Page 1
PEMBERDAYAAN INDUSTRI KREATIF
BERBASIS MODAL SOSIAL
(Studi Kasus: Rumah Batik Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Eki Rizky Juniar
11160540000008
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
Page 5
i
ABSTRAKSI
Eki Rizky Juniar
Pemberdayaan Industri Kreatif Berbasis Modal Sosial (Studi
Kasus di Rumah Batik Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan)
Mayoritas penduduk Indonesia mencari penghasilan sebagai pekerja formal maupun informal. Hal tersebut menjadi bumerang bagi perekonomian nasional di Indonesia, karena alternatif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah seberapa banyak masyarakatnya yang ber-wirausaha. Pengembangan industri kreatif bisa menjadi alternatif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berdasarkan pada uraian diatas maka penulis mengajukan skripsi dengan judul; “Pemberdayaan Industri Kreatif Berbasis Modal Sosial”.
Penelitian ini fokus pada kajian modal sosial, pemanfaatan modal sosial dan dampak modal sosial bagi keberlangsungan Rumah Batik Palbatu, terutama pada program beasiswa difable membatik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk deskriptif. Sumber data penelitian diambil dari hasil observasi dan wawancara di Rumah Batik Palbatu.
Adapun pertanyaan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu?
2. Bagaimana dampak atau hasil dari pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu?
Setelah dilakukannya penelitian maka hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Ada empat bentuk atau unsur modal sosial yang ada di Rumah Batik Palbatu yaitu trust, norma, jaringan, dan filantropi sosial. Batik berfungsi sebagai penyeragam frekuensi di Rumah Batik Palbatu. Pesan moral yang ada di dalam batik diadopsi menjadi norma yang ditaati bersama, yang kemudian menimbulkan rasa percaya antar anggora Rumah Batik Palbatu. Dengan menjaga trust, Rumah Batik Palbatu berhasil memperluas jaringan dengan mitra usahanya. Program pemberdayaan di Rumah Batik Palbatu didasari oleh kepedulian sesama yang ada dalam konsep filantropi modern.
2. Berkembangnya eksistensi Rumah Batik Palbatu sebagai wadah untuk melestarikan budaya batik sekaligus bertujuan untuk memberdayakan masyarakat.
Pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu merupakan gerakan positif dalam menjalankan program maupun
Page 6
ii
dalam keberlangsungan Rumah Batik Palbatu itu sendiri. Pemanfaatan modal sosial diharapkan bisa diadopsi oleh industri kreatif lain maupun organisasi-organisasi dan komunitas-komunitas sosial lain agar interaksi internal maupun eksternal lebih terjaga.
Kata Kunci: Modal Sosial, Industri Kreatif, Batik
Page 7
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
melimpahkan nikmat yang tak terhingga mulai dari nikmat yang
tidak terlihat sampai nikmat yang amat besar sehingga penulis
bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Modal
Sosial dalam Mengelola Rumah Batik Palbatu” dengan tuntas dan
cukup baik hasilnya, amin.
Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada
baginda Rasulullah yang telah membimbing umatnya hijrah dari
zaman jahiliyyah ke zaman asyriyyah sehingga kita sebagai
umatnya bisa mengaplikasikan pedoman kehidupan yang telah
diwariskan oleh Allah kepada Rasulullah.
Manusia merupakan makhluk yang tidak luput dari
kesalahan sehingga penulis menyadari bahwa banyak pihak yang
telah membantu penulis dalam membangun sebuah karya ilmiah
yang dapat diterima dengan baik oleh yang membaca. Maka dari
itu yang paling utama penulis berikan ucapan terima kasih adalah
Bapak Yusra Kilun, M.Pd selaku pembimbing yang telah dengan
sabar dan ikhlas membimbing peneliti dalam membangun dan
menyusun skripsi ini dengan cukup baik.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis haturkan dengan
amat sangat intim dari lubuk hati kepada:
Page 8
iv
1. Mama Yani sebagai perempuan yang di telapak kakinya
terdapat surga bagi penulis pribadi, dengan cinta dan kasih
telah mendidik penulis sedari lahir hingga dewasa seperti
sekarang ini. Dengan sabar dan ikhlas beliau mendengar
keluhan penulis dalam menyusun skripsi ini.
2. Keluarga besar Alm. Kakek Yusron yang telah 100%
memberikan support kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Bapak Dr. Suparto, MED, P.hD selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi masa bakti 2019-2023.
4. Bapak Muhtadi, M.Si selaku ketua jurusan PMI dan Ibu WG.
Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si. selaku sekretaris jurusan PMI
yang dengan ikhlas dan sabar membimbing seluruh mahasiswa
PMI dan menjadi simbol perjuangan mahasiswa PMI di
Fakultas Dakwah.
5. Jajaran dosen PMI yang telah membimbing perjuangan penulis
selama berkuliah dan dengan konsisten membangun jurusan
PMI sehingga bisa bersaing dengan jurusan lain.
6. Bapak Hary dan Bapak Iwan selaku pendiri sekaligus
pengurus Rumah Batik Palbatu yang telah mengizinkan
penulis dalam melakukan penelitian disana.
7. Keluarga besar Rumah Batik Palbatu yang telah menemani
dan menyemangati penulis dalam melakukan penelitian di
Rumah Batik Palbatu.
8. Seluruh mahasiswa PMI angkatan 2016 yang telah penulis
anggap sebagai keluarga yang telah menemani perjuangan
Page 9
v
penulis dalam berjuang menempuh pendidikan di jurusan PMI
selama kurang lebih 4 tahun.
9. Dan semua pihak yang telah membantu baik moral maupun
moril dalam menyelesaikan penelitian ini dan tidak bisa
penulis sebutkan namanya satupersatu.
Penulis berharap hasil penelitian yang telah dituangkan
dalam skripsi ini bisa diterima dengan baik bagi yang membaca,
dan juga penulis membuka pintu yang lebar bagi yang ingin
memberi saran dan kritik pada skripsi ini. Mohon maaf apabila
ada kesalahan penulisan, wassalam.
Tangerang, 10 September 2020
Eki Rizky Juniar
Page 10
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................... vi
BAB I (PENDAHULUAN) .............................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................... 1
B. IDENTIFIKASI MASALAH ........................................ 8
C. PEMBATASAN & PERUMUSAN MASALAH ......... 10
D. TUJUAN & MANFAAT PENELITIAN ...................... 11
E. TINJAUAN PUSTAKA ................................................ 12
F. METODOLOGI PENELITIAN .................................... 17
BAB II (KAJIAN PUSTAKA) ........................................ 29
A. TEORI MODAL SOSIAL ............................................. 29
1. Definisi Modal Sosial ............................................... 35
2. Unsur-Unsur Modal Sosial ....................................... 34
B. INDIKASI KINERJA (KAJIAN DAMPAK) ............... 38
1. Input .......................................................................... 38
2. Output ....................................................................... 39
3. Outcome .................................................................... 39
C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ........................ 40
1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat ......................... 40
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ........................... 42
3. Filantropi Sosial ........................................................ 45
Page 11
vii
D. KAJIAN PUSTAKA ..................................................... 45
1. Industri Kreatif.......................................................... 45
2. Batik .......................................................................... 47
E. KERANGKA BERPIKIR ............................................. 48
BAB III (GAMBARAN UMUM LEMBAGA) .............. 52
A. Sejarah Rumah Batik Palbatu ........................................ 52
B. Letak Geografis & Demografis Rumah Batik Palbatu .. 55
C. Visi & Misi Rumah Batik Palbatu ................................. 56
D. Prestasi Rumah Batik Palbatu ....................................... 57
E. Personalia & Keanggotaan Rumah Batik Palbatu ......... 58
F. Program Rumah Batik Palbatu ...................................... 60
1. Wisata Edukasi Batik ................................................ 60
2. Gerai.id ..................................................................... 61
3. Beasiswa Difable Membatik ..................................... 63
BAB IV (HASIL TEMUAN PENELITIAN) ................. 68
A. Bentuk Modal Sosial Di Rumah Batik Palbatu ............. 68
1. Trust .......................................................................... 68
2. Norma Sosial ............................................................ 73
3. Jaringan Sosial .......................................................... 77
B. PROGRAM BEASISWA DIFABLE MEMBATIK DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ........................ 80
1. Filantropi Sosial ........................................................ 81
BAB V (ANALISIS PENELITIAN) ............................... 84
A. Refleksi Teori ................................................................ 84
Page 12
viii
B. Faktor Pendukung dan Penghambat ............................. 98
BAB VI (PENUTUP) ....................................................... 102
A. Kesimpulan .................................................................... 102
B. Saran .............................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 104
PROFIL PENULIS .......................................................... 181
Page 13
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................ 51
Page 14
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Teknik Sampling Informan .................................. 27
Page 15
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Observasi ....................................... 108
Lampiran 2. Hasil Observasi .............................................. 111
Lampiran 3. Pedoman Wawancara .................................... 118
Lampiran 4. Transkip Wawancara ..................................... 123
Lampiran 5. Catatan Lapangan .......................................... 162
Lampiran 6. Dokumen ....................................................... 169
Lampiran 7. Foto………………………………………….174
Page 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia dikenal sebagai negara pekerja, pernyataan
tersebut dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia mencari
peruntungan sebagai pekerja, baik pekerja formal maupun pekerja
informal. Bahkan banyak penduduk Indonesia yang mencari
peruntungan di negara lain sebagai asisten rumah tangga dan
pekerjaan informal lainnya.
Masih sedikit penduduk Indonesia yang mencari
peruntungan dengan berwirausasha. Fakta tersebut bisa menjadi
salah satu faktor yang menjadikan Indonesia sebagai negara
berkembang bukan negara maju. Salah satu alternatif
pertumbuhan ekonomi nasional adalah seberapa banyak
penduduknya yang mendapat penghasilan cukup besar dengan
berwirausaha. Kita bisa melihat salah satu negara maju yaitu
China. China merupakan negara maju dengan kepadatan
penduduk yang mencapai 1,4 milyar individu, terbanyak pertama
di dunia diikuti oleh India di posisi kedua lalu Amerika dan
Indonesia di posisi ketiga dan keempat. Namun demikian, 14%
dari keseluruhan penduduk China adalah seorang wirausaha,
fakta yang berbanding terbalik dengan Indonesia yang menurut
data kementrian perindustrian tahun 2019 hanya 3% penduduk
Indonesia yang berwirausaha. Sejatinya pemerintah Indonesia
telah mencanangkan beberapa program yang mendorong
Page 17
2
penduduknya agar lebih berani dalam mencari peruntungan
dalam berwirausaha. Salah satu program yang disuarakan oleh
pemerintah Indonesia adalah tentang industri kreatif.
Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia
(2008), industri kreatif adalah industri yang memanfaatkan
kreatifitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan & lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan
mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Industi kreatif menjadi alternatif bagi pertumbuhan ekonomi
nasional. Berbeda dengan industri mainstream lain yang lebih
cenderung mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan,
sektor industri kreatif lebih cenderung mengandalkan keunggulan
sumber daya manusia dalam hal ini ide-ide kreatif yang
dituangkan dalam meraup keuntungan finansial. Ada beberapa
sektor dalam industri kreatif yang bisa dimanfaatkan sebagai
peluang. Sektor dalam industri kreatif yang paling banyak
digeluti oleh pelaku usaha adalah di sektor pariwisata, budaya,
dan kuliner.
Modal merupakan elemen dasar dalam membangun sebuah
usaha tidak terkecuali industri kreatif. Konsep modal terbagi
menjadi beberapa klasifikasi (Field, 2018:13-25). Klasifikasi
modal tersebut yang kemudian menjadi batu ganjalan dalam
membangun sebuah usaha. Klasifikasi modal tersebut antara lain:
1. Modal Finansial
Modal ekonomi atau finansial merupakan faktor
fundamental yang mempengaruhi pengembangan segala
Page 18
3
bentuk usaha tidak terkecuali industri kreatif. Sirkulasi dan
manajemen modal finansial sangat diperlukan dalam
pengembangan industri kreatif. Sejauh ini ada beberapa
lembaga sosial pemerintah maupun swasta yang
memberikan sokongan modal materi kepada kelompok
yang ingin mendirikan usaha. Sebagai contoh LPEM
BAZNAS, lembaga zakat dan infaq tersebut memiliki
program pendayagunaan uang zakat untuk kepentingan
individu dan kelompok dalam pengembangan usaha dengan
ketetuan tertentu.
2. Modal Fisik
Modal fisik merupakan definisi dari sarana dan
prasarana yang tak luput tentang bahan dan alat produksi
dalam dunia usaha. Modal fisik sering dikaitkan dengan
investasi jangka panjang apabila bisa dimanfaatkan dengan
baik.
3. Modal Sumber Daya Manusia
Dalam pengembangan industri kreatif dibutuhkan
sumber daya manusia yang cukup untuk menunjang target
yang ingin dicapai. Ketika usaha baru berjalan, mungkin
sumber daya manusia masih belum menjadi sorotan utama
karena usaha yang baru berjalan masih terbilang cukup
kecil, namun ketika usaha sudah berkembang tingkat
kebutuhan sumberdaya manusia naik dan menjadi sorotan
penting dalam pengembangan usaha khususnya industri
kreatif.
Page 19
4
4. Modal Sosial
Modal sosial merupakan komponen penting yang
tidak bisa dilepaskan dalam pengorganisasian kelompok
dalam mencapai tujuan tertentu. Modal sosial sama
pentingnya dengan modal materi, yang membedakan
keduanya adalah tingkat kompleksifitas yang diwariskan
keduanya dalam membangun sebuah komunitas ataupun
organisasi sosial.
Dalam pembangunan ekonomi internaional, kebudayaan
menjadi formula baru yang menerobos arti penting dan
melampaui ideologi dalam pembangunan ekonomi suatu negara.
Sejalan dengan apa yang diungkapkan Samuel Huntington (yang
dikutip oleh Fukuyama, 2010:6) bahwa setelah melewati abad ke-
20 dan mulai memasuki abad ke-21, dunia mengalami “benturan
peradaban”, dimana identifikasi utama masyarakat bukan lagi
tentang ideologi yang dianut, seperti yang telah terjadi selama
perang dingin (antara komunisme dan kapitalisme), tetapi
berubah menjadi budaya dan kebudayaan.
Batik merupakan budaya yang diwariskan oleh nenek
moyang di Indonesia yang memiliki makna filosofis mendalam
dan mampu menjadi simbol bagi bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang luhur dan bermoral. Batik juga bisa menjadi industri
kreatif yang menjanjikan di kemudian hari. Industri batik di
Indonesia tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa yang
kemudian menjadi nama dari jenis-jenis batik tersebut seperti
batik Pekalongan, batik Surakarta, batik Yogya, batik Lasem,
Page 20
5
batik Cirebon, batik Sragen. Setiap batik dari daerah tersebut
memiliki ciri motif yang spesifik. Jenis batik yang diproduksi ada
tiga yaitu batik tulis, batik cap dan batik printing.
Pada tanggal 2 Oktober 2009 United Nations of
Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO)
atau organisasi pendidikan dan budaya antar bangsa di dunia
menetapkan bahwa batik merupakan budaya milik bangsa
Indonesia, yang di kemudian hari 2 Oktober ditetapkan sebagai
hari batik nasional. Yang diakui oleh UNESCO bukan sebagai
budaya materil, namun batik yang diakui UNESCO sebagai
budaya bangsa Indonesia merupakan proses dan makna filosofis
dari membatik.
Industri batik di Jawa mengalami pasang surut. Sempat
maju dan berkembang pesat pada tahun 1970an. Sempat surut di
kisaran tahun 1997-2000an karena krisis moneter yang menimpa
Indonesia. Namun dalam 10 tahun terakhir, sejak dimulainya
modernisasi industri 4.0 industri batik perlahan tapi pasti
berkembang seiring kemajuan teknologi. Untuk konsumsi,
walaupun banyak jenis tekstil yang terus berkembang, tetapi batik
masih digemari. Sebagian besar masyarakat Indonesia memakai
kain batik untuk acara-acara resmi dan istimewa bahkan di dinas-
dinas pemerintah ada instruksi untuk memakai baju batik untuk
hari-hari tertentu. Demikian juga di berbagai sekolah sehingga
batik produksi Indonesia tetap menempati posisi di masyarakat
Indonesia. Ditambah dengan generasi millenial yang
menggunakan motif batik tidak hanya sebagai baju, namun juga
dijadikan motif di tas, topi, sepatu, dan lain-lain.
Page 21
6
Tidak semua individu terlahir sempurna baik dalam hal
jasmani maupun rohani. Teman-teman yang yang mengalami hal
tersebut disebut dengan difable, baik difable sejak lahir maupun
difable setelah dewasa. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) tahun 2018, penyandang disabilitas di Indonesia
mencapai 30,38 juta individu atau sekitar 14,2 persen dari total
keseluruhan penduduk Indonesia. Keterbatasan yang dialami
teman-teman difable membuat mereka ketika beranjak dewasa
terbilang cukup sulit dalam mencari pekerjaan guna menunjang
hidup. Sejatinya antara peyandang difable dan pekerjaan telah
diatur dalam Undang-Undang No.4/1997 tentang Penyandang
Disabilitas dan Peraturan Pemerintah 43/1998 tentang Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas.
Undang-Undang tersebut berisi tentang kewajiban bagi
perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah untuk
menyediakan kuota sebanyak 1 persen bagi para penyandang
difable untuk bekerja di perusahaan tersebut.
Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia yang juga
merupakan kota dengan kegiatan perindustrian terbesar di
Indonesia. Gedung perusahaan yang mencakar langit, kemacetan
di tengah kota, pusat modernisasi teknologi, semua yang bersifat
sangat kompleks ada di Jakarta.
Namun siapa sangka di tengah sirkulasi kota metropolitan,
masih ada kelompok masyarakat yang melestarikan budaya batik
yang kemudian berhasil menjadikannya sebagai peluang industri.
Rumah Batik Palbatu, merupakan sebuah gagasan beberapa
individu masyarakat yang ada di Jalan Palbatu IV, Menteng
Page 22
7
Dalam, Tebet, Jakarta Selatan merupakan komunitas yang
menjadikan sentra batik sebagai basis dalam pengembangan
industri kreatif mereka.
Selain penguatan di sektor industri kreatif, di Rumah Batik
Palbatu juga ada program pemberdayaan yang diperuntukan
khususnya untuk teman-teman penyandang disabilitas. Para
teman-teman disabilitas diberikan pelatihan membatik secara
gratis yang kemudian setelah menguasai dan dapat menerapkan
konsep membatik, teman-teman disabilitas diperbolehkan
menjual karya-karya mereka di Rumah Batik Palbatu dan mereka
pun bisa menjadi mitra usaha dalam mengelola Rumah Batik
Palbatu.
Tentu untuk menjalankan program tersebut tidaklah mudah,
butuh konsistensi agar program tersebut berjalan secara
suistainable atau berkelanjutan. Salah satu kunci kesuksesan
program tersebut adalah diterapkannya modal sosial yang kuat.
Secara garis besar, modal sosial merupakan bentuk entitas
jejaring sosial yang dijaga oleh beberapa faktor seperti trust atau
kepercayaan dan norma sosial agar entitas jejaring sosial tersebut
bisa terjaga dan bisa mendapat keuntungan ekonomi (economic
gain) dan keuntungan sosial. Ada beberapa dalil ayat Al-Qur’an
yang membahas tentang makna dari modal sosial diantaranya Al-
Maidah ayat 2 yang membahas tentang bekerjasama dalam hal
kebaikan;
Page 23
8
ثم والعدوان وتعاونوا على البر والتقوى ول تعاونوا على ال
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
Ayat tersebut sejalan dengan teori modal sosial menurut
James Colemann yang mana menyebutkan bahwa modal sosial
merupakan upaya tarik-menarik antara kemauan individu dan
kemauan kelompok.
Dalam penelitian ini peneliti mengkaji lebih jauh tentang
modal sosial dalam proses pengelolaan Rumah Batik Palbatu
khususnya dalam program pelatihan membatik untuk teman-
teman disabilitas.
Maka dari itu, peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang
“Pemberdayaan Industri Kreatif Berbasis Modal Sosial (Studi
Kasus di Rumah Batik Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan)”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Industri kreatif diharapkan bisa menjadi alternatif bagi
pertumbuhan ekonomi nasional, yang mana memiliki dampak
praktis yaitu mengurangi angka pengangguran dan
menyejahterakan masyarakat kecil. Baik di daerah pedesaan
maupun perkotaan, masyarakat diharapkan menjadi aktor untuk
perkembangan industri kreatif. Banyak subsektor yang bisa
dibangun oleh masyarakat, salah satunya di bidang kebudayaan
yaitu industri batik. Batik merupakan budaya bangsa Indonesia
yang telah diakui oleh organisasi Pendidikan, Penelitian, &
Kebudayaan dunia (UNESCO) sebagai warisan budaya bagi
Page 24
9
bangsa Indonesia. Batik yang diakui UNESCO bukan berbentuk
materi ataupun motif, akan tetapi batik yang diakui oleh
UNESCO adalah sebuah proses. Sebagaimana dijelaskan dalam
whc.unesco.org pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO
menganggap batik sebagai teknik, simbol, dan filosofi
kebudayaan yang melekat pada bangsa Indonesia. Hal tersebut
yang kemudian diadopsi oleh Rumah Batik Palbatu yang
berlokasi di Tebet, Jakarta Selatan. Rumah Batik Palbatu
menjadikan batik sebagai potensi pengembangan industri
rumahan. Banyak batu ganjalan yang menjadi kendala bagi
pengembangan industri batik di tengah hiruk-pikuk kota
metropolitan dan di tengah perkembangan era millenial sekarang
ini. Pemanfaatan modal sosial terutama pada dimensi networking
atau jaringan sosial dinilai perlu untuk dilakukan sebagai
pemecahan masalah. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Coleman
(yang dikutip oleh Sunyoto, 2018:25), bahwa modal sosial
terbentuk antara kemauan bersama (kolektif) maupun keinginan
individual. Oleh karenanya, maka timbul pertanyaan bagaimana
implementasi modal sosial yang terdapat pada Rumah Batik
Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan?.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa modal sosial
telah tertanam dalam perkembangan Rumah Batik Palbatu. Mulai
dari awal berdiri, proses pengelolaan, sampai strategi
pengembangannya. Setidaknya ada tiga unsur dalam definisi
modal sosial antara lain, nilai dan norma, jaringan (networking),
dan kepercayaan (trust). Dalam masa penyesuaiannya, modal
sosial dalam Rumah Batik Palbatu mengalami perkembangan
Page 25
10
yang memiliki dinamika cukup menarik. Penerapan modal sosial
bisa dibilang menjadi salah satu kunci kesuksesan dari program
pelatihan membatik untuk teman-teman disabilitas. Dari
kesimpulan diatas maka timbul pertanyaan bagaimana dampak
dari pemanfaatan modal sosial bagi Rumah Batik Palbatu?.
C. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Setelah melakukan identifikasi masalah, maka peneliti
membuat formulasi secara ringkas, jelas dan spesifik terkait
permasalahan penelitian. Berikut pembatasan dan perumusan
masalah:
1. Pembatasan Masalah
Agar tidak ada kekeliruan dan generalisasi yang
terlampau jauh maka penelitian kali ini lebih memfokuskan
kepada pemanfaatan modal sosial dan dampaknya dalam
mengelola Rumah Batik Palbatu (industri kreatif yang
berbasis kebudayaan) khususnya dalam program yang
menerapkan konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi modal sosial dalam
Rumah Batik Palbatu khususnya dalam program
beasiswa difable membatik yang berbasis
pemberdayaan?.
Page 26
11
b. Bagaimana dampak dari pemanfaatan modal sosial
di Rumah Batik Palbatu?
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Setelah menyusun rumusan masalah, maka akan terbentuk
tujuan dan manfaat penelitian secara spesifik dan jelas. Tujuan
dan manfaat penelitian tersebut antara lain:
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu: pertama,
menganalisa modal sosial di Rumah Batik Palbatu, Tebet,
Jakarta Selatan. Kedua, Mengetahui bagaimana hasil dari
pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian
kali ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis
i. Penelitian ini sebagai salah satu persyaratan
dalam memperoleh gelar sarjana (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan
bagi peneliti khususnya menyangkut kegiatan
pemberdayaan ekonomi berbasis industri
kreatif.
Page 27
12
iii. Menambah khazanah keilmuan, khususnya
memperkaya elemen dalam pengembangan
masyarakat. Di samping itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan sebagai alat untuk
menemukan dan mengembangkan teori-teori
dalam pemberdayaan masyarakat di bidang
perekonomian.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi komunitas, lembaga atau perusahaan
dalam berkontribusi terhadap perkembangan dunia
dengan membangun dan mengembangkan kegiatan
usaha perekonomian berbasis industri kreatif dengan
memanfaatkan budaya lokal dan kegiatan-kegiatan di
bidang ekonomi lainnya.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Setiap penelitian perlu adanya dasar untuk dijadikan sebuah
acuan baik berupa teori atau temuan yang dilakukan di penelitian
sebelumnya. Data-data yang mendukung dalam pelaksanaan
penelitian menurut peneliti perlu dijadikan bahan tersendiri
sebagai acuan agar relevan dengan penelitian yang sedang
dilaksanakan terkait dengan modal sosial. Oleh karena itu peneliti
melakukan langkah kajian pustaka terkait penelitian terdahulu
berupa jurnal yang terkait dan skripsi yang membahas tentang
modal sosial.
Page 28
13
1. Judul Skripsi:
“Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai Strategi Pedagang
Sekitar Kalijodo Pasca Penggusuran” (studi kasus:
pedagang pasar jembatan dua, Tambora, Jakarta Barat).
Penulis:
Atikah Marwa Nasution, 2018, (NIM: 1113111000034)
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pembahasan:
Penelitian tersebut menjelaskan dampak dari
penggusuran yang menyebabkan modal sosial yang
berupa jaringan atau networking antara pedagang dengan
masyarakat sekitar menjadi rusak. Dampak yang paling
nyata dari penggusuran tersebut adalah menurunnya
omset dari pedagang di pasar jembatan dua. Para
pedagang dituntut untuk kembali membangun modal
sosial guna mencapai kembali tujuan mereka. Modal
sosial yang dibangun meliputi relasi antar pedagang dan
pelanggan yang melembagakan kepercayaan (trust).
Upaya yang mereka lakukan pun terbilang sukses
dengan adanya penyebaran informasi kepada masyarakat
luas tentang perkembangan pasar jembatan dua usai
penggusuran.
Relevansi:
Penelitian yang dilakukan oleh Atikah Marwa Nasution
ini menggunakan disiplin ilmu sosiologi sebagai
kerangka berpikir. Hampir sama namun berbeda
Page 29
14
konteks, disini peneliti akan meneliti dengan
menggunakan substansi dari disiplin ilmu sosiologi yaitu
disiplin ilmu community development atau
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
merupakan disiplin ilmu yang lebih detail dibanding
dengan sosiologi. Dan yang menjadi persamaan antara
penelitian yang dilakukan Atikah Marwa Nasution
dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah
sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.
2. Judul Skripsi:
”Penguatan Modal Sosial Dalam Program Pelatihan
Keterampilan Untuk Anak Berhadapan Dengan Hukum
(ABH)” (studi kasus di Panti Sosial Marsudi Putra
(PSMP) Handayani, Bambu Apus, Jakarta Timur).
Penulis:
Aditiya Awaludin, 2017, (NIM: 1113054000012)
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pembahasan:
Penelitian ini membahas tentang program pelatihan
untuk kelompok tertentu dalam hal ini anak berhadapan
dengan hukum (ABH) yang diusung oleh panti sosial
marsudi putra (PSMP). Penelitian ini bersifat sangat
deskriptif karena menjelaskan secara mendetail tentang
program pelatihan keterampilan yang memanfaatkan
Page 30
15
modal sosial dan bertujuan memberdayakan ABH di
PSMP.
Relevansi:
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh
senior peneliti di kampus yang berada di jurusan yang
sama, sehingga substansi yang digunakan juga sama
yaitu pemberdayaan masyarakat. Yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah tempat penelitian dan substansi
variablenya, peneliti akan menggunakan industri kreatif
dalam meneliti, sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Aditya ini menggunakan organisasi sosial sebagai
substansi variable.
3. Judul Skripsi:
“Peran Modal Sosial Dalam Strategi Industri Kreatif”
(studi kasus di sentra kerajinan kayu jati di desa Jepon,
Blora, Jawa Tengah).
Penulis:
Sri Verawati, 2012, (NIM: 08413244046) Program Studi
Pendidikan Sosiologi Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Pembahasan:
Penelitian kedua menggunakan modal sosial yang
tertanam sebagai strategi dalam perkembangan industri
kayu jati di desa jepo. Sebagian besar masyarakat desa
Jepo memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin kayu
Page 31
16
jati, semua berawal dari pak Lasmin yang kemudian
memanfaatkan networking sebagai penyampaian
informasi kepada seluruh warga desa Jepo.
Relevansi:
Penelitian yang dilakukan Sri Verawati menggunakan
disiplin ilmu pendidikan sosiologi sebagai basic dalam
kerangka berpikir dan sama-sama menggunakan metode
penelitian kualitatif.
4. Judul Skripsi:
“Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat” (studi
kasus: Program Penataan Lingkungan Pemukiman
Berbasis Komunitas (PLPBK) di Desa Mekarwangi
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang).
Penulis:
Nur Halimah, 2018, (NIM: 1111054000005) Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pembahasan:
Penelitian yang dilakukan Nur Halimah lebih fokus
kepada pemanfaatan modal sosial dalam kelompok
masyarakat guna membantu dalam penataan wilayah
desa. Penelitian tersebut menjabarkan bentuk modal
sosial yang dibangun bersama oleh kelompok
masyarakat tersebut.
Relevansi:
Page 32
17
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Halimah bisa
dibilang lebih luas cangkupannya karena memiliki basis
kelompok sosial dalam mengimplementasikan variable
penelitiannya. Ada satu hal yang akan penulis adopsi
dari struktur kepenulisan penelitian yang dilakukan oleh
Nur Halimah, yaitu tentang deskripsi modal sosial yang
terbentuk dalam sebuah kelompok.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif, penelitian yang bersifat deskriptif &
naratif. Data yang diungkapkan dalam bentuk kalimat
beserta uraian-uraian, bahkan bisa dalam bentuk cerita
pendek. Tidak ada indikator pasti seperti dalam data di
penelitian kuantitatif, data yang digunakan dapat berupa
istilah seperti “baik” atau “kurang baik” maupun “tidak
baik”. Penulis sendiri berharap dapat mengumpulkan data
se-objektif mungkin.
Pendekatan penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial.
Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek
memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan
bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka.
Penelitian dilakukan dalam latar belakang (setting) yang
Page 33
18
alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan (treatment)
atau manipulasi variabel yang dilibatkan (Gunawan,
2013:85). Peneliti disini akan menggunakan pendekatan
lapangan, dimana dalam penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial,
individu, kelompok dan masyarakat. Penelitian ini
mempunyai ciri sifat yang mendalam tentang suatu unit
sosial tertentu (Suryana, 2010:14).
Secara umum, penelitian studi kasus adalah penelitian
yang menempatkan sesuatu objek yang diteliti sebagai
“kasus”. Pengertian yang lain, studi kasus bisa juga berarti
hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu. Studi
kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari,
menerangkan atau menginterpretasikan suatu kasus dalam
konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi pihak
luar (Gunawan, 2013:116). Studi kasus adalah suatu inkuiri
empiris yang: a) menyelidiki fenomena di dalam konteks
kehidupan nyata, bilamana: b) batas-batas antara fenomena
dan konteks tak tampak dengan tegas, dan di mana: c)
multisumber bukti dimanfaatkan (Robert, 2011:18).
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dengan judul “Pemberdayaan Industri
Kreatif Berbasis Modal Sosial (studi kasus di Rumah Batik
Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan)” dipilih berdasarkan
pertimbangan dan tujuan dari penelitian yaitu tentang
Page 34
19
pemanfaatan modal sosial dalam industri kreatif sebagai
alternatif pemberdayaan masyarakat. Dari beberapa tempat
yang telah peneliti kunjungi maka dengan beberapa
pertimbangan peneliti memilih Rumah Batik Palbatu di
daerah Tebet, Jakarta Selatan sebagai lokasi penelitian.
Lokasi ini dipilih karena merupakan induk dan penggagas
awal dari beberapa rumah batik yang ada di daerah
Jabodetabek. Sebelumnya peneliti ingin mengambil lokasi
yang cukup dekat dengan rumah peneliti yaitu Rumah Batik
Larangan di daerah Ciledug, Kota Tangerang, namun
rumah batik tersebut merupakan rumah batik yang
menjadikan Rumah Batik Palbatu sebagai percontohan,
dalam artian Rumah Batik Palbatu merupakan Rumah Batik
terbaik di daerah Jabodetabek khususnya DKI Jakarta.
3. Waktu Penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan di Rumah Batik
Palbatu dimulai pada bulan Maret 2020, namun terkendala
dengan adanya pandemi Covid-19, sehingga ada beberapa
moment penelitian seperti wawancara yang dilakukan
secara daring.
Pada awal penelitian, program beasiswa difable
membatik batch 6 telah berada di fase akhir sehingga
peneliti harus menunggu beberapa bulan untuk program
beasiswa difable membatik batch selanjutnya. Perlu jeda
waktu setidaknya dua bulan sebelum batch 7 diadakan,
namun dikarenakan pandemi Covid-19 sehingga ada
Page 35
20
kendala waktu dan mundur beberapa bulan sampai batch 7
dimulai.
Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu pada
bulan Maret dan Juli 2020. Namun antara bulan Maret dan
bulan Juli dikarenakan adanya pandemi makan wawancara
dilakukan secara daring.
4. Sumber Data Penelitian
Menurut Lofland (yang dikutip oleh Moleong
2011:157) sumber data penelitian kualitatif dapat berupa
studi kasus, pengalaman individu, dan dokumen-dokumen
lain sebagai penunjang tambahan. Adapun penjabaran
sumber data penelitian kali ini diantaranya:
a. Sumber data primer
Sumber data primer penelitian ini adalah
observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di
Rumah Batik Palbatu secara mendalam dan terbuka.
Informan pada data primer ini adalah pengurus
Rumah Batik Palbatu, anggota Rumah Batik Palbatu
(pengajar batik & alumni program), dan relawan
Rumah Batik Palbatu.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder penelitian ini adalah
data-data pendukung. Seperti dokumen, catatan, dan
literatur pendukung seperti jurnal.
Page 36
21
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat dalam
penelitian yang digunakan untuk memperoleh data
penelitian. Dalam metode penelitian kualitatif, instrumen
yang digunakan adalah diri dari seorang peneliti itu sendiri.
Peneliti dapat memilih fokus utama penelitian, dapat
menentukan informan dalam pengumpulan data,
menganalisa dari hasil observasi dan membuat kesimpulan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Menurut Patton (yang dikutip oleh
Herdiansyah, 2010), dengan observasi, peneliti akan
lebih mampu memahami konteks data dalam
keseluruhan situasi sosial jadi akan dapat diperoleh
pandangan yang holistik atau menyeluruh. Peneliti
akan memperoleh pengalaman langsung. Peneliti juga
dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati
orang lain, khususnya orang yang berada dalam
lingkungan itu karena telah dianggap “biasa” dan
karena itu tidak akan terungkapkan dalam
wawancara.
Peneliti akan mengamati segala kejadian yang
terjadi di lingkungan Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan
Page 37
22
dengan memanfaatkan pancaindra untuk merekam,
memahami serta menuliskan segala peristiwa ke
dalam tulisan sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
Ada beberapa bentuk dalam metode observasi,
peneliti harus benar-benar mengetahui bentuk apa
yang sesuai dan harus digunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian kali ini peneliti hanya menggunakan
beberapa metode observasi diantaranya:
i. Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur ini bersifat sistematik
sehingga peneliti harus menyiapkan apa saja yang
harus diamati ketika melakukan observasi.
ii. Observasi Eksperimental
Observasi ini bisa juga disebut sebagai
pengamatan dengan hasil sebagai pembanding,
dalam artian peneliti ingin mengetahui gejala-
gejala perbedaan aktifitas kelompok dalam sebuah
penelitian.
iii. Observasi Partisipasi
Observasi ini hampir sering dikaitkan
dengan penelitian antropologi, dalam artian
peneliti dapat mengamati pola aktifitas kelompok
sampai ke akarnya karena mengharuskan peneliti
hidup bersama dengan objek penelitian
Page 38
23
b. Wawancara
Wawancara dilakukan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti. Wawancara merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu (Herdiansyah, 2010:231).
Melalui proses wawancara, peneliti akan
mendapatkan informasi yang berasal dari pengajuan
pertanyaan yang telah disusun ke dalam pedoman
wawancara sebelumnya kepada subjek penelitian
yang dimaksud. Metode wawancara memiliki
beberapa bentuk sebagai pedoman, antara lain:
i. Wawancara Sistematik
Wawancara sistematik adalah metode
wawancara yang memerlukan pedoman pertanyaan
tertulis sebelum melakukan wawancara. Berikut
adalah fungsi utama ataupun kegunaan dari
pedoman pertanyaan tertulis dalam metode
wawancara sistematik:
✓ Pedoman wawancara berfungsi sebagai
pengatur alur antara peneliti dan responden.
✓ Dengan pedoman pertanyaan tertulis
memungkinkan untuk tidak melupakan
Page 39
24
beberapa pertanyaan penting tentang
permasalahan penelitian.
✓ Dapat mempertanggung jawabkan hasil
wawancara secara ilmiah karena bersifat
tertulis.
Untuk membuat pedoman pertanyaan tertulis
yang baik, peneliti harus dengan betul memahami
terlebih dahulu karakteristik responden yang akan
diwawancarai.
ii. Wawancara Terarah
Metode ini merupakan metode yang bersifat
moderat, dalam arti bersifat bebas namun tidak
terlepas dari pertanyaan pokok yang akan dibahas
dalam penelitian. Pertanyaan menggunakan
pertanyaan yang tidak tertulis namun tetap utuh,
hanya gaya bahasa yang menyesuaikan
karakteristik kelompok yang akan diteliti.
iii. Wawancara Mendalam
Metode wawancara ini dilakukan secara
informal dan bersifat partisipatif, dalam artian
biasanya metode ini mengharuskan peneliti untuk
lebih berbaur dengan responden. Data yang di
dapat pun lebih luas jangkauannya karena peneliti
haru melakukan wawancara lebih lama.
Page 40
25
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik penyerapan
data melalui pengambilan gambar atau dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan studi kasus dalam
penelitian. Dokumen yang dikumpulkan bisa berupa
catatan resmi, gambar atau foto, ataupun karya-karya
yang bersangkutan. Adapun sumber-sumber
dokumentasi dalam penelitian kali ini adalah foto-foto
kegiatan rumah batik Palbatu, catatan laporan dan
evaluasi keanggotaan, hasil karya anggota rumah
batik Palbatu, serta catatan dari website resmi rumah
batik Palbatu.
7. Teknik Sampling
Untuk menemukan responden yang tepat dan
menentukan fokus penelitian maka peneliti menggunakan
metode Non-Probability Sampling yaitu metode yang
digunakan berdasarkan tujuan dan pertimbangan tertentu.
Metode ini bisa dibilang cukup fleksibel namun metode ini
bisa dibilang cukup general dalam menemukan hasilnya.
Dalam metode ini ada beberapa teknik yang akan
digunakan dalam penelitian kali ini, antara lain:
a. Purposive Sampling
Langkah awal dalam melaksanakan teknik
purposive sampling ini adalah menentukan kriteria
responden. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki
tiga klasifikasi informan diantaranya, pengurus
Page 41
26
Rumah Batik Palbatu, anggota Rumah Batik Palbatu,
dan relawan Rumah Batik Palbatu.
b. Accidental Sampling
Teknik ini merupakan teknik penarikan sample
secara kondisional, dalam artian mengikuti kondisi
studi kasus di lapangan. Peneliti akan melakukan
penarikan sampel secara acak ketika kegiatan di
rumah batik Palbatu berlangsung.
Page 42
27
No.
Info
rmasi
di K
aji
Jum
lah
Tek
nik
Pengum
pula
n D
ata
Penguru
s R
um
ah B
ati
k P
alb
atu
(Pak
Iw
an)
(Bu
Yuy
un/K
euan
gan)
(Kak
Mel
i/Adm
inis
tras
i)
(Kak
Yus
uf)
Anggota
Rum
ah B
ati
k P
alb
atu
(Bu
Mum
un/P
enga
jar
Bat
ik)
(Mis
s N
inuk
)
Anggota
Rum
ah B
ati
k P
alb
atu
(Novi
ta/P
embat
ik T
uli)
(Ric
hson/
Pem
bat
ik T
uli)
(Far
ida/
Pem
bat
ik T
uli)
Rela
wan R
um
ah B
ati
k P
alb
atu
(Sas
kia
/Ket
ua R
elaw
an 2
020)
(Put
ri/P
ener
jem
ah B
ahas
a Is
yara
t
(Din
a/R
elaw
an D
ivis
i Pro
gram
)
c.P
eser
ta P
rogr
am B
easi
swa
Difa
ble
Mem
bat
ik B
atch
-713 O
rang
Obse
rvas
i
3 O
rang
b.
3.O
rang
Waw
anca
ra &
Obse
rvas
i
Pem
anfa
atan
dan
dam
pak
pen
erap
an
modal
sosi
al (
trus
t,
norm
a, d
an jar
inga
n)
di p
rogr
am b
easi
swa
difa
ble
mem
bat
ik
3.
a. b.
Pendir
i R
um
ah B
ati
k P
alb
atu
Info
rman
a.
1.
Gam
bar
an U
mum
Lem
bag
a1 O
rang
Waw
anca
ra &
Obse
rvas
i
Pem
anfa
atan
dan
dam
pak
pen
erap
an
modal
sosi
al (
trus
t,
norm
a, d
an jar
inga
n)
di R
umah
Bat
ik
Pal
bat
u
2.
4 O
rang
2 O
rang
Waw
anca
ra
Tabel 1. Teknik Sampling Informan
Page 43
28
8. Teknik Analisis Data
Menurut Noeng Muhadjir (yang dikutip oleh Rijali,
2018:84) analisis data merupakan proses pengolahan data
secara sistematis guna meningkatkan pemahaman bagi
peneliti dan pemantapan penyajian hasil penelitian sebelum
di publikasi. Dari pemahaman tersebut Rijali (2018:84)
menjabarkan beberapa hal, yakni:
a. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan
persiapan tertentu
b. Data yang ditemukan di lapangan dirapihkan
secara sistematis sebelum di analisis dan dipahami
oleh peneliti
c. Temuan data disajikan secara mendetail
d. Makna yang dari data yang dianalisis harus mudah
dipahami agar tidak terjadi kesalah pahaman.
Teknik analisis data merupakan proses
pemeriksaan keabsahan data berdasarkan kriteria
tertentu seperti tingkat kredibilitas, keteralihan,
kebergantungan, dan kepastian (hasil dari sebuah
penelitian harus benar-benar berasal dari
pengumpulan data dan tidak menonjolkan konseptual
seorang peneliti) (Rijali, 2018:86).
Page 44
29
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. MODAL SOSIAL
1. Definisi Modal Sosial
Secara garis besar modal sosial dapat diartikan
sebagai upaya mengelola, meningkatkan, dan
mendayagunakan relasi-relasi sosial sebagai sumber daya
yang diinvestasikan untuk memperoleh keuntungan
ekonomi atau manfaat sosial (Sunyoto, 2018:4). Adapun
menurut para ahli bahwa modal sosial adalah sebagai
berikut:
a. Pandangan Bordieu
Bourdieu lahir dan berkembang di eropa
(Sunyoto, 2018), sehingga pemikirannya cenderung
mengarah pada gaya pemikiran sosiolog eropa
lainnya yang tertarik dengan kelas sosial dan bentuk
ketimpangan yang berujung konflik. Kesan tersebut
menjadi alasan pemikiran Bordieu terhadap modal
sosial cenderung menganut pemahaman dari sosiologi
konflik. Pernyataan tersebut tidak lepas dari
pembahasan tentang perbedaan distribusi keuntungan
ekonomi atau manfaat sosial dan penguasaan terhadap
sumber daya oleh aktor-aktor tertentu. Aktor-aktor
yang memiliki posisi strategis tersebut merupakan
Page 45
30
bentuk strata yang bersifat hierarkis, dalam artian
tidak dibangun secara objektif dan tidak ada ukuran
pasti terhadap gejalanya, umumnya posisi tersebut
terbangun dari kedekatan hubungan tertentu dan
ikatan-ikatan yang bersifat personal (dikutip oleh
Sunyoto, 2018:22-23).
Secara garis besar analisis yang dipaparkan oleh
Bourdieu (yang dikutip oleh John dan diterjemahkan
oleh Nurhadi, 2018) tentang modal sosial adalah
sumberdaya yang terkait dengan keanggotaan suatu
kelompok dan jejaring sosial di dalamnya. Kualitas
modal sosial ditentukan oleh seberapa efektif dan
seberapa luas jejaring sosial yang dapat mereka
kembangkan. Bordieu (yang dikutip oleh John dan
diterjemahkan Nurhadi, 2018:22) juga
mengemukakan bahwa modal finansial, modal
sumber daya manusia, dan modal sosial memiliki
peran dan fungsinya masing-masing sehingga tidak
bisa menggantikan fungsinya satu sama lain, namun
apabila dikombinasikan dapat menjadi sistem yang
dapat mencapai tujuan tertentu.
b. Pandangan Colemann
Berbeda dengan pemaparan Bourdieu, Coleman
menunjukan bahwa aktor-aktor yang tidak memiliki
dominasi dalam kelompok memiliki peran yang sama
dalam proses mencapai tujuan. Pemahaman semacam
Page 46
31
ini berakar dari sosiologi fungsionalisme. Menurut
Coleman (yang dikutip oleh Sunyoto, 2018:25) modal
sosial merupakan upaya tarik menarik antara
kemauan bersama (kolektif) dan kemauan individual.
Interaksi dalam konteks modal sosial bukan sekedar
tegur sapa atau dialog biasa, tetapi lebih dari itu
interaksi tersebut melahirkan hubungan timbal balik
dan harapan antara satu individu dengan individu
lainnya. Hubungan timbal balik tersebut merupakan
sebuah tabungan keuntungan sosial dan manfaat
ekonomi yang tentu saja harus dilekati oleh rasa
saling percaya (trust).
Secara garis besar analisis yang dipaparkan
Coleman tentang modal sosial berangkat dari
kemampuan individu-individu dalam kelompok
ataupun masyarakat dalam mengembangkan relasi-
relasi sosial yang dibalut oleh interpendensi atau nilai
kebersamaan. Konsep sederhana modal sosial
menurut Coleman (yang dikutip oleh John dan
diterjemahkan oleh Nurhadi, 2018:33-34) adalah
upaya untuk menjelaskan bagaimana beberapa
individu saling bekerja sama, karena pada dasarnya
sebuah kelompok ataupun masyarakat adalah sistem
sosial yang terdiri dari sekumpulan perilaku individu.
Page 47
32
c. Pandangan Putnam
Pada dasarnya Putnam merupakan seseorang
dengan basic pendidikan di ilmu politik, hal tersebut
yang mendasari teori modal sosial yang
diungkapkannya berkaitan dengan politik. Putnam
(yang dikutip oleh Sunyoto, 2018:29-30) dalam
pandangannya mengemukakan tentang gejala uncivic
generation (kelompok yang tidak beretika), gejala
tersebut timbul akibat adanya kepercayaan
masyarakat yang menurun kepada instansi politik atau
pemerintah dan melemahnya keanggotaan pada
organisasi-organisasi sosial.
Putnam menegaskan bahwa organisasi sosial
memiliki peran penting dalam upaya pengembangan
modal sosial. Organisasi sosial menjadi ajang untuk
saling berinteraksi, dan pertukaran ide dan gagasan
antara individu yang tergabung di dalamnya. Norma-
norma, hubungan timbal balik, dan kepercayaan
(trust) merupakan dampak nyata dari adanya interaksi
yang sehat diantara anggota organisasi sosial.
Konsep yang dipahami oleh Putnam sejalan
dengan konsep tentang plurarisme yang menghargai
perbedaan dan keberagaman (John, yang
diterjemahkan oleh Nurhadi, 2018). Perbedaan dan
keberagaman tersebut disinyalir mampu
menumbuhkan bibit kepercayaan (trust) dan tingkat
resiprositas (bentuk pertukaran atau timbal balik antar
Page 48
33
individu maupun kelompok) yang tinggi, sehingga
berdampak baik bagi partisipasi politik individu
ditengah masyarakat.
Pierre Bourdieu, James Coleman, dan Robert Putnam
memiliki pandangan tentang modal modal sosial yang
cukup identik. Mereka menunjukan bahwa kedekatan antara
anggota kelompok dapat mempengaruhi seberapa besar
modal sosial yang dapat dimanfaatkan. Dengan menjaga
kedekatan tersebut maka akan terpelihara sebuah
kepercayaan (trust), nilai-nilai dan norma-norma sosial,
serta kewenangan individu-individu yang terlibat. Dampak
nyata dari kedekatan hubungan juga dapat mengoptimalkan
sumber daya yang akan di dayagunakan.
Secara fungsi pun baik Bourdieu, Coleman, dan
Putnam memiliki pandangan yang cukup identik. Mereka
meyakini bahwa modal sosial dapat membantu individu
maupun kelompok dalam mencapai berbagai tujuan dan
mencapai keuntungan ekonomi maupun manfaat sosial.
Dari beberapa teori diatas penulis memutuskan untuk
menggunakan pandangan seorang James Coleman tentang
modal sosial untuk bekal menganalisa dalam penelitian kali
ini.
Page 49
34
2. Unsur Modal Sosial
a. Trust (kepercayaan)
Putnam (yang dikutip oleh Erna, 2016:243)
mengungkapkan bahwa rasa percaya adalah suatu
bentuk keinginan untuk mengambil risiko dalam
hubungan-hubungan sosial yang didasari perasaan
yakin bahwa orang lain akan melakukan sesuatu
seperti yang diharapkan dan akan selalu bertindak
dalam suatu pola yang saling mendukung. Rasa
percaya dinilai menjadi elemen utama dalam proses
modal sosial. Lebih tegas Fukuyama (2010:8)
menyatakan bahwa kesejahteraan sebuah negara
dalam artian kemampuannya dalam bersaing,
ditentukan oleh tingkat kepercayaan yang inhern
(bentuk hubungan yang erat) dalam masyarakatnya.
Menurut Mayer (yang dikutip oleh Sunyoto,
2018:50), trust memiliki tiga dimensi yang mampu
menciptakan perubahan sosial, yaitu capability,
benevolence, dan integrity. Capability merupakan
sebuah kompetensi yang dimiliki individu-individu
terkait yang tergabung dalam sebuah kelompok untuk
mencapai tujuan tertentu. Benevolonce adalah sebuah
indikasi seberapa trustee (pihak lain atau mitra diluar
kelompok tersebut) mampu percaya kepada trustor
(Kelompok yang menaruh kepercayaan). Sedangkan
integrity berkaitan dengan perspektif trustor terhadap
trustee tentang beberapa prinsip yang dapat diterima.
Page 50
35
Dinamika trust macam ini yang sejalan dengan apa
yang akan diteliti di rumah batik palbatu, dimana para
aktor tertentu membangun trust dengan anggota
kelompok dan pihak lain yang menjadi mitra
kelompok.
Proses pembentukan trust menjadi fokus utama
penelitian ini karena trust yang tumbuh dan
berkembang dalam sebuah kelompok tidak terjadi
secara instan.
Menurut Herreros (yang dikutip oleh Sunyoto,
2018:51-53) proses pembentukan trust terkait dengan
tiga hal berikut:
i. Pertama, trust berdasarkan persepektif yang
dibangun oleh individual aktor terhadap individual
aktor lain yang tergabung dalam sebuah kelompok.
Trust yang terbentuk tidak hanya didasari oleh
kedekatan secara personal namun kesan baik
terhadap sikap dan tindakan juga bisa
mempengaruhi perspektif individual aktor tersebut.
Begitu pula ketika pihak lain atau mitra kelompok
mampu mempercayai integritas kelompok tersebut,
maka dunia luar pun dapat menumbuhkan
persepektif baik dan mempercayai eksistensi dari
kelompok tersebut.
ii. Kedua, terkait dengan nilai-nilai dan norma-norma
yang lahir dari kolektifitas kelompok tersebut dan
Page 51
36
menjadi referensi dalam beraktifitas dan bertindak
dalam kelompok tersebut. Nilai-nilai dan norma-
norma tersebut yang kemudian membangun
solidaritas dalam kelompok dan digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan dan mencapai tujuan
kelompok. Nilai-nilai dan norma-norma tersebut
bersifat aktual dalam artian bisa jadi dibuat secara
tekstual maupun non-tekstual, dan dapat berlaku
untuk semua karakteristik kelompok baik
kelompok homogen maupun kelompok heterogen.
iii. ketiga, ketika nilai-nilai dan norma-norma tersebut
dapat ditransormasikan ke kehidupan sehari-hari
sehingga menjadi indikasi dalam menjalani repetisi
kehidupan sehari-hari.
Proses pembentukan trust yang telah dijelaskan
di atas menjadi analisa utama peneliti dalam
melakukan penelitian kali ini. Peneliti akan
menganalisa bagaimana trust bisa terbentuk dalam
keanggotaan rumah batik palbatu. Trust yang
terbentuk di rumah batik palbatu terbilang cukup
kompleks karena keanggotaan di rumah batik palbatu
bersifat heterogen. Mungkin saat awal berdiri masih
mencangkup warga Palbatu, Tebet, Jakarta selatan,
namun ketika eksistensi rumah batik palbatu telah
naik di media pemberitaan, banyak kelompok
Page 52
37
masyarakat yang ingin terlibat dalam pengembangan
rumah batik palbatu.
b. Norma
Dalam kajiannya Coleman (yang dikutip oleh
Sunyoto, 2018:25) menjelaskan bahwa norma
merupakan sebuah pola interaksi yang melembagakan
berbagai kewajiban individu dalam sebuah kelompok
yang bertujuan sebagai obligasi dan harapan guna
tercapainya kerjasama dalam kelompok. Emile
Durkheim (yang dikutip oleh Fukuyama, 2010:7)
menyebutnya sebagai Anomie, apabila ketiadaan
norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur pola
aktivitas masyarakat ataupun kelompok yang
menyebabkan timbulnya keresahan di dalamnya.
Dalam rumah batik palbatu, norma dan nilai
yang berlaku sangat berkaitan dengan filosofi budaya
batik dan membatik itu sendiri. Bersih secara jiwa
dan pikiran, sabar dan telaten, serta penghormatan
kepada sesama individu maupun kelompok
merupakan satu filosofi batik yang digunakan sebagai
norma dan nilai dalam mengelola rumah batik
palbatu.
c. Jaringan
Menurut Durkheim (yang dikutip oleh Saidang,
dan Suparman, 2019:123), jaringan sosial yang baik
terbentuk dari adanya solidaritas antara individu di
Page 53
38
dalam sebuah kelompok atau masyarakat yang
didasari oleh moral dan kepercayaan yang dianut
bersama yang diperkuat dengan pengalaman bersama.
Fokus utama jaringan sosial yang terkandung dalam
modal sosial adalah bagaimana kemampuan individu
ataupun aktor dalam menjaga jaringan sosial yang
kemudian memanfaatkannya untuk mencapai tujuan
tertentu.
B. INDIKASI KINERJA (KAJIAN DAMPAK)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kinerja bisa
didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai. Secara garis besar
kinerja dapat diartikan sebagai hasil (baik kuantitas maupun
kualitas) dari sebuah sistem yang diterapkan dalam sebuah
kelompok masyarakat, organisasi, maupun instansi tertentu.
Menurut Luthans (yang dikutip oleh muchlisin, 2014),
kinerja merupakan kuantitas maupun kualitas sesuatu yang
dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang berdasarkan
sistem yang diterapkan. Berikut merupakan unsur-unsur yang
terdapat dalam indikasi kinerja:
1. Input
Secara garis besar input merupakan elemen yang
dimasukan dalam sebuah proses. Dalam penelitian ini input
yang digunakan adalah modal sosial. Unsur-unsur yang
terdapat dalam modal sosial (trust, norma, dan jaringan)
menjadi komponen utama yang dimasukan ke dalam proses
Page 54
39
perkembangan Rumah Batik Palbatu dan program beasiswa
difable membatik.
2. Output
Secara garis besar output merupakan hasil langsung
yang didapat dari sebuah input atau proses. Output
berkenaan dengan dengan hasil dari pengimplementasian
sebuah sistem dalam sebuah proses.
Output yang ada dalam penelitian ini adalah
pemanfaatan dari unsur-unsur yang ada dalam modal sosial
(trust, norma, dan jaringan). Pemanfaatan modal sosial di
Rumah Batik Palbatu memiliki hasil langsung yang
menyasar terhadap stakeholder yang terkait langsung.
3. Outcome
Secara garis besar outcome merupakan dampak yang
bersifat jangka panjang dalam penerapan suatu sistem.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dampak bisa
didefinisikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan
akibat (baik positif maupun negatif). Pengaruh merupakan
hasil yang timbul dari sebuah tindakan representatif seorang
individu. Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai
pengaruh atau akibat.
Dalam setiap tindakan yang diambil oleh individu
atau kelompok akan memiliki dampak, baik dampak bagi
yang melakukan tindakan ataupun dampak bagi pihak yang
bersangkutan namun tidak melakukan tindakan.
Page 55
40
Dari penjabaran diatas kita bisa menarik dampak
menjadi dua pengertian, yaitu:
a. Dampak Positif
Dampak positif timbul apabila tindakan (sebab)
yang dilakukan oleh individu atau kelompok bisa
bermuatan positif baik bagi yang melakukan tindakan
ataupun pihak yang menerima tindakan.
Indikasi dari positif bisa berupa kondisi yang
menguntungkan, keberhasilan dari sebuah usaha,
maupun keuntungan atau manfaat yang bersifat
tangiable (kasat mata).
b. Dampak Negatif
Berbanding terbalik dengan dampak positif,
dampak negatif timbul apabila tindakan (sebab) yang
dilakukan oleh individu atau kelompok bisa
bermuatan negatif baik bagi yang melakukan tindakan
ataupun pihak yang menerima tindakan.
Indikasi dari negatif bisa berupa kondisi yang
merugikan, kegagalan dari sebuah usaha, maupun
kerugian yang bersifat mutlak.
C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Robert Chambers (yang dikutip oleh Alfitri,
2011:22) secara umum pemberdayaan masyarakat
Page 56
41
merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
didalamnya terangkum nilai-nilai sosial. Dalam
perkembangannya, pemberdayaan seringkali menjadi
indikator bagi kesuksesan dalam sebuah program
pembangunan, karena pada dasarnya pemberdayaan
masyarakat merujuk pada pemerataan stratifikasi ekonomi
masyarakat.
Namun secara detail pemberdayaan masyarakat
bukan semata-mata hanya memenuhi kebutuhan masyarakat
yang bersifat kontemporer, lebih luas pemberdayaan
masyarakat di desain guna mencapai masyarakat mandiri
yang bersifat suistainable. Kadang kala otoritas yang
bertanggung jawab terhadap pembangunan ekonomi
menanggapi pemberdayaan dengan kacamata yang kurang
tepat dan terkesan mencari alternatif yang bersifat instan.
Program charity seringkali dijadikan gimik dan menyangkal
bahwa program tersebut seharusnya bersifat pemberdayaan
masyarakat. Fenomena tersebut terjadi karena proses
pemberdayaan masyarakat yang terbilang cukup panjang
dan memakan waktu bahkan hingga hitungan tahun.
Menurut Alfitri (2011:23) pemberdayaan masyarakat
merupakan sebuah empowering bagi sekelompok
masyarakat yang memiliki tujuan khusus sebagai
pengembangan diri yang mencangkup proses-proses
tertentu.
Prinsip dasar dari pemberdayaan masyarakat adalah
bahwa masyarakat itu sendiri yang menjadi subjek dari
Page 57
42
pembangunan. Dalam artian dengan adanya fasilitator atau
pendamping, masyarakat yang merancang sendiri
bagaimana konsep dalam program pembangunan,
masyarakat merupakan aktor yang mengimplementasikan
program yang telah dirancang, dan masyarakat pula yang
memberikan evaluasi bagi program tersebut.
Pemberdayaan masyarakat tidak melulu berpacu pada
pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan juga bisa
mencangkup di bidang kebudayaan maupun politik. Dalam
penelitian ini implementasi pemberdayaan masyarakat
dibagi menjadi dua bidang, yaitu pemberdayaan ekonomi
dan pemberdayaan di bidang kebudayaan. Rumah batik
palbatu menerapkan pemberdayaan di bidang kebudayaan
sebagai upaya untuk empowering sekelompok masyarakat
agar bisa ikut berpartisipasi dalam pelestarian budaya batik
di Indonesia.
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
(Dumasari, 2018:35) Tujuan dari pemberdayaan
masyarakat terbagi menjadi dua kategori, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari pemberdayaan
masyarakat cenderung lebih luas dan bersifat universal,
dalam artian tujuan umum dari pemberdayaan masyarakat
mencangkup tujuan bersama masyarakat tersebut. Berikut
merupakan beberapa tujuan umum pemberdayaan
masyarakat menurut Dumasari (2018:36-37):
Page 58
43
a. Meningkatkan pemerataan kualitas sumber daya
manusia secara berkeadilan.
b. Mengentaskan kemiskinan masyarakat yang
bersifat kultural dan absolut.
c. Meningkatkan kemandirian dan keswadayaan
masyarakat yang lemah dan tidak berdaya.
d. Melepaskan masyarakat dari belenggu ketunaan,
keterbelakangan, ketergantungan dan kemerosotan
moral.
e. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
berbagai bidang.
f. Meningkatkan kemauan dan kemampuan
partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan
usaha produktif kreatif berbasis sumber daya lokal.
g. Menguatkan daya saing masyarakat dalam pasar
lokal maupun internasional.
h. Mengembangkan kelembagaan lokal dalam proses
pemberdayaan.
Rumah batik palbatu mengadopsi beberapa tujuan
umum dari pemberdayaan masyarakat khususnya yang
tertuang dalam misi rumah batik palbatu yaitu tentang
Page 59
44
sumberdaya manusia yang berdaya dalam ekonomi maupun
budaya.
Sedangkan tujuan dari pemberdayaan masyarakat
yang bersifat khusus merupakan ranting ataupun substansi
lanjutan dari tujuan umum pemberdayaan masyarakat.
Berikut merupakan tujuan khusus pemberdayaan
masyarakat yang dipaparkan oleh Dumasari (2018:38):
a. Meningkatkan akses dan kontrol masyarakat
kedalam pemanfaatan sumberdaya lokal di
kawasan tertentu.
b. Meningkatkan pelayanan fasilitas bagi pemenuhan
kebutuhan masyarakat yang bermasalah.
c. Menjadi fasilitator bagi masyarakat dalam mencari
alternatif pemecahan masalah.
d. Membantu masyarakat dalam memperbaiki moral
dan norma-norma masyarakat sehingga masyarakat
bisa lebih berempati dalam menghadapi masalah.
Dalam dua sampai tiga tahun terakhir rumah batik
palbatu mulai menjalankan tujuan khusus dari
pemberdayaan masyarakat, khususnya ketika rumah batik
palbatu sudah mendapat formula yang pas dalam
menjalankan program beasiswa difable membatik. Rumah
batik palbatu menjadi wadah dan penyedia fasilitas bagi
Page 60
45
teman-teman disabilitas dalam keikutsertaannya
memanfaatkan sumberdaya lokal.
3. Filantropi Sosial
Mungkin istilah filantropi sosial masih terdengar
cukup asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Namun dalam kenyataannya masyarakat Indonesia sudah
sedari lama mengamalkan budaya filantropis, sebagai
contoh adalah budaya gotong royong.
Secara garis besar filantropi sosial merupakan sebuah
sistem sosial yang dibangun berdasarkan kepedulian
sesama, dimana yang kuat sudah seharusnya peduli dengan
yang lemah. Menurut Dendy (2020), dalam
perkembangannya, konsep filantropi dimaknai secara lebih
luas yakni tidak hanya berhubungan dengan kegiatan yang
kuat memberi yang lemah, melainkan pada bagaimana
keefektifan sebuah kegiatan “memberi‟, baik material
maupun non-material, dapat mendorong perubahan kolektif
di masyarakat.
Filantropi sosial telah dianggap sebagai salah satu
bentuk modal sosial yang telah melekat pada kultur
komunal khususnya pada budaya bangsa Indonesia. Budaya
gotong royong pada masyarakat Jawa merupakan contoh
nyata penerapan filantropi sosial sebagai penguatan modal
sosial di Indonesia.
Menurut Chusnan Jusuf (yang dikutip oleh Dendy,
2008), ada dua bentuk filantropi sosial yang berkembang di
Page 61
46
masyarakat, yaitu; filantropi tradisional dan modern.
Filantropi tradisional merupakan bentuk “belas kasih” yang
kaya kepada yang miskin. Bentuk filantropis ini hanya
berupa sumbangan kepada individu dan bertujuan untuk
penguatan status bagi si kaya atau yang menyumbang.
Berbanding terbalik dengan filantropi tradisional, bentuk
filantropi modern lebih cenderung kepada pendayagunaan
kekuatan guna menjadi stimulan atau pendorong bagi
pembangunan dan kesejahteraan sosial.
Rumah batik palbatu menerapkan filantropi sosial
sebagai salah satu bentuk pelaksanaan programnya.
Sedekah batik dan beasiswa difable membatik merupakan
contoh nyata dalam penerapan filantropi sosial di rumah
batik palbatu. Kedua program tersebut mengusung bentuk
filantropi sosial gaya modern dimana rumah batik palbatu
tidak hanya memberikan sumbangan berbentuk materi
semata, namun rumah batik palbatu memberikan ilmu dan
keterampilan dalam membatik. Khususnya program
beasiswa difable membatik, rumah batik palbatu berangkat
dari keresahan terhadap teman-teman tuli yang
termajinalisasi karena sulitnya mendapat pekerjaan. Rumah
batik palbatu mewadahi teman-teman tuli untuk bersama-
sama belajar membatik yang secara bertahap mengalami
proses seleksi sehingga setelah teman-teman tuli lulus dari
beasiswa membatik, teman-teman tuli bisa menyumbang
hasil karyanya secara suistainable untuk dijual di gerai
rumah batik palbatu.
Page 62
47
D. KAJIAN PUSTAKA
1. Industri Kreatif
Industri kreatif merupakan kegiatan industri yang
memerlukan ide dan gagasan sebagai rancangan
pengembangannya. Banyak sektor yang bisa dijelajahi dan
dikembangankan dalam industri kreatif. Salah satu sektor
yang menjanjikan apabila dikembangkan secara komitmen
adalah industri wisata yang berbasis kearifan lokal. Diawal
abad ke-21 industri kreatif telah menjadi alternatif jangka
panjang dalam pemecahan masalah ekonomi suatu negara.
Dalam temuan Howkins (yang dikutip oleh Kamil,
2015:169), industri kreatif Amerika di tahun 1996
mendulang pendapatan senilai 60,18 milyar dollar (sekitar
Rp.600 trilliun), pendapatan tersebut jauh melampaui
pendapatan industri mainstream lain seperti otomotif,
pertanian, dan pesawat. Temuan tersebut mengindikasikan
adanya gelombang ekonomi baru yang didasari oleh
pengembangan kreatifitas dan intelegensi lanjutan.
Sejauh ini rumah batik palbatu telah mengeksplorasi
beberapa sektor yang ada di industri kreatif, diantaranya;
budaya, craft, fashion, dan wisata. Sejauh ini yang menjadi
dasar terbentuknya Rumah Batik Palbatu sesuai dengan apa
yang ada di dalam visi Rumah Batik Palbatu yaitu menjadi
wisata edukasi batik di Indonesia. Walaupun pada
kenyataannya masih banyak pekerjaan rumah agar Rumah
Batik Palbatu bisa bersaing dengan wisata-wisata budaya
lainnya.
Page 63
48
Menurut Yoeti (yang dikutip oleh Etty dkk, 2020:19)
sebuah usaha bisa disebut sebagai kegiatan wisata apabila
di dalamnya terdapat tiga faktor penunjang, yaitu
something to do, something to see, dan something to buy.
Rumah Batik Palbatu sudah bisa disebut sebagai destinasi
wisata karena telah mengadopsi ketiga faktor tersebut,
namun yang menjadi hambatan adalah bagaimana proses
pengemasan supaya rumah batik palbatu bisa menjadi
wisata kebudayaan yang menarik bagi para pengunjung.
2. Batik
Batik merupakan warisan budaya leluhur bangsa
Indonesia yang bernilai seni tinggi dan mengandung makna
filosofis yang mendalam. Menurut Bram (2019), dalam
penerapannya batik adalah kain yang dilukis menggunakan
canting dan cairan lilin malam sehingga membentuk
lukisan-lukisan bernilai seni tinggi. Secara bahasa definisi
dari batik merujuk kepada kata benda, yang berarti hal
tersebut mengindikasikan bahwa batik merupakan budaya
yang berbentuk materil. Namun banyak orang yang salah
dalam berpandangan tentang batik, sebagian orang
menganggap batik adalah sebuah kain yang telah diberi
motif, ada juga sebagian yang beranggapan bahwa batik
merupakan pola yang digunakan dalam kain tersebut (pola
batik megamendung dan lain-lain). Pada hakikatnya batik
merupakan sebuah proses yang mengandung nilai filosofis
Page 64
49
yang mendalam, dalam artian proses mempertahankan
warna diatas kain menggunakan lilin malam.
Sering terjadi perdebatan dari mana batik awalnya
muncul dan diperkenalkan. Negara Malaysia seringkali
mengklaim bahwa batik merupakan budaya dari negara
Malaysia, sampai pada akhirnya tanggal 2 Oktober 2009
UNESCO menetapkan bahwa batik merupakan budaya asli
bangsa Indonesia.
E. KERANGKA BERPIKIR
Konsep utama dalam industri kreatif adalah pendayagunaan
kreatifitas, inovasi, serta bakat pada seorang individu maupun
kelompok untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan
kesejahteraan masyarakat. Banyak industri kreatif di Indonesia
gagal berkembang karena lemahnya modal sosial yang
menyebabkan menurunnya inklusifitas antara anggota pelaku
industri kreatif.
Di Rumah Batik Palbatu terdapat unsur-unsur dari modal
sosial yang mempengaruhi perkembangan dari Rumah Batik
Palbatu, tidak terkecuali dalam program beasiswa difable
membatik. Unsur-unsur dari modal sosial tersebut berupa trust,
norma, dan jaringan. Unsur-unsur modal sosial tersebut yang
menjadi input dari pengelolaan Rumah Batik Palbatu, terutama
dalam program beasiswa difable membatik.
Output atau hasil langsung dari implementasi unsur-unsur
modal sosial di Rumah Batik Palbatu adalah pemanfaatan dari
modal sosial itu sendiri. Sedangkan outcome atau dampak dari
Page 65
50
implementasi modal sosial di Rumah Batik Palbatu adalah
pemberdayaan masyarakat dan economic gain.
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah
pembangunan dimana masyarakat aktif dan berpartisipasi secara
langsung dan penuh. Hal tersebut dikarenakan dalam konsep
pemberdayaan, masyarakatlah yang menjadi subjek dari
pembangunan.
Page 66
51
Gambar 1: Kerangka Berpikir Penelitian
Page 67
52
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. SEJARAH RUMAH BATIK PALBATU
Rumah Batik Palbatu merupakan sebuah komunitas yang
bergerak di bidang kebudayaan khususnya batik yang memiliki
dasar dan tujuan sebagai wadah pemberdayaan masyarakat.
Secara internasional, batik baru ditetapkan sebagai budaya
warisan milik bangsa Indonesia pada tahun 2009. UNESCO
menetapkan batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia, yang
diakui sebagai budaya yaitu batik secara proses dan filosofis.
Namun stereotipe masyarakat Indonesia khususnya masyarakat
millenial yang mayoritas masih menganggap batik terlampau
kuno dan ndeso, apalagi di daerah metropolitan seperti Jakarta.
Berangkat dari keresahan tersebut dua orang warga
berinisiatif untuk mendirikan komunitas yang nantinya akan
bergerak di bidang kebudayaan khususnya batik. Pada tahun 2011
Hary dan Iwan sebagai founder Rumah Batik Palbatu mulai
membentuk Forum Komunikasi Pengembangan Kampung Batik
Palbatu, walaupun sebenarnya tidak ada satupun dari mereka
yang bisa membatik. Lantas mereka pun mengundang belasan
pembatik dari daerah Jawa Timur untuk memberikan pelatihan
membatik kepada seluruh warga RW.04 di Jalan Palbatu.
Pada awalnya komunitas ini bernama kampung batik yang
mana skala pergerakannya lebih luas yakni mencangkup seluruh
wilayah Palbatu.
Page 68
53
“Pas ketemu pak Iwan dan berdiskusi panjang, saya
langsung jadi idealis banget, waktu itu ekspetasi saya di
setiap RT harus ada satu rumah batik, jadi klo di RW.04
ada 12 RT ya berarti ada 12 rumah batik. Akhirnya saya
harus ngalah, dan akhirnya manfaatin apa yang ada
(Rumah Batik Palbatu yang ada di RT.09 RW.04).”
(Hary, hasil wawancara 7 Maret 2020)
Pernyataan pak Hary tersebut menunjukan bahwa
pemberdayaan masyarakat bukanlah hal yang mudah, perlu
adanya partisipasi yang benar-benar penuh dari seluruh individu
yang terlibat.
Agenda pertama mereka dilakukan pada 21-22 Mei 2011,
mereka mengundang 18 pengrajin batik profesional dari wilayah
Jawa Timur dan sekitarnya untuk memberi pengajaran dan
pelatihan seputar batik kepada warga wilayah Palbatu sebagai
bekal dalam melestarikan budaya batik secara nyata. Bulan-bulan
berikutnyapun mereka mulai rutin mengadakan program yang
berkaitan dengan budaya membatik, sampai pada pertengahan
bulan Mei 2014 mereka mulai melakukan ekspansi ke seluruh
wilayah Jabodetabek.
Pada bulan Oktober tahun 2014 kampung batik palbatu
mengadakan program Jakarta Batik Carnival, program tersebut
yang di kemudian hari menjadi batu loncatan bagi Kampung
Batik Palbatu bisa dikenal oleh masyarakat luas. Banyak media
yang tertarik untuk meliput dan memberitakan tentang Kampung
Batik Palbatu. Setelah dikenal oleh masyarakat luas, Kampung
Batik Palbatu yang dimotori oleh Budi Darmawan (pak Iwan) dan
Budi Dwi Haryanto (pak Hary) mulai mencanangkan program-
program yang berbasis industri kreatif, sehingga bisa menjadikan
Page 69
54
keuntungan ekonomi bagi komunitas Kampung Batik Palbatu.
Mulai dari pelatihan batik berbayar bagi yang berminat,
penjualan hasil karya membatik, sampai eksplorasi tetang batik
lebih mendalam lewat seminar-seminar yang diadakan instansi-
instansi besar.
Hal tersebut yang menjadi magnet bagi perusahaan-
perusahaan besar untuk turut serta bergabung menjadi mitra bagi
kampung batik palbatu. Komunitas kampung batik palbatu
memiliki kantor di jalan Palbatu yang bernama Rumah Batik
Palbatu. Rumah Batik Palbatu berdiri bertepatan dengan hari
batik nasional (2 Oktober) 2013. Rumah batik palbatu berfungsi
sebagai kesekretariatan dan juga gerai batik bagi yang ingin
membeli produk-produk nya.
Pada pertengahan tahun 2017, komunitas ini ingin lebih
konsentrasi dengan program pemberdayaan ekonominya sehingga
membuat kampung batik mengerucut dan hanya berfokus di
rumah batik nya saja. Pada tahun 2017 Rumah Batik Palbatu
kedatangan Ahmad Yusuf dari komunitas bahasa isyarat, yang
mana komunitas tersebut peduli dengan cara berkomunikasi
dengan teman-teman tuli.
Hal tersebut yang mendorong diadakannya program
beasiswa membatik bagi teman-teman difable khususnya teman-
teman tuli. Program beasiswa difable membatik sudah memasuki
batch yang ketujuh di tahun 2020 ini.
Page 70
55
B. LETAK GEOGRAFIS & DEMOGRAFIS
Secara administratif Rumah Batik Palbatu berada di
wilayah Tebet, Jakarta Selatan, lebih tepatnya di Jalan Palbatu
IV, no.17, Kelurahan Menteng Dalam. Jakarta Selatan sendiri
dikenal sebagai wilayah padat yang cukup banyak destinasi
wisata modern di dalamnya, hal tersebut dikarenakan banyaknya
mall dan juga café tempat “nongkrong” muda-mudi bersama
teman-temannya. Beberapa mall maupun tempat-tempat yang
sering dikunjungi di Jakarta Selatan antara lain; Kemang Village,
Kota Kasablanka, Cilandak Town Square, Blok M, dan lain-lain.
Hal tersebut yang mendukung berkembangnya Rumah Batik
Palbatu dikarenakan menjadi daya tarik baru di tengah padatnya
kota metropolitan.
Rumah Batik Palbatu merupakan sebuah bangunan
berbentuk rumah ditengah komplek perumahan yang dijadikan
gerai maupun kesekretariatan. Komplek perumahan Palbatu
berada tepat di samping jalan utama yang menghubungkan
Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Sampai Jakarta Barat. Fakta
tersebut yang dianggap pak Hary sebagai keuntungan tersendiri
karena akses yang cukup mudah bagi tamu maupun wisatawan
yang ingin berkunjung ke Rumah Batik Palbatu.
Akses setelah masuk perumahan palbatu pun cukup mudah
karena saat masuk di perumahan palbatu akan terlihat banyak
tembok-tembok warga yang di cat motif batik. Secara kasat mata
perumahan dijalan Palbatu ini terkesan sebuah perumahan yang
diperuntukan masyarakat dengan golongan ekonomi kelas
menengah. Fakta tersebut didasari oleh hasil observasi yang
Page 71
56
dilakukan oleh peneliti, peneliti mengambil kesimpulan model
rumah yang ada di jalan palbatu terbilang cukup sederhana dan
tidak ada perbedaan yang mencolok (dalam artian rumah mewah
dan rumah biasa) antara satu rumah dengan rumah lainnya.
C. VISI & MISI RUMAH BATIK PALBATU
Rumah Batik Palbatu memiliki visi dan misi guna
mewujudkan tujuannya dalam pengembangan industri kreatif
yang berbasis pemberdayaan ekonomi masyarakat. Berikut
merupakan visi dan misi Rumah Batik Palbatu:
1. Visi Rumah Batik Palbatu
Menjadi destinasi wisata edukasi batik terbaik di
Indonesia.
2. Misi Rumah Batik Palbatu
a. Memberdayakan masyarakat melalui kegiatan edukasi
batik dan ekonomi kreatif.
b. Melestarikan batik sebagai warisan budaya tak benda
yang telah diakui dunia melalui kegiatan edukasi dan
produksi batik.
c. Mendorong lahirnya kecintaan generasi millenial
terhadap batik berikut dengan manfaat ekonomisnya
melalui berbagai kegiatan kreatif dan edukatif.
Page 72
57
Selain visi dan misi, Rumah Batik Palbatu juga memiliki
nilai tambah yang membedakan dengan Rumah Batik Lainnya,
nilai tambah tersebut antara lain:
a. Proses pewarnaan secara Colet, meminimalisir limbah
b. Fleksibelitas membatik: batik di café, disekolah dan
dimana pun.
c. Kurikulum untuk advand (3 kali minimal dalm 1 bulan).
Kalo diluar hanya basic (hanya 1 kali pertemuan).
d. Edukasi sesuai dengan SKKNI.
D. PRESTASI RUMAH BATIK PALBATU
Banyak prestasi membanggakan yang telah diraih oleh
Rumah Batik Palbatu, mulai dari prestasi lokal sampai prestasi
yang bersifat nasional. Rumah Batik Palbatu pernah dua kali
mendapat rekor muri yang pertama rekor dengan penyelenggara
pengecatan jalan dengan motif batik dan yang kedua rekor
dengan “ngebatik sekampung” atau menghias seluruh dinding
rumah warga dengan motif batik.
Media-media berita nasional juga banyak yang berdatangan
karena penasaran dengan kesuksesan Rumah Batik Palbatu.
Setelah media berita berdatangan maka reputasi Rumah Batik
Palbatu makin besar dan terdengar ke beberapa negara. Banyak
warga negara asing dan turis mancanegara yang sedang berlibur
ke Indonesia menyempatkan untuk mampir dan belajar membatik
Page 73
58
di Rumah Batik Palbatu. Para turis mancanegara penasaran
dengan budaya membatik di Indonesia yang kental akan filosofi
dalam kehidupan.
Karena reputasi Rumah Batik Palbatu yang terbilang cukup
besar, sering ada event-event kebudayaan khususnya batik yang
turut serta mengundang perwakilan dari Rumah Batik Palbatu.
Pihak penyelenggara event-event tersebut seringkali mengundang
perwakilan dari Rumah Batik Palbatu untuk menjadi juri dalam
sebuah kontes, tamu kehormatan, bahkan pembicara dalam event-
event tertentu.
E. PERSONALIA & KEANGGOTAAN
Kemajuan teknologi menuntut setiap orang untuk terus
update setiap harinya, namun bagi masyarakat yang tergolong
lanjut usia sangat sulit untuk mengejar ketertinggalan teknologi.
Hal tersebut yang menjadi alasan pada tahun 2020 ini Rumah
Batik Palbatu menggaet millenial dari beberapa universitas dan
program studi untuk ikut serta dalam mengelola Rumah Batik
Palbatu. Para relawan millenial ini berfungsi sebagai penyedia
jalur informasi bagi kemajuan teknologi dan juga sebagai
kaderisasi Rumah Batik Palbatu. Dengan adanya relawan dari
generasi millenial ini Rumah Batik Palbatu diharapkan bisa
menjadi lebih ramah dan bersahabat dengan para generasi
millenial lainnya.
Sebelumnya Rumah Batik Palbatu di pimpin oleh dua orang
pengagagas yang bertanggung jawab penuh yaitu Budi Dwi
Hartanto (pak Hary) dan Budi Darmawan (pak Iwan) dan diikuti
Page 74
59
oleh Sri Wahyuni (bu Yuyun) sebagai penganggung jawab
keuangan. Belakangan Meliana diberikan kepercayaan sebagai
salah satu penganggung jawab Rumah Batik Palbatu
yangmengurusi permasalahan administrasi.
Dalam mengajar batik kepada peserta, beberapa anggota
Rumah Batik Palbatu telah memiliki legalitas dalam bentuk
sertifikat yang di dapat dari proses seleksi melalui APPBI.
Sertifikat tersebut berfungsi sebagai tanda bukti bahwa anggota
tersebut telah diakui secara nasional sebagai orang yang mengerti
dan memahami penuh tentang batik.
Pengajar batik yang ada di Rumah Batik Palbatu terdiri dari
beberapa warga Palbatu, namun ada juga beberapa pengajar batik
yang berasal dari luar Palbatu. Para mengajar batik bahu-
membahu saling mengisi satu sama lain, sebagian besar pengajar
batik mengaku mengajar batik di Rumah Batik Palbatu sebagai
pekerjaan sampingan.
Selain itu ada juga pembatik tuli yang berasal dari alumni
program beasiswa difable membatik. Rumah Batik Palbatu
memberikan kepercayaan kepada beberapa alumni dengan
klasifikasi tertentu untuk ikut berpartisipasi menjadi pengajar
batik. Ada juga beberapa pembatik tuli yang dibantu untuk
mendapat sertifikat sebagai pembatik dari APPBI.
Page 75
60
F. PROGRAM LEMBAGA
1. Wisata Edukasi Batik
Wisata edukasi batik merupakan program inti yang
sesuai dengan visi dari Rumah Batik Palbatu. Konsep
utama dari program wisata edukasi batik adalah pelestarian
budaya batik dengan pelatihan membatik oleh anggota
Rumah Batik Palbatu yang terdiridari warga dan non warga
Palbatu serta alumni beasiswa difable membatik.
Bagi yang ingin mengikuti pelatihan membatik ada
beberapa paket yang bisa dipilih dengan tarif yang beragam
pula. Ada pelatihan yang hanya sekali pertemuan dengan
biaya kurang lebih 200 ribu rupiah. Sedangkan paket yang
selama 3 bulan dengan 12 pertemuan, dikenakan biaya
sekitar 1 juta rupiah. Harga yang dipatok cukup mahal
karena target pasarnya berupa wisatawan maupun individu-
individu dengan ekonomi menengah keatas dan lembaga-
lembaga atau perusahaan-perusahaan yang ingin
memberikan pelatihan kepada para karyawannya.
Pendapatan dari pelatihan membatik ini akan dibagi
rata kepada para anggota Rumah Batik Palbatu yang ikut
serta mengajar batik dan sisanya akan masuk ke dalam kas
Rumah Batik Palbatu dan biaya operasional (pemeliharaan
alat-alat dan pembelian bahan baku membatik).
“jadi setiap ada yang mau ikut pelatihan membatik
ini kita tugasin beberapa anggota yang ada waktu
luang buat jadi pengajar, hasilnya nanti dibagi dua,
separo buat yang ngajar batik separonya lagi buat
Page 76
61
operasional.” (Hary, hasil wawancara 7 Maret
2020)
Pelatihan membatik difokuskan kepada pelatihan
batik tulis, karena dibandingkan dengan batik cap batik tulis
memiliki proses yang lebih rumit dan biasanya hasil karya
dari batik tulis lebih memiliki value yang lebih tinggi.
2. Gerai.id
Gerai.id merupakan program baru yang digagas oleh
Ahmad Yusuf sebagai salah satu anggota Rumah Batik
Palbatu. Berangkat dari sebuah keresahan dalam penjualan
hasil karya para anggota Rumah Batik Palbatu, Yusuf pun
membuat sebuah program yang mewadahi hal tersebut.
Konsep utama dari program ini adalah seluruh
anggota Rumah Batik Palbatu ikut berpartisipasi dalam
proses pemasaran hasil karya seluruh anggota. Sebenarnya
selain anggota, seluruh alumni program beasiswa difable
membatik, juga yang pernah mengikuti pelatihan membatik
di Rumah Batik Palbatu juga bisa ikut berpartisipasi dalam
program ini.
Program ini disebut sebagai solusi dalam
permasalahan pemasaran produk yang menjadi mimpi
buruk bagi seluruh pelaku usaha terutama Rumah Batik
Palbatu.
“Jadi ceritanya kan saya juga magang kuliah disini
hehe jadi abis penelitian trus nemu hasilnya, nemu
permasalahannya, nemu juga solusinya
Alhamdulillah. Walaupun masih dalam tahap
pengembangan, tapi saya berharap program
Page 77
62
gerai.id ini bisa jadi solusi jangka panjang buat
Rumah Batik Palbatu.” (Yusuf, hasil wawancara
14 Maret 2020)
Dalam penerapan program gerai.id ini, seluruh
anggota bisa ikut menjadi reseller bagi yang ingin menjual
hasil karya atau dagangannya. Peneliti mengambil contoh
seperti, misal A mau menjual hasil karya nya dengan harga
50 ribu rupiah lalu si A sounding di grup whatsapp gerai.id
tentang niatnya menjual hasil karyanya, lalu anggota lain
boleh ikut menjual hasil karyanya dan juga ikut mengambil
keuntungan seperti menjual kembali dengan harga 60 ribu.
Dengan begitu apabila si B ingin ikut menjual barang milik
A namun harga yang dipasang si B adalah 60 ribu, maka si
B ikut mendapat keuntungan sebesar 10 ribu dari barang
dagangan si A.
Dengan begitu sirkulasi pemasaran produk bisa lebih
meluas dengan adanya program gerai.id yang
mewadahinya. Program ini juga digagas sebagai jalan
keluar saat terhambatnya ekonomi saat masa pandemi
Covid-19.
Rumah Batik Palbatu memperbolehkan seluruh
anggotanya memanfaatkan sumberdaya yang ada di Rumah
Batik Palbatu dalam membuat batik (alat-alat membatik dan
bahan) dan menjualnya.
Kesimpulan yang bisa ditarik dari pernyataan pak
Hary diatas adalah;
Page 78
63
a. Alat dan bahan yang digunakan dalam membatik
bukan sesuatu yang mudah di dapat dan kadang
memiliki harga yang cukup tinggi.
b. Rumah Batik Palbatu memiliki kelengkapan alat
dan bahan yang biasa digunakan dalam membatik,
Rumah Batik juga memperbolehkan anggotanya
untuk memanfaatkannya.
c. Rumah Batik Palbatu memberikan kepercayaan
kepada anggotanya dalam memanfaatkan fasilitas
yang ada, Rumah Batik Palbatu tidak membebani
anggotanya tentang modal untuk membuat batik.
Anggota yang ingin membuat produk batik bisa
memanfaatkannya terlebih dahulu, pengembalian
modal dari bahan dan alat boleh ketika produknya
sudah laku terjual.
Program gerai.id ini memiliki komunikasi online
yang cukup bagus yaitu dengan adanya grup whatsapp,
sehingga memudahkan komunikasi anggotanya tanpa ada
tatap muka saat situasi pandemi Covid-19.
3. Beasiswa Difable Membatik
Beasiswa difable membatik adalah bentuk program
yang dibangun berdasarkan tanggung jawab sosial Rumah
Batik Palbatu kepada masyarakat disabilitas. Program ini
dibentuk pertama kali pada pertengahan tahun 2017,
Page 79
64
awalnya program ini bernama belajar membatik bersama
sahabat disabilitas, yang kemudian di tahun 2019 tepatnya
saat memasuki batch 6 program ini berganti nama menjadi
beasiswa difable membatik.
Konsep utama dari program ini adalah memberi
pelatihan membatik untuk peserta disabilitas yang telah
mendaftar dan telah lulus seleksi tertentu. Para peserta akan
diberikan pelatihan membatik oleh seluruh anggota Rumah
Batik Palbatu yang dibantu jugaoleh para relawan milenial
Rumah Batik Palbatu. Program berjalan selama kurang
lebih dua bulan dengan delapan kali pertemuan di setiap
hari sabtu.
Disabilitas yang diutamakan biasanya adalah mereka
yang menyandang tunarungu, namun ada juga beberapa
yang menyandang tunadaksa dan di batch yang ke enam
ada penderita kanker yang ikut serta dalam program ini.
Penderita kanker yang pernah ikut serta dalam program ini
adalah Restu, Rizky, dan Athala. Ketiganya adalah anak
remaja dibawah usia 17 tahun yang masih bersekolah di
jenjang SD maupun SMP. Yang masih rajin membatik dan
sering ke Rumah Batik Palbatu adalah Restu, Rumah Batik
Palbatu ikut serta dalam membatu ekonomi orang tua Restu
yang bisa dibilang ada di kelas menengah kebawah. Bentuk
nyata dari bantuan yang diberikan oleh Rumah Batik
Palbatu adalah, orang tua Restu diperbolehkan untuk ikut
Page 80
65
serta dalam belajar membatik yang kemudian bisa menjual
hasil karyanya di Rumah Batik Palbatu.
Selain sebagai keterampilan tambahan, para penderita
kanker bisa sekaligus melakukan terapi kesenian dengan
membatik. Bamandhita (2018) menyatakan terapi seni
membantu mereka dari berbagai perasaan yang tidak
menyenangkan, dan memberi dukungan saat mereka merasa
cemas dan jauh dari orang-orang yang mereka cintai. Selain
itu, dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
kesenian dapat mengubah pola gelombang, hormon, dan
sinyal di otak.
Tidak ada ukuran pasti dalam menyelenggarakan
program beasiswa difable membatik ini, dalam artian tidak
menentu akan diadakan setiap berapa kali dalam setahun.
Sejauh ini beasiswa difable membatik telah melalui 6 batch
dan sudah mulai tahap seleksi di batch yang ketujuh.
Dalam proses selesksi para calon peserta akan
diwawancarai mengenai tanggung jawab dan
konsistensinya dalam mengikuti program beasiswa difable
membatik ini. Layaknya program beasiswa pada umumnya,
ada surat kontrak yang akan diberikan kepada calon peserta
yang berisi kewajiban selama mengikuti program beasiswa
difable membatik. Kewajiban yang tertera dalam surat
kontrak tersebut antara lain:
Page 81
66
Kewajiban pihak Pertama (Rumah Batik Palbatu):
a. Pihak Pertama memberikan pelatihan berupa beasiswa
untuk belajar Batik untuk angkatan ke_ sesuai ketentuan
yang berlaku, kepada Pihak Kedua untuk mengikuti dan
menyelesaikan Program Beasiswa Difabel Membatik di
Rumah Batik Palbatu selama 8 (delapan) pertemuan.
b. Pihak Pertama memfasilitasi tempat belajar membatik,
alat dan bahan kain membatik kepada Pihak Kedua
selama Program Beasiswa Difabel Membatik
berlangsung selama 8 (delapan) pertemuan.
c. Pihak Pertama memegang penuh atas keputusan apabila
Pihak Kedua tidak menaati peraturan yang sudah dibuat
dan disepakati oleh kedua belah pihak.
Kewajiban Pihak Kedua (Peserta):
a. Pihak Kedua wajib hadir selama 8 (delapan) pertemuan
untuk menerima materi yang disampaikan oleh Pihak
Pertama.
b. Pihak Kedua diberikan dispensasi maksimal 3 kali tidak
hadir, jika Pihak Kedua tidak hadir melebihi batas
maksimal dispensasi dan tanpa ada keterangan yang
jelas, Pihak Pertama berhak mengambil keputusan untuk
memberhentikan Beasiswa Program Beasiswa Difabel
Membatik.
Page 82
67
c. Pihak Kedua wajib memberikan informasi atau
keterangan kepada Pihak Pertama dengan alasan yang
relevan jika Pihak Kedua berhalangan hadir.
d. Pihak Kedua wajib menyelesaikan semua tugas yang
diberikan oleh Pihak Pertama selama Program Beasiswa
Difabel Membatik berlangsung, selama selama 8
(delapan) pertemuan.
Setelah mengisi semua isi dari kontrak peserta
program beasiswa difable membatik, para peserta harus
menandatangani kontrak tersebut dengan disertai materai
6000.
Page 83
68
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN
A. IMPLEMENTASI MODAL SOSIAL DI RUMAH BATIK
PALBATU
Modal sosial merupakan sebuah entitas dalam suatu
kelompok sosial yang memanfaatkan unsur kepercayaan, norma,
dan jaringan sosial sebagai tumpuan dasar pelaksanaannya.
Rumah Batik Palbatu memanfaatkan modal sosial sebagai salah
satu kunci terutama dalam program yang memiliki konsep
pemberdayaan. Berikut penjabaran dari pemanfaatan modal sosial
di Rumah Batik Palbatu:
1. Kepercayaan (trust)
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, trust atau
kepercayaan merupakan sebuah tindakan yang didasari oleh
rasa yakin bahwa orang lain akan melakukan sesuai dengan
apa yang diharapkan dan merupakan pola yang saling
mendukung.
Dalam perkembangannya, Rumah Batik Palbatu tidak
terlepas dari rasa percaya antara keanggotaan yang
tergabung di dalamnya. Dalam proses awal pembentukan
Rumah Batik Palbatu, Pak Hary dan Pak Iwan meyakinkan
warga jalan Palbatu dan otoritas setempat agar bisa
mendukung dan berpartisipasi dalam mengimplementasikan
gagasan mereka terkait Rumah Batik Palbatu.
Page 84
69
Banyak hambatan yang harus mereka lalui untuk
meyakinkan warga dan otoritas setempat, sebagaimana
dijelaskan oleh pak Hary:
“Proses paling sulit pas mendirikan Rumah Batik
ini ya tentang bagaimana cara meyakinkan warga
Palbatu sini, RT, sama RW. Apalagi yang
berkaitan sama proposal yang isinya tentang
pengajuan dana. Tapi karna saya dan pak Iwan
udah terlanjur niat ya mau ga mau harus konsisten
sama ikhtiar yang kuat.” (Hary, hasil wawancara 7
Maret 2020)
Pernyataan tersebut menjelaskan bagaimana trust atau
kepercayaan dari lingkungan sekitar menjadi tumpuan
utama dalam mendirikan Rumah Batik Palbatu. Sampai
pada akhirnya terbentuklah sebuah pola kepercayaan antara
lingkungan kepada Rumah Batik Palbatu. Warga sekitar
mampu mempercayai program-program yang diusung
Rumah Batik Palbatu, salah satu contoh kepercayaan warga
kepada Rumah Batik Palbatu adalah ketika warga dengan
sukarela berpartisipasi dan dengan sukarela dinding
rumahnya dilukis dengan motif batik dalam program
ngebatik sekampung.
Begitu pula dengan otoritas setempat seperti ketua RT
dan ketua RW, pak Hary dan pak Iwan berhasil
meyakinkan otoritas setempat agar bisa mendukung penuh
program-program yang di gagas Rumah Batik Palbatu. Ada
kepercayaan yang diberikan otoritas setempat kepada
Rumah Batik Palbatu, Rumah Batik Palbatu tidak akan
mendapat kesulitan ketika ingin mengadakan program-
Page 85
70
program yang di gagas karena adanya dukungan penuh dari
otoritas setempat terkait izin penyelenggaraannya.
Dalam beberapa tahun terakhir Rumah Batik Palbatu
berhasil melakukan ekspansi besar-besaran yang
berdampak baik bagi reputasi Rumah Batik Palbatu. Hal
tersebut yang menyebabkan Rumah Batik Palbatu merekrut
anggota-anggota baru yang bukan hanya dari warga sekitar.
Pak Hary dan pak Iwan selaku pendiri Rumah Batik Palbatu
membuka kesempatan bagi anggota yang berkomitmen
untuk ikut serta menjadi tim pengurus Rumah Batik
Palbatu. Adanya kepercayaan yang diberikan pak Hary dan
pak Iwan kepada beberapa anggota seperti Meliana untuk
menjadi bagian dari tim pengurus yang ikut serta
merencanakan beberapa pengembangan program dari
Rumah Batik Palbatu.
Pak Hary menjelaskan tentang bentuk
kepercayaannya terhadap anggota yang memiliki komitmen
penuh terhadap Rumah Batik Palbatu:
“Sebenernya sih terbuka bagi siapapun ya (ikut
serta dalam mengurus), tapi kan yang dibutuhkan
RBP itu komitmen dan tanggung jawab. Jadi ya
saya jadikan beberapa anggota kaya Meli dan
Yusuf ini sebagai tim pengurus karna saya percaya
ada tanggung jawab dan komitmen di diri mereka.”
(Hary, hasil wawancara 7 Maret 2020)
Begitu pula pengakuan dari kacamata Meliana
tentang kepercayaan antara anggota dan pendiri sekaligus
pengurus Rumah Batik Palbatu. Meliana menaruh harapan
kepada Rumah Batik Palbatu agar dapat selalu berkembang
Page 86
71
dengan cara turut berpartisipasi dan mempercayai kinerja
seluruh pengurus Rumah Batik Palbatu.
“Saya juga ga nyangka ya bisa dikasih
kepercayaan buat jadi tim pengurus RBP, padahal
awalnya saya cuma mau belajar tentang batik aja.
Saya terima tawaran dari pak Hary (buat jadi tim
pengurus) karna saya senang ada disini trus juga
percaya RBP ini bisa jadi simbol perkembangan
budaya batik di Jakarta.” (Meliana, hasil
wawancara 14 Maret 2020)
Layaknya sebuah keluarga, individu-individu yang
tergabung di dalam Rumah Batik Palbatu menaruh
kepercayaan satu sama lain yang di dasari oleh seberapa
intens komunikasi dan interaksi di dalamnya serta seberapa
dekat juga hubungan antara individu maupun kelompok
yang terlibat di dalamnya.
Secara garis besar Rumah Batik Palbatu merupakan
sebuah industri kreatif yang bergerak di sektor wisata
budaya. Hal tersebut yang mendasari bentuk trust yang
diadopsi ke dalam program merupakan bentuk trust yang
biasa digunakan dalam dunia wirausaha. Sebagaimana
disebutkan oleh Fadjar (2016) bahwa trust, sebuah kata
kunci yang bisa membuka banyak kebuntuan dalam bisnis
dan urat nadi dari bisnis. Semua konsep, strategi bisnis
yang begitu sempurna akan tidak berarti bila trust ini
hilang. Sebaliknya strategi sederhana akan bekerja ampuh
bila ada derajat trust yang tinggi.
Mengambil gambaran trust dalam program beasiswa
difable membatik, Rumah Batik Palbatu memberikan
Page 87
72
kepercayaan kepada peserta dengan kriteria tertentu untuk
belajar membatik secara gratis selama dua bulan penuh.
Rumah Batik Palbatu memberikan trust kepada peserta
dengan harapan agar setelah mengikuti pelatihan peserta
memiliki keterampilan mengenai batik dan bisa berdaya
secara ekonomi dengan menjadi pembatik atau pengusaha
batik. Setelah menguasai batik, Rumah Batik Palbatu
memberikan kepercayaan kepada peserta agar bisa menjual
hasil karyanya di Rumah Batik Palbatu. Sebagaimana
penuturan Novita selaku alumni beasiwa difable membatik
batch 1 (penyandang tunarungu) yang rutin membatik dan
menjual hasilkaryanya secara mandiri ataupun lewat
Rumah Batik Palbatu.
“Saya bersyukur bisa dikasih kepercayaan buat
membatik dan menjual hasil karya saya disini
(Rumah Batik Palbatu).” (Novita, hasil wawancara
11 Juli 2020)
Dari beberapa pernyataan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada beberapa indikasi utama dalam
proses pembentukan trust di Rumah Batik Palbatu,
diantaranya:
a) Persamaan frekuensi yang terbentuk akibat
komunikasi intens yang terjalin antara aktor-aktor
yang tergabung di dalamnya.
b) Inklusifitas yang terjalin diantara individu yang
tergabung, tidak membedakan status, agama, suku,
Page 88
73
ras, dan lain-lain. Hal tersebut yang menyebabkan
adanya kedekatan secara emosional antara
individu-individu yang tergabung di dalamnya.
c) Tindakan, sifat, dan perilaku individu yang
tergabung di dalamnya.
2. Norma
Norma merupakan sebuah pola aturan yang
diperlakukan sebagai pedoman utama dalam bertindak dan
berinteraksi seorang individu dengan individu lain.
Sedangkan norma sosial merupakan sebuah norma yang
lebih berfokus pada pola interaksi individu dalam sebuah
kelompok yang dijaga agar tidak ada perpecahan dan
kesalahpahaman.
Dalam Rumah Batik Palbatu norma yang disepakati
diadopsi dari nilai filosofis dan nilai moral dari budaya
batik itu sendiri. Walaupun setiap pola batik memiliki
makna filosofis dan pesan yang berbeda-beda, namun
secara umum batik merupakan sebuah anugerah budaya
yang diwariskan nenek moyang Indonesia. Sebagaimana
dijelaskan oleh pak Hary:
“Mangkanya, perlu ada pemahaman mendasar dari
batik itu sendiri, dalam artian apasih batik itu?
Pesan apasih yang mau disampaikan oleh batik
kepada kita?.” (Hary, hasil wawancara 7 Maret
2020)
Pesan moral yang ingin disampaikan dari “membatik”
adalah bagaimana kita agar lebih menghargai sebuah
Page 89
74
proses, menghormati kepada sesama melalui toto kromo,
menjaga ikatan batin dengan sesama, dan kepedulian
mendalam bagi sesama terutama bagi yang
membutuhkannya.
Persamaan perspektif dan frekuensi seluruh anggota
di Rumah Batik Palbatu tentang batik menyebabkan norma
yang berjalan terbilang cukup efektif. Salah satu bentuk
nyata norma yang berjalan di Rumah Batik Palbatu adalah
tentang jadwal rapat bagi pengurus dan anggota. Telah
disepakati bahwa diadakan rapat setiap seminggu sekali di
hari sabtu, kewajiban untuk mengikutinya dan apabila
berhalangan harus meminta maaf kepada seluruh anggota
dan menyertai alasannya. Walaupun di keadaan pandemi
dan harus menerapkan Physical Distancing tapi rapat harus
tetap berjalan walaupun harus lewat aplikasi pertemuan di
smartphone seperti zoom.
“Udah disepakatin dari awal tentang rapat, apapun
kondisinya kecuali ada keperluan mendesak,
semua harus ikut rapat. Kalo lagi gabisa tatap
muka (situasi pandemi) ya kan bisa lewat hape.”
(Saski, hasil wawancara 11 Juli 2020)
“Kemaren aku sering gaikut rapat gara-gara ada
keperluan kerjaan hehe, mau gamau aku harus
japri satu-satu semua anggota sambil minta maaf.”
(Dina, hasil wawancara 11 Juli 2020)
Output dari norma yang mengatur tentang jadwal
rapat adalah sebuah konsistensi, tanggung jawab, dan
kebersamaan. Setiap anggota terlepas dari jabatan sebagai
Page 90
75
pengurus ataupun relawan semua harus menaati aturan yang
berlaku dan semua harus ikhlas dan menerimanya.
Selain tentang aturan dalam rapat mingguan,
kebersihan dan kerapihan Rumah Batik Palbatu pun
memiliki sebuah norma yang harus dijalankan bersama.
Setiap anggota Rumah Batik Palbatu wajib merapihkan
barang-barang yang telah selesai dipakai dan
membersihkan ruangan setelahnya.
“Semua barangnya kan susah dapetinnya, harganya
juga ada yang lumayan (mahal) mangkanya kalo
abis dipake sama anggota atau sama peserta kita
wajib rapihin trus dibersihin juga disapu sama di
pel. Bukannya apa-apa, klo ada yang rusak sama
hilang kan kita juga yang rugi.” (Yuyun, hasil
wawancara 14 Maret 2020)
Dalam pelaksanaan program, khusunya dalam
program beasiswa difable membatik, norma yang dijalani
akan lebih bersifat teknis dan sesuai dengan lapangan.
Dalam menjalankan program beasiswa difable membatik
banyak norma yang harus dituruti karena adanya perbedaan
karakteristik peserta yang menyandang disabilitas
khususnya tunarungu. Sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad
Yusuf sebagai salah satu anggota Rumah Batik Palbatu
sekaligus aktivis bahasa isyarat:
“Mereka (teman-teman tunarungu) itu lebih
sensitif, kadang mereka ga suka kalo kita ngobrol
sama orang trus dia ga diajak ngomong. Pokoknya
kita harus seolah-olah komunikatif sama mereka.”
(Yusuf, hasil wawancara 14 Maret 2020)
Page 91
76
Sejauh ini hanya ada dua anggota Rumah Batik
Palbatu yang menguasai penuh terkait bahasa isyarat dan
etika komunikasi dengan penyandang tuli atau tunarungu
mereka adalah Ahmad Yusuf dan Putri Haitami. Sejauh
yang peneliti pelajari, ada beberapa etika ketika berinteraksi
dengan teman-teman tuli atau tunarungu, diantaranya:
a) Pastikan apakah mereka nyaman diajak
komunikasi atau tidak, dalam artian keterbatasan
kita dalam menggunakan bahasa isyarat kadang
kala membuat mereka sedikit terganggu.
b) Kita harus ekspresif dan tidak boleh menunjukan
ekspresi dan gerakan yang tidak sinkron.
c) Tidak menutup mulut, mengunyah permen dan
kegiatan lain yang bisa mengganggu mereka dalam
membaca gerak bibir kita.
d) Jika memutuskan untuk minta bantuan
penerjemah, kita harus tetap berfokus dan lebih
komunikatif kepada mereka.
Selain norma dalam berkomunikasi dengan peserta
tuli atau tunarungu, anggota Rumah Batik juga harus
mendapingi penuh para peserta karena ada beberapa
momen kecil yang bisa berakibat fatal bagi peserta tuli atau
tunarungu.
Page 92
77
Peneliti mengambil contoh sebagaimana telah
dijelaskan oleh pak Hary, bahwa dalam membatik ada
proses yang dinamakan lorot. Proses lorot sendiri
merupakan proses dalam melepas lilin malam dari kain.
Dalam prosesnya lorot membutuhkan kwali besar, air
mendidih, dan pastinya kompor yang menggunakan gas
agar lebih maksimal. Kadangkala kita pun harus teliti dan
berhati-hati ketika menggunakan kompor gas, kebocoran
sedikit akan menimbulkan malapetaka. Kebocoran gas
maupun selang kompor dapat diidentifikasi dengan bunyi
yang menggangu dari sumbernya. Dikarenakan mereka
(peserta beasiswa difable membatik) tidak bisa mendengar
maka perlu ada pendampingan untuk hal-hal yang seperti
ini.
3. Jaringan
Bisa dikatakan bahwa jaringan sosial merupakan
sebuah jembatan penghubung antara individu ataupun
kelompok lain yang bisa membuat sebuah perkembangan
bagi yang terlibat. Perkembangan dalam artian dengan
adanya jaringan maka akan ada pertukaran baik informasi
maupun resources.
Rumah Batik Palbatu selalu menjaga maupun
mengembangkan jaringan yang ada, salah satu contohnya
jaringan dengan Asosiasi Pengusaha dan Pengrajin Batik
Indonesia (APPBI). APPBI merupakan sebuah asosiasi
besar yang menaungi pembatik maupun industri batik yang
Page 93
78
ada di seluruh Indonesia. Pertukaran yang terjadi antara
APPBI dan Rumah Batik Palbatu adalah, APPBI ikut
membantu mempromosikan Rumah Batik Palbatu agar
lebih ter-ekspos dan menjaga reputasi dari Rumah Batik
Palbatu, sedangkan Rumah Batik Palbatu ikut berpartisipasi
dalam melestarikan budaya batik sesuai dengan apa yang
ada dalam misi APPBI.
Peneliti mendapat kesempatan berharga
mewawancarai salah satu pengurus APPBI yang berasal
dari Cirebon yaitu Agus Purwanto. Pada tanggal 12 Maret
2020 Pak Agus datang ke Jakarta untuk mengisi salah satu
workshop batik yang diadakan di Bale Nusa, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan.
Sebagaimana telah disebutkan oleh pak Agus, salah
satu pendiri Rumah Batik Palbatu yaitu Budi Darmawan
(Pak Iwan) merupakan salah satu anggota APPBI dari
Jakarta. Bila ada masalah eksternal maupun ada masukan
kepada APPBI, pak Iwan selalu menjadi mediator antara
Rumah Batik Palbatu dengan APPBI.
Pak Iwan sendiri merupakan seseorang yang memiliki
banyak relasi dengan orang-orang besar maupun
perusahaan-perusahaan tertentu. Salah satu mitra Rumah
Batik Palbatu hasil dari relasi pak Iwan adalah PT.
Indonesia Power yang merupakan anak perusahaan dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN). PT. Indonesia Power
pernah beberapa waktu menjadi mitra dari Rumah Batik
Page 94
79
Palbatu, salah satu output dari kemitraan tersebut adalah
pembentukan website kampoengbatikpalbatu.com.
“Dulu saya mikir gimana cara nya sounding RBP
ke masyarakat luas, akhirnya dengan relasi sama
PT.Indonesia Power RBP ini bisa dibuatkan
website resmi dan tidak dikenakan biaya.” (Iwan,
hasil wawancara 14 Maret 2020)
Selain dari perusahaan-perusahaan swasta, Rumah
Batik Palbatu pun pernah menjalin kerjasama dengan
beberapa pihak pemerintahan. Bahkan ketika sedang marak
pemilihan umum, banyak calon-calon legislatif yang datang
dan berdiskusi dengan Rumah Batik Palbatu, tetapi pak
Hary sebagai salah satu pendiri Rumah Batik Palbatu
menolak keras Rumah Batik Palbatu dijadikan sebagai alat
politik.
Selain dengan kemitraan, Rumah Batik Palbatu juga
menjaga jaringan yang ada antara anggota maupun peserta-
peserta yang pernah mengikuti program. Sejauh ini Rumah
Batik Palbatu memiliki dua program unggulan yaitu wisata
edukasi batik dan beasiswa difable membatik.
Program wisata edukasi batik merupakan program
yang bersifat umum, siapa saja boleh mengikuti pelatihan
batik dengan biaya tertentu. Para peserta yang pernah
mengikuti program wisata edukasi batik masih banyak yang
menjaga komunikasi baik dengan Rumah Batik Palbatu,
sehingga bisa menjadi media promosi dari mulut ke mulut.
Begitu pula dengan program beasiswa difable
membatik yang sejauh ini telah masuk di batch yang
Page 95
80
ketujuh. Rumah Batik Palbatu berusaha untuk tetap
menjaga jaringan dengan alumni dari batch satu sampai
batch enam.
“Saya pribadi usaha keras buat jaga komunikasi
sama alumni batch-batch sebelumnya, sejauh ini
selain mereka jual hasil karya nya ke kita belum
ada satu program yang khusus buat menaungi
mereka-mereka itu.” (Hary, hasil wawancara 7
Maret 2020)
Dengan begitu jaringan yang dibentuk antara Rumah
Batik Palbatu dan alumni program terbilang cukup baik
dengan contoh nyata masih ada beberapa alumni yang
sering main ke Rumah Batik Palbatu.
B. PROGRAM BEASISWA DIFABLE MEMBATIK DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Menurut Robert Chambers (yang dikutip oleh Alfitri,
2011:22) secara umum pemberdayaan masyarakat merupakan
sebuah konsep pembangunan ekonomi yang didalamnya
terangkum nilai-nilai sosial. Tujuan utama dalam program yang
menganut filosofi pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana
tentang program yang bersifat suistainable dan menghindari
ketergantungan.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan data lapangan
tentang program beasiswa difable membatik yang memiliki dasar
atas kepedulian Rumah Batik Palbatu terhadap teman-teman
disabilitas yang sulit mendapat pekerjaan. Maka dari itu Rumah
Batik Palbatu mengagagas program beasiswa difable membatik
Page 96
81
yang merepresentasikan pemberdayaan masyarakat sebagai
tujuan utamanya.
1. Filantropi Sosial
Masih sedikit kajian pustaka yang membahas
hubungan antara filantropi sosial dengan modal sosial,
namun peneliti berusaha mecari beberapa sumber yang
memberikan contoh nyata dari bentuk filantropi yang
diadopsi dalam modal sosial.
Peneliti memutuskan untuk menjelaskan bentuk
filantropi yang ada di modal sosial karena kutipan dari
Adiprigandari (dalam Alfitri, 2011:10). Adiprigandari
menyebutkan filantropi yang mencangkup kepedulian sosial
masuk dalam unsur modal sosial. Budaya seperti gotong
royong yang telah melekat pada bangsa Indonesia secara
tidak langsung telah mengadopsi modal sosial.
Kepedulian menjadi tumpuan utama pak Hary dalam
menggagas program beasiswa difable membatik.
“Saya percaya kalo kita melakukan hal baik,
kebaikannya bakal balik lagi ke kita, Allah ga tidur
kok. Saya udah sering ikut program-program sosial
kaya ACT, agen kebaikan dan lain-lain, nah dari
pengalan itu saya punya niat baik buat bikin
program yang outputnya membantu sesama. Nah
dari situ saya ketemu sama Yusuf, kebetulan
Yusuf kan aktif tuh di JBI (Juru Bahasa Isyarat)
jadi setelah ngobrol-ngobrol di warkop akhirnya
ketemu jalannya buat bikin program beasiswa
difable membatik.” (Hary, hasil wawancara 7
Maret 2020)
Page 97
82
Pak Hary sendiri mengaku tidak pernah memiliki ke
khawatiran kepada masalah keuangan ketika menjalankan
program beasiswa difable membatik. Bisa diakui bahwa
dalam program beasiswa difable membatik sama sekali
tidak memungut biaya sepeser pun dari para peserta, malah
para peserta di fasilitasi dengan makan siang setiap jadwal
pelatihan, alat dan bahan yang sudah disediakan secara
komplit bahkan peserta setelah menguasai teknik membatik
boleh menjual hasil karyanya di Rumah Batik Palbatu.
Sejauh ini hanya ada dua anggota di Rumah Batik
Palbatu yang menguasai bahasa isyarat yaitu Yusuf dan
Putri.
“Kamu tau ga kenapa saya bisa bahasa isyarat?
Jadi ya.. ibu saya tuli dan ya mau gamau saya
sebagai anak harus bisa bahasa isyarat biar bisa
komunikasi. Bagi saya punya ibu yang gabisa
ngomong bisa jadi dorongan buat peduli sama
temen-temen tuli lainnya diluar sana. Gara-gara
bahasa isyarat saya bisa dapet uang (menjadi juru
bahasa isyarat di tv) bahkan waktu itu beberapa
tahun lalu saya pernah diundang ke Jepang gara-
gara bahasa isyarat, Alhamdulillah.” (Yusuf, hasil
wawancara 14 Maret 2020)
“Gue juga sama kaya Yusuf, orang tua gue dua-
duanya tuli. Intinya bukannya gue bersyukur
punya orang tua tuli, bukan, tapi kita gaboleh malu
atau mungkin putus asa sama takdir yang udah
dikasih. Takdir yang ga diharapkan yang kaya gitu
harusnya jadi acuan buat kita, gimana caranya dari
yang kurang baik jadi kelebihan, nilai plus buat
kita.” (Putri, hasil wawancara 11 Juli 2020)
Page 98
83
Dari hasil temuan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa bentuk filantropi sosial yang ada di Rumah Batik
Palbatu bukan sekedar filantropi yang memberi dan
memberi, namun bentuk nyata yang ada adalah kepedulian
yang menghasilkan output dari unsur pemberdayaan.
Bentuk filantropi sosial tersebut merupakan bentuk
filantropi modern dimana yang menjadi tujuan utamanya
adalah seberapa efektif kepedulian kita terhadap sesama.
Kepedulian bisa diartikan sebagai pemberian, baik yang
berupa barang maupun sesuatu yang tidak kasat mata
seperti ilmu.
Page 99
84
BAB V
ANALISA TEMUAN LAPANGAN
A. REFLEKSI TEORI
Bab II menjelaskan bahwa secara garis besar modal sosial
merupakan pendayagunaan kerjasama antar anggota suatu
kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Ada empat unsur
modal sosial yang di adopsi oleh Rumah Batik Palbatu, yaitu
trust, norma dan nilai sosial, jaringan sosial, dan filantropi sosial.
Penelitian ini “Pemberdayaan Industri Kreatif Berbasis Modal
Sosial (studi kasus di Rumah Batik Palbatu)”, menggunakan teori
modal sosial yang dicanangkan oleh James Coleman sebagai
pisau analisis.
Sunyoto (2018) mengutip pandangan Coleman yang
mengatakan bahwa modal sosial merupakan sebuah bentuk
kerjasama antara anggota yang ada di dalam sebuah kelompok.
Kepercayaan merupakan instrumen utama dalam sebuah
komunitas atau masyarakat. Biasanya kepercayaan terbentuk
karena adanya kesamaan nasib maupun kesamaan frekuensi dan
minat sehingga mampu menyatukan diri dalam mencapai tujuan
tertentu.
Berikut peneliti akan menjabarkan hasil analisa dari
pemanfaatan unsur-unsur modal sosial (trust, norma&nilai,
jaringan sosial, filantropi sosial) dalam program pemberdayaan di
Rumah Batik Palbatu:
Page 100
85
1. Trust atau kepercayaan Sebagai bonding antara
pengelola, anggota, peserta program, dan
masyarakat sekitar.
Kepercayaan merupakan sebuah kunci dalam
penguatan komunikasi dan interaksi dalam sebuah
kelompok. Kepercayaan yang terbentuk di Rumah Batik
Palbatu memiliki perjalanan waktu yang cukup panjang.
Sedari awal pembentukan Rumah Batik Palbatu, pak Hary
dan pak Iwan selaku founder dari Rumah Batik Palbatu
berhasil meyakinkan lingkungan sekitar dalam hal ini
warga dan otoritas setempat dalam sounding tentang apa
dan bagaimana Rumah Batik Palbatu.
Demikian pula dalam mengelola maupun dalam
pengembangan program, Rumah Batik Palbatu menjadikan
kepercayaan sebagai pijakan dalam pengaplikasian seluruh
gagasan-gagasan yang telah dibentuk.
Dampak akan hasil dari pengaplikasian trust yang
terkandung dalam modal sosial ketika membangun,
mengelola, dan mengembangkan Rumah Batik Palbatu
dapat dilihat dalam beberapa hal:
a. Dukungan Penuh dari Warga dan Otoritas
Setempat
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,
pak Hary dan pak Iwan selaku founder Rumah Batik
Palbatu menjadikan kepercayaan warga dan otoritas
Page 101
86
setempat sebagai langkah awal dalam mendirikan
Rumah Batik Palbatu.
Kepercayaan dari warga sekitar menjadi penting
karena dengan adanya kepercayaan dari warga maka
timbul sebuah dukungan baik moral maupun materi
terhadap program-program yang di gagas Rumah
Batik Palbatu. Karena tujuan awal pembentukan
Rumah Batik Palbatu adalah pemberdayaan ekonomi
bagi warga Palbatu, pak Hary berharap Rumah Batik
Palbatu bisa menjadi solusi bagi warga Palbatu yang
memiliki masalah dalam ekonominya.
Pak Hary dan pak Iwan dengan relasi yang
dimiliki, mengundang pembatik dari Jawa Timur
yang kemudian memberikan kepercayaan kepada
warga Palbatu untuk ikut serta dalam pelatihan
membatik. Setelah menguasai teknik membatik,
warga Palbatu diberikan kepercayaan untuk menjadi
anggota Rumah Batik Palbatu. Dalam penerapan
programnya, warga Palbatu yang ikut serta dalam
keanggotaan Rumah Batik Palbatu di berikan tugas
untuk menjadi pengajar batik dan juga pengrajin
batik. Profit dari kegiatan tersebut dibagi dua,
setengah buat warga yang berpartisipasi dan setengah
lagi untuk kas Rumah Batik Palbatu.
Selanjutnya dukungan dari otoritas setempat
yaitu ketua RT dan ketua RW. Pada dasarnya Rumah
Batik Palbatu ini mencangkup RW 04 yang ada di
Page 102
87
Kelurahan Menteng Dalam. Ini berarti bahwa seluruh
stakholder yang ada di RW 04 berhak untuk ikut
berpartisipasi dalam pengembangan Rumah Batik
Palbatu. Otoritas setempat menaruh kepercayaan
kepada Rumah Batik Palbatu sebagai salah satu
wadah dalam menyalurkan keterampilan membatik.
b. Stimultan Bagi Seluruh Anggota
Sejatinya Rumah Batik Palbatu memiliki jajaran
pengelola antara lain pak Hary, pak Iwan, dan juga bu
Yuyun (Sri Wahyuni). Namun Rumah Batik juga
membuka peluang bagi anggota yang memiliki
tanggung jawab dan konsistensi untuk ikut serta
dalam mengelola Rumah Batik Palbatu. Mengelola
dalam artian ikut serta dalam perencanaan program
secara mendalam (termasuk di bagian keuangan),
pengelola juga berhak untuk mengetahui urusan dapur
Rumah Batik Palbatu.
Dengan demikian para anggota Rumah Batik
Palbatu terpacu dengan adanya kepercayaan yang
diberikan oleh pak Iwan maupun pak Hary. Dengan
demikian para anggota lebih bersemangat dan
meningkatkan kesadarannya terhadap perkembangan
Rumah Batik Palbatu.
Page 103
88
c. Adanya Respon Peserta Program Terhadap
Rumah Batik Palbatu
Rumah Batik Palbatu dalam program Beasiswa
difable membatik memberikan kepercayaan kepada
teman-teman disabilitas terpilih untuk secara gratis
ikut serta dalam pelatihan membatik. Semua biaya
operasional dalam program tersebut seperti bahan
baku dan alat-alat 100% ditanggung oleh pihak
Rumah Batik Palbatu. Para peserta juga akan
diberikan makan siang selama program berjalan.
Inisiasi tersebut membuat psikologis para
peserta menjadi lebih baik sehingga para peserta
mendedikasikan dirinya untuk berpartisipasi penuh
dalam program tersebut. Setelah program tersebut
selesai kurang lebih selama 2-3 bulan ada wisuda bagi
para peserta. Peserta diberikan sertifikat sebagai tanda
bahwa mereka pernah mengikuti pelatihan membatik.
Peserta juga dibuatkan video dokumenter selama
program berlangsung.
Dampak atau hasil program pun tidak berhenti
sampai disini. Setelah selesai program selama 2-3
bulan, ada “seleksi alam”. Dalam artian alumni-
alumni tertentu yang memiliki antusias dan
konsistensi melibatkan dirinya dalam program-
program di Rumah Batik Palbatu yang lain.
Sebenarnya Rumah Batik Palbatu membuka pintu
bagi setiap alumni program beasiswa difable
Page 104
89
membatik untuk terus berkarya dan menjual karyanya
di Rumah Batik Palbatu. Namun dikarenakan
kesibukan dan lain hal hanya beberapa saja yang
masih menetap dan menjadi anggota Rumah Batik
Palbatu. Hal tersebut merupakan sebuah bentuk
resiprositas atau timbal balik yang diberikan oleh
alumni program kepada Rumah Batik Palbatu. Para
alumni program beasiswa difable membatik yang
masih terus berkarya merupakan ekspresi mereka
dalam membayar kepercayaan yang diberikan Rumah
Batik Palbatu.
2. Norma dan Nilai Sosial Sebagai Pedoman dalam
Berinteraksi, dan mengambil keputusan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa
norma merupakan sebuah pedoman dalam bertindak dan
berinteraksi individu-individu yang tergabung dalam
kelompok. Filosofi dan nilai moral yang terkandung dalam
budaya batik yang menjadi pedoman dalam pengelolaan
Rumah Batik Palbatu.
Batik mengajarkan tentang bagaimana cara
menghargai sebuah proses, menghargai sesama maupun
orang lain lewat toto kromo, menjaga ikatan batin dengan
sesama, dan kepedulian terhadap lingkungan. Peneliti
melihat hal tersebut yang diadopsi Rumah Batik Palbatu,
baik dalam keanggotaan maupun di luar keanggotaan.
Page 105
90
Rumah Batik Palbatu berusaha melestarikan batik sebagai
budaya materil dan filosofis.
Berikut merupakan dampak diadopsinya batik sebagai
pedoman baik secara norma maupun nilai sosial dalam
Rumah Batik Palbatu:
a. Penyeragaman Frekuensi dalam Mencapai
Tujuan Bersama
Pesan moral yang terdapat pada batik sebagai
pedoman dalam Rumah Batik Palbatu menjadikan
keseluruhan stakeholder yang terkait memiliki
kesamaan frekuensi dan perspektif. Hal tersebut
mendorong kerjasama antar anggota yang terlibat
dalam mencapai tujuan bersama. Rumah Batik
Palbatu memiliki tujuan yang sangat eksplisit, yakni
melestarikan budaya batik, pemberdayaan ekonomi,
dan economic gain yang dirasakan bersama.
b. Adanya kedisiplinan tingkat lanjut antar
anggota Rumah Batik Palbatu
Kedisiplinan merupakan sebuah kunci dalam
mengatur sebuah kelompok maupun organisasi.
Kedisiplinan ada karena anggota yang tergabung
dalam kelompok ataupun organisasi menaati
peraturan yang ada. Begitu juga dengan apa yang
terjadi di Rumah Batik Palbatu, disiplin merupakan
kunci agar tidak ada clash antar anggota dan miss
komunikasi. Komitmen merupakan kata yang cocok
Page 106
91
dalam pengaplikasian kedisiplinan. Rumah Batik
Palbatu menuntut setiap anggotanya untuk
bertanggung jawab dan berkomitmen penuh dalam
menerapkan aturan yang ada. Sanksi sosial bagi yang
melanggar aturan pun ada namun tidak tertulis hanya
berupa kesepakatan bersama. Sanksi pun tidak wajib
dilakukan apabila melanggar, namun hanya kesadaran
diri sendiri yang melatar belakangi setiap anggota
Rumah Batik Palbatu untuk menjalankannya.
Hasil positif dari diterapkannya kedisiplinan
pun terlihat jelas, sekretariat Rumah Batik Palbatu
bersih dan rapi setiap saat karena ada kedisiplinan
setiap anggotanya dalam menjaga kebersihan dan
kerapihan. Kedisiplinan terkait waktu maupun jadwal
rapat pun dapat diterapkan dengan baik di Rumah
Batik Palbatu.
c. Anggota Rumah Batik Palbatu Bisa Memahami
Karakter Satu Sama Lain
Batik mengajarkan tentang bagaimana cara
dalam menghargai sesama apapun kondisinya.
Keanggotaan Rumah Batik Palbatu cukup kompleks
karena berbagai macam individu yang berbeda
karakter tergabung di dalamnya.
Perbedaan tersebut mengahruskan seluruh
anggota bekerja sama satu sama lain walaupun
berbeda karakter maupun latar belakang. Tidak boleh
Page 107
92
ada penghalang dalam bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama. Seluruh keanggotaan Rumah Batik
Palbatu mulai dari pengelola sampai relawan dituntut
untuk bisa saling memahami satu sama lain agar lebih
mudah dalam bekerja sama.
d. Adanya Inklusifitas antara Anggota dan
Peserta Penyandang Difable
Kepedulian terhadap teman-teman disabilitas
yang melatar belakangi pak Hary berkolaborasi
dengan Ahmad Yusuf dalam membuat program
beasiswa difable membatik. Kesulitan dalam mencari
pekerjaan acap kali dirasakan oleh teman-teman
difable. Maka dari itu Rumah Batik Palbatu berharap
pelatihan membatik yang diberikan kepada teman-
teman disabilitas dapat menjadi bekal dalam
kehidupan ekonomi teman-teman disabilitas.
Sebagai individu yang memiliki kesempurnaan,
acap kali merasa sungkan ketika berhadapan dengan
teman-teman penyandang disabilitas terutama
penyandang tuli. Rasa sungkan timbul karena
permasalahan dalam hal komunikasi dengan teman-
teman tuli. Teman-teman tuli biasa berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa isyarat. Anggota Rumah
Batik yang menguasai bahasa isyarat hanya dua
orang, namun bukan berarti tidak ada komunikasi
Page 108
93
antara teman-teman tulidengan anggota lain yang
tidak bisa bahasa isyarat.
Anggota Rumah Batik Palbatu dituntut untuk
bisa menjaga inklusifitas dengan teman-teman tuli
dengan cara menjaga komunikasi yang baik walaupun
tidak bisa bahasa isyarat. Karena pada dasarnya
teman-teman tuli lebih merasa dihargai ketika mereka
dilibatkan dalam pembicaraan walaupun hanya
sedikit yang bisa mereka pahami.
3. Jaringan Sosial Berfungsi Sebagai Jembatan Dalam
Menerima Dan Menyalurkan Informasi Terkait
Rumah Batik Palbatu
Jaringan sosial merupakan bekal yang cukup penting
dalam ekspansi dunia usaha. Jaringan sosial yang baik
dapat menjadi magnet bagi reputasi sebuah usaha dalam
bermitra dengan pihak-pihak lain baik pemerintahan
maupun non-pemerintahan.
Pak Iwan dan pak Hary memiliki cukup banyak relasi
karena memang pada dasarnya mereka memiliki basic
sebagai pengusaha. Hal tersebut yang kemudian disalurkan
kepada Rumah Batik Palbatu untuk melakukan ekspansi.
Pak Iwan memiliki relasi yang cukup baik dengan
perusahaan-perusahaan besar dan juga asosiasi pembatik
seluruh Indonesia. Sedangkan pak Hary sebagai pengusaha
percetakan memiliki beberapa relasi yang cukup baik
dengan konsumennya. Kolaborasi tersebut membuat
Page 109
94
Rumah Batik Palbatu dengan mudah melenggang di dunia
industri batik.
Berikut peneliti akan memaparkan dampak dari
pemanfaatan jaringan sosial yang dimiliki oleh Rumah
Batik Palbatu:
a. Pengembangan Relasi yang Menguntungkan
Bagi Rumah Batik Palbatu
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,
relasi yang baik akan menghasilkan mitra usaha dan
pengembangan sebuah industri mandiri. Sejauh ini
Rumah Batik Palbatu telah memiliki mitra dengan
beberapa perusahaan seperti PT.Indonesia Power,
Telkom Indonesia, dan beberapa organisasi sosial.
Rumah Batik Palbatu dapat bertukar resources
dengan mitra-mitra tersebut. Sebagai contoh Rumah
Batik Palbatu memiliki website resmi berkat mitranya
dengan PT.Indonesia Power. Banyak dana hibah
sosial juga yang masuk ke Rumah Batik Palbatu dari
mitra-mitra yang terbentuk.
b. Menanamkan Program yang Bersifat
Suistainable
Selain jaringan sosial dengan mitra-mitra usaha,
Rumah Batik Palbatu juga menjaga relasi dengan
beberapa stakeholder yang pernah berkaitan dengan
Rumah Batik Palbatu. Seperti halnya dalam setiap
program yang pernah dijalankan, setiap program
Page 110
95
memiliki rentang waktu yang beragam dan Rumah
Batik Palbatu masih mencoba untuk tetap menjaga
komunikasi dengan individu-individu yang pernah
mengikuti program di Rumah Batik Palbatu.
Program beasiswa difable membatik yang
sejauh ini telah melewati beberapa batch dan mulai
masuk di batch yang ketujuh. Dan di setiap batch
jumlah peserta pun beragam, sampai sejauh ini
Rumah Batik Palbatu berusaha agar tetap menjalin
silaturahmi dengan para alumni peserta beasiswa
difable membatik. Rumah Batik Berharap agar
seluruh peserta difable bisa terus berkarya dan
mendapat econoic gain dari karya-karyanya tersebut.
Dan yang terpenting output dari menjaga jaringan
sosial dengan para alumni program adalah sebuah
program yang bersifat suistainable atau
berkelanjutan. Karena Rumah Batik Palbatu tidak
mau apa yang sudah diberikan di program beasiswa
difable membatik ataupun program lain hanya
sekedar menjadi pengalaman yang tidak
dimanfaatkan.
4. Filantropi Gaya Modern Sebagai Akar dari Bentuk
Pemberdayaan Masyarakat
Banyak yang masih salah paham dengan makna dari
filantropi, banyak yang masih beranggapan bahwa
filantropi merupakan sebuah “bentuk amal” kepada yang
Page 111
96
membutuhkan. Bentuk filantropi yang demikian merupakan
bentuk filantropi sosial yang ada saat zaman feodal.
Filantropi ada pertama kali saat zaman feodalisme dimana
para raja-raja terdahulu kepada rakyat-rakyat miskin yang
tertindas.
Dalam perkembangannya filantropi sosial menjadi
sebuah fenomena yang dapat memberikan dampak nyata
pertumbuhan ekonomi dan pemecahan masalah
kesenjangan sosial. Dalam kacamata Rumah Batik Palbatu
filantropi sosial dimaknai dengan kepedulian terhadap
sesama yang di ekspresikan dengan cara memberikan ilmu
dan non-material lainnya sebagai bekal dalam survive
ditengah modernisasi global. Berikut merupakan dampak
dari di adopsinya filantropi sosial di Rumah Batik Palbatu:
a. Adanya kepedulian yang timbul kepada sesama
maupun kepada mereka yang membutuhkan
Pak Hary merupakan pribadi yang peka
terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi di
lingkungan sekitar. Beliau juga merupakan seorang
yang sering tergabung dalam kegiatan-kegiatan sosial
yang diadakan oleh beberapa komunitas maupun
organisasi sosial.
Hal tersebut yang melatar belakangi
terbentuknya beberapa program yang ada di Rumah
Batik Palbatu. Berangkat dari keresahan terhadap
teman-teman disabilitas khususnya tunarungu atau
Page 112
97
tuli yang sulit untuk mendapat pekerjaan sehingga
berada di fase ekonomi yang cukup buruk. Ada di
sebuah momen pak Hary bertemu dengan Ahmad
Yusuf yang merupakan juru bahasa isyarat dan
berkecimpung di kegiatan sosial yang peduli terhadap
teman-teman tuli. Di tahun 2017 digagas lah program
beasiswa difable membatik yang menyasar teman-
teman disabilitas dengan kriteria-kriteria tertentu.
b. Efisiensi dalam memberi baik secara materil
maupun non-materil dan menghilangkan sifat
ketergantungan
Semakin banyak kita memberi dengan rasa
ikhlas maka akan semakin banyak pula rezeki yang
akan datang kepada kita. Kurang lebih begitulah
penuturan pak Hary dalam menjawab pertanyaan
peneliti. Karena pada dasarnya mencintai dan
menolong sesama manusia sebagai makhluk sosial
telah menjadi naluri setiap individu. Potret buram
persoalan sosial dan lingkungan di Indonesia dewasa
ini membutuhkan filantropi sebagai potensi yang ada
pada diri manusia dan khususnya bangsa Indonesia,
untuk ditransformasikan menjadi sesuatu yang lebih
berarti.
Rumah Batik Palbatu tidak ingin membuat
program yang hanya bersifat charity karena dampak
yang ditimbulkan bisa menjadi bumerang bagi
Page 113
98
seluruh stakeholder yang terkait. Maka dari itu bentuk
pemberian Rumah Batik Palbatu kepada peserta
program adalah berupa keterampilan sebagai modal
untuk mendapat economic gain. Rumah Batik Palbatu
tidak mau ketergantungan dan menginginkan program
yang berkelanjutan. Dengan keterampilan membatik,
para peserta dan juga alumni program dapat terus
berkarya, mengembangkan kemampuannya, dan juga
mendapat keuntungan ekonomi dari keterampilan
yang di dapat dari Rumah Batik Palbatu. Rumah
Batik Palbatu juga berharap agar keterampilan yang
telah di dapat para peserta program bisa disalurkan
kembali agar lebih banyak manfaat dan kebaikan
yang disebar luaskan.
B. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
1. Faktor Pendukung
Terdapat beberapa aspek yang menjadi faktor
pendukung dalam pengelolaan Rumah Batik Palbatu
maupun dalam pengembangan programnya, antara lain:
a. Rumah Batik Palbatu menjadi sebuah wadah dalam
melestarikan budaya batik. Seluruh nilai-nilai yang
terkandung dalam batik diadopsi penuh oleh Rumah
Batik Palbatu. Hal tersebut dapat menjadi magnet bagi
seluruh masyarakat Indonesia karena budaya batik
merupakan budaya warisan bangsa Indonesia, maka
Page 114
99
sudah seharusnya bangsa Indonesia memiliki rasa
simpati maupun empati dalam melestarikan budaya
bangsanya.
b. Relawan yang tergabung dalam Rumah Batik Palbatu
merupakan gabungan dari beberapa remaja yang pantas
mendapat julukan millenial. Modernisasi teknologi
informasi dapat dimanfaatkan oleh siapapun tak
terkecuali Rumah Batik Palbatu, teknologi bisa
digunakan untuk ekspansi dan eksistensi di masyarakat
yang lebih luas. Namun modernisasi teknologi informasi
kadang kala sulit untuk diakses oleh beberapa orang
yang sudah cukup umur. Maka dari itu hadirnya relawan
milenial bisa menjadi solusi bagi pemanfaatan kemajuan
teknologi informasi.
c. Rumah Batik Palbatu telah mendedikasikan sebuah
program yang memiliki subjek yang jelas yaitu teman-
teman difable. Pengukuhan tersebut bisa menjadi modal
dalam menggaet mitra-mitra yang bisa membantu
keberlangsungan program, baik mitra yang berasal dari
instansi pemerintahan, organisasi-organisasi sosial yang
memiliki prospek yang sama, maupun Corporate Social
Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan besar
yang mau ikut berpartisipasi dan juga ikut membangun
sebuah reputasi di mata masyarakat.
Page 115
100
Faktor pendukung yang telah dipaparkan diatas dapat
lebih dioptimalkan oleh Rumah Batik Palbatu agar bisa
menerobos gagasan-gagasan baru yang lebih visioner.
2. Faktor Penghambat
Semua faktor pendukung yang telah dijelaskan bukan
berarti tidak ada batu sandungan bagi Rumah Batik Palbatu.
Berikut peneliti akan memaparkan faktor-faktor yang bisa
menjadi hambatan bagi pengembangan Rumah Batik
Palbatu:
a. Keanggotan Rumah Batik Palbatu yang bersifat
heterogen dan memiliki kesibukan masing-masing.
Alasan tersebut yang menjadikan seluruh anggota
Rumah Batik Palbatu memiliki skala prioritas yang
berbeda setiap individunya. Ada yang bekerja sebagai
karyawan, ada yang memiliki usaha sendiri, ada yang
memiliki tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga,
bahkan ada yang masih menempuh pendidikan.
Kesibukan-kesibukan tersebut yang menjadikan waktu
bagi Rumah Batik Palbatu sangat berharga.
b. Mitra yang hanya “nitip program” di Rumah Batik
Palbatu. Banyaknya mitra bukan berarti dapat di
andalkan dalam kerjasama pengembangan program, acap
kali ada mitra yang tidak mau repot dan mau yang serba
instant sehingga terlihat seperti hanya “nitip program”
ataupun “nitip nama” di Rumah Batik Palbatu.
Page 116
101
c. Kendala jarak antara rumah dengan Rumah Batik
Palbatu yang seringkali dialami oleh beberapa peserta
program. Peserta program banyak yang rumahnya cukup
jauh dari dengan Rumah Batik Palbatu sehingga ada
penghalang untuk terus mengembangkan diri.
Faktor yang menjadi penghambat di Rumah Batik
Palbatu diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi untuk ke
depannya agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Page 117
102
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep modal sosial yang dibalut oleh trust, norma, dan
jaringan sosial, membuat keberlangsungan program maupun
perkembangan Rumah Batik Palbatu dapat dimanfaatkan dengan
baik. Pemanfaatan modal sosial dapat menjadi dampak yang
cukup baik dalam membangun, mengelola, maupun
mengembangkan sebuah kelompok industri khususnya industri
kreatif.
Konsep-konsep tersebut memiliki perannya masing-masing
namun tetap berkorelasi satu sama lain. Filantropi sosial
merupakan elemen fundamental bagi Rumah Batik Palbatu dalam
menggagas program-program yang berkaitan dengan
pemberdayaan masyarakat. Filantropi modern merupakan bentuk
kepedulian yang mengedepankan efisiensi dalam memberikan
bantuan.
Batik merupakan sebuah budaya warisan bangsa Indonesia
yang syarat akan makna filosofis dan juga pesan moral leluhur
bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam batik
diadopsi dengan baik oleh Rumah Batik Palbatu dalam
keanggotaannya. Sehingga muncul trust dalam internal mauapun
eksternal Rumah Batik Palbatu. Pemanfaatan modal sosial
membuat program-program yang ada di Rumah Batik Palbatu
dapat berjalan dengan cukup baik, baik program yang berafiliasi
Page 118
103
kepada keuntungan ekonomi maupun program yang berbasis
pemberdayaan masyarakat.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada Rumah
Batik Palbatu adalah sebagai berikut:
1. Sounding ulang kepada masyarakat jalan Palbatu agar rasa
simpatik warga kepada Rumah Batik Palbatu bisa terbentuk
kembali. Hal tersebut penting karena partisipasi merupakan
faktor penting ketika ingin menjalankan sebuah program
pemberdayaan masyarakat.
2. Kadang kala para pembatik mengkritisi batik printing yang
sering dipakai oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Para
pembatik menilai batik printing menyalahi proses dalam
membatik. Mayoritas masyarakat memilih batik printing
karena harganya yang lebih ekonomis dibanding batik tulis
asli. Penulis menyarankan agar batik, khususnya produk
yang ada di Rumah Batik Palbatu bisa menyasar pasar yang
terdiri dari kelompok masyarakat ekonomi menegah
kebawah.
3. Perkuat jaringan dengan mitra usaha, baik yang
ada di pemerintahan maupun yang ada di pihak swasta. Hal
tersebut berpengaruh kepada reputasi Rumah Batik Palbatu
dan ekspansi usaha dalam memasarkan produk-produknya.
Page 119
104
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
• Abdulsyani. 2012. Sosiologi: Skematika, Teori, dan
Terapan. Jakarta : PT.Bumi Aksara.
• Alfitri. 2011. Community Development: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
• Dumasari. 2018. Dinamika Pengembangan Masyarakat
Partisipatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
• Field, John. 2018. Modal Sosial. Terjemahan oleh Nurhadi.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
• Fukuyama, Francis. 2010. Trust: Kebajikan Sosial dan
Penciptaan Kemakmuran. Terjemhan oleh Ruslani.
Yogyakarta: Qalam.
• Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Bumi Aksara.
• Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif
untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
• Indriyani, Etty dkk. 2020. Industri Kreatif Pariwisata
Bernilai Kearifan Lokal. Yogyakarta : Deepublish.
Page 120
105
• Kelompok Kerja Indonesia Design Power. 2008. Studi
Industri Kreatif Indonesia. Jakarta: Departemen
Perdagangan RI.
• Murodi, MA, dan Wati Nilamsari. 2007. Buku Ajar:
Sosiologi Pembangunan. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
• Shragge, Eric. 2013. Pengorganisasian Masyarakat Untuk
Perubahan Sosial. Terjemahan oleh Lessy Zulkipli.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
• Soekanto, Soerjono. 2014. Sosiologi; Suatu Pengantar.
Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada.
• Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
• Suryana. 2010. Metodologi Penelitian: Model Praktis
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
• Usman, Sunyoto. 2012. Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
• Usman, Sunyoto. 2018. Modal Sosial. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
• Yin, Robert K. 2011. Studi Kasus: Desain dan Metode.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Page 121
106
Jurnal:
• Kamil, Ahmad. 2015. Industri Kreatif Indonesia:
Pendekatan Analisis Kerja Industri. Media Trend, 10(2),
165-182.
• Kurniawati, Erna dan Esra, Elly. 2016. Modal Sosial
Keluarga Beda Agama. Cakrawala, 4(2), 239-257.
• Rijali, Ahmad. 2018. Analisis Data Kualitatif.
Alhadharah, 17(33), 81-95.
• Saidang, dan Suparman. 2019. Pola Pembentukan
Solidaritas Sosial dalam Kelompok Sosial Antar Pelajar.
EDUMASPUL, 3(2), 122-126.
Internet:
• Priambodo, Bram. 2019. Batik; Pengertian, Asal-usul,
dan Makna. https://www.pemoeda.co.id (diakses pada 16
Juni 2020).
• Raditya, Dendy. 2020. Mengenal Filantropi Sosial.
https://chub.fisipol.ugm.ac.id (diakses pada 8 Juni 2020)
• Dewanto, Fadjar. 2016. Membangun Trust dalam Bisnis.
https://www.blj.co.id (diakses pada 12 Juli 2020)
Page 122
107
• Setiaji, Bamandhita Rahma. 2018. Terapi Seni, Cara
Ampuh Atasi Stress Pada Pasien Kanker.
https://www.hellosehat.com (diakses pada 15 Juli 2020).
Page 123
108
Lampiran I
Pedoman Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman
observasi yang memiliki fungsi sebagai alat bantu guna menuntun
peneliti agar melakukan observasi lebih sistematis. Pedoman
observasi dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan modal
sosial di Rumah Batik Palbatu.
Berikut merupakan pedoman observasi yang digunakan
oleh peneliti;
1. Letak geografis
2. Fasilitas, sarana, dan prasarana
3. Pemanfaatan modal sosial baik di internal maupun eksternal
Rumah Batik Palbatu
4. Dampak dari pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik
Palbatu
No. Aspek yang diamati Keterangan
1.Elemen trust.
a.
Kepercayaan yang terbangun antara
Rumah Batik Palbatu dengan
Lingkungan.
b. Kepercayaan internal Rumah Batik
Palbatu (pengurus-anggota-relawan).
Page 124
109
c.
Kepercayaan antara Rumah Batik
Palbatu dengan peserta program
beasiswa difable membatik.
2. Elemen norma & nilai sosial
a. Norma yang disepakati warga dan
Rumah Batik Palbatu.
b. Norma yang mengatur internal
Rumah Batik Palbatu.
c.
Norma yang berlaku antara Rumah
Batik Palbatu dengan peserta
program beasiswa difable membatik.
3. Elemen jaringan
a. Hubungan antara Rumah Batik
Palbatu dengan lingkungan.
b.
Hubungan Rumah Batik Palbatu
dengan alumni program beasiswa
difable membatik
c. Hubungan kerja sama antara Rumah
Page 125
110
Batik Palbatu dengan mitra
4. Filantropi sosial
a.
Seberapa efektif program beasiswa
difable membatik dalam
memberdayakan para peserta.
5. Dampak pemanfaatan modal sosial
a. Dampak pemanfaatan trust.
b. Dampak pemanfaatan norma.
c. Dampak pemanfaatan Jaringan.
d. Dampak pemanfaatan filantropi sosial
Page 126
111
Lampiran 2
HASIL OBSERVASI
No. Aspek yang diamati Keterangan
1.Elemen trust.
a. Kepercayaan yang terbangun antara
RBP dengan Lingkungan.
Warga merasa
diuntungkan
dengan adanya
RBP karna banyak
manfaat yang bisa
di petik.
Contohnya adalah
warga Palbatu bisa
mendapat
pelatihan
membatik secara
gratis. RBP pun
sama
diuntungkannya
karena warga
selalu mendukung
penuh setiap
program yang di
gagas oleh RBP.
contoh dari
kepercayaan
warga kepada RBP
adalah warga
dengan sukarela
mengizinkan
tembok rumahnya
di cat motif batik.
b. Kepercayaan internal Rumah Batik Pengurus RBP
Page 127
112
Palbatu (pengurus-anggota-relawan). tidak mau ada
sentimen antar
pribadi dalam
internal RBP.
Sehingga RBP
selalu membangun
kepercayaan
dalam internal
antara pengurus-
anggota-relawan.
Selalu
mengadakan
diskusi di setiap
minggu guna
membahas
keresahan masing-
masing. RBP juga
memberikan
kepercayaan
kepada anggota
yang berkomitmen
dan bertanggung
jawab untuk ikut
menjadi pengurus.
c. Kepercayaan antara Rumah Batik RBP memberikan
Page 128
113
Palbatu dengan peserta program
beasiswa difable membatik.
kepercayaan
kepada teman-
teman difable
terpilih untuk
mengikuti
program pelatihan
secara gratis
selama kurang
lebih 2 bulan. Para
peserta terpilih
pun membalas
kepercayaan RBP
dengan berkarya
dengan maksimal
setelah selesai
mengikuti
pelatihan.
2. Elemen norma & nilai sosial
a. Norma yang disepakati warga dan
Rumah Batik Palbatu.
Tidak ada norma
khusus yang
spesifik antara
RBP dengan
warga Palbatu.
Hanya selalu
menjaga sikap
saling mendukung
antara RBP
dengan warga
Palbatu.
b. Norma yang mengatur internal Rumah Makna filosofis
Page 129
114
Batik Palbatu. dan pesan moral
dari batik secara
umum yang
menjadi pedoman
utama dalam RBP.
Menghargai
proses,
menghargai
sesama, berhati
lapang, dan
menjaga ikatan
persaudaraan
adalah contoh dari
pesan moral batik
secara umum.
c.
Norma yang berlaku antara Rumah
Batik Palbatu dengan peserta program
beasiswa difable membatik.
RBP berusaha
menekan
pemahaman
tentang batik
secara mendalam
kepada peserta
program. Sebelum
program berjalan
ada proses seleksi
peserta yang
bertujuan untuk
memilih peserta
yang sesuai
dengan kriteria.
Tidak ada kriteria
khusus, namun
yang lebih
dibutuhkan adalah
komitmen dan
tanggung jawab.
3. Elemen jaringan
Page 130
115
a. Hubungan antara Rumah Batik
Palbatu dengan lingkungan.
RBP selalu
berusaha menjaga
hubungan baik
dengan
lingkungan, dalam
hal ini warga
Palbatu dan
otoritas setempat.
RBP, khususnya
pak Hary tidak
mau ada sentimen
pribadi antar RBP
dan lingkungan.
b.
Hubungan Rumah Batik Palbatu
dengan alumni program beasiswa
difable membatik
Sejauh ini program
beasiswa
membatik telah
masuk ke batch
yang ketujuh.
Yang artinya telah
banyak alumni
program yang
sudah selesai
mengikuti
pelatihan
membatik.
Walaupun tidak
semua alumni
melanjutkan
berkarya di RBP,
namun RBP selalu
berusaha untuk
terus sounding
agar alumni
program beasiswa
Page 131
116
terus berkarya di
RBP.
4. Filantropi sosial
a.
Seberapa efektif program beasiswa
difable membatik dalam
memberdayakan para peserta.
Gagasan utama
program beasiswa
difable membatik
adalah kepedulian
terhadap teman-
teman difable
khususnya
tunarungu yang
sulit mendapat
pekerjaan.
Harapan dari
terlaksana
program beasiswa
difable membatik
adalah agar teman-
teman difable bisa
mendapat
keuntungan dari
karya-karya batik
hasil mereka.
5. Dampak pemanfaatan modal sosial
Page 132
117
a. Dampak pemanfaatan trust.
Dampak yang
paling terlihat
dalam
pemanfaatan trust
adalah adanya
sinergi baik
internal maupun
eksternal RBP.
Selain itu juga
tercipta suasana
inklusi antara RBP
dengan teman-
teman difable.
b. Dampak pemanfaatan norma.
Makna batik
secara umum yang
dijadikan norma di
RBP membuat
frekuensi yang
seragam di internal
RBP.
c. Dampak pemanfaatan Jaringan.
Memanfaatkan
jaringan membuat
RBP lebih mudah
dalam proses
ekspansi dan
mengukuhkan
eksistensinya di
Jakarta.
d. Dampak pemanfaatan filantropi sosial
Memberi lebih
efektif baik materi
maupun non-
materi merupakan
dampak yang
diterima dari
pemanfaatan
modal sosial.
Page 133
118
Lampiran 3.A
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pengurus Rumah Batik Palbatu
Nama :
Jabatan :
1. Apa yang menjadi latar belakang terbentuknya Rumah Batik
Palbatu?
2. Kenapa memilih batik sebagai concern utama?
3. Bagaimana bentuk kepercayaan antara Rumah Batik Palbatu
dengan lingkungan (warga Palbatu dan otoritas setempat)?
4. Apa dampak dari kepercayaan yang terjalin antara Rumah
Batik Palbatu dengan lingkungan?
5. Bagaimana bentuk kepercayaan di internal Rumah Batik
Palbatu?
6. Bagaimana dampak dari kepercayaan yang terjalin di internal
Rumah Batik Palbatu?
7. Norma apa yang disepakati bersama dan menjadi acuan di
Rumah Batik Palbatu?
8. Adakah sanksi bagi yang melanggar norma tersebut?
9. Bagaimana pembentukan sinergi antara peserta program
beasiswa difable membatik dan Rumah Batik Palbatu?
10. Bagaimana dampak dari penerapan norma yang disepakati
bersama tersebut?
11. Bagaimana strategi pengembangan relasi di Rumah Batik
Palbatu?
Page 134
119
12. Siapa saja pihak yang pernah bekerjasama dengan Rumah
Batik Palbatu?
13. Bagaimana cara Rumah Batik Palbatu menjaga hubungan
dengan para alumni program beasiswa difable membatik?
14. Dari pemanfaatan jaringan tersebut, adakah dampak yang
diterima oleh Rumah Batik Palbatu?
15. Apa yang melatar belakangi gagasan tentang program
beasiswa difable membatik?
16. Mengapa memilih teman-teman difable sebagai peserta
program?
Page 135
120
Lampiran 3.B
PEDOMAN WAWANCARA
B. Anggota Rumah Batik Palbatu
Nama :
Jabatan :
1. Sudah berapa lama anda bergabung dengan Rumah Batik
Palbatu?
2. Bagaimana bentuk kepercayaan yang terjalin antara anda
dengan Rumah Batik Palbatu?
3. Bagaimana bentuk sinergi antar internal Rumah Batik
Palbatu?
4. Adakah dampak dari hubungan saling percaya di internal
Rumah Batik Palbatu?
5. Adakah norma yang disepakati di internal Rumah Batik
Palbatu?
6. Adakah sanksi bagi yang melanggar norma yang telah
disepakati?
7. Apa dampak yang terlihat dalam memanfaatkan norma yang
disepakati sebagai acuan utama?
8. Bagaimana pandangan anda tentang program beasiswa
difable membatik?
9. Apakah program beasiswa difable membatik telah berhasil
mengadopsi trust, norma, dan jaringan dengan baik?
Alasannya?
Page 136
121
10. Sudah efektifkah program beasiswa difable membatik dalam
memberdayakan para peserta?
11. Menurut anda bagaimana dampak dari pemanfaatan trust,
norma, dan jaringan dalam program beasiswa difable
membatik?
Page 137
122
Lampiran 3.C
PEDOMAN WAWANCARA
C. Relawan Rumah Batik Palbatu
Nama :
Jabatan :
1. Sudah berapa lama anda bergabung dengan Rumah Batik
Palbatu?
2. Apa yang membuat anda percaya dengan Rumah Batik
Palbatu sehingga mau menjadi relawan disini?
3. Selama membantu dalam program beasiswa difable
membatik, menurut anda bagaimana kepercayaan yang
terbentuk antara peserta dengan Rumah Batik Palbatu?
4. Adakah norma yang disepakati dalam program beasiswa
difable membatik?
5. Adakah sanksi bagi para peserta yang melanggra norma yang
disepakati tersebut?
6. Bagaimana pola komunikasi antara peserta dengan peserta,
dan peserta dengan Rumah Batik Palbatu?
7. Apakah program beasiswa difable membatik telah berhasil
mengadopsi trust, norma, dan jaringan dengan baik?
Alasannya?
8. Menurut anda bagaimana dampak dari pemanfaatan trust,
norma, dan jaringan dalam program beasiswa difable
membatik?
Page 138
123
Lampiran 4.A.1
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN I
Identitas Informan:
Nama : Budi Dwi Haryanto (Pak Hary)
Jabatan : Pendiri Rumah Batik Palbatu
(Wawancara Pertama-7 Maret 2020)
1. Apa yang menjadi latar belakang berdirinya Rumah Batik
Palbatu?
Niat awal kita awalnya sederhana saja, mau berkarya lewat
batik sekaligus bisa dapet keuntungan dan bisa saling
membantu. Setelah ketemu sama pak Iwan saya langsung
menggebu-gebu. Pas ketemu pak Iwan dan berdiskusi
panjang, saya langsung jadi idealis banget, waktu itu
ekspetasi saya di setiap RT harus ada satu rumah batik, jadi
kalo di RW.04 ada 12 RT ya berarti ada 12 rumah batik.
Akhirnya saya harus ngalah, dan akhirnya manfaatin apa
yang ada (Rumah Batik Palbatu yang ada di RT.09 RW.04).
2. Bagaimana bentuk kepercayaan antara Rumah Batik Palbatu
dengan lingkungan (warga Palbatu dan otoritas setempat)?
Proses paling sulit pas mendirikan Rumah Batik ini ya
tentang bagaimana cara meyakinkan warga Palbatu sini, RT,
sama RW. Apalagi yang berkaitan sama proposal yang isinya
tentang pengajuan dana. Tapi karna saya dan pak Iwan udah
terlanjur niat ya mau ga mau harus konsisten sama ikhtiar
Page 139
124
yang kuat. Kalo waktu itu saya sama pak Iwan menyerah
buat ngeyakinin warga tentang ide Rumah Batik Palbatu,
mungkin nama Rumah Batik Palbatu ga akan ada sampai
sekarang.
3. Apa dampak dari kepercayaan yang terjalin antara Rumah
Batik Palbatu dengan lingkungan?
Dampaknya pasti positif ya, karena dengan adanya
kepercayaan masyarakat kita (RBP) bisa lebih mudah kalo
mau ngadain program-program. Contohnya ketika program
ngebatik sekampung, masyarakat dengan sukarela
mengizinkan tembok rumahnya di cat motif batik. Coba
bayangin kalo ga ada kepercayaan dari masyarakat ke RBP,
ya ga akan mau dong warga-warga di sini di acak-acak
tembok rumahnya.
4. Selanjutnya, bagaimana bentuk kepercayaan yang terjalin di
internal RBP?
Jadi di RBP itu ada kami (pengurus), anggota (pengajar
batik), sama relawan. Sebenernya sih terbuka bagi siapapun
ya (ikut serta dalam mengelola), tapi kan yang dibutuhkan
RBP itu komitmen dan tanggung jawab. Jadi ya kita jadikan
beberapa anggota kaya Meli dan Yusuf ini sebagai tim
pengurus karna kita percaya ada tanggung jawab dan
komitmen di diri mereka.
5. Apa yang mendasari RBP membuat program khusus untuk
teman-teman difable khususnya teman-teman tuli?
Saya pribadi percaya kalo kita melakukan hal baik,
kebaikannya bakal balik lagi ke kita, Allah ga tidur kok. Saya
Page 140
125
udah sering ikut program-program sosial kaya ACT, agen
kebaikan dan lain-lain, nah dari pengalaman itu saya punya
niat baik buat bikin program yang outputnya membantu
sesama. Nah dari situ saya ketemu sama Yusuf, kebetulan
Yusuf kan aktif tuh di JBI (Juru Bahasa Isyarat) jadi setelah
ngobrol-ngobrol di warkop akhirnya ketemu jalannya buat
bikin program beasiswa difable membatik.
6. Norma apa yang menjadi acuan di RBP?
Jika norma yang dimaksud disini adalah sebuah aturan yang
spesifik, saya katakan bahwa di RBP ini tidak ada aturan
spesifik yang tertulis. RBP sendiri kan sebuah kelompok
yang kekuatannya ada di batik, batik jadi kiblat buat semua
yang berkaitan dengan RBP. Mungkin norma di RBP lebih
ke filosofi dari batik itu sendiri sih ki.
7. Bagaimana agar norma yang disepakati bisa berjalan dan
ditaati bersama?
Itu tadi yang saya bilang, karena mungkin kami di RBP lebih
menjadikan filosofi batik sebagai acuan utama mangkanya,
perlu ada pemahaman mendasar dari batik itu sendiri, dalam
artian apasih batik itu? Pesan apasih yang mau disampaikan
oleh batik kepada kita?.
8. Adakah sanksi bagi anggota atau peserta program yang
melanggar norma yang disepakati?
Nah tadi itu, karna norma atau peraturannya ga spesifik, jadi
saya pun tidak berani untuk memberikan sanksi secara
lagsung kecuali memang sudah menjadi keputusan bersama.
Page 141
126
9. Bagaimana proses dalam membentuk sinergi antara RBP
dengan peserta program?
Sebenernya mudah sih, yang penting asas keterbukaan dan
saling percaya harus tetap dijaga. Jadi kaya pembagian hasil
ketika ada anggota yang bikin batik terus dijual, ataupun pas
ada tamu yang dateng buat belajar batik. Jadi setiap ada yang
mau ikut pelatihan membatik ini kita tugasin beberapa
anggota yang ada waktu luang buat jadi pengajar, hasilnya
nanti dibagi dua, separo buat yang ngajar batik separonya
lagi buat operasional. Jadi ya gitu saya pribadi kalo ada
masalah pribadi ya diomongin jangan dijadiin gosip.
10. Bagaimana RBP bisa memanfaatkan jaringan dalam
melakukan ekspansi di dunia usaha?
Sebenernya di era yang udah lebih modern kaya sekarang ini
gampang ya, tinggal kita yang harus belajar gimana cara
manfaatinnya (teknologi). Banyak juga yang mau jadiin RBP
ini sebagai batu loncatan buat nyari panggung, ya sebut aja
calon-calon legislatif yang mau nyari nama. ya kalo ada
mereka-mereka (pejabat) yang kesini ya gapapa, namanya
juga silaturahmi kan. Tapi kalo udah nyerempet ke politik ya
saya jadi orang paling depan yang nolak. Saya mau RBP ini
jadi kelompok yang punya power tapi bersifat netral.
11. Bagaimana RBP bisa terus menjaga hubungan dengan
alumni program beasiswa difable membatik?
Sejauh ini program beasiswa difable membatik udah masuk
ke batch 7 ya, jadi udah cukup banyak alumni program yang
pernah ikut pelatihan disini. Saya pribadi usaha keras buat
Page 142
127
jaga komunikasi sama alumni batch-batch sebelumnya,
sejauh ini selain mereka jual hasil karya nya ke kita belum
ada satu program yang khusus buat menaungi mereka-
mereka itu.
12. Dari elemen-elemen modal sosial yang diterapkan, apa
dampak yang diterima oleh RBP?
Elemen modal sosial itu yang tadi kamu sebutin itu ya? Ya
dampak yang paling nyata sih ada sinergi, ada power, ada
energi positif di setiap kegiatanyang ada di RBP ini. Sisanya
kamu cari sendiri ya hehe, kenapa saya nyuruh kamu jadi
relawan disini ya itu, biar kamunya lebih gampang melihat
situasi secara langsung.
(Wawancara 2 (Revisi Setelah Sidang)-19 September 2020)
1. Bagaimana bentuk kepercayaan di internal Rumah Batik
Palbatu?
Di Rumah Batik Palbatu ini kami membangun trust satu sama
lain dimana dalam satu kegiatan di Rumah Batik Palbatu. Ada
yang mengajar ada juga yang menyiapkan alat. Diberikan
tugas masing-masing, kami mempercayakan wewenang
kepada masing-masing anggota. Dan sampai sekarang sudah
terjalin hubungan kepercayaan seperti itu. Dampak dari
hubungan tersebut adalah kami bisa saling mengingatkan satu
sama lain tentang tugas masing-masing anggota Rumah Batik
Palbatu.
2. Kalo kepercayaan di eksternalnya sendiri seperti apa pak?
Page 143
128
Nah, kami juga tujukan bahwa bagaimana sih tujuan dari
Rumah Batik Palbatu ada disini. Kami bangun satu
kepercayaan bahwa kami berniat baik kepada lingkungan salah
satu bentuknya sebagai pemberdayaan. Buktinyatanya apa?
Beberapa ibu-ibu sudah terlibat disini, itu bukti nyatanya
akhirnya lingkungan menerima. Itu alasan mengapa
lingkungan Palbatu bisa menerima dan berhubungan baik
dengan Rumah Batik Palbatu ini.
3. Poin selanjutnya tentang norma, apakah ada kaitannya antara
batik sebagai budaya Indonesia yang penuh dengan makna
filosofis dengan norma yang berlaku di Rumah Batik Palbatu?
Ya betul, terutama dari saya pribadi lalu saya tularkan ke
teman-teman tentang filosofi dari batik bisa tidak di tuangkan
di Rumah Batik Palbatu. Salah satunya percaya, trus tanggung
jawab. Bisa ga kitabertanggung jawab dengan tugas-tugas
yang dipercayakan. Kita juga menjalin kerjasama, oh saling
tolong menolong ketika lagi membatik kalo satu orang lagi
kosong mau tidak membatu temannya yang lagi membatik.
Norma-norma tersebut yang sejatinya diharapkan ada di
Rumah Batik Palbatu, menandakan pekerjaan-pekerjaan
tersebut bukan untuk pribadi namun untuk bersama.
4. Selanjutnya mengenai jaringan pak, bagaimana Rumah Batik
Palbatu memanfaatkan jaringan untuk berekspansi lebih luas
lagi?
Salah satu bentuknya kita mealui sosial media, dan tidak lupa
pula kita bekerja sama kepada pihak-pihak lain entah itu
komunitas, organisasi atau semacamnya. Khususnya yang
Page 144
129
paling dasar adalah kita disini bekerjasama dengan
lingkungan, dengan seluruh warga Palbatu. Yang kedua kita
bekerjasama dengan teman-teman disabilitas. Yang ketiga kita
bekerjasama dengan teman-teman survivor cancer. Dan ada
juga yang dari masyarakat umum, jaringan-jaringan tersebut
yang kita bangun. Hasilnya ya produk kita, termasuk hasil
karya temen-temen disabilitas bisa di pamerkan di pameran-
pameran, atau kita anggota dari asosiasi batik di Indonesia.
Pentingnya bermitra untuk mengingatkan kita bahwa kita tidak
sendiri, kita harus bekerja sama dengan teman-teman atau
mitra di luar sana.
5. Lalu tentang program beasiswa difable membatik pak yang
diperuntukan untuk teman-teman disabilitas, itu ide awalnya
seperti apa pak? Keresahan seperti apa yang mendukung
adanya program tersebut?
Saya ingin membangun sebuah usaha, walaupun memang
sebenernya kita ini social preneur ya, bagaimana bisa ada satu
nilai ibadah disitu. Maka dari itu kami atau saya pribadi
menggagas bagaimana waktu itu sedekah batik. Sedekah batik
itu bagaimana bersedekah namun berupa ilmu, bukan
membagikan kain batik, ilmunya dengan apa? Dengan
mempraktekan. Kita membagi bahan baku, alat, untuk mereka
bisa membatik. Nah terlintas bagi saya bagaimana agar bisa
mempertahankan hal tersebut sampai sekarang, dengan adanya
program beasiswa difable membatik menjadi kekuatan bagi
kami. Bahwa pekerja sosial itu tidak hanya tentang berbagi
materi, tapi dari sisi berbagi ilmu pun bisa sangat bermanfaat.
Page 145
130
Saya bisa buktikan walaupun dalam kondisi sulit seperti
apapun kami masih bisa bertahan.
Page 146
131
Lampiran 4.A.2
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN II
Identitas Informan:
Nama : Budi Darmawan (Pak Iwan)
Jabatan : Pendiri Rumah Batik Palbatu
(Wawancara pertama-14 Maret 2020)
1. Apa yang menjadi latar belakang terbentuknya Rumah Batik
Palbatu?
Rumah Batik Palbatu merupakan sebuah bentuk keresahan
dari saya dan pak Hary. Kami resah dengan budaya
membatik yang kian hari kian tergerus dan terlupakan.
2. Kenapa memilih batik sebagai concern utama?
Ya itu tadi, kami terutama pak Hary yang memang seorang
yang sering menjadikan seni sebagai bahan utama dalam
berpikir.
3. Bagaimana bentuk kepercayaan antara Rumah Batik Palbatu
dengan lingkungan (warga Palbatu dan otoritas setempat)?
Saya pribadi kan orang luar bukan orang Palbatu, rumah saya
di Larangan, Ciledug.
4. Apa dampak dari kepercayaan yang terjalin antara Rumah
Batik Palbatu dengan lingkungan?
Saya rasa ada hubungan saling menguntungkan ya. Kami
RBP diuntungkan dengan dukungan dari warga dan warga
Page 147
132
diuntungkan dengan adanya RBP karena jadi wadah dalam
mengembangkan potensi di Palbatu ini.
5. Bagaimana pembentukan sinergi antara peserta program
beasiswa difable membatik dan Rumah Batik Palbatu?
Bagi saya sinergi yang terbentuk ada karena hubungan yang
erat seperti keluarga, seperti rumah. Satu sama lain memiliki
rasa yang sama, frekuensi yang sama.
6. Bagaimana strategi pengembangan relasi di Rumah Batik
Palbatu?
Ya dengan tadi itu, menjaga kepercayaan bisa jadi sebuah
nilai tambah dalam sebuah usaha. Semua akan berjalan
apabila pihak-pihak yang berkaitan saling percaya satu sama
lain.
7. Siapa saja pihak yang pernah bekerjasama dengan Rumah
Batik Palbatu?
Banyak, mungkin salah satunya yang cukup membekas ya
sama Indonesia Power. Dulu saya mikir gimana cara nya
sounding RBP ke masyarakat luas, akhirnya dengan relasi
sama PT.Indonesia Power RBP ini bisa dibuatkan website
resmi dan tidak dikenakan biaya.
8. Dari pemanfaatan jaringan tersebut, adakah dampak yang
diterima oleh Rumah Batik Palbatu?
Yang pastinya akan menguntungkan semua pihak yang
berkaitan. Sama saja kaya di dunia usaha, jaringan dibentuk
karena memang ada tujuannya dan tujuan tersebut harus
menguntungkan bagi pihak-pihak tersebut.
Page 148
133
(Wawancara 2 (Revisi Sidang-via telepon karena adanya PSBB
DKI Jakarta)-3 Oktober 2020)
1. Konsep awal dalam mendirikan Rumah Batik Palbatu itu
seperti apa pak?
Awalnya itu kita Kampung Batik Palbatu yang launching di
2011, itu waktu buat edukasi warga selama 2 tahun. Baru di
tahun 2013 dibuka yang namanya Rumah Batik Palbatu.
Konsep utama dari Rumah Batik Palbatu lebih ke edukasi
sama workshop, karna emang awalnya mencangkup seluruh
wilayah Palbatu tapi karna satu dan lain hal mangkanya di
dirikan Rumah Batik Palbatu.
2. Kenapa memilih batik sebagai concern utama pak?
Saya kan memang tidak tinggal di Palbatu, awalnya saya
bekerja sebagai event organizer dan setelah 2 Oktober 2009
ditetapkan sebagai hari batik nasional, saya banyak megang
acara yang bersangkutan sama batik. Yang diakui UNESCO
kan sebenernya intagiable heritage, tapi yang dipahami
sebagian besar masyarakat kan batik sebagai kain, atau motif
tertentu. Nah dari keresahan itu saya ngobrol sama pak Hary
tentang bagaimana membuat wadah yang mengedukasi
masyarakat tentang batik sebagai proses, sebagai warisan yang
memiliki makna tersendiri.
3. Nah awalnya bagaimana proses dalam meyakinkan warga
Palbatu sendiri tentang konsep Rumah Batik Palbatu?
Yang pastinya ada pro dan kontra, kontranya begini, pak Iwan
ini kan bukan asli orang sini beda sama pak Hary. Warga
waktu itu skeptis sama saya, nganggepnya saya mau ikut
Page 149
134
campur masalah Palbatu. Mangkanya waktu 2011 itu saya
bikin pameran di Palbatu sekaligus ngundang pembatik-
pembatik dari daerah Jawa buat mengedukasi warga terkait
pemahaman tentang batik. Nah setelah 2 tahun itu walaupun
sudah diadakan edukasi seperti itu tapi belum ada wadahnya,
akhirnya di 2013 saya sama pak Hary bikin Rumah Batik
Palbatu. Nah itulah yang menunjukan bahwa kita tidak bisa
hanya dengan kata-kata saja sama warga, tapi harus ada bentuk
nyata. Akhirnya kan seiring berjalannya waktu warga jadi
percaya kalo manfaat yang bisa dipetik bukan cuma buat saya
atau pak Hary doang tapi buat bareng-bareng.
4. Lalu bentuk jaringan RBP sama mitra sendiri seperti apa pak?
Salah satunya waktu itu pas ada kegiatan ngecat jalan pake
motif batik itu kita di sponsorin sama cat Dulax apa ya kalo ga
salah. Dapet ribuan kaleng waktu itu buat ngecat jalan sama
tembok rumah warga. Kalo dari lingkungan pasti ada, dari
Karang Taruna, dari PKK, dan dari DKM masjid juga ada.
Nah yang paling besar dari Indonesia Power, kita dapet
sumbangan alat-alat batik, kita juga dibuatkan website gratis.
5. Jadi menurut pak Iwan bagaimana dampak dari menjaga
jaringan dengan mitra diluar Rumah Batik Palbatu?
Sangat penting karena jaman sekarang kan pasti butuh
kolaborasi, butuh sinergi dalam membuat ekosistem.
Mangkanya kan saya membuat ekosistem di Rumah Batik
Palbatu itu seimbang tidak timpang. Mangkanya kita
bekerjasama biar pembatik-pembatik di Rumah Batik Palbatu
Page 150
135
ini punya sertifikasi dari pemerintah, supaya bisa diakui
sebagai pembatik resmi.
6. Menurut pak Iwan apa dampak diadopsinya modal sosial di
Rumah Batik Palbatu ini?
Sangat berdampak karena begini, kita kan hari ini butuh
sinergi dan kolaborasi. Kita harus membuat sebuah ekosistem
yang positif, kamu tau kan ekosistem di dalemnya saling
berkaitan, artinya kalo ekosistemnya terputus berarti kan ada
rantai yang ga berjalan. Nah, mangkanya kita butuh sertifikasi
pembatik supaya saling bergantung secara positif. Nah itu
yang saya bilang harus saling bersinergi, biar sama-sama
merasakan keuntungannya.
Page 151
136
Lampiran 4.A.3
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN III
Identitas Informan:
Nama : Sri Wahyuni (Bu Yuyun)
Jabatan : Pengurus Rumah Batik Palbatu
(14 Maret 2020)
1. Sudah berapa lama Ibu ikut serta menjadi pengurus di
Rumah Batik Palbatu?
Saya kan warga Palbatu sini, jadi dari awal terbentuk RBP
saya sudah ikut partisipasi. Tapi kalo jadi yang ngurus
keuangan saya baru sekitar 3-4 tahunan sih.
2. Mengapa Ibu bisa dipercaya sama Rumah Batik Palbatu buat
megang masalah keuangan?
Waduh saya gatau pasti sih kalo itu, tapi kayanya gara-gara
saya udah kenal lama sama pak Hary kali ya, jadi pak Hary
mungkin udah tau saya orangnya gimana jadi ya gitu sih
kayanya.
3. Apa dampak dari kepercayaan yang terjalin antara Rumah
Batik Palbatu dengan lingkungan?
Ya paling RBP dipermudah segalanya sih, asalkan kitanya
juga mengikuti aturan yang ada kaya bayar uang keamanan,
bayar uang sampah, ya yang gitu-gitu lah.
4. Bagaimana bentuk kepercayaan di internal Rumah Batik
Palbatu?
Page 152
137
Kalo ini di setiap ada kegiatan diusahakan setelah selesai
kegiatan semuanya kumpul buat evaluasi. Karna setau saya
pak Hary itu orangnya lebih suka yang jujur dari pada ada
sentimen pribadi di belakang orangnya.
5. Bagaimana dampak dari kepercayaan yang terjalin di internal
Rumah Batik Palbatu?
Ya itu tadi, suasana disini jadi lebih terbuka dan lebih jujur
jadi gaada yang ngomong di belakang.
6. Norma apa yang disepakati bersama dan menjadi acuan di
Rumah Batik Palbatu?
Kalo yang tertulis ada di kontrak perjanjian, tapi saya selalu
bawel masalah fasilitas di RBP ini. Masalah barang-barang
entah bahan-bahan kaya kain, canting, cat, segala macem itu
lah pokoknya. Semua barangnya kan susah dapetinnya,
harganya juga ada yang lumayan (mahal) mangkanya kalo
abis dipake sama anggota atau sama peserta kita wajib
rapihin trus dibersihin juga disapu sama di pel. Bukannya
apa-apa, klo ada yang rusak sama hilang kan kita juga yang
rugi.
7. Adakah sanksi bagi yang melanggar norma tersebut?
Kalo masalah yang tadi saya bilang, pastinya saya jadi yang
paling bawel kalo ada yang sembrono.
8. Bagaimana pembentukan sinergi antara peserta program
beasiswa difable membatik dan Rumah Batik Palbatu?
Bentuk sinerginya sih yang pasti kita berharap mereka
(peserta program) bisa saling kerjasama ketika lagi ngebatik.
Kita juga gamau ada gesekan diantara mereka.
Page 153
138
9. Bagaimana dampak dari penerapan norma tersebut?
Harapan saya barang-barang yang ada di RBP bisa rapih ga
berantakan. Kan enak kalo rapih mau ini mau itu gampang
nyarinya.
10. Bagaimana cara Rumah Batik Palbatu menjaga hubungan
dengan para alumni program beasiswa difable membatik?
Dibuat grup di whatsapp jadi buat komunikasi mereka sama
kita juga lebih gampang kan.
11. Apa yang melatar belakangi gagasan tentang program
beasiswa difable membatik?
Itu urusan pak Hary sih, setau saya memang pak Hary itu
orang yang sangat peduli sosial ya. Pak Hary sering ikut-ikut
program sosial gitu sampe akhirnya ketemu Yusuf dan
akhirnya nemu ide tentang program pelatihan membatik buat
difable.
Page 154
139
Lampiran 4.A.4
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN IV
Identitas Informan:
Nama : Meliana (kak Meli)
Jabatan : Pengurus Rumah Batik Palbatu
(14 Maret 2020)
1. Sudah berapa lama kak Meli bergabung dengan Rumah Batik
Palbatu?
Saya kenal pak Hary dari tahun 2017, dari situ saya diajak
kenalan sama RBP hehe.
2. Apa yang dipercayakan Rumah Batik Palbatu ke kak Meli?
Awalnya sih saya ga kepikiran buat ikut ngurus di RBP,
awalnya saya cuma mau tau lebih banyak tentang batik.
Akhirnya pas awal-awal ada program beasiswa difable
membatik saya dipercaya buat ngurus administrasi disini.
Saya juga ga nyangka ya bisa dikasih kepercayaan buat jadi
tim pengurus RBP, padahal awalnya saya cuma mau belajar
tentang batik aja. Saya terima tawaran dari pak Hary (buat
jadi tim pengurus) karna saya senang ada disini trus juga
percaya RBP ini bisa jadi simbol perkembangan budaya batik
di Jakarta.
3. Apa dampak yang terjadi dengan adanya kepercayaan yang
terjalin antara kak Meli dengan Rumah Batik Palbatu?
Page 155
140
Menurut saya cukup baik pastinya, karena dengan pak Hary
mempercayakan kepada saya untuk jadi pengurus, jadi acuan
buat saya sih buat lebih kontribusi sama batik Indonesia
khususnya Rumah Batik Palbatu.
4. Menurut kak Meli sudah efektifkah program beasiswa
difable membatik dalam memberdayakan peserta (teman-
teman difable)?
Kalo ditanya efektif apa ngga, saya gabisa ngasih jawaban
pasti ya. Karna emang di setiap angkatan ada aja mereka-
mereka yang punya kesibukan masing-masing. Jadi pas udah
selesai pelatihan ya ga dilanjut. Alesannya sendiri sih saya ga
tau pasti ya. Tapi buat sejauh ini dari setiap angkatan saya
bisa bilang 40-50% yang masih lanjut ngebatik.
5. Selama jadi pengajar batik, menurut kak meli kepercayaan
seperti apa sih yang timbul antara pengajar batik dengan
peserta program?
Menurut saya gini ki, program beasiswa batik itu kan
diperuntukan untuk teman-teman difable ya. Jadi yang saya
baca selama ngajarin teman-teman difable ngebatik, mereka
itu tidak suka diperlakukan secara “istimewa”. Jadi ya
menurut saya kita harus nganggep mereka ya sama aja kaya
orang-orang biasa lainnya, mereka lebih suka kaya gitu.
Mereka itu tipikal yang sensitif, tapi mereka juga tipikal yang
care. Jadi kalo kita bisa ngambil hati mereka, ya otomatis
kepercayaan pun bakal timbul sendirinya sih menurut saya.
6. Dampak dari kepercayaan antara pengajar batik sama peserta
program kalo menurut kak Meli gimana sih?
Page 156
141
Presentase goals yang mau dicapai dari program bisa
meningkat kalo menurut saya.
7. Kalo norma yang disepakati bersama dalam program
beasiswa difable membatik itu seperti apa?
Aturan-aturan tertulis ada di kontrak kesepakatan antara
peserta sama RBP, nanti saya kasih filenya ki.
8. Adakah sanksi bagi yang melanggar?
Ngga sih ya, walaupun ada yang ngelanggar ya paling kita
selesain secara kekeluargaan.
9. Bagaimana pembentukan sinergi antara peserta program
beasiswa difable membatik dan Rumah Batik Palbatu?
Ya itu yang tadi kita obrolin, adanya kepercayaan antara
pengajar sama peserta. Saling memahami satu sama lain,
walaupun untuk komunikasi emang rada susah sih tapi
mereka malah kurang suka kalo ga diajak ngobrol.
10. Bagaimana dampak dari penerapan norma yang disepakati
bersama tersebut?
Peserta bisa lebih tanggung jawab, komitmen mereka juga
jadi lebih kuat ya. Kita juga sebagai anggota harusnya lebih
semangat lagi ya, karna malu sih kalo menurut saya. Merka
aja semangat masa kitanya ngga hehe.
11. Bagaimana cara Rumah Batik Palbatu menjaga hubungan
dengan para alumni program beasiswa difable membatik?
Ada grup whatsapp yang per-angkatan, ada juga yang dari
angkatan 1 sampe yang sekarang.
12. Dari pemanfaatan jaringan tersebut, adakah dampak yang
diterima oleh Rumah Batik Palbatu?
Page 157
142
Dengan adanya grup whatsapp buat peserta, saya rasa dari
RBP bisa lebih gampang sih buat komunikasinya.
Page 158
143
Lampiran 4.A.5
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN V
Identitas Informan:
Nama : Ahmad Yusuf (kak Yusuf)
Jabatan : Pengurus Rumah Batik Palbatu
(14 Maret 2020)
1. Sejak kapan kak Yusuf concern di bidang bahasa isyarat?
Kamu tau ga kenapa saya bisa bahasa isyarat? Jadi ya.. ibu
saya tuli dan ya mau gamau saya sebagai anak harus bisa
bahasa isyarat biar bisa komunikasi. Bagi saya punya ibu
yang gabisa ngomong bisa jadi dorongan buat peduli sama
temen-temen tuli lainnya diluar sana. Gara-gara bahasa
isyarat saya bisa dapet uang (menjadi juru bahasa isyarat di
tv) bahkan waktu itu beberapa tahun lalu saya pernah
diundang ke acara-acara di Jepang gara-gara bahasa isyarat,
Alhamdulillah.
2. Bagaimana bentuk kepercayaan antara Rumah Batik Palbatu
dengan teman-teman difable?
Awalnya keresahan saya sama pak Hary terkait teman-teman
difable khususnya tuli yang sulit untuk mencari pekerjaan.
Jadi ada inisiatif dari RBP untuk memberi kepercayaan
kepada teman-teman difable terpilih buat ikut program
beasiswa ini.
Page 159
144
3. Bagaimana bentuk kepercayaan di internal Rumah Batik
Palbatu?
Saya rasa cukup baik ya, yang saya suka di RBP ini
semuanya harus terbuka, harus jujur biar ga ada omongan ga
enak di belakang. Kaya saya nih akhir-akhir ini lagi sibuk
sama kerjaan jadi saya bicara baik-baik karna saya akan
beberapa kali tidak hadir.
4. Bagaimana dampak dari kepercayaan yang terjalin di internal
Rumah Batik Palbatu?
Ya itu tadi, ga ada namanya sentimen pribadi, ga ada
omongan-omongan ga enak di belakang.
5. Norma apa yang disepakati bersama dan menjadi acuan di
Rumah Batik Palbatu?
Kalo norma disini definisinya aturan, ya banyak ya aturan
yang disepakati bersama di RBP. Kaya misalkan tentang
menjaga barang-barang yang ada di RBP, tentang
kedisiplinan waktu, banyak sih.
6. Adakah sanksi bagi yang melanggar norma tersebut?
Ya kesepakatan bersama paling, kaya bersihin RBP selama
berapa pertemuan.
7. Bagaimana pembentukan sinergi antara peserta program
beasiswa difable membatik dan Rumah Batik Palbatu?
Intinya saling memahami satu sama lain. Mereka (peserta
difable) biasanya lebih sensitif. Satu contohnya adalah
mereka (teman-teman tunarungu) itu lebih sensitif, kadang
mereka ga suka kalo kita ngobrol sama orang trus dia ga
Page 160
145
diajak ngomong. Pokoknya kita harus seolah-olah
komunikatif sama mereka.
8. Bagaimana cara Rumah Batik Palbatu menjaga hubungan
dengan para alumni program beasiswa difable membatik?
Sekarang kan zaman udah lebih canggih, cara simple nya ya
dibikinin grup whatsapp. Selain grup whatsapp buat alumni
program, saya juga bikin grup untuk wadah jual beli di antara
mereka. Jadi ceritanya kan saya juga magang kuliah disini
hehe jadi abis penelitian trus nemu hasilnya, nemu
permasalahannya, nemu juga solusinya. Walaupun masih
dalam tahap pengembangan, tapi saya berharap program
gerai.id ini bisa jadi solusi jangka panjang buat Rumah Batik
Palbatu.
Page 161
146
Lampiran 4.B.1
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN VI
Identitas Informan:
Nama : Novita
Jabatan : Pembatik tuli, anggota Rumah Batik Palbatu
(11 Juli 2020)
1. Sudah berapa lama kamu bergabung dengan Rumah Batik
Palbatu?
Saya ikut program beasiswa yang batch pertama (2017).
2. Bagaimana bentuk kepercayaan yang terjalin antara kamu
dengan Rumah Batik Palbatu?
Awalnya saya ga tau apa itu RBP, tapi waktu itu saya dapet
info dari komunitas tuli tentang pelatihan batik di RBP. Saya
rasa saya bakal bisa batik kalo belajar di RBP. Saya
bersyukur bisa dikasih kepercayaan buat membatik dan
menjual hasil karya saya disini (Rumah Batik Palbatu).
3. Bagaimana bentuk sinergi antar internal Rumah Batik
Palbatu?
RBP sangat baik sama temen-temen tuli. Kami diajarin batik
dari gabisa sampe bisa. Kami boleh terus membatik
walaupun udah ga ikut pelatihan. Saya rasa kami (temen-
temen tuli) akan berikan yang terbaik untuk RBP.
4. Adakah dampak dari hubungan saling percaya antara temen-
temen tuli dengan Rumah Batik Palbatu?
Page 162
147
Saya bersyukur bisa dikasih kepercayaan buat membatik dan
menjual hasil karya saya disini (Rumah Batik Palbatu).
5. Adakah norma/aturan yang disepakati di internal Rumah
Batik Palbatu?
Saya tidak tau, coba tanya saja sama pak Hary.
6. Bagaimana pandangan kamu tentang program beasiswa
difable membatik?
Saya sangat senang bisa belajar membatik di RBP, saya
sangat senang bisa kenal orang-orang baik di RBP. Saya
akan ajak teman-teman saya di komunitas tuli untuk belajar
membatik di RBP.
7. Apakah kamu bisa dapet uang dari membatik?
Ya, kadang saya dapet orderan kain batik. Kadang pak Hary
juga minta tolong sama saya untuk dibantu membuatkain
batik.
Page 163
148
Lampiran 4.B.2
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN VII
Identitas Informan:
Nama : Richson
Jabatan : Pembatik tuli, anggota Rumah Batik Palbatu
(8 Agustus)
1. Sudah berapa lama kamu bergabung dengan Rumah Batik
Palbatu?
Saya sama dengan Novita, angkatan (batch) yang pertama.
2. Bagaimana bentuk kepercayaan yang terjalin antara kamu
dengan Rumah Batik Palbatu?
Saya sangat percaya dengan Rumah Batik Palbatu karena
diberi kesempatan untuk belajar membatik gratis. Saya
bersyukur ilmu yang saya dapat disini bisa berguna.
3. Bagaimana bentuk sinergi antar teman-teman difable di
Rumah Batik Palbatu?
Kami selalu berkomunikasi di grup whatsapp, jadi kalo ada
kegiatan apa-apa informasinya ada di grup whatsapp.
4. Adakah dampak dari hubungan saling percaya antara teman-
teman tuli dengan Rumah Batik Palbatu?
Kami bisa memberikan yang terbaik untuk Rumah Batik
Palbatu, kami akan selalu berterima kasih dengan Rumah
Batik Palbatu.
Page 164
149
5. Adakah norma yang disepakati antara teman-teman tuli
dengan Rumah Batik Palbatu?
Tidak ada, kami selalu membatik bersama-sama. Kami selalu
mengikuti apa yang pak Hary mau. Karna pak Hary selalu
bertanya kepada kami apa yang menjadi kesulitan. Akhirnya
kita selalu berdiskusi bersama.
6. Apa dampak yang terlihat dalam memanfaatkan norma yang
disepakati sebagai acuan utama?
Kami (teman-teman tuli) bisa lebih dekat dengan anggota
Rumah Batik Palbatu yang lain, tidak ada yang sungkan.
7. Sudah efektifkah program beasiswa difable membatik dalam
memberdayakan para peserta?
Setiap orang beda-beda ya, tergantung orangnya masing-
masing. Ada yang memang sulit cari kerja akhirnya ngebatik
di Rumah Batik Palbatu. Contohnya teman saya Novita.
Page 165
150
Lampiran 4.B.3
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN VIII
Identitas Informan:
Nama : Farida
Jabatan : Pembatik tuli, anggota Rumah Batik Palbatu
(14 Maret 2020)
1. Sudah berapa lama kamu bergabung dengan Rumah Batik
Palbatu?
Saya bergabung baru setahun, saya dari batch 5.
2. Apa yang membuat kamu percaya sampai mau belajar batik
di Rumah Batik Palbatu?
Saya pikir RBP sudah terkenal sekali di Jakarta, saya juga
mau banget belajar tentang batik dan mengenal batik lebih
dalam lagi.
3. Menurut kamu bagaimana bentuk kepercayaan yang terjalin
antara temen-temen peserta program beasiswa difable
membatik?
Menurut saya saya dan temen-temen tuli lain sangat kompak
ketika belajar batik di RBP. Kami dituntut untuk saling
membantu sama lain, tidak ada yang boleh egois.
4. Adakah dampak dari hubungan saling percaya antara peserta
program dan Rumah Batik Palbatu?
Page 166
151
Kami bisa memberikan yang terbaik untuk RBP, kami sangat
berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan RBP
kepada kami.
5. Adakah norma yang disepakati antara teman-teman tuli dan
Rumah Batik Palbatu?
Ya, sebelum kami belajar batik kami diberikan surat kontrak
perjanjian dengan RBP. Kami dituntut untuk lebih
bertanggung jawab dan komitmen terhadap program
beasiswa yang kami ikuti.
6. Adakah sanksi bagi yang melanggar norma yang telah
disepakati?
Setau saya akan diberi teguran oleh pak Hary.
7. Apa dampak yang terlihat dalam memanfaatkan norma yang
disepakati sebagai acuan utama?
Ya, kami bisa lebih bertanggung jawab, lalu disiplin, dan
juga lebih komitmen dalam belajar batik.
8. Bagaimana pandangan anda tentang program beasiswa
difable membatik?
Sangat baik karena kami (peserta difable) diberikan
keterampilan dalam membatik. Sungguh sangat bermanfaat
karena kami bisa menggunakan keterampilan tersebut untuk
membatik lalu menjualnya.
9. Sudah efektifkah program beasiswa difable membatik dalam
memberdayakan para peserta?
Seperti yang saya bilang tadi, kami bisa memanfaatkan
keterampilan dalam membatik untuk mendapat keuntungan.
Page 167
152
Lampiran 4.B.4
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN IX
Identitas Informan:
Nama : Miss Ninuk
Jabatan : Anggota Rumah Batik Palbatu, anggota PKK
Kelurahan Menteng Dalam.
(28 September 2020)
1. Sudah berapa lama bergabung di Rumah Batik Palbatu?
Bergabung di RBP tahun 2013, tapi ga full ke RBP karna
kerja. Paling kalo lagi ada tamu aja atau lagi diundang ke
acara-acara skala internasional.
2. Bagaimana pola kepercayaan yg terbentuk antara miss Ninuk
dengan Rumah Batik Palbatu?
Kepercayaan antar personil baik, tapi kalo di RBP kita
dibiasain kalo ada masalah harus diselesaikan secara langsung
jadi gaada omongan dari belakang.
3. Sebagai warga Palbatu, apa pandangan miss ninuk terkait
Rumah Batik Palbatu?
Pandangan aku sebagai warga sih baik, bisa dibilang rezeki
juga sih. Coba aja kalo diluar sana kamu belajar batik berapa
biayanya? RBP ngasih kepercayaan ke warga Palbatu buat
belajar bati gratis, bener-bener gratis buat warga Palbatu.
4. Bagaimana bentuk sinergi antara warga palbatu dengan
Rumah Batik Palbatu?
Page 168
153
Agak susah ya, karna rentan adanya sentimen pribadi. Kalo
untuk warga sih baik-baik aja, tapi sama pengurus RT nya ini
agak sulit karna mungkin ada ketidakpahaman tentang RBP
dari pengurus Rtnya.
5. Adakah norma/aturan yg disepakati antara warga dan Rumah
Batik Palbatu? Kalo ada apa normanya? Kalo ada apa dampak
diterapkannya norma antara Rumah Batik Palbatu dengan
warga?
Berkaitan sama pertanyaan sebelumnya sih, menurut aku
masih rentan adanya sentimen pribadi antara pengurus RT
sama RBP. Jadi ya saya gabisa gambarin lebih jelas karna aku
juga kurang paham sih.
6. Menurut miss sebagai warga dan anggota di Rumah Batik
Palbatu, bagaimana jaringan yang terbentuk di internal dan
eksternal Rumah Batik Palbatu?
Aku udah ngalamin berganti personil dari dulu, setiap
angkatan ada sisi positif ada sisi negatif nya juga. Tapi balik
lagi menurut saya saling memahami aja.
7. Apakah program beasiswa difable membatik telah berhasil
mengadopsi trust, norma, dan jaringan dengan baik?
Alasannya?
Untuk trust menurut aku dengan mereka (peserta) mau daftar
di program aja udah ada kepercayaan sih. Norma apalagi,
proses membentuk karakter peserta juga udah termasuk norma
sih kalo menurut aku. Apalagi kan menurut aku temen-temen
difable itu lebih care ke sesama, lebih peka, mereka itu luar
biasa baik, suka tolong menolong.
Page 169
154
8. Menurut miss apabila trust, norma, dan jaringan dimanfaatkan
dengan baik di Rumah Batik Palbatu khususnya di program
difable, apa dampak yang akan dirasakan?
Dampak yang dirasakan gede banget ya. Contohnya ga semua
terlahir beruntung secara ekonomi ya, jadi menurut aku
keikutsertaan mereka (peserta difable) di RBP bisa jadi nilai
tambah buat mereka karna mereka bisa dapet pendidikan non-
formal yang bisa jadi bekel buat suatu saat mereka nyari
nafkah.
Page 170
155
Lampiran 4.C.1
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN X
Identitas Informan:
Nama : Saskia Adel
Jabatan : Ketua Relawan Rumah Batik Palbatu 2020
(11 Juli 2020)
1. Sudah berapa lama anda bergabung dengan Rumah Batik
Palbatu?
Dari awal batch 6, itu sudah sekitar beberapa bulan sih
sampe sekarang.
2. Apa yang membuat anda percaya dengan Rumah Batik
Palbatu sehingga mau menjadi relawan disini?
Karena ingin menambah relasi, networking. Karna sekarang
harus punya keterampilan tambahan ya, ga tercuali batik.
3. Selama membantu dalam program beasiswa difable
membatik, menurut anda bagaimana kepercayaan yang
terbentuk antara peserta dengan Rumah Batik Palbatu?
Sangat baik sih dalam komunikasi, selain ada penerjemah
(karena peserta ada yang tuli) kita juga harus bisa
komunikasi sama peserta dengan baik.
4. Bagaimana pola komunikasi antara peserta dengan peserta,
dan peserta dengan Rumah Batik Palbatu?
Page 171
156
Alhamdulillah dengan adanya program tersebut (beasiswa
difable membatik) kita bisa lebih aware lagi sama temen-
temen tuli.
5. Adakah norma diantara relawan Rumah Batik Palbatu?
Ada dong, tentang disiplin waktu sama kehadiran sih yang
paling penting. Semuanya disepakatin bersama yang
pastinya, jadi kalo ada hukumannya juga sesaui sama
kesepakatan bersama.
6. Apa sanksi bagi yang melanggar norma yang disepakati?
Sesuai kesepakatan bersama sih. Contohnya kaya udah
disepakatin dari awal tentang rapat, apapun kondisinya
kecuali ada keperluan mendesak, semua harus ikut rapat.
Kalo lagi gabisa tatap muka (situasi pandemi) ya kan bisa
lewat hape.
7. Apakah program beasiswa difable membatik telah berhasil
mengadopsi trust, norma, dan jaringan dengan baik?
Alasannya?
Alhamdulillah menurut saya sudah berhasil karena di situasi
pandemi ini khususnya, mereka bisa memanfaatkan apa yang
mereka dapat di RBP dengan baik.
8. Menurut anda bagaimana dampak dari pemanfaatan trust,
norma, dan jaringan dalam program beasiswa difable
membatik?
Dampaknya sangat baik, karena para peserta sudah terlatih di
program beasiswa difable membatik. Harapannya mereka
terbantu secara ekonomi dengan adanya keterampilan
membatik khususnya.
Page 172
157
Lampiran 4.C.2
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN XI
Identitas Informan:
Nama : Putri Haitami
Posisi : Penerjemah Bahasa Isyarat Rumah Batik Palbatu
2020.
(11 Juli 2020)
1. Sudah berapa lama kak Putri bergabung dengan Rumah Batik
Palbatu?
gue baru sih disini, diajak-ajak sama Yusuf. Kayanya bareng
sama elu deh ki gabungnya.
2. Apa yang membuat kak Putri percaya dengan Rumah Batik
Palbatu sehingga mau menjadi relawan disini?
Sejujurnya gue awalnya gatau kalo di RBP ada program yang
khusus buat temen-temen difable. Karena emang gue cukup
aktif di lingkungan temen-temen difable. Gue juga sama
kaya Yusuf, orang tua gue dua-duanya tuli. Intinya bukannya
gue bersyukur punya orang tua tuli, bukan, tapi kita gaboleh
malu atau mungkin putus asa sama takdir yang udah dikasih.
Takdir yang ga diharapkan yang kaya gitu harusnya jadi
acuan buat kita, gimana caranya dari yang kurang baik jadi
kelebihan, nilai plus buat kita.
Page 173
158
3. Selama membantu dalam program beasiswa difable
membatik, menurut kak Putri bagaimana kepercayaan yang
terbentuk antara peserta dengan Rumah Batik Palbatu?
Menurut gue temen-temen tuli itu lebih sensitif dan lebih apa
ya.. gampangnya begini, kalo kita care sama mereka, mereka
akan lebih care lagi sama kita, dan sebaliknya. Jadi ya
kepercayaan yang terbangun diantara mereka sih menurut
gua cukup baik ki.
4. Adakah norma yang disepakati dalam program beasiswa
difable membatik?
Paling yang disepakati di surat kontrak itu sih, itu kan
perjanjian antara calon peserta sama RBP.
5. Adakah sanksi bagi para peserta yang melanggar norma yang
disepakati tersebut?
Sejauh ini setau gue cuma teguran langsung dari pak Hary
kali ya.
6. Bagaimana pola komunikasi antara peserta dengan peserta,
dan peserta dengan Rumah Batik Palbatu?
Dalam pandangan gue komunikasi antar peserta cukup baik
ya, peserta bisa dapet temen-temen baru selama di RBP ini,
peserta juga bisa tau karakter satu sama lain pas ikut program
ini. Kalo peserta sama RBP, menurut gue mereka merasa
dihargai sih. Jadi catetan juga nih buat kita, jadi
sepengalaman gue temen-temen tuli itu ga suka kalo
diistimewakan sama kita, mereka lebih suka kalo kita ya
biasa aja sama mereka.
Page 174
159
7. Apakah program beasiswa difable membatik telah berhasil
mengadopsi trust, norma, dan jaringan dengan baik?
Alasannya?
Karna gue juga baru disini, jadi gue juga kurang tau kalo
angkatan-angkatan yang sebelumnya. Kalo untuk angkatan
ini menurut gue cukup berhasil sih.
8. Menurut kak Putri bagaimana dampak dari pemanfaatan
trust, norma, dan jaringan dalam program beasiswa difable
membatik?
Menurut gue bisa jadi bahan evaluasi buat batch-batch yang
akan datang. Apa yang bisa diperbaiki dari kekurangan-
kekurangan di batch sebelumnya.
Page 175
160
Lampiran 4.C.3
TRANSKIP WAWANCARA
INFORMAN XII
Identitas Informan:
Nama : Dina Indriyani
Jabatan : Relawan Divisi Program Rumah Batik Palbatu 2020
(11 Juli 2020)
1. Sudah berapa lama kak Dina bergabung dengan Rumah Batik
Palbatu?
Aku ikut disini dari awal tahun, dari batch 6.
2. Apa yang membuat kak Dina percaya dengan Rumah Batik
Palbatu sehingga mau menjadi relawan disini?
Waduh, kalo ditanya gitu aku sih niat awalnya cuma mau isi
waktu luang. Waktu pertama daftar kan aku lagi nunggu
wisuda, jadi daripada nganggur mending cari kegiatan yang
bermanfaat. Trus kenapa milih RBP ya karena belum pernah
aktif di kegiatan batik sih.
3. Selama membantu dalam program beasiswa difable
membatik, menurut kak Dina bagaimana kepercayaan yang
terbentuk antara peserta dengan Rumah Batik Palbatu?
Hubungan yang saling menguntungkan kalo menurut aku.
Peserta dikasih pelatihan full tentang batik gratis, RBP juga
bisa punya kader-kader pembatik dari temen-temen difable.
4. Adakah norma yang disepakati relawan Rumah Batik
Palbatu?
Page 176
161
Walaupun statusnya relawan tapi tetep harus bisa megang
tanggung jawab yang dikasih RBP. Terutama tentang disiplin
waktu sama kehadiran sih. Tentang kehadiran pas ada
kegiatan, pas rapat juga harus bisa hadir.
5. Adakah sanksi bagi para peserta yang melanggra norma yang
disepakati tersebut?
Sanksi sosial sih paling. Kemaren aku sering gaikut rapat
gara-gara ada keperluan kerjaan hehe, mau gamau aku harus
japri satu-satu semua anggota sambil minta maaf.
6. Apakah program beasiswa difable membatik telah berhasil
mengadopsi trust, norma, dan jaringan dengan baik?
Alasannya?
Selama aku disini program beasiswa yang batch 6 sama
batch yang ke 7 yang lagi jalan cukup baik dalam
menerapkan proses-proses yang kamu bilang tadi.
7. Menurut kak Dina bagaimana dampak dari pemanfaatan
trust, norma, dan jaringan dalam program beasiswa difable
membatik?
Banyak manfaat yang di dapat sih menurut aku, contohnya
mungkin peserta bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan
RBP ini. RBP bisa jadi keluarga baru bagi mereka, bagi kita
volunteer juga. Bisa tau karakter satu sama lain, bisa saling
berbagi pengalaman juga.
Page 177
162
Lampiran 5
CATATAN LAPANGAN
7 Maret 2020
Peneliti berangkat dari rumah di Tangerang pukul 08:00
dan sampai di Rumah Batik Palbatu sekitar pukul 10:00. Saat
peneliti tiba di Rumah Batik Palbatu, disana sedang briefing
sebelum kegiatan di program beasiswa difable membatik batch 6
dimulai. Hari itu adalah pertemuan terakhir di batch yang keenam
dan di minngu selanjutnya akan ada wisuda bagi peserta batch 6
yang sudah menjalani pelatihan selama kurang lebih 8 pertemuan.
Saat itu peneliti masih harus beradaptasi dengan semuanya karena
hari itu adalah hari pertama penulis datang ke Rumah Batik
Palbatu.
Hari itu peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang profil
dari Rumah Batik Palbatu. Peneliti pun meminta izin dari pak
Hary untuk melihat beberapa dokumen yang ada di Rumah Batik
Palbatu. Selagi melihat dokumen-dokumen, peneliti juga
berkenalan dengan seluruh stakholder yang saat itu ada di Rumah
Batik Palbatu.
Hasil dari penelitian hari itu adalah peneliti bisa mendapat
profil Rumah Batik Palbatu yang bersumber dari beberapa
dokumen dan hasil wawancara dengan pak Hary. Peneliti juga
sudah berkenalan dan menyimpan nomer telepon beberapa
informan yang akan diwawancarai kelak.
Page 178
163
12 Maret 2020
Pada tanggal 10 Maret pukul 19:00 peneliti mendapat pesan
singkat dari mas Yusuf yang mana isi pesannya adalah
mengundang peneliti untuk hadir di acara workshop batik di
Balenusa. 12 Maret merupakan jadwal tidak terduga karena
peneliti tidak menjadwalkan penelitian untuk tanggal 12 Maret
tersebut. Acara tersebut merupakan sebuah workshop yang dibuat
oleh Rumah Batik Palbatu, khususnya pak Iwan. Workshop
tersebut dihadiri oleh beberapa kelompok pembatik yang ada di
Jabodetabek dan diisi oleh bapak Agus Purwanto dari perwakilan
APPBI Cirebon sebagai narasumber.
Peneliti mengikuti acara tersebut dari jam 10:00 sampai
dengan jam 14:00. Peneliti tidak menyiapkan pedoman
sebelumnya karna memang acara yang cukup mendadak bagi
peneliti. Namun peneliti menggunakan kesempatan tersebut
untuk meneliti tentang jaringan yang dibangun Rumah Batik
Palbatu dengan beberapa kelompok pembatik di Jabodetabek dan
dengan APPBI yang menaungi pembatik seluruh Indonesia.
Peneliti melakukan wawancara singkat dengan pak Agus
Purwanto sebagai pembicara di acara tersebut.
Page 179
164
14 Maret 2020
14 Maret merupakan agenda puncak bagi peserta program
beasiswa difable membatik batch yang ke-6. Hari itu peneliti
datang jam 09:00 pagi saat acara baru dimulai. Acara selesai pada
pukul 12:00 atau bertepatan dengan adzan dzuhur.
Setelah acara berakhir peneliti ikut merapikan tempat dan
barang-barang yang sudah selesai dipakai. Setelah itu peneliti
bergegas untuk mewawancarai beberapa informan terkait
pertanyaan penelitian. Beberapa informan yang peneliti
wawancarai hari itu adalah pak Iwan, bu Yuyun, kak Meli, kak
Yusuf, dan Farida (salah satu alumni program).
Peneliti melihat adanya kebersamaan yang cukup hangat
antara peserta batch 6 dan Rumah Batik Palbatu. Peserta dan
anggota Rumah Batik Palbatu mengadakan makan bersama yang
mana terlihat seperti sebuah keluarga besar. Tidak ada sekat
walaupun ada perbedaan baik secara fisik maupun yang tidak
terlihat.
Hasil penelitian hari itu adalah jawaban dari beberapa
informan terkait bentuk modal sosial dan dampak dari
pemanfaatan modal sosial di Rumah Batik Palbatu.
Page 180
165
11 Juli 2020
Setelah vakum selama kurang lebih 4 bulan akibat pandemi
yang mengharuskan karantina mandiri di rumah, akhirnya di
bulan Juli peneliti bisa kembali mengunjungi Rumah Batik
Palbatu.
Hari itu peneliti sampai di Rumah Batik Palbatu sekitar
pukul 10:00 pagi. Hari itu jadwalnya adalah rapat persiapan
menghadapi program beasiswa difable membatik yang akan
memasuki batch yang ke-7. Selama karantina mandiri di rumah,
pengurus, anggota, dan relawan sudah rapat secara daring
mengenai pendaftaran program beasiswa difable membatik batch
yang ke-7.
Seusai rapat, peneliti kembali mewawancarai beberapa
informan yang ada di Rumah Batik Palbatu guna mencari
jawaban terkait pertanyaan penelitian. Informan yang
diwawancarai peneliti di hari itu adalah bu Mumun, Saskia, kak
Putri, dan kak Dina.
Page 181
166
18 Juli 2020
Hari itu merupakan hari dimana akan dilaksanakannya
seleksi wawancara bagi calon peserta program beasiswa difable
membatik batch 7. Total ada sekitar 13 peserta yang mendaftar,
dan dikarenakan aturan PSBB maka jadwal seleksi wawancara
dibagi menjadi dua minggu. Tanggal 18 Juli ada sebagian dari
pendaftar yang di panggil untuk wawancara. Calon peserta yang
diwawancarai hari itu adalah Dwi Widodo, Paula Ardhia Kardina,
Jonathan Pardede, dan Hadi Sutiana.
Hari itu peneliti tidak mewawancarai informan yang
berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di penelitian.
Hari itu peneliti hanya fokus kepada calon peserta program
karena menurut peneliti hal tersebut bisa menjadi data penunjang
di penelitian.
Page 182
167
8 Agustus 2020
Tanggal 8 Agustus merupakan pertemuan pertama batch 7
dimulai. Pertemuan pertama di tandai dengan pengisian kontrak,
perkenalan dengan Rumah Batik Palbatu dan dengan sesama
peserta, pemaparan kurikulum atau silabus selama mengikuti
pelatihan.
Peneliti ikut membaur dengan peserta lain dan ikut
berkenalan serta belajar memahami karakter beberapa peserta
baru di batch yang ketujuh ini. Peneliti melihat adanya suasana
inklusi di kelompok peserta di batch yang ketujuh ini. Ada
beberapa karakter peserta yang berbeda satu sama lain. Dari segi
usia pun ada yang terlampau jauh satu sama lain. Tapi peneliti
melihat perbedaan tersebut tidak menjadikan suasana menjadi
saling sungkan, namun justru sebaliknya. Suasana menjadi lebih
hangat, sudah seperti keluarga walaupun baru pertemuan yang
pertama. Peneliti mencoba untuk sedikit demi sedikit belajar
bahasa isyarat. Peneliti pun mencoba dengan ucapan sehari-hari
dan juga alphabet.
Page 183
168
19 September 2020 (Setelah Sidang)
Peneliti telah melakukan sidang skripsi pada tanggal 15
September 2020, namun dikarenakan ada beberapa kendala
peneliti kembali ke Rumah Batik Palbatu untuk memperbaiki apa
yang harus diperbaiki. Kondisi Rumah Batik Palbatu sepi
dikarenakan adanya karantina wilayah di DKI Jakarta. Program
beasiswa difable membatik masih tertunda karena tidak mendapat
izin dari ketua RT untuk mengadakan kerumunan. Peneliti telah
membuat janji dengan pak Hary untuk melakukan wawancara
ulang. Tidak banyak yang hadir di Rumah Batik Palbatu, hanya
bu Mumun, dan beberapa pembatik tuli seperti Novita, Richson,
dan pak Budi.
Peneliti hanya melakukan wawancara ulang dengan pak
Hary kurang lebih sekitar 15 menit dikarenakan pak Hary
mempunyai janji lain dengan kerabatnya. Peneliti melakukan
wawancara dengan pak Hary terkait pertanyaan yang ada di
dalam masalah penelitian. Peneliti tidak meawancarai ulang
pembatik tuli dikarenakan tidak hadirnya kak Yusuf, kak Putri,
maupun penerjemah bahasa isyarat lain yang bisa mendampingi
peneliti dalam mewawancarai pembatik tuli.
Page 185
170
Lampiran 6.A
Surat Kontrak Peserta Beasiswa Difable Membatik Dengan Rumah
Batik Palbatu
Page 186
171
Lampiran 6.B
Surat Izin Penelitian
Page 187
172
Lampiran 6.C
Surat Undangan Penguji Sidang Skripsi
Page 188
173
Lampiran 6.D
Daftar Hadir Penguji Sidang Skripsi
Page 189
174
Lampiran 7
Sharing Section Program Beasiswa Difable Membatik Batch 6
(7 Maret 2020)
Talkshow Batik bersama Pak Agus (Pembatik & Assesor Batik
dari Cirebon) yang bertempat di Bale Nusa.
(12 Maret 2020)
Page 190
175
Wisuda Beasiswa Difable Membatik Batch 6
(14 Maret 2020)
Rapat Online (Ketika Situasi Pandemi Covid -19) Pengelola &
Volunteer Rumah Batik Palbatu dalam merancang pendaftaran
Beasiswa Difable Membatik Batch7
(6 Juni 2020)
Page 191
176
Proses seleksi wawancara peserta difable membatik batch 7
(18 Juli2020)
Page 192
177
Perkenalan dengan peserta beasiswa batik batch 7
(8 Juli 2020)
Pemamparan materi selama program beasiswa difable membatik
berlangsung
(8 Juli 2020)
Page 193
178
Praktek membuat pola peserta program beasiswa difable
membatik batch 7
(8 Juli 2020)
Kolaborasi penulis dan pak Hary dalam membuat batik
kontemporer
(11 Juli 2020)
Page 194
179
Proses mencanting peserta program beasiswa difable membatik
batch 7
(15 Agustus 2020)
Page 195
180
Proses pewarnaan peserta program difable membatik batch 7
(15 Agustus 2020)
Page 196
181
PROFIL PENULIS
Eki Rizky Juniar, lahir di Tangerang
tanggal 2 Juni 1998. Anak pertama
dari Ayah yang bernama Asep Eka
Priyana dan Ibu yang bernama Yani
Surtiyani. Masih Tinggal bersama
kedua orang tua di daerah Cipondoh,
Kota Tangerang.
Pendidikan yang ditempuh oleh
penulis yaitu SDN Poris Gaga 03 lulus pada tahun 2010, SMP Al-
Mizan litahfidzil Qur’an lulus pada tahun 2013, lanjut MAN
Cipondoh dan lulus pada tahun 2016. Saat lulus SMA penulis
langsung melanjutkan studi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 2016. Penulis mengambil
program studi Pengembangan Masyarakat Islam di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
“Hadapilah Layaknya Seorang Samurai”
-Penulis