................................................................... 15

G. Sistematika Penulisan ............................................................. 16

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan ......................................................................... 18

1. Pengertian pemberdayaan ................................................. 18

2. Praktik praktik pemberdayaan ........................................... 21

B. Masyarakat .............................................................................. 22

1. Pengertian masyarakat...................................................... 22

C. Sampah organik ...................................................................... 26

1. Pengertian sampah organik ............................................... 26

2. Proses pengelolaan sampah .............................................. 29

3. Pemanfaatan sampah organik bagi masyarakat………….. 30

4. Prilaku masyarakat dalam mengel;ola sampah…………... 30

Page 10: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

vii

BAB III GAMBARAN UMUM AKADEMI KOMPOS DI BUMI

PESANGGRAHAN MAS RW 08 KELURAHAN PETUKANGAN

SELATAN

A. Profil Singkat Akademi Kompos ............................................ 33

1. Riwayat Akademi Kompos. ............................................... 33

2. Pendirian Akademi Kompos .............................................. 34

3. Pelopor ............................................................................... 38

4. Jaringan Kerja Organisasi .................................................. 38

5. Visi Misi dan Tujuan ......................................................... 39

6. Sruktur Organisasi ............................................................. 40

7. Pelatihan Yang Diberikan……………………………….. 41

B. Jumlah orang di Akademi kompos……………………………. 42

1. Jumlah orang yang terlibat setiap tahunnya………………. 42

2. Output atau hasil jumlah keseluruhan orang yang terlibat dalam

dalam kegiatan Akademi Kompos………………………… 46

BAB IV ANALISIS ANALISIS TENTANG PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH

ORGANIK (KOMPOSTING) DI AKADEMI KOMPOS

A. Analisis proses pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan

Sampah organik (Komposting) .............................................. …. 47

B. Analisis upaya penyelesaian permasalahan pemberdayaan

masyakat melalui pengelolaan Sampah organik (Komposting)…51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 77

B. Saran ...................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81

LAMPIRAN

Page 11: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi Sampah di TPA DKI ................................................... 74

Page 12: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Kepengurusan .....................................................................40

Gambar 2 Kebun Tanaman Organik ................................................................56

Gambar 3 Pengayakan Sampah Organik ..........................................................57

Gambar 4 Posko Bank Sampah ........................................................................59

Gambar 5 Hasil Kebun Tanaman Organik .......................................................61

Gambar 6 Lubang Resapan Biopori .................................................................64

Gambar 7 Pelatihan Lingkungan Dan Komposting .........................................66

Gambar 8 Kunjungan – Kunjungan Dari Praktisi Anak Sekolah

Dan Undangan Pelatihan .................................................................68

Page 13: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Disaat planet bumi berjuang menyediakan sumberdaya(tanah,air, pangan,

energy,dll) untuk mempertahankan 7 miliar penduduknya, pada saat bersamaan

setiap tahunnya,1/3ton terbuang menjadi limbah! Ironis sekali, limbah makanan

menjadi salah satu kontributor terbesar dampak lingkungan, hanya karena ketidak

tahuan dan ketidak pedulian manusia. Oleh karena itu, edukasi untuk Masyarakat

Sebagai Wujud Kepedulian pada Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup,

Pengelolaan Lingkungan dan Daur Ulang Sampah Rumah Tangga (SRT) dan

Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (SSSRT).1

Sebagaimana Al-Qur‟an menyebutkan:

.

Artinya:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan

harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang2 yang berbuat

baik” (QS Al-A‟rof 7:56)

Berangkat dari keprihatinan melihat timbunan sampah yang menggunung

dimana-mana, dan berbagai bencana alam, serta perubahan iklim yang disebabkan

karena ketidak-pedulian manusia terhadap kebersihan dan kesehatan dengan

membuang sampah sembarangan.

Salah satunya disebabkan karena persepsi yang salah terhadap sampah,

1 Artomo, penggiat lingkungan Jakarta: Akademi Kompos (artikel akademi kompos)

2013.

Page 14: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

2

dimana menganggap bahwa sampah itu barang kotor yang harus dibuang,

bukannya sebagai barang bernilai yang bisa didaur ulang, serta kurangnya

pengetahuan pengolahan sampah yang tepat daerah-daerah khususnya disekitar

perumahan kami, maka kami ingin mempersembahkan Edukasi untuk Masyarakat

Sebagai Wujud Kepedulian pada Sebagai Wujud Kepedulian pada Pelestarian

Fungsi Lingkungan Hidup, Pengelolaan Lingkungan dan Daur Ulang Sampah

Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Dengan mempergunakan prinsip 4 R, Reduction, Recycle, Reuse dan

Replant, seperti yang ditentukan oleh UU RI no 18 thn 2008 ttg Pengolahan

Sampah, PP RI no 81 th 2012, Peraturan Perundangan Bidang Lingkungan Hidup

dan Pengelolaan Sampah th 2013, serta diinspirasi oleh Kebun Karinda yang

diprakarsai Bapak dan Ibu Djamaludin Suryohadikusumo di Lebak Bulus-

Cilandak, Jaksel, maka muncullah ide untuk mengelola sampah Rumah Tangga di

lingkungan Sampah Rumah Tangga darikebun/taman. Pengelolaan sampah ini

merupakan kegiatan yang sistematis & berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah secara terpadu. Disebut terpadu karena

diikuti Seluruh Warga, Mulai Dari Diri Sendiri, Mulai Dari yang Kecil, Mulai

Dari Sekarang.2

Menurut Arne Naess, krisis lingkungkungan hidup dewasa ini hanya bisa

diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap

alam secara fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah pola hidup atau gaya

hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang perorang, tetapi tetapi juga

budaya masyarakat secara keseluruhan. Artinya, dibutuhkan etika lingkungan

2 Sumber: www.akademikompos.weebly.com (diakses tgl 21-11-2014 jam 10:11)

Page 15: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

3

hidup yang menuntun manusia untuk berinteraksi secara baru dalam alam

semesta. Dengan ini mau dikatakan bahwa krisis lingkungan hidup global yang

kita alami dewasa ini sebenarnya bersumber pada kesalahan fundamental-filosofis

dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, alam, dan

tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Perilaku yang keliru terhadap

alam.Manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan diri dalam

konteks alam semesta seluruhnya. Dan inilah awal dari semua bencana lingkungan

hidup yang kita alami sekarang. Oleh karena itu, pembenahannya harus pula

menyangkut pembenahan cara pandang dan perilaku manusia dalam berinteraksi

baik dengan alam maupun dengan manusia lain dalam keseluruhan ekosistem.

Kesalahan cara pandang ini bersumber dari etika antroposentrisme, yang

memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang

mempunyai nilai, sementara alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan

kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Manusia dianggap berada diluar,

diatas dan terpisah dari alam. Bahkan, manusia dipahami sebagai penguasa atas

alam yang boleh melakukan apa saja terhadap alam. Cara pandang seperti ini

melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadap

alam dan segala isinya yang dianggap tidak mempunyai nilai pada dirinya

sendiri.3

Dalam pandangan mereka faktor sosial dan budaya dijelaskan dengan

menghindari faktor lingkungan sebagai fenomena sosial. Perkembangan yang

cukup bagus ketika lingkungan dikenal secara luas sebagai persoalan sosial adalah

Amerika sejak tahun 1960 (polusi, kualitas,air, dan limbah beracun). Beberapa

3 A. sonny keraf etika lingkungan hidup( Jakarta: Kompas 2010) h 2-3

Page 16: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

4

analis beralih ke sosiolog mengabaikan mendalami variabel fisik dan lingkungan

sebab mereka secara tidak sadar mengikuti paradigma keilmuwan yang mereka

untuk melakukan itu.4

Sementara itu, Donald L. Hardisty yang mendukung pandangan dominasi

lingkungan menyatakan lingkungan fisik memainkan peran dominan sebagai

pembentuk kepribadian, moral, budaya, politik, dan agama. Pandangan ini muncul

tidak lepas dari asumsi dalam tubuh manusia ada tiga komponen dasar, yakni

bumi, air, dan tanah yang merupakan unsur-unsur penting lingkungan.5

Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup

untuk untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi

terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi

kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh

keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi

kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.6

Dalam pandangan Islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa

henti. Hal ini sejalan dengan paradigma islam sendiri sebagai agama gerakan atau

perubahan. Istilah pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah asing

empowerment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Secara teknis,

istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah

pengembangan. Bahkan dua istilah ini, dalam batas-batas tertentu bersifat

interchangeable atau dapat dipertukarkan.7

Lingkungan tempat kita hidup sangat mempengaruhi kualitas kehidupan

4 Rachmad K. DWI Susilo sosiologi lingkungan ( Jakarta:PT, Raja Grafindo

Persada,2008) h 5 5 Ibid h 30

6Edi Suharto, Membangun masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT

Rafika Aditama.2005) 7Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei,Pengembangan Masyarakat

Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2001), h. 41-42

Page 17: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

5

kita.Beberapa komponen yang sangat erat dalam kehidupan kita ialah udara yang

kita hisap setiap saat dan air yang kita minum setiap hari.Udara dan air yang

bersih sangat diperlukan untuk kesehatan sehingga dapat menunjang aktivitas kita

untuk berkreasi dan menghasilkan hal yang positif. Tetapi sebaliknya, bila dua

komponen utama tersebut tercemar, maka pencemarannya akan menimbulkan

perubahan terhadap kualitas kehidupan kita. Kesehatan tubuh terhadap infeksi

penyakit. Semuanya itu akan berpengaruh terhadap penurunan produktivitas

dalam berkarya.8

Sementara itu ketersediaan lahan untuk tempat memproses pengelolaan

akhir sampah makin sulit karena daya dukung lahan khususnya diperkotaan makin

berkurang.Akibat dari semakin bertambahnyatingkat konsumsi masyarakat serta

aktivitas lainnya adalah bertambahnya pula buangan atau limbah yang

dihasilkan.Limbah atau buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi

masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik (Rumah Tangga) telah

menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh pemerintah dan

masyarakat itu sendiri.

Banyak orang yang tidak akan kebersihan, terutama dalam hal membuang

sampah dan banyak pula orang yang membuang sampah sembarangan dan jika hal

ini terus terjadi berkelanjutan akan berdampak efek negative yang sangat besar

bagi lingkungan, seperti merusak tatanan keindahan sebuah kota, belum lagi

penyakit yang akan dengan mudah menimpa masyarakat yang berada disekitar

tumpukan sampah.

Pada dasarnya mengelola lingkungan secara baik adalah tanggung jawab

8 Darmono, Lingkungan hidup dan pencemaran:hubungannya dengan toksikologi

senyawa logam Jakarta: Penerbit universitas Indonesia(UI-Press),2001.

Page 18: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

6

setiap individu manusia yang mengelola lingkungan, mungkin sudah sebagian dari

kita menerapkan pengelolaan lingkungan, hal tersebut sudah disosialisasikan

melalui media atau poster dan spanduk yang dilakukan oleh berbagai pihak atau

lembaga yang perduli akan lingkungan maupun pemerintah, oleh karena itu perlu

adanya Renponsible membangun kesadaran masyarakat melalui pembinaan atau

pemberdayaan, dimana masyarakat tidak hanya tahu tapi memahami tentang

masalah lingkungan dan dapat mengelolanya melalui akademi kompos.

Sebagaimana salah satu wilayah yang di Indonesia akan keperdulian

lingkungan turut berperan serta dalam menangani masalah lingkungan dengan

melibatkan masyarakat setempat sudah dilaksanakan di kelurahan petukangan

selatan dimana dibawah naungan Akademi Kompos yaitu program pemberdayaan

Masyarakat dikelurahan petukangan selatan Rw:08 Pesanggrahan Jakarta selatan

yaitu berawal atas keprihatinan masyarakat sekitar terhadap lingkungan sekitar,

dimana lingkungan sebelumnya berserakan sampah-sampah dan hanya dibakar

saja pada pembuangan akhir, dan tidak ada pengelolaan lingkungan didaerah

tersebut.9

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam

bentuk skripsi mengenai “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK (KOMPOSTING) OLEH

AKADEMI KOMPOS DI BUMI PESANGGRAHAN MAS RW 08

KELURAHAN PETUKANGAN SELATAN”.

Penulis telah melakukan Survey Lapangan di lokasi Bumi Pesanggrahan

9 Rancangan Undang-undang republik Indonesia, Tentang Pengelolaan Sampah,

(Kementrian Negara Lingkungan hidup,2008), h,2-3

Page 19: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

7

Mas RW 08 Petukangan selatan, adapun hasil analisa akan penulis paparkan lebih

rinci di dalam skripsi ini. hasil analisa dan pembahasan diharapkan dapat

memberikan manfaat kepada penulis sebagai pengetahuan yang dapat

dipergunakan untuk mengetahui lebih dalam mengenai pemberdayaan masyarakat

di Akademi Kompos.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

Mengingat begitu luasnya pembahasan mengenai kegiatan pengelolaan

Sampah organik (Komposting) yang dilakukan oleh akademi kompos di Bumi

pesanggrahan mas Rw 08, maka dalam uraian ini penulis membatasi

permasalahan hanya dalam ruang lingkup pengelolaan sampah organik

(komposting). Dan merumuskan masalah berdasarkan latar belakang masalah

yang telah disebutkan diatas agar lebih terarah dalam mencapai sasaran, maka

penulis merumuskan masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah

organik (komposting) di Akademi Kompos?

2. Bagaimana upaya lembaga dalam menyelesaikan permasalahan

pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah organik

(komposting) ini?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pemberdayaan masyarakat melalui

pengelolaan sampah organik (komposting) di Akademi kompos.

2. Untuk mengetahui upaya penyelesaian permasalahan pemberdayaan

masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah organik (komposting)

di Akademi Kompos.

Page 20: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

8

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan bagi pemberdayaan ilmu sosial terutama pada Jurusan

pengembangan masyarakat Islam, tentang pembangunan lingkungan

melalui pelatihan kompos dan pengelolaan lingkungan sebagai salah satu

upaya pemberdayaan dan memberi sumbangsih ilmiah dalam studi dalam

mengatas timbunan limbah sampah melalui pelatihan Kompos dan

pengelolaan lingkungan di akademi kompos untuk mengajak masyarakat

peduli dalam pengelolaan pelestarian lingkungan,pengelolaan sampah

organik/komposting,pengelolaan sampah anorganik,biopori dan kebun

sayur organik, yang dalam penelitian ini adalah cerminan untuk

mewujudkan dan menciptakan lingkungan yang bersih dan memanfaatkan

limbah yang ada disekitar dalam menciptakan masyarakat yang peduli

pada lingkungan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan Sumbangan Pengetahuan

tentang pengaruh yang bersifat positif maupun negatif dalam kegiatan

pengelolaan sampah organik (Komposting) serta memberikan

penyadaran akan pentingnya peran mereka dalam menyukseskan

program ini.

Page 21: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

9

E. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodelogi/pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah Pendekatan yang mengacu pada prosedur

penelitian yang menghasilkan penelitian Deskriptif, Seperti perkataan

orang dan perilaku yang diamati.Berdasarkan definisi tersebut, penelitian

melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang terjadi secara

alamiah dengan menggambarkan secara rinci tentang bagaimana akademi

kompos. Mengelola program pengelolaan sampah organik (komposting)

dan mengaplikasikannya di masyarakat, apa saja hambatan-hambatan dan

pendukung program. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa Informan

untuk mendapatkan sebuah informasi tentang program pelatihan

akademi kompos secara lebih dalam dan detail seperti para pengurus

akademi kompos dan juga masyarakat yangterlibat dalam program

tersebut. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif dipandang sebagai

pendekatan yang tepat pada penelitian ini, karena dengan pendekatan

kualitatif diharapkan informasi tentang pelaksanaan program akademi

kompos dan faktor pendukung dan juga penghambat program akademi

kompos tersebut dapat dihasilkan secara lebih detail.10

2. Studi Kasus

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan studi kasus yang

merupakan salah satu metode penelitian ilmu–ilmu sosial. Secara umum,

studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan

10

Lexy J. Moleang. Metode penelitian kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2000), hlm. 12. .

Page 22: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

10

suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya

memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan

diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena

kontemporer (masa kini) di dalam konteks nyata.11

Agar berfungsi sebagai

dasar bagi generalisasi, studi kasus hendaknya dikaitkan pada suatu

kerangka teoritis yang nantinya mungkin dapat disesuaikan bila studi

kasus itu menghasilkan bukti baru.12

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah pihak pelaksana dari kegiatan

pelatihan akademi kompos yaitu pengurus program pengelolaan sampah

organik (Komposting) diberikan secara theory dan praktek, didalam kelas

dan dilapangan. Diikuti oleh segala tingkatan usia, mulai dari TK sampai

dengan dewasa.13

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul

data dari objekrisetnya.14

data primer diperoleh melalui observasi atau

pengamatan langsung, berperan serta sebagai pengamat dan

wawancara langsung lagi mendalam kepada responden, dalam

penelitian ini data primer yang diambil berupa perkataan

11

Robert K. Yin. Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008), hlm. 1. 12

Britha mikkelsen. Metode penelitian partisipatoris dan upaya-upaya pemberdayaan:

sebuah buku pegangan bagi praktisi lapangan (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 2003), hlm. 92. 13

Ipah farihah. Buku panduan penelitian UIN Syarif Hidatullah Jakarta, (Jakarta:UIN

Jakarta Press. 2006). hlm.35. 14

Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia(Yogyakarta: Graha

Ilmu,2004),h.69

Page 23: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

11

terwawancara yang berkaitan di akademi kompos bumi pesanggrahan

mas RW 08 Petukangan selatan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah semua data yang diperoleh secara tidak

langsung dari objek yang diteliti. Data sekunder diperoleh dari

catatan-catatan, surat kabar, atau media kabar atau dokumen yang

berkaitan dengan penelitian.15

Dalam penelitian ini data sekunder

diambil dari data yang berupa arsip-arsip dan laporan-laporan

konsultan pemberdayaan masyarakat Akademi Kompos yang

berkaitan dengan kebutuhan penelitian

5. Teknik Penentuan Subyek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik penentuan

subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas

tujuan atau pertimbangan – pertimbangannya untuk dapat memasukkan

unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana peneliti mencari

informasi.16

Peneliti Memperoleh informasi dari Inovator Akademi Kompos

serta para Anggotanya yang meliputi dari bagian Pemberdayaan

Masyarakat tentang Sampah Organik (Komposting). Adapun informasi

yang diperoleh hanya 3 orang wawancara saja, yaitu dari 1 orang

pengelola atau Inovator Akademi Kompos, 1 orang Divisi Sampah

15

Jaenal Arifin, Teknik Penarikan Sample dan Pengumpulan Data ,(Jakarta,2005) h.17

16

Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Jurusan Sosiologi. 2003). Cet

Ke-1. h. 100.

Page 24: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

12

Organik (Komposting) dan Divisi Daur Ulang Sampah Anorganik.

Adapun informasi yang diperoleh lebih mendalam hanya 1 orang saja,

yang diperoleh dari Inovator Akademi Kompos tersebut.

6. Waktu dan tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian terhitung sejak bulan Januari 2015 - maret

2016.

b. Tempat Penelitian

Yang bertempat di Bumi Pesanggrahan Mas RW 08, Kelurahan

Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan. Kota Jakarta Selatan

7. Jenis Penelitian

Dalam Penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian

Deskriptif, yakni bertujuan untuk menggambarkan fenomena sosial

tentang setting sosial secara lengkap.Penelitian ini menggambarkan

fenomena yang menjelaskan tentang upaya-upaya pelatihan dan

pengelolaan.Akademi kompos.dalam melakukan pemberdayaan kepada

masyarakat sebagai tanggung jawab sosial masyarakat, baik dari prosedur

lembaga, teknis lapangan, faktor pendukung dan penghambat,dan hasil

yang dicapai.

8. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

penting strategis dalam penelitian , karena tujuan utama dari penelitian

ini adalah untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data

diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian ini.teknik

Page 25: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

13

pengumpulan data.17

ini dilakukan dengan :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung dengan

menggunakan seluruh panca indera (melihat, mendengar, dan

merasakan).18

dan pengamat atau peneliti berada di tempat terjadinya

fenomena yang diamati, yaitu dengan mengadakan pengamatan

langsung mengenai program pemberdayaan masyarakat melalui

pelatihan kompos di akademi kompos. Guna memperoleh gambaran

dan informasi yang memungkinkan tentang pemberdayaan

masyarakat melalui pengelolan sampah organik (komposting).

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data atau informasi

dengan cara tanya-jawab, dikerjakan secara sistemik dan

berlandaskan pada tujuan penyelidikan, 19

Dalam peneltian ini

penulis akan langsung mewawancarai inovator lapangan dan anggota

pelatihan kompos ini. Peneliti mengadakan tanya jawab yang

berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil program Pemberdayaan

Masyarakat melalui pelatihan akademi kompos dengan pihak-pihak

yang berkaitan dengan program tersebut. Peneliti melakukan

wawancara selama 35 menit untuk setiap informan.

c. Studi Dokumentasi

17

Sugiono, MemahamiPenelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005).

18

Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian Lapangan,(Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik: UI,2001),h.16

19

Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial,(Yogyakarta:

ANDI,2007)h.97

Page 26: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

14

Yaitu peneliti mengumpulkan, membaca, dan mempelajari

berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-

data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk

hasil dalam penelitian ini.

9. Teknik analisa Data

Analisis data adalah menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber20

data hasil yang diperoleh melalui wawancara dan

pengamatan peneliti secara langsung di lapangan. Pada saat menganalisa

data hasil observasi penulis mengumpulkan hasil wawancara yang ada

kemudian menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang

Nampak pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya

mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dan analisa

data diperoleh berdasarkan fenomena yang Nampak pada program

pemberdayaan masyarakat melalui Pelatihan Kompos dan Pengelolaan

lingkungan di akademi kompos

10. Teknik keabsahan data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Triangulasi sebagai

teknik pemeriksaan keabsahan data. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di

luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu.21

Dalam hal ini peneliti akan melakukan cek dan ricek

data antara data yang di dapat melalui dokumentasi, laporan-laporan dan

20

Lexy J Moleong ,Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,2008), h. 247. 21

Ibid., h. 330.

Page 27: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

15

dokumen-dokumen yang ada di lapangan dengan hasil dari observasi dan

wawancara yang akan peneliti lakukan nantinya, dengan begitu

keabsahan data yang di dapat oleh peneliti menjadi valid.

F. Tinjauan Pustaka

Penulis mengumpulkan dan menganalisa buku-buku serta literatur-literatur

yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini guna

mendapatkan teori dan konsep yang akan digunakan dalam menganalisa data

hasil penelitian.

Untuk Perbandingan maka Penulis memaparkan beberapa skripsi sebagai

penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha melakukan kajian

terhadap beberapa pustaka ataupun karya ilmiah yang relevan dengan topik

penulisan karya ilmiah ini, penulis membandingkan isi skripsinya dengan

skripsi milik orang lain yang isinya hampir menyerupai. Adapun tinjauan

pustaka dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan skripsi yang

berjudul “Program Daur Ulang Sampah Kertas Sebagai Upaya Pemberdayaan

Masyarakat” (studi kasus Corporate sosial Responsibility PT Pembangunan

Jaya Ancol Tbk) 2009, yang disusun oleh Muhammad Syakur. Skripsi

tersebut berisikan mengenai Program Daur Ulang Sampah Kertas sebagai

upaya pemberdayaan masyarakat, yang mengupayakan sampah kertas untuk

didaur ulang kembali dan dimanfaatkan secara mandiri. Untuk membedakan

skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat pada subjek penelitian

serta programnya dalam memberdayakan masyarakat melalui sampah.

Skiripsi Kedua, penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan

Pemberdayaan Masyarakat Program 1000 Posyandu Oleh Pemerintah Kota

Page 28: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

16

Tangerang di Kelurahan Karawaci baru” 2013, yang disusun Ulfah Latifah.

Skripsi tersebut berisikan mengenai Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat

melalui program 1000 posyandu yang diadakan oleh Pemerintah dapat

membantu masyarakat yang ingin memeriksa anak-anak nya agar

memperoleh pengobatan secara gratis dan terjangkau. Untuk membedakan

skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat pada subjek penelitian

serta programnya dalam memberdayakan masyarakat.

Dan untuk penulisan dan penyusunan skripsi, penulis mengacu pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta yang

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II tahun 2007. Lokasi penelitian

sendiri akan dilakukan di Bumi Pesanggrahan Mas RW 08, . petukangan

selatan.

G. Sistematika Penulisan

Agar skripsi ini dapat dengan mudah dibaca dan dipahami isinya, maka

skripsi ini perlu kiranya memiliki suatu tata urutan yang sistematis. Untuk

itulah penulis sajikan tulisan ini ke dalam lima bab yang saling berhubungan

erat satu sama lainnya sehingga merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat

dipisahkan. Urutan tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan pertimbangan apa yang mendorong penulis

memilih judul skripsi ini, di mulai dari Latar Belakang Masalah, Pembatas dan

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,

Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

Page 29: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

17

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini penulis mencoba menguraikan kajian teoritis mengenai teori

pemberdayaan, yang menjelaskan tentang Pengertian Pemberdayaan, Praktik -

Praktik Pemberdayaan, Pengertian Masyarakat, Pengertian Sampah Organik,

Proses Pengelolaan Sampah, Pemanfaatan Sampah Organik bagi Masyarakat,

Prilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah .

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Dalam bab ini penulis secara ringkas menguraikan Gambaran Umum

Lokasi Penelitian yaitu gambaran umum mengenai Profil Singkat Akademi

Kompos yang meliputi Riwayat, Proses Pendiriannya, Pelopor, dan Jaringan Kerja

Organisasinya. Serta Visi, Misi, dan Tujuan, Serta Struktur Organisasinya dan

Pelatihan yang diberikan. Berikut Jumlah Orang yang terlibat di Akademi

Kompos setiap Tahunnya dan Output/hasil Jumlah Orang Keseluruhannya dari

Tahun Ke Tahun Oleh Akademi Kompos di Bumi Pesanggrahan Mas RW 08,

Kelurahan Petukangan Selatan.

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK (KOMPOSTING)

Dalam bab ini dijelaskan mengenai Proses Pemberdayaan Masyarakat

Melalui Pengelolaan Sampah Organik (Komposting) oleh Akademi Kompos

yaitu Tujuan dan Manfaatnya, serta Upaya Penyelesaian Permasalahan

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah Organik, Kendala

Umum, Upaya Mengatasinya, Proses Persiapan, Pelaksanaan dan Hasil yang

Diharapkan.

Page 30: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

18

BAB V PENUTUP

Merupakan bab penutup, disini penulis mencoba membuat suatu

kesimpulan tentang materi yang telah dibahas sebelumnya, selain itu juga

mencoba memberikan saran-saran yang mungkin ada manfaatnya bagi orang

orang yang bersangkutan.

Page 31: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-

individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan

atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki

kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.22

Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau

kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok,

ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan

keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses

22

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaaan Sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),

Ke-1, h. 59.

Page 32: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

19

yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.23

Upaya memberdayakan sebuah kondisi secara berkelanjutan dan aktif

berlandaskan prinsip-prinsip keadilan sosial dan saling menghargai. Para

pekerja kemasyarakatan berupaya memfasilitasi warga dalam proses

terciptanya keadilan sosial dan saling menghargai melalui program-program

pembangunan secara luas yang menghubungkan seluruh komponen

masyarakat.24

Pola dasar gerakan pemberdayaan ini mengamanatkan kepada

perlunya power dan menekankan keterpihakan kepada kelompok yang tak

berdaya. Dalam sejarahnya, pemberdayaan menjadi sebuah gerakan

perlawanan pembangunan alternatif terhadap hegemoni developmentalisme

(teori modernisasi).25

Pemberdayaan (empowerment) dapat didefinisikan sebagai „proses‟

maupun sebagai „hasil‟. Sebagai sebuah proses, pemberdayaan adalah

serangkaian aktivitas yang terorganisir dan ditujukan untuk meningkatkan

kekuasaan, kapasitas atau kemampuan personal, interpersonal atau politik

sehingga individu, keluarga atau masyarakat mampu melakukan tindakan

guna memperbaiki situasi-situasi yang mempengaruhi kehidupannya. Sebagai

sebuah hasil, pemberdayaan menunjuk pada tercapainya sebuah keadaan,

yakni keberdayaan atau keberkuasaan yang mencakup: (a) state of mind,

seperti perasaan berharga dan mampu mengontrol kehidupannya; (b)

reallocation of power yang dihasilkan dari pemodifikasian struktur sosial.

Dengan demikian, baik sebagai proses maupun tujuan, pemberdayaan

23

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2000), cet. Ke-1, h. 32-33. 24

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik, (Jakarta: Kencana, 2013), h.

4. 25

Ibid, h. 72-73.

Page 33: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

20

mencakup tidak hanya peningkatan kemampuan seseorang atau sekelompok

orang melainkan pula perubahan sistem dan struktur sosial. Pemberdayaan

tidak hanya mencakup peningkatan kemampuan dalam bidang ekonomi

(misalnya, meningkatnya pendapatan), melainkan pula kemampuan dalam

bidang sosial-politik (misalnya, menyatakan aspirasi, berpartisipasi dalam

kegiatan sosial, menjangkau sumber-sumber kemasyarakatan dan pelayanan

sosial).26

Empowerment, atau pemberdayaan adalah usaha untuk meningkatkan

daya individu, kelompok atau komunitas yang kurang memiliki daya.27

Dalam hal ini proses pemberdayaan (empowerment) ditujukan untuk

“membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan

menentukan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk

mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal

ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk

menggunakan daya yang iamiliki, antara lain melalui transfer daya dari

lingkungannya.” (Payne, 1979)

Pandangan lain mengartikan bahwa pemberdayaan secara konseptual

pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas

berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Prinsip ini pada

intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan

dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi, sehingga

26

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri Memperkuat Tanggung jawab Sosial

Perusahaan [Corporate Social Responsibility] (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 144. 27

Yusra Killun, Pengembangan Komunitas Muslim; Pemberdayaan Masyarakat

Kampung Badak Putih dan Kampung satu Duit (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah, 2007), h. 46.

Page 34: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

21

klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh untuk membentuk hari

depannya.28

Dalam pandangan islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan. Hal

ini sejalan dalam paradigma islam sendiri sebagai agama gerakan atau

perubahan. Istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya

diserupakan dengan istilah pengembangan. Bahkan dua istilah ini, dalam

batas-batas tertentu bersifat interchangeable atau dapat dipertukarkan.

Dalam pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan atau

tepatnya pengembangan sumber daya manusia adalah upaya memperluas

horison pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk

melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.

Dengan paparan sederhana diatas, jelaslah bahwa proses pengembangan

dan pemberdayaan pada akhirnya akan menyediakan sebuah ruang kepada

masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan. Menurut Agus Efendi,

setidaknya ada tiga kompleks pemberdayaan yang mendesak untuk

diperjuangkan dalam konteks keumatan masa kini, yakni pemberdayaan

dalam tataran ruhaniah, intelektual, dan ekonomi.

2. Praktik-Praktik Pemberdayaan

Studi atau kajian telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam tugas

pekerjaan pembangunan saat ini. Kebutuhan akan penelitian dan kajian untuk

memperbaiki persiapan, kinerja, dan keberlangsungan pembangunan sebagai

proyek, program atau dukungan pada kebijakan, semakin meningkat. Kerja

pembangunan telah menjadi peristiwa yang „para scientific‟ namun bukan

28

Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2014), h. 89-90.

Page 35: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

22

tanpa ketegangan-ketegangan, seperti yang dikatakan oeh McNeill.29

Penyesuaian diperlukan, dan tergantung pada pemahaman yang lebih

baik dari semua pihak yang terkait mengenai teknik partisipatoris. Ini dapat

diilustrasikan dengan pendekatan yang dilakukan oleh suatu tim yang terdiri

atas peneliti dari pelbagai bidang ilmu yang didokumentasikan dalam buku

The Language of Development Studies (Alfred dan Bentzon, 1990).

Pendekatan-pendekatan utama dalam buku itu adalah:

a. Mengembangkan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktek: teori

yang mendarat

b. Bertitik berat pada lembaga.

c. Identitas sosial, selain kelas; dan

d. Menekankan pentingnya “pengetahuan popular”.30

B. Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah arena di mana praktek pekerjaan sosial makro

beroperasi. Berbagai definisi mengenai masyarakat biasanya diterapkan

berdasarkan konsep ruang, orang, interaksi, dan identitas. Dalam arti sempit

istilah masyarakat menunjuk pada sekelompok orang yang tinggal dan

berinteraksi yang dibatasi oleh wilayah geografis tertentu seperti desa,

kelurahan, kampung atau rukun tetangga. Masyarakat dalam arti sempit

biasanya disebut komunitas atau community. Dalam arti luas, masyarakat

29

Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya Pemberdayaan:

Sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2003),h.

28. 30

Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya Pemberdayaan:

Sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2003),h.

33.

Page 36: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

23

menunjuk pada interaksi kompleks sejumlah orang yang memiliki

kepentingan dan tujuan bersama meskipun tidak bertempat tinggal dalam satu

wilayah geografis tertentu. Masyarakat seperti ini bisa disebut sebagai

sosietas atau society. Misalnya, sering kita dengar masyarakat ilmuwan,

masyarakat bisnis, masyarakat global, masyarakat dunia. Pendefinisian

masyarakat akan membedakan pendekatan pengembangan masyarakat. Bila

masyarakat didefinisikan seperti pengertian pertama, yakni sebagai

komunitas, maka pengembangan masyarakat biasanya difokuskan pada

kegiatan-kegiatan pembangunan lokal (locality development) pada

pemukiman atau wilayah yang relative kecil (lihat Suharto, 2005, 2006ab).

Program-program pengembangan masyarakat biasanya berbentuk usaha

ekonomi produktif atau pelayanan kesehatan, pendidikan dasar yang bersifat

langsung dirasakan oleh penduduk setempat.31

Dalam buku sosiologi kelompok dan masalah sosial karangan (Abdul

Syani, 1987), dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata

musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi

masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling

berhubungan dan saling mempengaruhi, mendapatkan kesepakatan menjadi

masyarakat (Indonesia).

Menurut Abdul Syani (1987) bahwa masyarakat sebagai community

dapat dilihat dari dua sudut pandang; pertama, memandang community

sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah/tempat

dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagian dari kesatuan-

31

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri Memperkuat Tanggung jawab Sosial

Perusahaan [Corporate Social Responsibility] (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 123.

Page 37: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

24

kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat

setempat, misalnya kampung, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat

setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang

yang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Disamping itu dilengkapi pula

oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas

akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua,

community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu

prosesnya yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar

manusia, maka di dalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan

atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional. Dalam hal ini dapat diambil

contoh tentang masyarakat Pegawai Negeri, Masyarakat Ekonomi,

Masyarakat Mahasiswa dan sebagainya.32

Apakah masyarakat itu? Tidak mudah memberikan jawaban mengenai

pertanyaan tersebut.Ini disebabkan karena ahli sosiologi memberikan jawaban

yang berbeda sesuai dengan sudut pandang yang dimilikinya.Ada yang

memandang masyarakat dari sudut kebudayaan dengan alasan bahwa unsur

kebudayaan merupakan unsur terpenting dari masyarakat; ada yang

memandang masyarakat dari aspek organisasi dan kerjasamanya karena unsur

inilah yang terpenting dalam kehidupan masyarakat; dan ada pula yang

memandangnya sebagai kelompok-kelompok karena berkelompok adalah

unsur yang menentukan kehidupan masyarakat. Berikut ini adalah sejumlah

pengertian tentang masyarakat yang diajukan oleh sejumlah ahli:

a. R. Linton seorang ahli antropologi mengatakan bahwa masyarakat adalah

32

Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan terapan (Jakarta: PT Bumi Aksara

13220),h. 30-31.

Page 38: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

25

setiap kelompok manusia yang telah cukup dan bekerjasama sehingga

mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya

sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

b. M.J. Herskovist menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu

yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.

c. J.L. Gilin dan J.P. Gilin, mengatakan bahwa masyarakat adalah

kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi,

sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi

pengelompokkan-pengelompokkan yang lebih kecil.

d. S.R. Steinmetz, seorang sosiologi bangsa belanda mengatakan bahwa

masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi

pengelompokkan-pengelompokkan manusia yang lebih kecil, yang

mempunyai perhubungan erat dan teratur.

e. Hasan Shadily, mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau

kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian

secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.33

Sebab manusia atau masyarakat yang dapat memajukan pilihan-pilihan

dan dapat memilih dengan jelas adalah masyarakat yang punya kualitas.34

C. Sampah Organik

1. Pengertian Sampah Organik

Sampah organik merupakan pengelolaan sampah dengan cara

pengomposan (komposting) atau pemanfaatan menjadi bahan kompos. Untuk

33

Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektik

Islam (Ciputat: Laboratorium Sosiologi Agama 2008), h. 126-127. 34

Dra Nanih Machendrawaty, M.Ag. Agus Ahmad Safei, M.Ag. Pengembangan

Masyarakat Islam: Dari Ideologi Strategi sampai Tradisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya

2001), h. 42.

Page 39: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

26

tujuan pengomposan, sampah harus dipilah-pilah sehingga sampah organik

dan anorganik terpisah. Masing-masing sampah anorganik seperti beling atau

kaca, kaleng, potongan besi, dan sebagainya, dikumpulkan dan dijual ke

pedagang pengumpul, dan selanjutnya didaur ulang. Umumnya, sampah

perkotaan terdiri dari 65-70% sampah organik, yang kualitasnya sangat baik

sebagai bahan baku kompos. Pengomposan dapat dilakukan di TPA atau di

tempat lain yang jauh dari permukiman. Proses pengomposan tidak

berdampak negatif terhadap lingkungan, jika tempat pengomposan ditutup

dengan plastik atau bahan penutup lainnya. Kompos sebagai pupuk tanaman

sekaligus dalam tanah, antara lain berfungsi sebagai sumber hara,

menggemburkan tanah, serta memperbaiki struktur, agregat, aerasi, dan

porositas tanah.35

Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan

sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau

sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

dengan sendirinya. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di

dalamnya.Sampah Organik, misal; daun, sayur dan buah.

Pengolahan dengan kompos atau sampah garbage dilakukan secara

biologis dan berlangsung dalam keadaan aerobic dan anaerobik. Proses

dekomposisi sampah dengan bantuan bakteri akan menghasilkan kompos atau

humus. Proses dekomposisi yang sifatnya anaerobik berlangsung dengan

sangat lambat dan menghasilkan bau, tetapi dekomposisi aerobik berlangsung

relatif lebih cepat dari dekomposisi anaerobik dan kurang menimbulkan

35

Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Jakarta: Djambatan,

2009), h. 71.

Page 40: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

27

bau.36

Sampah organik yaitu sampah yang bisa membusuk, karena aktivitas

mikro organism.Dengan demikian pengelolaannya gasmetan, gas H2S yang

bersifat beracun bagi tubuh.Selain beracun H2S juga berbau busuk, jadi

penumpukkan sampah yang membusuk tidak dapat dibenarkan.

Sampah organik dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat di

degradasi oleh mikroba atau bersifat biodegrable. Sampah ini dengan mudah

dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar

merupakan sampah organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah

dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik),

tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.37

Ada 4R untuk mewujudkan

bentuk kepedulian terhadap lingkungan, 4R itu adalah Reduce (kurangi),

Reuse (gunakan kembali), Recycle (daur ulang), dan Replace (mengganti).38

Dengan meniru langkah 4R, maka yang dapat kita lakukan adalah:

a) Mengurangi (Reduce)

Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi

timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak

sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi

sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan

kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat

/efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan untuk

merubah perilaku tersebut.

36

Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan Edisi Revisi (Jakarta: Kencanuka Prenada Media

Group, 2010), h. 62,64 dan 76. 37

Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

press, 2007), cet-7, h. 153. 38

Bimo, Walgito, psikologi sosial (suatu Pengantar), (Yoyakarata: Andi, 1999), h. 45.

Page 41: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

28

b) Memakai kembali (Reuse)

Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak

menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan

kertas bolak-balik, menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat

air, mengisi kaleng susu dengan susu refil, dan lain-lain

c) Mendaur ulang (Recycle)

Recycle adalah mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna

(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti

mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan

sebagainya, mengolah botol/plastic bekas menjadi biji plastik untuk dicetak

kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya, atau mengolah kertas

bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak dan kembali dicetak menjadi

kertas dengan kualitas lebih rendah, dan lain-lain.

d) Mengganti (Replace)

Replace atau mengganti dimaksudkan untuk meneliti barang yang kita

pakai sehari-hari. Mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali

dengan barang yang lebih tahan lama juga telitilah agar kita hanya memakai

barang-barang yang lebih ramah lingkungan39

.

2. Proses Pengelolaan Sampah

a. Proses Konvensional

Sampah adalah material sisa suatu aktivitas yang tidak di inginkan

setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan menurut derajat

39

Alex. S, Sukses mengolah Sampah Organik menjadi pupuk organik, hlm. 20-22

Page 42: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

29

keterpakaian dan kegunaannya. Makin majunya ilmu pengetahuan akan

makin banyak material ditemukan kemanfaatannya bagi manusia, dan

dengan itu akan makin sedikit material yang di kategorikan sampah.

Sampah organik bisa digunakan pada pembuatan pupuk organik, berguna

bagi pemberian zat hara tanaman. Sementara sampah anorganik dapat

didaur ulang menjadi barang bernilai ekonomi baru.40

b. Proses Organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan,

maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi:

1) Sampah organik basah.

Istilah Sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai

kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa

sayuran.

2) Sampah organik kering.

Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering

adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh

sampah organik kering diantaranya kertas, kayu atau ranting pohon,

dan dedaunan kering.41

3. Pemanfaatan Sampah Organik Bagi Masyarakat

a. Manfaat Ekonomi

1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah

2) Mengurangi volume/ukuran limbah

40

http://www.sampah.biz/2010/11/managing-garbage-and-waste-at-source.html, 20

agustus 2015 13:16 41

https://id.wikipedia.org/wiki/Sampah_organik, Rabu, 19 agustus 2015 10:25

Page 43: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

30

3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

b. Manfaat Ekologi

1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan

pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat

bakteri metanogen ditempat pembuangan sampah

2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan42

c. Manfaat Sosial dan Pendidikan

1) Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang disertai dengan

keselarasan pengetahuan tentang sampah organik

2) Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah organik43

3) Membuka lapangan kerja

4) Meningkatkan penghasilan

5) Penghematan biaya angkut sampah

6) Meningkatkan kepedulian44

4. Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme

tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan

lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan

lingkungan itu merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk

perilaku manusia. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk

perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara

42

http://id.wikipedia.org/wiki/sampah_Organik, Selasa, 27 oktober 2015 14:22 43

http://yandiyulio.wordpress.com, Selasa, 27 oktober 2015 14:36. 44

Artomo apt, penggiat lingkungan Jakarta:Akademi Kompos(artikel akademi

kompos)2015.

Page 44: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

31

kedua faktor dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar

(learning process).45

Dalam SNI 19-2454-2002 pengelolaan sampah oleh masyarakat

terkait perilaku masyarakat yaitu timbulan sampah, pemilahan,

pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan.Dan

pengelolaan sampah oleh pemerintah yang melayani pengangkutan

sampah dari tps atau dari sumber timbulan sampah menuju ke TPA.

seperti:

a. Timbulan sampah, merupakan banyaknya jumlah sampah yang

timbul/yang dihasilkan masyarakat.

b. Pemilahan sampah, merupakan pengelompokan dan pemisahan

sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan atau sifat sampahnya.

c. Pewadahan sampah, merupakan aktivitas menampung sampah

sementara dalam suatu wadah individual/komunal ditempat sumber

sampah. Dengan persyaratan bahan wadah sampah tidak mudah

rusak dan kedap air, ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat.

d. Pengangkutan sampah, merupakan kegiatan mengangkut atau

membawa sampah dari TPS/container dan atau langsung dari sumber

sampah untuk dibawa menuju ke TPA, dengan menggunakan

kendaraan bermotor/tidak yang didesain khusus.

e. Pemusnahan sampah, merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai

pemrosesan akhir di TPA dengan penimbunan terkendali dan lahan

urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas, penimbunan sampah

45

Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, (Jakarta: Rineka Cipta,

2007), h. 132.

Page 45: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

32

untuk daerah pasang surut dengan system kolam (an acrob,

fakultatif, maturasi), dan dengan komposting serta pembakaran

sampah menggunakan insinerator sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Ketaatan terhadap peraturan, pemerintah daerah membuat aturan

tentang pengelolaan sampah, sehingga akan membentuk perilaku

masyarakat yang positif dalam mengelola sampah, serta mengatur

pemberian insentif kepada masyarakat yang melakukan pengelolaan

sampah demikian juga sebaliknya.46

46

Badan Standarisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-2454-2002.

Tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. Jakarta.

Page 46: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

33

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Profil Singkat Akademi Kompos

1. Riwayat Akademi Kompos

Pada sekitar tahun 2006 – 2007, bersama ibu dan bapak Djamaludin

kami telah secara rutin mengadakan penyuluhan tentang Penting dan

Gunanya Pengelolaan Sampah Organik/Komposting, baik untuk sekala

rumah tangga, maupun sekala taman/kebun, kebeberapa tempat dan

asosiasi di DKI, termasuk di RW 08, Kelurahan Petukangan Selatan.

Untuk sekala rumah tangga kami memperkenalkan proses dengan

beberapa cara dan wadah, misalnya Keranjang/drum Takakura, Tong,

Gentong dll. Sedangkan untuk sekala sampah taman dan kebun

menggunakan Bak Komposter, semuanya dengan sistim AEROB.

Pada suatu kesempatan di tahun 2006, kami memberikan penyuluhan dan

diskusi di depan Pengurus dan Warga RW 08.

Setelah menyelesaikan diskusi, mengingat banyaknya sampah di BPM,

baik dari rumah tangga maupun kebun, maka Ketua RW 08 merasa tertarik

dengan program ini, kemudian memerintahkan kami untuk menyusun dan

menjalankan program pengelolaan sampah organik tersebut dan

menyatakan bahwa Pengurus akan mendukung program tersebut.

Dengan pertimbangan agar kegiatan ini jelas statusnya, maka kami

mengusulkan agar Pengurus RW yang menyusun program tersebut sebagai

program RW 08, sedangkan kami akan mendukung sebagai nara sumber

serta pelaksana. Ide ini diterima, namun sampai selesainya periode

Page 47: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

34

kepengurusan RW 08, program tersebut belum terealisir.

Pada kepengurusan RW 08 berikutnya, untuk keperluan menghadapi

Adipura, maka Pengurus RW 08 membuat 3 buah bak komposter, namun

sayangnya bak tersebut tertutup rapat sehingga tidak ideal untuk

digunakan sebagai bak komposter yang menggunakan sistim Aerob,

dimana memerlukan udara/oksigen dalam prosesnya. Dengan

menggunakan sistim Aerob, maka proses fermentasi sampah menjadi

kompos, tidak menimbulkan bau sama sekali, hal ini penting untuk

menghilangkan persepsi masyarakat bahwa sampah itu bau.

Pada awal tahun 2013, saat Pengurus RW 08 yang baru memulai

kegiatannya, kami menginformasikan adanya 3 bak yang mubazir

tersebut. Di dalam rapat, oleh Ketua RW diinstruksikan pada kami untuk

dapat mengaktifkan 3 bak komposter tersebut, terserah bagaimana

caranya, untuk itu disediakan sejumlah dana dari kas RW 08.

Dengan dana tersebut, modifikasi 3 bak komposter dapat diselesaikan,

dengan diberi atap bentuk saung artistik dan diresmikan pada tanggal 23

Maret 2013, oleh Wakil Ketua RW 08, mewakili Ketua RW 08, dengan

disaksikan oleh sekitar 40 orang warga.

Pada acara peresmian tersebut kami tegaskan, bahwa ini bukan proyek

pribadi Artomo, namun proyek warga BPM, jadi sangat diharapkan

partisipasi aktifnya.

2. Proses Pendirian Akademi Kompos

Mengapa kegiatan ini disebut dengan Akademi Kompos.

Dinamakan Akademi Kompos, dengan beberapa alasan, yaitu adanya

Page 48: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

35

keterikatan history dengan Akademi Berkebun, Unik, Mudah diingat,

Menarik perhatian, serta tempat pelatihan.

Visi-Misi Akademi kompos pun sudah disusun dengan jelas. Sampai

saat ini Akademi Kompos secara resmi tidak masuk kedalam struktur

organisasi RW 08, sehingga tidak jelas apakah Akademi Kompos itu

kegiatan independen warga, atau berada di bawah RW 08, secara

struktural.

Keadaan ini sebetulnya sudah sesuai dengan ketentuan peraturan

yang ada, dimana kelembagaan Bank Sampah, kedepannya harus

independen mandiri oleh masyarakat, tidak di bawah lembaga

pemerintahan yang ada. Pemerintah hanya membina dan mendukung, agar

peran Bank Sampah significant dalam penanggulangan sampah, sehingga

sampah bernilai ekonomi, bahkan industri, serta dapat menciptakan

lingkungan yang bersih, asri dan sehat.

Namun meskipun demikian laporan dan komunikasi, walaupun tidak

formal, tetap kami berikan, baik melalui surat, email ataupun bbm (kepada

pengurus RW/RT/LMK/PKK).

Berhubung rata-rata Bank Sampah masih embrio (termasuk Akademi

Kompos), dalam pemasyarakatan pada warga/masyarakat, peran pengurus

RT/RW masih sentral dalam memotori, memfasilitasi dan

menjembataninya.

Ternyata ketiga bak komposter berjalan baik dan sudah penuh untuk

proses selama 2-3 minggu, padahal bahan baku sampah organik masih

banyak sekali.

Page 49: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

36

Akhirnya diputuskan untuk memperluas komposting dengan 5 bak,

sehingga total menjadi 8 bak. Untuk itu diperlukan dana cukup besar,

yang diperoleh dari donasi para warga dan PKK.

Mendekati akhir tahun 2013, lantai kompos yang ambles meskipun sudah

diperbaiki beberapa kali, perlu direnovasi (dengan pembesian), dipasang

paving agar tidak longsor,

serta pintu pagar untuk keamanan, biayanya diperoleh dari sumbangan

PPMK, warga dan pak Lurah.

Saat ini produksi kompos sekitar 200 – 300 kg/bulan, ini berarti kita

telah bisa mengamankan sampah organik BPM sebanyak 1.5 ton/bulan,

dimana sampah ini sebelumnya dibuang keluar atau dibakar.

Guna menyerap hasil kompos, selain dijual, juga disiapkan kebun organik

yang dikelola oleh ibu-ibu warga BPM anggota PKK. Kebun Organik ini

terdiri dari kebun sayur dan kebun TOGA.

Mengenai kebun TOGA selain digunakan untuk pelestarian dan pelatihan

tanaman obat tradisional (dilengkapi dengan katalog), juga untuk

merapihkan dan mempercantik Balai Serbaguna RW 08 yang merupakan

sentral pertemuan warga dan tamu, sehingga dapat dinikmati dan

dibanggakan.

Setelah setahun berlalu, divisi-divisi yang ada (Pelatihan, Komposting dan

Kebun Organik) sudah bisa berjalan baik, maka dipandang perlu untuk

melengkapi Akademi Kompos dengan divisi utamanya yang selalu

menjadi pertanyaan dari instansi manapun (Bank Sampahnya mana?),

yaitu Bank Daur Ulang Sampah Anorganik yang dapat diharapkan menjadi

Page 50: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

37

tulang punggung, terutama subsidi dari segi pendanaan.

Modul-modul untuk pelatihan beserta silabusnya juga dipersiapkan,

dimana terdiri dari lima modul, yaitu: 1. Lingkungan Hidup secara

komprehensif, 2. Pengelolaan Sampah Organik (Komposting), 3.

Pengelolaan Sampah Anorganik (Bank Sampah), 4. Pengelolaan air

limbah (Biopori) dan 5. Urban Farming.

Pada tahun pertama, yaitu saat setup Akademi Kompos, seperti

terlihat, bahwa kami sebagai 37ompostin dan motivator terpaksa menjadi

one man show dalam kegiatan ini. Keadaan ini dapat mengundang praduga

37omposti dari beberapa warga, namun itulah konsekuensi logis dalam

proses pengelolaan lingkungan dan perubahan mindset yang selalu harus

dijalankan oleh seorang 37ompostin lingkungan, dimanapun. Sebab untuk

merubah kebiasaan/mindset masyarakat menjadi baik (apalagi yang

berhubungan dengan lingkungan), perlu pelan-pelan, langkah demi

langkah, dengan memberi contoh yang kongkrit (Ing ngarso sung

tulodo).

Menjelang satu tahun berjalan, Akademi Kompos mulai eksis dan

mapan, maka kami mencoba mengikut sertakan warga sebanyak-

banyaknya untuk mengelola lingkungan kita ini, sehingga secara bertahap

kami dapat mengurangi kegiatan fisik kami dan hanya mengarahkan/

fasilitator/advokasi saja, agar proyek tetap berjalan pada relnya, menuju

tujuan yang sudah ditetapkan (Ing madyo mbangun karso).

Alhamdulillah, seperti gayung bersambut, ternyata selain mengelola

kebun, dengan didasari keinginan untuk mewujudkan lingkungan yang

Page 51: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

38

bersih, asri dan sehat, secara spontan ibu-ibu warga BPM, dengan antusias

telah bersedia untuk menjadi penggerak dan pengelola divisi Bank Daur

Ulang Sampah Anorganik ini.

Dalam perjalanan Akademi Kompos selama ini, terlihat peran serta

PKK sangat dominan, bukan saja dalam hal bantuan pendanaan, tetapi

berupa aktifitas kongkrit dengan tujuan yang sama, yaitu menciptakan

Lingkungan yang Bersih, Hijau, Asri dan Sehat.

3. Pelopor

Yang mempelopori terbentuknya Akademi Kompos adalah bapak

Artomo bersama ibu dan bapak Djamaludin dan asosiasi di DKI, termasuk di

RW 08, Kelurahan Petukangan Selatan.

4. Jaringan Kerja Organisasi

Dalam perkembangannya selama ini, dengan sosialisasi yang telah

dilakukan, diluar dugaan popularitas Akademi Kompos sudah

berkembang, tidak hanya scope Kelurahan dan Kecamatan saja, tetapi juga

dikenal oleh tingkat Walikota Jakarta Selatan, Barat dll. Bahkan tingkat

Provinsi dan Kementerian, sehingga sampai tingkat Nasional.

Permintaan pelatihan datang dari mana-mana, dari bidang pendidikan

mulai dari play grup, TK, SD, SMP sampai dengan mahasiswa dari

beberapa perguruan tinggi. Dari Instansi-intansi pemerintah lainnya,

misalnya Imigrasi, Sudin Kebersihan dll. Tentu saja juga dari masyarakat

permintaan untuk pelatihan mengalir terus, baik melalui kelurahan,

kecamatan, PKK, ataupun langsung dari kelompok2 masyarakat

Page 52: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

39

5. Visi, Misi, dan Tujuan

VISI:

Menjadi pelopor dalam menciptakan Lingkungan pemukiman yang

bersih, hijau, asri dan sehat, serta berguna bagi Lingkungan sekelilingnya.

MISI:

Membangun fasilitas pendidikan dan pelatihan pelestarian lingkungan,

komposting, Bank Daur ulang sampah dan kebun tanaman organik yang di

design dengan konsep pedesaan.

TUJUAN:

Meningkatkan kualitas lingkungan, menjadi bersih, hijau, asri, dan

sehat. Menjadikan sampah sebagai sumber daya, bukan limbah

Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan warga masyarakat, atas

perlunya pelestarian lingkungan.

Memberikan pengertian tentang pengelolaan pelestarian lingkungan

kepada warga didalam komplek, murid sekolah, maupun masyarakat di

lingkungan sekitarnya.

Page 53: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

40

6. Struktur Organisasi

Gambar 1

Struktur Kepengurusan

Sumber: Artikel Akademi Kompos

Susunan Pengurus Akademi Kompos

Pembina : Camat Pesanggrahan dan

Lurah Petukangan

Selatan

Pelindung : Ketua RW 08 Petukangan

Selatan

Ketua : Drs. Artomo

Divisi Pelatihan : Hj. Poppy Artomo

Divisi Pengelolaan Sampah Organik/Komposting : Drs. H. Artomo

Divisi Pengelolaan Sampah Anorganik/ Bdus : Hj. Puji Utami Prayogo

Inovator

Drs. H. artomo apt MBA

DIVISI

KEBUN ORGANIK

DIVISI

BDUS ANORGANIK

DIVISI

DUS ORGANIK

DIVISI

DUS ORGANIK

KBN TOGA KBN

SAYUR

KEUANGAN ADMINISTRASI

OPERASIONAL PRODUKSI PEMBERDAYAAN

KOMPOSTING

Page 54: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

41

Divisi Kebun Organik : Hj. MarjatiLukmiadi

Administrasi : Ny. Vera

Keuangan : Hj. Evi Syafril

Pemberdayaan : Hj. SriHerman/Ny.Poppy

Operasional : *) Terlampir

Produksi : *) Terlampir

7. Pelatihan yang diberikan

Terdiri dalam lima modul. Diberikan secara Theori dan Praktek,

didalam kelas dan dilapangan. Di ikuti oleh segala tingkatan usia, mulai

dari anak TK sampai dengan dewasa.

MODUL PERTAMA: Pengelolaan Pelestarian Lingkungan Modul paling

utama, karena merupakan “WHY”, sedangkan dalam modul berikutnya,

adalah “What” dan “How” nya.

Dalam modul ini diinformasikan mengapa terjadi fenomena alam seperti

yang kita jumpai saat ini, sejauh mana manusia berperan di dalamnya,

termasuk bagaimana Adaptasi dan Mitigasinya, mis., Penghijauan,

Pengelolaan, daur ulang sampah dll.

MODUL KEDUA: Pengelolaan Sampah Organik/Komposting Bahan

baku murni, Sampah Rumah Tangga (SRT) dan Sampah Serupa Sampah

Rumah Tangga (SSRT), secara AEROB.

MODUL KETIGA: Pengelolaan Sampah Anorganik Sampah Anorganik

(Plastik, Kertas, Logam dll), ditabung dan di Daur Ulang, melalui BANK

DAUR ULANG SAMPAH.

MODUL KEEMPAT: Pengelolaan Air Limbah/Biopori Air berasal dari

Page 55: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

42

tanah dikembalikan ke tanah.

MODUL KELIMA: Kebun Organik Urban farming, merupakan konsep

berkebun dikawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang

menganggur.

B. Jumlah Orang di Akademi Kompos

1. Jumlah Orang Yang Terlibat Setiap Tahunnya dan Output/hasil

Jumlah Keseluruhan Orang Yang Terlibat Dalam Kegiatan

Akademi Kompos dari tahun 2013 – 2015

a. Jumlah tahun 2013 = 15 orang

b. Jumlah tahun 2014 = 16 orang

c. Jumlah tahun 2015 = 12 orang

Dan jumlah kelompok PKK = 16 orang

Jumlah keseluruhan = 59 orang

Page 56: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

43

BAB IV

ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

A. Analisis Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah

Organik (Komposting) oleh Akademi Kompos

Akademi Kompos melakukan pembinaan atau pemberdayaan kepada

masyarakat. Mereka mengubah mindset bahwa sampah itu bukan sampah

yang kotor dan harus dibuang, sebab sampah itu ada nilainya. Pengertian itu

cukup sulit untuk dimasukkan kemasyarakat.47

Seperti kata Bapak Artomo, “Kalau mereka sudah masuk nanti mereka

menganggap sampah itu adalah teman. Sampah itu sahabat, sampah itu emas

bukan untuk dibuang- buang. Perubahan mindset itulah salah satu pengaruh

dan manfaatnya”.48

Untuk melakukan aktifitas atau kegiatan di Akademi Kompos secara

luas, perlu mengubah persepsi masyarakat tentang sampah, dimana persepsi

mereka, sampah adalah barang kotor, bau, tak ada nilainya dan harus dibuang

keluar rumah (tidak peduli di timbunan sampah atau di kali), atau dibakar saja

di pekarangan. Persepsi tersebut harus diubah menjadi “sampah itu bukan

sekedar barang kotor, sampah bila ditangani dengan benar tidak berbau, bisa

diolah dan diubah menjadi bahan lain yang tinggi nilainya”. Dengan demikian

sampah bukannya lawan yang harus dibuang atau dimusnahkan, tapi

merupakan sahabat yang dapat menambah pundi uang kita. Mengubah

47

Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul

2) Juni 2014 48

Wawancara pribadi dengan bapak Artomo selaku Inovator di Akademi Kompos 4

maret 2016

Page 57: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

44

mindset ini tidaklah mudah, harus dengan tepat dan dilakukan secara terus

menerus49

.

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-

individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan

atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki

kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.50

Masyarakat adalah arena di mana praktek pekerjaan sosial makro

beroperasi. Berbagai definisi mengenai masyarakat biasanya diterapkan

berdasarkan konsep ruang, orang, interaksi, dan identitas. Dalam arti sempit

istilah masyarakat menunjuk pada sekelompok orang yang tinggal dan

berinteraksi yang dibatasi oleh wilayah geografis tertentu seperti desa,

kelurahan, kampung atau rukun tetangga.51

Sampah organik merupakan pengelolaan sampah dengan cara

pengomposan (komposting) atau pemanfaatan menjadi bahan kompos. Untuk

49

Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul

2) Juni 2014 50

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaaan Sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),

Ke-1, h. 59. 51

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri Memperkuat Tanggung jawab Sosial

Perusahaan [Corporate Social Responsibility] (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 123.

Page 58: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

45

tujuan pengomposan, sampah harus dipilah-pilah sehingga sampah organik

dan anorganik terpisah. Masing-masing sampah anorganik seperti beling atau

kaca, kaleng, potongan besi, dan sebagainya, dikumpulkan dan dijual ke

pedagang pengumpul, dan selanjutnya didaur ulang. Umumnya, sampah

perkotaan terdiri dari 65-70% sampah organik, yang kualitasnya sangat baik

sebagai bahan baku kompos. Pengomposan dapat dilakukan di TPA atau di

tempat lain yang jauh dari permukiman. Proses pengomposan tidak

berdampak negatif terhadap lingkungan, jika tempat pengomposan ditutup

dengan plastik atau bahan penutup lainnya. Kompos sebagai pupuk tanaman

sekaligus dalam tanah, antara lain berfungsi sebagai sumber hara,

menggemburkan tanah, serta memperbaiki struktur, agregat, aerasi, dan

porositas tanah.52

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme

tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu

merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan

perilaku tersebut.53

52

Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Jakarta: Djambatan,

2009), h. 71.

53

Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, (Jakarta: Rineka Cipta,

2007), h. 132.

Page 59: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

46

Dari kegiatan kerja bakti seminggu sekali Akademi Kompos

memberikan sebuah fasilitas pendidikan dan pelatihan mengenai pelestarian

lingkungan, berikut sarana pendukung, berupa pengelolaan sampah organik

(Komposting), pengelolaan sampah anorganik (Bank Daur Ulang

Sampah/Bank Sampah) dan kebun organik, baik sayur maupun toga

(Tanaman Obat Keluarga).

Akademi Kompos Bumi Pesanggrahan Mas melakukan pengelolaan

lingkungan dan sampah secara terpadu). Seperti halnya dikompleks

pemukiman di dalam kota lainnya, selama ini pengelolaan sampah

dilingkungan RW 08, Bumi Pesanggrahan Mas (BPM), dilakukan dengan

mempergunakan sistem iuran warga dan kemudian sampah rumah tangganya

diangkut oleh truk sampah besar.

Sistem ini menimbulkan efek samping berupa terbengkalainya bak

sampah yang tidak ada penanggulangannya. Sampah yang berada dalam bak

sampah berantakan oleh ulah pemulung dan binatang seperti anjing yang

mencari makanan di bak sampah. Sampah itu juga dibuang sembarangan

tidak di dalam bak sampah, sehingga berantakan dan jalan menjadi kotor

yang dapat mengakibatkan lingkungan sekitar akan mudah terkena penyakit.

Lalu alat pengangkut sampah seperti truk sampah yang besar itu cukup sulit

untuk memasuki jalan kompleks Bumi Pesanggrahan Mas yaitu RW 08

Kelurahan Petukangan Selatan karena jalan kompleksnya cukup kecil.

Kerusakan jalan kompleks yang di akibatkan oleh truk sampah membuat

saluran air menjadi mampat di sepanjang jalan dan mobil yang diparkir

Page 60: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

47

sembarangan di sepanjang jalan menjadi rusak. Sampah yang berserakan itu

terbengkalai tidak ada penanganan, sehingga tidak dapat digunakan dan

dimanfaatkan kembali. Begitu pula warga belum memiliki kepedulian untuk

bersama- sama gotong royong dalam mengelola lingkungan sekitar kompleks

tersebut.54

Lahan yang tersedia untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin

terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya- upaya mengurangi timbunan

sampah yang dibuang ke TPA. Salah satu upaya untuk mengurangi sampah

yang dibuang ke TPA dapat dimulai dari sumbernya (rumah tangga) melalui

pemanfaatan sampah organik dengan metode pengomposan (Komposting).55

Dengan mempergunakan prinsip 4 R, Reduction, Recycle, Reuse dan

Replant, maka muncullah ide untuk mengelola sampah organik dilingkungan

Bumi Pesanggrahan Mas, baik yang berupa sampah rumah tangga maupun

sampah dari kebun/taman. Pengelolaan sampah ini merupakan kegiatan yang

sistematis & berkesinambungan yang meliputi Pengurangan dan Penanganan

sampah secara terpadu. Disebut terpadu karena diikuti Seluruh Warga, Mulai

Dari Diri Sendiri, Mulai Dari yang Kecil, Mulai Dari Sekarang.56

Komposting atau pengomposan merupakan upaya pengelolaan sampah

organik, yang berprinsip dasar mengurangi atau mendegradasi/dekomposisi

bahan- bahan/sampah organik secara terkontrol, diubah menjadi bahan- bahan

yang lebih stabil (biomas), dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme,

54

Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel

Akademi Kompos, 2014) 55

Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul

2) Juni 2014 56

Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel

Akademi Kompos, 2014)

Page 61: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

48

berupa bakteri, jamur, juga insekta lain menghasilkan produk yang ekologis

dan tidak merusak lingkungan, karena tidak mengandung bahan kimia dan

terdiri dari bahan baku alami. Selain itu, masyarakat dapat membuatnya

sendiri, karena tidak memerlukan peralatan dan instalasi yang mahal. Unsur

hara dalam pupuk kompos ini juga bertahan lebih lama jika dibandingkan

dengan pupuk buatan, serta dapat mengembalikan unsur hara dalam tanah,

sehingga tanah akan kembali produktif. Hasil akhir dari suatu usaha

pengomposan adalah kompos padat dan pupuk cair. Kompos sangat

dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian Indonesia. Berbeda

dengan pupuk buatan, kompos sangat bermanfaat dalam memperbaiki sifat

kimia, fisika dan biologi tanah. Produksi tanaman pada media tanam dan

tanah yang kaya dengan bahan organik, akan sehat dan menyehatkan, serta

produktivitas pun menjadi lebih tinggi. Berbeda dengan produk dari sampah

anorganik/kimia, pupuk kompos yang merupakan hasil pengolahan dari

sampah organik, kualitas relatif dapat dikontrol. Pupuk kompos pun tidak

dapat disamakan dengan pupuk kimia dalam hal distribusinya pada tanaman.

Secara jangka pendek, pupuk kimia akan kelihatan menguntungkan, namun

dalam jangka panjang akan merusak unsur hara dalam tanah. Berbeda

dengan pupuk kompos, justru akan memperkaya unsur hara dalam tanaman,

dia dapat diberikan kapan saja, berapa saja, karena dia akan diserap tanaman

sesuai yang dibutuhkan (seperti “sustain release” pada obat- obatan).

Kompos dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis,

menggemburkan kembali tanah pertanian dan tanah pertamanan, sebagai

bahan penutup sampah di TPA, reklamasi pantai pasca penambangan, dan

Page 62: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

49

sebagai media tanaman. Penggunaan kompos dapat mengurangi penggunaan

pupuk kimia yang dapat merusak struktur tanah, serta memberikan

kandungan unsur berbahaya pada makanan dan dapat menyumbang pada

konsentrasi gas rumah kaca yang menjadi faktor utama penyebab Pemanasan

Global.57

B. Analisis Upaya Penyelesaian Permasalahan Pemberdayaan Masyarakat

Melalui Pengelolaan Sampah Organik ( Komposting) di Akademi

Kompos

1. Kendala Umum

Masyarakat pada umumnya belum memiliki kesadaran untuk

mengubah pola fikir terkait pengelolaan sampah. Rata-rata mereka

berfikir bahwa ketika sudah membayar iuran untuk kebersihan maka

tidak perlu lagi melakukan tindakan atau kepedulian terhadap

pengelolaan sampah. Mereka juga beranggapan tidak mempunyai waktu

untuk memperhatikan lingkungan apalagi membuat komposting.58

Jadi

tindakan atau kepeduliaan masyarakat terhadap lingkungannya sendiri

belum ada.

Seperti yang dikatakan Bapak Artomo, “memilah-milah sampah

organik dapat membuat kotor dan kompos dapat mudah dibeli, jadi kita

tidak perlu susah payah membuat kompos”.59

57

Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul

2) Juni 2014 58

Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel

Akademi Kompos, 2014) 59

Wawancara pribadi dengan bapak Artomo selaku Inovator di Akademi Kompos 4

maret 2016

Page 63: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

50

Masyarakat pada umumnya tidak peduli jika membuang sampah

sembarangan ke luar rumah selama tidak mengotori halaman rumahnya

sendiri. Seperti membuang sampah ditumpukkan sampah-sampah yang

sudah ada. Kebanyakan mereka membuang sampah sembarangan ke

tempat tersebut sambil berangkat ke tempat kerja menaiki motor atau

dibuang ke kali begitu saja. Mereka juga tidak mau merepotkan dirinya

sendiri untuk mengelola/memilah sampah di lingkungan tempat

tinggalnya.60

Ada juga kendala dalam pelaksanaan program BDUS (Bank

Daur Ulang sampah), kendala yang ditemui terutama dalam bentuk

peralatan (baik untuk keperluan sendiri maupun untuk nasabah),

bangunan dan tenaga kerja, belum memenuhi kebutuhan yang

diharapkan, serta kemandirian dan untuk pengembangan diri.

Beberapa kendala itu dijabarkan sebagai berikut. Kurangnya

kendaraan untuk menjemput sampah nasabah kolektif, yaitu gerobak

motor (GerMor) dengan petugasnya. Pengadaan timbangan, tong

sampah, dokumen administratif yang sesuai dengan kebutuhan di BDUS

(Bank Daur Ulang sampah) dan nasabah kolektif. Terbatasnya laptop,

komputer, kalkulator, struk kasir, dan kelengkapan lain untuk

administrasi BDUS. Belum adanya bangunan untuk ruang

administrasi/kantor dan produksi beserta pagar pengamannya.

Pengelolaan kegiatan, pengadaan tenaga kerja (saat ini masih dikerjakan

oleh ibu-ibu relawan), berikut dana untuk pembayaran honornya.

60

Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel

Akademi Kompos, 2014)

Page 64: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

51

Sosialiasi pelatihan, termasuk di dalamnya dana untuk pelatih,

transportasi, makalah, dan peralatan. Rencana jangka panjang, membuka

cabang BDUS Akkom di beberapa tempat di DKI.61

2. Upaya Mengatasi Sampah Organik

Tujuan Akademi Kompos adalah mempelopori masyarakat Bumi

Pesanggrahan Mas RW 08 Kelurahan Petukangan Selatan untuk

mengelola sampah dalam melestarikan lingkungan. Sedangkan upaya

untuk menghadapi kendala umum tersebut adalah dengan memberikan

penjelasan/ awareness secara terus menerus dan dengan berbagai macam

cara tentang tujuan Akademi Kompos tersebut.

Dengan cara itu sampah tidak harus dibakar atau dibuang

sembarangan, dan air bekas limbah tidak lagi dibuang ke kali, tetapi

mereka bisa mengembalikannya ke tanah dengan membuat lubang

resapan air (biopori). Akademi Kompos ingin menciptakan wacana

kebun organik sebagai tempat wisata organik. Dan juga ingin

memberikan pengertian masyarakat tentang penjelasan apa yang

dimaksud sampah organik seperti sampah hidup atau basah, serta sampah

anorganik seperti sampah kering, dan bahan kimia berbahaya. Sampah

yang dikelola seperti sampah rumah tangga itu yang terdiri dari sampah

organik atau sampah basah sebanyak 60% sedangkan sampah non

organik atau sampah kering sebanyak 30% dan sampah yang

mengandung bahan kimia berbahaya hanya 10%. Pemanfaatan jenis

sampah berbeda-beda, sampah-sampah tersebut dapat diubah menjadi

61

Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan

dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 64.

Page 65: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

52

bahan yang berguna. Sedangkan untuk menghemat biaya atau iuran

warga mereka harus mengurangi frekuensi atau pemakaian truk sampah

10% saja. Dan juga harus mengatasi masalah bak sampah agar tidak

berantakan/ dikais anjing, sampah-sampah yang berada dalam bak

sampah tersebut. Tujuan Akademi Kompos melakukan hal-hal tersebut

adalah ingin mewujudkan lingkungan yang bersih, asri, tidak mudah

terkena penyakit, sehat dan nyaman untuk beribadah. Oleh karena itu,

kepedulian terhadap lingkungan harus diterapkan mulai dari diri sendiri,

mulai dari hal yang kecil dan harus dimulainya dari sekarang juga.

Seperti membuang sampah pada tempatnya atau tidak membuang

sampah sembarangan. Akademi Kompos dapat mewujudkan hal tersebut

dengan bekerja sama dengan masyarakat dalam melestarikan lingkungan

secara bertahap mulai dari uji coba tiap RT dikawasan warga RW 08

Bumi Mas Pesanggrahan (BPM).62

Upaya memberdayakan sebuah kondisi secara berkelanjutan dan

aktif berlandaskan prinsip-prinsip keadilan sosial dan saling menghargai.

Para pekerja kemasyarakatan berupaya memfasilitasi warga dalam proses

terciptanya keadilan sosial dan saling menghargai melalui program-

program pembangunan secara luas yang menghubungkan seluruh

komponen masyarakat.63

Dalam kegiatan yang dilaksanakan Akademi Kompos yaitu

62

Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu

(Jakarta: Artikel Akademi Kompos, 2014)

63

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik, (Jakarta: Kencana, 2013), h.

4.

Page 66: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

53

Pelestarian lingkungan ini diinformasikan mengapa terjadi fenomena

alam seperti yang kita jumpai saat ini, sejauh mana manusia berperan

didalamnya, termasuk bagaimana Adaptasi dan Mitigasinya, misalnya,

penghijauan, pengelolaan daur ulang sampah dll.64

Bapak Artomo mengatakan bahwa pentingnya pelestarian

lingkungan untuk memelihara bumi dan isinya. Karena Bumi yang bukan

milik kita diberikan untuk dijaga dan dipelihara dengan baik agar kita

bisa hidup dengan baik di Bumi.65

Dari pernyataan diatas Akademi Kompos bertujuan, memberikan

pendidikan agar mengerti tentang pelestarian lingkungan secara

sistematis dan komprehensif. Pendidikan yang diberikan dengan cara ini:

Dari Peserta pelatihannya. Kegiatan ini diikuti oleh sekelompok

masyarakat dari orang- orang yang tinggal didalam kompleks Bumi

Pesanggrahan Mas RW 08 maupun orang- orang yang tinggal disekitaran

dan diluaran kompleks. Diikuti dari murid- murid sekolah mulai dari

tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Akhir (SMA) dan

seterusnya. Kemudian dengan memberikan Sistim Pelatihan, Akademi

Kompos melaksanakan satu hari Pelatihan atau dua hari Pelatihan.66

a. Pelatihan Dalam Kelas

Dilakukan dalam 5 modul.

1) Pengelolaan Lingkungan

64

Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel

Akademi Kompos, 2014) 65 Wawancara pribadi dengan bapak Artomo selaku Inovator di Akademi Kompos 4

maret 2016. 66

Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel

Akademi Kompos, 2014)

Page 67: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

54

Memberikan pengertian bagaimana cara mengelola

lingkungan dengan baik dan mengajarkan bagaimana cara

mempraktikkannya.

Gambar 2

Kebun Tanaman Organik

Sumber: www.akademikompos.weebly.com

Kebun Tanaman Organik sebagai bagian dan sekaligus

pengguna awal Kompos dan MOL dari hasil olahan Akademi

Kompos.

Lahan untuk bibit disiplin pribadi adalah manusia, warga, atau

masyarakatnya, maka merekalah yang harus kita persiapkan terlebih

dahulu. Pertama-tama dengan menumbuhkan keinginan dan

kebutuhan mereka, diberikan alternatif cara-cara dan diberi

Page 68: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

55

kesempatan berpartisipasi untuk mencari cara mencapai tujuan yang

terbaik, sehingga siap untuk menerima konsep disiplin pribadi ini

tanpa paksaan. Dengan memberikan pengertian tentang pengelolaan

lingkungan agar masyarakat peduli terhadap lingkungannya serta

dapat meningkatkan kualitas lingkungan, menjadi bersih, sehat dan

asri.67

2) Pengelolaan Sampah Organik- Komposting

Mengajarkan bagaimana cara mengelola sampah organik

(Komposting) dan juga memberikan pemahaman atau pengertian

tentang sampah organik. Bahan baku murni, Sampah Rumah Tangga

(SRT) dan Sampah Serupa Sampah Rumah Tangga (SSRT), secara

AEROB.68

67

Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan

dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h 17.

68

Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul

2) Juni 2014

Page 69: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

56

Gambar 3

Pengayakan Sampah Organik

Sumber: Hasil Pengambilan Analisis Data

Proses pengayakan sampah organik (Komposting) sebelum

dikemas untuk digunakan.

Pengayakan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran

butiran yang seragam dan untuk mengantisipasi adanya bahan

anorganik, seperti kaleng, logam dan plastik. Selain itu, ada pula

bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi di dalam

tumpukan, sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik.

Jika usaha pengomposan masih skala kecil atau sekedar hobi di

rumah, pengayakan bisa dilakukan secara manual menggunakan

pengayak seperti yang biasa dilakukan tukang bangunan atau bisa

menggunakan ayakan tepung. Namun, jika usaha pengomposan

Page 70: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

57

sudah skala bisnis komersial, pengayakan harus menggunakan mesin

penggerak.69

Hasil dari proses pengayakan ini berupa kompos yang halus dan

yang kasar. Kompos halus memiliki ukuran lolos mesh 100 atau

bahkan 50, sedangkan kompos kasar diatas angka tersebut.Kompos

halus biasanya untuk tanaman hias dan tanaman sayuran, sedangkan

kompos kasar dapat digunakan untuk biang kompos, pupuk tanaman

buah, serta tanaman besar lainnya.

3) Pengelolaan Sampah Anorganik- Bank Sampah

Memberikan pemahaman atau pengertian tentang bagaimana

cara mengelola sampah anorganik/bank sampah, serta bagaimana

tata cara mengelolanya agar bisa di daur ulang.

69

Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan

dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 43.

Page 71: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

58

Gambar 4

Posko Bank Sampah

Sumber: www.akademikompos.weebly.com

Ibu-ibu BPM bergotong royong bertugas di Posko Bank

Sampah. Mereka melakukan pencatatan yang fungsinya untuk

melacak setiap informasi yang dibutuhkan. Semua hal terkait catatan

administratif dan transaksi yang terjadi, harus dicatat dan dibukukan.

Tentunya dengan sistem yang layak atau sesuai, baik secara manual

maupun komputerisasi. Teknis pelayanan tabungan sampah secara

komunal/kelompok antara lain mencakup koordinasi anggota

penabung sampah, tempat menabung tingkat awal, pencatatan

administratif, pengambilan/penyetoran sampah ke BDUS, dan

koordinasi dengan pengepul. Bagi nasabah baru diwajibkan untuk

mendaftar terlebih dahulu dengan mengisi dan menandatangani surat

Page 72: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

59

pernyataan nasabah kolektif. Diberikan nomer urut anggota, datanya

dicatat di dalam daftar nasabah dan dibuatkan buku tabungan atas

nama nasabah individu atau nasabah kolektif. Dengan demikian,

nasabah baru sudah bisa membawa sampah tabungan pertamanya

menuju tempat penimbangan. Di bagian ini resi disalin dan dirapikan

di dalam nota yang memuat jenis barang, kode, berat dan nilai

masing-masing (ditentukan berdasarkan daftar harga yang berlaku),

kemudian dijumlahkan. Total nilai inilah yang dicatat di dalam buku

tabungan. Baik nota maupun buku tabungan diserahkan kepada

nasabah. Nasabah menyerahkan sampah tabungannya beserta buku

tabungannya ke petugas penimbangan. Masing-masing jenis sampah

ditimbang, dicatatat sesuai kode jenisnya dalam resi. Selanjutnya,

bersama-sama buku tabungannya, resi berisi catatan penimbangan

dan kode jenis barang dibawa kebagian administrasi. Bagian

administrasi merekap semua data yang ada ke buku-buku nasabah,

keuangan, dan keluar masuk barang.

Perkembangan kegiatan BDUS Akkom sangat pesat, di

antaranya terlihat dari pengumpulan nasabah selama tiga setengah

bulan pertama kegiatannya, sudah memiliki nasabah individu

sebanyak 134 orang dan nasabah kolektif/binaan sebanyak 8

kelompok dengan jumlah anggota 151 orang. Bahkan, dalam waktu

6 bulan, jumlah nasabah sudah mencapai 400 orang.70

4) Kebun/ Sayuran Organik

70

Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan

dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 58, 59, 62-64.

Page 73: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

60

Mengajarkan bagaimana tata cara bercococok tanam di kebun

organik agar menjadi sayuran organik yang berkualitas. Serta

mengajarkan Urban Farming, merupakan konsep berkebun di

kawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan- lahan yang

menganggur.

Gambar 5

Hasil Kebun Tanaman Organik

Sumber: www.akademikompos.weebly.com

Hasil Kebun Tanaman Organik Akademi Kompos, yang mana

bibit di peroleh dari sumbangan pihak pemerintah ataupun modal

yang di peroleh dari penjualan kompos, lalu di belikan bibit.

Media tanam untuk tanaman organik, baik untuk kebun

permanen maupun yang dapat dipindah-pindah harus dibuat

Page 74: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

61

seorganik mungkin, tanpa kontaminasi bahan kimia. Syarat utama

dari media tanam yang digunakan adalah gembur dapat mengikat air

tetapi tidak menggenang, dan harus dalam keadaan lembap.

Bertanam sayuran di kebun organik permanen baik di halaman

maupun di lahan, umumnya dilakukan dibedengan. Bedengan adalah

gundukan tanah yang sengaja dibuat untuk menanam tanaman

sayuran dengan lebar dan tinggi tertentu. Umumnya, ukuran

bedengan dibuat dengan panjang 2-2,5 m, lebar 50- 70 cm, dan

ketinggian 30 cm. Seyogyanya, bedengan dibuat di lahan yang

mendapat sinar matahari pagi. Bertanam sayuran di kebun portable

dapat menggunakan pot, polybag, paralon, talang PVC, sabut kelapa,

atau wadah bekas. Secara umum, ukuran wadah harus dipilih sesuai

dengan besar tanaman dewasa. Diameter yang ideal sama dengan

diameter kanopi daun tanaman dewasa (sekitar 30 cm). Namun,

apapun jenis wadah yang digunakan, harus dibuat lubang didasar

wadah. Bagian dasar wadah bisa diberi bahan penyerap air, seperti

sabut kelapa, sekam kuning, moss, batu apung, dan lainnya.

Selanjutnya, masukan media mix (campuran) yang sudah

dipersiapkan. Dalam keadaan lembap, tanam bibit atau tanaman

dewasa ke dalam media. Merupakan konsep berkebun dikawasan

perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang menganggur.

Dilaksanakan dilingkungan perumahan agar lingkungan menjadi asri

dan hijau, selain itu bisa menghasilkan uang. Kegiatan ini dikelola

oleh PKK, bekerja sama dengan Akademi Berkebun, untuk

Page 75: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

62

penghijauan, mengembalikan kesuburan tanah, memproduksi,

percontohan dan memberikan penyuluhan aneka sayur dan tanaman

organik. Kebun organik tidak saja terdiri atas sayur, tetapi juga

dilengkapi dengan kebun tanaman obat keluarga (toga) dan kolam

ikan. Guna memudahkan dalam mengenal dan mempelajari obat-

obat herbal, telah disiapkan pula sebuah katalog khusus yang berisi

segala informasi tentang tanaman obat atau herbal yang berada di

dalam kebun toga Akademi Kompos.71

5) Biopori

Mengajarkan bagaimana cara mencegah banjir dan membuang

sampah rumah tangga atau sampah sekitar sampah rumah tangga

dengan cara membuat Lubang Resapan Biopori. Lubang resapan

biopori untuk menjadi lubang resapan air hujan sehingga air hujan

dapat meresap kembali ke dalam tanah mampu memperbesar daya

tampungnya terhadap air hujan yang masuk ke dalam tanah,

mengurangi genangan air dipermukaan tanah, dan pada akhirnya

mengurangi volume limpahan dan aliran air hujan ke saluran atau

sungai.

71

Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan

dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 79,82,83&93.

Page 76: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

63

Gambar 6

Lubang Resapan Biopori

Sumber: www.akademikompos.weebly.com

Pembuatan Lubang Resapan Biopori di permukiman, dengan

memasukkan kompos ke dalam lubang resapan biopori (LRB).

Biopori merupakan pori mikro di dalam tanah, berbentuk

saluran sambung menyambung, yang dibentuk oleh akar tanaman

dan fauna tanah. Biopori sangat berguna untuk menyimpan air

permukaan menjadi air tanah. Bila dalam tanah cukup tersedia bahan

organik (berasal dari sampah/kompos), air, dan oksigen, maka

perakaran tanaman dan fauna tanah akan mudah menembus tanah

dan berkembang. Untuk membantu terbentuknya biopori di dalam

Page 77: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

64

tanah perlu dibuat lubang vertikal atau biasa disebut Lubang

Resapan Biopori (LRB). Lubang ini memiliki diameter 10 cm2

dengan kedalaman sekitar 1 m. LRB sebaiknya dibuat sebanyak

mungkin atau sekitar 20-40 lubang. Posisi lubang biopori ini bisa

berada di halaman, carport, taman, selokan, dan di tempat aliran air

atau tergenangnya air. Sayangnya, banyak orang yang masih salah

mengartikan bahwa LRB merupakan prasarana pembentukan biopori

atau merupakan pori mikro di dalam tanah. Alat yang digunakan

berupa bor kecil yang bisa dibeli di toko alat pertanian, toko

bangunan, atau toko plastik. Alat bornya merupakan tangkai besi

sepanjang 1 m dengan ujung berulir berdiameter 10 cm untuk

mengebor tanah. Harganya berkisar Rp200.000-300.000, tergantung

pada model dan bahannya. Alat ini bisa digunakan bergantian oleh

setiap keluarga dalam satu lingkungan RT. Bila dikerjakan dengan

satu orang tukang, dalam satu hari dapat dihasilkan 30 LRB. Bagian

permukaan LRB bisa ditutup dengan penutup saluran pembuangan

air kamar mandi atau kawat kasa 1 cm2. Bagian bibir permukaan

lubang diberi semen dengan tambahan paralon 3-4 inci sepanjang 10

cm. Fungsinya agar lubang tidak mudah longsor. Tidak hanya

tempat penyerapan air tanah, LRB juga bisa digunakan sebagai

tempat pembuatan kompos. Hal ini penting sekali untuk sumber

makanan fauna tanah yang akan membuat biopori. Berikut cara

membuatnya.

Tentukan urutan lubang pertama, kedua, ketiga, dan

Page 78: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

65

seterusnya. Masukan sampah organik (sebaiknya yang sudah

dipotong kecil-keci) ke LRB pertama. Bila lubang pertama sudah

penuh, pindah ke lubang kedua, dan seterusnya. Jika terdapat 28

LRB yang dibuat, sampah organik di dalam akan penuh selama 56-

84 hari. Dalam selang waktu tersebut, lubang awal sudah

terdekomposisi menjadi kompos dan dapat diisi sampah organik

kembali. Kompos dapat menjadi sumber hara untuk daerah sekitar

lubang atau dipanen menggunakan alat bor biopori.72

a. Tempat Pelatihan.

Kelas: - 10 orang dilokasi komposting, - Lebih dari 10 orang di

Gedung Pertemuan

b. Pelatihan Lapangan

Dilakukan secara teori/tertulis dan juga diajarkan bagaimana

cara mengerjakannya atau mempraktekkannya, bertempat/berlokasi

di kebun organik dan ditempat kegiatan Akademi Kompos yang

biasa dilakukan proses pengelolaan sampah organik (Komposting).

72

Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan

dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 69-71.

Page 79: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

66

Gambar 7

Pelatihan Lingkungan dan Komposting

Sumber: www.akademikompos.weebly.com

Pelatihan Lingkungan dan Komposting untuk Ibu-Ibu PKK Se-

Kelurahan Petukangan Selatan dan secara rutin (sekali dalam

seminggu) memberikan pelatihan-pelatihan untuk Dewan Guru di

MIN 9, Jakarta Selatan dan Dewan Guru di SD, SMP & SMA

Yayasan Cendrawasih, Pondok Aren (masih berlangsung). Peserta

pelatihan mengikuti kegiatan dengan antusias di Akademi Kompos.

Fasilitas pendidikan dan pelatihan untuk pelestarian lingkungan,

sebagai tulang punggung dari Akademi Kompos meliputi lima

modul, yaitu modul pertama yang merupakan penjelasan tentang

“mengapa” langkah-langkah berikutnya “apa dan bagaimana”

(dijelaskan pada modul kedua sampai dengan kelima), harus

Page 80: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

67

dikerjakan untuk mendukung pelestarian lingkungan hidup. Kegiatan

ini dilengkapi dengan kegiatan Program Advokasi – Pengelolaan

Lingkungan Swadaya Masyarakat (PLSM). Lebih lengkap mengenai

akademi kompos, visi dan misi yang diterapkan, serta program kerja

yang dijalankan, dari pengolahan sampah (baik organik maupun non-

organik), pembuatan biopori, hingga bertanam sayur organik.73

Pelatihan lapangan yang dikerjakan seperti misalnya,

mempraktikkan cara mengelola sampah organik, dengan cara

melakukan proses Pengomposan mulai dari pemilahan bahan,

pencampuran atau pengadukan, sampah kadang perlu dicacah

terlebih dahulu, dan dilakukan pelembaban. Kemudian melakukan

penyiapan wadah pembuatan kompos, penyiapan bahan baku

kompos, pemantauan suhu dan kelembaban. Lalu membuat

tumpukan, pengayakan untuk memperoleh ukuran butiran yang

seragam dan melakukan pengemasan setelah diayak.74

c. Pelatihan yang sudah berjalan

Untuk Warga Bumi Pesanggrahan Mas (BPM) dalam beberapa

situasi, untuk warga di Kelurahan Petukangan Selatan, untuk Anak-

Anak Sekolah sekitaran daerah Petukangan Selatan, pelatihan serta

Studi Banding di Pantai Indah Kapuk dan yang terjauh dari Pulau

Bidadari di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta.

73

Ibid, h. 31. 74

Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul

2) Juni 2014

Page 81: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

68

Gambar 8

Kunjungan-Kunjungan dari Praktisi Lingkungan anak-anak Sekolah

dan undangan Pelatihan

Sumber: www.akademikompos.weebly.com

Menerima kunjungan-kunjungan dari Para Praktisi Lingkungan

dan juga anak-anak sekolah dan undangan Pelatihan di Instansi-

Instansi Pemerintahan Daerah.

Usaha pemberdayaan masyarakat harus terus-menerus diadakan,

sampai sasaran tercapai, yaitu meningkatkan kepedulian pada

pelestarian lingkungan dan pengelolaan sampah. Dengan demikian

pola fikir terhadap sampah menjadi berbeda. Sampah merupakan

sahabat yang dapat meningkatkan pendapatan. Kegiatan pelatihan ini

akan lebih mudah dikembangkan apabila mereka sudah menjadi

nasabah. Untuk itu, pelatihan perlu dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan. Kegiatan sosialisasi, pelatihan, pengelolaan, dan

Page 82: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

69

pengolahan sampah organik dan anorganik harus terus berlangsung

dan berlanjut sampai seluruh warga dan masyarakat paham betul dan

peduli terhadap pelestarian lingkungan, dan pada akhirnya ikut

tergabung menjadi nasabah. Kegiatan ini diharapkan akan lebih

cepat berkembang dan efektif dengan adanya tambahan peralatan

dan fasilitas. Sosialisasi tersebut akan berjalan dengan baik jika

pengurus RT, pengurus RW, lurah, camat, walikota, dinas

kebersihan, maupun teman-teman dan praktisi lingkungan lainnya

juga ikut membantu mensosialisasikan.75

Akademi Kompos telah melakukan pengolahan sampah organik

melalui proses komposting. Mengingat warga saat memilah sampah

organik, juga memilah sampah Non Organik, maka muncul ide,

kenapa kita tidak kelola juga sampah Non Organiknya.

Pengolahan sampah non organik semacam ini, sudah merupakan

program nasional, dengan nama REDUCE, REUSE, RECYCLE

melalui Bank Sampah – (diatur PERMEN L.H RI no. 13 thn 2012).

Dimana merupakan sistem, pengelolaan sampah anorganik dari

sumbernya, baik individu maupun kolektif (rutang/ restoran/ sekolah

dll) yang sistematis, secara kuantitatif (Kg/Rp), hingga manfaatnya

juga dapat dinikmati langsung oleh sumbernya.

Sebagai mana sebuah Bank, maka harus ada institusi beserta

struktur organisasinya, tempat beraktivitas, jenis tabungan, fungsi

Administrasi, serta ada nasabah/ penabung.

75

Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan

dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 57,64-65.

Page 83: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

70

Pada kegiatan ini, Jenis sampah Anorganik, bersih dan dipilah

dari sumbernya sebagai:

Kertas terdiri dari koran, majalah, kardus dan dupleks.

Kemudian Plastik yang terdiri dari plastik bening, botol plastik dan

plastik keras lainnya. Juga ada Logam yang terdiri dari besi,

alumunium dan timah. Untuk ketiga jenis sampah ini, setidaknya

diperlukan 3 wadah atau kantong terpisah.

Apabila dapat dipilah lebih terinci, akan memiliki nilai jual lebih

tinggi, misalnya botol plastik, dipisahkan sebagai botol bening &

warna; tutup masing- masing warna, label dan seterusnya.

Sumber/Penabung : dapat berupa individu, atau kolektif misalnya,

Rt/Rw/Sekolah dan seterusnya. Mitra : Pengepul atau Pembeli

sampah, kelompok daur ulang atau Industri daur ulang. Tempat :

Permanen, bersih, sehat (sesuai yang diisyaratkan dalam lampiran

PERMEN 13). Hasil bersih : secara bagi hasil, dikembalikan kepada

Nasabah misalnya sebagai tabungan ke dalam RT (nasabah).

Pemodalan: Modal yang mereka peroleh menggunakan modal

pribadi atau pembiayaan sendiri belum ada bantuan dari pihak

pemerintah atau pihak manapun. Kemudian mendapatkan bantuan

modal dari para donatur yang ingin terlibat dalam kegiatan Bank

Sampah yang ada di Akademi Kompos. Bantuan diperoleh dari dana

sumbangan masyarakat Bumi Pesanggrahan Mas RW 08 Kelurahan

Petukangan Selatan dan sekitarnya. Dan juga mendapatkan bantuan

dana dari Corporate social Responsibility (CSR) Perusahaan yang

Page 84: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

71

dinaungi dari pihak Pemerintah maupun Swasta.

Standard Sistem : Melakukan cara memilah sampah yang sesuai

dengan jenis sampah yang diperoleh dari sumber-sumbernya, seperti

mengambil sampah secara lansung dari rumah-rumah warga. Di

rumah warga sendiri sudah disiapkan sarana atau tempat untuk

mengumpulkan sampah kering yang sudah terpilah. Bank Sampah

membentuk kepengurusan agar kegiatan ini lebih tersruktur dan

berjalan dengan baik. Mereka juga membuat kesepakatan untuk

menjadwalkan penjualan sampah anorganik yang sudah dipilah.

Sistem administrasi dibentuk untuk pencatatan penjualan sampah

anorganik secara lebih detail. Sistem produksi akan dipersiapkan

apabila mereka sudah memiliki mesin untuk mencacah plastik.

Mereka juga memiliki mitra- mitra pengepul untuk pengambilan

sampah anorganik dengan penjadwalan rutin. Untuk mencatat

administrasi yang ada di Bank Sampah dibutuhkan buku besar, buku

untuk registrasi, buku tabungan untuk orang-orang yang ingin

menabung sampah yang dipilahnya dan daftar harga untuk sampah-

sampah anorganik yang sudah dipilah- pilah.

3. Proses Persiapan

Mengenalkan program awal mereka secara bertahap dan secara

terus-menerus agar masyarakat dapat tertarik dan mempunyai keinginan

untuk mengelola sampah. Melakukan Pelatihan Tekhnis dengan

membentuk kesepakatan dengan warga, sebagai nasabah. pembentukan

pengurus bank sampah dan nasabah, kedua belah pihak memahami cara

Page 85: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

72

pembukuan, kesepakatan jadwal dan lokasi, baik bank sampah maupun

nasabah, menetapkan pengepul sebagai mitra, menetapkan jenis yang

dipilah, beserta harganya, mempelajari cara- cara administrasi,

pencatatan serta menetapkan sistem bagi hasil. Dll, mengembangkan

nasabah keluar, misalnya restoran, sekolah, bahkan pemulung dan

pengepul.Mereka juga memberikan pendampingan untuk cara

kerja/sistem untuk kegiatan Bank Sampah tersebut. Mengembangkan

cara kerja/sistem yang dimiliki Bank Sampah agar ada perubahan yang

sangat menarik masyarakat. Mereka juga melakukan monitoring dan

mengevaluasi cara kerja/sistem Bank Sampah agar kegiatan ini bisa

berjalan dengan baik.

4. Pelaksanaan

Membentuk kepengurusan Bank Sampah serta para anggota/peserta

dan personalianya. Suatu pedoman atau acuan ditetapkan untuk

melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaiannya

atau biasa disebut Standard Operasional Prosedur (SOP) didalam

kepengurusan Bank Sampah Akademi Kompos ini. Mereka melengkapi

peralatan dan pembukuan untuk kebutuhan administrasi Bank Sampah.

Mereka mencari jaringan/ network untuk pengepul atau pemakaian Daur

Ulang Sampah tersebut. Daftar disusun untuk mengelompokkan jenis

barang dan harga sampah yang sudah dipilah-pilah. Menetapkan sumber-

sumber dan mensosialisasikannya kepada seluruh RW di Kelurahan dan

Kecamatan. Menetapkan Koordinator RT ke pengurus RT atau

sukarelawan agar bisa bergiliran sampai periode/ waktu yang telah

Page 86: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

73

ditentukan, dengan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dan serah terima

yang baik. Mereka menyarankan setiap rumah harus memiliki tempat

untuk wadah pemilahan sampah. Untuk pemilahan sampah dilakukan dan

ditempatkan oleh masing-masing sumber sesuai dengan jenisnya. Jadwal

ditetapkan untuk penyetoran, penimbangan dan pencatatan di setiap

tempat Koordinator RT, misalnya setiap hari sabtu jam 8 pagi. Juga

ditetapkannya jadwal penyetoran, penimbangan, dan pencatatan ditempat

Bank Sampah, yaitu pada hari yang sama hanya jamnya saja yang

berbeda yaitu, jam 10 pagi. Kegiatan Bank Sampah harus disortir, mana

yang bisa langsung untuk dijual, dipilah lagi, atau diproduksi kembali.

Menetapkan jadwal untuk Penjualan dan Pengambilan barang oleh pihak

pengepul atau pembeli, misalnya pada jam 13 pada hari yang sama.

Dengan demikian Bank Sampah dapat meminimalkan tempat

penyimpanannya. Lalu mengadakan tempat pertemuan reguler, untuk

mereview perkembangan dalam kegiatan Bank Sampah.76

Bapak Artomo mengatakan, bahwa manfaat Bank Sampah adalah

untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mengubahnya menjadi

barang lain yang lebih berguna. Misalnya, plastik yang sudah dipakai itu

didaur ulang maka akan mengurangi proses itu semuanya dan akan

menjadi barang yang baru yang bisa sama bahkan lebih baik fungsinya.

“Proses Daur Ulang dibagi dua, sampah yang bisa daur ulang

untuk kerajinan tangan dikumpulkan kepada pengrajin seperti tas,

kembang-kembang dan sebagainya. Sedangkan plastik yang bisa dilebur

untuk dijadikan selimut merupakan daur ulang tingkat tinggi, dan

produknya dapat dibagikan kepada korban- korban bencana seperti

76

Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel

Akademi Kompos, 2014)

Page 87: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

74

banjir dan sebagainya. Sedangkan sampah-sampah yang lainnya masih

diambil dan dikelola oleh mitra dan barang-barang ini disalurkan sesuai

dengan fungsi dan jenisnya”.77

Tabel 1.

Komposisi Potensi Sampah di TPA DKI

No Jenis Sampah Jumlah Ton/Jam %

1. Sampah basah/organik 246,85 61,50

2. Sampah non organik 154,54 38,50

3. Kertas 27,70 6,90

4. Plastik 70,24 17,50

5. Logam 0,80 0,20

6. Karet/kulit 3,21 0,80

7. Kaca gelas/ kaca 2,81 0,20

8. Kain 14,05 3,50

9. Kayu 0,40 0,10

10. Lain-lain 35,52 8,80

Jumlah 401,39 100

Sumber: Buku Halaman HIjau

5. Hasil yang Diharapkan

Ketika sistem ini berjalan, harapan terhadap keberhasilan dan hasil

yang ingin diraih pun muncul. Tentunya yang membawa ke arah positif.

Beberapa keinginan tersebut di antaranya sebagai berikut.

Masyarakat paham tentang konsep disiplin pribadi. Menimbulkan

kepedulian dan perubahan perilaku masyarakat terhadap pelestarian

77

Wawancara pribadi dengan bapak Artomo selaku Inovator di Akademi Kompos 4

maret 2016.

Page 88: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

75

lingkungan, mengerti pentingnya adaptasi dan mitigasi, serta dapat

melakukannya dengan baik. Persepsi masyarakat terhadap sampah

berubah, dari sampah itu kotor dan bau, menjadi sampah itu bernilai jual

dan sampah bisa menjadi sahabat. Masyarakat mampu mengelola dan

mengolah sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dan

memperoleh hasil dari usahanya itu. Masyarakat mampu dan peduli untuk

tidak membiarkan sampah menumpuk, berserakan, apalagi dibakar.

Masyarakat dimudahkan dan diberi kenyamanan dan keuntungan dalam

mengelola sampah secara 3R. Masyarakat menjadi tahu pentingnya

penghijauan dengan meninggalkan pupuk dan pestisida kimia, menuju ke

sistem penanaman organik. Tercipta lingkungan yang bersih, hijau, asri,

dan sehat. Menyumbang kegiatan adaptasi dan mitigasi pemanasan global

yang mencakup lokal, regional, nasional, dan pada akhirnya global.

Membuat Akkom menjadi kuat, berkembang, dan mandiri, bahkan dapat

membantu mengembangkan fisik lingkungannya, serta mendirikan

cabang-cabang binaan. Dapat menyumbang operasional komunitas di

lingkup RW. Jika sistem terkelola dengan baik, warga yang tergabung

sebagai nasabah akan mencicipi keuntungan. Bahkan, bukan tidak

mungkin kedepan warga dapat membayar iuran warga, membayar listrik,

membeli sembako, membayar iuran PBB, membayar iuran SPP anak,

sedekah, dan kebutuhan modal usaha, semua diperoleh dari hasil tabungan

sampah mereka sendiri.78

78

Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan

dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 65-66.

Page 89: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Untuk melakukan aktifitas pengomposan/komposting secara luas, perlu

merubah persepsi masyarakat tentang sampah, dimana persepsi mereka,

sampah adalah barang kotor, bau, tak ada nilainya dan harus dibuang

keluar rumah (tidak peduli ditimbunan sampah atau di kali). Atau dibakar

saja dipekarangan. Persepsi tersebut harus diubah menjadi “sampah itu

bukan sekedar barang kotor, sampah bila ditangani dengan benar tidak

berbau, bisa diolah dan diubah menjadi bahan lain yang tinggi nilainya”.

Dengan demikian sampah bukannya lawan yang harus dibuang atau

dimusnahkan, tapi merupakan sahabat yang dapat menambah pundi uang

kita.

2. a. Upaya mengatasi:

Adalah Pemberian penjelasan/awareness secara terus menerus, dengan

bermacam cara, tentang:

1) Tujuan, menjadi pelopor untuk melestarikan lingkungan.

2) Sampah tidak boleh dibakar/dibuang, juga air tidak boleh dibuang

kekali, tetapi harus dikembalikan ke tanah (Komposting dan biopori)

3) Menciptakan wacana untuk menjadi wisata organik,

4) Memberi pengertian apa itu sampah (sampah hidup/basah), sampah

anorganik (sampah kering) dan bahan berbahaya.

5) Bahwa sampah rumah tangga itu terdiri dari sampah organik 60%,

Page 90: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

77

non organik 30% dan bahan berbahaya 10%

6) Memanfaatkan sampah yang ada (organik) untuk diubah menjadi

bahan yang berguna (Reuse)

7) Mengurangi frekuensi truk sampah (hanya 10%) menghemat biaya

8) Mengatasi bak sampah dikais anjing

9) Menjadikan lingkungan bersih, asri, sehat sambil beribadah.

10) Mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan mulai sekarang juga,

11) Secara bertahap dilakukan uji coba per RT.

b. Proses Persiapan.

1) Sosialisasi awal

2) Pelatihan Tekhnik

a) Terbentuk kesepakatan dengan warga, sebagai nasabah.

b) Pembentukan pengurus bank sampah dan nasabah

c) Kedua belah pihak memahami cara pembukuan

d) Kesepakatan jadwal dan lokasi, baik bank sampah maupun

nasabah

e) Menetapkan pengepul sebagai mitra

f) Mempelajari cara cara administrasi, pencatatan

g) Menetapkan sistim bagi hasil. Dll

h) Mengembangkan nasabah keluar, misalnya restoran, sekolah,

bahkan pemulung dan pengepul

3) Pendampingan sistem bank sampah

4) Pengembangan sistem bank sampah

5) Monitoring dan evaluasi sistem bank sampah.

Page 91: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

78

c. Pelaksanaan:

1) Terbentuk pengurus bank sampah, beserta personalianya.

2) Menetapkan SOP.

3) Melengkapi peralatan dan pembukuannya.

4) Mencari network pengepul atau pemakai untuk Daur Ulang.

5) Menyusun daftar pengelompokkan dan harganya

6) Sosialisasi dan penetapan sumber (ke seluruh RW di

kelurahan/kecamatan),

7) Tetapkan koordinator RT (pengurus RT atau sukarelawan, bisa

bergiliran dalam periode waktu tertentu, dengan serah terima yang

baik)

8) Setiap rumah memiliki tempat untuk wadah pilahan

9) Pemilahan sampah oleh dan ditempat sumber (masing masing

Ruang), sesuai jenisnya.

10) Menetapkan jadwal penyetoran, penimbangan dan pencatatan

ditempat koordinator RT, mis setiap hari sabtu jam 8 pagi

11) Menetapkan jadwal penyetoran, penimbangan dan pencatatan di

Bank Sampah, yaitu pada hari yang sama pada jam 10 pagi.

12) Bank Sampah menyortir, mana yang bisa langsung dijual, dipilah

lagi, atau diproduksi.

13) Menetapkan Jadwal Penjualan dan Pengambilan barang oleh

Pengepul atau Pembeli, mis jam 13 pada hari yang sama. Dengan

demikian Bank Sampah dapat meminimalkan tempat penyimpanan.

14) Mengadakan pertemuan reguler, untuk mereview perkembangan.

Page 92: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

79

d. Hasil yang diharapkan

Tentunya yang membawa ke arah positif. Masyarakat paham

tentang konsep disiplin pribadi. Menimbulkan kepedulian dan perubahan

perilaku masyarakat terhadap pelestarian lingkungan, mengerti

pentingnya adaptasi dan mitigasi, serta dapat melakukannya dengan baik.

B. Saran

1. Harus dikembangkan lagi oleh pemerintah setempat agar masyarakat

sekitar Bumi Pesanggrahan Mas (BPM) banyak yang tertarik dalam

mengikuti kegiatan Pengelolaan lingkungan dan sampah secara terpadu

yang dilakukan Akademi Kompos untuk lebih meningkatkan

kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, serta perlunya kepedulian

warga, atas perlunya pengelolaan lingkungan.

2. Akademi Kompos harus lebih memberikan program-program yang telah

ada atau mengembangkannnya agar lebih terstruktur dan terorganisir

dalam menjalankan kegiatan pengelolaan lingkungan dan sampah secara

terpadu menjadi lebih baik dan berkelanjutan. Serta jadwal kegiatan

seperti, pelatihan tentang Pengelolaan Sampah Organik atau Komposting,

Bank Daur Ulang Sampah, Kebun Organik dan Biopori ditambah lagi

waktunya, dari seminggu dua kali menjadi seminggu 3 atau 4 kali agar

masyarakat dapat lebih mengerti dalam merawat dan melestarikan

lingkungan.

Page 93: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

80

DAFTAR PUSTAKA

A. Daftar Buku dan Artikel

A. sonny keraf etika lingkungan hidup Jakarta: Kompas 2010.

Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan terapan Jakarta: PT Bumi Aksara

13220

Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2000

Alex. S, Sukses mengolah Sampah Organik menjadi pupuk organik,

Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian

Sosial,Yogyarta: ANDI,2007

Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan Edisi Revisi Jakarta: Kencanuka Prenada

Media Group, 2010

Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting Pelatihan

Modul 2 Juni 2014

Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola

lingkungan dari rumah Jakarta: Agro media pustaka 2015

Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel

Akademi Kompos, 2014)

Artomo, penggiat lingkungan Jakarta: Akademi Kompos artikel akademi kompos

2013.

Badan Standarisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-2454-

2002. Tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah

perkotaan. Jakarta.

Bimo, Walgito, psikologi sosial (suatu Pengantar), Yoyakarata: Andi, 1999.

Britha mikkelsen. Metode penelitian partisipatoris dan upaya-upaya

pemberdayaan: sebuah buku pegangan bagi praktisi lapangan Jakarta:

Yayasan obor Indonesia, 2003

Darmono, Lingkungan hidup dan pencemaran:hubungannya dengan toksikologi

senyawa logam Jakarta: Penerbit universitas Indonesia(UI-Press),2001.

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis

Page 94: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

81

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaaan Sosial. Bandung:

PT Refika Aditama, 2005

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri Memperkuat Tanggung jawab

Sosial Perusahaan [Corporate Social Responsibility] Bandung: PT

Refika Aditama, 2007

Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2014

Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian Lapangan,Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI,2001

Ipah farihah. Buku panduan penelitian UIN Syarif Hidatullah Jakarta,

Jakarta:UIN Jakarta Press. 2006

Jaenal Arifin,Teknik Penarikan Sample dan Pengumpulan Data,Jakarta,2005

Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada

University press, 2007

Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta:

Djambatan,2009

Lexy J. Moleang. Metode penelitian kualitatif Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2000

Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei,Pengembangan Masyarakat

Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2001

Nanih Machendrawaty, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam:

Dari Ideologi Strategi sampai Tradisi Bandung: PT Remaja Rosdakarya

2001

Rachmad K. DWI Susilo sosiologi lingkungan Jakarta:PT, Raja Grafindo

Persada,2008

Rancangan Undang-undang republik Indonesia, Tentang Pengelolaan Sampah,

Kementrian Negara Lingkungan hidup,2008

Robert K. Yin. Studi Kasus Desain dan Metode Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada,2008

Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, Jakarta: Rineka

Cipta,2007

Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia Yogyakarta: Graha

Ilmu,2004

Page 95: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

82

Sugiono, MemahamiPenelitian Kualitatif,(Bandung : Alfabeta, 2005).

Yusra Killun, Pengembangan Komunitas Muslim; Pemberdayaan Masyarakat

Kampung Badak Putih dan Kampung satu Duit Jakarta: Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah,

2007

Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi

Perspektik Islam Ciputat: Laboratorium Sosiologi Agama 2008

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik, Jakarta: Kencana, 2013

B. Sumber Internet:

http://id.wikipedia.org/wiki/sampah_Organik Selasa, 27 oktober 2015 14:22

http://www.sampah.biz/2010/11/managing-garbage-and-waste-at-source.html 20

agustus 2015 13:16

http://yandiyulio.wordpress.com Selasa, 27 Oktober 2015 14:36.

Sumber: www.akademikompos.weebly.com, diakses tanggal 21 November 2014

, 10:11

C. Sumber wawancara:

Wawancara pribadi dengan bapak Artomo selaku Inovator di Akademi Kompos 4

maret 2016

Page 96: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

Pedoman Wawancara Di Akademi Kompos

1. Bagaimana orang-orang Akademi Kompos mempengaruhi /memberdayakan

masyarakat sekitar serta cara pengelolaannya untuk mengikuti kegiatan

Akademi Kompos?

2. List seluruh kegiatan yang ada di Akademi Kompos dari?

a. Mereka melakukan apa?

b. Buat siapa?

c. Apa saja?

d. Berapa lama?

e. Berapa banyak?

f. Bagaimana Prosesnya?dan

g. Segalanya?

3. Seperti apa Praktek-praktek Pelestarian Lingkungan?

4. Bagaimana Praktek dana apa manfaat jual-beli dalam kegiatan Daur Ulang

Sampah?

5. Seperti apa kegiatan Daur Ulang Sampah Anorganik?

Page 97: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

Jawaban

1. Orang- orang Akademi Kompos mempengaruhi masyarakat sekitar dengan

sosialisasi yang berlanjut dari kegiatan kerja bakti seminggu sekali lalu

mereka mengenalkan kepada masyarakat tentang programnya ini dengan

pelestarian Lingkungan serta mengenalkan dengan cara mengelola sampah

organik menjadi pupuk, lalu selain kompos ada juga kegiatan bank sampah

mulai dari jual beli sampah yang untuk di daur ulang. Yang paling

mempengaruhi masyarakat Akademi kompos membuat kebun percontohan

yaitu kebun sayuran dan kebun Toga agar masyarakat sekitar bisa melihat dan

mempraktikkan secara langsung kegiatan pengelolaan sampah khususnya

sampah organik menjadi pupuk dan melihat hasil kerjanya dalam kegiatan

Akademi Kompos.

2. A. Mereka melakukan penimbangan atau jual-beli sampah/ anorganik yang

dilakukan pada hari jumat, serta melakukan pengelolaan sampah organik dan

juga ada kegiatan pelatihan sampah organik (Komposting) yang dilakukan

pada hari sabtu.

B. Buat masyarakat yang ingin mempelajari tentang bagaimana cara mendaur

ulang sampah serta mempelajari tentang kompos agar bisa

membuatnya/mempraktikannya. Mulai dari warga BPM dan ibu-ibu PKK

Kelurahan Petukangan Selatan turut serta dalam kegiatan Akademi Kompos,

bukan saja dalam hal bantuan pendanaan, tetapi berupa aktifitas kongkrit

dengan tujuan yang sama, yaitu menciptakan Lingkungan yang Bersih, Hijau,

Asri dan Sehat.

Page 98: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

C. Bercocok tanam dengan memakai pupuk organik, tanaman mulai dari

bayam, kol, pokcay dan sebagainya.

D. waktu kegiatan penimbangan/jual beli sampah non organik dilakukan pada

hari jumat mulai jam 08:30 – 11:00 serta kegiatan pelatihan dan pengelolaan

sampah organik (Komposting) mulai dari Jam 09:00 – 11:30.

E. Ada sekitar 20 orang lebih yang melakukan penimbangan/jual beli sampah

non organik, sedangkan yang mengikuti pelatihan kompos ada sekitar 12

orang sedangkan ada yang menguras pengelolaan sampah

organik(Komposting) hanya 2 orang saja.

F. Prosesnya mereka membagi dari bank daur ulang sampah anorganik yaitu

masyarakat melakukan jual beli sampah di akademi kompos untuk dikirim

kepada pengrajin sampah juga kepada pabrik2 yang ingin mendaur ulang

sampah anorganik tersebut. Akademi kompos fokus kepada pengelolaan

sampah organik (komposting) proses nya perlu dilakukan langkah sebagai

berikut yaitu: pemilahan bahan, pencampuran/pengadukan bahan, sampah

kadang perlu dicacah terlebih dahulu dan pelembaban. Tehkniknya juga

dilakukan beberapa tahapan dalam pembuatan kompos yang sangat mudah

dilakukan, yaitu: Penyiapan wadah pembuatan kompos, Penyiapan bahan baku

kompos, Pemantauan suhu dan kelembaban, Pembuatan tumpukan,

Pengayakan dan Pengemasan.

Untuk melakukan aktifitas/kegiatan Akademi Kompos secara luas, perlu

merubah persepsi masyarakat tentang sampah, dimana persepsi mereka,

sampah adalah barang kotor, bau, taka da nilainya dan harus dibuang keluar

rumah (tidak peduli di timbunan sampah atau di kali), atau dibakar saja di

Page 99: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

pekarangan. Persepsi tersebut harus diubah menjadi “sampah itu bukan

sekedar barang kotor, sampah bila ditangani dengan benar tidak berbau, bisa

diolah dan diubah menjadi bahan lain yang tinggi nilainya”. Dengan demikian

sampah bukannya lawan yang harus dibuang atau dimusnahkan, tapi

merupakan sahabat yang dapat menambah pundi uang kita.

Merubah mindset ini tidaklah mudah, harus betul- betul dengan cara- cara

tepat dan dilakukan secara terus menerus.

3. Kalau kita bicara tentang pelestarian lingkungan itu kenapanya, mengapa

harus membuat ini buat itu dengan cara ini cara itu memelihara bumi dan

isinya. Dengan dasarnya bumi ini bukannya milik kita untuk di hancur-

hancurin bumi ini dipinjamkan ke kita agar kita bisa hidup dengan baik harus

dipelihara. Dari kegiatan bank sampah, kebun organik, pembuatan kompos

yang rutin dilakukan seminggu sekali bukti dari pelestarian lingkungan adalah

bercocok tanam dengan pupuk organik dari hasil pengelolaan sampah organik

( Komposting)

4. Dari segi gunanya manfaatnya bagi masyarakat kita memberikan pembinaan

atau pemberdayaan kepada mereka yang pertama mindset bahwa sampah itu

bukan sampah yang kotor yang harus dibuang sampah itu ada nilainya, ini

pengertian itu aja cukup sulit untuk dimasukkan kemasyarakat. Kalua mereka

sudah masuk itu nanti mereka menganggap sampah itu adalah teman, sampah

itu sahabat, sampah itu emas bukan untuk dibuang- buang perubahan mindset

itulah salah satu pengaruh dan manfaatnya.

5. Terbengkalai kemana-mana berantakan kemana-mana dan daur ulangnya ini

adaptasi, mitigasi daur ulangnya mitigasi disini bukan daur ulang ya , kalau

Page 100: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

kita ngomong itukan ada 3R reduce/mengurangi, untuk sekarang ini ada

campaign mengurangi kantong plastik caranya macam- macam antara lain

kalua mau make kantong plastik harus bayar jadi orang agar tidak terlalu

membuang-buang kantong plastic itu adalah sarana untuk menciptakan proses

reducing atau pengurangan, kemudian ada reuse kantong plastic itu yang

sudah ada mungkin gak langsung dibuang tapi dipakai dahulu entah buat

tempat sampah dan sebagainya ,kemudian kalua misalnya kita kumpulkan kita

olah kembali menjadi barang lain ini namanya recycle inilah yang disebut daur

ulang , daur ulang adalah hubungannya recycle, kalua kita ngomong

pengelolaan masih berhubungan dengan 3R, kalua manfaatnya ya itu

mengurangi, menggunakan kembali, merubahnya menjadi barang lain yang

lebih berguna. Cuma kalua kita berbicara plastik itu aja untuk bikin satu

plastic itu bukan main ekor yang digunakan mulai dari mengambil bahan

tambangnya kan minyak blum energinya itu semua proses, nah kalua ini

plastic yang sudah dipakai itu didaur ulang dia mengurangi proses itu

semuanya akan menjadi barang yang baru yang bisa sama fungsinya bahkan

lebih baik fungsinya. Sampah ini sementara kita masih belum proses dan daur

ulang sendiri itu kita bagi dua ada sampah yang bisa daur ulangnya untuk

kerajinan tangan, itu dikumpulkan kepada pengrajin seperti tas, kembang-

kembang, kemudian plastic itu bisa dilebur untuk dijadikan selimut itu adalah

daur ulangnya tingkat tinggi,kalua yang lainnya masih diambil oleh mitra,

mitra itu dipilah lagi, mitra itu seperti lapak-lapak jadi ada mounya dengan

persyaratan tertentu bisa jadi mitra Akademi kompos itu sendiri, dia salurkan

barang-barang ini sesuai dengan fungsinya dan jenisnya. Kalau yang plastic

Page 101: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

dia salurkan ketempat yang memproses atau mendaur ulang plastic, dia juga

lempar tempat yang memproses daur ulang kertas nanti akhirnya daur ulang

juga Cuma bukan langsung tapi melalui tangan-tangan mitra.

Page 102: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

Lampiran Tabel - Tabel

6. Tabel 1.

7. Nama-Nama Peserta Tahun 2013

No. Name Address

1. Rahmat Kec, Pesanggrahan

2. Abdul Rahman Kec, Pesanggrahan

3. Agustiawan Kec, Pesanggrahan

4. Edi Supriyanto Petukangan selatan

5. Abu Bakar Petukangan selatan

6. Samsul Rizal Kec, Pesanggrahan

7. Arief Hadi TP Pkk Jaksel

8. Paryadi Pkk Jaksel

9. Hermadi Kel, Petukangan selatan

10. Ujang Petukangan selatan

11. Ade Yolanda Kec, Pesanggrahan

12. Ahmad Syaiful Petukangan utara

13. Subiyanto Kec, Pesanggrahan

14. Madadi Sudimara selatan

15. Muhammad Jaid Sudimara selatan

8.

9. Tabel 2.

10. Nama-Nama Peserta Tahun 2014

No. Name Address

Page 103: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

1. Anam Y Kec, Pesanggrahan

2. Endi Sudirman Kec, Pesanggrahan

3. Ridwan Taufik Petukangan selatan

4. Mustakim Petukangan selatan

5. Marjuki Pesanggrahan

6. Dedi Sudimara selatan

7. Abdullah Herman Petukangan utara

8. Ahmad Mujammil Petukangan utara

9. Pahrurroji Kel, Petukangan selatan

10. Yanuar Fahmi Kec, Pesanggrahan

11. Suwito Pud Petukangan

12. Tuparjo Petukangan selatan

13. Sadirin Larangan selatan

14. Nurdin Abdullah Larangan selatan

15. Toyib Ulujami

16. Sri Yani Petukangan selatan

11.

12.

13. Tabel 3.

14. Nama-Nama Peserta Tahun 2015

NO

NAME

Address

1. E Muhfadzar Kec, Pesanggrahan

Page 104: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

2. Zubir. U Kec, Pesanggrahan

3. Gunawan Sudimara Selatan

4. E Mulyawati Petukangan Selatan

5. S. Hidayat TP. PKKJS

6. Rahmiyati A Ketua Forkof Js

7. Zainudin Kec, Pesanggrahan

8. Rismiati Lintas Sektrial (kelautan)

9. Murtedjo Pu Bina marta

10. Dwisiwi Kesos wako selatan

11. Istiyawati TP Pkk Jaksel

12. Yuni Sek Pkk. Kec. Pesanggrahan

15.

16. Tabel 4.

17. KELOMPOK PKK RW 08 KELURAHAN

18. PETUKANGAN SELATAN TAHUN 2015

NO NAMA JABATAN URAIAN

KEGIATAN

1. Agus Irwanto Camat Monitoring kota

sehat

2. Laila A. Irwanto Ketua pkk Kec, Monitoring kota

sehat

3. Emilia Pud Petukangan

selatan

Monitoring

Page 105: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN …

4. Nurhayati Kec, Pesanggrahan Monitoring kota

sehat

5. Rismiyati Peternakan &

Pertanian

Monitoring

6. Dr. Tiara Ka Pusli

Pesanggrahan

Monitoring

7. Horasman Koord. Kesling Kota sehat

8. Yuni Sek. Kec,

Pesanggrahan

Kota sehat

9. Sartika Staf Puskes Kota sehat

10. Dr. Merry K Puskesmas

Pesanggrahan

Kota sehat

11. Erti Husnikimas Ket.Tp Pkk Monitoring

12. Sri Rahayu Ket. Tp Pkk Monitoring

13. Nia. M Biro Kesos Monitoring

14. M. Ramadhani Sudin Perumahan

Psg

Pendampingan

15. Hastyanti Sudin Tasa Air Tasa Air

16. Hermandi Puskes Monitoring