PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN DAUR ULANG SAMPAH OLEH BANK SAMPAH BERLIAN KELURAHAN LENTENG AGUNG Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Nikmal Perdana NIM : 1112054100003 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN DAUR ULANG
SAMPAH OLEH BANK SAMPAH BERLIAN KELURAHAN LENTENG AGUNG
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Nikmal Perdana
NIM : 1112054100003
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017
i
ABSTRAK
Nikmal Perdana
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan Daur Ulang Sampah oleh
Bank Sampah Berlian, Kelurahan Lenteng Agung
Pemberdayaan merupakan proses yang sangat penting dalam suatu
pembangunan, Pemberdayaan melalui kegiatan daur ulang sampah bisa menjadi
alternatif dalam membuat suatu prigram pemberdayaan. Selain bermanfaat
memberdayakan masyarakat pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur
ulang sampah ini juga bermanfaat untuk mengurangi dampak pencemaran
lingkungan karena sampah.
Penelitian ini bertujuan untuk menggabarkan bagaimana proses
pemberdayaan melalui kegiatan daur ulang sampah yang dilakukan di Bank
Sampah Berlian Kelurahan Lenteng Agung, serta manfaat pelaksanaan kegiatan
daur ulang sampah ini.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitiatif
deskriptif, penelitian ini menggunakan 6 orang narasumber. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder, dan teknik
analisis data dilakukan dengan analisa data purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
daur ulang sampah di Kelurahan Lenteng Agung, memberikan manfaat bagi
masyarakat khususnya perempuan yakni, meminimalisir peredaran sampah
disekitar Kelurahan Lenteng Agung, meningkatnya penghasilan nasabah yang
mengikuti kegiatan ini, sosialisasi yang dilakukan masyarakat lebih aktif,
musibah bencana banjir berkurang yang biasanya disetiap tahunya, sungai yang
ada di Kelurahan Lenteng Agung meluap, namun semenjak kegiatan ini
dijalankan sedikit meminimalisir banjir terjadi. Tahapan pemberdayaan di bank
sampah berlian sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi,
dalam bukunya yaitu Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan
Kajian Pembangunan, yang menerangkan bahwa ada tujuh tahapan pemberdayaan yaitu,
tahap persiapan, tahap pengkajian, tahap perencanaan alternatif program, Tahap
Formulasi Rencana Aksi, tahapan pelaksanaan program, tahapan monitoring dan
evaluasi, dan tahap terminasi. Kegiatan ini juga berhasil merubah pola pikir
masyarakat khususnya nasabah bank sampah berlian terhadap sampah. Semula
warga hanya menganggap sampah adalah barang yang tidak berguna dan harus
cepat disingkirkan kini lebih bijak lagi dalam menyikapinya, warga lbisa barang
yang tidak berguna menjadi berguna dan bernilai ekonomis. Perlu adanya
dukungan dari pemerintah setempat dalam keberlangsungan kegiatan ini, karena
dukungan pemerintah bisa membantu dan mendukung kegiatan ini.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdullilah, atas puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT, dengan limpahan rahmat, hidayah kepada umatnya, sehingga pada akhirnya
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat kita curahkan kepada kepada junjungan besar Nabi Muhammad
SAW yang membawa petunjuk kepada umat manusia kejalan yang lurus,
pembawa cahaya dalam kegelapan, keteladan bagi umat, serta shalawat dan salam
kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Sebagai tanda syukur atas selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini
yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Duar Ulang Sampah
di Bank Sampah Berlian Kelurahan Lenteng Agung”. Maka pada kesempatan ini
peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan , MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto, M. Ed, Ph. D selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Lisma Dyawati Fuaida, M.si Ketua Prodi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah, Hj. Nunung Khariyah, MA selaku Sekertaris Prodi
Kesejahteraan Sosial. Terimakasih atas bimbinganya.
iii
3. Ibu Wati Nilamsari, S.Sos, M.Si Ketua Prodi Pengembangan Masyarakat
Islam sekaligus Dosen Pembimbing skripsi saya yang telah sabar dan
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan mengarahkan
peneliti dalam penyelesaian skripsi ini sampai selesai.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan waktu dan tenaganya dalam
mendidik dan memberikan wawasan selama mengikuti perkuliahan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Erwina Harahap dan Sarwita, kedua orang tua peneliti yang telah mendidik
dan mendoakan seetiap harinya, Fiska Samawati, Hikmah Annisa, Rinaldi
selaku kaka dan adik tercinta dan Alm. Hj, Makmur Harahap dan Hj.
Masrellan Siregar selaku Kakek dan Nenek peneliti yang senantiasa
meberikan dukungan dan semangat sehinnga peneliti termotivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dian Ariyanti, Ibu Nurhasimi, Ibu Sutiah, Ibu Ami, Ibu Yuyun dan Ibu
Roma, selaku pelaku kegiatan Bank Sampah Berlian yang sudah mengizinkan
peneliti untuk mengadakan penelitian serta telah berpartisipasi dalam
membantu peneliti dalam mengumpulkan informasi untuk penyelesaian
8. Struktur Organisasi...............................................................................53
B. GAMBARAN KELURAHAN LENTENG AGUNG..........................54 Letak Geografis..........................................................................................54
BAB IV ANALISIS PENEMUAN LAPANGAN..............................................57
A. Proses Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Daur
Ulang Sampah............................................................................................58
Tabel 3 Daftar Pendapatan Nasabah Perbulan.....................................................72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai salah satu kota metropolitan dunia dan ibukota negara, kota
Jakarta banyak mempunyai permasalahan yang harus diselesaikan guna
terciptanya kesejahteraan sosial bagi seluruh warga Jakarta. Salah satu
permasalahan yang ada di kota Jakarta adalah, masih sulitnya kesadaran
masyarakat akan pengelolahan limbah rumah tangga atau sampah. Sampah di DKI
Jakarta sudah menjadi problematika yang sulit untuk dicari solusinya dan dapat
menimbulkan masalah baru dalam lingkungan masyarakat DKI Jakarta. Masalah-
masalah yang timbul akibat kurang baiknya pengelolaan sampah antara
lain:1.Perkembangan sumber penyakit, wadah sampah merupakan tempat yang
sangat ideal bagi pertumbuhan hewan-hewan sumber penyakt terutama lalat dan
tikus. 2. Pembongkaran sampah bervolume yang besar dalam lokasi pengolahan
berpotensi menimbulkan bau yang tidak sedap, disamping itu juga sangat
mungkin terjadi pencemaran berupa asap, bila sampah dibakar pada instalasi yang
tidak memenuhi syarat teknis. 3. Pencemaran air, prasarana dan sarana
pengumpulan yang terbuka sangat potensial mengeluarkan lindi (air yang keluar
akibat sampah) terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah
akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan sampah dalam
jumlah besar akan menghasilkan cukup besar pula lindi yang dihasilkan. Lindih
yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan disekitarnya, baik
dari berupa rembesan dari TPA yang mencemari tanah dibawahnya. Pada lahan
2
TPA yang terletak dikemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi
sehingga dimungkinkan terjadi pencemaran terhadap sumur/ sumber mata air
warga yang terletak lebih rendah dari TPA. 4. Pembuangan sampah yang tidak
dilakukan dengan baik, seperti dilahan kosong, atau TPA yang dioperasikan
secara sembarangan, akan menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran
akibat tertumpuknya sampah yang mungkin juga mengandung Bahan Buangan
Berbahaya(B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang cukup lama
sampai sampah terdegradasi atau larut dan membaur dari lokasi tersebut. Selama
waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap
manusia dan lingkungan sekitarnya. 5. Lahan yang dipenuhi sampah secara
terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang buruk sehingga akan
mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya.1
Di kota-kota besar di Indonesia sampah masih menjadi masalah utama,
khususnya di kota Jakarta. Berdasarkan dari data Badan Pengelola Lingkungan
Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta paada tahun 2016 merupakan kota dengan
volume sampah sebesar 6.500-7.000 ton perhari sekitar 13 persen dari jumlah
tersebut berupa sampah plastik. Dari seluruh sampah yang ada, 57 persen
ditemukan di pantai, dan sebanyak 46 ribu sampah plastik mengapung disetiap mil
persegi samudra bahkan sampah plastik dapat ditemukan dikedalaman 100 meter
di samudra pasifik.2
1 Anonimus, “Mengelola sampah dirumah” . Estate vol.2, no.23 (2006),h.36 2 Produksi sampah plastik Indonesia 5,4 juta ton Per tahun. Diakses pada 27 Agustus 2016 pukul 18.35 WIB dari http://www.antaranews.com/417287/produksi-sampah-plasti-indonesia-54-juta-ton-per-tahu
3
Pemerintah DKI Jakarta sebenarnya telah mengatur dan mebuat
kebijakan-kebijakan yang dapat mengurangi sampah di DKI Jakarta, seperti
membuat Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU), menambah
jumlah tempat pembuangan sampah sementara, menambah fasilitas penunjang
dalam pengolahan sampah dll. Pemerintah DKI Jakarta juga telah membuat
kebijakan tertulis dalam pengolahan sampah yaitu melalui Peraturan Pemerintah
(PP) No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pasal 35 Ayat 1; Masyarakat berperan
serta dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan dan pengawasan
dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemeritah daerah.3
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat di simpulkan bahwa persoalan
sampah di Jakarta bukan karena kurangnya perhatian pemerintah dalam
mengelolah sampah, tapi lebih dari itu adalah kurangnya kesadaran masyarakat
itu sendiri dimana dibutuhkan peran serta seluruh elemen dalam mengelola
sampah sehingga terbentuk kota bersih yang berdampak bagi semua. Maka dari
itu masalah sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah kota Jakarta saja,
akan tetapi tanggung jawab masyarakat yang tinggal dan singgah di kota Jakarta.
Menjaga kebersihan bukan hanya baik bagi aspek sosial dan kesehatan
saja, agama islam juga mengajarkan tentang menjaga kelestarian lingkungan
seperti yang terkandung dalam”(Q.S Al-Araf : 56).
3 Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah aumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Raumah Tangga. Diakses pada 10 Januari 2017 pukul 16.30 WIB dari http://www. Menlh.go.id/peraturan-pemerintah-nomor-81-tahun-2012-tentang-pengelolaan-sampah-rumah-tangga-dan-sampah-sejenis-sampah-rumah-tangga/
4
ا وطمعا إن ولا تفسدوا في ٱلأرض بعد إصلحھا وٱدعوه خوف
من ٱلمحسنین رحمت ٱللھ قریب
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.4
Ayat tersebut sebenarnya menjelaskan tentang prilaku manusia yang
mengabaikan tentang kelestarian lingkungan dan Allah telah melarang manusia
untuk berbuat kerusakan dan Alah menyuruh manusia untuk mensyukuri apa yang
Allah telah berikan.
Permasalahan Sampah telah menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk
turut serta dalam mengelola sampah. Contohnya adalah bank sampah sebagai
salah satu dorongan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengolahan dan
pendayagunaan sampah melalui pengembangan masyarakat, supaya terwujudnya
kualitas lingkungan yang baik dan terujudnya kesejahteraan sosial tidak hanya
dalam aspek sosial saja akan tetapi juga dalam aspek ekonomi dan kesehatan.
Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi
aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang
bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang
4 Al-Quran dan Terjemah, Kementrian Agama Republik Indonesia.2012.
5
unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya
dikembangkan5. Pengembangan Masyarakat dalam hal ini adalah melalui Bank
sampah.
Bank sampah adalah bank tempat menabung sampah dalam arti yang
sebenarnya. Lebih jelas lagi nasabah menabungkan sampah mereka di Bank
tersebut. Pada Bank sampah masyarakat menabung dalam bentuk sampah yang
sudah dikelompokan sesuai jenisnya. Mereka juga mendapatkan sejenis buku
tabungan. Pada buku tabungan mereka tertera nilai Rupiah dari sampah yang
sudah mereka tabung dan memang bisa ditarik dalam bentuk Rupiah (uang), dan
waktu prngambilan uang tersebut ditentukan masyarakat. Bank sampah bekerja
sama dengan pengepul barang plastik, kardus dan lain-lain, untuk bisa
menukarkan tabungan sampah dari masyarakat. Juga dengan pengelolah pupuk
organik untuk menyalurkan sampah organik yang telah ditabungkan.6
Bank sampah memberikan insentif tersendiri bagi nasabah yang tergabung
dalam bank sampah. Salah satu contoh bank sampah adalah Bank sampah
Berlian. Bank sampah Berlian beralamat di Jl. Joko X No. 5, RT 012, RW 004,
Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Bank Sampah
Berlian telah berdiri sejak 2015. Awal mula berdirinya Bank sampah ini di
pelopori oleh Yayasan Tirta Lestari Villa Pejaten Mas Jl. Pejaten Mas Blok E
No.12 Pejaten Barat Jakarta Selatan.
5 Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”. Bandung PT. Refika Aditama, 2005, h.42. 6 Muhammad Kholid “ Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Pola Kerjasama Bank Sampah”, (Skripsi S1 Program Studi Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.2.
6
Dengan adanya Bank Sampah Berlian yang telah berdiri sejak tahun 2015,
pada mulanya anggota yang berpartisipasi hanya 50 orang saja, seiring
berjalanya waktu, mengalami peningkatan anggota menjadi 112 orang.7 Bank
Sampah Berlian telah memberdayakan masyarakat sekitar, masyarakat yang
berpartisipasi kebanyakan berasal dari kaum perempuan yang berprofesi sebagai
ibu-ibu rumah tangga.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti disini tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan
Daur Ulang Sampah di Bank Sampah Berlian Kelurahan Lenteng Agung”.
Alasan peneliti mengadakan penelitian dengan berjudul diatas, karena Peneliti
ingin belajar mengenai tata kelola pengolahan sampah. Selain itu pemilihan lokasi
disebabkan juga oleh faktor letak Bank Sampah Berlian yang terletak di samping
kali, yang sering terjadi banjir, akibat pengolahan sampah yang tidak benar.8
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
a. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis buat, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan sampah yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan
2. Kesadaran masyarakat untuk buang sampah pada tempatnya masih
kurang
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengelola sampah yang
benar
7 Catatan Laporan Kegiatan Bank Sampah Berlian 8 Catatan peneliti yang bersumber dari hasil pengamatan peneliti
7
4. Sampah masih di anggap sebagai sesuatu yang tidak berguna.
b. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan peneliti, baik keterbatasan waktu, tempat, dan
biaya maka peneliti membatasi fokus penelitian yaitu: pada kelompok wanita
binaan organisasi bank sampah Berlian di Kelurahan Lenteng Agung, dan begitu
lauasnya pokok bahasan maka peneliti memfokuskan pada Implementasi
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengolahan Sampah di Bank Sampah Berlian
Kelurahan Lenteng Agung.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, peneliti ingin meneliti bagaimana
implementasi pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan sampah yang
dilakukan oleh Bank Sampah Berlian. Adapun rumusanya adalah:
1. Bagaimana tahapan-tahapan pemberdayaan masyarakat melalui
kegiatan daur ulang sampah di Bank Sampah Berlian?
2. Bagaimana manfaat yang dirasakan oleh masyarakat RT 12 RW 04
Kelurahan Lenteng Agung setelah dilakukan kegiatan daur ulang
sampah di Bank Sampah Berlian Kelurahan Lenteng Agung?
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian dengan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengolahan
Sampah di Bank Sampah Berlian Kelurahan Lenteng Agung, mempunyai tujuan:
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui implementasi tahapan pemberdayaan melalui kegiatan
daur ulang sampah di Bank Sampah Berlian
b. Untuk mengetahui manfaat yang dirasakan oleh masyarakat Kelurahan
Lenteng Agung setelah dilakukan kegiatan daur ulang sampah
2. Manfaat Penelitian
a. Dari Segi akademis peneliti berharap bahwa penelitian ini bermanfaat bagi
pengembangan wawasan dalam ilmu kesejahteraan sosial dalam aspek
pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan dalam penanganan masalah
kesejahteraan sosial disuatu wilayah, dalam segi lingkungan. Selain itu juga
diharapkan penelitian ini bisa menjadi rujukan dan masukan mata kuliah
Kesejahteraan Sosial dan Isu-isu lingkungan.
b. Dari segi Praktis Peneliti berharap penelitian ini berguna untuk lembaga
terkait mengenai kebersihan lingkungan seperti: Dinas Kebersihan kota
Jakarta, LSM/NGO yang bergerak dalam isu lingkungan serta bisa
bermanfaaat bagi masyarakat atau organisasi yang ingin mendirikan bank
sampah, sehingga penelitian ini dapat menjadi suatu rujukan dalam membuat
implementasi pemberdayaan masyarakat yang bergerak di bank sampah.
9
E. Metodelogi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian mengambil lokasi di Jl. Joko X No. 5, RT 012, RW 004,
Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan dimana lokasi
Bank Sampah ini berada. Lokasi ini dipilih dikarenakan di lokasi ini, warga
sekitar sering mengalami bencana banjir. Bencana banjir yang disebabkan akibat
daerah ini berada di dataran rendah, dan terdapat kali/ sungai di sekitarnya. Selain
itu musibah banjir disebabkan oleh kurangnya kesadaran warga dalam mengelola
dan membuang sampahnya yang secara sembarangan. Oleh karena itu peneliti
tertarik mengambil lokasi penelitian disini disebabkan oleh alasan-alasan diatas.
Selain itu lokasi ini dipilih dikarenakan prestasi nasabah Bank Sampah Berlian
yang pada tahun 2016 mendapat predikat rumah sehat yang diadakan oleh suku
dinas kesehatan DKI Jakarta dan kelurahan Lenteng Agung, Jakarta, adapun
indikator penilaian dalam rumah sehat tersebut adalah, sirkulasi udara yang
lancar, penerangan sinar yang memadai, air yang bersih, pembuangan limbah
yang terkontrol, ruangan tidak tercemar, dll. Keberadaan Bank sampah berlian
membantu membimbing pemilik rumah dalam hal pembuangan limbah yang
terkontrol, ruangan tidak tercemar, dan sanitasi air bersih, sehingga wilayah tidak
menjadi bersih, namun mempengaruhi masyarakat dalam menjaga lingkungan
rumahnya dan juga mendapat tambahan penghasilan dari kegiatan daur ulang
sampah ini.
10
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan maret
2017. Namun dikarenakan pembaruan data dan observasi yang di lakukan peneliti
di perpanjang hingga bulan November.
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti meggunakan metode kualitatif, penelitian
kualitatif adalah penelitian yang mengahasilkan penemuan-penemuan yang tidak
dapat diperoileh dengsn mengunakan prosedur-prosedur statistk atau cara-cara
lain dari pengukuran. Miles dan Hibermen sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J.
Moelong, penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan untuk penelitian
tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial dan lain-lain.
Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan
dokumen resmi lainya.9
Jadi dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan
alasan karena penelitian kualitatif lebih mengena dengan subyek yang diamati
penulis, dimana peneliti tidak hanya meneliti perilaku subyek akan tetapi penulis
akan berusaha menyelami kehidupan sehari-hari subyek untuk mengetahui
bagaimana prilaku dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya dengan cara
megikuti kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui bank sampah.
9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosda Karya 2007)cet-23, h.11.
11
4. Jenis Penelitian
Penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu data yang
dikumpulkan deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-
kutipan dari pengurus Organisasi Bank Sampah dan Masyarakat serta beberapa
dokument yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan
sampah.
Moh. Nazir berpendapat bahwa metode deskriptif adalah suatu metode
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas pada masa sekarang.10
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam,
yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer terbagi menjadi 2 sumber data yaitu:
1. Utama, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subyek peneltian,
yaitu dari Pengurus organisasi bank sampah, masyarakat yang menjadi
anggota dan sampah Bank Sampah Berlian.
2. Pendukung, yaitu data yang diperoleh dari berbagai staf pegawai
Yayasan Tirta Lestari selaku Yayasan yang memberikan bimbingan
pemberdayaan pengolahan sampah, terhadap organisasi bank sampah.
b. Data Sekunder adalah data yang peneliti peroleh baik berupa dokemen, arsip-
arsip, memo atau catatan tertulis lainya maupun gambar atau benda
lainyayang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder ini peneliti peroleh
dari Yayasan Tirta Lestari, laporan tentang program Yayasan Tirta Lestari,
jurnal, buku dan lain-lain.
6. Teknik Pemilihan Informan
Teknik penelitian yang digunakan untuk penentuan subjek dalam
penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan). purposive sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.kita memilih
orang sebagai sampel dengan memilih orang yang benar-benra mengetahui atau
memiliki kompetensi dengan topik penelitian kita.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling
yang memberikan keleluasaan pada peneliti dalam menyeleksi informan yang
sesuai dengan tujuan penelitian, yang terpenting disini bukanlah jumlah informan,
melainkan potensi dari tiap kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang
lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.11 Peneliti memilih 6 (Enam) sampel
dalam penelitian ini diantaranya 1 orang informan pendukung dari Yayasan Tirta
Lestari yaitu Hikmah Annisa selaku petugas pembimbing dan instruktur dalam
pembuatan kompos, daur ulang sampah menjadi kerajinan 2 orang pengurus dari
Bank Sampah Berlian yaitu Ibu Dian Aryanti selaku ketua, dan Ibu Nurhasimi
selaku pengurus. Serta 3 orang nasabah Bank Sampah Berlian yaitu Ibu Ami, Ibu
11 Nanang Martono, Metode Peneleitian Kualitatif Aanalisis Isi dan Analisis Data Sekunder (Jakarta: RajawaliPers, 2011), h. 79
13
Sutiah dan Ibu Yuyun. Alasan peneliti memilih informan tersebut merupakan
hasil masukan dari Yayasan Tirta Lestari yang diyakini memiliki kemampuan
untuk memberikan informasi kepada peneliti dalam implementasi pemberdayaan
melalui pengolahan sampah dan manfaat yang di alami setelah melakukan
pemberdayaan masayrakat melalui bank sampah. Informan yang peneliti pilih
sudah sejak tahun 2015 melakukan pemberdayaan masyarakat melalui bank
sampah ini, dimulai dari jumlah awal anggota hanya belasan orang hingga saat ini
meningkat menjadi 100 orang, dengan hasil tersebut peneliti percaya bahwa
informan-informan yang peneliti pilih memiliki capability (kesanggupan)
informasi yang akurat dan tepat kepada penelitian ini. Berikut tabel informan dan
objek yang terpilih dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.
Tabel 1. Rancangan Informan
No. Informasi Informan Jumlah Nama 1 Sejarah, Tujuan, proses,
tahapan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah, manfaat kegiatan daur ulang sampah.
Ketua Bank Sampah Berlian
1 orang Ibu Dian Arianti
2 Pengetahuan tentang bank sampah berlian, perubahan pola pikir/prilaku masyarakat sebelum dan sesudah adanya bank sampah, kegiatan bank sampah, manfaat/ dampak dari kegiatan daur ulang sampah, partisipasi masyarakat.
Nasabah bank sampah berlian
3 orang Ibu Ami, Ibu Sutiah, Ibu Yuyun,
3 Cara pengurus bank sampah dalam
Pengurus Bank Sampah
1 orang Ibu Nurhasimi
14
mengajak masyarakat untuk berpartisipasi kegiatan daur ulang sampah, hambatan atau kendala dalam menjalankan kegiatan daur ulang sampah.
Berlian
4. Proses Pelatihan, jenis-jenis pelatihan, partisipasi masyarakat, tujuan pelatihan
Pembimbing/ instruktur mitra kerja bank sampah berlian dari Yayasan Tirta Lestari
1 Orang Hikmah Annisa
7. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan dengan empat
cara, yakni diantaranya:
a. Studi Literatur
Melakukan studi kepustakaan melalui membaca buku-buku maupun
artikel-artikel yang dapat mendukung penulisan tugas ini.12
b. Wawancara
Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh data yang dibutuhkan peneliti dari yang diwawancarai. Sedangkan
menurut W.Gulo wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dengan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam
12 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung Alfabeta, 2010). h137
15
hubungan tatap muka. Dengan wawancara, proses wawancara data yang diperoleh
dapat langsung diketahui objektifitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.13
Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, yaitu
wawancara yang pertanyaan yang akan diajukan telah ditetapkan peneliti secara
jelas dalam suatu bentuk catatan.
c. Obeservasi
Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data
dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan terhadap suatu kegiatan
secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam hubungan tersebut.14
Penelitian melakukan pengamatan di lapangan dengan cara
mengumpulkan data-data lapangan serta data-data yang ada seperti laporan,
catatan, hasil observasi penulis. Observasi dilakukan untuk dapat mengamati
secara langsung aktivitas anggota Bank Sampah Berlian mengenai pemberdayaan
dalam pengolahan sampah, untuk mengetahu dan mengumpulkan data-data yang
ada di Bank sampah Belian Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
d. Studi dokumentasi
Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam
bentuk tertulis yang ada dilapangan serta data-data lain. Misalnya majalah, brosur,
artikel, yang membahas tentang Bank Sampah Berlian.
13 W.Gulo, Metode Penelitian (Jakarta: PT Grasindo, 2002).h.119 14 E. Kristi Poerwandari, Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, ( Jakarta: LPSP3-UI, 1998), cet-1 h.62
16
8. Teknik Analisis Data
Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisa data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.15
9. Teknik Keabsahan Data
Dalam menentukan keabsahan data adalah dengan tekink triangulasi.
Dimana triangulasi adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data yang diperoleh dari wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi,
atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut,
menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, memastikan data
yang mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar, karena sudut
pandangnya berbeda-beda.16
15 Prof. Dr. Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), h.244. 16 Prof. Dr. Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), h.274.
17
10. Teknik penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh
Center For Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
11. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian dan penulisan judul ini, penulis terlebih dahulu
mengadakan tinjauan pustaka terhadap dua skripsi sebelumnya yang menjadi ide
awal dan referensi penulis dalam penelitian dan karya ilmiah penulis yaitu :
1. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Lokal
(Studi Deskriptif Bank Sampah “POKLILI”.Kota Depok) oleh Faizal Ahmad
Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia Depok 2012.
Isi pokok dari skripsi ini adalah mengenai tentang proses partisipasi
masyuarakat di sekitaran Bank Sampah ‘POKLILI” yang berada di Kota Depok
yang dilatar belakangi oleh masalah sampah yang cukup serius. Jumlah sampah
yang dihasilkan oleh kota Depok sekitar 4.200 meter3/hari. Namun yang hanya
bisa diangkut ke TPA yaitu hanya sebanyak 1.200 metrer3. Sementara 450 m3
lainya diolah di UPS. Penelitian ini lebih fokus kepada faktor faktor pendorong
partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan kegiatan yang diadakan di Bank
Sampah Poklili dan penelitian ini juga berfokud kepada partisipasi dan kegiatan
masyarakat yang menjadi anggota/nasabah Bank Sampah Poklili. Dalam
programnya Bank Sampah Poklili telah berhasil memproduksi sampah organik
18
menjadi barang yang bernilai. Keberhasilan kegiatan bank sampah ini
berpengaruh kepada kebersihan lingkunag sekitar tempat Bank sampah Poklili
berada.
2. Peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) Dalam Pemberdayaan
Perekonomian Nasabah oleh Abdul Rozak Studi Muamalat Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Isi pokok dalam skripsi ini adalah lebih berfokus kepada Peran dan
Kontribusi Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan dalam pemberdayaan
perekonomian nasabahnya. Selain itu dalam teknik pelaksanaanya juga dijelaskan
beberapa tahapan proses pemberdayaaan yaitu, tahapan persiapan, tahapan
assesment, tahapan perencanaan alternatif program dan kegiatan, tahapan
BAB III: Yaitu metode penelitian, pada bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi
penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.
BAB IV: Yaitu deskripsi lokasi penelitian, pada bab ini berisikan sejarah singkat
gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut
memperkaya karya ilmiah ini.
Bab V: Yaitu analisis data, pada bab ini berisikan tentang uraian data yang
diperoleh dari hasil temuan dilapangan beserta dengan analisisnya.
22
BAB VI :Yaitu penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang
bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
23
BAB II
Landasan Teori
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara Konseptual, pemberdayaaan atau pemberkuasaan (empowerment,
berasal dari kata power (Kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. 17
Kata pemberdayaan juga menujuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memilki kekuatan dan kemampuan
dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memilki kebebasan
(freedom), dalam arti bukan saja bebas dari mengemukakan pendapat, melainkan
bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan ; (b)
menjangkau sumber prduktif yang memungkinkan pendapatanya dan memperoleh
barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; (c) berpartisipasi dalam
pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka.18
Menurut Ife, pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni
kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan disini diartikan bukan hanya
menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau
penguasaan klien atas:
17Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial,(Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 57 18 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.58
24
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup; kemampuan
dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat
tinggal, pekerjaan.
b. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras
dengan aspirasi dan keinginanya.
c. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan
gagasan dalam suatu forum dan diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.
d. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan
mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan
sosial, pendidikan, kesehatan.
e. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal,
informal dan kemasyarakatan.
f. Aktivitas ekonomi; kemapuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme
produksi, distribusi dan pertukaran barang dan jasa.
g. Reproduksi: kemampuan dalam kaitanya dengan proses kelahiran,
perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.19
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdyaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
19Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesjahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial ( Bandung : PT Refika Aditama, 2005), h. 60
25
pemberdayaan merujuk kepada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial.20
2. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan adalah:
a. Mendorong Motivasi, meningkatkan kesadaran akan potensinya, dan
meciptakan iklim suasana untuk berkembang.
b. Memperkuat daya, potensi yang dimilki dengan langkah-langkah positif
memperkembangkanya.
Dan pemberdayaan bertujuan juga untuk meningkatkan kekuasaan orang-
orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995). Pemberdayaan masyarakat
disebut sebagai tujuan, yakni pemberdayaan merujuk pada keadaan yang berdaya,
memilki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial, seperti memilki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencarian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupanya.21
3. Indikator Pemberdayaan
Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional,
maka perlu diketahui beberapa indikator keberdayaan yang dapat menunjukan
sesorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program pemberdayaan
diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari 20 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesjahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial ( Bandung : PT Refika Aditama, 2005), h. 60 21 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesjahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial ( Bandung : PT Refika Aditama, 2005), h. 60
26
sasaran perubahan (misalnya keluarga miskin) yang perlu dioptimalkan. Schuler,
Hashemi, dan Rilley mengembangkan delapan indikator pemberdayaan.
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka
yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat
kesejahteraan dan kemampuan kultural politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan
dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu: kekuasaan didalam (power within),
kekuasaan untuk (power go), dan kekuasaan dengan (power with).22
Tabel 2 Indikator Keberdayaan
Jenis Hubungan Kekuasaan
Kemampuan Ekonomi
Kemampuan Meakses Manfaat Kesejahteraan
Kemampuan Kultural Politis
Kekuasaan di dalam: Meningkatkan Kesadaran dan keinginan untuk berubah
Evaluasi positif terhadap kontribusi ekonomi dirinya
Keinginan memiliki kesempatan ekonomi yang setara
Keinginan memilki kesamaan hak, terhadap sumber yang ada pada rumah tangga dan masyarakat
Kepercayaan diri dan kebahagiaan
Keinginan memilki kesejahteraan yang setara
Keinginan membuat keputusan mengenai diri dan orang lain
Keinginan untuk mengontrol jumlah anak
Assertiveness dan otonomi
Keinginan untuk menghadapi subordinasi gender termasuk tradisi budaya, diskriminasi hukum dan pengucilan politik
Keinginan terlibat dalam proses proses budaya, hukum dan politik
Kekuasaan untuk:
Akses terhadap
Keterampilan termasuk
Mobilitas dan akses
22 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h.50
27
meningkatkan kemampuan individu untuk berubah ; meningkatkan kesempatan untuk memperoleh akses.
pelayanan keuangan mikro
Akses terhadap pendapatan
Akses terhadap aset aset dan kepemilikan rumah tangga
Akses terhadap pasar penurunan beban dalam pekerjaan domestik
kemelekan huruf
Status kesehatan dan gizi
Kesadaran mengenai dan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi
Ketersediaan pelayanan kesejahteraan publik
terhadap dunia luar rumah
Pengetahuan mengenai proses hukum politik dan kebudayaan
Kemampuan menghilangkan hambatan formal yang merintangi akses terhadap proses hukum, politik dan kebudayaan
Kekuasaan atas : perubhahan pada hambatan-hambatan sumber dan kekuasaan pada tingkat rumah tangga, masyarakat dan makro ; kekuasaan atau tindakan individu untuk menghadapi hambatan hambatan tersebut.
Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkan
Kontrol atas pendapatan aktivitas prosuktif keluarga
Kontrol atas aset produktif dan kepemilikan keluarga
Tindakan individu menghadapi
Kontrol atas ukuran konsumsi keluarga dan aspek bernilai lainya ddari pembuatan keputusan keluarga berencana
Aksi individu untuk mempertahankan diri dari kekerasan keluarga dan masyarakat
Aksi individu dalam menghadapi dan mengubah persepsi budaya kapasitas dan hak wanita pada tingkat keluarga dan masyarakat
Keterlibatan individu dan pengambilan peran dalam proses, budaya hukum, dan politik
28
diskriminasi atas akses terhadap sumber dan pasar
Kekuasaan dengan: meningkatnya solidaritas atau tindakan bersama dengan orang lain untuk menghadapi hambatan-hambatan sumber dan kekuasaan pada tingkat rumah tangga masyarakat dan makro
Bertindak sebagai model peranan bagi orang lain terutama dalam pekerjaan, publik dan modern
Mampu memberi gaji terhadap orang lain
Tindakan bersama menghadapi diskriminasi pada akses terhadap sumber (termasuk hak atas tanah), pasar dan diskriminasi gender pada konteks ekonomi makro
Penghargaan tinggi terhadap dan peningkatan pengeluaran untuk anggota keluarga
Tindakan bersama untuk meningkatkan kesejahteraan publik
Peningkatan jaringan untuk memperoleh dukungan publik pada saat krisis
Tindakan bersama untuk membela orang lain menghadapi perlakuan salah pada keluarga dan masyarakat
Partisipasi dalam gerakan-gerakan subordinasi gender yang bersifat kultural, politis, hukum pada tingkat masyarakat dan makro
Sumber : Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.66
4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Parsons et. al, menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya
dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan
29
bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja
sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan
seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini
bukanlah strategi utama pemberdyaan.23
Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan
melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja
dilakukan secara individual, meskipun pada giliranya strategi ini pun tetap
berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengaitkan klien dengan sumber atau
sistem lain diluar dirinya.24 Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdaya dapat
dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowrment
Setting): mikro, mezzo, dan makro.
a. Aras Mikro: Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimbingan, konseling, strees management, crisis intervention. Tujuan
utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-
tugas kehidupanya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat
pada Tugas (Task centered approach).
b. Aras Mezzo: Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan
sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran. Pengetahuan, keterampilan
23 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h 65 24 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h.66
30
dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan
yang dihadapinya.
c. Aras Makro: Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-
system-strategi), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan
yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi
sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah
beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem besar memandang
klien sebagai orang yan memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi
mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk
bertindak.25
5. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Tahapan pemberdayaan dalam praktik pekerjaan sosial memiliki beberapa
tahapan pemberdayaan masyarakat, sebagaimana yang dikembangkan oleh
Isbandi Rukminto, terdiri dari 7 tahapan, yakni tahap persiapan, tahap pengkajian
(Assesment), tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan ( designing),
tahap pemformulasian rencana aksi, tahap pelaksanaan program (implementasi),
tahap monitoring evaluasi, dan tahap terminasi.
Tahapan tersebut bukanlah sebuah tahapan yang kaku dan hirarkis antara
satu tahap lainya., melainkan tahapan yang fleksibel, sesuai dengan panah yang
ada disebelah kiri, yang menunjukan apabila suatu tahapan telah terlewati, masih
25 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT. Refika Aditama 2005), h. 67
31
membuka kemungkinan untuk kembali ke tahapan sebelumnya, penjelasan
tentang tahapan tersebut akan diuraikan sebagai berikut :26
Pertama :Tahap Persiapan, Tahapan persiapan terdiri dari dua hal, yakni:
a. Persiapan petugas (dalam hal ini tenaga community worker) merupakan
prasyarakat suksesnya suatu pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan
Non-Direktif. Penyiapan petugas ini diperlukan untuk menyamakan persepsi
mengenai konsep yang akan dilaksanakan dalam program pemberdayaan
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesamaan pandangan diantara
tenaga pengubah (change agent), terutama apabila tim pengubah berasal dari
latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya saja, ada petugas yang
berlatar belakang sarjana Agama, sarjana Ilmu Kesejateraan Sosial, sarjana
Pendidikan dan sarjana Sastra. Sehingga diperlukan pelatihan awal untuk
menyamakan persepsi mengenai program pemberdayaan masyarakat yang
akan dikerjakan didasar tersebut, sehingga bagaimana teknik-teknik yang
akan dilakukan dalam melakukan perubahan di masyarakat.
b. Sedangkan pada tahap persiapan lapangan, petugas (community worker) akan
melakukan penyiapan lapangan. Pada awalnya dilakukan melalui studi
kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan
secara informal maupun formal. Bila sudah ditemukan daerah yang ingin
dikembangkan, communty worker harus mencoba menerobos jalur formal
untuk mendapatkan dari pihak yang terkait. Tetapi disamping itu community
worker tetap harus menjalin kontak dengan tokoh-tokoh informal (informal
26 Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan)(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 206
32
leader) agar hubungan masyarakat dapat terjalin dengan baik. Pada tahap
inilah terjadi kontak dan kontrak awal dengan kelompok sasaran. Komunikasi
yang baik pada tahap awal biasanya akan mempengaruhi keterlibatan warga
pada fase berikutnya. Fase ini juga dikenal sebagai fase engagemnt dalam
suatu proses pemberdayaan masyarakat.27
Kedua: Tahap Assesment, yakni tahap pengkajian yang dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang dirasakan kelompok sasaran sehingga menentukan
apa kebutuhan yang mereka rasakan (felt needs) dan juga apa sumber daya yang
mereka miliki. Dalam proses assement ini masyarakat sudah dilibatkan secara
aktif agar mereka merasakan bahwa permasalahan-permasalahan yang sedang
dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka
sendiri. Di samping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga memfasilitasi warga
untuk menyusun prioritas dari permasalahn yang akan ditindaklanjuti pada tahap
berikutnya, yaitu tahap perencanaan.
Assesment dilakukan pada suatu komunitas dapat dilakukan secara individual
(individual assesment) melalui tokoh-tokoh masyarakat ataupun anggota
masyarakat tertentu. Tetapi dapat juga dilakukan secara kelompok (group
assesment). Pada tahap ini, petugas sebagai pelaku pwrubahan berusaha
mengidentifikasi masalah ( kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang
dimiliki klien.
27 Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan)(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 206
33
Ketiga: tahap perencanaan alternatif program. Pada tahap ini change agnet
secara partisipatif melibatkan warga untuk merumuskan masalah yang mereka
hadapi serta solusi yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Penyusunan alternatif program yang tepat, dengan mempertimbangkan sumber
daya yang ada, dapat dipikirkan sebagai solusi dari masalah yang dihadapi. 28
Program dan kegiatan yang mereka kembangkan tentunya baru disesuaikan
dengan tujuan pemberian bantuan sehingga tidak muncul program-program yang
bersifat Incidental (one shoot program) ataupuun charity ( amal) yang kurang
dapat dilihat manfaatnya dalam jangka panjang. Dalam proses ini petugas
bertindak sebagai fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan
memikirkan program dan kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan pada saat itu.
Misalnya saja, dalam program kesehatan, kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat
mereka lakukan, begitu pula kaitan dengan program pendidikan, kira-kira kegiatan
apa saja yang dapat mereka lakukan demgan mempertimbangkan beberapa
sumber daya yang ada.
Keempat: Tahap pemformulasian rencana aksi. Yakni tahap menuangkan
gagasan yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan alternatif program
kedalam pernyataan kegiatan ( proposal) secara tertulis. Peran change agent
dalam tahap ini adalah membantu sasaran menuliskan rumusan program mereka
dalam format yang layak untuk dijukan kepada penyandang dana. Dalam tahap
penformulasian rencana aksi ini, diharapkan community worker dan masyarakat
28 Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan)(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 206
34
sudah membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan
mereka capai dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.29
kelima: Tahap Pelaksanaan ( implementasi ) program. Tahap pelaksanaan
ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial (penting) dalam proses
pengembangan masyarakat, keberhasilan dalam tahap ini tergantung dari kerja
sama yang baik antara change agent dengan warga masyarakat serta tokoh
masyarakat setempat. Adanya konflik diantara tiga komponen ini akan sangat
mengganggu tahap pelaksaan program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Dalam upaya melaksanakan program pengembangan masyarakat, peran
masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program
yang telah dikembangkan. Kader ini biasanya dipilih dari ibu-ibu rumah tangga
ataupun pemudi yang masih meimilki waktu luang dan mau melibatkan diri dalam
kgiatan tersebut.
Keenam: Tahap Monitoring dan Evaluasi. Monitoring adalah proses
pengumpulan informasi mengenai apa yang sbenarnya terjadi selama proses
implementasi atau penerapan program dengan cara memantau program yang
sedang berjalan.30 Sedangkan evaluasi adalah proses pengawasan dari warga dan
petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat
sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Karena dengan keterlibatan warga
pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk
melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka waktu panjang
29 Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan)(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 206 30 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdakan Rakyat, h. 119
35
akan dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih “mandiri”
dengan memanfaatkan dumber daya yang ada. Akan tetapi, kadang kala dari hasil
pemantauan dan evaluasi ternyata hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Bila hal ini terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan memberikan
umpan baik yang berguna baik perbaikan suatu program ataupun kegiatan.
Sehingga apabila diperlukan dapat dilakukan kembali assesment terhadap
permasalahan yang dirasakan masyarakat ataupun terhadap sumber dayang
tersedia. Karena pelaku perubahan juaga menyadari bahwa tolak ukur suatu
masyarakat juga dapat berkembang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan yang
sudah terjadi. Evaluasi itu sendiri dapat dilakukan pada input, proses dan hasil.31
Ketujuh: Tahap Terminasi. Yakni tahap pemutusan atau pemberhentian
program. Idealnya tahap ini dilakukan apabila masyarakat atau komunitas sasaran
sudah “berdaya”. Pemutusan hubungan dengan komunitas sasaran sebaiknya
dilakukan secara pelan-pelan, berharap secara tidak langsung ditinggalkan begitu
saja oleh change agent,sehingga dapat dipastikan ketika agent perubah keluar dari
komunitas tersebut, keadaan sudah jauh berubah dan komunitas sasaran sudah
kreatif mandiri. Meskipun demikian tidak jarang communtty worker tetap
melakukan kontak meski tidak secara rutin.32
31 Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan)(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 206 32 Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan)(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 206
36
B. Daur Ulang Sampah Plastik
1. Pengertian Daur Ulang
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengulangi volume
sampah, empat (4R) prinsip yang digunakan dalam mrnangani masalah sampah
antara lain sebagai berikut:
a. Reduce (mengurangi) yakni upaya meminimalisasi barang atau material
yang kita pergunakan.
b. Recycle (Mendaur Ulamg) yakni barang yang sudah tidak berguna lagi bisa
di daur ulang sehingga bermanfaat dan memiliki nilai tambah. Tidak semua
barang bisa didaur ulang namun saat ini sudah banyak industri formal dan
industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang yang
bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis.
c. Reuse (menggunakan kembali) yaakni memilih barabg yang bisa dipakai
kembali, hindari pemakaian barang yang sekali pakai.
d. Replace (mengganti) yakni mengganti barang-barang yang hanya hanya bisa
dipakai sekali dan mengganti dengan barang yang tahan lebih lama. Selain
itu menggunakan barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya
mengganti kantong kresek dengan keranjang bila berbelanja dan
menghindari penggunaan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa
terdegradasi secara alami. 33
Pada penelitian ini, peneliti menambahkan Recycle atau mendaur ulang.
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan
33Ari Zulkifli, Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan ( Jakarta: Salemba Teknika, 2014) h. 106
37
baru dengan tujuan untuk mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat
menjadi suatu yang berguna. Mengurangi penggunaan energy, mengurangi
polusi, kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan
proses pembuatan barang baru.
Daur ulang adalah salah satu strategi pengolahan sampah padat yang
terdiri atas dari pemisahan, pengumpulan, pemprosesan, pendistribusian dan
pembuatan produk atau material bekas pakai dan komponen utama dalam
manajemen sampah modern. 34
Pendaur ulang sampah dimasyarakat dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain pendaur ulangan sampah secara manual, dan pendaur ulangan
secara pabrik. Sampah yang didaur secara manual biasanya berasal dari benda-
benda misalnya plastik, kertas, karton, besi tembaga, tulang, kaca dan lain
sebagainya. Pendaurulangan yang dilakukan pabrik juga membutuhkan bahan
baku yang berasal dari kaca, plasti, besi, kaca, tulang, tergantung dari hasil
produksi dari pabrik yang bersangkutan.35
2. Teknologi Daur Ulang Sampah
Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa
pendahuluan umumnya dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur
ulang yang lebih baik dan memudahkan penanganan yang akan dilakukan.
34 A. Guruh Permadi,Menyulap Sampah Menjadi Rupah (Surabaya: Muntaz Media 2011), h. 35 35 Achmad Suradji Hadi, “ Daur Ulang Barang Bekas Sebagai Penopang sumber Kehidupan”, Laporan Penelitian pada Universitas Indoensia Program Pascasarjana Bidang Ilmu Hukum, Jakarta 2001, h. 28-29
38
Penanganan pendahuluan yang umum dilakukan saat ini adalah pengelompokan
limbah sesuai jenisnya, pwngurangan volume dan pengurangan ukuran.36
Usaha penanganan pendahuluan ini dilakukan dengan tujuan memudahkan
dan mengefektifkan pengolahan sampah sampah selanjutnya, termasuk upaya
daur ulang. Dalam pengolahan sampah, upaya daur ulang akan berhasil baik
dilakukan pemilahan dan pemisahan komponen sampah mulai dari sumber sampai
ke proses akhirnya.
Upaya pemilahan sangat dianjurkan dan hendaknya diprioritaskan
sehingga termasuk yang paling penting didahulukan. Persoalanya adalah
bagaimana meningkatkan keterlibatan masyarakat. Pemilahan yang dianjurkan
adalah pola pemilahan yang dilakukan dimulai dari level sumber atau sifat awal
yaitu belum tercampur atau terkontaminasi dengan sampah lainya.37
3. Manfaat Daur Ulang Sampah
Menurut Kamus Basar Bahasa Indonesia (KBBI), manfaat adalah guna,
faedah, laba, untung. Arti memanfaatkan adalah “menjadikan ada manfaatny”.
Sedangkan pemanfaatana adalah proses, cara, perbuatan menafaatkan.38
Dengan daur ulang sampah dapur dan sampah pasar dapat diolah menjadi pupuk.
Sampah plastik dapat dilebur dan dicetak ulang menjadi alat-alat rumah tangga.
Sampah kayu dapat dipakai sebagai bahan untuk membuat kerajinan tangan.
36 Emri Damanhuri dan Tri Patmi, Teknologi Pengelolaan Sanpah. (Bandung: Penerbit ITB), h 55. 37 Emri Damanhuri dan Tri Patmi, Teknologi Pengelolaan Sanpah. (Bandung: Penerbit ITB), h 55 38 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, versi 1.3
39
Sampah kayu juga dapat digunakan sebagai bahan bakar. Sampah logam dan besi
dapat didaur ulang menjadin alat-alat pertanian dan pertukangan. 39
Sudah pasti daur ulang sampah sangat banyak manfaatnya, karena dengan
daur ulang sampah-sampah yang ada dilingkungan dapat diminimalisir. Sampah
terdiri dari berbagai macam jenis, dan dapat dimanfaatkan kembali sehingga
barang-barang yang tadinya hanya sampah dapat menjadi barang berguna.
Pendaurulangan sampah sudah mempunyai nilai ekonomi yang cukup
tinggi di negara-negara maju. Banyak berdiri pabrik-pabrik daur ulang sampah,
mereka menjadikan sampah tersebut sebagai bahan baku atas produk benda-benda
teertentu, hal ini jelas meningkatkan ekonomi benda yang bersangkutan.
Pengolahan sampah yang baik memberikan dua manfaat penting yaitu:
a. Mengurangi pencemaran lingkungan.
b. Pemanfaatan sampah dapat meningkatkan nilai ekonomi atas benda
yang bersangkutan, sehbingga menguntungkan masyarakat tertentu
yang mengolahnya.40
4. Pengertian Sampah Plastik
Sampah adalah suatu bahan atau benda yang bersifat padat, yang sudah
dipakai lagi, atau harus dibuang, sebagai hasil dari aktivitas manusia, yang bukan
biologis, belum memiliki nilai ekonomis dan bersifat padat (Solid Waste).41
39 Trim Sutidja, Daur Ulang Sampah, (Bumi Aksara, 2001), cet.2, h. 38 40 Achmad Suradji Hadi, “ Daur Ulang Barang Bekas Sebagai Penopang sumber Kehidupan”, Laporan Penelitian pada Universitas Indoensia Program Pascasarjana Bidang Ilmu Hukum, Jakarta 2001, h. 64
40
5. Daur Ulang Sampah Plastik
Pemanfataan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan
oleh industri pabrik. Secara umum terdapat empat persyaratan agar limbah plastik
dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus berbentuk tertentu
sesuai kebutuah (biji, pellet, serbuk pecahan ) limbah harus homogen, tidak
terkomtaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana,
yaitu, pemisahan, pemotongan, pencucian dan penghilangan zat-zat seperti besi
dan sebagainya.42
Daur ulang sampah yang dilakukan oleh industri/pabrik yaitu melalui
yang telah dipotong sebelumnya, dan menghilangkan zat-zat berbahaya pada
plastik setelah dipotong. Selain daur ulang yang dilakukan dengan
memanfaatkann kembali barang-barang dari limbah plastik.
Pemanfaatan plastik daur ulanng dalam pembuatan kembali barang-barang
plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat
diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran
dengan bahan baku baru untuk meningkatkan kualitas.43
41 Misbahul Ulum, dkk, “Pengertian Sampah”. Dalam suisyanto (ed),”Model-Model Kesejahteraan Islam”, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bekerjasama dengan IISEP –CIDA, 2017 ), cet.1 h. 170 42 A. Guruh Permadi,Menyulap Sampah Menjadi Rupah (Surabaya: Muntaz Media 2011), h.34 43 A. Guruh Permadi,Menyulap Sampah Menjadi Rupah (Surabaya: Muntaz Media 2011), h.34
41
6. Produk Daur Ulang Sampah Plastik
Pemakaian barang-barang dari bahan plastik sekarang ini sangatlah luas.
Plastik digunakan sebagai pengganti daun dan kertas. Plastik dipakai untuk
pembungkus alat rumah tangga, bahkan juga sebagai bahan bangunan.
Sampah plastik akan terus mengotori lingkungan hidup karena sifatnya tidak
mudah hancur. Akan tetapi, sampah plastik masih didaur ulang. Plastik-plastik ini
dibawa ke pabrik untuk dilebur dan diolah kembali menjadi barang-barang yang
berguna. Hasil daur ulang plastik contohnya, kantok plastik, mainan plasti, alat
rumah tangga, dan perlengkapan-perlengkapan lainya. 44
C. Komunitas Bank Sampah
1. Pengertian Komunitas Bank Sampah
Bank sampah adalah sebuah Yayasan yang awaalnya dibina di daerah
Yogyakarta dan kini sudah diadopsi si seluruh kota-kota Indonesia.
Bank sampah adalah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat
agar dapat ‘berkawan’ dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi
langsung dari sampah. Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan
harus diintegrasikan dengan gerakan 4R sehingga manfaat langsung yang
dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan lingkungan yang besih,
hijau dan sehat.
44 Trim Sutidja, Daur Ulang Sampah, (Bumi Aksara, 2001), cet.2, h.50.
42
Bank sampah juga dapat dijadikan solusi untuk mencapai pemukiman
yang bersih dan nyaman bagi warganya. Dengan pola ini maka warga selain
menjadi disiplin dalam mengelola sampah juga mendapatkan tambahan
pemasukan dari sampah-sampah yang telah mereka kumpulkan.45
Dalam penelitian ini peneliti akan mengadakan penelitian di Bank Sampah
Berlian Kelurahan Lenteng Agung. Kegiatan utama Bank Sampah Berlian adalah
daur ulang sampah, baik sampah kertas, plastik, maupun logam. Namun sebagian
besar kegiatan daur ulang sampah disini adalah daur ulang sampah plastik, karena
volume plastik didaerah ini sangat besar dan menybabkan lingkungan menjadi
banjir. Bank sampah ini juga memberdayakan masyarakat sekitar untuk ikut
berpartisipasi dalam kegiatan daur ulang sampah plastik.
2. Manfaat dan Tujuan Bank Sampah
Bank sampah bertujuan menjaga lingkungan, sisanya agar masyarakat
mampu memberdayakan barang bekas menjadi suatu yang bisa dijadikan uang.
Kinerjanya lebih pada sampah di sekitar masyarakat dipilah-pilah, lantas
ditimbang.46
45 Bambang Winoko, Panduan Praktik Mendirikan Bank Sampah, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press) cet-1, h. 58. 46 Bambang Winoko, Panduan Praktik Mendirikan Bank Sampah, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press) cet-1, h.69
43
3. Peran Bank Sampah dalam Kehidupan Masyarakat
Bank sampah ini fungsinya bukan melulu menumpuk sampah, namun
bank ini menyalurkan sampah yang didapat sesuai dengan kebutuhan.47
Peran bank Sampah dalam kehidupan masyarakat memiliki misi tertentu, yaitu
mengelola sampah hingga memiliki nilai ekonomi tinggi, mendirikan bank sampah
melalui kemitraan yang sinergi dan menguntungkan, melahirkan pengusaha baru
Indonesia di bidang lingkungan, menghidupkan PKK dilingkungan sekitar, dan
menyediakan wadah kreativitas bagi masyarakat sekitar.48
Bank sampah berperan dalam kehidupan manusia, bank sampah juga memberikan
pelatihan dan pengajaran kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa melakukan
kegiatan daur ulang dan bahkan bisa mendirikan bank sampah dilingkungan tempat
tinggalnya, sehingga dengan keberadaan bank sampah dapat meminimalisir
volume sampah dan megelola lingkungan dengan baik.
47 Bambang Winoko, Panduan Praktik Mendirikan Bank Sampah, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press) cet-1, h.60 48 Bambang Winoko, Panduan Praktik Mendirikan Bank Sampah, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press) cet-1, h.65
44
BAB III
Profil Lembaga
A. Bank Sampah Berlian
1. Latar Belakang Berdirinya Bank Sampah Berlian
Pos pemilahan sampah Berlian didirikan 27 Januari 2015 yang diinisiasi
oleh Kader Air Sanitasi yang di dampingi oleh Yayasan Tirta Lestari. Pendirian
pemilahan sampah Berlian ini dilakukan dengan bertujuan untuk mengurangi
sampah demi penyelmatan bumi, dan menjadikan sampah memiliki nilai kreatif
dan ekonomis. Pendirian Bank Sampah selain untuk menjamin ketersediaan bahan
baku dalam rangka kontinunitas produk kerajinan juga di tujukan untuk merubah
cara pandang masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang berwawasan
lingkungan.49
Paradaigma pengolahan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir
sudah saatnya ditinggalkan dan diganti oleh paradigma baru yang lebih ramah
lingkungan. Paradigma baru lebih memandang sampah sebagai sumber daya yang
mempunyai nilai ekonomis dan bisa di manfaatkan. Bank sampah sekaligus
menjadi jaringan UKM lingkungan, dengan sebuah gerakan yang mengarah ke Go
Green dan dapat melestarikan lingkungan dengan mendaur ulang sampah. 50
2. Tujuan SOP pos prmilahan sampah Berlian ini adalah :
a. Mengatur sistem operasional (pelaksanaan) kesehatan yang dikelola oleh
pengurus
49 Wawancara Pribadi dengan Ketua Bank Sampah Berlian Ibu Dian Arianti pada tanggal 4 April 2017 50 Wawancara pribadi dengan Ibu Dian pada hari selasa 4 April 2017 pukul 11.22. WIB di Bank Sampah Berlian Kelurahan Lenteng Agung.
45
b. Menjani keberlangsungan pos sampah berlian
c. Melancarkan akses mitra dan pemangku kepentingan dari pemilahan sampah
berlian
Visi Dan Misi
Visi :
“Terwujudnya Bank Sampah Mandiri untuk membangun ekonomi kerakyatan
serta melestarikan lingkungan sehinnga terciptanya masyarakat yang sehat.”
Misi:
Mengurangi timbunan sampah yang akan dibuang ke TPA
Memberdayakan Sampah menjadi suatu barang yang memiliki ekonomi,
dan berguna bagi masyarakat
Mengubah paradigma dan prilaku masyarakat dalam mengelola samapah
Menciptakan lingkungan yang bersih dan lestari
Menciptakan lapangan pekerjaan
Menambah penghasilan para nasabah dalam mendaur ulang sampah
Meberdayakan masyarakat sekitar dan menumbuhkan ekonomi
kerakyatan.
SOP ini disusun sebagai pengaturan aktifitas program pemilahan sampah
(PPS) yang menginduk peratiran atau SOP sekolah komunitas WASH-UP! Secara
berkala dalam pelaksanaan SOP ini dapat di review dalam 1 kali setahun.
Pos Pemilahaan Sampah Berlian ini di kelola oleh divisi SWMP (Solid Waste
Management Program) sebagai pengurus inti dan kader sekolah komunitas
WASH-UP! sebagai anggota pengurus pelaksanaan. Dalam kedudukanya di
46
struktur pemerintahaan sebagai bagian dari pembinaan Ketua RT dan RW serta
pelindung adalah Lurah Lenteng Agung.51
3. Sistem, Alur dan Mekanisme Pos Pemilahan Sampah Berlian
Pemanfaat adalah komunitas (Rumah Tangga, Sekolah, PAUD)
Masyarakat menyetor sampah ke pos pemilaan sampah dalam keadaan
terpilah
↓
PPS Berlian (Melakukan Sortir untuk Reuse, Recycle dan Reduce
tidak semua sampah yang di setor masyaraka di setor ke Bank Sampah tapi
bisa dikelola 3R
↓
Pembimbingan dan Pencatatan
Nasabah menyetor sampah dan menimbang bersama pengurus
↓
Pengurus Menghubungi Bank Sampah, Pengangkutan dan Pembayaran oleh
Bank Sampah
Pembayaran tunai oleh Bank Sampah / Tergantung kesepakatan Bank sampah
dan PPS Berlian
↓
51 Catatan Peneliti yang bersumber dari Laporan Bank Sampah Berlian RW 04 Kelurahan Lenteng Agung Tahun 2016
47
Pencatatan Pos Pemilahan Sampah untuk masing-masing buku tabungan
anggota/ nasabah
Nasabah memiliki catatan-catatan dari pos pemilahan sampah nilai barang
yang tercatat dalam penjualan
↓
Pelaporan berkala setiap 1 x sebulan kepada Sekolah Komunitas WASH-UP!
Kader Sekolah Komunitas WASH-UP!52
4. Indikator Sampah di Pos Pemilahan Sampah Berlian
Indikator-indikator yang sesuai dengan jenis sampah yang dipilah dalam PPS
adalah sebagai berikut:
Tas kresek warna apapun dicampur menjadi satu
Botol air mineral plastik terutama yang telah dibuang tempelan merk
minuman ringan, kaleng larutan, penyegar, dan barang-barang lain yang
sejenis.
Untuk bungkus kopi, bungkus minuman ringan, bungkus mie instan dll. Tidak
dihargai di bank sampah manapun, maka sebagai wujud apresiasi untuk warga
yang tidak membuang sampah sebarangan terutama dikali, diberikan penghargaan
berupa sistem penukaran kupon misalnya 100 bungkus kopi, akan dapat kupon
yang dapat ditukarkan dengan dompet, 400 bungkus indomie akan mendapatkan
kupon yang dapat ditukar dengan tas, 60 bungkus kemasan isi ulang ukuran 500
ml dan sejenisnya akan mendapatkan kupon yang dapat ditukar dengan 1 tempat
laptop.53
53 Catatan peneliti yang bersumber dari Brosur Komunitas Bank Sampah Berlian
49
Bagi masyarakat yang berminat dalam pelatihan produk daur ulang, akan dapat
pendapingan dari Yayasan Tirta Lestari dalam bentuk komunitas dengan jumlah
minimal 10 peserta denga setiap peserta membawa sampah bungkus kopi masing-
masing guna di daur ulang di tempat pelatihan sekolah komunitas yang diadakan
oleh Yayasan Tirta Lestari.
5. Rencana Pengawasan dan Montoring Evaluasi
Sesuai tujuan pendirian Pos Pemilahan Sampah (PPS) antara lain
a. Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih
b. Mengurangi jumlah sampah ke TPA
c. Mengubah Prilaku dan kebiasaan masyarakat dalam mengelolah
sampahnya sendiri
d. Mendidik masyarakat peduli lingkungan dan berorganisasi
e. Meningkatkan kreatifitas
f. Memberikan keuntungan bagi pengasil dan nasabah Bank Sampah Berlian
Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi dalam Pos Pemilahan Sampah (PPS)
adalah dengan membuat sistem dan mekanisme melalui buku besar dan buku kecil
yang biasa disebut sebagai buku nasabah.54
6. Desain Laporan Keuangan
Laporan PPS didesain dengan dua mekanisme, yaitu laporan buku kecil
yang dimiliki oleh nasabah PPS dan laporan buku besar yang dimiliki oleh
pengurus PPS, setiap penyetoran dan penimbangan harus dicatat dalam dua
laporan tersebut sebagai bahan kompilasi laporan Pos Pemilahan Sampah, untuk
54 Catatan Peneliti yang bersumber dari Brosur Komunitas Bank Sampah Berlian
50
kedua laporan tadi memuat nama, alamat tempat tinggal, jenis barang berat, harga
per kilo dan jumlah.55
7. Perjanjian Kerjasama PPS
Perjanjian kerjasama bebas dilakukan oleh PPS dengan berbagai pihak.
Namun pada awal berdiri dan pembentukan PPS tingkat RT harus dibarengi
dengan penentuan lokasi dan melalui Surat Keputusan dari RT bersangkutan.
Kemudian ketua RT membuat Surat Kesepakatan Bersama dengan pemilik lahan
terkait izin penggunaan lahan untuk kegiatan PPS
Pada awalnya PPS baru bisa melakukan kerjasama dengan bank sampah untuk
mekanisme penyetoran, pengangkutan, dan pembayaran yang akan dilakukan oleh
bank sampah pada PPS sesuai dengan kesepakatan bersama dan atau harga yang
berlaku pada saat itu. 56
55 Catatan peneliti yang bersumber dari Brosur Komunitas Bank Sampah Berlian 56 Catatan peneliti yang bersumber dari Brosur Komunitas Bank Sampah Berlian
51
8. Struktur Organisasi Bank Sampah Berlian
52
B. Gambaran Umum Kelurahan Lenteng Agung
Letak Geografis Kelurahan Lenteng Agung
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah bahwa Kelurahan merupakan wilayah kerja
Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dan Kotamadya dalam melaksanakan
Pelayanan di Wilayahnya.
Pengertian diatas berarti bahwa kelurahan tidak lagi merupakan wilayah
administrasi pemerintahan tetapi sudah menjadi perangkat daerah yang tugas dan
fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat di wilayahnya dengan
diberikan dengan keweenangan yang diatur dengan peraturan perundangan.
Untuk kelurahan di Provinsi di DKI Jakarta telah diberikan kewenangan
yang diatur dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 40 Tahun
2002 Tentang Organisasi dan Tata Kelola Pemerintahan Kelurahan di Provinsi
DKI Jakarta.
Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah dari enam kelurahan yang
terdapat di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam wilayah Kota Administrasi
Jakarta Selatan. Pada mulanya luas Lenteng Agung adalah +/-96 hektar yang
menjadi 4 blok (sekarang Rukun Warga). Adapun pembatasanya sebagai
berikut.57
Sebelah utara : Jalan Jambu
57 Catatan Peneliti yang Besumber dari Profil Kelurahan Lenteng Agung.
53
Sebelah barat : Kali bata
Sebelah timur : Kali Ciliwung
Sebelah selatan : Gang Jalan Haji Nase
Namun saat ini, berdasarkan keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor : 1251
Tahun 1986 tanggal 03 Juni 1986 dan SK Gubernur KDKI Jakarta Nomor : 1815
Tahun 1988 Wilayah Kelurahan Lenteng Agung dengan batas-batas:
Sebelah Utara : Kelurahan Kebagusan dan Tanjung Barat
Sebelah Timur : Kali Ciliwung dan Kelurahan Tanjung Barat
Sebelah Selatan : Kelurahan Srengseng SawahSebelah Barat : Kelurahan
Jagakarsa, Kelurahan Srengseeng Sawah dan Kelurahan Kebagusan
Jauh melewati luas Lenteng Agung sebelumnya, luas wilayah Lenteng
Agung sebelumnya luas Kelurahan Lenteng Agung saat ini adalah 227,74 Ha
yang terbagi dalam 10 Rukun Warga (RW) dan 114 Rukun Tetangga (RT),dengan
jumlah kepala keluarga 11.385 KK, adapun penduduk sampai dengan akhir tahun
2012 tercatat sebanyak 55.095 jiwa terdiri dari Warga Negara Indonesia (WNI)
sebanyak 29.625 laki-laki dan 25.470 perempuan.58
Dari hasil tinjauan peneliti di Kelurahan Lenteng Agung bahwa Kelurahan
Lenteng Agung memiliki kontur tanah yang tidak merata. Ada yang yang berada
didataran tinggi dari permukaan kali, ada yang lebih pendek dari permukaan kali.
Hal ini menyebabkan wilayah lenteng Agung terkadang ketika hujan deras sering
mengalami ke banjiran, itu disebabkan kali Ciliwung meluap, ditambah dengan
58 Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Laporan Tahunan 2013, Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, h. 2
54
jarangnya daerah resapan tanah yang semakin hari semakin berkurang. Wilayah
Kelurahan Lenteng Agung yang semakin tahun semakin padat menyebabkan
wilayah ini mempunyai masalah pengolahan-pengolahan sampah yang kurang
baik, oleh karena itu Kelurahan Lenteng Agung memerlukan gerakan-gerakan
yang bergerak didalam penghijauan lingkungan.
55
BAB IV
ANALISIS TEMUAN HASIL LAPANGAN
Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah
merupakan salah satu kegiatan masyarakat yang sangat berguna, dalam
mengakomodir dan memberdayakan ibu ibu sekitar Kelurahan Lenteng Agung
terutama ibu-ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah ini, bertujuan
untuk meminimalisir barang barang yang sudah tidak terpakai ( sampah) menjadi
barang yang berguna dan memilki nilai ekonomi. Kelompok yang menjadi sasaran
dalam kegiatan ini adalah, perempuan sekitar kelurahan Lenteng Agung.
Kelompok tersebut diajarkan dalam mengelola dan mengembangkan sisa-sisa
sampah dirumah mereka sendiri menjadi barang yang berguna dan bermanfaat
dalam kehidupanya sehari-hari.
Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah
dilaksanakan untuk memberikan edukasi dan pemahaman kepada anggotanya
dalam pengolahan sampah yang baik dan benar. Diharapkan masyarakat yang
sudah menjadi anggota nasabah mendapatkan dampak positif dari kegiatan ini.
Kegiatan ini sudah berjalan semenjak tahun 2015, yang disebabkan dari masalah-
masalah yang terjadi akibat pengolahan sampah yang kurang baik. Kegiatan ini
cukup berhasil memberdayakan kurang lebih 109 warga sekitar yang kebanyakan
berasal dari kaum perempuan.
56
A. Proses Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Daur
Ulang Sampah di Bank Sampah Berlian Kelurahan Lenteng Agung
Bank Sampah Berlian terletak di RT.12 RW.04 Kelurahan Lenteng Agung
Jakarta Selatan. Bank Sampah Berlian didirikan oleh masyarakat sekitar melalui
musyawarah bersama Lurah Lenteng Agung dalam rangka meminimalisir banjir
yang disebabkan oleh tersumbatnya kali/sungai sekitar Keluranhan Lenteng
Agung. Bank Sampah Berlian mencanangkan program/kegiatan penimbangan,
kegiatan 3R, Pelatiahan 3R, dan sosialisasi. Bermodal awal Rp 300.000 dari
swadaya masyarakat dan dibantu oleh Lurah setempat Bank Sampah Berlian
terbentuk. Uang Rp.300.000 tersebut dibelikan keperluan peralatan seperti,
membeli buku, seng untuk penutup atap sekret, kayu dll. Kegiatan daur ulang
sampah merupakan salah satu bentuk pemberdayaan yang dilakukan melalui
kegiatan daur ulang sampah untuk membantu dan meningkatkan ekonomi nasabah
bank sampah berlian.59 Hal ini dijlaskan oleh Ketua Bank sampah berlian dalam
wawancara bersama dengan peneliti, berikut pernyataanya:
“bagi saya sih, kegiatan pemberdayaan melalui kegiatan daur ulang sampah ini, hal yang bagus mas, bagus buat kelestarian lingkungan, bagus buat penambahan pendapatan, bagus buat warga yang mempunyai keterampilan membuat kerajinan yang gak punya wadah buat menyalurkan bakatnya, dan bagus buat ajang silaturahmi bagi nasabah selain itu kegistsn ini juga diharapkan bisa merubah pola pikir masyarakat mengenai sampah, sampah itu bisa memiliki kegunaan dan bisa juga bernilai ekonomi ”60
59 Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian 22 April 2017 60 Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian 22 April 2017
57
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Dian bahwa kegiatan pemberdayaan
masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah yang menyasar kepada warga
sekitar. Sesuai dengan wawancara tersebut peneliti beranggapan bahwa
pemberdayaan yang dilakukan oleh bank sampah berlian Kelurahan Lenteng
Agung bertujuan untuk penambahan pendapatan nasabah dan penyaluran bakat
keterampilan dalam membuat kerajinan. Pelaksanaan tersebut sesuai dengan teori
pemberdayaan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai
tujuan, maka pemberdayaan merujuk kepada keadaan atau hasil yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial.61
Peneliti mengintervensi bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh bank
sampah berlian kedalam 7 (tujuh) tahapan pemberdayaan, tujuh tahapan
pemberdayaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
a. Tahapan Persiapan ( Engagement)
Engagement adalah proses yang dilakukan dalam tahap pemberdayaan
yang berbentuk beberapa tahap persiapan yaitu : tahap persiapan petugas dan
tahap persiapan lapangan.
Pada tahap persiapan petugas ini diperlukan untuk menyamakan persepsi
mengenai konsep yang akan dilaksanakan dalam program pemberdayaan
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesamaan persepsi. Dalam
persiapan petugas, Ibu Dian memaparkan seperti berikut :
61 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesjahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial ( Bandung : PT Refika Aditama, 2005), h. 60
58
“awal interaksi nya mas lewat sosialisasi kepada warga, saya bersama ibu Nurhasimi melakukan sosialisasi kegiatan ini tuh pertamanya melalui kegiatan PKK mas, kan dikegiatan PKK itu banyak ibu ibu pada ngumpul yah di momen itu lah kita manfaatin mensosialisakn kegiatan bank sampah berlian. Supaya masyarakat tahu manfaat kegiatan ini, nah kebetulan waktu itu Yayasan Tirta Lestari lagi mengadakan penyuluhan juga mengenai air bersih jadi kita sejalan dengan Yayasan Tirta Lestari melakukan pendekatan kepada masyarakat di acara itu, ”62
Sesuai dengan pernyataan pihak bank sampah berlian, tahap awal dari
pemberdayaan adalah sosialisasi perkenalan bank sampah berlian. Sosialisasi ini
bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang bank sampah berlian sekaligus
melakukan pendekatan kepada masyarakat. Hal ini juga dipertegas oleh Ibu
Nurhasimi dalam pernyataanya sebagai berikut.
“ awal kegiatan bank sampah ini dikenal ketika ada sosilaisasi air bersih mas dari Yayasan Tirta Lestari, nah untuk pembuatan program kegiatan pas ada kegiatan PKK, dibentuklah badan pengurus dan lokasi yang akan dijadikan sekretariat bank sampah berlian.63
Dari pernyataan tersebut peneliti menemukan bahwa dalam tahap awal
pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah di bank sampah
berlian adalah dengan menggunakan metode sosialisasi. Sosialisasi digunakan
untuk mengenalkan Bank Sampah Berlian kepada masyarakat. Sosialisasi yang
dilakukan oleh Bank Sampah Berlian melalui kegiatan PKK dan petugas karang
taruna setempat. Peneliti menemukan ada dua tujuan dalam sosialisasi yang di
adakan oleh bank sampah berlian. Pertama bank sampah berlian bersosialisasi
untuk mengenalkan manfaat kegiatan bank sampah berlian kepada masyarakat,
dan kedua bank sampah berlian bersama Yayasan Tirta Lestari menyamakan
62 Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian pada tanggal 22 April 2017 63 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasimi pada tanggal 23 Mei 2017
59
persepsi dengan masyarakat. Tahapan pemberdayaan yang dilakukan oleh bank
sampah berlian sebagaimana pernyataan Ibu Dian dalam wawancara bersama
dengan peneliti, sesuai dengan tahapan yang dijelaskan oleh Isbandi Rukminto
dalam tahapan awal pemberdayaan masyarkat ialah berupa tahapan persiapan,
tahapan persiapan atau engagement ialah tahapan yang berupa penyamaan
persepsi antara petugas dan masyarakat.64
b. Tahap Assesment
Tahap Assesment, yakni tahap pengkajian yang dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang dirasakan kelompok sasaran sehingga
menentukan apa kebutuhan yang mereka rasakan (felt needs) dan juga apa
sumber daya yang mereka miliki. Dalam tahap ini peneliti pengambil pernyataan
wawancara peneliti bersama Ibu Dian sebagai berikut :
“Karena masalah-masalah yang tadi mas, masyarakatnya sering buang sampah sembarangan buangnya dikali, sehingga timbul masalah banjir, nah dari sampah yang numpuk dikali nimbul lagi masalah baru kayak penyakit DBD setidaknya ssetiap musim ujan tuh ada aja 1 atau 2 orang warga yang terjangkit DBD mas, eh pas diselidikin ternyata dirumahnya banyak jentik nyamuk, terus menimbulkan bau gak sedap juga, terus lebih-lebih masih banyak rumah warga yang gak punya MCK yang baik, makanya kami rasa disini itu paling ideal ngediriin bank sampah, diliat dari potensinya, disini banyak sampah yang dibuang sembarangan, terus banyak ibu-ibu yang pekerjaannya Cuma ibu rumah tangga, dari masalah tersebut mas saya rasa cocok buat mendirikan bank sampah.”65
64 Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan)(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 206 65 Wawancara Pribadi dengan ibu Dian pada tanggal 22 April 2017
60
Berdasarkan wawancara diatas, peneliti mendapatkan informasi
sebelumnya Ibu Dian selaku ketua Bank Sampah Berlian menyadari bahwa
lingkungan rumahnya memerlukan perubahan, beberapa permasalahan timbul dari
kurang baiknya pengolahan sampah di RW 04 Kelurahan Lenteng Agung,
masalah-masalah yang timbul akibat pengolahan sampah yang kurang baik yaitu
banjir yang terjadi setiap musim penghujan, timbulnya wabah demam berdarah,
setidaknya ada sekitar 1 atau 2 orang yang terjangkit Demam Berdarah. Ibu Dian
menyadari permasalahan dan mengidentfikasi masalah dengan melihat dan
mengamati apa yang terjadi di lingkunganya.
Dengan pernyataan diatas, peneliti beranggapan bahwa Ibu Dian telah
melakukan tahapan identifikasi masalah terhadap lingkunganya. Ibu Dian
menyadari bahwa lingkungan sekitar rumahnya memerlukan perubahan, maka ibu
Dian memutuskan untuk membuat suatu komunitas yang mampu meminimalisir
jumlah sampah yang ada di RW 04 Kelurahan Lenteng Agung. Identifikasi yang
dilakukan oleh Ibu Dian sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Isbandi
Rukminto dalam tahapan pemberdayaan yaitu pengidentifikasian masalah. Tahap
pengidentifikasian ini dapat dilakukan oleh orang atau kelompok masyarakat yang
mampu mengetahui keadaan lingkunganya dan sadar akan kebutuhan yang
diperlukan didalam lingkungan tersebut.66
66 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran DalamPembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002). h. 20
61
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program
Penyusunan alternatif program yang tepat, dengan mempertimbangkan
sumber daya yang ada, dapat dipikirkan solusi dari masalah yang dihadapi. Dalam
proses ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang membantu masyarakat
berdiskusi dan memberikan program dan kegiatan apa saja yang tepat
dilaksanakan pada saat itu.
“untuk meningkatkan keyakinan masyarakat supaya mau mengikuti kegiatan ini, kita melakukan pendekatan dan memberikan edukasi mas, soalnya mereka yang kurang menanggapi itu kan karena tidak tau tujuan dan fungsi kegiatan ini mas. Nah pendekatan itu melalui kegiatan ibu-ibu PKK soalnya disini ibu-ibu banyak yang ngumpul ketika ada kegiatan PKK mas, selain itu kita juga minta tolong sama warga yang sudah bergabung supaya memberikan sosialisasi dan edukasi dari mulut ke mulut, nah dari kejadian tersebut cepat atau lambat banyak masyarakat yang ikut berpatisipasi. ”67
Dari penjelasan Ibu Dian diatas, untuk meningkatkan keyakinan
masyarakat terhadap Bank Sampah Berlian. Bank Sampah Berlian menggunakan
sebuah pendekatan melalui kegiatan PKK dalam memberikan edukasi terhadap
masyarakat yang kurang menanggapi kegiatan Bank Sampah Berlian ini
dikarenakan tidak mengetahui fungsi dan tujuan kegiatan ini diadakan. Selain
perencanaan alternatif lain yang dilakukan oleh Bank Sampah Berlian yaitu
dengan cara meminta bantuan warga yang sudah bergabung dengan Bank Sampah
Berlian agar mau mensosialisasikan kegiatan ini terhadap warga yang belum
bergabung. Selain dengan cara mengadakan sosialiasi melalui kegiatan PKK.
Bank Sampah Berlian juga melakukan pendekatan melalui kegiatan warga seperti
67 Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian 22 Mei 2017
62
mengadakan sosialisasi di acara pengajian hal ini di tegaskan dalam pernyataan
Ibu Nurhasimi sebagai berikut :
“untuk meningkatkan jumlah partisipasi masyarakat kita adain sosialisasi melalui kegiatan pengajian mas, dari pengajian kita ajak ibu ibu untuk ikut berperan dalam kegiatan ini.”68
Dari kegiatan tersebut, peneliti menemukan tidak ada unsur diskusi atau
pertimbangan solusi antara petugas Bank Sampah Berlian dengan masyarakat
tidak sesuai dengan yang dikatakan Isbandi Rukminto dalam tahap pemberdayaan
perencanaan alternatif program yang menyatakan bahwa dalam proses ini petugas
bertindak sebagai fasilatator yang membantu masyarakat berdiskusi dalam
memikirkan program dan kegiatan apa saja yang dilaksanakan pada saat itu.69
d. Tahap Formulasi Rencana Aksi
Tahap formulasi rencana aksi yaitu menuangkan gagasan yang telah
dirumuskan dalam tahap perencanaan alternatif program kedalam pernyataan
kegiatan ( proposal) secara tertulis.
“untuk tahap perencanan, kita membuat kesepakatan bersama antara pengurus bank sampah berlian dengan nasabah. Kesepakatan ini di dilakukan dalam kegiatan musyawarah dengan nasabah, dilakukan setiap awal tahun, kegiatan ini bertujuan untuk menampung ide-ide misalnya kalo ada warga yang punya ide kreatif dalam membuat produk dari kerajinan, merencanakan kegiatan baru dalam bank sampah berlian ini, dan hasil dari musyawarah ini, kita tulis supaya gak lupa. hehehe.”70 Sesuai wawancara dengan Ibu Dian, bank sampah berlian melakukan tahap
perencanaan dengan cara membuat kesepakatan bersama melalui musyawarah
68 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurhasimi 23 Mei 2017 69 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: FE UI, 2002), h. 206. 70 Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian 22 Mei 2017
63
dengan nasabah, musyawarah dilakukan pada awal tahun, yan bertujuan untuk
menampung aspirasi warga dan nasabah Bank Sampah Berlian. Dari wawancara
dengan Ibu Dian Peneliti menemukan bahwa Bank Sampah Berlian melakukan
tahap pemberdayaan yang berbentuk perencanaan program/kegiatan, perencanaan
program dilakukan dengan cara bermusyawarah yang dilakukan oleh Bank
Sampah Berlian sesuai dengan pemberdayaan yang dijelaskan oleh Isbandi
Rukminto bahwa tahapan perencanaan program dapat dilakukan dengan cara
menuangkan gagasan.71
e. Tahapan Pelaksanaan Program
Beberapa tahapan yang dilakukan komunitas bank sampah Berlian sebagai
berikut:
1. Pada hari pertama tim komunitas bank sampah berlian dibantu oleh Yayasan
Tirta Lestari melakukan perkenalan contoh kreasi dari limbah yang telah
berhasil mengubah barang yang tidak layak pakai menjadi benda yang
bernilai ekonomis.
2. Di hari kedua tim dari komunitas bank sampah berlian memberikan
bimbingan teknik pembuatan kerajinan kepada masyarakat dan para nasabah
yang ikut serta dalam rangkaian kegiatan ini. Contoh teknik yang diberikan
oleh bank sampah berlian yaitu teknik pelatihan daur ulang dari koran bekas
sebagai berikut:
71 Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerja Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan)(Jakarta” PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.206
64
TATA CARA PEMBUATAN DAUR ULANG DARI KERTAS KORAN BEKAS
I. Alat dan Bahan 1. Koran Bekas
2. Lidi
3. Gunting
4. Spidol papan tulis
5. Lem Fox
6. Lem Tembak
7. Glue stick untuk lem tembak
8. Palu
65
II. Cara Pembuatan I.
1. Lembar halaman koran digunting horizontal menjadi 4 bagian yang sama Seperti gambar dibawah ini
2. Lilit potongan koran pada lidi dan setelah selesai, lem ujung koran Kemudian lidi di tarik sehingga menjadi lintingan koran seperti gambar disamping
3. Dari lintingan koran tersebut kemudian ditekan menggunakan gunting agar lintingan koran menjadi pipih atau gepeng seperti gambar dibawah ini
66
4. Sebanyak dua buah gepengan koran yang sudah ditekan kemudian dilingkarkan pada spidol dan direkatkan menggunakan lem fox sehingga menjadi seperti gambar disamping
5. Lingkaran koran kemudian dipukul
67
7. Lintingan koran yang pipih dimasukkan ke dalam roda untuk menjadi pengikat dan ditempelkan menggunakan lem tembak seperti gambar dibawah ini
6. Lingkaran koran dibentuk segi lima kemudian di lem
68
Lintingan koran yang berbentuk pipih dilingkarkan menggunakan lem tembak di 7
roda koran yang sudah dirangkai, lintingan koran pipih dilingkarkan sebanyak 5
putaran sehingga menjadi seperti gambar
9. Lintingan koran yang berbentuk pipih dilingkarkan menggunakan lem tembak di roda koran tingkat 1, lintingan koran pipih dilingkarkan sebanyak 4 putaran
8. Setelah membuat alas dilanjutkan membuat tingkatan dengan cara menempelkan roda koran menggunakan lem tembak di sisi samping dan bawah roda sehingga menjadi seperti gambar dibawah ini
69
Untuk membuat kaitan cincin di tingkat 1 dibuat secara horizontal (ke
samping) dengan setiap roda dikaitkan cincin secara ke samping
Membuat cincin kaitan antar tingkat : dikaitkan ke pembatas tingkat secara
vertikal (ke bawah), jarak antar cincin yang dipasang vertikal sekitar 1-3 roda atau
tidak setiap roda dikaitkan cincin ke arah bawah (vertikal).
Hasil rangkaian sebanyak 2 tingkat
Dapat dilakukan pengulangan dengan cara yang sama pada langkah selanjutnya untuk membuat tingkatan ke 2 sampai 4
70
Setelah selesai merangkai alas dan rangkaian sebanyak 4 tingkat
selanjutnya adalah pemberian lem fox dengan menggunakan kuas.
Dioleskan secara merata ke seluruh koran yang sudah dirangkai,
Setelah dioleskan lem dijemur agar lem kering.
3. Hari ketiga dan keempat merupakan tahap pembuatan kerajinan dari daur
ulang sampah berupa tas, vas bunga, tempat sepatu, yang semuanya
diproduksi sendiri oleh tangan peserta pemberdayaan di bank sampah berlian.
4. Hari kelima merupakan tahapan finishing, tahapan finishing ini juga
dikerjakan oleh para peserta pemberdayaan berupa pengecatan dan pemberian
warna terhadap kerajinan yang telah dibuat. Hasil pembuatan kerajinan ini
dipasarkan oleh Yayasan Tirta Lestari melalui workshop dan pameran
UMKM yang diadakan kementerian lingkungan hidup dan kementerian
UMKM.
Itulah beberapa tahapan pelatihan dalam membuat kerajinan dari daur
ulang sampah yang diajarkan bank dampah berlian terhadap para nasabah,
adapun beberapa kerajinan yang di produksi oleh bank sampah berlian yaitu,
Dompet, tas laptop, tempat sepatu, vas bunga, keranjang buah, yang semuanya
adalah hasil dari proses daur ulang sampah. Semua hasil kerajinan Bank Sampah
Berlian dibantu dipasarkan oleh Bank Sampah Berlian, dan terkadang
Kementerian UKM juga membantu dalam memasarkan hasil produk bank sampah
berlian dengan mengadakan pameran di Gedung Semsco, Jl. Gatot Subroto,
Jakarta Selatan.
71
Tahapan pelaksanaan program adalah salah satu tahapan paling penting
dalam proses pengembangan masyarakat, keberhasilan dan tahap ini bergantung
pada kerja sama yang baik antara change agent dengan warga masyarakat serta
tokoh nasyarakat setenpat. Sesuai dengan pernyataan Ibu Dian selaku ketua Bank
Sampah Berlian:
“kendalanya banyak mas, terkadang yang ikut kegiatanya dikit, angot-angotan mas, masih sulitnya produk hasil buatan bank sampah berlian untuk dipasarkan, terus kadang kadang uang hasil pengumpulan sampah lama cairnya, kan kita nunggu pengepulnya mas, nah pengepulnya juga nunggu borongan buat ngejualnya, Sehingga terkadang produk kita lama terjual. Nah kalo udah begitu kita siasati dengan komunikasi dengan kelompok nasabah dan nasabah pun cukup mengerti .”72
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Dian, peneliti menemukan bahwa
dalam pelaksanaan Kegiatan Bank Sampah Berlian banyak kendala yang
membuat proses pelaksaan terhambat seperti kurang partisipatifnya warga sekitar,
sehingga warga yang mengikuti kegiatan ini itu-itu saja. Hal ini juga di jelaskan
oleh Ibu Hikmah selaku Pelaksana pembimbing Kegiatan Bank sampah berlian
dari Yayasan Tirta Lestari mitra kerja Bank Sampah Berlian.
“hambatanya yah kurang sumber daya manusia nya mas, terkadang yang ikut kegiatan ini, yah orangnya itu itu aja 15 orang yang sering ikut, seperti Ibu Dian, Ibu Nurhasimi, Ibu Sutiah, Ibu Yuyun, Ibu Ami, Ibu Dasikem, Ibu Yanti, Ibu Ida Ningsing, Ibu Maryati, Ibu Sri Rezeki, dll saya lupa nama-namanya mas..”73
Sesuai dengan wawancara dengan Ibu Dian dan Ibu Hikmah kendala
utama yang dihadapi dalam melaksanakan program kegiatan daur ulang sampah
yaitu partisipasi warga, namun Bank Sampah Berlian mengatasi hambatan itu
dengan cara berkomunikasi dengan nasabah sehingga permasalahan yang terjadi
72 Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian 22 Mei 2017 73 Wawancara Pribadi dengan Ibu Hikmah Annisa 24 Mei 2017
72
bisa teratasi oleh Bank Sampah Berlian. Sesuai dengan yang dikatakan Edi
Suharto bahwa pendamping masyarakat harus mempunyai fungsi pendamping
salah satunya ialah fungsi pendukungan (supporting), fungsi pendamping ini
melakukan tugas dengan cara melakukan analisis sosial, mengelola dinamika
kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi serta mengatur sumber
daya.74
f. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Tahap Monitoring dan Evaluasi. Monitoring adalah proses pengumpulan
informasi mengenai apa yang sbenarnya terjadi selama proses implementasi atau
penerapan program dengan cara memantau program yang sedang berjalan.75
Sedangkan evaluasi adalah proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga. Kegiatan monotiring dan evaluasi dijalaskan
oleh Ibu Dian sebagai berikut:
“ada mas, kita monitoring selama berjalanya kegiatan mas, sekitar bulan maret atau juni, sedangkan evaluasi nya kita setiap menjelang lebaran, kan setiap menjelang lebaran banyak nasabah yang pulang kampung”.76
Dari pernyataan Ibu Dian monitoring dilakukan selama kegiatan Bank
Sampah berlangsung. Sedangkan untuk evaluasi dilakukan sebelum menjelang
Idul Fitri dikarenakan banyak nasabah yang pulang kekampungnya masing-
masing. Tahapan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahu perkembangan
74 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: FE UI, 2002), h. 206. 75 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdakan Rakya, h. 119 76 Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian 22 Mei 2017
73
pemberdayaan yang dilakukan oleh Bank Sampah Berlian. Hal ini sesuai dengan
fungsi monitoring dan evaluasi yaitu sebagai akan terbentuk suatu sistem dalam
komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka
waktu panjang akan dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih
“mandiri” dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.77
g. Tahap Terminasi
Tahap terminasi adalah tahap “ pemutusan” atau pemberhentian program.
Idealnya tahap ini dilakukan apabila masyarakat atau komunitas sasaran sudah
berdaya.
“kalo pemutusan hubungan sih gak ada mas tapi begitu aja mas, kalo ada nasabah yang keluar, pindah, meninggal nah baru kita berhenti mengikutsertakan dia dalam kegiatan bank sampah ini”78
Sesuai dengan pernyataan Ibu Dian, Bank Sampah Berlian tidak
melakukan upaya terminasi, nasabah yang meninggal, keluar keinginanya sendiri,
berpindah rumah, akan diberhentikan dalam kegiatan bank sampah berlian.
Terminasi yang dilakukan oleh Bank Sampah Berlian sesuai dengan yang
dikatakan oleh Isbandi Rukminto bahwa terminasi dapat dilakukan dengan
beberapa sebabm pertama telah mandiri, atau penerima program dan kedua ada
alasan yang membuat hubungan antara pekerja sosial dengan klien dengan sebab
selesainya kontrak, klien pergi tidak jelas keteranganya, dan lain sebagainya. 79
77 Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan)(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 206 78 Wawancara pribadi dengan Ibu Dian, pada tanggal 22 Mei 2017 79 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: FE UI, 2002), h. 206.
74
2. Strategi Intervensi yang dilakukan oleh Bank Sampah Berlian Kelurahan
Lenteng Agung
Intervensi Mikro
Intervensi Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, strees management, crisis intervention. Tujuan
utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas
kehidupanya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada
Tugas (Task centered approach).80
“pemberdayaan yang dilkukan bank sampah berlian yaitu melalui kegiatan penimbangan barang bekas yang udah gak terpakai, misalnya botol, plastik, besi, logam, dan lain sebagainya, semuanya dikumpulkan sama nasabahnya per orang mas, nanti ditimbang, terus dibayar sesuai berat sampah yang udah ditimbang, kita juga ada pelatihan kerajinan dari daur ulang sampah”81
“nasabah juga ditugaskan membuat kerajianan yang telah diajarkan oleh bank sampah berlian supaya nasabah bisa mandiri dalam membuat kerajinan dari daur ulang sampah”.82
Sesuai dengan pernyataan Ibu Dian pendekatan pemberdayaan yang Bank
Sampah Berlian melalui individual. Nasabah dilatih untuk memanajemenkan
sampah yang dikumpulkan per individual. Dari pernyataan tersebut peneliti
menemukan bahwa pemberdayaan melalui kegiatan daur ulang sampah dilakukan
dengan metode intervensi mikro. Intervensi Mikro adalah pemberdayaan
dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan.
80Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005),, h.66 81 Wawancara dengan Ibu Dian, 22 Mei 2017 82 Wawancara dengan Ibu Dian, 22 Mei 2017
75
B. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat RT 12 RW 04 Kelurahan Lenteng
Agung setelah dilakukan kegiatan daur ulang sampah di Bank Sampah
Berlian Kelurahan Lenteng Agung
Berdasarkan hasil penemuan peneliti bahwa ada beberapa manfaat yang
diterima beberapa anggota bank sampah berlian setelah mengikuti pemberdayaan
melalui kegiatan daur ulang sampah yang dilakukan oleh komunitas bank sampah
berlian, yakni:
1. Anggota komunitas mendapatkan penghasilan tambahan
Tidak bisa dipungkiri kegiatan daur ulang sampah ini selain meminimalisir
sampah yang ada disekitar Kelurahan Lenteng Agung, juga membuat pendapatan
nasabah yang mengikuti kegiatan bank sampah ini bertambah.
“manfaat buat keluarga saya sih pendapatan bertambah mas, lumayanlah buat nambah nambah jajan anak, terus kalo buat saya sendiri yah begitu mas, lumayan buat beli bumbu dapur.”83
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu Ami, Ibu Ami merasa bahwa
pendapatanya bertambah dengan mengikuti kegiatan ini, sehingga dapat
membantu dalam memenuhi keperluan dapur dan menambah uang saku anak.
Selain itu nasabah bank sampah berlian juga mendapatkan penghasilan tambahan
dari membuat kerajinan dari daur ulang sampah, hal ini disampaikan oleh Ibu Ami
sebagai berikut:
83 Wawancara Pribadi Dengan Ibu Ami pada Selasa 27 Mei 2017
76
“kalo penghasilannya kira kira bisa dapet 60 rb sampe 80 rb mas tergantung nyetor samphanya mas terus kalo produk kerajinan kita kejual bisa bertambah sekitar 20 sampe 50 rb, itu juga tergantung sama produk apa yang terjual, waktu itu saya juga pernah produk saya kejual, saya bikin produk dompet nah kejual sampe 30 rb yah lumayan lah buat nambah-nambah beli isi dapur, dari pada itu sampah kebuang begitu aja.”84
Berdasarkan wawancara diatas bahwa penghasilan Ibu Ami dalam
mengikuti kegiatan ini sekitar Rp 60.000 atau Rp.80.000 itu tergantung dengan
jumlah sampah yang disetor. Penghasilan Ibu Ami dalam mengikuti kegiatan ini
akan bertambah apabila produk kerajinan yang dibuat laku terjual.
Adanya bank sampah membuat masyarakat melaksanakan pola hidup
bersih dengan memilh sampah organik dan non-organik, sehingga terbebas bakteri
yang menimbulkn penyakit selain memilah sampah bank sampah jugha membuat
masyarakat yang terampil dalam membuat kerajinan tangan mempunyai waadah
atau media dalam menyalurkan ketermpilanya. Bungkus kopi, minuman saset,
bungkus rinso, disulap menjadi barng-barang yang mempunyai nilai ekonomis,
hasilny cukup bervariatif ada yang dijadikn tas, dompet, tempat sepatu vas bunga.
Saat ini masyarakat yang sudah menjadi anggota/nasabah di bank sampah
berlian kelurahan Lenteng Agung berjumlah 112 orang rata-rata penghasilan
dalam mengikuti kegiatan bank sampah di buat dalam bentuk kelompok yaitu
Kelompok 1 : Rp. 200.00-Rp100.000, kelompok 2 : 99.000-50.000 kelompok 3 :
49.000 -5000.
84 Wawancara pribadi dengan Ibu Ami pada tanggal 27 Mei 2017
77
Tabel 3 Data nasabah sesuai dengan pendapatan per-bulan
K1 K2 K3
4 nasabah 37 nasabah 71 nasbah
Sumber data laporan bank sampah berlian tahun 2016
Pada tabael diatas bisa dilihat bahwa penghasilan setiap nasabah di bank
sampah berlian berada di kelompok 3, menurut informasi yang peneliti dapat,
penyebab banyaknya nasabah yang berpenghasilan Rp.50.000 kebawah
dikarenakan kebnykn dari nasabah pegawai. Karyawan swasta, dan hanya
menjadikan bank sampah berlian sebagai penghasilan tambahan saja.
2. Meminimalisir banjir dan wabah penyakit demam berdarah dan
cikungunya.
Musibah banjir dan wabah penyakit Cikungunya dan Demam Berdarah
disebabkan oleh kurang baiknya saluran air yang ada. Disekitaran RT 12 RW 04
Kelurahan Lenteng Agung terdapat saluran air, namun saluran air yang ada tidak
berfungsi dikarenakan telah menumpuknya sampah plastik hasil dari penbuangan
warga sekitar. Jika musim penghujan air dari saluran air tersebut akan meluap
dikarena saluran air tesebut tersumbat oleh sampah dan menimbulkan banjir. Oleh
karena itu kegiatan ini bermanfaat dalam meminimalisir banjir dan wabah
penyakit yang timbul setelah banjir, hal ini dijelaskan oleh Ibu Ami sebagai
berikut:
“rumah saya banjir mas akibat sampah yang dibuang asal asalan dikali, sekarang udah jarang banjir, dulu juga sering terjadi warga sering terjangkit
78
DBD dan cikungunya sekarang udah jarang juga malah alhamdulilah warga sini udah gak pernah terjangkit DBD , dan cikungunya”85
Menurut wawancara diatas, Ibu Ami menceritakan bahwa sebelum ada
kegiatan daur ulang sampah ini, rumah Ibu Ami sering mengalami banjir dan
warga sekitaar sering terjangkit wabah DBD dan Cikunngunya. Setelah kegiatan
ini dilaksanakan banjir yang sering melanda, wabah DBD dan Cikungunya
berkurang.
3. Anggota komunitas bank sampah berlian mendapatkan pelatihan dalam
membuat kerajinan dari sampah.
Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk melatih nasabah dalam
mengelola sampah yang baik dan benar, sehingga nasabah yang tergabung dalam
kegiatan ini tidak lagi membuang sampahnya ke sembarang tempat. Hal ini
dijelaskan oleh Ibu Yuyun sebagai berikut:
“manfaat lain apa yah? Oh manfaat lainya yah saya jadi tau mas cara cara bikin kerajinan dari sampah soalnya kan kita diajarin membuat kerajinan yang berbahan baku dari sampah, misalnya saya di ajarin bikin dompet, tas, vas bunga dari sampah mas.”86
Sesuai wawancara diatas bahwa pemberdayaan melalui kegiatan daur
ulang sampah yang dilakukan oleh bank sampah berlian memberikan manfaat
dalam bentuk pelatihan membuat kerajinan dari daur ulang sampah. Anggota
85 Wawancara pribadi dengan Ibu Ami 27 Mei 2017 86 Wawancara Pribadi dengan Ibu Yuyun pada tanggal 23 Mei 2017
79
nasabah di berikan pelatihan membuat dompet, tas, vas bunga, dan lain
sebagainya.
4. Merubah pola pikir masyarakat tentang sampah
Akibat dari diselenggarakanya kegiatan ini, mulai merubah pandangan
masyarakat terhadap sampah. seperti dijelaskan oleh Ibu Hikmah selaku pelaksana
pebimbing dari Yayasan Tirta Lestari sebagai berikut:
“setelah berjalan kira-kira 2 tahun belakangan ini, perubahan yang terjadi yaitu perubahan pola pikir masyarakat yang dulu beranggapan bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak berguna, semenjak bank sampah berlian berdiri masyarakat lebih kreatif dalam mengolah sampah, misalnya sampah yang dulu sekedar dibuang, sekarang diaur ulang oleh ibu-ibu setempat.”87
Pada awalnya sebelum adanya kegiatan ini masyarakat beranggapan
bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak berguna bagi kehidupan, hal ini
menyebabkan masyarakat membuang sampahya begitu saja. Semenjak adanya
kegiatan ini masyarakat mulai mengolah dan memilah-milah sampah mana yang
bisa di daur ulang dan yang bisa berguna dalam menghasilkan nilai ekonomi. Hal
ini seperti yang dijelaskan oleh Ibu Sutiah sebagai berikut:
“perubahan yah saya rasakan sih, dari ikut bank sampah ini yah pertama saya dapet ilmu tentang tata cara mengelola sampah yang benar mas, sebelumnya ikut bank sampah ini anggapan saya tentang sampah adalah sesuatu yang gak berguna, harus cepet-cepet disingkirkan karna bakal nimbulin masalah, kaya penyakit, bau makanya saya dulu kalo tukang sampah gak dateng-dateng saya buag aja gitu ke kali, ke lapangan belakang, saya bakar mas, semua cara saya lakuin mas, supaya itu sampah ilang deh hehehe, nah semenjak saya ikut kegiatan ini saya dapet pengetahuan, bahwa sampah itu bisa diolah, dan bisa juga menjadi sesuatu hal yang berguna dan bernilai ekonomi mas, itu perubahan yang pertama saya rasakan, selain itu
87 Wawancara Pribadi dengan Ibu Hikmah pada tanggal 23 Mei 2017
80
dengan ikutan kegiatan ini, saya bisa mengisi waktu luang saya dengan kegiatan positif, dari pada bengong-bengong mas, mending ikutan kegiatan ini..88
Berdasarkan wawancara diatas bahwa kegiatan bank sampah berlian ini
membawa perubahan pola pikir terhadap Ibu Sutiah dalam sampah. Sebelum
mengikuti kegiatan ini Ibu Sutiah beranggapan bahwa sampah itu sesuatu hal
yang tidak berguna dan hanya menimbulkan masalah baru yang akan terjadi. Hal
itu menyebabkan Ibu Sutiah sembarangan dalam mengelola sampah dengan cara
membuang sampah ke sungai, ke tanah kosong dan dengan cara dibakar. Setelah
mengikuti kegiatan yang diadalakan bank sampah berlian Ibu Sutiah diberi
pengetahuan tentang tata cara pengolahan sampah yang benar dan mengolah
sampah menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomi yang bisa
mendatangkan keuntungan, dari wawancara diatas maka kegiatan bank sampah
yang diadakan oleh bank sampah berlian membawa perubahan pola pikir
masyarakat tentang sampah. Dengan adanya kegiatan ini masyarakat menjadi
lebih baik dalam mengatur dan mengelola sampah yang ada disekitar lingkungan
masing-masing.
88 Wawancara pribadi dengan Ibu Sutiah 23 Mei 2017
81
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di bank sampah berlian
Lenteng Agung, terkait dengan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur
ulang sampah. berikut kesimpulan yang peneliti rangkum:
1. Proses pemberdayaan melalui kegiatan daur ulang sampah di bank sampah
Berlian, Kelurahan Lenteng Agung sudah berjalan dengan baik karena
pelaksnaan Pemberdayaan melalui kegiatan daur ulang sampah di Kelurahan
Lenteng Agung sesuai dengan teori yang di jelaskan oleh Isbandi Rukminto
dalam pemberdayaan yang dilakukan berawal dari engagement, assesment
planing, planning action, action, monitoring, evaluation, dan terminated.
a. Partisipasi masyarakat terutama perempuan dalam kegiatan daur ulang
sampah bisa di bilang baik, hal ini terlihat dari jumlah nasabah, dan rata-
rata kehadiran dalam kegiatan-kegiatan yang di adakan oleh bank sampah
berlian.
b. Masalah minat dan jadwal keseharian menjadi penghambat bagi nasabah
dalam mengikuti kegiatan daur ulang sampah yang diadakan bank sampah
berlian.
2. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sekitar Bank Sampah Berlian
diantaranya menambah penghasilan, mengurangi banjir dan wabah DBD dan
Cikungunya, anggora bank sampah berlian mendapatkan pelatihan dalam
82
membuat kerajinan. Dan merubah pola pikir masyarakat dalam memandang
sampah sebagai barang yang tidak berguna.
B. SARAN
1. Pemgurus Bank Sampah Berlian
a. Dalam membuat kegiatan pemberdayaan perlu adanya kajian yang
mendalam terhadap kebutuhan yang diperlukan, sehingga manfaat tepat
sasaran bagi nasabah dan warga sekitar, selain itu pemberdayaan ini juga
bisa memenuhi maksud dan tujuan pengurus bank sampah berlian
b. Perlu lebih banyak inovasi yang menarik sehingga membuat nasabah yang
ikut berpartisipasi menjadi giat dan semangat dalam mengikuti kegiatan
ini.
c. Perlu adanya rancangan dan tahapan-tahapan yang matang sehingga
tahapan-tahapn yang telah berjalan mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Meningkatkan promosi untuk memperkenalkan komunitas bank sampah
berlian kepada masyarakat luas sehingga bisa meningkatkan partisipasi
masyarakat.
e. Melibatkan anggota bank sampah berlian sehingga jika nanti diantara
pengurus ada yang berhalangan atau berhenti bisa ada yang menggantikan
dan menjadi penerus jajaran pengurus bank samnpah berlian.
2. Anggota Bank Sampah Berlian
a. Jangan ragu memberikan saran dan kritikan kepada pengurus bank
sampah berlian demi organisasi yang lebih baik.
83
b. Tetap semangat dan konsisten dalam mengikuti kegiatan bank sampah
berlian sehngga kegiatan ini tidak berhenti
c. Ikut mempromosikan kegiatan daur ulang sampah di sekitar lingkungan
Lenteng Agung, sehingga warga yang tadinya tidak ikut berpartisipasi,
ukut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Al-Quran dan Terjemah, Kementrian Agama Republik Indonesia.2012.